Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 3 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 3 : Raja Iblis Menyadari Betapa Luasnya Choshi dan Dunia -2


Chapter 3 : Raja Iblis Menyadari Betapa Luasnya Choshi dan Dunia.

Karena jam kerja belum berakhir, ketiga orang itu meninggalkan Urushihara bertugas di luar, mereka mengangguk satu sama lain dan kemudian berjalan menuju penginapan yang terletak di belakang toko.

Tentu saja, mereka juga ingat untuk membangunkan Ashiya yang pingsan di jalan.

Ketika orang-orang itu meninggalkan toko, mereka melihat Suzuno sedang berdiri di samping toko menambal istana pasir 'Blue Heaven Tower' yang rusak di beberapa tempat karena tertiup angin setelah istana itu kering.

Memakai pakaian renang dan melakukan pekerjaan itu, tentu saja akan menarik perhatian banyak orang. Sementara Suzuno sendiri, bersikap seperti seorang seniman professional yang tidak memperdulikan tatapan di sekitarnya dan fokus pada pekerjaannya.

Meski pemandangan ini terlihat sangat cantik, mengingat posisinya, apa baik-baik saja membiarkan dia begitu menarik perhatian seperti itu? Maou mengarahkan kedua orang yang ada di belakangnya menuju penginapan sambil berpikir kalau Suzuno mungkin akan merasa terganggu jika ada orang yang mengambil fotonya, dia pun dengan senang hati bersedia membantu Suzuno membangun sebuah pagar untuk mengelinginya.

"Ah, sepertinya dia sudah bangun."

Ketika Emi memasuki ruangan, dia mengangkat kepalanya seolah menyadari sesuatu, dan kemudian duduk di atas tatami.

Emi dengan natural mengambil posisi seperti sedang menggendong anak kecil, kemudian, setitik cahaya muncul dari tubuhnya seolah-olah menyesuaikan posisi itu, dan nampaklah wujud Alas Ramus.

"Praktis sekali, semua ibu di dunia pasti iri dengan hal ini."

"Jika mereka tidak keberatan ada seseorang yang menangis di pikiran mereka, saat malam hari ketika sedang tertidur, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk memposting teknik rahasia cara merawat anak kecil yang bergabung denganku di sebuah blog.... Alas Ramus, apa kau sudah bangun?"

"Umm... Uh..."

Setelah Alas Ramus muncul di tangan Emi, dia menggeliat dan melambaikan tangannya di udara. Di tangannya, dia memegang kembang api berbentuk sarang burung yang Chiho berikan padanya kemarin.

Emi menggerakkan tangan satunya menuju tangan gadis yang melambai-lambai itu, gadis itu menggunakan tangan kecilnya untuk menggenggam jari Emi, dan kemudian perlahan membuka matanya.

"Selamat pagi Alas Ramus, apa popokmu basah?"

"Pagi..... Uh, tidak basah."

Alas Ramus mengusap-usap matanya dan menggumamkan jawabannya pada Emi.

"Karena Alas Ramus sudah bangun, maka bantuanku berakhir di sini."

Emi mengatakan hal tersebut sambil menggendong Alas Ramus, Maou mengangguk tanpa sedikitpun keberatan.

"Yeah, terima kasih atas bantuanmu. Oh, dia keluar, inilah yang ingin kutunjukan pada kalian."

Maou menunjuk ke arah kotak yang berada di sudut ruangan. Terdapat sebuah benda panjang yang terletak di belakang kotak itu, dan terbungkus dengan kain hitam yang kotor.

Chiho dan Emi mengintip ke dalam kotak.

"Oh, lucu sekali!"

Ucap Chiho dengan lembut.

"Oh, burung kecil itu bergerak!"

Alas Ramus mengulurkan tangannya, terlihat begitu ingin menyentuhnya.

"Tidak boleh Alas Ramus, dilarang menyentuh. Burung ini terlihat sangat lemah..."

"Chirp... Chirp... Satan-sama? Apa pekerjaanmu sudah selesai.... Chirp?"

"????"

"Seekor burung chirp chirp."

Emi dan Chiho secara refleks langsung mundur ke belakang karena burung kecil itu tiba-tiba berbicara. Alas Ramus terlihat begitu senang. Kembang api yang tadi dipegangnya, kini telah dilempar olehnya, itu terlihat sedikit menyedihkan.

"Hey, Alas Ramus, ini adalah sesuatu yang Chi nee-san berikan padamu, kau seharusnya menjaganya."

Maou memandang tiga reaksi yang berbeda itu dengan ekspresi senang di wajahnya, dia pun mengambil kandang burung mainan dan menaruhnya di tangan Alas Ramus.

