Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 24 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 24 : Awalan Yang Salah

Baca Light Novel Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsi Arc 4 Bahasa Indonesia


Chapter 24 : Awalan Yang Salah.

Sensasi pertama yang menusuk kesadaran Subaru adalah ketidaknyamanan.

“Uech! Oueh! Upuegch!”

Merasakan sensasi aneh serasa mengunyah kerikil ditambah rasa tanah yang pahit menari di sekitar lidahnya, Subaru langsung terbatuk untuk mengeluarkan benda itu, ketika dia membuka matanya.

Yang bisa Subaru lihat hanyalah kegelapan, dia merasa seolah sentuhan dingin sedang menyelimuti seluruh tubuhnya. Menilai dari sensasi keras yang dia rasakan, dan arah ke mana gravitasi menariknya, Subaru berkesimpulan kalau dia sedang terbaring di tanah dengan posisi miring.
Lalu, perlahan melihat ke sekitar dengan mata yang mulai terbiasa dengan kegelapan— dia sadar bahwa dia sedang berada di dalam reruntuhan yang sudah dia lihat berulang kali sebelumnya.

“Aku, di dalam Makam?”

Seakan ingin memastikannya, dia mengaduk bagian dalam mulutnya. Rasa yang tertinggal setelah meludahkan kerikil tadi masih segar dalam ingatannya. 
Terakhir kali, dia ingat juga terbangun dengan kerikil di mulutnya. Dengan kata lain, saat ini berarti,

“Tepat setelah Ujian pertama, ya…? Jadi aku kembali ke sini… tidak, yang lebih penting lagi.....”

Jika ini tepat setelah kembali dari Ujian pertama di mana dia berdamai dengan masa lalunya, maka Subaru bukanlah satu-satunya orang yang terbaring di sana.

“——Emilia!”

Saat itu juga, di dalam kegelapan, dia menemukan gadis berambut perak terbaring di sampingnya. 
Mendekatinya, dan melihat ekspresi menderita yang sama seperti dulu saat ia ingin mengulurkan jarinya untuk menyentuh pipi yang sedang tertidur tersebut, Subaru merasa ragu.

Setelah menemani dan melihat Emilia beberapa kali mengikuti Ujian, Subaru tahu. Jika Emilia disentuh saat sedang tertidur, tak peduli apa yang terjadi dalam Ujian, itu semua akan terganggu dan dia akan dikembalikan ke sini. 
Dengan demikian, bisa saja dia terbangun tepat saat hampir menyelesaikan Ujian tersebut. Maka dari itu, Subaru harus berhati-hati menyentuhnya saat berada di dalam Makam. Namun,

“Aku sudah tahu upaya ini tidak akan berakhir dengan baik..…”

Menggelengkan kepalanya, Subaru menghancurkan keragu-raguannya, dia mengukir bayangan wajah Emilia yang sedang tertidur ke dalam matanya saat menempatkan tubuh Emilia ke dalam pelukannya. Ekspresi kesakitan Emilia perlahan menghilang, dan dia mulai terbangun....

“Su…baru…?”

"Ya, benar. Ini aku, Emilia-tan. Apa kau baik-baik saja?”

Membuka matanya, Emilia memanggil nama Subaru seperti masih setengah tertidur. Subaru menjawabnya dengan sebuah senyum meyakinkan, dan menunggunya mengumpulkan kesadaran.
Dan begitulah, Subaru menunggu. Menunggunya untuk mengingat di mana dia berada, menunggunya memahami hasil Ujian itu, dan menangis seperti anak kecil.

Meskipun tahu betul kalau Emilia akan menangis tersedu-sedu, tak ada satupun yang bisa Subaru lakukan, karena dia tidak punya kekuatan apa-apa.
Walau begitu, terlepas dari semua itu, Emilia tetap akan bangkit dengan kekuatannya sendiri, karena begitulah kesucian budi mulianya.

Yang bisa Subaru lakukan hanyalah memeluknya dengan lembut agar gadis itu tidak hancur, dan sampai Emilia tenang, Subaru akan terus memeluk gadis itu ke dalam dekapannya, dan tak akan melepaskannya.


XxxxxX


Setelah membawa Emilia yang menangis ke kediaman Lewes, dan memastikan kalau Ram sudah membaringkannya ke tempat tidur, barulah Subaru tenang dan mulai memikirkan segalanya, termasuk Return By Death-nya, secara berurutan.

Ram, Otto, dan semua yang ada di dalam, ingin menanyakan apa yang telah terjadi, namun Subaru menghentikan mereka, mengatakan "Pertama, kita tunggu dulu sampai Emilia bangun", jadi sekarang dia sendiri.
Setelah menjauhkan diri dari mereka yang masih ingin berbicara, Subaru menatap langit malam di luar kediaman Lewes, dan membiarkan angin menerpa dirinya, di dalam hatinya, sedang terjadi perhitungan yang rumit.

