Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 22 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 22 : Kelemahan


Baca Light Novel Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 4 Bahasa Indonesia


Chapter 22 : Kelemahan.

---- Subaru terbangun dalam kegelapan dan perlahan mendudukkan dirinya.

Menyingkirkan selimut tipis yang menutupi tubuhnya, dia melakukan peregangan ringan sambil berusaha agar tidak membuat suara. Menahan sebuah uapan dan memutar lehernya, dia bisa mendengar banyak suara dengkuran di sekitarnya.
Meski dia tertidur di pojok sekumpulan orang tidur yang tersebar di atas lantai, nampaknya Subaru adalah satu-satunya orang yang sudah bangun. Wajar saja.... langit masih terlihat gelap di luar jendela besar Katedral, dan sekarang masih belum saatnya bagi sang matahari untuk menunjukan wajahnya.

Meski dia tidak bisa menyebutkan waktu saat ini tanpa bantuan sebuah jam, tapi sekarang jelas-jelas masih tengah malam, dan bukan waktu yang cocok untuk kegiatan manusia. Biasanya, dia akan terus tidur bahkan setelah matahari terbit, tapi,

“Aku tidur terlalu awal dan sekarang tidak bisa tidur, huh.... membuatku rindu hari-hari saat aku akan tertidur kapanpun aku punya waktu.”

Menggaruk kepalanya dengan kasar, Subaru melipat selimutnya dan diam-diam keluar dari tempat tidur. Orang-orang yang tertidur di sekitarnya, adalah para pengungsi dari desa Arlam yang sekarang ditahan bersama Roswaal di dalam Sanctuary.
Subaru tidak mengambil tempatnya di kediaman kecil yang dibagikan padanya, dan memilih untuk melewati malam di sini bersama rombongannya. Alasannya, tidak begitu rumit.

Di dalam Katedral, orang-orang memberikan Subaru sebuah tempat di pojok belakang dinding depan. Itu mungkin karena mereka ingin menjaganya, makanya mereka memberikan tempat yang nyaman seperti itu. Di sini lain, jika ada sisi buruknya, maka itu mungkin fakta bahwa semua anak-anak berkumpul di sekitarnya.
Tapi bagaimanapun, anak-anak memang sangat menyukai Subaru, jadi wajar mereka meringkuk di sebelahnya, dan selagi para orang dewasa berada dalam status penahanan mereka, Subaru pikir sebaiknya dia meringankan beban anak-anak ini sebanyak mungkin. Jadi dia sama sekali tidak mengeluh ketika memikirkan hal tersebut.

“Ini sungguh tidak seperti diriku, memikirkan hal-hal semacam ini, iya kan?”

Subaru tersenyum pahit pada dirinya sendiri karena tiba-tiba menjadi sangat perhatian. Bagaimanapun, hidup tidak akan menyenangkan jika kau terlalu cemas terhadap hal-hal yang rumit.

Berhati-hati agar tidak membangunkan anak-anak yang sedang tertidur pulas, Subaru memilih berjalan melewati para orang dewasa yang tertidur untuk keluar dari Katedral.... Angin lembab datang menyapanya saat dia keluar; sebuah hembusan angin suam-suam kuku yang tidak hangat ataupun dingin, yang mana hanya menambah index ketidaknyamannya.
Mendongak, awan tebal yang berbaris di langit, menutupi sinar indah milik bintang-bintang malam. Lapisan demi lapisan awan bergerak dengan sangat cepat bersama angin. Dia tidak yakin apakah cuacanya akan berubah, tapi sepertinya besok tak akan cerah.

“Kalau dipikir-pikir, aku tidak pernah menemui setetespun hujan semenjak datang ke sini. Mendengar apa yang orang-orang katakan, aku penasaran apa di sini itu ada sesuatu seperti musim?”

Dia ingat pernah mendengar beberapa poin, bahwa musim di sini dibagi menjadi “Red-Sun, Blue-Sun, Yellow-Sun, dan Green-Sun”, masing-masing dari mereka sesuai dengan satu tipe elemen sihir.
Jika hal ini sama seperti musim di dunia asalnya, mungkin di suatu tempat juga ada musim hujan. Suhu saat ini tidak terlalu hangat ataupun terlalu dingin, dan sensasi angin, sangat sesuai dengan kesan Subaru tentang hari-hari hujan di musim panasnya terdahulu.

“Selama musim hujan, orang-orang selalu pusing karena cucian yang tidak kering. Futon 10.000 tahunku sejak awal sudah berada dalam situasi genting, jika futon itu tidak dikeringkan di bawah matahari saat hari libur, kami akan berada dalam masalah.... tapi, setiap hari bagiku adalah hari libur.”

Pada dasarnya, karena Subaru selalu berada di dalam futonnya, tak mungkin ada kesempatan untuk mengeringkan futon tersebut. Terkadang, ibunya sampai kehabisan kesabaran lalu menggelindingkan Subaru dari futon dan merebutnya, lalu kemudian mempersembahkannya pada sinar Matahari-sama, itulah cara keluarga Natsuki.

Mengenang hari-hari itu, Subaru meregangkan berbagai bagian tubuhnya dengan senam radio yang biasa ia lakukan. Katedral besar, sesuai namanya, adalah sebuah bangunan besar yang menutupi bidang tanah yang sangat luas, bahkan dengan semua orang yang sedang tidur tersebar di lantainya, masih ada cukup ruang bagi masing-masing orang untuk merentangkan anggota tubuhnya. Selimut juga didistribusikan pada semuanya, jadi tak ada komplain mengenai masalah itu.
Jika ada sesuatu yang tidak memuaskan, itu pasti soal kemewahan, tertidur di lantai yang keras pasti akan memberikan tekanan pada beberapa titik di tubuh Subaru.

