Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 30 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 30 : Keganjilan Dalam Perjalanan Pulang

Baca Light Novel Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 4  Bahasa Indonesia


Chapter 30 : Keganjilan Dalam Perjalanan Pulang.

Usulan Roswaal.... untuk membebaskan para pengungsi dari desa Arlam.
Seperti sebelumnya, usulan itu berlalu tanpa perlawanan berarti. Melihat tidak adanya keuntungan terus menahan para pengungsi di Sanctuary lebih lama lagi, keputusan itu sangatlah wajar. Tapi tentunya, berbeda dari sebelumnya, tak ada syarat tambahan bahwa Subaru juga harus menantang Ujian.

“Kali ini, aku benar-benar dibenci oleh pria yang mengusulkan syarat itu ya.....”

“Ada apa, Subaru?”

“Tttidak, tidak ada apa-apa. Ngomong-ngomong, apa Emilia-tan sudah baikan? Apa kau sudah sedikit tenang? Jika aku terlalu mengganggu dengan berada di kamar ini, aku bisa keluar jika kau mau?”

Melambaikan tangannya dengan sebuah senyum canggung, Subaru mengatakan hal tersebut pada gadis di sampingnya.... Emilia.
Mereka saat ini berada di kamar yang Lewes pinjamkan pada Emilia, mereka terduduk di sisi ranjang, dan melewati waktu tanpa membicarakan sesuatu yang menarik.

Saat ini sudah senja, malam akan segera tiba.

-

Setelah terbangun sesaat sebelum tengah hari, Emilia terlebih dahulu sarapan sebelum pergi menghadiri negosiasi antara Roswaal dan Lewes mengenai masalah para pengungsi. Diskusi itu berlangsung tanpa masalah apapun, mereka menyepakati pembebasan para pengungsi di hari berikutnya dan mengakhiri rapat mereka di sana.....

“Jadi, situasinya sudah jelas.... Emilia-sama akan menantang Ujian itu malam ini, yeah?”

Seolah memberikan sebuah peringatan, kata-kata Garfiel tidak memberikan banyak ruang untuk diganggu gugat.
Menahan keinginan untuk mendecapkan lidahnya, Subaru melirik ke arah Emilia, dan, meski hanya sesaat, Subaru bisa melihat sisi wajah Emilia sekilas dipenuhi ketakutan dan kesedihan. Bahkan, dia hampir yakin kalau Emilia akan gagal dalam Ujian malam ini.

Tidak seperti Subaru yang berhasil lulus dari Ujian berkat kenangannya, kondisi Emilia sama sekali tidak berubah sedikitpun. Agar Emilia bisa melewati Ujian tersebut, Subaru harus mengambil tindakan untuk membuat perubahan drastis pada lingkungan di sekitar Emilia.

Namun, dalam pengulangan ini, Subaru tidak bisa menemukan satupun cara untuk mengubah lingkungan Emilia dalam waktu singkat..... Jika dia menantang Ujian malam ini, hal itu hanya akan sedikit demi sedikit menghancurkannya.

“Tapi dia tidak akan mengucapkan satupun keluhan atau bahkan berpikiran untuk menyerah... itulah Emilia-tan.”

Menghadapi pertanyaan provokatif Garfiel, Emilia menyembunyikan emosi sesaat itu di dalam matanya, dan dengan tegas menjawab “Tentu saja.”
Garfiel memicingkan matanya seolah terkesan oleh jawaban Emilia, sementara Roswaal diam-diam bersiul, yang mana malah menambah kejengkelan Subaru.
Tapi pada akhirnya, tak ada cara untuk menghentikan hal ini. Dan hanya ada beberapa jam tersisa sebelum dimulainya Ujian malam ini.

-

Usai mengakhiri percakapan mereka di sana, Emilia memakan makan siangnya tak lama setelah sarapan, dan saat ini kira-kira tiga jam sudah berlalu semenjak mereka kembali ke rumah. Sepanjang waktu, mengikuti di sampingnya, Subaru terus berbicara pada Emilia.... tapi begitu waktu Ujian semakin mendekat, Subaru sadar kalau Emilia menjadi semakin sedikit berbicara.
Sekarang, ucapan Emilia hampir semata-mata hanya beraksi terhadap kata-kata Subaru. Namun....

“Umn... aku lebih suka kalau kau.... tidak pergi.”