“Masih.…terjadi lagi, ya.…”

Menyentuh bagian sisi kiri pinggangnya, Subaru merasakan luka yang seharusnya tadi ada di sana. 
Luka dalam setelah dicungkil oleh pedang, di mana isi perutnya terburai keluar. Kesempatan melihat isi perut sendiri bukanlah sesuatu yang terjadi pada kebanyakan orang, pikirnya, dan dalam hal ini, dia mungkin sudah melampaui kebanyakan orang dalam hal pengalaman.

“Entah aku senang atau tidak mengenai hal itu adalah cerita lain. Aku tak punya hobi menyimpang semacam itu di mana aku akan merasa gembira melihat organku sendiri… meski seseorang yang kukenal mungkin akan menyukainya.”

Sampai ke poin ini, kata-kata tersebut kembali terlintas di benak Subaru.

“—Bukankah aku sudah memberitahumu? Bukankah kita sudah berjanji?”

Subaru beranggapan kalau itu adalah suara wanita cantik tersebut. Suara cantik tak bermoral nan penuh darah, suara orang tidak normal yang bergairah ketika melihat nyawa perlahan menghilang.
Subaru membenci suara itu, janji itu, dan kemesuman itu hingga ke tulang-tulangnya.
Dan lagi, ini bukanlah kali pertama perutnya robek seperti itu.

“Jadi di sini ya tempat si ‘Pemburu Usus’ itu kembali muncul...... tunggu dulu…”

Menaruh tangan di dahinya, Subaru mendongak ke arah langit dan menghela nafas. 
Di balik matanya, dia melihat wanita cantik dengan rambut hitam pekat persis seperti miliknya. Pembunuh pemegang pedang iblis, yang sudah mengakhiri hidup Subaru dua kali sebelumnya. Ancaman yang telah memojokkan Subaru di Pengulangan pertama, yang mana hanya bisa disingkirkan dengan bantuan Reinhardt— Elsa Granhiert.

“Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, tapi itu pasti Elsa. Atau mungkin aku hanya tak ingin mempercayai kalau ada orang lain seperti itu. Jadi kita angggap saja itu Elsa.”

Rasanya sudah lebih dari dua bulan sejak pertemuan mereka, namun nyatanya, itu masih kurang dari sebulan. Luka yang Elsa beri dulu tidaklah ringan, tapi efek setelahnya, sepertinya tidak cukup menghentikan keinginannya untuk membunuh Subaru.
Apakah itu karena Subaru terlalu lemah? Ataukah karena Elsa sudah sepenuhnya pulih?

“Akan lebih aman kalau mengira dia sudah pulih. Kalau dipikir-pikir, sihir penyembuh di dunia ini sepertinya dapat mengobati apapun selain kematian itu sendiri. Tak terhitung berapa kali aku akan mati jika...… well, aku memang mati, tapi…..”

Hampir mati dan hidup kembali, hampir mati dan benar-benar mati, keduanya sudah terjadi padanya berulang kali, dari sudut pandang Subaru, agak sulit memahami di mana pijakannya di sini.
Tapi bagaimanapun, Subaru sudah berkesimpulan kalau Elsa lah yang menyerang mansion. Setelah menetapkan hal tersebut, pertanyaan selanjutnya adalah....

“Kenapa Elsa bisa ada di mansion, dan apa yang terjadi pada Frederica dan Petra?”

Saat Subaru tiba di mansion, masih ada tanda-tanda kehidupan yang tertinggal di sana, seperti lampu di kamar Petra, dan penerangan di aula masuk. Tidak mengikutsertakan kantor yang menuju lorong pelarian, fakta bahwa lampu menyala di dua tempat tersebut, hanya bisa berarti hal itu,

“Setidaknya kita tahu kalau tak ada yang terjadi sebelum malam itu… iya kan?”

Subaru mempertimbangkan apa dia terlalu cepat mengambil kesimpulan itu?
Sebenarnya juga ada kemungkinan lampu itu dibiarkan menyala seharian, dan Subaru salah menyimpulkan kalau tak ada yang terjadi sebelum malam itu. Namun, kunci untuk menepis kemungkinan itu ada pada waktu lampu itu bisa menyala.

“Tidak seperti biji Lagmite, lampu Kristal harus diisi ulang dengan menyerap mana dari atmosfer saat siang hari. Aku tahu dari pengalamanku sendiri, jika kau terus menyalakannya, lampu itu tak akan awet bahkan untuk setengah hari.”

