Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 7 - Cerita 2 (Part 1) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 7 - Cerita 1 : Raja Iblis Membawa Kucing Yang Tersesat Ke Rumah -1


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 7 - Cerita 2 Translate Bahasa Indonesia



Cerita 2 : Raja Iblis Membawa Kucing Yang Tersesat Ke Rumah.

Suatu hari di puncak musim panas, awan sedang memiliki mood untuk menutupi langit Tokyo, dan mengurangi panasnya musim panas di Tokyo.

Selama jendelanya sedikit terbuka, angin segar yang bertiup ke dalam pasti akan mendinginkan kamar sedikit demi sedikit.

Meski jendelanya tidak terbuka, udara dari luar tetap bisa masuk melalui celah yang ada pada lubang besar di dinding yang ditutupi dengan kain terpal, tapi para penghuninya sengaja mengabaikan hal ini.

Di malam yang sepi ini,

Telinga Jenderal Iblis Alsiel, Ashiya Shiro, merasakan kepulangan tuannya.

Suara dari rem sepeda Dullahan 2 yang digunakan oleh tuannya, suara dari kain anti air yang menutupi sepeda itu, dan suara langkah kaki yang dengan hati-hati menaiki tangga agar tidak jatuh.

Ashiya meluruskan punggungnya, dan berjalan menuju beranda untuk menyambut kepulangan tuannya.

Setelah pintu terbuka, orang yang terlihat di sana.....

"... Maou-sama."

....adalah tuannya, orang yang memimpin Pasukan Raja Iblis yang bertujuan menaklukan dunia asing Ente Isla untuk menciptakan surga bagi para iblis, sosok dari Raja Iblis Satan, Maou Sadao.

Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, Maou hanyalah manusia yang berusia dua puluh tahunan, jadi keberadaan dari Raja Iblis sama sekali tidak bisa dirasakan.

Namun, bila sihir iblisnya kembali, dia pasti akan bertransmormasi menjadi Raja Iblis menakutkan yang akan membuat semua makhluk hidup gemetar ketakutan.

Di samping itu, Raja Iblis yang memakai T-shirt UNIxLO tua tersebut, membawa 'benda' yang tidak dapat dipercaya di tangannya.

".... Meow."

'Benda' itu mengeluarkan suara lemah.

Ketika Maou membuka tudung T-shirt-nya, seekor kucing kecil berwarna perak terlihat di sana.

"....."

"....."

Si tuan dan si bawahan saling menatap satu sama lain di beranda selama beberapa saat.

Lalu, si tuan, karena alasan yang tidak diketahui, mencoba membaca ekspresi bawahannya sambil berbicara dengan hati-hati.

"I-ini, karena dia menggigil di tempat pembuangan barang rongsok...."

"Tolong taruh kembali ke tempat asalnya."

Maou bahkan tidak sempat menyelesaikan perkataannya, sebelum dipotong oleh Ashiya.

Maou berbalik melihat gelapnya malam di belakangnya dan memprotes dengan kesal.

"Apa kau ini iblis???"

"Aku memang iblis!"

"Ah, ah, ah, Ahchoo!!"

Teman sekamar mereka yang lain, Fallen Angel Lucifer, alias Urushihara Hanzo, bersin dengan keras, membuat kucing di tangan Maou tersentak ketakutan.


XxxxX


Keesokan paginya, Penyelidik dari Gereja Ente Isla... tinggal di sebelah Kastil Iblis Villa Rosa Sasazuka kamar 201, yaitu Crestia Bell alias Kamazuki Suzuno, terbangun karena mendengar sebuah suara asing.

".... Ada apa ini??"

Sebuah suara binatang bisa terdengar di dekat sini, dan itu adalah suara kucing.

Di zaman sekarang ini, jarang sekali ditemukan apartemen yang memiliki halaman belakang dan dikelilingi oleh keempat dinding seperti Villa Rosa Sasazuka, jadi terkadang memang ada kucing tersesat yang lewat.

Tapi semenjak Suzuno tinggal di sini, dia tidak pernah sekalipun melihat kucing yang berkelahi di dekat apartemen, mungkin, para kucing tidak menyukai rumput liar yang ada di halaman belakang, jadi Suzuno tidak pernah terganggu dengan kucing yang tersesat.

"....."

Suzuno bangkit dari futonnya, dan berganti memakai Yukata yang biasa dia pakai, meski begitu, bahkan ketika dia melipat futon dan menyiapkan sarapan, suara kucing tersebut tetap tidak berhenti.

Dia mencoba menjulurkan kepalanya keluar jendela, tapi dia sama sekali tidak melihat tanda-tanda keberadaan kucing dalam pandangannya.

Mungkinkah seekor kucing yang tersesat melahirkan anaknya di tempat yang tidak bisa dia lihat?

Kali ini.....

"Bell? Ini aku, maafkan aku, mengganggumu sepagi ini."

Seseorang mengetuk pintu di beranda, dan Suzuno, mendengar sebuah suara yang familiar baginya.

"Emilia? Ada apa?"

Suzuno menggunakan apronnya untuk membersihkan tangan sambil berjalan keluar.

"Maaf, datang ke sini sepagi ini. Aku punya sesuatu untukmu."

"Sesuatu untukku?"

Memeluk sebuah kantong kertas, Pahlawan Ente Isla, Emilia Justina alias Yusa Emi berdiri di sana.

"Aku menerima minuman sihir suci tambahan dari Em, jadi aku ingin memberikan beberapa padamu."

"Ah, maaf merepotkanmu."

Emi dan Suzuno bergantung pada mantra untuk mengatasi banyak bahaya, tapi mereka berdua tidak bisa mengisi ulang sumber energi dari mantra tersebut di Jepang... yaitu sihir suci.

Berkat mantan rekan perjalanan Emi, Emeralda Etuva, dia terkadang mengirim minuman yang dapat mengisi sihir suci, yaitu Holy Vitamin Beta, sehingga Emi dan Suzuno bisa melalukan aktivitas mereka dengan aman.

"Apa kau akan pergi bekerja setelah ini?"

"Tidak...."

Emi melihat ke arah pintu tetangga sebelah dengan cemas.

"Hari ini harusnya adalah hari di mana Alas Ramus pergi bermain bersama 'Papa'nya."

"....."

