Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 56 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 56 : Tujuan Sanctuary



Chapter 56 : Tujuan Sanctuary.

Tempat Lewes membawa Subaru adalah tempat terpencil di mana dia dulu pernah mengajak Subaru untuk minum teh.

"Di manapun tak masalah. Akan kubuat sesuatu untuk kita minum."

"Aku bisa membuatnya kalau kau mau? Ram sudah melatihku dengan sangat baik, lo."

"Meskipun aku ingin melihat kepiawaianmu, tapi sepertinya kau sedang tidak nganggur saat ini."

Lewes tersenyum sambil menunjuk gadis yang terlihat sangat mirip dengannya, gadis yang masih memegangi lengan baju Subaru tanpa ada indikasi kalau dia akan segera melepaskannya.
Dia mungkin memang klon Lewes, tapi Subaru tidak yakin kalau dia harus memanggilnya begitu.

"Hey, kenapa Pico masih tidak melepaskanku?"

"Aku tidak tahu darimana kau dapat nama Pico, tapi setelah semua yang terjadi, aku ragu ada hal yang bisa kau lakukan, jadi sebaiknya kau terima saja untuk sementara. Kau tahu, itulah yang akan terjadi jika kau menyentuh sesuatu tanpa pikir panjang."

"Tak bisa membantahnya sih...."

Hal itu terdengar seolah Lewes mengatakannya demi kebaikan Subaru, tapi Subaru masih sedikit kesal disalahkan karena menyentuh sesuatu tanpa berpikir.
Melihat Subaru cemberut menunjukan ketidaksenanganngya, Lewes pun dengan cepat membuat teh dan kembali dengan nampan di tangannya.

"Ini, masih panas, jadi biarkan dingin dulu sebelum diminum."

"Aku bukan anak kecil lagi... Aku tidak akan langsung meneguknya dan membuat tenggorokanku terbakar."

"Ada seseorang di sini yang tidak pernah bisa tenang dan selalu bermasalah dengan makanan panas, jadi peringatan seperti tadi itu sudah seperti kebiasaan."

Garfiel adalah orang pertama yang Subaru pikirkan punya masalah dengan makanan panas, jadi Lewes mungkin memang sedang membicarakannya.
Melihat bagaimana Garfiel bisa berubah menjadi harimau raksasa, deskripsi tentang 'tak bisa tenang' dan 'berlidah kucing' memang sangat cocok. Sifat sulit belajarnya pun juga sama dengan dugaan Subaru.

Seperti yang Lewes katakan, teh itu memang sangat panas. Subaru membawa cangkir menuju bibirnya, menyesap isinya dengan lidahnya yang kering, dan menghela napas. Kalau dipikir-pikir, ini adalah minuman pertama yang dia minum semenjak kembali dari kematian dan terbangun di Makam.

"Ahh, terasa seperti daun."

"Apa barusan aku mendapat review jelek, ataukah aku hanya terlalu memikirkannya?"

"Kau hanya terlalu memikirkannya, kok."

Meminum sisa tehnya, Subaru menempatkan cangkirnya kembali ke nampan dengan suara 'cting'.
Lewes dengan santai menarik kursi di samping ranjang dan duduk menghadap Subaru.

"Jadi, karena sekarang kita sudah tenang, bagaimana kalau kita langsung mulai saja topiknya?"

"Hmm. Aku juga punya beberapa hal yang ingin kutanyakan padamu, Su-bo."

Merasa lega dengan jawaban Lewes, otak Subaru pun mulai bekerja.
Dia punya banyak kesempatan untuk berbicara dengan orang yang terlibat seperti ini sebelumnya, tapi dia masih saja belum bisa mendekati kebenarannya. 
Sebagian itu karena mereka memang berniat menyembunyikan informasi, tapi ada alasan lain selain itu.

"Itu karena aku tidak menanyakan pertanyaan yang tepat."

Subaru masih belum bisa menemukan pertanyaan yang akan menghubungkan semua jawaban ke dalam satu rangkaian.
Dan selama ini, Subaru tanpa sadar sudah melewatkan intinya.
Bahkan pertanyaan sederhana semacam apa yang perlu dia ketahui dari mereka yang tahu saja berada di luar jangkauannya.