Suatu malam, saat sedang belajar alphabet di mansion, lampu Kristal yang dia lupa matikan saat siang, tiba-tiba padam. Subaru mengira ada sebuah fenomena paranormal dan membuat keributan besar, Ram pasti sudah menghempaskannya jika Rem tidak menangkapnya dengan lembut, dan sementara itu, Emilia mencoba bersembunyi di pojokan dan mulai gemetar. Subaru hanya bisa tersenyum ketika mengingat hal itu. Tapi sekarang bukanlah waktunya untuk bernostalgia. Jadi, mengambil bagian pentingnya,

“Jika lampunya menyala di siang hari, akan sangat aneh jika lampu itu terus menyala di malam hari. Karena itulah, seharusnya tak masalah menghapus kemungkinan kalau rumah itu sudah dikosongkan sebelum hari itu. Itu artinya, batas waktuku adalah…... malam keenam. Sekarang adalah malam di hari kedua, jadi ada empat hari tersisa. Tidak, tiga setengah hari lagi.”

Dalam artian waktu, Subaru hanya punya sekitar 84 jam tersisa.
Dalam waktu yang terbatas tersebut, tugas yang dibebankan untuknya kali ini adalah;

“Melindungi mansion dari si Pemburu Usus, atau setidaknya membuat orang-orang di dalamnya selamat."

Tak ada cara untuk memastikan apakah para gadis itu bisa kabur atau tidak sebelum pembunuh bagaikan ular dan laba-laba itu tiba. Dia tak tahu menuju ke mana lorong pelarian tersebut, tapi jika Frederica lari, mereka kemungkinan besar akan mencoba bertemu dengan sang pemilik rumah, Roswaal, di Sanctuary.

“Bisa saja lorong pelarian itu begitu panjang dan mengarah ke tempat antah berantah, dan mereka berhasil kabur dengan selamat. Atau…”

Subaru tidak ingin memikirkannya, tapi ada juga kemungkinan kalau mereka tidak berhasil kabur.
Memikirkan jarak dalam segi kekuatan bertarung di antara kedua kubu, kemungkinan yang tak ingin Subaru pikirkan, sebenarnya lebih mungkin terjadi.

Dia mengernyitkan alisnya saat memikirkan hal tersebut. Tapi faktanya, dari apa yang Subaru lihat, kemampuan bertarung Elsa memang sangat tinggi. Dari pengalamannya yang terbatas di dunia pararel ini, Subaru sudah bertemu beberapa orang yang sangat kuat di sini. Jika pembunuh itu dinilai hanya berdasarkan kemampuan bertarungnya semata, maka…

“Lebih kuat dibandingkan Julius, tapi lebih lemah dari Wilhelm-san… atau kira-kira segitu. Dan sangat jelas… dia bukanlah lawan yang bisa kukalahkan meski aku berusaha dengan sangat keras.”

Bahkan dalam keadaan terbaiknya, kemampuan dasar Subaru itu terlalu lemah. Jika seseorang membandingkan mereka, tidak akan berlebihan jika kau mengatakan perbedaan mereka dalam hal kekuatan itu bagaikan membandingkan kucing dan macan. Kesempatan Subaru untuk menang sendiri adalah nol besar.

Saat pertemuan terakhir mereka, hanya kebetulan besarlah yang menyelamatkan Subaru,

“Akan sangat bagus jika Reinhardt yang tak terkalahkan itu kebetulan lewat si sini sekarang, tapi… tak peduli karakter utama kuat, cerdas, dan tampan macam apa dia itu, mengharapkannya tiba-tiba muncul di saat seperti ini adalah permintaan yang terlalu berlebihan.”

Jika ini adalah cerita yang Subaru baca dan si penulis melakukan hal seperti itu, Subaru pasti akan langsung melempar bukunya ke seberang kamar. Tapi karena ini benar-benar terjadi, dia akan senang hati menerima perkembangan situasi semacam itu dengan tangan terbuka.

Setelah menyerah pada keinginan untuk menghibur diri dengan fantasi tak masuk akal itu sejenak, Subaru mengusir semua itu dengan satu helaan nafas yang tenang,

“Alasan Elsa datang ke mansion… kemungkinan besar sama seperti dulu, yaitu untuk mengganggu Pemilihan Raja. Bagaimanapun, dia telah disewa oleh seseorang untuk menghalangi jalan Emilia!”

Di ibukota, Insignia milik Emilia dicuri oleh Felt. Walau Elsa adalah orang yang menyewa Felt, dalang sebenarnya adalah orang yang menyewa Elsa. Dengan mengikuti petunjuk siapa yang ingin mencuri Insignia dari Emilia yang telah membuatnya terpilih untuk mengikuti Pemilihan Raja, Subaru pernah yakin kalau itu adalah ulah salah satu faksi, tapi,

(T/N : Insignia : Lencana yang dulu dicuri Felt itu lo)

“Setelah melihat kandidat lain… aku jadi tak bisa begitu yakin....”

