Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 54 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 54 : Tahu Soal Neraka



Chapter 54 : Tahu Soal Neraka.

Saat pertanyaan sakral itu terucap dari bibirnya, Subaru langsung tahu di mana posisinya berada.

Kata-katanya meluncur keluar, mendarat dengan mulus di telinga Garfiel.... seketika, ekspresi pemuda berambut emas itu langsung berubah. Menyaksikan hal tersebut, sesaat, pikiran Subaru serasa berhenti.
Dia adalah Garfiel yang sama yang selalu mewaspadai Subaru, orang yang terus mempertahankan sikap kasar dengan tatapan tajamnya dan bertekad untuk tidak akan menunjukan kelemahan apapun.
Tapi sekarang, ekspresinya berubah menjadi sesuatu yang lain.

Ekspresinya hampir seperti seorang anak kecil yang ingin menangis karena rahasianya yang paling berharga terbongkar.

"Kau.... apa yang barusan kau katakan?"

Tapi ekspresi itu hanya bertahan dalam sekejap.
Seolah menghancurkan jejak-jejak kelemahannya, Garfiel memicingkan matanya, menggeretakkan giginya, dan menatap tajam Subaru bak orang kesurupan.

Keheningan yang mendiami hutan dan kesunyian yang terasa begitu sepi tiba-tiba berubah. Perasaan merinding merayapi kulit Subaru ketika ia menerima tatapan tersebut.
Tubuhnya berekasi terhadap bahaya yang ada di hadapannya. Sebuah refleks terhadap.....

"Kau terlihat seperti ingin membunuh seseorang."

Membahas 'topik itu' pasti merupakan hal terakhir yang ingin Garfiel lakukan. Reaksinya membuat Subaru cukup yakin akan hal itu.

Tanpa sepatah katapun, tatapan dingin Garfiel malah menjadi semakin intensif begitu mendengar gumaman Subaru.
Jejak kelemahan sekilas tadi telah lenyap, dan menggantikannya, hanya ada kebencian yang tertuju pada orang yang ditatapnya.
Seolah tertusuk oleh tatapan itu, naluri peringatan bahaya menggelora di seluruh tubuh Subaru. Tapi mengabaikannya, Subaru terus menunjukan ekspresi tak gentarnya,

"Apa aku harus mengatakannya lagi? Aku melihat beberapa anak yang terlihat sangat mirip dengan Lewes-san berkeliaran di Sanctuary. Dan aku sangat yakin kalau mereka bukan Lewes-san."

".... Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Jadi kau melihat nenek sedang jalan-jalan? Kalau dia berkeliaran di tengah malam seperti ini memang masalah yang beda lagi, tapi itu bukan sesuatu yang......"

".... Mereka ada dua."

"Hah?"

Saat Garfiel mencoba merasionalkan apa yang Subaru katakan, alasannya dalam sekejap hancur ketika Subaru mengangkat dua jarinya,

“Aku melihat dua orang yang terlihat sangat mirip dengan Lewes-san bekeliaran di saat yang sama. Mungkin salah satu dari mereka memang Lewes-san, tapi..... siapa yang satunya......”

….. Saat Subaru menyelesaikan kalimatnya, saat itu pula dia kehilangan pandangan mana atas mana bawah.

“..... Ghua!”

Dia merasa punggungnya menabrak sesuatu yang keras, menyebabkan seluruh udara keluar dari dalam paru-parunya.
Tulang belakangnya menghantam sesuatu yang besar dan tidak rata..... sebuah batang pohon. Dia dijepit di sana oleh kekuatan yang begitu besar dan tak bisa melepaskan diri.
Menahan perut Subaru di batang pohon dengan tangannya, Garfiel menatap mata Subaru.

“.... Di mana kau melihatnya oy!?”

“Bukan di tempat yang aneh.... cuma.... di hutan ini saja...”

“Tidak...itu tidak mungkin. Kami seharusnya sudah sangat berhati-hati untuk memastikan kalau hal itu tidak akan terjadi atau sampai ditemukan oleh bajingan sepertimu.”

Tangan Garfiel semakin keras menekan, membuat cairan pencernaan keluar dari mulut Subaru.
Meskipun Subaru meronta dan menendang-nendang, tangan Garfiel tetap tak bergeming.
'Seperti serangga yang dijepit untuk pameran'. Subaru merasa merinding memikirkan hal tersebut.