"Bangunan itu.... Bangunan yang ada di sana itu. Apa sebenarnya itu?"

"Hmmm.. jadi kau mulai dengan pertanyaan itu?"

Hal pertama yang muncul di kepala Subaru adalah pertanyaan yang sebenarnya kurang berkaitan.
Sebuah pertanyaan untuk mengukur seberapa terbukanya Lewes.
Mendengar hal itu, Lewes menyentuh dagunya, sebuah gerakan yang sebenarnya tidak cocok dengan penampilannya.

"Kalau kau tanya padaku apa sih bangunan itu, jawabannya adalah, bisa dibilang kalau tempat itu adalah inti dari Sanctuary. Dengan kata lain, tempat itu merupakan sebagian dari alasan keberadaan Sanctuary."

"Alasan keberadaan Sanctuary....!?"

"Sebelum itu, Su-bo.... menurutmu siapa yang menciptakan Sanctuary?"

"Rosw....."

Memberikan jawaban secara refleks, Subaru langsung sadar kalau itu tidaklah benar.
Meski sekarang Roswaal adalah pemilik dan pengelola Sanctuary, pertanyaan mengenai penciptanya adalah cerita yang berbeda.

"Orang yang menciptakan tempat ini.... adalah Penyihir Keserakahan, Echidona, kan?"

"Tepat. Echidona lah yang membuat tempat ini. Penyihir itu membuat tempat ini untuk kepentingannya. Yah, seperti itulah tempat ini."

"Itu sedikit terlalu berlebihan, dan juga melewatkan banyak hal.... paling tidak berikanlah beberapa detail lagi."

"Untuk tujuannya, bukankah keberhasilan percobaannya sudah ada tepat di depan matamu?"

Melihat senyum Lewes saat mengatakan hal tersebut, sesaat, Subaru menahan napasnya.
Kata-kata Lewes memang ambigu, tapi Subaru mengerti maksudnya.
Apa yang coba dia katakan adalah,

"Hasil yang didapat dari percobaan di tempat ini.... adalah Lewes-san dan gadis ini?"

"Kau anak yang baik, Su-bo. Atau bisa kubilang anak yang naif.... Tak masalah sebenarnya jika kau langsung mengatakan hasil dari percobaan itu."

Subaru ragu untuk mengatakannya tepat di depan orangnya langsung.
Jika itu karena dia tidak bisa membaca suasana atau karena tidak peka, itu memang masalah yang beda lagi. Tapi Subaru tahu betul kalau sekarang bukanlah saatnya untuk bercanda.

"Ada seorang gadis di dalam kristal yang terlihat mirip denganku, kan?"

".... Ya, sangat mirip. Jadi Lewes-san, gadis ini, dan dia... adalah kembar tiga, gitu?"

"Jika kau ingin mengumpulkan kami yang terlihat mirip ini menjadi sebuah keluarga besar, menyebut kami kembar tiga itu sangatlah kurang."

"Kurang?"

"Kurang."

'Kurang' yang Lewes maksud di sini mungkin artinya adalah jumlah mereka sangat banyak.
Faktanya, setelah melihat lebih dari 21 klon Lewes sekaligus, tak mungkin ada seorangpun yang bisa menyalahkan Subaru karena berpikir demikian.

Subaru pun menghela napas dan menyingkirkan pemikiran tersebut.
Sejauh ini, Lewes belum pernah sekalipun mencoba menghindari pertanyaan Subaru. Jadi mungkin sekaranglah saatnya untuk berhenti mengujinya dan bertanya lebih dalam lagi,

"Gadis yang ada di dalam kristal itu... apa hubunganmu dengan dia?"

Dia langsung menanyakan pertanyaan tersebut.
Ekspresi Lewes nampak tenang. Sembari membelai rambut pinknya, Lewes menatap Subaru... tidak, lebih tepatnya menatap gadis yang ada di samping Subaru.

"Tidak hanya aku, gadis ini juga berada di posisi yang sama seperti diriku."

"Dan gadis yang ada di dalam kristal itu?"

"Tidak, dia berbeda. Gadis yang ada di dalam kristal itu... adalah yang asli."