Pertama, melihatnya dari sudut pandang orang yang mengirim pembunuh itu untuk mencuri Insignia;
Dari awal, Crusch dapat dihilangkan dari statusnya sebagai tersangka. Setelah melihat karakter heroiknya dengan mata kepalanya sendiri, Subaru dapat menjamin hal itu tanpa pikir panjang. Dia bukanlah orang yang akan melakukan hal-hal seperti itu.
Felt tentu saja bukan tersangka, jadi sekarang hanya menyisakan Priscilla dan Anastasia, tapi.....

“Priscilla… apa nona sombong itu punya waktu untuk hal-hal picik semacam ini? Aku bisa saja salah, tapi dia terlihat seperti tipe orang yang percaya kalau seluruh dunia berputar di sekitarnya. Kurasa dia tidak akan mau repot-repot melakukan hal seperti ini. Jadi yang tersisa hanyalah Anastasia…...”

Gadis pedagang berambut ungu itu terlintas di pikirannya.
Di balik penampilan lembutnya, terdapat kilau seorang pemburu berhidung tajam, sekaligus kesadaran akan sekitar yang membuatnya bisa membalikan segala situasi menjadi keuntungannya. 
–Bahkan, Subaru pernah memanfaatkan sifatnya itu.

Jika ini memang benar ulah Anastasia, mungkin dia sudah memilih metode yang paling logis untuk menyingkirkan lawan. Dengan gembira membiarkan imajinasinya menjadi liar dan menyewa pihak ketiga menggunakan emas untuk melakukan sebuah operasi rahasia, juga nampak sangat cocok dengannya. Hanya saja, jika ada satu faktor yang menyangkal argumen itu, maka itu adalah,

“Aku tak yakin kalau si Julius itu akan mengabaikan sesuatu seperti ini. Tidak tidak, aku tidak membelanya atau semacamnya. Ya, benar, ini hanya firasat, itu saja.”

Atau, mungkin saja Anastasia berhasil menyembunyikannya dari ‘Sang Ksatria Terhebat’ tersebut. Tapi pertanyaannya, akankah dia mau ambil resiko dengan membuat retakan yang tak bisa diperbaiki dalam hubungan tuan-pelayan mereka yang sempurna itu?

Pada akhirnya, teori mengenai keterlibatan faksi Anastasia juga harus ditolak,

“Ini menjelaskan semua tersangka di antara para kandidat. Tapi meski begitu, masih ada banyak hal yang harus dipikirkan. Jika kita memikirkan bagaimana orang-orang memperlakukan Emilia…..”

Jika pelakunya bukan kandidat Pemilihan Raja yang lain, maka bisa saja itu adalah seseorang dari faksi yang hanya ingin menyingkirkan Emilia dari Pemilihan Raja. Akan sangat masuk akal bila seseorang yang membenci Half-Elf Emilia memilih cara ini sebagai metode yang paling sederhana.

Tapi akankah seseorang melakukannya sampai sejauh itu? 
Subaru pasti sangat naif sampai terpikir pertanyaan seperti itu. Kebencian terhadap garis keturunan Half-Elf Emilia itu sungguh dalam.

“Tapi jika itu benar, maka tak ada kesempatan untuk menemukan siapa dalang di balik semua ini. Kecuali Elsa sendiri yang mengaku.”

Dan dia tak punya kekuatan untuk membuatnya mengaku— jadi Subaru kembali ke tempat di mana dia memulai.
Pada intinya, satu-satunya cara yang mungkin bisa mengatasi serangan Elsa adalah,

“Memang meresahkan melihat betapa lemahnya faksi kami. Aku benar-benar tak berguna. Otto bahkan tak dihitung. Emilia dan Puck bisa memberikan perlawanan hanya jika mereka bersama, dan stamina Ram akan jadi sangat mengkhawatirkan jika kita melakukan pertarungan jangka panjang. Roswaal terluka, tapi ini tidak berarti dia masuk ke dalam hitungan. Aku tak tahu seberapa kuat Frederica, tapi, mungkin saja Petra memiliki sebuah kekuatan tersembunyi dan tiba-tiba berubah menjadi CHEAT CHARACTER…... Ah, itu tak mungkin terjadi. Jadi pada dasarnya.....”

Subaru bisa memikirkan dua rencana yang mungkin akan berhasil.
Yang pertama adalah kembali ke mansion, menjemput Frederica, Petra, Rem, dan Beatrice, kemudian lari ke Sanctuary untuk menghindari serangan Elsa.
Pilihan yang lain adalah,

“—Apa yang kau lakukan membuang-buang waktu di sini?”