Suzuno terdiam setelah mendengar hal itu, dan di saat yang sama, dia menyadari kalau orang yang dimaksud tidak ada di sini.

"Lalu, di mana Alas Ramus?"

"... Karena dia bangun terlalu pagi sebab terlalu bersemangat, dia saat ini sedang tertidur."

Sambil berbicara, Emi menunjuk dahinya sendiri.

Pedang suci Emilia sang Pahlawan, saat ini sudah bergabung dengan Alas Ramus, dulunya ia adalah sebuah bola yang membentuk dunia yang terletak di Surga Ente Isla... salah satu fragmen Sephirah, sebuah eksistensi yang menjelma menjadi seorang anak kecil.

Karena alasan yang tidak diketahui, Alas Ramus mempercayai kalau Pahlawan dan Raja Ibis, adalah Mama dan Papanya.

Karena Alas Ramus yang tidak bisa terpisah jauh dari Emi setelah penggabungan tersebut, sangat menyukai Papanya, Emi tidak punya pilihan lain selain mengunjungi Kastil Iblis secara berkala demi 'anak'nya.

Bagaimanapun juga, jika Alas Ramus menjadi marah ketika sedang dalam posisi bergabung, Emi pasti akan sangat kesulitan karena suara tangisan Alas Ramus hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Meskipun kondisi penggabungan itu sangat nyaman, tapi akhir-akhir ini, Emi mulai merasa kalau akan lebih mudah jika dia melepaskan penggabungan tersebut dan langsung mengurusi seorang anak kecil.

Suzuno hanya bisa merasa kasihan pada Emi yang harus berurusan dengan Raja Iblis layaknya seorang single parents setelah terjadinya perceraian.

"Ah choooo!!"

""???""

Kali ini, sebuah suara bersin yang keras membuat Emi dan Suzuno tersentak kaget.

".... Itu tadi suara Lucifer kan?"

Emi mengernyitkan dahinya karena mendengar bersin yang mengganggu suasana menyegarkan di pagi hari tersebut.

"Sepertinya di sana juga sangat berisik, apa terjadi sesuatu?"

Tetangga kamar 201 di Villa Rosa Sasazuka, memiliki sebuah lubang besar dikarenakan kekacauan yang berpusat pada Alas Ramus, meski lubang tersebut saat ini sudah ditutupi dengan lapisan plastik, suara dari dalam masih bisa terdengar dari luar, dan nampaknya di sana sangat berisik hari ini.

"Siapa yang tahu, dia sudah seperti itu sejak tadi pagi. Mungkinkah dia terkena flu karena kemarin malam sangat dingin?"

Meskipun ini tidak menyerupai percakapan antara Pahlawan dan Penyelidik ketika berbicara tentang Kastil Iblis, suara yang terdengar selanjutnya, benar-benar membuat kedua orang itu membelalakkan matanya kaget.

"Meow!!"

"Eh?"

Itu adalah suara kucing yang sudah Suzuno dengar semenjak dia bangun tidur. Saat mereka berdua masih belum memahami situasinya, kekacauan di Kastil Iblis menjadi semakin dramatis.

"Ah! Dia kabur! Urushihara! Tangkap!!"

"Itu mustahil! H-hey, jangan kemari! A, ah, ah-choo!!"

"Sial, sialan, padahal hanya binatang kecil, tapi berani melawan! Awas kau!!"

Suara ribut Raja Iblis, Jenderal Iblis, dan Fallen Angel bisa terdengar dari kamar sebelah.

"Meow! Meow! Meow!"

"A-apa yang mereka ributkan?"

Meski tidak diketahui kenapa bisa ada kucing di Kastil Iblis, tapi menilai dari suara yang terdengar, Maou dan yang lainnya nampak dibuat bingung oleh kucing misterius tersebut.

Tak lama kemudian....

"Hah, hah! Akhirnya tertangkap! Kau sebaiknya diam saja!"

"Salahkan, salahkan dirimu sendiri karena berani melawan...."

"Apapun tak masalah, cepat pikirkan cara untuk menyingkirkannya! Ah ah ah chooo!!"

Suara yang nampak berbahaya bisa terdengar dari dalam rumah.

"Mung-mungkinkah?"

Nada bicara para iblis itu, membuat Emi dan Suzuno saling bertukar pandang karena memikirkan hal yang sama.

Saat ini, status ekonomi Maou dan yang lainnya sangatlah menyedihkan, sampai-sampai sulit untuk membayangkan kalau mereka adalah Pasukan Iblis yang sudah menguasai kampung halaman Suzuno, Ente Isla.

Meski para iblis ini bisa mengikuti aturan di Jepang dan bekerja untuk mencari uang dan makan, kehidupan yang mereka miliki sekarang sama sekali tidak bisa dianggap nyaman.

Mungkinkah Maou dan yang lainnya akhirnya memutuskan untuk melanggar tabu?

Dengan kata lain, mereka berencana menangkap binatang liar untuk memenuhi rasa lapar mereka. Sebuah gambaran mulai muncul di pikiran Suzuno yang benar-benar cocok dengan kesan yang dimiliki oleh para iblis.

Dari keadaan ekonomi Kastil Iblis, mereka tidak mungkin akan melakukan sesuatu yang sembrono seperti memelihara binatang, apalagi, sampai kemarin, Suzuno sama sekali tidak melihat tanda-tanda hewan semacam itu.

Sebuah gambaran Maou dengan wujud iblisnya sedang memakan kucing dengan kepala terlebih dulu terlintas dalam pikiran Emi dan Suzuno, dan selanjutnya, mereka berdua pun mulai bertindak.

"Raja Iblis!!!"

Suzuno berdiri di depan kamar nomor 201, berteriak-teriak, dan menarik jepit rambutnya untuk merapal sebuah mantra.... Holy Metal Hammer.

Segera setelahnya, jepit rambut Suzuno seketika berubah menjadi palu raksasa yang cukup kuat untuk memukul tiang penyangga Villa Rosa Sasazuka hingga menjadi pecahan.

"Suzu-Suzuno??"

Dari suara Maou, sepertinya dia mendengar teriakan Suzuno.

"Raja Iblis, cepat buka pintunya!! Perbuatanmu itu tidak bisa dimaafkan!! Menangkap kucing yang tersesat untuk dijadikan makanan, apa kau masih pantas menyebut dirimu Raja Iblis?"