"Chirp... Hmmm... Aku merasakan keberadaan manusia. Satan-sama... Chirp, siapa orang-orang ini?"

Penampilannya adalah seekor burung, dan kicauannya juga sangat lucu, tapi ketika hal itu dibarengi dengan nada yang berat, itu semua memberikan perasaan aneh dan misterius.

".... Ini, apakah ini burung beo bukit ataupun semacamnya?"

"Ini terlihat...... sangat manis, tapi juga tidak manis sama sekali."

Emi dan Chiho menoleh ke arah Maou untuk bertanya padanya tentang alasan di balik situasi ini.

Akan tetapi, jawaban Maou memberikan keterkejutan yang begitu hebat pada mereka berdua.

"Dia adalah iblis dari Dunia Iblis. Ketika kabut muncul tadi malam, dia tiba-tiba jatuh dari langit."

Menteri Iblis Camio, Emi tidak pernah mendengar nama ataupun posisi iblis tersebut.

Sebenarnya, Emi tidak pernah menyangka kalau dia akan mendengar sesuatu seperti 'masalah internal' dari mulut seorang iblis.

Nampaknya, burung kecil hitam ini telah berada di sisi Maou sebagai ahli strateginya bahkan sebelum dimulainya kepemimpinan Maou sebagai Raja Iblis. Pada waktu itu, tidak ada sesuatu yang ditakuti dan sekuat Pasukan Iblis, Ashiya dan Urushihara pun belum tahu kalau seseorang seperti Maou itu ada. Itu adalah zaman di mana Dunia Iblis masih dikuasai oleh kekacuan.

Satan, yang pada waktu itu berencana untuk menyatukan Dunia Iblis, hanya mempunyai sekawanan prajurit kecil yang mana jika menyebut mereka sebuah pasukan, maka akan terdengar sangat memalukan, meski begitu, dia masih meminta Camio untuk menjadi ahli strateginya dengan sungguh-sungguh.

Camio memang eksistensi yang terlihat begitu kuat dari sudut pandang manusia yang tak berdaya, tapi dia tidak dianggap sebagai individu yang berkedudukan tinggi di antara para Iblis.

Meski begitu, di Dunia Iblis di mana kekuatan dan kekejaman adalah segalanya, Camio telah memimpin sebuah ras kecil dengan kekuatan yang bahkan lebih lemah dari manusia.... dan berhasil bertahan.

Satan, yang mengakui hal ini, langsung mencari Camio untuk mempelajari semua teknik yang diperlukan untuk bertahan hidup.

Pada awalnya, Camio sama sekali tidak peduli dengan Satan muda yang berasal dari ras yang lemah, tapi setelah menyaksikan sendiri pengetahuan Satan yang luas, pada akhirnya dia pun ikut bergabung.

Tentu saja, pengalaman dan pengetahuan yang Satan miliki, semuanya berasal dari malaikat yang dia temui ketika dia masih sangat muda.

"Tanpa Camio, aku tidak mungkin bisa membangun sebuah organisasi yang dikenal sebagai Pasukan Iblis."

Maou mempercayai hal ini.

Bagi Emi dan orang-orang dari Ente Isla, kalimat ini cukup untuk membuat mereka melihat Camio sebagai orang yang harus mati pada saat itu juga, tapi bagaimanapun, bahkan di Dunia Iblis, Camio adalah salah satu Iblis yang sangat ahli dalam hal negosiasi.

Camio sangat berpengalaman dalam hal bahasa dan kebudayaan seluruh ras di Dunia Iblis, dan bahkan bisa mendengar suara dari alam.

Bagi dia yang bisa berbicara bahasa Jepang segera setelah jatuh ke Kimigahama, mungkin juga karena kemampuan ini.

Pada waktu itu, Satan mendengarkan saran Camio, di samping menghindari musuh-musuh yang kuat, dia juga menyelamatkan ras lain dari pemusnahan dan mengumpulkan rekan satu demi satu menggunakan kemampuan negosiasinya.

Dan keuntungan terbesar bagi Satan dan Camio adalah pertemuan mereka dengan Alsiel.

Pada waktu itu, ras Alsiel adalah pasukan yang sangat kuat, dan seperti Satan dan Camio, dia juga adalah seorang pemimpin yang berencana untuk memperluas pengaruhnya dengan menggunakan sesuatu yang lebih dari sekedar 'kekuatan', dan hal itu adalah 'kebijaksanaan'.

Pada saat itu, pasukan Satan telah berkembang hingga ukuran tertentu dan mulai mencoba untuk menjadi lebih terkenal. Tapi di saat yang sama, karena begitu banyak ras yang berkumpul di satu tempat yang sama, kekhawatiran seperti konflik internal pun mulai mencuat ke permukaan.