Tidak bisa langsung memahami apa yang barusan dia dengar, Subaru mengernyitkan dahinya untuk menunjukan ketidakpahamannya. Berdiri dari tempat tidur, dia pun mencoba mencerna maksud dari kata-kata Lewes,

"Yang asli, itu berarti...."

"Jangan terburu-buru. Bagi orang tua sepertiku, menyelami ingatan lama itu butuh waktu, jadi bersabarlah!"

"Jangan berlagak jadi orang tua sekarang! Hanya melihat gadis hambar di sampingku ini saja aku bisa tahu kalau kau hanya mencoba menambah bumbu percakapan!"

"Hmm, itu kesalahpahaman yang sangat disayangkan. Kau tahu, aku menganggap semua hal yang membuatku jadi seperti sekarang ini, yaitu apa yang kau sebut dengan memperoleh kepribadian, sebagai hal yang cukup berarti."

"Memperoleh... kepribadian?"

Mendengar sesuatu yang tak bisa dia abaikan, Subaru mengulangi kata-kata itu sebagai pertanyaan. Lewes pun mengangguk, dan dengan "Itu benar," dia melanjutkan,

"Seperti yang kau bayangkan, aku ini sama dengan gadis itu, terlahir sebagai sebuah cangkang kosong. Tapi dengan seiring berjalannya waktu, wadah kosong itu akhirnya terisi menjadi seperti aku yang sekarang."

"Tunggu tunggu tunggu, ceritanya berkembang terlalu cepat. Lahir? Kosong? Apa maksudnya itu? Tidak tidak, mungkin maksudnya sudah jelas, tapi apa hubungannya hal itu dengan gadis di dalam kristal itu sebagai yang asli?"

"Gadis yang ada di dalam kristal itu adalah yang asli. Lewes Meyer yang pertama. Lewes-Lewes yang lainnya, termasuk aku, adalah replika dari Lewes Meyer yang asli."

Dengan santainya, Lewes menceritakan asal-usulnya. Dan kini, Subaru menjadi tidak yakin apakah dia  harus terus memanggil orang ini Lewes atau bagaimana.
Apa yang Lewes katakan barusan adalah apa yang sudah Subaru perkirakan setelah dia melihat klon Lewes. Dia sudah menduganya, tapi dia masih belum yakin, sebagian karena dia benci perasaan bahwa orang yang dia kenal adalah seorang klon.
Jika memang harus ada alasan, itu pasti prasangka Subaru sendiri.

"Sekarang setelah kau tahu bahwa aku adalah seorang klon, apa itu mempengaruhi caramu memandangku?"

"Aku tidak tahu... aku ingin bilang kalau itu sama sekali tidak mempengaruhiku. Aku ingin sekali, tapi.... ketika kau menempatkanku di posisi seperti ini....."

.... Dia tidak bisa mengatakannya dengan pasti.
Tapi jujur saja, mengingat kalau ini adalah dunia paralel, dia tentu tidak bisa begitu saja menyebut Lewes-Lewes itu sebagai klon, dan bagaimana mereka tercipta mungkin sangat berbeda dari apa yang Subaru bayangkan.
Tak diragukan lagi, mereka terlahir melalui metode sihir dan bukan melalui ilmu pengetahuan. Kehidupan semacam itu tidak seharusnya dianggap superior maupun inferior; itulah hal yang sepatutnya kita katakan, tapi,

"Aku tidak cukup percaya diri untuk mengatakannya dengan tegas. Jadi aku tidak bisa bilang kalau aku caraku memandangmu masih sama seperti sebelumnya."

"Kurasa aku harus mengoreksi apa yang kukatakan sebelumnya. Kau memang baik dan naif.... tapi lebih dari itu, kau juga terlalu jujur."

Memang, itu bukanlah kata-kata yang menyenangkan untuk didengar, tapi Lewes tetap memberi Subaru anggukan puas. Sambil menata emosi di dalam kepalanya, Subaru menoleh ke arah gadis yang duduk di sampingnya.... gadis yang dia beri nama Pico dan berada di posisi yang sama seperti Lewes.