“Aahhhh, AKU MENGERTI. TIDAK MASALAH. Sampai Emilia-tan tenang, aku akan terus fokus menikmati napas yang Emilia-tan hembuskan, jadi jangan khawatir.”

“Aku benar-benar tidak suka mendengarnya.... tapi tetaplah di sini.”

Dihadapkan dengan kerumitan hati seorang gadis, Subaru mengangkat bahunya dan tetap berada di sana seperti yang Emilia minta.
Meski mereka duduk saling bersebelahan, Subaru masih tak bisa menemukan keberaniaan untuk memegang tangan Emilia. Tapi tetap saja, jujur, dia merasa senang karena dibutuhkan. Dibutuhkan bukan oleh siapa-siapa, melainkan oleh Emilia. Walaupun bagi Emilia, itu hanya mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh orang yang paling dia andalkan.

Semenjak datang ke Sanctuary.... atau lebih tepatnya, semenjak Puck berhenti merespon panggilannya setelah mereka kembali ke mansion, sikap Emilia terhadap Subaru terus menjadi semakin melunak.
Sebagian dari diri Subaru merasa senang karena diberi tempat di hati Emilia, tapi ada pula bagian dari dirinya yang diam-diam merasa risau dengan perkembangan ini.
Bagian itu bertanya-tanya, bahaya apa yang mungkin dialami Emilia dengan kehilangan dukungan terkuatnya.

“....Hmmmm??”

“Bukan apa-apa. Aku hanya berpikir kalau bulu mata Emilia-tan sangat panjang dan cantik, aku jadi ingin memakannya.”

“Subaru, kau terus berkata kalau kau ingin memakan rambutku, memakan bulu mataku, ataupun menjilat pipiku.... apa kau terobsesi pada hal-hal seperti itu?”

“Di tempat asalku, itu adalah pengekspresian cinta yang paling tinggi, kau tahu~”

Melihat Emilia nampak sedikit santai dan merajuk mendengar komentarnya, Subaru menggaruk pipinya.
Meski Subaru mengikutkan suara jilatan sebagai pengekspresian cinta paling tinggi, melakukan hal tersebut tentunya akan sangat menjijikan. Khususnya di dunia yang tidak memahami hal-hal semacam itu.
Sebab itulah, Subaru harus memperhatikan apa yang dia katakan. Walau itu sudah terlambat sekarang.

Terkadang, Subaru akan mencoba mengalihkan pikiran Emilia dengan membicarakan topik acak seperti ini. Dia sekarang sudah tahu beberapa pecahan mengenai masa lalu Emilia. Dan jika Subaru membahas hal itu, mungkin sesuatu yang benar-benar berbeda dari sebelumnya akan terjadi,

…... Tapi tak peduli bagaimana dia memikirkannya, Subaru merasa kalau itu bukanlah perubahan ke arah yang lebih baik.

Bagaimanapun perkembangan situasi ini, pada akhirnya, apa yang dia butuhkan adalah waktu.
Dia butuh waktu untuk membantu Emilia menerima masa lalunya dan menemukan tekad di dalam hatinya. Dia juga butuh waktu untuk membicarakan pecahan masa lalu tersebut pada Emilia, menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Waktu, waktu, waktu. Hampir tak ada cukup waktu.

“Kenapa aku harus selalu terburu-buru dari satu hal ke hal lain sepanjang waktu?  Sejak datang ke dunia ini, apa ada saat di mana aku bisa sedikit santai?”

Mencari-cari ke dalam ingatannya, jika ada waktu yang bisa Subaru habiskan dengana tenang, itu pasti adalah beberapa minggu setelah dia menyelesaikan masalah dengan Wolgarms di hutan.
Sebelum dan sesudahnya, yang terjadi hanyalah kekacauan tanpa adanya waktu beristirahat. Adalah sebuah keajaiban Subaru tidak mati karena terlalu lama bekerja.
Dan, saat dia memikirkan pikiran tak berguna ini,

“...... Subaru.”

Dia sedikit lamban ketika menanggapi panggilan tiba-tiba Emilia. 
Menoleh ke asal suara tersebut.... Subaru mendapati mata berwarna ungu milik Emilia yang basah kini berada begitu dekat dengannya, menatapnya ke arahnya.
Dia seketika tersihir oleh mata yang dibasahi air mata tersebut, jantungnya berdetak begitu kencang sampai-sampai dia takut itu akan berhenti. Subaru menarik napas. Dan, melihat Subaru melakukan hal tersebut, tekad yang goyah dan keragu-raguan terlihat di mata Emilia. Mungkin dia sedang mencoba memutuskan apakah harus memberitahu sesuatu pada Subaru sebelum Ujian atau tidak.