Tapi setelah Alsiel bergabung, Satan pun mengizinkan Alsiel untuk memperluas pengaruhnya lewat militer dan menugaskan Camio untuk menengahi konflik di antara para pasukan mereka. Hal ini meningkatkan kekuatan pasukan mereka secara drastis. Ketika mereka mulai menyadarinya, pasukan mereka telah tumbuh menjadi organisasi besar yang mana membuat banyak iblis dari berbagai belahan Dunia Iblis datang ingin bergabung.

"Di antara reformasi yang dibuat Camio untuk organisasi kami, salah satu yang paling mengejutkanku adalah Surat Izin Mengemudi naga terbang."

(*Lol, numpang ketawa ya! :V)

"Surat Izin Mengemudi naga terbang?"

"Apa itu naga terbang?"

Emi dan Chiho bingung karena alasan yang berbeda.

Naga terbang adalah salah satu jenis binatang yang digunakan oleh Pasukan Iblis untuk menyerang. Analogi terbaiknya, naga terbang adalah kadal raksasa yang bisa terbang di langit, tapi untuk bisa mengendarai benda ini, siapa yang harus mereka dekati dan bagaimana mereka bisa mendapatkan surat izin itu?

"Di Dunia Iblis sana tidak ada banyak naga terbang. Agar bisa bertarung dengan lebih efisien, iblis yang handal dalam pengendalian naga lah yang akan dipilih, mereka juga dianugerahi medali. Melalui metode ini, mereka diberikan hak untuk ikut bertarung."

Dan begitulah, bisa mengendarai naga terbang seolah menjadi simbol status di dalam pasukan Satan. Hal itu sangat mendorong motivasi serta kepemimpinan di antara para Iblis.

"......"

Emi tidak pernah menyangka kalau Iblis di Dunia Iblis memiliki kehidupan bermasyarakat tingkat tinggi seperti itu, dia benar-benar terkejut karena hal tersebut.

Pada akhirnya, Satan berhasil menyatukan Dunia Iblis dan menjadi Raja Iblis. Ketika dia menyerang Ente Isla dengan tujuan untuk menaklukannya, dia pun menunjuk Camio sebagai penggantinya untuk memimpin penduduk yang masih tinggal di Dunia Iblis.

Akan tetapi, Maou tidak bertanya pada Camio, kenapa dia dan beberapa tentara iblisnya jatuh di Kimigahama?

Tentu saja, dari sudut pandang Emi, kata-kata itu sangat sulit untuk dipercayai.

"Ketika kabut muncul kemarin malam, tiga iblis lain termasuk Camio benar-benar muncul di Kimigahama?"

"Burung kecil, peluk!!"

Sepertinya Alas Ramus sangat ingin menyentuh burung betulan yang sangat berbeda dengan apa yang ada di kembang api. Tapi Emi yang masih mempertahankan ekspresi tegasnya, dengan cekatan menghentikan Alas Ramus.

"Memang Iblis Bertato Mata Satu dan Beast Demon adalah tipe iblis yang lebih mengutamakan kekuatan fisik, tapi kalau mempertimbangkan jarak antara Inubo dan Kimigahama, tidak mungkin kami tidak bisa merasakan mereka......"

"Benar juga. Pada awalnya kupikir kau akan terbang ke sini setelahnya. Kalau begitu, kau bukan orang yang menyebabkan luka-luka mereka, ya kan?"

"Jika itu aku, aku pasti akan memberikan serangan fatal pada mereka di sana sini."

"Dengan kata lain..... seseorang selain Maou-san dan Yusa-san telah berhasil mengalahkan iblis-iblis dari dunia lain itu?"

Maou mengangguk, menyetujui kesimpulan Chiho.

"Aku berencana pergi ke mercusuar untuk melihat-lihat nanti."

"Mercusuar Inubosaki? Kami baru saja mengunjunginya tadi pagi."

"Ah?"

Chiho menoleh ke arah Emi seolah ingin memastikan sesuatu, dan Emi pun mengangguk tanda setuju.

"Tempat itu bisa dikunjungi selama kau membayar biaya masuknya. Tangga menuju lantai teratas bisa dinaiki dengan lancar. Kotak sirine kabut yang terdengar kemarin malam juga ada di sana. Tapi sayang sekali di sana tidak ada sesuatu yang benar-benar menonjol ataupun menarik perhatian kami."

"Maskot menara pada stiker yang tertempel di tangga yang bertuliskan 'berapa banyak langkah yang tersisa untuk sampai ke lantai atas?' benar-benar sangat manis."