"A-apa? Kau berbicara terlalu keras...."

"Cepat buka pintunya!! Lepaskan kucing itu!!"

Suzuno sama sekali tidak mendengarkan penjelasan Maou, dia pun memutar-mutar kenob pintu, tapi tentu saja itu terkunci.

"Bell!! Aku akan masuk ke kamarmu!"

Sebaliknya, Emi malah memasuki kamar Suzuno dan keluar melalui jendela.

Sepertinya dia ingin mendobrak masuk ke dalam Kastil Iblis dari luar.

Menilai dari bagaimana masyarakat sekarang, jika ada seseorang yang sedang lewat menelepon polisi karena melihat hal ini, Emi pasti tidak mungkin bisa menjelaskan semuanya.

"Tenchu!!"

Emi meneriakkan sebuah teriakan yang berbahaya, dan dengan cantik melompat ke dalam Kastil Iblis dari luar jendela.

"Wah? E-Emi? Kau datang dari mana??"

Orang yang berdiri di hadapan Emi, adalah Maou Sadao yang sedang membawa seekor kucing.

"Hentikan omong kosong ini!! Menangkap kucing yang tersesat untuk dimakan, apa kau masih bisa menganggap dirimu Raja Iblis? Benar-benar memalukan!!"

Ketika Emi mengangkat pedang keadilannya dan menghirup napas untuk menghentikan tindakan barbar yang dilakukan oleh Maou dan yang lainnya, dia pun akhirnya menyadarinya.

"Aku tahu kalian memiliki kesalahpahaman yang parah!! Tapi dia baru saja tenang! Tolong pelankan suaramu!"

Emi awalnya berpikir kalau para iblis itu sedang bersiap-siap memotong kucing itu menjadi beberapa potongan kecil.

Tapi apa yang dia lihat adalah, Maou sedang mencoba membuka mulut kucing tersebut dengan pipet di tangannya, Ashiya sibuk membersihkan bubuk putih yang berbau harum yang mana tersebar di lantai, sementara Urushihara meringkuk di pojokan kamar dengan hidung memerah dan air mata mengalir di wajahnya.

".... Apa yang.... terjadi..."

Emi yang tidak memahami situasinya, sedang berbicara ketika.....

"Kau masih tidak tahu setelah melihat semua ini?"

Ashiya yang sedang membersihkan bubuk putih dengan kain basah di tangannya, berteriak dengan marah.

"Uh, erhm...."

Emi mematung di tempat dengan pedang sucinya yang terangkat.

"Sepertinya ketika kalian ingin memberi susu pada kucing itu, dia menjatuhkan bubuk susu dan berlari, jadi kalian berencana menangkapnya dan memaksa dia untuk meminum susu tersebut.... ya sesuatu seperti itu."

Setelah menganalisa kejadian yang ada di hadapannya dengan detail, Emi pun percaya kalau kesimpulannya itu memang benar.

"Pergilah kalau kau sudah tahu! Kami tidak memiliki waktu denganmu!!"

"Ashiya, jangan keras-keras!! Bagaimana kalau kau menakuti kucing ini lagi.... oh, dia akhirnya mau minum."

Kucing berwarna perak yang ada di tangan Maou, akhirnya memasukkan pipet tersebut ke dalam mulutnya seperti sudah menyerah.

"Benar, kalau kau minum dengan patuh sejak awal, kau tidak perlu merasa takut!! Serius...."

Meskipun suaranya sedikit jengkel, Maou tetap memegang pipet itu dengan hati-hati, mencegah susunya agar tidak jatuh dari mulut kucing tersebut.

"Baik, karena kau sudah selesai minum, kembalilah!!"

Setelah mengatakan hal itu, Maou meletakkan kembali kucing tersebut ke dalam kotak kardus besar yang ada di pojok ruangan.

"Di-di mana kau menemukan kucing itu? Kalian benar-benar tidak berencana memakannya kan?"

"Kau.... Kau pikir kami ini apa?"

"Iblis kan?"

"Yeah, iblis."

"Ah-chooo!!"

Salah satu iblis itu, mengeluarkan bersin keras yang mengejutkan.

"Emilia! Emilia, apa kau baik-baik saja? Hey, apa yang terjadi? Hey!!"

"............"

Suzuno memukul-mukul pintu dari luar beranda, kalau mereka terus mengabaikannya, dia mungkin akan mendobrak pintunya agar bisa masuk.

".... Serius, pagi-pagi sudah begini."

Ketika Maou bersiap membuka pintu sambil menggumam....

"Ma-Maou-sama, bukankah di sana......"

Peringatan Ashiya sama sekali tidak ada gunanya, Maou sudah menginjak bubuk susu yang belum dapat dibersihkan sebelumnya,

Untuk meyakinkan Suzuno yang melihatnya dengan pandangan curiga, Maou mulai menjelaskan kejadian kemarin malam.

"Dengan malam sedingin kemarin, jika binatang kecil ini ditinggal di luar dan diabaikan, dia pasti akan mati membeku. Di sana tidak ada orang lain, membawanya ke rumah itu sangat wajar kan? Iya kan Alas Ramus?"

"Meow! Meow!"

Maou membuat kontak mata dengan Alas Ramus yang terduduk di kaki jenjang Emi.

Alas Ramus terbangun karena Emi mengayunkan pedang sucinya, tapi saat dia melihat kucing kecil tersebut, rasa tidak senang yang dia rasakan karena dibangunkan, terlempar jauh ke dalam pikirannya.

"Meow! Meow! Meow!? Aku ingin melihatnya."

Emi mendorong Alas Ramus yang ingin melihat kucing tersebut kembali ke pangkuannya.

Jika seorang anak kecil yang tidak tahu bagaimana cara mengendalikan kekuatannya diizinkan bermain dengan anak kucing, hal itu mungkin akan melukai si kucing, dan si anak kecil mungkin juga bisa terluka karena serangan balik si kucing.

"Sesuatu seperti kebiasaan manusia, tidak seharusnya dikatakan oleh Raja Iblis seperti dirimu kan?"

Emi menenangkan Alas Ramus yang terduduk di kakinya, dan terus ingin mendekati si kucing, sambil mengernyitkan dahinya.

"Tapi.... memang benar. Dengan situasi semacam itu, ya mau bagaimana lagi."