Keluar dari dalam rumah, Garfiel menunduk menatap Subaru, yang sedang terduduk di lantai menyenderkan punggungnya di dinding. Karena dia sangat pendek, sangat jarang Subaru melihat Garfiel menunduk untuk melihatnya. Menikmati pengalaman baru ini, Subaru berkata “Tidak”, dan menggelengkan kepalanya,

“Aku hanya sedang menata pikiranku, memikirkan beberapa hal. Bagaimana keadaan Emilia?”

“Hime-sama masih tertidur pulas seperti batangan kayu. Dia tertidur seperti 'Mororoku yang tidur seharian penuh'.”

“Aku tidak tahu siapa itu, tapi kedengarannya Mororoku itu terlalu banyak tidur.”

Merespon idiom tak jelas itu, Subaru berdiri dan menghadap Garfiel.
Setengah kepala lebih pendek dari Subaru, Garfiel memiliki kepala dengan rambut pirang pendek. Di antara kedua mata tajamnya, terdapat sebuah bekas luka putih di dahinya. Gigi-giginya yang runcing, dan tubuh seperti binatang buas, mengeluarkan aura dari dunia lain— terdapat rasa percaya diri dari dalam dirinya yang hanya dimiliki oleh orang-orang kuat.

Dari dua rencana yang terpikirkan untuk menghadapi Elsa, yang kedua adalah pemuda ini,
Jika mereka berhasil melewati Ujian dan membebaskan Sanctuary, maka Subaru bisa membawanya keluar dari tempat ini. Lalu, jika Garfiel memang sekuat yang dia akui, dia mungkin punya kekuatan yang cukup untuk mengalahkan Elsa. Daripada kabur sebagai solusi sementara, akan lebih baik memukul mundur atau bahkan menaklukkan Elsa, dan melenyapkan ancamannya sekaligus.

"Hey, Garfiel."

"Ada apa?"

"Kau itu yang terkuat kan? Kau yakin kau tidak akan pernah kalah dari siapapun, kan?"

"Haah? Benar sekali. Siapapun orang itu, aku pasti akan menghancurkan mereka, menerbangkan mereka, membunuh mereka, dan jadi yang paling hebat."

Meski sedikit terganggu dengan pertanyaan Subaru, kepercayaan diri Garfiel tak goyah sedikitpun. Terdorong oleh respon ini, Subaru mengangguk,

"Begitu kita mengeluarkanmu dari Sanctuary, ada sesuatu yang akan membutuhkan kekuatanmu secepatnya. Ketika saat itu tiba, kami akan mengandalkanmu untuk jadi yang terkuat."

"Apa maksudmu?"

"Buktikan padaku apa yang kau katakan barusan, ok? Aku akan mengandalkanmu."

Menepuk bahu Garfiel yang terlihat percaya diri, Subaru kembali memasuki rumah Lewes. Begitu dia membuka pintu dan melangkah masuk, tiga orang yang ada di dalam.... Ram, Otto, dan Lewes, mengalihkan pandangannya ke arah Subaru. 
Dengan pandangan mereka yang tertuju ke arahnya, Subaru mengalihkan langkahnya menuju kamar tempat Emilia tertidur,

"Barusu, Emilia-sama masih....."

"Menurutku dia sudah bangun sekarang.... Emilia-tan, aku tahu kau mungkin tidak mau keluar, tapi kita perlu berbicara. Semua orang menunggumu."

Usai memanggil melalui pintu, Subaru mendengar suara napas pelan yang berasal dari sisi lain pintu.
Ada sedikit keraguan. Kemudian setelah beberapa detik terlewati, knob pintu dengan lembut berputar, dan pintu pun terbuka, memperlihatkan Emilia yang berdiri malu-malu di baliknya dengan kepala tertunduk.

"Um.... maaf, aku selalu menyebabkan masalah untukmu. Di Makam, dan juga di sini..."

"Diberi masalah oleh Emilia-tan bukanlah masalah sama sekali. Aku ingin melakukannya, jadi tak masalah. Lebih penting lagi, apa kau merasa berat atau sakit di mana gitu? Kalau kau merasa tidak enak, aku akan dengan lembut mengelusnya untukmu dan membuatnya lebih baik."

"Mm, ketika aku jatuh, kurasa aku membenturkan pinggangku atau semacamnya, jadi ini terasa sedikit sakit..."

"Aku paham. Aku akan mulai dengan lembut...... Ram-san? Ram-san? Ujung tongkatmu menusuk area liverku!?"