“Aku rindu dengan futon lamaku, ataupun tempat tidur empuk di mansion. Tapi sekarang baru hari keempat atau kelima bagiku, bayangkan saja apa yang orang lain rasakan saat harus tidur seperti ini sepanjang waktu.”

Meskipun semuanya bersikap seolah sedang bersemangat di hadapan Subaru, tapi tak bisa disangkal kalau wajah meraka menjadi semakin terbebani hari demi hari. Pada saat makan dan sejenisnya, Subaru selalu bermain-main dan membuat mereka tersenyum, tapi selain waktu itu, semua orang sangat jarang berbicara, kemungkinan besar karena stress.

Setelah evakuasi yang tidak mereka harapkan, mereka malah menjadi tahanan di tempat pengungsian mereka.
Pemimpin yang pada awalnya menjadi sasaran ketidakpuasan mereka, kini terluka demi kepentingan mereka, dan begitulah, selain ketidakpuasan tentang keadaan mereka saat ini, sentimen antara para penduduk desa, juga sudah mendekati kecemasan terkait masa depan mereka.
Karena Subaru secara teknis adalah bagian dari faksi Pemimpin, tidak mengejutkan jika para penduduk menyalahkannya atas penderitaan mereka, tapi....

“Mereka bahkan tidak menyalahkanku seperti yang kuperkirakan. Ini sungguh sebuah kegagalan dalam hal kepemimpinan karena harus bergantung pada kebaikan rakyatnya begitu saja.”

Sebenarnya, alasan utama kenapa para penduduk desa tidak menyalahkan Subaru adalah karena mereka masih merasa sangat berterima kasih dan merasa berhutang padanya.
Hanya saja, Subaru sendiri tidak pernah menganggap pencapaiannya sebagai hal yang hebat, jadi dia masih beranggapan kalau para pengungsi itu hanya sedikit berpikiran pendek.
Tapi,

“Aku tidak bisa terbiasa hidup dalam kebaikan orang seperti ini.”

---- Subaru dan yang lainnya telah memasuki hari keenam mereka, semenjak mereka tiba di Sanctuary.
Para pengungsi tiba hampir seminggu sebelum Subaru, jadi mereka sebenarnya sudah menghabiskan total hampir dua minggu dalam masa tahanan.

Mereka sudah dengar dari Subaru bagaimana orang-orang yang dievakuasi ke Ibukota telah kembali dengan selamat, jadi mereka tak perlu terlalu khawatir soal anggota keluarga mereka yang terpisah, namun, tidak melakukan apa-apa selama dua minggu adalah awal munculnya korban psikis.
Terlebih lagi, hanya masalah waktu saja sebelum simpati yang dihasilkan oleh rencana penghancuran diri Roswaal, mereda.
Ketika saat itu tiba, para penduduk desa dan penduduk Sanctuary pasti akan berada pada arah yang saling bertabrakan, dan itu adalah sesuatu yang tidak boleh Subaru biarkan, jika dia ingin mendapatkan dukungan dari kedua belah pihak.

“Bahkan, aku pun bingung. Apa yang sebaiknya kulakukan....”

“.... Di sini sudah cukup jauh, jangan jalan lagi, ya?”

Saat Subaru menggelengkan kepalanya merasa cemas, dia dihentikan di tengah-tengah langkahnya oleh sebuah teriakan.
Subaru membeku di posisinya saat ini dengan satu kaki di tanah, dia melihat sekeliling dengan memutar matanya dengan kepala yang masih setengah menggeleng. Dalam pandangannya, tidak ada apapun selain pohon dalam kegelapan yang menyelimuti hutan.
Berkeliaran tidak jauh dari area sekitar Katedral, orang yang Subaru temui....

“Jalan-jalan di pagi hari? Tak tahu apa kau memang punya hobi yang bagus atau hanya menenangkan suasana hatimu. Rasanya seperti 'Mujigemujige tersesat di antara beri merah dan beri hijau'.”

Menggumamkan satu lagi idiomnya yang sama sekali tidak terdengar familiar, di atas kepala Subaru.... pemuda berambut emas melompat dari sebuah cabang pohon dan terbang ke bawah.
Rambut pendeknya berdiri tegak, Garfiel mendarat dengan keempat anggota geraknya di atas rumput tanpa membuat suara apapun, dia menutup satu matanya saat menatap Subaru,

“Kau tidak terlihat kaget. Lalu di mana enaknya menakut-nakutimu?”

“Aku mungkin sudah takut jika aku tidak menyangka akan bertemu denganmu, tapi aku sudah punya firasat kalau aku akan menemukanmu jika berkeliaran di sekitar sini. Meski aku tidak menyangka kau akan datang dari atas pohon.”

“Kau mencariku?”

Menatap curiga, Garfiel berdiri, berhadapan dengan Subaru yang setengah kepala lebih tinggi dibandingkan dirinya. Subaru membusungkan dadanya dengan agak sia-sia, dan menjawab, “Uh-huh”,

“Kupikir ini terlalu awal dan bukan kesempatan yang tepat, tapi aku senang bertemu denganmu.... Hanya penasaran sih, kenapa kau ingin menakutiku?”

“Bukan apa-apa. Di depan sana, di sisi hutan situ adalah wilayah berburuku. Jika kau tersesat ke sana, aku mungkin akan berakhir dengan menghancurkan lehermu, itu saja.”

“Jangan bilang seolah itu bukan apa-apa! Itu benar-benar masalah besar!”

Terkejut dengan betapa santainya Garfiel membiarkan informasi mengerikan itu terselip, protes Subaru pun menggema.... memecah keheningan hutan di antara fajar dan kegelapan malam, membuat para burung dan binatang yang sedang tertidur, bergegas kabur.