Hal yang Emi sebutkan itu mungkin bukan sesuatu yang unik, tapi tetap saja hal itu bisa menghangatkan hati para pengunjung di area wisata.

"Mereka muncul setelah kabut terbentuk dan setelah tersapu oleh kabut, mereka langsung menghilang ketika cahaya menyinari mereka. Sangat sulit dipercayai jika mengatakan kalau mercusuar itu tidak ada hubungannya dengan semua ini."

"Tapi, ini kan Jepang. Tidak seperti Ente Isla, di mana ada seseorang yang menjaganya saat malam hari. Dan juga, mercusuar itu sudah lama dibangun di Jepang kan? Bagaimana bisa sesuatu seperti sihir dan mantra...."

Ketika Emi menyuarakan argumennya...

"Sqqqqwaaaaakkkk!!"

"Burung kecil!"

Camio tiba-tiba berteriak.

Sepertinya, Alas Ramus yang ingin menyentuh Camio (lebih tepatnya burung kecil) mengambil kesempatan ketika para orang dewasa sedang berdiskusi serius, untuk menggeliat lepas dari tangan Emi, dia pun mencengkram ekor Camio dan menariknya ke atas.

"Ah, Alas Ramus, kau tidak boleh melakukan itu!"

"Burung kecil, tidak boleh?"

"Lepaskan, lepaskan aku, dasar bocah manusia chirp!"

Camio berteriak keras saat dia dipegang oleh Alas Ramus, tapi kondisinya saat mengepakkan sayapnya sambil berkicau, benar-benar sulit dipercaya kalau dia adalah Menteri Iblis, Pegawai Pemenerintahan tertinggi di Dunia Iblis.

"Hey, hey, Alas Ramus, kau tidak boleh begitu! Lihat, burung kecil itu berteriak kesakitan kan?"

"Itu, itu sakit, sakit, ekorku bisa putus! Chirp!"

Karena orang tua tidak mungkin menginginkan anak mereka menggunakan kekerasan pada binatang ataupun benda-benda lainnya...

"Bukankah nanti dia bisa menangis atau berteriak kesakitan?"

... Mereka biasanya akan menggunakan kalimat tersebut untuk membujuk anak mereka, tapi ini mungkin pertama kalinya ada burung di dunia yang benar-benar berteriak dan mengatakan kalau itu sakit.

"Arghsqwak!!"

Alas Ramus yang membuat Emi marah, akhirnya melepaskan Camio dengan enggan. Akan tetapi, karena sebelumnya Camio mengepakkan sayapnya dengan begitu keras, setelah dia dilepaskan, dia pun langsung melesat ke pojok ruangan dalam sekejap mata.

Mengikuti jalur lesatannya, Camio menabrak benda berbentuk seperti tongkat terbungkus kain hitam yang berada di belakang kotak, dia pun tertindih di bawahnya.

"Hey, Hey, Camio, apa kau baik-baik saja?"

Ketika benda panjang itu terjatuh, sebuah suara bariton pun terdengar.

"Egh, chirp..... huff, aku tidak apa-apa."

Kali ini giliran Maou yang membeku ketakutan.

"Dia, dia membesar."

Lebih tepatnya, Camio yang tertindih di bawah kain hitam itu, langsung membesar seperti rumput laut yang terendam di dalam air, sampai seukuran ayam.

"Ku, ku, ayam!!"

Melihat hal ini, mata Alas Ramus pun berbinar-binar.

Ketika Emi mematung karena terkejut, Alas Ramus memanfaatkan kesempatan itu untuk berlari dengan gesit, dia menggunakan seluruh kekuatannya untuk menangkap Camio yang sekarang berukuran seperti seekor ayam.

"Ah, hey, Alas Ramus!"

"Ugh, Aku, aku tidak akan jatuh pada trik yang sama dua kali, chirp!"

Tapi Camio tidak ingin kalah. Dia mendorong benda yang menindihnya, menggunakan kaki pendeknya untuk bergerak di atas tatami, dan melarikan diri dari Alas Ramus yang mengejarnya dengan sangat bersemangat.

"Ku, ku, ayam!!"

"Kau hanyalah anak manusia, apa kau pikir bisa menangkapku, chirp?"

Ruangan itu tiba-tiba dipenuhi dengan suara langkah kaki dan kepakan sayap.

Ayam hitam yang mengepakkan sayapnya dan anak kecil berambut silver yang menggerakkan tangannya, terus berlari membentuk lingkaran hingga mereka terlihat mirip dengan kue 'Butter Tiger', mengelilingi Maou, Emi, dan Chiho.