Saat Subaru sibuk mengocehkan lelucon yang hampir mendekati pelecehan seksual itu, Ram menyelinap di belakang Subaru, mengeluarkan tongkatnya, dan menusukkannya pada Subaru. Begitu Subaru menunjukan hal tersebut pada Ram, Ram sama sekali tidak menjawabnya dan malah menusuk Subaru lebih kuat lagi, sampai Subaru berteriak seperti anak anjing dan menyingkir dari jalan.

"Emilia-sama, bagaimana perasaan anda? Tolong lupakan kata-kata kurang ajar Barusu, dan beritahu Ram semua tentang kondisi fisik anda."

"Apa kau tidak berniat memberikan komentar terhadap apa yang barusan kau lakukan? Lihat, aku mengalami pendarahan serius di sini. Darahnya bahkan merembes melewati lapisan bajuku, seberapa besar kekuatan yang kau gunakan tadi?"

Subaru memprotes sambil menggosok rasa sakit yang tertinggal di punggung bagian bawahnya. Ram hanya meliriknya seolah melihat seekor serangga, dan mendengus "Haaah". Lalu, kembali menoleh ke arah Emilia,

"Apa anda baik-baik saja, Emilia-sama? Jika ada masalah mengenai kesehatan anda, maka......"

"Ah-uhuh, aku baik-baik saja. Kita harus..... membicarakan apa yang terjadi selama Ujian, kan?"

Menebak apa yang akan Ram katakan, Emilia mengangguk dan melangkah menuju ke tengah ruangan. Garfiel juga segera masuk, dan begitulah, wajah-wajah familiar itu kini mengelilingi Emilia.

Kemudian, di bawah tatapan orang-orang yang mengelilinginya, Emilia tergagap menjelaskan Ujian tersebut dan hasilnya, seperti yang dia lakukan dulu. Jika ada satu perbedaaannya....

"Lalu, bagaimana bisa Natsuki-san baik-baik saja setelah masuk ke dalam?"

Otto sedikit mengangkat tangannya, dan bertanya mewakili semua orang.
Sampai pertanyaan ini keluar, Subaru tidak sekalipun menjelaskan informasi dari sisinya.
Sebagian itu karena dia ingin mendengar pemikiran Emilia mengenai Ujian ini, tapi itu juga,

"Sudah kubilang sebelumnya kan? Aku punya Kualifikasi, jadi aku bisa masuk ke dalam. Jika kau bertanya di mana aku mendapatkannya, itu mungkin saat aku masuk ke dalam Makam kemarin siang. Dan untuk apa yang terjadi ketika aku masuk ke dalam.... Aku mengikuti Ujian yang sama seperti Emilia. Tapi sepertinya aku berhasil lulus dari Ujianku."

Pernyataan Subaru memicu kegemparan di seluruh ruangan.
Emilia yang mengikuti Ujian yang sama dan gagal, nampak lebih terkejut dibandingkan siapapun. Dia diam menatap Subaru dengan tatapan bingung di mata ungunya.

Subaru mengangguk ke arah Emilia, dan,

"Mengesampingkan hal ini, alasan kenapa aku bisa lulus Ujian itu bukanlah karena aku lebih baik atau semacamnya. Ujian itu berkaitan dengan menghadapi masa lalumu. Aku sudah berdamai dengan masa laluku sebelumnya, jadi pada dasarnya ini hanya BONUS STAGE buatku."

"Aku tidak tahu apa 'bo-nas' itu, tapi jika Su-bo berhasil melewati Ujian itu.... hmm, itu cukup mengejutkan."

"Tapi, dari apa yang Emilia-sama katakan, Ujian itu tidak akan berakhir hanya dengan satu tahap, benar? Karena ada kata 'pertama' tadi, siapapun pasti akan menduga kalau ada Ujian lain lagi."

Ram mengucapkan hal tersebut saat Lewes nampak menerima hal itu apa adanya. Seraya mengangguk ke arah mereka berdua, Subaru melirik Emilia. Dia masih terdiam, dan ada gelombang emosi yang rumit di dalam matanya.
Subaru mencoba membayangkan apa yang Emilia rasakan di dalam benaknya, tapi Subaru langsung mengesampingkan pikiran naif tersebut.

Di satu sisi, ada batas waktu yang membebani Subaru, dan di sisi lain, ada kesulitan Ujian Emilia yang disebabkan oleh masa lalunya. Harus menyeimbangkan keduanya sekaligus, tidak ada banyak pilihan yang tersisa bagi Subaru. Karena itulah....

"Aku dengar sesuatu saat aku melewati Ujian tersebut.... Rupanya, jika dua penantang masuk ke dalam di saat yang sama, Ujian berikutnya tidak akan bisa dimulai. Lalu, kita harus menunggu hari berikutnya untuk masuk ke dalam lagi."

"... Hmm, yang artinya?"