“..... Tch, oy, kau menakuti mereka, apa yang akan kumakan sekarang?”

“Mereka hanya sekumpulan pengecut. Jika kau memakan pengecut seperti itu, kau pasti hanya akan menyerap kelemahan mereka....... begitulah seharusnya, jadi bagaimana kalau kita lupakan saja hal itu kali ini?”

“Atau bagaimana kalau aku menghilangkan semua daging yang ada di piringmu mulai hari ini sampai seterusnya sebagai ganti rugi?”

“Maafkan aku! Aku tidak bermaksud begitu! Tolong maafkan aku! Hari ini aku akan pergi memancing dengan Otto di sungai dan menyiapkannya untukmu!”

Tidak ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang pedagang beberapa hari belakangan ini, jadi Otto memilih memancing dan pergi ke sungai setiap hari. Sayangnya, semua pelanggannya memiliki panjang kira-kira 5 centimeters, jadi dia di sana hanya membagikan umpan gratis tanpa mendapatkan apa-apa... sungguh sesuatu yang hanya akan dilakukan oleh Otto.
Mendengar nama Otto, Garfiel menyeringai, menaikkan sudut bibirnya dan memamerkan taring-taringnya.

“Hah, adik kecil itu memang punya keberuntungan yang sangat buruk, bahkan sampai tidak masuk akal. Ini bukan seperti kepalanya bodoh atau semacamnya, tapi dia lebih seperti “Bahkan langitpun meratapi betapa sensitifnya Denzen terhadap hujan”, ya kan?”

“Nah, dia adalah KARAKTER UNIK yang ada di sini untuk menyegarkan suasana, sesuatu yang seharusnya menjadi bagian dari setiap rumah, dia pun sangat ahli dalam membalas lelucon. Dia juga sudah membantuku beberapa kali.... tapi kebanyakan dia memang ada untuk menyegarkan suasana.”

Jika Otto ada di sini dan mendengarnya, dia mungkin akan memprotes dengan mata berkaca-kaca mengenai komentar yang dia dapat ini.
Mendengar pujian yang tidak menyanjung itu, Garfiel menggaruk telinganya dengan satu jari, dan menggumam “Menyegarkan suasana ya....”,

“Lalu bagaimana dengan usaha menyegarkan suasana yang kau lakukan?”

“Apa maksudmu?”

“Jangan berpura-pura bodoh. Jelas-jelas penduduk yang ada di Katedral itu sudah hampir mencapai batas mereka. Aku tak perlu mengatakan hal ini padamu, tapi kau dan adik kecil itu tidak bisa terus selamanya mengalihkan perhatian mereka.”

“Kau tahu di mana inti masalahnya.... kau tahu, tak disangka terkadang kau bisa jadi sangat peka.”

Garfiel menunjuk kekhawatiran Subaru dengan sangat tepat. Menerima pujian tak terduga dari Subaru, Garfiel menderakkan hidungnya,

“Karena semua alasan itu, aku menjadi satu-satunya orang yang paling sering menemui para penghuni Katedral tersebut. Lagipula, penghuni Sanctuary lain termasuk nenek bahkan sangat jarang menunjukan wajah mereka. Memang wajar kalau beginilah hasilnya.”

“Berpikir kalau kau adalah orang yang menyiapkan makanan untuk kami, saat pertama kali aku melihatnya, kupikir ada yang salah dengan mataku.”

“Jika kau ingin makanan yang rasanya seperti yang kau inginkan, maka buatlah sendiri. Ngomong-ngomong, aku tidak membicarakan masalah itu.”

Mengambil satu langkah ke depan, Garfiel mengacungkan satu jarinya di depan wajah Subaru.

“Para sandera itu sudah hampir mencapai batas mereka..... Berapa lama kau akan mempertahankan perjuangan yang sia-sia ini?”

“Perjuangan yang sia-sia.... aku tidak paham apa maksudmu....”

“Hah. Kau punya nyali untuk mengatakan itu? Apa lagi namanya kalau bukan perjuangan yang sia-sia? ----Kau itu sudah terjebak di tempat yang sama selama tiga hari.”

Menyadari nada Subaru yang melemah, Garfiel balas menyeringai melalui celah di antara gigi-giginya.
Subaru membuka mulutnya ingin membantah Garfiel, namun, tak bisa memikirkan apapun dalam kepalanya, alhasil tak ada kata yang terlontar.
Melihat dia seperti ini, bias kekecewaan muncul di mata hijau emerald milik Garfiel yang menyipit.

“Katakan. Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Apa kau ingin menunggu sampai aku merobek perutmu sebelum kau berbicara?”

“Berbicara soal merobek perut membuatku teringat beberapa ingatan yang tak menyenangkan, jadi aku lebih suka kalau kau tidak mengatakannya seperti itu..... meskipun, menilai dari suasananya, kau mungkin tidak sedang bercanda.”

Garfiel membungkukan tubuhnya yang sudah pendek. Meski dia tidak menunjukan sikap permusuhan, aura amarah yang menakutkan terpancar dari seluruh tubuhnya.
Kalau itu soal fisik dan arahan, Subaru tidak perlu merasa khawatir kalau kekerasan itu akan diarahkan padanya. Akan tetapi...

“Pertama-tama, biar kuperjelas hal ini. Aku ini berada di pihak Emilia. Aku benar-benar mempercayainya tanpa sedikitpun rasa ragu. Jadi aku sangat yakin, meski butuh waktu, Emilia pasti bisa menyelesaikan Ujian itu.”