“Ada apa?”

Subaru mencoba mengatakan hal itu selembut mungkin, berhati-hati agar tidak terkesan mendesaknya. Jika Emilia bisa memantapkan pikirannya di sini, maka Subaru tidak boleh mengganggunya.
Namun, mendengar jawaban Subaru, Emilia hanya mengalihkan pandangannya,

“Ah..... mn, maaf. Bukan apa-apa. Aku hanya, ingin memanggilmu.”

“.....oh, ini itu kan? HA-HANYA INGIN MEMANGGILKU!? Kenapa aku merasa kalau itu adalah sesuatu yang akan diucapkan oleh sepasang kekasih!?”

“Kurasa... aku harus segera pergi....”

Keteguhan hati Emilia telah menghilang. Subaru menyesal melewatkan kesempatan ini, tapi dia berpura-pura tidak menyadarinya dan membusungkan dadanya. Emilia berdiri seraya mendengar suara Subaru dan melihat keluar jendela, melihat matahari yang mulai tenggelam.

“..... Aku harus segera menuju Makam. Subaru hanya akan menamaniku separuh jalan, kan?”

“Meski aku memohon-mohon pada Garfiel untuk membiarkanku mengantarmu sampai pintu masuk, aku tidak berpikir kalau aku bisa membujuknya...... Emilia, aku tahu tak ada gunanya aku mengatakan ini, tapi.....”

“....Tidak apa. Kau tidak perlu mengatakannya, Subaru.”

…... 'Jangan terlalu memaksakan dirimu', Emilia sudah tahu apa yang ingin Subaru katakan, dan dia menghentikannya sebelum Subaru bisa mengatakannya.
Di hadapan bibir gemetar Subaru, senyum penuh keberanian tersungging di pipi Emilia, dia kemudian mengangkat satu jari di depan bibirnya.

“Aku baik-baik saja, meski semuanya mungkin tidak berpikir demikian setelah melihat betapa bingungnya aku kemarin, aku akan melakukan yang terbaik. Aku ingin melakukan yang terbaik. Dan aku harus melakukan yang terbaik.”

Tiba-tiba mengepalkan tangan di depan wajahnya, “Itulah kenapa”, Emilia melanjutkan,

“Jika kau ingin mengatakan sesuatu padaku, jangan katakan “Tak masalah untuk menyerah”. Kau seharusnya mengatakan “Lakukan yang terbaik”, dan menyemangatiku. Selama aku tahu bahwa masih ada orang yang mempercayaiku, aku yakin aku bisa menemukan kekuatan untuk melakukannya.”

“Mempercayaimu.... tentu saja aku mempercayaimu, Emilia-tan. Satu-satunya pria yang mungkin mengharapkan sesuatu darimu sebanyak diriku adalah si ayah-kucing itu, kau tahu.... Jadi, lakukan yang terbaik.”

“Mn, akan kulakukan yang terbaik.”

Untuk pertama kalinya dalam hari ini, Emilia tersenyum tanpa membangun penghalang apapun. Merasa lega melihatnya tersenyum, Subaru juga ikut berdiri dan mengikuti Emilia keluar dari rumah.

Di Sanctuary setelah malam tiba, sebuah angin dingin berhembus.
Dibelai oleh hembusan angin, rambut perak Emilia menari dan berkilauan saat dia melangkah maju.
Seperti sebuah sungai berwarna perak yang mengalir di bawah cahaya bulan, Subaru memperhatikan langkah tegap Emilia dari belakang.

….. Meski begitu, dia tahu kalau Emilia akan gagal malam ini.


XxxxX


Salah satu tujuan mereka yaitu membawa para pengungsi kembali ke wilayah Roswaal, berhasil dicapai dua hari lebih awal daripada sebelumnya.
Selain tanggalnya, tak ada banyak perbedaan dibandingkan pengulangan sebelumnya. Para pengungsi menaiki kereta naga dengan teratur, dan para pedagang yang Subaru sewa, juga dibebaskan dari Sanctuary bersama dengan mereka. Subaru dan Otto juga menemani mereka.
Jika ada perbedaan, maka itu adalah,

“Aku memang meminta seorang pemandu, tapi aku sangat terkejut kalau itu ternyata adalah Lewes-san. Biasanya, hal semacam ini akan dilakukan oleh seorang bawahan... atau sesuatu seperti itu, kan?”