.... Diam memegangi lengan baju Subaru, Pico menatap kosong ruangan tempat mereka berada. Meskipun matanya melihat hal yang sama seperti Subaru, mata itu tidak berisi apapun yang bisa disebut emosi, malahan lebih mirip seperti kaca yang memantulkan cahaya di sekitarnya.
Ekspresinya tidak berubah, dan Subaru belum pernah sekalipun mendengar dia bersuara.

"Dia benar-benar kosong, apa itu yang kau maksud.....?"

"Dia baru lahir beberapa waktu yang lalu, seorang klon yang baru saja diberikan peran. Dia mampu memahami berbagai perintah sederhana, tapi tetap saja, dia tidak berbeda dengan bayi yang baru lahir. Meskipun, karena dia tidak menangis dan tidak butuh makan, dia jadi tidak merepotkan sama sekali."

"Dia tidak butuh makan...?"

"Mengkloning sebuah tubuh bukanlah pekerjaan yang mudah. Menurutmu apa prinsip di balik penciptaan kami?"

Ditanyai demikian, Subaru menahan dirinya untuk langsung memberikan jawaban.
Anak serakah yang hanya tahu cara bertanya dan mendapatkan jawaban bukanlah apa Lewes harapkan dari Subaru. 
Di bawah tekanan yang diberikan oleh tatapan Lewes, Subaru menggerakkan isi kepalanya untuk mencerna kata-kata Lewes, dan mendapat kesimpulan,

"Apa itu.... mana?"

Menggumamkan hal tersebut, dasar dari keberadaan sang roh kucing agung terlintas di pikirannya.
Tubuh roh Puck bisa terwujud dengan menggunakan mana sebagai perantara. Menerapkan konsep itu, seharusnya kau juga bisa mematerialisasi tubuh manusia.
Mendengar tebakan Subaru, Lewes mengangkat alisnya dan memberikan tepuk tangan pelan,

"Bagus sekali. Aku terkesan kau bisa sampai pada jawaban itu sendiri. Itu juga tidak terdengar seolah kau tahu hal tersebut dari orang lain."

"Yah, kau kan seperti sudah membimbingku menuju jawaban itu. Berada di sekitar roh agung juga sangat membantu.... Jadi, apa aku benar?"

"Hampir benar. Tapi mematerialisasi tubuh hanya dengan menggunakan mana sebagai perantara itu berarti mengkonsumsinya dengan sangat cepat. Sebaliknya, Penyihir Keserakahan memecahkan masalah ini dengan sebuah algoritma khusus."

"Algoritma... khusus?"

"Dia mengembangkan sebuah algoritma khusus untuk menciptakan 'Od' buatan, yang artinya, begitu Od berhasil menyimpan sejumlah mana, hal itu memungkinkan sebuah tubuh untuk terbentuk. Kemudian, karena tubuh itu terbentuk dari mana, keberadaan Od tadi pun memungkinkan terciptanya makhluk hidup yang tidak berbeda dengan makhluk hidup normal."

Od... tidak seperti mana yang ada di atmosfer, Od hanya ada di tubuh makhluk hidup.
Meskipun Od memiliki fungsi yang sama seperti mana, Od tidak bisa diambil dari sumber luar, dan jumlahnya sudah ditentukan sejak lahir. Menggunakan Od sama saja dengan mengurangi umur seseorang, dan akibat dari kehabisan Od adalah kematian.
Ini seperti menggunakan HP untuk merapal sihir ketika kau tidak punya cukup MP.... padahal tidak mungkin kau bisa meregenasi HP.

(T/N : Bingung, apa itu Od? Intinya Od adalah inti spiritual dari tubuh makhluk hidup. Kalau mana adalah energi yang bisa didapatkan dari luar, Od berada di dalam tubuh. Baca di sini aja, untuk referensi http://rezero.wikia.com/amp/rezero/Terminology)

"Kau membuatnya terdengar sangat sederhana.... tapi bukankah itu sangat hebat? Meskipun itu buatan, bisa membuat Od itu pada dasarnya sama seperti menciptakan sebuah kehidupan."

"Tentu saja, ini adalah fenomena yang hanya bisa terjadi ketika syarat yang lebih spesifik telah terpenuhi. Sayangnya, itu bukanlah hal yang bisa kupahami.... Tapi yang pasti, sang Penyihir telah berhasil menciptakan kehidupan."

"Terdengar sangat konyol.... tapi orang itu memang luar biasa."