“Ususmu akan sampai ke punggungmu jika kita terus melakukan ini. Sebelum hal itu terjadi, bagaimana kalau kau mulai menceritakan yang sebenarnya?”

Menyeringai jahat, Garfiel menguatkan tekanannya pada tubuh Subaru.
Garfiel seolah membuktikan kalau dia tidak sedang bercanda, Subaru kini bisa merasakan tulang dan organ tubuhnya mulai berderak. Tapi, menarik napas yang terasa begitu menyakitkan,

“I....itu, tergantung pada si....kapmu.”

“Itu sama sekali tidak lucu. Kau masih berpikir kalau kau bisa bernegosiasi denganku ya? Bukankah aku sudah mengajarimu untuk membuang pemikiran angkuh itu?”

“Kau bisa saja.... langsung menghabisiku di sini tanpa menunggu jawaban apapun, tapi itu tidak akan menyelesaikan apa-apa.”

“.....”

Mengucapkan hal tersebut, Subaru bisa merasakan kalau Garfiel bersedia mendengarnya bicara.
…. Hingga saat ini, Subaru sudah menyangka reaksi ini dari Garfiel.

Satu-satunya momen Subaru benar-benar melihat klon Lewes adalah saat pertarungan melawan sang Penyihir di pengulangan sebelumnya.
Sebelum itu, dia bahkan tidak pernah terpikirkan keberadaan mereka, apalagi melihat salah satu dari mereka di Sanctuary. Tapi kalau dipikir-pikir sekarang, memang ada beberapa keanehan yang menandakan keberadaan mereka, meskipun hal itu tak perlu dibahas sekarang.
Bagaimanapun juga, itu karena para klon tersebut begitu handal bersembunyi di Sanctuary.
Sulit dibayangkan jika hanya Garfiel sendiri yang merahasiakan keberadaan lebih dari 20 klon-klon tersebut, jadi itu mungkin sesuatu yang diketahui oleh para penduduk Sanctuary.
Jika ada orang lain yang mengetahuinya, itu pasti Roswaal, dan mungkin Ram.

Hanya membahas hal itu saja sudah cukup untuk membuat Garfiel geram, itu memang sudah Subaru perkirakan.
Sementara hal yang tidak dia perkirakan adalah....

“......Kau sudah gila.”

Mengatakan hal tersebut, Garfiel melepaskan tubuh Subaru.
Tanpa peringatan apapun, Subaru jatuh ke tanah dengan “Uwa!!”. Berguling, mengecap rasa rumput dan tanah di dalam mulutnya, Subaru meludahkan kotoran tersebut dan berusaha berdiri. Kemudian, balik menatap Garfiel,

“Jangan tiba-tiba melepaskanku, kau membuatku takut.”

“Diam, bodoh. Berhenti bercanda. Kau sedang mengujiku, kan?”

“Menguji?”

Melihat Subaru memiringkan kepalanya berpura-pura bodoh, Garfiel mendecapkan lidahnya.

“Kau pasti berpikir kalau aku akan membunuhmu jika kau berbicara seperti tadi, kan?”

“........”

Hal yang tidak Subaru sangka adalah Garfiel memilih untuk tidak langsung membunuhnya.
Bahkan ketika diprovokasi seperti tadi, Garfiel masih memberinya kesempatan untuk menjelaskan.
Menyadari bahwa Subaru sudah tahu kalau apa yang dia katakan mungkin akan berujung pada kematiannya, Garfiel dengan kasar menendang tanah.

“Berhenti bercanda... Kau pikir kau bisa mempertaruhkan nyawamu dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa? Dasar gila. Kau membuatku muak.”

“Agak sakit rasanya ketika kau menyebutnya begitu... dan ini tidak seperti aku tidak peduli atau bagaimana.”

Subaru tersenyum lemah pada Garfiel dan menggaruk kepalanya.
Sambil melakukan hal tersebut, dia sadar kalau jarinya sedang gemetar.

Meskipun Garfiel sudah berhenti menyakitinya, kebenciannya tetap tidak berkurang sedikitpun.
Dan bahkan sampai sekarang, tubuh fisik Subaru masih terus berteriak dengan perasaan ngeri seakan-akan tubuhnya hancur.