“Apa, kau tidak suka kalau aku yang jadi pemandunya? Setelah kita meminum teh dan mengobrol bersama, Su-bo rupanya masih dingin terhadapku, hatiku hancur.”

Mengatakan hal tersebut, si nenek-loli terlihat seperti benar-benar akan menangis. Menyelipkan tubuh kecilnya di atas tempat kusir yang sempit, dia mengklaim tempat di tengah-tengah, tepat di samping Subaru. Tempat kusir awalnya hanya dimaksudkan untuk ditempati dua orang, dan dengan ditambah si gadis kecil Lewes, situasinya pun menjadi lebih sulit.

“Mnnn, aku juga merasakan hal yang sama. Natsuki-san memang sama sekali tidak tahu cara bersikap sopan ataupun bersikap baik pada orang lain, dia mungkin meninggalkan semua sopan santunnya di dalam rahim ibunya, kau tahu.”

“Hey, Su-bo. Siapa bocah yang kelihatan tak terkenal yang duduk di atas tempat kusir itu?”

“Serendah itukah kedudukanku di matamu?”

Ketika Otto mengira sudah menemukan korban lain dari ketidaksopanan Subaru, dia langsung dikorbankan begitu saja. Meski bertugas memegang tali kekang yang secara harfiah berarti nyawa setiap orang yang ada di kereta, dia tetap saja tak dihiraukan.
Bayangan suram menutupi wajah Otto yang nampak rapi, dan,

“Aaahhh.... Aku merasa semenjak datang ke sini aku tidak berhasil meninggalkan kesan apapun kecuali sebagai pria yang terus berteriak sepanjang waktu. Apa aku benar-beanr tidak meninggalkan kesan apapun terhadap Margrave Mathers?”

“Kau berhasil menunjukan padanya dirimu yang selalu santai, dan dia tertawa terbahak-bahak sampai luka di perutnya terbuka.... itu adalah kesan yang sangat mendalam, kan?”

“Ada kesan baik dan kesan buruk di dunia ini, dan menurutmu kesan macam apa yang didapat dari melukai perut seseorang?”

“Dan inilah yang dia katakan setelah melukai perut seseorang.... orang ini, memang tak memiliki harapan.”

“Jika aku tak memiliki harapan, maka kau 120% tak memiliki harapan!”

Alasan Otto datang ke Sanctuary, perkenalannya dengan Roswaal, semuanya terpenuhi tanpa banyak penundaan. Semuanya berlangsung sama seperti sebelumnya, dan bahkan, dengan tertawa terbahak-bahak ketika melihat tingkah Otto, penilaian Roswaal terhadapnya tidak mungkin bisa dibilang rendah.
Meski begitu, rasanya Roswaaal tidak menganggapnya sebagai seorang pedagang.

“Well, asalkan ada aku yang mengawasimu, kau bisa terus berada di sini untuk waktu yang sangat lama. Selain itu, kau sudah melihat dokumen rahasia dari wilayah Roswaal, jadi tak mungkin kau bisa kabur.”

“Kau tahu, bertemu denganmu adalah akhir dari keberuntunganku, Natsuki-san... tapi, aku sudah menyerahkan diriku pada takdir, jadi tak masalah.”

Seperti yang diharapkan, tetap tidak berputus asa setelah menemui kesialan dalam perjalanannya, Otto memang memiliki kualitas dasar sebagai seorang pedagang di hatinya. Walau dia tidak ditakdirkan memperoleh kejayaan di akhir jalan yang dia ambil, dia tetap tidak pernah menyesali pilihan yang telah dia buat.
Jauh dalam benaknya, Subaru merasakan sebuah rasa pertemanan dengan pria yang tetap berada di sampingnya karena alasan seperti itu.

“Aku akan sangat menantikan saat di mana aku mempekerjakanmu seperti seekor kuda, Otto!”

“Apa sih yang orang ini katakan dengan ekspresi ceria seperti itu!?”

Otto meratap saat Subaru menepuk punggungnya dan mengacungkan jempolnya.
Melihat Lewes, menyelipkan diri di antara mereka sambil menyumbat telinganya, Subaru memandang ke bawah dari atas kereta bersiap untuk berangkat, dan,

“.... Kalau begitu, kami berangkat, Emilia-tan.”