Setelah merubah palu raksasanya kembali menjadi jepit rambut dan meletakkannya di rambutnya dengan pergerakan yang lembut, Suzuno mengintip ke dalam kotak kardus tersebut.

Di dalam tempat tidur sederhana yang terbuat dari handuk tua, bola bulu berwarna perak tersebut menggerakkan kaki pendeknya, sambil mengendus-endus bagian dalam kardus.

Tidak diketahui apa yang membuatnya terganggu, tapi anak kucing itu mengetuk-ngetukkan hidungnya ke sudut kardus, lalu menatap ke arah langit yang tidak ada apa-apanya, meski tidak bisa diprediksi, tindakannya itu benar-benar terlalu manis.

"Suzuno, mulutmu terbuka!"

"Ah!!"

Suzuno yang tenggelam dalam pengamatannya, kembali tersadar dan mengangkat kepalanya.

"Hmph, menunjukan ekspresi bodoh yang tidak mirip seperti Penyelidik, kau memang tak ada bedanya dengan Alas Ramus."

Suzuno yang tersipu mengabaikan ejekan Ashiya yang akhirnya selesai membersihkan tumpahan bubuk susu di lantai, kemudian dia berbicara kepada Maou dengan suara yang terdengar sedikit mengancam.

"Pokoknya, kami sudah tahu kau tidak berencana memakan binatang kecil yang lucu ini!"

"Oi!!"

"Papa! Jangan makan meow meow!!"

Ekspresi tegas Alas Ramus, membuat Maou berbicara dengan sedikit kesal.

"Lihat, kau membuat Alas Ramus salah paham!"

"Maaf, tapi...."

Setelah jeda, Suzuno mengamati bagian dalam Kastil Iblis yang terlihat mirip dengan kamarnya,

"Apa yang kau rencanakan sekarang? Villa Rosa Sasazuka melarang adanya binatang peliharaan kan?"

"Soal itu....."

Maou menggaruk kepalanya dengan gelisah karena apa yang dikatakan oleh Suzuno.

Sejujurnya, ini adalah poin utama konflik antara Ashiya, yang ingin mengembalikan kucing itu di tempat asalnya, dengan Maou.

Meskipun di sini sangat bebas, seperti tidak ada deposito, uang hadiah, biaya kepengurusan, bahkan juga tidak ada biaya untuk pembaharuan fasilitas, sampai fakta bahwa si ibu pemilik kontrakan tidak sering berada di Villa Rosa Sasazuka, di dalam kontrak, layaknya apartemen normal pada umumnya, ada ketentuan yang mengatakan 'dilarang membawa binatang peliharaan'.

Biasanya, untuk melarang binatang peliharaan, si pemilik kontrakan pasti memiliki banyak keleluasaan. Meskipun di beberapa tempat masih mengizinkan burung kecil atau serangga, pada dasarnya, apapun yang bisa membuat suara gaduh atau efek bagi penghuni lain, atau binatang apapun yang bisa merusak keadaan bangunan, sepenuhnya dilarang.

Dan kucing memiliki kebiasaan menggunakan tiang rumah untuk mengasah cakar mereka, hal itu adalah fakta yang sudah diketahui banyak orang.

"Tapi keberadaan ibu pemilik kontrakan saat ini tidak diketahui kan? Meskipun kita merawatnya untuk sementara...."

Emi menghasut Maou dengan kata-kata yang tidak terdengar seperti seorang Pahlwan, tapi Maou menggunakan dagunya untuk menunjuk ke arah lubang yang ada di dinding dengan gelisah.

"Akhir-akhir ini, karena lubang tersebut, aku mencari agensi apartemen beberapa kali."

"Ah!"

Kalau kerusakan yang serius terjadi di rumah penyewa, maka manajemen kontrakan dan si pemilik bisa datang kapan saja.

Ditambah lagi, karena kehidupan Kastil Iblis saat ini sebagian besar dikarenakan kebaikan ibu pemilik kontrakan, mereka pun tidak bisa menentang isi kontrak perjanjian dan mengkhianati kepercayaannya.

"Dan masih ada masalah orang itu."

"Masalah orang itu?"

Maou menunjuk ke arah lemari Kastil Iblis.

Kali ini, Emi dan Suzuno menyadari kalau Urushihara sudah tidak terlihat sejak tadi.

"Benar, rumah kami memiliki wadah nasi berisik di sini. Jika orang itu menjadi semakin berisik, kami tidak akan bisa bertahan."

Kata Ashiya dengan wajah yang begitu gelisah.

".... Ah-chooooo!!"

Mengikutinya, sebuah bersin keras terdengar dari dalam lemari.

"Urushihara sepertinya alergi dengan kucing."

"Ah?"

Kalau begitu, bersin yang terus terdengar hari ini, tak disangka alasannya adalah karena alergi.

"Iblis bisa alergi juga?"

Tanya Suzuno dengan sebuah rasa ketertarikan.

"Kau tahu tentang alergi juga?"

"Jangan meremehkanku. Rumah sakit Gereja sudah meneliti hal ini sebagai bagian dari pencegah epidemik sejak dulu. Bagaimanapun, syok anafilaksis karena alergi lebah sering terjadi di Ente Isla."

Emi bahkan menambahkan,

"Dengan kata lain, jika nanti Lucifer ingin membuat masalah, kita bisa mencari kucing dan mendekatkannya pada dia kan?"

"Berhenti bercanda!!"

Urushihara memprotes saran kejam Emi dengan sekuat tenaga.

"Hentikan!! Ini sangat tidak menyenangkan!!"

Emi mengambil kotak dan memindahkannya dekat dengan lemari, dia memindahkannya dengan hati-hati agar tidak menakuti si anak kucing, tapi Maou menghentikannya.

"Sigh, pokoknya begitulah, jadi kami tidak bisa merawatnya. Tapi, ibu pemilik kontrakan bukanlah orang berhati dingin, kalau kita hanya merawatnya sebelum menemukan seorang pemilik, kita pasti akan dimaafkan meskipun kita ketahuan."

"Dibandingkan menghormati si pemilik kontrakan yang bahkan tidak ada di sini, kenapa kau tidak lebih memperhatikan kesehatanku saja? Uhuk, uhuk, uhuk!!"

Maou mengabaikan protes yang berasal dari dalam lemari.