Subaru bisa membayangkan Penyihir berambut putih itu sedang menatapnya dengan senyum sombong di wajahnya.
Tapi kemudian, pikirannya tiba-tiba teralih pada,

"Tunggu. Daphne kan juga bisa menciptakan Mabeast. Apakah menciptakan kehidupan itu sangat mudah bagi para Penyihir? Ini ternyata tidak selangka yang kupikirkan."

Subaru hampir bisa mendengar Penyihir berambut putih itu sedang cemberut, mengatakan, "Ini bukan berarti aku melakukannya untuk mendapapatkan pujian darimu atau semacamnya ya!"

"Apa-apaan itu, kau terlihat seperti memikirkan sesuatu yang menyenangkan?"

"Ini aneh, tapi rasanya obrolan kita benar-benar telah melelehkan kewaspadaan kita terhadap dia ya. Apapun itu, sekarang aku sudah mengerti asal usulmu, Lewes-san. Echidona dulu membuat klon dari gadis yang bernama Lewes Meyer, aku juga sudah mengerti itu..."

Sekarang Subaru sudah mengerti prinsip di balik para klon tersebut, Lewes sendiri pun juga sudah menerima fakta itu, lantas, pertanyaan selanjutnya adalah,

"Pertanyaan berikutnya, kenapa Echidona melakukan hal semacam itu?"

"Hmm...."

"Karena aku hanya tahu sedikit soal algoritma dan sihir, aku cuma bisa menilai seberapa hebat pancapaian Echidona dari luar saja. Tapi bahkan hanya dari melihat saja, aku bisa tahu kalau itu sangatlah hebat."

Lewes melipat tangannya, mendengarkan. Sedangkan Subaru menghirup napas dan melanjutkan,

"Lantas, di mana dia mendapat motivasi untuk melakukan hal sebesar itu? Apa motif yang dimilikinya? Dan kenapa Echidona perlu membuat klon dari Lewes Meyer?"

Dia masih belum tahu apa posisi gadis bernama Lewes Meyer itu di Sanctuary.
Di Sanctuary yang sekarang, Lewes yang sedang mengobrol dengannya memiliki peran sebagai wakil atau bisa dibilang kembaran Lewes. Tapi apa peran Lewes Meyer yang asli di Sanctuary?
Atau, bagaimana kalau sebenarnya dialah alasan dari penciptaan Sanctuary?

"Aku barusan kepikiran sesuatu, mungkin inilah jawabannya."

"Oh?"

"Cerita semacam ini selalu memiliki daya jual. Mungkin Echidona melakukannya untuk menggantikan Lewes Meyer yang asli, yang entah bagaimana menemui kematian yang tak terelakkan."

Cerita seperti menghidupkan kembali orang yang dicintai memang sering sekali muncul di manga dan LN. Menciptakan klon sebagai pengganti dari orang yang telah meninggal menggunakan DNA-nya merupakan salah satu alur yang sangat terkenal, dan kebanyakan, para pengarang memberikan alasan 'tubuh mereka memang sama, tapi jiwa mereka berbeda', dan berakhir dengan kegagalan.

"Dari apa yang kau katakan dan melihat Pico di sini, ekserimen di Sanctuary mungkin berakhir dengan masalah yang sama. Kalian diciptakan dengan penampilan yang sama, tapi kepribadian dan keunikan Lewes Meyer tidak terwaris pasa kalian."

Jika dia masih belum menyerah dan terus membuat klon lagi dan lagi, itu mungkin sudah termasuk kegilaan. Tapi terus bersikeras bahkan setelah mengalami lebih dari 20 kali kegagalan dan berharap jiwa yang asli bisa mendiami klon berikutnya, itu hanya bisa disebut....

"Aku tidak ingin menganggapnya sebagai sebuah delusi, tapi...."

Sangat sulit menyalahkan orang yang ingin menghidupkan kembali seseorang yang dicintainya. Paling tidak, bagi Subaru sendiri, dia benar-benar tidak bisa menyalahkan orang seperti itu.
Bahkan sampai sekarang, Natsuki Subaru terus bekerja keras menuju masa depan di mana semua orang bisa selamat.
Cara dan prosesnya memang berbeda, tapi apakah hal itu benar-benar berbeda dengan percobaan sang Penyihir di sini?