“Mn, berhati-hatilah!”

Mengangkat tangannya di depan dada dengan sebuah lambaian, Emilia menjawab sembari melihat keberangkatan mereka dengan cemas.

…. Kemarin malam, Subaru menemani Emilia untuk menantang Ujian. Hasilnya, seperti yang sudah dia ketahui, Emilia gagal. Karena Subaru tidak diizinkan untuk mengikutinya ke dalam Makam, Ujian itu berlangsung tanpa ada gangguan sama sekali, dan pada akhirnya, seolah dalam keadaan tak sadar, Emilia menyeret tubuhnya keluar dari Makam, matanya gemetar sebelum jatuh ke dalam pelukan Subaru dan kehilangan kesadaran.

Tetap berada di samping Emilia sepanjang malam saat ia tertidur, Subaru tidak bisa mengingat sudah berapa kali dia harus mengusap air mata yang mengalir di wajah tertidur Emilia.
Melihatnya hancur seperti ini, tentu adalah sebuah kebohongan jika Subaru bilang dia tidak khawatir meninggalkan Emilia di sini.
Subaru ingin tetap berada di sampingnya selama mungkin, dan menahan tubuhnya yang gemetar, tapi,

“Aku akan kembali dalam dua sampai tiga hari, jadi jangan paksakan dirimu. Karena sekarang para penduduk sudah bebas, kau tak perlu terburu-buru. Perlahan namun pasti, kita bisa sedikit bersantai dan menaklukan Ujian itu!"

“Itu.... benar. Mn, jika kau bilang begitu, Subaru....”

Tanpa ada tanda-tanda kembalinya kekuatan yang ia lihat pada senyum Emilia kemarin malam, senyumnya kini terlihat lemah, dan terasa seolah tak lebih dari sebuah pandangan sekilas. Bahkan, untuk berdiri di sini dan mengantar kepergian mereka saja, Emilia sudah harus memaksakan diri. Atau mungkin, dia sedang mengalihkan perhatiannya agar bisa melupakan hal-hal yang membebani hatinya.

“Ram, aku tidak bermaksud untuk mengingatkanmu, tapi.....”

“Ram ragu apa itu namanya kalau bukan pengingat..... tapi jangan khawatir, sebenci apapun aku mengakuinya, aku memiliki pendapat yang sama dengan Barusu. Masalah ini sudah bisa dianggap sebagai masalah jangka panjang. Pokoknya, jika tidak ada perintah dari Roswaal-sama, aku akan terus mengawasi Garf.”

“Aku berhutang padamu.... meski ini kedengarannya sangat gila, aku pasti akan membalas kebaikanmu dengan cara lain.”

“Tch. Barusu ternyata cepat tangggap.”

“Barusan, aku merasa seperti tanpa sadar menghindari DEATH FLAG.....!”

Mendecapkan lidahnya, Ram dengan sopan membungkuk saat mengantar kepergian mereka. Dia mundur ke belakang, sementara Subaru duduk di atas tempat kusir, bersiap untuk berangkat.... ketika dia melihat di bagian belakang sekumpulan orang yang mengantar keberangkatannya, terdapat seorang pemuda berambut emas menyilangkan tangan, menatap ke arahnya.

Di saat yang sama ketika Subaru memperhatikan Garfiel, Garfiel juga memperhatikannya saat pandangan mereka bertemu.
Ketika pandangan mereka saling bertemu, tak satupun dari mereka tahu emosi apa yang dirasakan yang lain, dan setelah apa yang terjadi pada Emilia kemarin malam, semakin sedikit kemungkinan mereka bisa berdamai.

“Ugh. Entah bagaimana aku pasti akan menemukan petunjuk untuk berbaikan dengannya.....”

“Natsuki-san? Sudah waktunya berangkat, bisa kita pergi sekarang?”

“Yeah, ayo berangkat. Lewes-san, kami mengandalkanmu.”

“Serahkan padaku!”

Lewes mengangguk dibarengi sebuah jawaban yang begitu bersemangat, dan Otto, memegang tali kekang, memberi sinyal pada Patrasche dan Furufu. Kereta naga mulai bergerak, dan migrasi besar dari para pengungsi pun dimulai.
Jauh dari kecepatan penuh, kereta naga bergerak dengan kecepatan pelan. Hal itu tak bisa dielakkan, mengingat penumpangnya kebanyakan wanita, anak-anak, dan para lansia.