Itu sangatlah wajar, mengingat Garfiel yang sedang terprovokasi ada tepat di depan matanya.
Artinya, kurang lebih Subaru sudah mengerti kalau dia sedang menghadapi harimau raksasa yang di pengulangan sebelumnya mengamuk di hutan membantai para penduduk desa.

Hanya mengingat cakar dan taring mengerikannya saja sudah cukup untuk membekukan hati Subaru dengan perasaan ngeri.
Tapi....

"Jika nyawaku saja sudah cukup untuk memperbaiki semuanya, kupikir itu pertukaran yang sangat adil."

Jika harga yang harus dibayar hanyalah rintihan di dalam hati Subaru, tentu itu adalah pertukaran yang sangat murah.
Tidak setiap hari kau bisa mendapatkan akhir yang bahagia dengan harga yang sangat murah seperti itu.

Meskipun ketetapan hati Subaru bisa hancur kapan saja.... pondasi yang menyokongnya adalah sesuatu yang kuat dan tak bisa dihancurkan.
Garfiel pasti juga mengerti hal itu. 
Kemudian, mendenguskan hidungnya dengan seringai jijik,

"Aku punya kesan buruk dengan bajingan yang memiliki mata seperti itu. Normalnya, aku akan langsung menghancurkanmu di sini sekarang juga, tapi..."

"Aku akan sangat kecewa jika kau melakukannya... aku  lebih suka kalau kau bisa melupakan ide tersebut. Dan itu benar-benar terdengar seolah kita berbicara dengan bahasa yang sama di sini... jadi....."

"....."

"Kau mau menjawab pertanyaanku?"

Membersihkan kotoran yang ada di tubuhnya, Subaru bertanya sekali lagi.
Wajah Garfiel menjadi masam menanggapi topik tersebut, dia pun mengalihkan pandangannya,

"Tidak."

"Begitu ya. Yah mau bagaimana lagi."

Mendapat jawaban yang terdengar seperti berasal dari seorang anak yang keras kepala, Subaru mengangkat bahunya dan berhenti membahas topik itu.
Menanggapinya, ekspresi kebingungan malah muncul di wajah Garfiel,

"Kau..... bukankah kau ingin....."

"Tapi kau tidak ingin bicara, kan? Aku tidak punya kekuatan maupun kemampuan membujuk untuk membuatmu bicara. Yah maksudku, aku bisa saja terus merengek padamu untuk memberitahuku, tapi hasilnya tidak sepadan dengan resikonya, jadi mungkin lain kali."

".... apa?"

"Oh jangan membuat wajah bingung begitu, Garfiel. Tak peduli seberapa keras kau ingin menyembunyikan rahasiamu, aku pasti akan mengungkapnya. Lebih tepatnya sih, aku harus melakukannya."

Garfiel mengangkat kepalanya mendengar kata-kata itu, Subaru pun balas menatapnya.
Mata mereka bertemu, tapi tidak dengan ketegangan yang sama seperti sebelumnya. Semangat di mata Garfiel nampak mulai memudar, sementara tekad Subaru malah menjadi semakin kuat.

"Garfiel. Aku pasti akan.... mengungkap semua rahasia Sanctuary yang coba kalian sembunyikan. Aku tidak punya pilihan lain, jadi aku harus melakukannya."

".... Diam. Apa kau sadar, jika aku membungkam mulutmu sekarang juga, kata 'pasti' ataupun 'yakin' yang kau bicarakan itu tidak akan ada lagi, oy!"

"Maaf, tapi aku sangat yakin. Asalkan aku tidak menyerah, aku pasti bisa mengungkap semuanya sampai tidak ada yang bisa diungkap lagi. Jika ada orang yang harus disalahkan karena hal itu, salahkan kecerobohanmu."

Tidak mengerti kata-kata Subaru, mata Garfiel penuh dengan kebingungan.
Tentu saja, dia tidak akan tahu apa maksud dari 'kecerobohan' yang Subaru maksud. Lagipula, itu adalah kesalahan yang belum dia buat.

".... Kurasa tidak akan ada gunanya jika kita terus bicara."

Melihat Garfiel terdiam, Subaru memutuskan untuk menyudahi percapakannya di sini. 
Dia sudah membuat Garfiel waspada hingga ke batasnya, dan setelah melakukan gertakan tadi, tidak mungkin dia bisa menghilangkan amarah Garfiel di pengulangan kali ini.
Meskipun Subaru tidak berharap banyak pada pengulangan ini, melihat kesempatannya gagal begini rasanya masih sulit untuk diterima.