"Jika Emilia-tan dan aku masuk bersama, Ujian Emilia-tan akan segera dimulai, sementara Ujianku.... pada dasarnya, aku tidak akan bisa memulai Ujian keduaku."

"Tu-tu-tunggu sebentar, Natsuki-san."

Tepat ketika Subaru menyelesaikan kalimatnya, Otto langsung menyela. Menatap Subaru yang berpura-pura tidak memperhatikan tatapan gelisahnya, Otto memasukkan tangannya ke dalam rambut keabu-abuannya, dan,

"Mendengar apa yang kau katakan, Natsuki-san, apa kau berencana menantang Ujian itu juga? Bukankah ini semua diatur sebagai prestasi untuk Emilia-sama, sehingga....."

"Otto, kau bodoh!"

Subaru mencoba menghentikan Otto agar tidak membeberkan semuanya, tapi sudah terlambat. Dan Otto, menyadari kalau dia baru saja mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya, dengan cepat langsung menutupi mulutnya. Tapi semuanya.... termasuk Emilia, sudah mendengar apa yang ingin dia katakan.

Otto dengan canggung menahan napasnya, dan Subaru menatapnya dengan tatapan hina. Sementara Emilia, memandang mereka berdua dari kejauhan,

"Apa maksudmu, tadi?"

"Emilia-tan, tenanglah. Itu tadi hanya, uh....."

"Subaru, jangan coba-coba menipuku, beritahu aku.... kumohon, Subaru."

Mata Emilia tertuju pada Subaru, memohon dengan sangat.
Tak ada satupun laki-laki yang akan sampai hati menolak permohonan seorang gadis cantik yang terdengar sedih, dan dia pasti bukan Natsuki Subaru jika dia bisa menolak permohonan seperti itu dari Emilia. Subaru berharap punya kekuatan untuk menolaknya, namun Subaru menjatuhkan bahunya dan mengabaikan keraguannya.

“Jika Emilia-tan lulus Ujian, penduduk desa Arlam akan dibebaskan dari status sandera mereka, dan penghuni Sanctuary akan terlepas dari tempat ini. Jika kau bisa mengatasi Ujian itu, kau pasti akan mendapatkan dukungan dari kedua kubu.... Itulah rencana di balik ini semua.”

“....Begitu ya. Berarti kau sudah tahu, Subaru?”

“Tidak tidak, aku tidak tahu apapun sampai seseorang memberitahuku.”

Melihat Emilia merasa terguncang di hadapannya, Subaru membusungkan dadanya dan berbohong. Di depan kebohongan tak tahu malu Subaru, Ram dan Otto menatapnya seolah sedang memamah sesuatu yang pahit, akan tetapi Subaru mengisyaratkan mereka untuk tetap diam, dengan memberikan lirikan ke arah mereka...

“Semua ini adalah rencana Roswaal. Sejujurnya, aku bahkan curiga kalau luka-lukanya itu adalah bagian dari pertunjukan ini.”

“Bahkan Roswaal pun tidak akan melakukannya sampai se...... kenapa aku tidak bisa menyelesaikan kalimat ini? Melihat situasinya sekarang, nampaknya ini memang sesuatu yang akan dia lakukan.”

“Aku tidak suka membiarkan semuanya berjalan sesuai dengan keinginan orang itu..... aku pasti bercanda jika aku bilang kalau ini adalah motivasi utamaku, tapi hal itu memang sebagian dari motivasiku. Tapi terlebih lagi...”

Emilia terlihat bingung dan menundukan kepalanya. Subaru membungkuk di samping Emilia untuk menatap wajahnya dari bawah, dia bisa melihat bulu mata panjang milik Emilia yang bergetar kaget.

“Aku ingin menjadi kekuatanmu. Aku tidak tahu apa yang kau lihat saat kau menghadapi masa lalumu, tapi jika itu membawa banyak luka, banyak sakit hati, dan banyak air mata... maka aku pasti akan membantumu.”

“..... Subaru.”

“Jika tujuannya adalah untuk mengikuti Ujian dan membebaskan Sanctuary, maka tak masalah jika aku yang melakukannya. Jika sebuah prestasi memang diperlukan, maka kau bisa memiliki semua prestasiku. Prestasiku adalah prestasimu. Entah siapapun itu, setiap orang pasti memiliki masa lalu..... tapi tak ada hal baik yang akan datang jika kau percaya kalau semua itu harus diselesaikan.”

Sebelumnya, di dunia sebelum kematiannya, itu adalah kata-kata yang Garfiel ucapkan pada Subaru. 
Di depan Subaru yang menginginkan Emilia untuk terus menantang Ujian itu meski tahu rasa sakit yang Emilia dapatkan sebab menghadapi masa lalunya, Garfiel mengucapkan sesuatu mengenai keharusan mengatasi masa lalu.
Sudut pandang baru tersebut menghantam Subaru bak petir di hari yang cerah.