“Meski begitu, nampaknya wajah semua orang menjadi semakin ceria karena mereka tahu kalau mereka akan segera pulang.”

“Rumah, memang memiliki kekuatan semacam itu. Tak peduli seberapa biasa dan sederhananya rumah tersebut, di sana adalah tempat di mana hati setiap orang berada.”

Lewes menimpali bisikan Subaru saat dia menyaksikan rombongan panjang di belakangnya. Mendengar komentarnya, Subaru menyilangkan tangan dan memiringkan kepalanya, “Benarkah?”

“Lewes-san, jadi kau juga mencintai Sanctuary?”

“.... Well, siapa yang tahu. Dalam kasusku, aku ini berada dalam situasi khusus di mana aku tidak tahu tempat lain selain tempat ini. Dan hanya memikirkan tempat lain saja, sudah sering membuatku ketakutan.”

“Membuatmu ketakutan?”

“Menginjakkan kaki di tempat yang sepenuhnya tidak kau kenal itu adalah hal yang mengerikan, Su-bo. Bagiku, si tua yang melewati tahun-tahunnya dengan sia-sia ini, memang begitulah rasanya.”

Dengan sebuah senyum tua di wajahnya, Lewes mengalihkan pandangannya menatap ke kejauhan. Namun, karena dia terlihat seperti seorang gadis kecil, tak peduli seberapa serius Lewes mencobanya, Subaru begitu kesulitan menganggapnya sebagai sesuatu selain gadis kecil yang menegakkan punggungnya berlagak menjadi sok dewasa.

Dan, sesekali melakukan obrolan santai tersebut, rombongan kereta naga melanjutkan perjalanannya melewati hutan. Kira-kira butuh 8 jam perjalanan untuk sampai ke sana. Divine Protection : Wind Evasion, menjamin bahwa perjalanan ini akan terasa seperti duduk di kursi kelas atas, tapi itu juga membuat waktu terasa berlalu lebih lambat.

“Sungguh naga tanah yang pintar. Dia hampir tidak membuat kesalahan bahkan tanpa aku pandu pun!”

“Yeah, dia adalah harga diri dan kebahagiaanku yang manis, kau tahu. Mungkin aneh bagiku mengatakan ini, tapi berbagai tokoh yang muncul di sekitarku, semuanya berada di level yang tinggi, lo?”

Yang pertama adalah para anggota di mansion Roswaal, dan dengan dimulainya Pemilihan Raja, orang-orang yang Subaru jumpai semuanya berada di puncak bidang mereka masing-masing. Sungguh menyedihkan bagaimana kualitasnya yang biasa-biasa saja terlihat begitu mencolok ketika berbaur dengan mereka, meskipun sekarang, dia bisa melihat sisi baiknya.
Tertinggal satu lap di garis start, Subaru tetap berlari. Untuk mengejar mereka, satu-satunya hal yang harus Subaru lakukan adalah terus berlari.... dan dia sudah diberi kekuatan untuk melakukannya.

“Kalau dipikir-pikir, meski aku sangat berterima kasih kau bersedia memandu kami, tapi bagaimana Lewes-san akan kembali nanti? Jika semua kereta naga menuju desa Arlam, kau jadi tak punya transportasi apapun kan?”

“Tak usah khawatir, aku akan berjalan sendiri dengan dua kakiku seperti orang normal. Asal kau tahu saja, kakiku ini tidak akan kalah dengan para pemuda-pemuda itu.”

**pat pat** Lewes menepuk kaki kecilnya beriringan dengan gerakan kereta. Dengan kata lain, itu sangat tidak meyakinkan, tapi Subaru tidak sampai hati untuk menghancurkan kepercayaan diri gadis kecil ini.

“Aku paham aku paham..... Oy, Otto. Kau punya keinginan untuk membawa loli ini kembali ke Sanctuary?”

“Karena aku tidak tahu apa maksud di balik pertanyaan itu, apa kau keberatan jika aku tidak menjawabnya?”

“Kau dengar itu, Lewes-san? Sepertinya kita bahkan tidak bisa mengandalkan pria ini untuk mengantar seorang gadis kecil pulang ke rumah melewati hutan yang gelap dan menakutkan. Satu atau dua gadis kecil, seharusnya dia tidak boleh sembrono.”

“Kejam sekali, sungguh sudah rusak hati orang-orang zaman sekarang.”