"Jadi begitulah, bisakah kalian memikirkan siapa yang bisa merawatnya?"

".... Mana mungkin."

Tiba-tiba ditanyai hal itu, Suzuno sesaat berwajah dingin.

Setelah itu, Maou melihat ke arah Emi, tapi Emi malah mengernyit, memiringkan kepalanya, dan mengatakan,

"Kau harusnya kan tahu kalau aku juga tinggal di apartemen, jadi aku juga tidak bisa memelihara binatang."

Apartemen yang Emi sewa terletak di Eifuku, berjarak tiga stasiun dari Sasazuka.

"Tentu saja aku tahu, tapi kau kan bagian dari kaum pekerja juga. Apa kau tidak memiliki rekan kerja yang bisa merawatnya?"

Meski sebenarnya dia lebih condong ke Pahlawan daripada kaum pekerja, ekspresi Emi tetap tidak berubah.

"Kupikir kau sebaiknya tidak mengharapkan apapun."

"Serius.... Saat aku mulai bekerja, biar kucoba minta tolong orang lain."

Emi mendengarkan komplain Maou, mendesah, dan mengatakan,

"Tapi meski dia memiliki bulu perak yang indah dan sudah cukup besar.... kalau membuangnya pasti akan sangat berlebihan."

"Yeah!!"

Maou mengangguk dan menjawab, 

"Karena aku melihat dia menggigil sendirian, aku jadi tidak bisa mengabaikannya begitu saja."

"Hah?"

"Ah, tidak, bukan apa-apa."

Ketika Emi bertanya balik, Maou dengan panik menggelengkan kepalanya karena alasan yang tidak diketahui.

Setelah itu, agar bisa melewatinya seolah bukan apa-apa, Maou menepukkan tangannya dan berbicara pada Suzuno.

"Oleh karena itu, kami mungkin akan berisik selama beberapa hari ini, jadi tolong mengertilah!"

"Ini bukan seperti kalian hanya berisik hari ini saja."

"Aku ingin menyentuh meow meow!"

Kali ini, Alas Ramus yang sudah mencapai batas kesabarannya, mulai menendang-nendang.

"Hei, biarkan dia menyentuhnya sebentar!"

"Okay okay. Tapi dari sini, dia mungkin akan terus menempel pada kucing itu sepanjang hari."

Setelah melepaskan Alas Ramus, Maou dan Emi pun menjadi tegang, memperhatikan Alas Ramus supaya dia tidak terlalu bersemangat pada anak kucing tersebut.

Ashiya dan Suzuno yang memperhatikn ketiga orang itu dari belakang....

".... Jangan bilang apa-apa!"

"Mereka terlihat seperti keluarga yang bahagia tidak peduli bagaimanapun kau melihatnya."

"Bukankah aku sudah memberitahumu untuk tidak berbicara apa-apa?"

Iblis dan manusia, hanya bisa berselisih mengenai hal yang tak berguna tersebut.


XxxxX


Keesokan harinya.

"Jahat sekali, membuang anak kucing seperti itu."

Seorang junior di MgRonald depan stasiun Hatagaya di mana Maou bekerja, seorang gadis SMA, Sasaki Chiho, mengatakan hal tersebut dengan kesal sambil berdiri di sebelah sepeda yang Maou dorong.

Chiho adalah satu-satunya orang Jepang yang tahu kebenaran tentang Maou, Emi, dan Ente Isla, setelah pulang bekerja, dia pergi ke Kastil Iblis bersama dengan Maou.

Selain ingin melihat anak kucing itu, dia juga ingin mencoba mencari tempat yang bisa membantu merawat anak kucing tersebut.

"Pada waktu itu, aku juga bingung karena tiba-tiba menemukannya."

Maou menghela napas dalam.

"Meskipun aku merasa ada sedikit masalah dengan diriku yang membawa anak kucing terlantar ke rumah dengan kondisi seperti itu, tapi itu lebih baik daripada membiarkan dia di tempat pembuangan."

"Ah, haha..."

Setelah sampai di apartemen, Maou menghela napas panjang.

Chiho menatap ke arah lubang yang dengan paksa ditutupi oleh seseorang menggunakan plastik dan memaksakan sebuah tawa.

Setelah berjalan menaiki tangga dan membuka pintu beranda Kastil Iblis....

"Oh. Aku pulang.... Eh?"

Maou, setelah melihat bagian dalam kamar dan tidak menemukan siapa-siapa, mengatakannya dengan bingung.

"Aneh, tidak ada siapa-siapa di sini."

Chiho juga melihat melewati pundak Maou dan menemukan Kastil Iblis yang benar-benar sepi.

"..... Ashiya pergi keluar untuk membeli sesuatu."

"Kya!!"

Tiba-tiba mendengar suara dari kamar yang kosong, Chiho pun ketakutan... tapi tentu saja, itu adalah suara Urushihara yang berasal dari dalam lemari.

"Membeli sesuatu? Lalu anak kucingnya?"

"Aku zidak tahu. Dia sepertinya mengatakan sesuazu pada Bell."

"Urushi, Urushihara-san, apa kau terkena flu?"

Chiho merasa cemas karena suara sengau Urushihara.

Pada saat itu..... 

"Maou-sama, ah, Sasaki-san di sini juga."

Subyek utama pembicaraan, yaitu Ashiya, pulang dari supermarket sambil membawa kantong.

"Ashiya-san, hello."

"Apa kau ke sini untuk melihat anak kucingnya?"

Chiho mengangguk menanggapi pertanyaan Ashiya.

"Mungkin ada teman sekolahku yang mau merawatnya."

"Begitu ya..... Maou-sama, maafkan aku, karena aku harus keluar membeli sesuatu, aku menitipkannya pada Bell."

"Apa, jadi itu ya yang terjadi."

Urushihara yang alergi dengan kucing, sama sekali tidak ingin mendekati dapur, oleh karena itu, jika Ashiya pergi dan meninggalkan anak kucing itu sendirian, sulit menjamin kalau kucing itu tidak akan terluka ataupun mengacaukan seisi kamar.

"Kalau begitu cepat ambil kembali. Kita sudah meminjam kamar Suzuno untuk makan setiap hari, aku tidak ingin semakin berhutang padanya."

"Dimengerti."

Setelah Ashiya meletakkan kantong belanjaannya ke dalam kamar, dia mengetuk pintu kamar 201 di mana Suzuno tinggal.