“Seolah-olah aku akan percaya dongeng semacam itu di saat seperti ini. Hime-sama mu yang bersembunyi itu..... harus dikeluarkan dari sana dan menangis selama tiga hari berturut-turut, kau benar-benar berpikir kalau dia bisa melakukannya?”

Pendapat mereka sepenuhnya berlawanan.
Tatapan Garfiel memiliki ketajaman yang sama sekali tidak menyembunyikan sikap remeh. Selagi Subaru berada dalam keadaan tidak menguntungkan, dia mencoba membalasnya dengan membuat mata sanpaku-nya menjadi setajam mungkin, ----perasaannya pada Emilia tidak mengizinkannya untuk kalah.

Pagi ini adalah pagi keenam sejak Subaru dan yang lainnya tiba di Sanctuary. Dan tiga hari telah terlewati semenjak Subaru menyelesaikan Ujian pertamanya.
Kalau kau bertanya apa yang terjadi selama waktu itu, maka....

“Tak pernah terpikir kalau akan ada larangan untuk memulai Ujian kedua selama masih ada orang yang berkutat di Ujian pertama. Berkat itu, Ujian ini tak sedikitpun membuat kemajuan dalam tiga hari.”

“......”

“Jika kita tahu kalau semuanya akan jadi seperti ini, kami mungkin sudah menyuruhmu masuk sendiri, yeah? Dengan begitu, kita setidaknya takkan tersandung batu yang sama yang sudah kau lewati.”

Kata-kata Garfiel tidak menyembunyikan kebencian apapun.... tapi dia benar. Dia menjelaskan kenyataan yang dihadapi oleh Subaru dan Emilia apa adanya.

Sejak Subaru lulus Ujian pertama tiga hari yang lalu.... sama sekali tak ada kemajuan dalam Ujian Makam tersebut. Alasannya sederhana.
Karena Emilia masih menjalani Ujian pertama. Årtinya, dia masih belum bisa mengalahkan masa lalunya.

“Masa lalu yang harus dipecahkan setiap orang itu berbeda-beda. Tidak sepertiku yang menjalani hidup tanpa beban, dia itu jelas-jelas terbebani oleh semua ini. Jadi aku sama sekali tidak menganggap Emilia sebagai sebuah beban.”

“Begitukah? Kau itu hanya bersikap lembut pada seseorang yang kau sukai. Tapi apa menurutmu orang lain akan peduli dengannya seperti bagaimana kau mempedulikannya? Sejujurnya, pendapatku terhadap si Hime-sama itu terus jatuh dan jatuh dan jatuh, bahkan saat kita berbicara.”

“Itu....”

“Sudah saatnya untuk mengakuinya. Jika kita menyingkirkan Hime-sama, setidaknya kau bisa mengkuti Ujian kedua. Dengan begitu, paling tidak kita sudah melakukan sesuatu yang nyata untuk membebaskan tempat ini, siapapun bisa tahu hal ini.”

Garfiel membuatnya terdengar mudah..... tapi itu adalah keputusan yang artinya sama dengan menginjak-injak tekad Emilia.
Itu berarti mengabaikan bagian terbesar dari tujuan Roswaal, dan memudarkan keberanian murni di hati Emilia yang Subaru percayai. Apapun alasannya, dia tidak akan menyetujuinya.
Tapi, apa yang membuat Subaru ragu sehingga dia tidak menggelengkan kepalanya dengan tegas adalah,

“Jika ada waktu, dia pasti bisa melewatinya. Kita tak perlu membuatnya terburu-buru atau mendesaknya. Tapi....”

“Bahkan kau sendiri bisa melihat kalau waktu bukanlah sesuatu yang kita miliki kan? Dimulai dari diriku, orang-orang berpikiran pendek di Sanctuary ini sudah mulai kehabisan kesabaran, para sandera itu juga tidak ingin lebih lama lagi ditahan...... Ini hanya masalah waktu sebelum ketidakpuasan ini jadi meledak, iya kan?”

----Pada akhirnya, ini hanya masalah waktu yang terbatas.

Tidak peduli masa lalu macam apa yang harus Emilia hadapi, Subaru sama sekali tidak ragu kalau pada akhirnya Emilia pasti akan mengatasinya. Tapi butuh waktu untuk mengalahkan luka dalam yang sudah membusuk itu. Kalau Subaru bisa membantu, dia sekarang punya semangat untuk menantang apapun yang ada di hadapan penderitaan tersebut.
Tapi masa lalu itu hanya ada di dalam diri Emilia, dan Subaru tidak punya cara untuk mengulurkan tangannya. Dari Rem, Subaru menerima keberanian untuk menghadapi masa lalunya, dan dia pun bertanya-tanya apakah dia bisa melakukan hal yang sama untuk Emilia?

Selama ada waktu, dia pasti bisa mengalahkan Ujian tersebut. Tapi saat ini, mereka tidak punya waktu untuk itu.
Seperti yang Garfiel katakan, dua kelompok yang ada di dalam Sanctuary, keduanya terus mendekati batas mereka selagi waktu berjalan secara konstan.
Mereka tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Karena itulah, Subaru mendapat satu kesimpulan.

“..... Aku punya, sebuah saran.”

Menyentuh rahangnya, Subaru melontarkan kata-kata tersebut di antara bibirnya.
Melihat perubahan ekspresi Subaru, Garfiel menutup sebelah matanya dan menggerakkan mulutnya membentuk sebuah senyum.

“Akan kudengarkan.”

“Kupikir kita bisa sepaham kalau masalah untuk kedua pihak adalah waktu. Aku yakin Emilia bisa melewati Ujian tersebut, tapi untuk melakukannya, dia butuh waktu. Di sisi lain, kalian juga tepat berada di ambang batas waktu sebelum kehilangan keseimbangan. Sejauh ini apa aku benar?”