“Kalian berdua bersatu untuk melawanku ya!?”

Seperti biasa, ratapan Otto hancur begitu saja melewati keheningan hutan. Lewes dan Subaru menatap satu sama lain dan tersenyum, kemudian Lewes mengangkat wajahnya, dan,

“Hampir sampai.”

Mendengar bisikan Lewes, Subaru mengernyitkan dahinya. Tapi di saat yang sama, tubuh Lewes tiba-tiba bersandar ke arahnya. Dengan lembut menangkap tubuh kecil Lewes, "Huh?' Subaru sedikit menaikkan suaranya,

"Otto, berhenti. Lewes-san terlihat sedikit aneh."

"Haruskah kita kembali ke desa?"

Menanggapi panggilan pendek Subaru, Otto menarik tali kekang dan membuat kereta naga berhenti. Memberikan perintah yang sama pada barisan di belakang mereka, satu persatu, Subaru mendengar suara ringkikan naga saat mereka berhenti.
Kemudian, masih berada di lengan Subaru, Lewes sedikit mengangkat tangannya,

"..... Maaf, tak perlu kembali. Ini hanya efek ketika aku mendekati barrier. Jika aku terus masuk lebih jauh lagi ke dalam hutan, aku tidak bisa menjamin kalau aku bisa tetap sadar."

"Barrier.... hal yang sama juga terjadi pada Emilia ketika dia memasuki Sanctuary."

Di waktu Subaru, sudah seminggu yang lalu ketika dia pertama kali tiba di Sanctuary.
Seperti di dalam kereta naga yang bergoyang barusan, Emilia pingsan dan mereka disapa oleh sambutan kasar dari Garfiel.
Ekspresi Lewes terlihat persis seperti Emilia pada waktu itu, dan jika kereta naga bergerak lebih jauh lagi, kesadarannya mungkin akan terenggut seperti Emilia sebelumnya.

"Hey, barrier ini benar-benar tahu cara memisahkan kita. Entah itu aku yang berkulit sensitif ataupun Otto yang berkulit tidak sensitif, tak satupun dari kami yang merasakan sesuatu."

"Berkulit tidak sensitif, apa maksudnya itu? Kulitku tidak merasa sensitif dan tidak sensitif di sini."

"Itulah yang terjadi ketika seorang pemuda tidak merawat kulit mereka, begitu kau sedikit demi sedikit menumbuhkan bintik coklat di akhir usia 20-an, kau pasti akan menyesali ketidakpeduliaanmu lebih awal."

"Aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau katakan, tapi, kembali ke topik, di sini adalah tempat di mana kita mengucapkan selamat tinggal pada Lewes-san.... kan?"

Mengabaikan komentar sembarangan dari Subaru, Otto menoleh ke arah Lewes.
Dan, menanggapinya, Lewes mengangguk dengan ekspresi menderita di wajahnya,

"Well, ya. Sejauh inilah aku bisa pergi. Mereka yang terlahir di dalam Sanctuary, memiliki tingkat kecocokan yang sangat buruk dengan barrier. Sudah sangat lama semenjak terakhir kali aku datang sejauh ini..... Well, tak ada yang special sih."

"Kalau begitu, apa mengetes barrier adalah sebagian alasan kenapa kau ikut bersama kami?"

"Sepertinya aku terlalu optimis dengan pemikiran itu. Hasilnya ya seperti yang kau lihat.... mustahil. Sanctuary hanya bisa dibebaskan dengan menyelesaikan Ujian. Itu sudah jelas, Su-bo."

Di bawah tatapan gadis kecil itu, Subaru sadar bahwa Lewes jauh-jauh datang ke sini hanya untuk memastikan sendiri kalau mereka benar-benar ditahan di dalam Sanctuary. Subaru bisa melihat betapa inginnya Lewes keluar dari Sanctuary, dan sangatlah wajar dia menginginkannya.

"Emilia mungkin akan merasakan hal yang sama jika dia datang sejauh ini."

"Karena dia sudah datang ke dalam sini, memang itulah yang akan terjadi. Tidak semua penduduk Sanctuary lahir dan dibesarkan di sini. Ros-bo terkadang membawa mereka yang memiliki kondisi serupa dari luar. Dan anak-anak itu juga akan menjadi milik sang Penyihir begitu mereka memasuki Sanctuary. Emilia-sama bukanlah pengecualian."