Emilia membelalakkan matanya kaget, dan menggigit bibirnya dengan ekspresi seolah sedang berpikir keras.

Subaru paham kenapa Emilia menjadi begitu bimbang. Sebenarnya, jauh di dalam hatinya, Emilia pasti takut menghadapi masa lalunya. Tapi karena dia begitu suci dan mulia, dia tidak mungkin terpikir untuk menyerahkan beban ini kepada orang lain. Dan itulah alasan kenapa Emilia merasa begitu bimbang.

Tidak ada cara untuk memastikan apakah Ujian yang tersisa, tidak akan melukai hati Subaru seperti bagaimana masa lalu melukai Emilia.

“Tak apa jika kau ingin memikirkannya. Aku paham kalau ini bukanlah sesuatu yang bisa kau putuskan sekarang juga..... Tapi jika tak ada masalah, aku harap kau setidaknya membiarkanku melakukannya selama satu hari besok.”

“Satu hari, besok.....?”

“Bagaimanapun, aku tak bisa menjadi seperti intruktur jahat yang akan menyeret Emilia-tan yang sedang kelelahan untuk masuk ke dalam Makam seperti 'Cepat ikuti Ujian ini!!'. Karena aku masih punya banyak energi yang tersisa, seharusnya yang pergi berikutnya adalah aku, meskipun ini hanya latihan untuk Ujian kedua. Dan jika pada akhirnya aku berhasil menyelesaikannya, itu bahkan lebih baik lagi, kan?”

Jika dia bisa memperoleh waktu satu hari, lalu mendapatkan satu hari lagi setelahnya, dengan menyelesaikan Ujian itu secepat mungkin, maka Subaru bisa membebaskan Sanctuary besok lusa.
Dia akan meringankan beban Emilia, mencapai tujuannya, dan punya cukup waktu untuk menyelamatkan semua orang yang ada di mansion. Itu akan jadi hasil yang paling ideal.

Subaru tahu kalau Emilia pasti akan terguncang dengan sarannya ini.
Menipu Emilia di saat dia merasa paling rentan, sebenarnya sangat mengganggu Subaru, tapi ini adalah teknik dalam negosiasi dengan menyingkirkan masalah yang besar terlebih dahulu, sebelum mengikutinya dengan masalah yang lebih kecil dan lebih vital.
Karena pikiran Emilia masih belum tenang, setelah ragu-ragu untuk menerima yang pertama, dia pasti tak akan bisa menolak bantuan yang Subaru ulurkan.

Besok dan lusa, Subaru akan lulus dari Ujian tersebut. Pasti akan ada kesempatan lain dengan memberikan waktu pada Emilia untuk bangkit kembali.
Tapi saat itu bukan sekarang. Tak ada cukup waktu, dan tangan-tangan takdir yang tidak mempedulikan apapun itu telah...

“Kau pikir kami akan diam mendengarkanmu sementara kau menggerakkan percakapan ini sesukamu?”

Saat taktik Subaru yang telah diimprovisasi hampir berhasil, sebuah suara menghentikannya dari belakang.
Penghalang berambut emas tersebut memicingkan mata tajam berwarna hijau emeraldnya, dan mengkeletakkan gigi-giginya, dia pun mengambil satu langkah maju....

“Kubilang, selain Hime..... Emilia-sama, aku tidak setuju orang lain mengikuti Ujian itu. Setidaknya, aku tidak tidak tidak akan membiarkanmu jadi orang yang membebaskan kami.”

“Ap.......!?”

Itu adalah kata-kata yang tidak pernah Subaru sangka.
Subaru mencoba memahami kata-kata yang dilontarkan ke arahnya tersebut, tapi tak mampu menghubungkan antara si pembicara dengan isi yang dia sampaikan, Subaru hanya bisa mengerang kebingungan.
Melihat mata Subaru goyah, seakan menghantamkan kenyataan di depan orang yang tidak bisa memahaminya,

“Kau dengar? Apa aku harus mengatakannya lagi? Aku tidak akan membiarkan orang lain selain Emilia-sama mengikuti Ujian tersebut. Masukkan itu ke dalam kepalamu, anggap saja itu sebagai syarat dariku, bahkan nenek pun tak akan bisa merubahnya.”

Dan begitulah, Garfiel mendenguskan hidungnya dan mengatakan hal tersebut dengan penuh ketidaksenangan.


---End---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
3 Komentar
avatar

Mantap min.. akhirnya update juga

Balas
avatar

Akhirnya update juga min kalo bisa 2/4 hari langsung update min biar ngak bosan nunggu nya ok lanjut chapters 25 min di tunggu secepatnya

Balas