“Sejauh ini tidak salah. Jika aku harus menambahkan satu hal, aku sejujurnya ragu Hime-sama bisa melewati Ujian itu, atau apakah dia sanggup melakukannya.”

“.... Menurutku kita harus membalik pendapat kita di bagian tersebut. Bagaimanapun, jika kita berdua bisa setuju kalau waktu adalah masalahnya, seharusnya kau akan tertarik mendengar saranku.”

Mendengar pernyataan Subaru, Garfiel menyentuh bekas luka putih yang ada di dahinya tanpa mengatakan apa-apa. Merasa kalau Garfiel sedang memberinya isyarat untuk melanjutkan kata-katanya, Subaru balas mengangguk, dan,

“Sekarang, para pengungsi yang sedang ditahan, sudah berada diujung tali mereka. Ini tak akan lama sebelum seseorang hancur, dan dalam kasus terburuk, bisa saja ada perselisihan antara faksi di dalam Sactuary.”

“Tak masalah bagiku jika itu benar-benar terjadi? Bahkan jika ada seratus atau dua ratus penduduk desa, aku hanya akan membalik mereka, tak begitu sulit melakukannya.”

“Ada empat puluh dua...... dan ini bukan tentang apa yang akan kau lakukan. Aku berbicara soal konflik yang tak diinginkan, dan dampak yang akan disebabkannya. Aku bahkan bisa yakin kalau kau tidak ingin menggunakan kekerasan pada orang yang setiap hari kau buatkan makanan, iya kan?”

“Nah, kau tahu masalahnya.”

Mengalihkan pandanganya, Garfiel mendecapkan lidahnya dengan agak canggung. Dari reaksinya, Subaru bisa merasakan kalau Garfiel punya sisi baik dalam dirinya, dan diam-diam mengangguk dalam hati.

“Jadi, untuk menghindari konflik seperti itu, aku ingin meminta pelepasan para tahanan. Bagaimanapun, kupikir mereka itu tidak punya nilai apapun sebagai sandera. Bagaimana menurutmu?"

"Oyoy tunggu dulu. Ini dan itu adalah cerita yang berbeda kan? Pertama-tama beritahu aku apa maksudmu dengan mereka tidak berguna menjadi sandera?"

"Awalnya, alasan kenapa kau menahan mereka adalah untuk membujuk kami.... Atau, lebih tepatnya membujuk Emilia ke sini, iya kan? Kami sudah memasuki Sanctuary seperti yang kau harapkan, dan memulai Ujian sesuai dengan syaratmu. Makanan dan perawatan sekaligus keperluan untuk mengawasi sandera itu tidak gratis, dan kau tidak punya persediaan yang tak terbatas. Bahkan, fakta bahwa kau berburu dengan rajin di luar sini di waktu antara tengah malam dan fajar seperti ini, tidak mungkin tidak ada hubungannya."

Dari apa yang bisa Subaru lihat, Sanctuary adalah wilayah yang sangat luas jika termasuk bagian hutannya, tapi hanya sebagaian kecil yang digunakan..... Bahkan jumlah darah campuran yang menghuni Sanctuary, mungkin kurang lebih sama dengan para pengungsi dari desa Arlam.
Sederhananya, konsumsi makanan di dalam Sanctuary akan bertambah dua kali lipat dibandingkan sebelumnya. Karena karakteristik khusus dari tempat ini, mereka tidak mungkin bisa membeli makanan dari para pedagang pengelana, jadi makanan mereka hanya bisa berasal dari berburu dan produk lokal... Karena itulah,

"Kau tidak perlu terus menahan para sandera yang hanya akan membebani persediaanmu. Bahkan tanpa sandera pun, kami sudah tidak punya cara untuk pergi, karena kami sekarang sedang berada di tengah-tengah Ujian."

"Begitu ya. Bagaimanapun, segera setelah memasuki Sanctuary, si Half-...... Hime-sama itu sudah terikat oleh kutukan tempat ini. Jika Hime-sama ingin pergi, bagaimanapun caranya, Ujian ini harus diatasi..... Jadi begitu ya."

Mengatakan hal tersebut sambil mencerna inti dari saran Subaru, Garfiel mengangguk beberapa kali ketika pipinya membentuk sebuah senyum kejam. Melihat dia seperti ini, Subaru paham kalau si Garfiel ini ternyata sama sekali tidak lemot. Mengesampingkan sikap normalnya, jika itu murni masalah mengambil keputusan berdasarkan fakta, maka,

"Jika kami melepaskan para sandera, entah itu persediaan makanan atau perpecahan internal, kita bisa menghindari masalah yang tak bisa dihindari. Jadi itu intinya ya? Pada kenyataannya, sepertinya satu-satunya hal yang berdiri di antara para sandera dan dunia luar adalah aku, iya kan?"

"Jika semuanya berjalan sesuai dengan rencanamu sejauh ini, bukankah kau lebih suka untuk terus menjalankannya sampai akhir? Lagipula, tujuanmu adalah dibebaskan dari Sanctuary, bukan kehancuran bersama."

"Rasanya memang itu yang akan terjadi jika kita mematuhi pendapat nenek...... Nah, itu hanya rinciannya sih."

Dengan sebuah lambaian dari tangannya, Garfiel memikirkan saran Subaru selama beberapa saat.
Lalu, sambil menyentuh rahangnya, dia tenggelam jauh ke dalam pemikirannya,

"Tapi kenapa kau membicarakan itu padaku? Pemimpin di sini adalah nenek, bukan aku. Jika kau ingin seseorang menyetujui idemu, kau lebih baik berbicara dengan nenek. Aneh jika aku mengatakannya sendiri, tapi, kau seharusnya sadar kalau berbicara denganku itu malah hanya akan membuat semuanya jadi lebih rumit?"