"Tapi....."

.....Tapi dia harus menahannya.

Karena dia sudah bertekad untuk mempertaruhkan nyawanya, ini bukanlah kali terakhir dia harus menahan perasaan kalah seperti ini.
Dia mungkin tidak akan pernah terbiasa, ataupun mampu melupakan rasa sakit tersebut.
Jika dia terbiasa dengan lingkaran kematian yang tak berujung ini dan mendapati bahwa dia tidak bisa lagi mendambakan masa depan yang ada di hadapannya, hati Subaru pasti akan ditelan oleh kegelapan dan tak bisa kembali.
Entah bagaimana, Subaru tahu hal itu.

"Kau masih ingin menghentikanku kan, Garfiel?"

"...."

"Kalau kau melakukannya, itu hanya akan membuat semuanya berlarut-larut. Jadi aku akan sangat terbantu jika kau tidak melakukannya."

Meski Garfiel membunuhnya sekarang, Subaru hanya akan kembali ke Makam, beberapa jam yang lalu.
Setelah itu semuanya akan terasa seperti pertandingan ulang, dan jika Garfiel mencoba menyingkirkannya lagi, harusnya dia akan baik-baik saja jika dia memilih respon yang lebih aman.
Meskipun tentu saja, akan lebih baik kalau dia bisa menghindari kematian.

Garfiel tidak menanggapi kata-kata Subaru.
Melihat hal itu, Subaru pun berbalik dan mulai berjalan keluar hutan menuju Sanctuary. 
Dia harus mulai membuat rencana untuk esok, dan menata semua hal yang perlu dia pastikan.
Meskipun dia punya kesempatan sebanyak tekadnya mengizinkan, itu tidak berarti dia bisa menyia-nyiakannya.

"Kau....."

Melihat Subaru berjalan menjauh, Garfiel pun memanggilnya dengan suara dan emosi yang tertahan.
Subaru berhenti, tapi tidak berbalik. Menatap punggung Subaru, Garfiel pun membuka mulutnya,

"Apa..... yang coba kau lakukan di Sanctuary? Apa yang kau rencanakan pada kami, hah?"

"Aku sudah mengatakannya padamu. Aku ingin menyelamatkan Emilia. Aku tidak berencana melakukan sesuatu yang buruk pada Sanctuary.... ataupun pada kalian."

Dia tahu bencana yang akan menimpa Sanctuary, dan bermaksud menyelamatkan penghuninya dari takdir mereka. Tentu, Garfiel juga termasuk ke dalam mereka.
Tapi itu hanya akan jadi hasil akhir,

"Aku yakin, kau pasti akan membenciku sebelum kita sampai ke sana. Aku ingin minta maaf untuk itu... Maaf."

".... Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Semua yang kau katakan.... terdengar sangat mirip dengan mereka."

Ucap Garfiel seolah sedang membicarakan sesuatu yang menakutkan dan tak bisa dipahami, dan Subaru hanya bisa menerimanya karena itu memang tak bisa dielakkan.
Meski dia ingin dimengerti, dia tahu kalau Garfiel tidak mungkin bisa mengerti.

"Aku tidak ingin melawanmu. Jadi mulai besok, bersikaplah seperti biasa..... tak masalah jika kau tak bisa melakukannya, tapi jangan menghalangiku. Untuk malam ini, kembalilah ke ranjangmu yang hangat dan tidurlah lebih awal. Entah kau mau ketiduran, melalaikan tugasmu, ataupun bangun lalu tidur lagi, aku sama sekali tidak peduli...."

Mengucapkan kata-kata terakhirnya sebelum pergi, Subaru tiba-tiba berhenti di tengah kalimat.
Barusan, di dalam apa yang dia katakan, dia menyadari seauatu.
Dan dari sana, sebuah ide muncul di kepalanya....

"Mungkin pantas untuk dicoba."

".... Hah?"

"Ya sudah, itu saja untuk malam ini, Garfiel. Apapun kekhawatiranmu, akan kuurusi semuanya. Jadi bersabarlah dan tunggu saja!"

"....! Kau...!!"