Sementara untuk apa yang ada di pikiran para Lewes yang menjadi hasil dari ekspresimen ini, itu adalah pertanyaan yang hanya bisa kau tanyakan langsung pada mereka, dan tak seorangpun bisa menjawabnya.
Mendengar Subaru menyimpulkan dugaannya, Lewes menghela napas pelan,

"Kepalamu berputar lebih cepat dari yang kukira, Su-bo."

"Dengan semua yang sudah dilempar padaku, ini sebenarnya malah terlalu lambat. Jengkel sih, tapi memang begitulah kenyataannya."

Subaru mendecapkan lidahnya dan menggertakkan giginya mengingat kemampuan deduksinya yang lambat.
Melihat Subaru demikian, Lewes menggelengkan kepalanya pelan. Tapi itu bukanlah gerakan yang dimaksudkan untuk menghibur Subaru.
Malahan, senyum tipis muncul di bibir Lewes, membawa jejak-jejak kesedihan,

"Tapi nampaknya kau terlalu memikirkannya. Tidak akan berlebihan kalau aku ingin  menyebut apa yang kau katakan tadi itu sebagai khayalan."

"Khayalan....? Aku tidak tahu kalau aku semelenceng itu."

"Itu memang khayalan. Yang ada di pikiranmu itu begini, kan, 'Sesulit apapun, pokoknya dia harus hidup kembali. Seberharga dan sepenting itulah Lewes Meyer bagi Penyihir Keserakahan'? Apa aku salah?"

"......."

Lewes memiringkan kepalanya saat mengatakan hal tersebut. Dan mendengar Lewes langsung menyerang inti masalahnya, Subaru hanya terdiam.
Faktanya, memang begitulah yang Subaru pikirkan.
Mengembangkan sebuah algoritma baru dan melakukan semua upaya keras ini untuk memperpanjang kehidupan seseorang.... Normalnya, orang itu pasti sangat berharha bagi Penyihir Keserakahan.
Tapi Lewes menyangkal kesimpulan itu dengan sebuah senyum. Senyum hampa nan menyedihkan.

"Lewes Meyer hanyalah seorang gadis desa biasa. Dia bukanlah orang yang memiliki hubungan dekat dengan Penyihir Keserakahan. Dan tentu saja, mereka juga tidak memiliki hubungan darah. Bagi sang Penyihir, Lewes Meyer hanyalah orang asing, mereka bahkan hampir tidak pernah saling berbicara."

"Bagaimana mungkin...... tidak, tunggu!"

Mendengar Lewes mengatakan hal itu seolah melihatnya sendiri, Subaru tiba-tiba mengangkat telapak tangannya untuk menghentikan Lewes. Dia memegangi dahinya dengan tangannya yang lain, dan,

"Bukankah ini aneh? Kau barusan bilang.... kalau kau sama dengan Pico, terlahir kosong. Lalu bagaimana kau bisa tahu soal Lewes Meyer yang ada di dalam kristal? Itu tidak masuk akal."

"Itu adalah hasil dari percobaan lain yang dilakukan di Sanctuary ini."

Dengan lembut menerima sanggahan Subaru, Lewes meletakkan tangannya di atas dada.
Jika apa yang dia katakan adalah benar, maka tidak akan ada detak jantung yang terasa di tangan Lewes. Tapi jika memang demikian, darimana kehangatan ketika Subaru menyentuhnya berasal?
.... Ketika Subaru sedang bertanya-tanya, Lewes menutup matanya,

"Lewes Meyer memang tidak memiliki hubungan dekat dengan sang Penyihir. Tapi dia mengorbankan dirinya untuk eksperimen ini. Sang Penyihir mengambil tubuh Lewes Meyer dan menyegalnya di dalam kristal untuk selamanya. Dari sana, dia menciptakan sebuah algoritma, yang ketika berisi sejumlah mana, akan bisa menghasilkan klon Lewes Meyer melalui Od buatan, dan hal itu bertahan sampai hari ini."

".... tapi kenapa....."