"Bell, ini aku, aku datang untuk mengambil anak kucingnya."

"......"

Akan tetapi, tidak peduli berapa lama dia menunggu, tidak ada seorangpun yang menjawab.

"Apa yang terjadi?"

"Apakah Suzuno-san tidur?"

"Tidak, aku hanya pergi selama 30 menit lebih, seharusnya tidak sampai segitunya.... Hm?"

Dilihat lebih seksama, Suzuno bahkan dengan cerobohnya lupa menutup pintu.

Meski Suzuno bisa melakukan apapun yang dia inginkan, akan sangat buruk kalau kucing itu melarikan diri.

"Bell, aku masuk, aku ingin mengambil anak kucingnya...."

Setelah Ashiya mengetuk pintunya sekali, dia langsung membuka pintu tersebut.

Lalu.....

"............................"

"Meow, meow, meow, meow, lembutnya."

Apa yang nampak di hadapan ketiga orang itu adalah....

"..........................."

"Tsun, tsun, tsun, tsun."

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 7 - Short Story 2 Bahasa Indonesia


... Suzuno, dengan napasnya yang tidak teratur, berulang kali menyentuh perut dan kaki anak kucing tersebut dengan ekspresi yang serius.

"Suzu, Suzuno-san?"

"............ Ah?"

Suzuno yang ingin mengangkat anak kucing itu dan bermain dengan tenggorokannya, seketika tersadar setelah mendengarkan suara Chiho, dan ketika dia menyadari keberadaan Maou, Chiho, dan Ashiya, wajahnya langsung memerah, yang mana sama sekali tidak cocok dengan matahari sore.

"Ah, ti-tidak! A-a-aku..."

"Meow?"

Meski Suzuno meletakkan kucing itu kembali ke dalam kotak dengan panik, menata yukatanya, dan memalingkan mukanya...

"Suzuno, ada bulu kucing di lengan yukatamu."

"Wha, wha, wha, wha, wha, wha, wha........"

...tetapi Maou menunjuk lengan yukata Suzuno, yang terdapat banyak bulu kucing berwarna perak di atasnya.

"Ti, ti, ti, ti, ti, ti, ti, ti, tidak, i, i, i, ini... Erhm.."

"Apa kau sebegitu sukanya pada kucing...."

"Aku sudah mengembalikannya padamu!!!!"

Pintu kamar tertutup dengan keras, dan Maou, sambil membawa kotak yang berisi anak kucing itu, diusir sampai ke lorong.

"Wah!! Manis sekali!"

Ketika Chiho melihat anak kucing itu tertidur di sudut kardus dengan hidung yang berkedut, Chiho pun bersorak pelan.

"Warnanya benar-benar perak, dan bulunya sangat lembut."

Selain Chiho, Maou juga mencari seluruh pegawai yang bekerja di MgRonald depan stasiun Hatagaya untuk membantu si kucing menemukan pemilik.

Pada awalnya Maou memang berpikir kalau dia tidak akan bisa menemukan orang yang dapat mengadopsi si kucing secepatnya, tapi termasuk Kisaki dan juniornya, Chi-chan, semua orang terlihat sangat kesulitan ketika mereka mendengar topik adopsi ini.

Itu karena kebanyakan pegawai di Hatagaya tinggal sendirian di apartemen.

"Sigh.... jika saja ayahku tidak alergi kucing...."

Setelah melihat anak kucing itu untuk beberapa saat, Chiho mendesah dengan penuh penyesalan.

Rumah Chiho memiliki lingkungan yang cukup bagus untuk merawat kucing, tapi ayah Chiho, Sasaki Senichi, seperti Urushihara, dia memiliki alergi terhadap kucing.

"Apa tidak ada yang tahu pemiliknya yang sebelumnya?"

"Meskipun tahu, aku tidak ingin melepaskannya di rumah yang sudah menelantarkan kucing."

"Benar..... ah, manis sekali."

Senyum Chiho sama sekali tidak menghilang sejak pertama kali dia melihatnya.

Matahari sore bersinar ke dalam Kastil Iblis dan merefleksikan tubuh anak kucing tersebut dengan warna keemasan.

"Hm?"

Kali ini, Ashiya yang berada di dapur, mendengar suara ketukan pintu.

"Alsiel."

"Ada apa, pecinta kucing?"

Itu adalah suara Suzuno, dan Ashiya, di momen yang sangat langka, sedikit menggodanya.

"Mulai hari ini sampai seterusnya, kalian bisa memasak sendiri di sini."

Suzuno menjawab dari luar dengan suara pelan.

".... Emilia dan Alas Ramus juga ada di sini."

".... Tunggu sebentar, aku akan segera membukanya."

Meskipun Ashiya mengernyit mendengar suara Suzuno yang berasal dari lorong, dia tetap membuka pintu beranda.

Bahkan adegan di mana iblis yang dengan santai mengundang Pahlawan dan Penyelidik masuk ke dalam rumahnya, perlahan sudah menjadi bagian dari kehidupan normal mereka.

"Meow, meow!"

Terlihat di depan pintu adalah Emi, yang terlihat seperti baru pulang bekerja, dan Alas Ramus yang digendong oleh Emi.

"Bahkan ketika aku bekerja, dia masih saja memikirkan kucing itu dan terus berteriak 'meow meow'....."

Setelah mengatakan alasan yang tidak dominan seperti biasanya, Emi berjalan masuk ke dalam Kastil Iblis.

"Oh, Alas Ramus. Emi, kau harus memintanya untuk sedikit tenang. Si kucing sedang tertidur sekarang."

Dalam artian tertentu, memang normal bagi Maou untuk membuat peringatan semacam itu, tapi bagi mereka, ini sudah bisa dianggap tidak normal.

Tapi Emi juga tidak secara khusus membantahnya.

"Kau harus shhh..... oh?"

Ketika Emi meminta Alas Ramus untuk tenang, gadis kecil itu dengan patuh meniru Emi dan mengangkat jari telunjuknya ke depan mulut, bahkan jari tengahnya pun ikut terangkat karena hal ini.

"Meow meow sedang tertidur, kau harus melihatnya dengan tenang okay?"

"Yeah! Shhhh... oh?"