"Agar semuanya tidak jadi lebih rumitlah aku berbicara denganmu. Jika aku menjelaskan semua pro kontranya dengan benar kepada Lewes-san, kupikir aku bisa meyakinkannya. Tapi jika kulakukan hal itu, aku tidak akan tahu bagaimana reaksimu."

Jika itu adalah Lewes yang rasional dan realistis, dia mungkin akan menerima saran Subaru tanpa keberatan apapun. Bahkan, Subaru sangat percaya diri bisa membujuknya.
Namun, ketika tiba saatnya untuk menghadapi Garfiel setelah melakukan obrolan tingkat tinggi itu, maka,

"Apapun alasannya, membujukmu adalah bagian yang sulit. Sayangnya, berdasarkan penilaianku, aku akan jadi tak berdaya jika kau memilih untuk menggunakan kekuatan. Jadi kurasa sebaiknya aku menyusun faktor yang tidak bisa diprediksi lebih dulu, sehingga aku tidak perlu khawatir soal itu nanti."

"Bukankah itu cara berpikir yang sangat cerdas oy. Jadi begitu ya? Jika kau mengajukan saranmu pada nenek, aku pasti akan datang dan mengacaukannya, gitu? Ada yang ingin kau katakan padaku? Ingin mengatakannya dengan tinjuku di wajahmu ya?"

"Kita baru saja melakukan pembicaraan yang halus beberapa detik lalu, bagaimana bisa semua ini mendadak berguling ke arah itu.....?"

"Aku hanya bisa menggunakan kepalaku untuk berbicara selama tiga menit, tops. Kau sudah melebihi batas waktu itu, tak ada gunanya mengatakan sesuatu sekarang."

"Kenapa kau terlihat sangat sombong ketika mengatakan itu?"

Garfiel mengangkat tinjunya, dan Subaru mengangkat tangannya tanda menyerah. Tentu saja, Garfiel tidak serius, dan dia hanya menghela napas seolah merasa bosan, lalu,

"Hah, sudah dihantam dengan masalah seperti ini di pagi hari. Yeah, tentu, lakukan sesukamu. Jika kau bisa meyakinkan nenek, maka aku tak akan mengatakan apa-apa lagi. Mereka memang gangguan sih. Lakukan sesukamu, selama kau bisa menyingkirkan mereka."

"Benarkah, kalau begitu akan kulakukan apapun untukmu dan......."

"... Tapi, aku punya satu syarat."

Saat Subaru mengira kalau dia sudah berhasil melewati tantangan yang paling tak dapat diprediksi dan ingin menghela napas lega, kata-kata Garfiel meluncur seperti seember air dingin. Melihat Subaru mengernyit, Garfiel mengacungkan satu jarinya,

"Entah aku menerima saranmu atau tidak adalah satu hal yang berbeda. Tapi jika kau tidak menerima syaratku, maka tak ada yang bisa kita bicarakan lagi."

".... Tapi ini juga menguntungkan bagi pihakmu. Ada persediaan makanan dan kau bisa mengindari pertikaian internal."

"Kau pikir kedua itu penting buatku? Jika kami kehabisan makanan untuk para sandera, kami bisa mulai memecah kawanan. Jika orang-orang itu hilang kendali dan mulai bertindak kasar, aku saja sudah lebih dari cukup untuk mengatasinya sendiri. Kita tidak berada di posisi yang sama di sini, paham?"

"..... Apa, syaratmu?"

Mendengar Subaru melontarkan kata-kata itu sambil menggertakkan giginya, Garfiel menjawab "Harusnya kau bilang gitu dari awal", dan mengkeletakkan gigi taringnya. Lalu, melihat Subaru dari kepala sampai kaki,

"Syaratku... Tidak, syarat Sanctuary cukup sederhana. Kaulah yang akan mengikuti Ujian tersebut. Lakukan itu dan sisanya gampang."

".....!! Tunggu, itu tidak mungkin kan? Jika aku melakukan itu maka seluruh poin....."

Memang pilihan ini pernah terlintas di pikiran Subaru beberapa kali sebelumnya.
Tapi itu hanya untuk pilihan terakhir, hal yang harus coba dia hindari jika dia bisa. Terlebih lagi, jika dia melakukan hal itu, semua usaha Emilia hingga saat ini akan.....

"Kau mungkin sudah salah paham terhadap sesuatu, jadi akan kuberitahu kau.... Aku atau nenek ataupun yang lainnya, selama kami bisa terbebas dari Sanctuary, kami tidak peduli siapa yang akan melakukannya."

"......"

"Jika kau ingin Hime-sama melakukannya dan mendapat pujian dari para sandera, nenek, atau yang lainnya, itu adalah masalahmu. Apa yang terjadi di masa lalumu dan kenapa kau ingin mengatasinya itu bukan urusanku. Semua itu, hanya masalahmu sendiri, kan??"

Tidak ada cara untuk mendebat hal tersebut.
Garfiel seutuhnya benar, dan Subaru, yang telah mengabaikan kisah di sisi Garfiel dan yang lainnya, tidak punya hak untuk menentang hal seperti itu. Seperti yang Garfiel bilang, entah itu menginginkan Emilia untuk mengikuti Ujian itu, atau menginginkan Emilia menjadi orang yang mengalahkannya, semuanya adalah masalah Subaru.
Dan, terlebih lagi, dia,

".... Selain itu, apa memang sepenting itu mengalahkan masa lalu?"

"Eh?"