".... ini lagi. Rasanya aku baru saja mendengar informasi yang tidak bisa kulewatkan...."

Roswaal membawa penghuni baru ke dalam Sanctuary dari luar... jika mereka adalah orang-orang yang terpengaruh oleh barrier, itu berarti mereka juga seorang darah campuran.

"Jadi, dia membawa mereka masuk dan mengurung mereka di sini? Oyoy, apa-apaan yang dia pikirkan?"

"Untuk tujuannya.... aku tidak bisa mengatakannya. Ketika kau kembali nanti, tanyakanlah hal ini sendiri padanya, Su-bo."

Lewes dengan lemah menggelengkan kepalanya, dan menarik dirinya dari lengan Subaru yang kini sedang mengernyit. Ketika dia melompatkan tubuh kecilnya dari atas tempat duduk kusir, Patrasche menjulurkan kepalanya ke arah Lewes, dan Lewes pun menepuk lehernya.

"Naga tanah yang pintar. Jadilah kekuatan bagi tuanmu, sekarang!"

Patrasche membalas dengan menyentuhkan hidungnya pada Lewes, membenarkan kata-katanya. Pada kenyataannya, tanpa ada niatan untuk membual, ini adalah pertama kalinya Subaru melihat Patrasche bisa menjadi begitu akrab dengan orang lain selain dirinya.
Bahkan Otto malah sudah beberapa kali menerima serudukan kepala ketika sedang mencoba berbicara dengannya.

"Masih ada berbagai hal yang harus kulakukan di Sanctuary, jadi begitu aku selesai menanyakan semua yang ingin kutanyakan pada Frederica, aku akan segera kembali."

"Baguslah kalau begitu... ini hanya intuisiku saja sih, tapi tanpa kau di sini, rasanya tidak akan ada sesuatu yang berkembang di dalam Sanctuary."

"Lagi-lagi penilaian yang berlebihan dijatuhkan padaku... meski itu hanya intuisi."

"Itu adalah intuisi dari seorang wanita yang sudah hidup lebih dari 100 tahun, kau tahu?"

"Cara untuk menilai hal tersebut, tergantung pada apakah kita melihat sisi baiknya atau bukan."

Menjawab kata-kata Lewes dengan cara seperti itu, Subaru dengan sopan membungkuk dari atas tempat kusir. Melihat Lewes menjauh dari kereta, Otto dengan pelan mengatakan, "Kita berangkat!"

"Yeah, sampai juga lagi, Lewes-san. Berhati-hatilah dalam perjalanan pulang!"

"Mmm, kau akan segera keluar dari hutan jika kau melaju lurus ke depan dari sini. Teruslah maju sampai kau menemukan jalan, dan para naga tanah seharusnya bisa menanganinya sendiri dari sana. Hati-hati!"

Melambaikan tangan kecilnya, Lewes berpisah dengan mereka. Otto mengibarkan bendera sinyal, dan barisan kereta naga pun melanjutkan perjalanannya.
Setelah menyaksikan mereka pergi, Lewes berbalik dan menuju ke kedalaman hutan. Melihat sosok kecilnya menghilang di celah antar pepohonan, berdoa agar dia bisa kembali dengan selamat... Subaru merasakan sebuah gundukan aneh di benaknya yang tidak bisa dia jelaskan.

"..... Sesuatu, terasa tidak beres."

Dia merasakan sebuah keganjilan dalam percakapan mereka sebelumnya. Namun, tidak mampu mememukan apa itu, Subaru menjatuhkan berat tubuhnya di atas kereta naga yang bergoyang.
Keluar dari hutan, berada di bawah sinar matahari yang cerah, jalanan membentang di hadapan mereka.... Mereka telah melewati barrier, dan meninggalkan Sanctuary.
Dari sini, masih ada jalan yang begitu panjang di depan.
Ada banyak hal yang harus dia lakukan, dan hal-hal yang harus dia bicarakan.
Dengan hal-hal tersebut menumpuk bagaikan gunung, Subaru melanjutkan perjalanan di dalam kereta naga yang bergoyang.

---End---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
5 Komentar
avatar

Teteap semangat min.... selalu ditunggu kelanjutannya

Balas
avatar

Bagus translate y', ganbare..

Balas
avatar

ini mmng gdk ilustrasi di sini?

Balas
avatar

Min link nya diperbaikin dong chapter 29 sama 30 nya ga ada teks nya

Balas