Meski tidak diketahui seberapa banyak yang dimengerti oleh gadis itu, pada akhirnya, Chiho dan Emi menyingkir, sehingga Alas Ramus bisa melihat anak kucing tersebut.

"Meow meow sedang tertidur?"

Setelah Alas Ramus mengamati bagian dalam kardus, dia mendongak dan bertanya pada Emi.

"Benar. Kau tidak boleh membangunkannya."

Maou bertanya pada Emi yang sekali lagi memperingatkan Alas Ramus.

"Di tempat kerjamu, apa tidak ada gadis yang menyukai kucing?"

"Aku sudah bertanya, tapi pada dasarnya, mereka tinggal di apartemen, jadi mereka tidak bisa memeliharanya meskipun mereka mau. Yah, meskipun aku belum bertanya pada semua orang."

Pekerjaan Emi adalah menjawab telepon di pusat layanan pelanggan di perusahaan HP Docodemo.

"Begitu ya."

Maou menundukkan kepalanya, merasa bekecil hati, kemudian dia melihat semua orang yang berdesakan di dalam Kastil berukuran 6 tatami.

"Sigh, ada batasnya juga meminta salah satu dari kita."

".... Hey, siapa yang 'salah satu dari kita'?"

Ketika Emi menyadari kalau 'salah satu dari kita' yang Maou maksud juga termasuk dirinya, nadanya pun menjadi tidak ramah.

"Apa pentingnya itu, jangan terlalu mempermasalahkan hal-hal yang sepele."

"Hal-hal sepele apa......"

Meski Emi masih ingin memprotes, ketika dia memikirkan Alas Ramus dan kucing yang sedang tertidur itu, dia pun berusaha mengendalikan dirinya dan menekan amarahnya.

".... Jadi apa yang akan kau lakukan? Jika tidak ada yang akan mengadopsinya, apa kau akan terus merawatnya?"

"Karena hal itu tidak bisa dilakukan, makanya aku sangat kesulitan."

Maou menggumam pelan.

Melihat Maou yang sangat bimbang, Emi pun mendesah pelan.

"Karena 'salah satu dari kita' tidak bisa, maka tidak masalah jika kita meminta orang lain."

"Hah?"

"Meski aku merasa kalau ini adalah cara yang kuno, tapi ketika aku masih tinggal di rumahku di Ente Isla, aku selalu melihat orang-orang memasang pemberitahuan di gereja desa atau di rumah kepala desa."

Maou mendongak kaget.

"Memasang pemberitahuan...."

"Begitu ya.... kalau pemberitahuan itu dipasang di tempat yang mencolok, mungkin itu akan merarik perhatian orang-orang yang lewat."

Di momen yang sangat langka, Ashiya menyetujui saran Emi.

"Aku juga berpikir begitu, jadi aku mencoba membuatnya."

"Kya!"

Sebuah tangan tiba-tiba terulur dari dalam lemari, membuat Emi berteriak kaget.

Meskipun Emi segera mengetahui kalau itu adalah tangan Urushihara, adegan di mana sebuah tangan yang memegang selembar kertas tiba-tiba muncul dari dalam lemari di kamar apartemen di bawah sinar matahari sore, tetap saja terlihat sangat menakutkan.

"Lu-Lucifer? Jangan menakuti orang seperti itu!"

Urushihara melempar selembar kertas yang ada di tangannya dan langsung menutup pintu lemari.

Setelah Chiho memungut kertas lembaran tersebut, dia pun menyadari kalau itu adalah sebuah pamflet sederhana yang dibuat menggunakan word processor dengan foto anak kucing yang diambil menggunakan kamera digital.

"Kapan kau membeli kamera digital dan printer?"

Emi menatap Maou dengan dingin.

"Oh, itu karena aku ingin menggunakan berbagai cara untuk menyimpan foto Alas Ramus. Dan benda itu juga dijual murah pada saat itu."

"Dengan model lama seperti ini, mereka hanya akan jadi rongsokan jika tidak dijual dengan harga yang lebih murah."

Kata Maou dengan gembira, tapi Urushihara, masih di dalam lemarinya, tanpa ampun membantahnya.

Di samping itu, Emi bahkan semakin ingin memprotes, jika mereka mempunyai uang untuk membeli barang semacam itu, kenapa mereka tidak membeli satu set futon untuk Alas Ramus ketika dia tinggal di Kastil Iblis?

Tapi sebelum Emi bisa membuka mulutnya....

"Erhm...."

Chiho bertanya pada Maou dengan gelisah,

"Boleh aku tahu apa artinya 'Ginshari' ini?"

(T/N : Ginshari mengacu pada beras putih di Jepang)

"Eh?"

Chiho menyerahkan pamflet tersebut pada Maou, dan ketika Maou mengamatinya dengan seksama, dia menyadari kalau foto itu memiliki kata 'Nama : Ginshari', yang ditambahkan di sebelahnya.

"Ini adalah apa yang aku pikirkan dengan Urushihara hari ini."

".... Lebih berusaha lagi kalau memikirkannya! Dia itu kucing!"

Kali ini, bahkan Maou merasa lemah menanggapi pengakuan Ashiya, tapi Ashiya menjawabnya dengan serius.

"Meskipun kita tidak tahu berapa lama kita akan merawatnya, tapi untuk mencegah masalah yang timbul akibat hal ini diketahui oleh pemilik kontrakan ataupun agen, kita harus lebih berhati-hati. Daripada menyebutnya nama, ini lebih seperti kode untuk kucing."

"Artinya itu adalah namanya."

Emi membantahnya dengan pelan.

Karena mereka sudah bertanya pada orang lain apakah ada yang bisa mengadopsinya, rasanya seperti tidak ada gunanya jika mereka memberinya nama, tapi ketika Maou mulai merasa agak tidak pantas kalau terus memanggilnya 'kucing'....

"Sigh, pokoknya, kita abaikan dulu nama Ginshari ini. Cara ini bisa dibilang cukup bagus, kalau kita menambahkan satu foto lagi, menaruh nomor HP kita, dan menunjukan kalau kita sedang mencari seseorang untuk mengadopsinya......"

Itu adalah sebuah pamflet yang dibuat menggunakan komputer sederhana dan sebuah printer, tata letaknya sederhana dan mudah dimengerti, dan itu juga terlihat sudah bisa dipakai.