Mendengar Subaru terus membicarakan soal masa depan, Garfiel mengangkat kepalanya.
Wajahnya memerah penuh dengan amarah, dia memamerkan gigi-giginya, mengatakan,

“Jangan sok kau....! Siapa, siapa yang memintamu untuk menangani semuanya? Jangan ikut campur yang bukan urusanmu! Nenek, yang lainnya..... semuanya! Kau itu tidak tahu apa-apa!!”

“Aku tidak tahu, makanya aku harus mencaritahu. Itulah kenapa aku melakukan ini.”

“Kau itu hanya melihat luarnya saja, mana mungkin kau bisa mengerti? Menyeringai seperti orang bodoh, terus mengocehkan mimpi-mimpi, mencampuradukkan berbagai hal dengan kata-kata manis, kau benar-benar penipu sialan!”

“.....”

“Kau tidak tahu apa itu rasa sakit, tidak tahu seperti apa rasanya penderitaan, jadi jangan bicara seolah kau tahu segalanya....!”

Teriak Garfiel, menjawab sikap arogan Subaru.
Teriakannya lenyap ke dalam hutan dan memudar begitu saja.

Berlagak, berbicara seolah tahu segalanya, dan ikut campur ke dalam hal yang bukan urusannya meski tidak tahu apa-apa.
…. Itu semua memang benar, dan tak ada satupun dasar yang bisa Subaru gunakan untuk membantahnya.

Namun,

“.....Aku tahu.”

“....”

“Aku tahu apa itu neraka..... Aku sudah melihatnya berkali-kali.”

Jika di dunia ini ada yang namanya neraka, itu pasti adalah dunia yang pernah dilihat Subaru.
Di dunia tersebut, mengingat pemandangan neraka yang pernah dilihatnya, Subaru sudah mengenalnya dengan sangat baik.
Dan karena itulah....

“Cukup aku saja yang mengetahui neraka itu. Itulah alasan kenapa aku ada di sini.”

…. Dia sungguh mempercayai hal itu.


XxxxX


Setelah meninggalkan Garfiel yang sedang merengek dan terlihat menderita, Subaru justru tidak kembali ke tempat tidurnya di Katedral.
Dia ingin pergi ke tempat tidurnya dan perlahan mengatur strategi untuk ke depannya. Sampai beberapa saat lalu, itu memanglah rencananya.
Tapi ada satu alasan kenapa dia memilih untuk menunda rencana itu dan pergi ke tempat lain.

“.... Kalau tidak salah itu lewat sini.”

Menyingkirkan tumbuhan jalar yang menghalanginya, Subaru menggumam sambil berjalan di sebuah jalan yang nampak belum pernah dilewati siapapun.
Penglihatan tentu sangat kurang di bawah tudung hutan yang menghalangi cahaya rembulan. Rumput liar setinggi lutut yang lebat juga sangat mengganggu. Tak ada konsistensi pada tanah yang tidak rata, dan dia pun terpaksa melambatkan langkahnya agar tidak tersandung.

“Meskipun biasanya aku sangat percaya diri dengan insting yang kumiliki, ingatanku terlalu buram.... tapi aku tidak punya waktu untuk melihat-lihat tempat ini, jadi yah mau bagaimana lagi.”

Membuat alasan tidak meyakinkan untuk dirinya sendiri, Subaru melewati dedaunan.
Ini adalah hutan di luar kawasan Sanctuary.... cukup jauh dari tempat di mana dia dan Garfiel terakhir berbicara. Sebenarnya Subaru sudah lebih dulu kembali ke Sanctuary sebelum masuk ke hutan lagi.
Adapun kenapa dia melakukannya...

“Aku sangat yakin di sinilah tempat di mana dia dulu menampakan diri.”

Sebelum rangkaian pengulangan ini dimulai.... di pagi hari sebelum Ujian pertama dilaksanakan, Subaru pernah mengunjungi Makam bersama dengan Otto untuk mengkonfirmasi kualifikasi yang dimilikinya.
Pada akhirnya, Makam menerima Subaru, dan dia diberikan kesempatan untuk menantang masa lalunya dalam Ujian.... tapi ada hal lain selain itu.

Pagi itu, sambil bercanda dengan Otto saat dalam perjalanan pulang, mereka bertemu dengan Garfiel yang muncul dari dalam hutan. Pada waktu itu, dia bilang kalau dia sedang berpatroli di Sanctuary.