"Ini sudah tiga hari. Tiga hari kita harus menyaksikan si Hime-sama itu mengikuti Ujian dan menariknya keluar dengan menangis. Sejujurnya, aku sudah tahan lagi melihatnya."

"Tidak tahan.... melihatnya....."

"Semangatnya tak menghasilkan apa-apa dan malah hanya membuatnya tersakiti? Dia melangkah maju seperti 'Aku harus melakukannya apapun yang terjadi',  lalu kembali dengan merengek dan meminta maaf karena tidak berhasil melakukannya. Lantas kenapa kau masih memintanya untuk mengikuti Ujian itu??"

Kata-kata Garfiel menyimpulkan apa yang terjadi pada Emilia dalam tiga hari terakhir ini dengan sangat akurat.
Malam berikutnya setelah dimulainya Ujian, Emilia menantang Ujian pertama untuk kali kedua, tapi lagi-lagi dia gagal mengalahkan masa lalunya. Dan yang lebih penting lagi, Subaru yang ikut masuk ke dalam bersamanya, tidak dibawa untuk mengikuti Ujian tersebut.
Awalnya, Subaru tidak mengerti kenapa Makam meninggalkannya, tapi Emilia menjawabnya saat dia kembali dari Ujian.... Seseorang di dalam Makam memberitahunya alasan kenapa Subaru tidak bisa memulai Ujian berikutnya. Alasannya sangat sederhana;

Ujian kedua mengambil tempat di ruang setelah Ujian pertama.

Di dalam Makam, di belakang ruangan di mana Ujian pertama dilangsungkan, terdapat pintu persegi panjang yang tersegel. Awalnya Subaru mengira kalau pintu itu hanya akan terbuka setelah ketiga Ujiannya terlewati... tapi pada kenyataannya, Ujian kedua lah yang menunggu di balik pintu tersebut. Hanya seseorang yang telah lulus Ujian pertama yang terpilih untuk memasukinya.
Dengan kata lain, jika Subaru tidak sendiri, dia tidak akan bisa menantang Ujian keduanya. Dan alasan kenapa dia tidak pergi sendiri setelah tahu hal ini adalah,

"Emilia, pasti akan mengalahkan Ujian itu. Jadi kami....."

"Ekspetasi itu terlalu berat, ya kan? Kau tidak melihat Hime-sama sudah cukup menderita karenanya? Membuat dia memaksakan diri untuk menghadapi ingatan itu, menyakiti, da membuatnya terlihat seperti itu, apa itu yang kalian inginkan? Apa itu yang Hime-sama inginkan? Kepalaku ini terlalu bodoh untuk memahaminya."

"Apa yang Emilia..... inginkan....."

Garfiel mengatakan hal tersebut sambil menggaruk kepalanya.... tapi bagi Subaru, itu seperti sentakan karena dibangunkan oleh air es yang disiramkan ke wajahnya.
Hingga saat ini, Subaru sangat menghormati tekad Emilia untuk mengikuti Ujian itu, dia mencurahkan seluruh usahanya untuk mendukung Emilia. Bahkan setelah tahu kalau itu akan jadi jalan yang sulit, selama Emilia tidak menyerah, Subaru akan terus meminjamkan tangannya pada Emilia.
Dan, bahkan ketika Emilia terus bangkit lagi dan lagi, tak pernah sekalipun Subaru tahu apa yang benar-benar Emilia inginkan.

Kalau dipikir-pikir, Subaru tidak pernah tahu alasan kenapa Emilia ingin jadi Raja.
Pernyataan yang dia buat saat berada di Aula Pemilihan Raja, tentang tujuannya yang ingin mewujudkan kesetaraan bagi semuanya, mungkin bukan itu alasannya ingin menjadi Raja.

Dari perlakuan tidak adil dan prasangka yang terus dia terima, kau bisa membayangkan apa yang terus menemani Emilia sepanjang hidupnya. Apa yang dia pikirkan ketika menjalani hidup seperti itu, bagaimana perasaannya, keyakinannya.... yang mana telah membuat dirinya memutuskan ingin mengincar tahta?
Bahkan dengan keinginan tanpa henti untuk terus berada di samping Emilia dan menjadi pendukungnya, Subaru bisa lalai menanyakan pertanyaan yang seharusnya dia tanyakan sejak awal.

Bagaimana Emilia dan Roswaal pertama kali bertemu? Kenapa Roswaal membantu seorang Half-Elf untuk menjadi Raja? Kualifikasinya untuk menjadi Raja... menjadi Pendeta Tinggi Naga yang telah dibuktikan oleh Gem yang ada di Insignia, bagaimana Roswaal mendapatkan kesempatan untuk membuat Insignia menyentuh tangan Emilia? Ketertarikan macam apa yang Emilia dan Roswaal miliki untuk membentuk hubungan kerjasama ini? ---- Subaru tidak mengetahui satupun jawabannya.
Dia berhasil datang sampai sejauh ini, tanpa tahu apa-apa.

(T/N : Insignia : Lencana yang dicuri Felt dulu itu lo)

"Oy, tak tahu syok macam apa yang kau alami, tapi jika tak ada lagi yang ingin kau katakan, aku akan pergi. Aku masih di tengah-tengah perburuanku... dan soal saran itu, jika kau setuju dengan syaratku, sana beritahu nenek soal ini. Aku tidak akan mengganggu sisanya."

Setelah memberikan sebuah gerakan mengangkat bahu kepada Subaru yang terdiam, sosok Garfiel menghilang di dalam hutan yang diselimuti cahaya fajar.
Tanpa dia sadari, matahari pagi telah mengusir selubung malam, dan sulur tebal dari hutan yang teduh pun memberikan jalan pada pagi yang tenang nan damai.... dengan tetesan embun berada di atas daun yang bersemi, sekarang adalah jam di mana momen seperti itu terjadi.