"Klon-klon Lewes Meyer, selain pemahaman bahasa dan konsep-konsep umum, mereka tidak ada bedanya dengan bayi yang baru lahir. Tapi itu sendiripun juga aneh. Jika mereka sama dengan bayi yang baru lahir, maka seharusnya mereka menangis, tidak tahu apa-apa, dan polos. Tapi di mana mereka mendapatkan pengetahuan untuk mengikuti berbagai perintah dasar itu?"

"Kecuali.... tidak mungkin..."

Memikirkan kemungkinan terburuk, Subaru kehabisan kata-kata.
Melihat ekspresinya, Lewes pun beranggapan kalau Subaru sudah mulai mengerti, dan mengangguk,

"Sang Penyihir telah memformulasikan sebuah cara untuk memilah dan memilih pengetahuan untuk diberikan kepada klon-klon itu. Tapi dia memilih untuk memberikannya sedikit mungkin dan membiarkan mereka kosong."

"Maksudmu, menciptakan mereka tanpa tahu apa-apa itu memang tujuannya? Tapi kenapa....."

Apa untungnya melakukan ritual untuk menciptakan boneka yang hanya bisa mengikuti perintah? Tentu saja, tidak ada untungnya. 
Tapi itu tidak seperti Penyihir Keserakahan yang Subaru kenal.
Apakah gadis berambut putih itu benar-benar rela bersusah payah hanya untuk menciptakan tubuh yang bisa dia gerakkan seperti tangan dan kakinya sendiri?

"Tak yakin kalau dia akan melakukannya, tapi bukankah menculik manusia dan mencuci otaknya itu jauh lebih cepat dan mudah? Kenapa dia malah melakukan cara ini? Pasti ada alasan lain."

Menciptakan sebuah eksistensi baru yang kosong.....

".......a."

Sesaat, sebuah pemikiran terlintas di kepala Subaru.
Namun, menganggap hal itu terlalu tidak masuk akal, Subaru menggelengkan kepalanya.
Akan tetapi, begitu sebuah pemikiran muncul, pemikiran itu akan terus melekat padanya dan tidak akan bisa lepas.
Jika memang benar begitu adanya,

[Aku tidak mau kau memandang rendah diriku.]

Itu akan menjelaskan kenapa dia menyembunyikan tujuannya yang sebenarnya dari Subaru.
Juga kenapa Lewes yang ada di hadapannya bisa mewarisi sedikit ingatan Lewes Meyer yang asli.

"Kalau dia bisa memilah dan memilih pengetahuan untuk diberikan pada mereka, kenapa dia memutuskan untuk membuat cangkang yang kosong?"

"....."

"Menciptakan cangkang kosong, lalu apa? Sama seperti kenapa seseorang meletakkan wadah di atas meja...."

"....."

"..... agar kau bisa mengisi mereka dengan sesuatu, kan?"

Alasan Echidona menciptakan cangkang-cangkang kosong ini adalah agar dia bisa mengisi mereka dengan ingatan dan pengetahuan.
Menyimpan yang asli di dalam kristal untuk selamanya. Dengan menciptakan klon yang tak terbatas, tentu kau juga bisa menyimpan pengetahuan yang tak terbatas pula....

"Jika dia bisa menuangkan ingatan dan pengetahuannya ke dalam tubuh Lewes Meyer, lagi dan lagi. Jika dia bisa melakukannya, maka itu seperti...."

"..... keabadian."

...... Itulah kebenaran percobaan yang dilakukan di Sanctuary.

---End---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Zhi End Translation...
Previous
Next Post »
10 Komentar
avatar

terimakasih min thor, sangat membantu ^_^

Balas
avatar

Min Bener2 Di Tunggu Kelanjutannya Yah ^_^ Makasih

Balas
avatar

Akhirnya up tq min atas update nya di tunggu kelanjutannya

Balas
avatar

Tolong dilanjutin min, jadi makin penasaran....

Balas
avatar

Mantap sekali, sudah tergambar tujuan dari penyihir keserakahan echidna ini~

Tolong dilanjutkan min....semangat!!!

Balas
avatar

Mangstap gan... Lanjutttttt

Balas
avatar

Min tolong tetap di lanjutkan ya..semangat min~

Balas
avatar

Lanjut buat chapter 57 dan seterusnya min :)

Tetap semangat min~

Balas