“Tapi, timingnya terlalu tepat untuk sebuah kebetulan, dan kenapa dia datang dari arah itu?”

Waktu kemunculannya seolah seperti sudah direncanakan, dan ada masalah mengenai dari arah mana dia muncul.
Mengingat bagaimana Garfiel muncul dari semak-semak di sebelah Makam, Subaru merasakan perasaan deja-vu.
Memilah-milah keganjilan yang ada di dalam ingatannya, dia menyadari sesuatu.

…. Ini seperti jalan menuju bangunan misterius di mana Beatrice pernah mengirimnya ke sana dari mansion.

Kembali ke Sanctuary dan keluar dari bangunan itu, dia punya firasat kalau tempat tersebut sangat dekat dengan lokasi Garfiel muncul pada waktu itu.
Dan, berharap menemukan sesuatu di sana, dia kini menyusuri hutan di tengah malam, mencari jalan menuju tempat tersebut.

"Jalan setapak.... itu artinya...."

Melihat tanah yang tak ditumbuhi tanaman, Subaru menyimpulkan kalau pasti ada orang lain yang secara berkala lewat sini. Mengikuti jalan tersebut menuju ke dalam hutan.... pada akhirnya, pandangan Subaru menjadi jelas.

".... Ketemu."

Itu adalah sebuah bangunan batu. Sebuah struktur tua yang hampir runtuh di kedalaman hutan dengan bagian belakang yang menghadap jurang.
Mendekati bangunan itu, meskipun konturnya dihalangi oleh kegelapan, Subaru memiringkan kepalanya,

"Huh...? Aku sangat yakin, terakhir kali aku melihatnya, bangunan ini lebih hancur dibandingkan sekarang....."

Bangunan itu memang menunjukan usianya, tapi Subaru punya firasat kalau keadaannya kurang parah dibandingkan apa yang terakhir kali dia ingat. 
Sederhananya, apa yang dulu Subaru lihat adalah sebuah reruntuhan, sementara bangunan di hadapannya sekarang masih mempertahankan beberapa kemiripan dengan struktur aslinya.
Artinya.....

"Kalau ingatanku tidak salah, antara hari ini dan hari keenam..... akan ada sesuatu yang terjadi pada tempat ini, kan?"

Menarik inti dari ingatannya, hanya itulah satu-satunya kesimpulan.
Jika benar begitu, maka, seperti yang dia bayangkan, tempat ini tidak sepenuhnya tidak berkaitan dengan apa yang akan terjadi pada Sanctuary.

Menahan napasnya, menekan apapun yang mungkin bisa menunjukan keberadaannya, Subaru dengan hati-hati memutar pegangan pintu bangunan itu.
Pintu itu terbuka dengan senyap, dan saat dia melangkah ke dalam, sebuah bau busuk menyapanya.

Sama seperti sebelumnya, berbagai alat berserakan di depan pintu masuk yang sepi dan tandus.
Melewati lorong yang mengingatkan kita pada ruang tunggu, Subaru berjalan menuju ruang yang telah ditakdirkan.
Dia pun sampai di depan pintu yang ada di ujung lorong.... dan di baliknya, adalah ruangan dengan lubang tanpa dasar di mana Beatrice pernah mengirimnya dari mansion.

Dia bisa saja jatuh ke lubang itu jika tidak berhati-hati. Jadi, dengan pemikiran tersebut, Subaru perlahan membuka pintu dan mengintip ke dalam,

".... Oy oy."

Saat keadaan di dalam ruangan itu terlihat di matanya, Subaru tak bisa lagi menahan suaranya untuk tidak keluar.
Cahaya yang redup menyinari wajahnya. Menyipitkan matanya melihat cahaya yang mempesona itu, Subaru pun menoleh ke arah sumber cahaya tersebut.

Dan di sana, di dalam ruangan yang terletak di bagian belakang bangunan ini, ada....

"Lewes-san.....?"

..... Sesosok wanita dengan tubuh mungil terkurung di dalam kristal besar yang memancarkan cahaya biru pucat.

---End---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Zhi End Translation...
Previous
Next Post »
2 Komentar
avatar

Yg Di Tgg2 Gan Berbulan Bulan Makasih Banget Ya Saya Kira Udah Engga Update

Balas
avatar

Mantap... makin penasaran nih

Balas