Meskipun ide Emi dan Urushihara membuatnya sedikit tidak menyenangkan, tapi dengan mereka saat ini, mereka tidak bisa terlalu pilih-pilih.

Namun....

"Tapi.... di mana sebaiknya kita memasangnya?"

Chiho memandang Maou dan pamflet tersebut dengan ekspresi rumit di wajahnya, dia menentang lokasi yang semua orang pikirkan saat ini.

"Di mana.... apa itu tidak bisa dipasang di tiang telepon?"

"Itulah yang awalnya kupikirkan.... tapi nampaknya itu sedikit tidak benar, lagipula aku jarang melihat seseorang memasang pemberitahuan untuk mencari binatang piaraan yang hilang."

"Sebenarnya, hal itu tidak bisa dilakukan."

Kata Chiho merasa bersalah.

"Untuk lebih ekstrimnya, jika pemberitahuan semacam ini dipasang di tiang telepon, hal itu bisa menjadi kejahatan perusakan properti. Apalagi Tokyo sangat melarang peletakan pemberitahuan di tiang telepon, jadi hal ini benar-benar dilarang keras dalam pelajaran keamanan hidup...."

"T-tapi hanya memasang pemberitahuan untuk mencari binatang yang hilang saja..... bisa menjadi kejahatan perusakan properti?"

Fakta tak terduga ini, membuat Maou, Emi, dan Ashiya menjadi sangat terkejut.

"Tentu saja, jika itu hanya pemberitahuan mencari binatang peliharaan, paling banyak, itu akan dirobek oleh polisi atau mendapatkan peringatan verbal..... tapi kata ayahku sebelumnya, dibandingkan dengan memasang pemberitahuan ilegal, memang lebih sulit melawan masalah yang ditimbulkan oleh penyebaran nomor telepon."

"...Ah... aku mengerti."

Jika itu hanya telepon iseng, maka itu tidak akan terlalu buruk, tapi katanya, karena hal ini, penipuan uang sering terjadi berkaitan dengan binatang piaraan yang hilang, menarik perhatian penguntit, atau bahkan pencuri dan perampok.

"Jika pemberitahuannya memang harus dipasang, maka nomor Maou-san harus dipasang kan? Kalau begitu, ini mungkin akan menarik bisnis aneh seperti yang terakhir kali, kupikir lebih baik kita tidak melakukan hal semacam itu."

"Terakhir kali? Bisnis? Apa maksudnya itu?"

"A-aku mengerti! Yeah, Chi-chan benar! Kita tidak seharusnya memasang pemberitahuan! Yeah, kita menyerah saja!"

Ketika Suzuno datang, Urushihara telah ditipu oleh seorang pedagang saat Ashiya pergi, dan dia membeli barang-barang yang tidak berguna.

Melihat insiden ini yang sudah berhasil diselesaikan secara diam-diam, tiba-tiba ingin muncul di permukaan, Maou pun dengan panik berteriak.

"Er, erhm, meski Urushihara-san sudah membuatkan pamflet, aku malah mengacaukannya..... Aku benar-benar minta maaf."

Dari ekspresi Chiho, dia terlihat menyesali kata-katanya.

"Tidak apa-apa. Chi-chan benar. Akulah yang terlalu ceroboh ingin menyebarkan nomorku tanpa pikir panjang."

Maou melipat pamflet tersebut dengan sebuah senyum kecut, dan melemparnya ke dalam tempat sampah.

"Sigh.... dan aku bahkan sudah memposting topik mengenai binatang piaraan yang hilang di internet..... wah!"

Ashiya memukul pintu beberapa kali, membuat keluhan yang berasal dari dalam lemari tersebut seketika menghilang.

"Memang benar.... di sini bukanlah desa seperti rumah lamaku. Karena semenjak aku datang ke sini, aku selalu bertemu dengan orang-orang yang baik, hal itu membuatku lupa kalau dunia ini juga memiliki orang-orang semacam itu."

Meski Emi juga menyetujui kata-kata Chiho, tapi pendapatnya malah membuat Suzuno yang berdiri di sampingnya, membuka lebar matanya.

"Emilia?"

"Hm? Ada apa?"

"..... Ah, tidak, bukan apa-apa."

Karena Emi menjawabnya dengan sangat natural, hal ini membuat Suzuno tidak bisa melanjutkan pertanyaannya.

"Dengan begini, kita hanya bisa terus mencari seseorang yang mau merawatnya."

Ketika Emi mengatakan hal tersebut, dia mengangkat Alas Ramus yang sama sekali tidak lelah menatap Ginshari.

"Ah-um, aku masih ingin melihat meow, meow!"

"Kau mau pulang?"

"Aku masih harus bekerja besok. Aku akan membantumu bertanya pada teman kerjaku, tapi jangan berharap terlalu banyak."

".... Oh, erhm, terima kasih."

"Kalau begitu, Chiho, aku pulang dulu."

"Meow meow, bye bye! Bye bye!"

"Ah, yeah, terima kasih atas bantuannya."

".... Dan, Raja Iblis."

"Ada apa?"

Setelah melihat Maou dan Ginshari, Emi pun berbicara dengan pelan,

"Katanya, meskipun kau hanya merawatnya selama satu atau dua hari dan memberinya makan, sebuah perasaan pasti tetap akan tumbuh. Kalian bahkan memberinya nama, jika kau merasa depresi setelah menemukan pemilik yang baru, aku sama sekali tidak mau repot."

"....Hah?"

"Ya, begitulah."

Emi menggendong Alas Ramus dan secepatnya pergi.

"Ada apa dengannya?"

Maou memiringkan kepalanya, berpikir, tapi Chiho nampaknya memahami kata-kata Emi dan menatap Maou dengan pandangan cemas.

Chiho khawatir, jika anak kucing yang sudah mereka rawat pergi, Maou mungkin akan menjadi depresi sama seperti ketika dia tidak tahu kalau Alas Ramus sudah bergabung dengan Emi.

"Maou-san, meskipun kau menemukan pemilik yang baru, tolong jangan merasa depresi okay?"

"Ba-bahkan Chi-chan pun bilang begitu?"

"Meow."

Seolah-olah merespon gumaman Maou, suara kucing pun terdengar dari dalam kotak.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Ginshari, apa kau tahu?"

Kali ini, nama anak kucing itu sudah dipastikan menjadi Ginshari.



---End of Part 1---





Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
0 Komentar