Ditinggalkan sendiri, Subaru mendongak ke arah langit.
Di atas, di antara celah pepohonan dan awan yang menjulang, dia sekilas melihat matahari terbit.... yang mana, sekali lagi akan segera bersembunyi di balik awan, menghilang bersama sinar sesaat yang dia bawa ke seluruh dunia.
Memicingkan matanya melihat cahaya itu, Subaru mulai berjalan.

"Semua yang kulihat adalah diriku menghadapi masa laluku, menemukan sebuah akhir, dan merasa senang karena berhasil melakukannya. Tapi bagi Emilia....."

Subaru yakin kalau itu adalah sesuatu yang bisa seseorang selesaikan dan tinggalkan.
Karena dia telah disembuhkan oleh kehangatan memori yang dia terima, dia yakin kalau mengucapkan selamat tinggal pada masa lalu adalah satu-satunya jalan untuk maju.
Dilimpahi dengan kebaikan dari orang-orang di sekitarnya, Subaru mendapatkan kesan kalau masa lalu itu adalah sesuatu yang seharusnya dikenang.
Namun, pikiran Subaru....

"---- Su... baru?"

Bagi gadis berambut perak yang memeluk lututnya di pojok kamar itu, seberapa berat masa lalu itu harus membebaninya?

Di dalam rumah yang dibagikan padanya, terduduk di lantai sedingin es yang berada di samping ranjangnya, Emilia dengan hening, hening, menunggu waktu berlalu.
Dia biasanya tidak berguna di pagi hari, tapi tak mengejutkan melihatnya bangun begitu pagi. Matanya saat menoleh ke arah Subaru berwarna merah, dan di wajah cantik nan agungnya, terdapat garis gelap yang ditinggalkan oleh air mata.... Fakta bahwa dia tidak tidur sedetikpun, terlihat dengan jelas sejelas siang hari.

Menyadari kedatangan Subaru, dia mengalihkan wajahnya sehingga Subaru tidak bisa melihat kalau dia baru saja menangis.

"Ah, ma... maaf, ap-apa ini sudah waktunya? Apa sekarang sudah saatnya? Ini, lebih cepat dari yang kuduga.... tapi, aku harus. Aku harus melakukan yang terbaik.... Ini sudah saatnya untuk Ujian, kan?"

"Emilia-tan!"

"Ti-tidak apa-apa. Hari ini pasti, kali ini pasti, aku..... enn, aku pasti akan lulus. Aku kurang lebih sudah tahu apa yang, akan terjadi di dalam Ujian. Lihat, ini pola yang sa..... ma. Kata Subaru, en, itu, yeah, aku tahu.... Ya, jadi, a-aku baik-baik saja."

"Emilia-tan, tak apa. Ini belum malam hari, malam kemarin bahkan belum berakhir. Sekarang sudah pagi, masih lama kok."

"A-aku bisa tahu kalau kau mencoba menipuku. Karena, lihat.... di luar masih gelap. Pagi seharusnya lebih terang.... ah, tapi, obrolan dengan para roh pagi ini...."

Mendongak memandang Subaru, menggumamkan hal tersebut dengan pelan, mata Emilia terlihat bergetar. Di dalamnya, terdapat keterkejutan dan kemarahan pada dirinya sendiri karena gagal mematuhi kontrak, dia terlihat seolah-olah ingin memutus ikatannya hanya untuk menghukum dirinya ataupun kelalaiannya sendiri.

"Emilia!!"

"Ah....."

Memegang tangannya di udara, Subaru menautkan jarinya dengan jari Emilia.
Melihat tangan mereka yang saling mengait, Emilia terpaku diam, dan sedikit demi sedikit, dia melihat bayangan dirinya di dalam mata hitam Subaru.

"A-aku aku...."

"Saat ini, hanya ada aku di sini. Jadi tak peduli mau seberapa lemah dirimu, tak masalah. Tak perlu terburu-buru, atau terlalu memaksakan diri. Aku akan selalu berada di sampingmu. Apapun yang terjadi."

"Su... baru...."

Berpegang erat pada tangan Subaru yang terulur, Emilia diam-diam membisikkan nama Subaru saat dia menjatuhkan kepalanya ke samping. Dan begitulah, membiarkan Emilia berpegang pada tangannya, Subaru duduk di samping Emilia.
Dengan tangannya yang bebas, Subaru dengan pelan mengelus kepala Emilia saat tubuh Emilia perlahan kehilangan kekuatannya, hingga, setelah beberapa saat, ia bisa mendengar Emilia yang tertidur lelap.

Dia pasti sudah lelah. Tapi meski begitu, dia tidak bisa melewati malam sendirian, dan pada akhirnya harus bersandar pada Subaru.
Melirik ke arah Emilia yang tertidur, bernapas dengan pelan di sampingnya, Subaru perlahan menelusuri pipi cantik Emilia dengan jarinya dan memastikan jejak air mata.

.... Sejauh inilah Emilia bisa pergi, Subaru memutuskan.


---End---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
7 Komentar
avatar

Lanjut min makin keren ceritanya

Balas
avatar

Yg di tunggu2 akhirnya muncul :-bd
Komen dulu sebelum baca :)
Terima kasih gan

Balas
avatar

Lanjut min yg ke 23 jgn lma2 nya min di tingkatin dong update nya 2/3 hari sekali update nya mind biar ngak lama nunggunya

Balas
This comment has been removed by the author. - Hapus
avatar

Min.. terjemahin dr RAWnya kalo bis, biar cepet :D

Balas
avatar

Mamtap min, semangat tlnya :v

Balas