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 3 bahasa Indonesia


"Hey, Alas Ramus! Berhenti, kau bisa jatuh...."

Bahkan sebelum Emi bisa menyelesaikan kalimatnya, Alas Ramus akhirnya terjatuh.

Dia tersandung oleh sesuatu yang tadi dirobohkan oleh Camio.

Mengikuti hukum fisika, Alas Ramus berjungkir balik ke depan satu kali dengan momentum yang tinggi, dia melihat ke sekeliling dengan mata lebarnya karena tidak bisa memahami situasi.

"Apa, apa kau baik-baik saja, Alas Ramus? Apa kau terluka?"

Maou membantu gadis itu untuk bangun, tapi apa yang membuatnya terkejut adalah Alas Ramus menggelengkan kepalanya seolah tidak ada yang salah dengannya.

"Huff, huff, chirp, huff, chirp... Aku, aku menang, chirp.... chirp?"

Di sisi lain, ayam hitam Camio yang kini tidak terlihat manis sama sekali, bernapas ngos-ngosan di pojok ruangan, tengkuk lehernya tiba-tiba dicengkram dan dingkat oleh Emi.

"Jika kau sampai membuat Alas Ramus terluka, aku pasti akan memjadikanmu ayam goreng, dan melemparmu ke dalam kare, bersiap-siaplah!!"

"Erhm, itu, kupikir tadi itu bukan sepenuhnya kesalahan Camio-san..."

Saat ini, satu-satunya orang yang bisa berbicara dengan masuk akal kepada kedua orang tua idiot itu hanyalah Chiho.

"Baiklah Alas Ramus-chan, minta maaflah pada ayam-san. Kau tadi menakuti ayam-san, kan?"

Merasakan nada Chiho yang berubah menjadi tegas, meski Alas Ramus hampir menangis, dia tetap menggigit bibirnya dan mengangguk.

"uh.... maaf."

"Oh, ohahaha. Kau hanyalah seorang manusia, seorang bocah, tapi itu tadi hanya lelucon, aku tidak akan menyalahkanmu karena hal kecil ini chirp."

Meskipun Camio tidak terlihat santai saat dia berbicara, dia masih saja memaafkan tindakan kasar Alas Ramus dengan cara berbicara yang berlebihan.

Emi mendapatkan kembali ketenangannya setelah melihat metode pembelajaran Chiho dan merasa sedikit malu terhadap sikapnya. Kemudian, dia pun meletakkan ayam itu kembali ke dalam kotak.

"... Baiklah, kembali ke topik sebelumnya. Jika dia tidak datang untuk menjemputmu, lalu untuk apa ayam ini datang ke Jepang. Selain itu..."

Emi menunjuk ke arah benda yang terbungkus dengan kain hitam kotor yang telah menindih Camio dan membuat Alas Ramus tersandung.

"Apa itu? Bagaimana dia bisa berubah menjadi besar?"

"Uh... sebelum, sebelum itu..."

Camio dengan cekatan menggunakan sayapnya untuk memijat leher yang sebelumnya dicengkram oleh Emi dan menatap ke arah Maou.

"Satan-sama, bolehkah aku menjelaskan apa yang terjadi di depan orang-orang ini, chirp?"

"Ah? Yeah, tidak masalah."

Maou menganggukkan kepalanya dengan tegas.

"Eh, seperti yang kau lihat, kedua orang ini adalah manusia. Gadis ini adalah Sasaki Chiho, dia tahu identitas asliku dan Alsiel. Dia telah banyak membantu kami di dunia ini."

"Oh, jadi begitu chirp. Manusia perempuan, karena telah membantu tuanku, aku benar-benar berterima kasih padamu."

"Ah, erhm, sama-sama, akulah orang yang telah banyak dibantu oleh Maou.... ah, Satan-sama."

Untuk menyesuaikannya, Chiho mengambil postur berlutut dan membungkuk dengan hormat.

Ini adalah saat-saat nostalgia di mana seorang Iblis dari dunia lain dan seorang gadis saling menyapa satu sama lain dengan menggunakan bahasa Jepang dan menunjukan pemahaman mereka.

"Lalu, gadis kecil yang memegang ekormu dan wanita ini, adalah pedang suci dan sang Pahlawan."

Pengenalan terang-terangan Maou membut Camio, Emi, dan Chiho menunjukan keterkejutan mereka dengan cara yang berbeda-beda.

"Chirp?"

"Hey?"

"Maou-san?"

Camio bangkit dari kotak dan menatap ke arah Emi dan Alas Ramus dengan tatapan tajam.

Sudah bisa diperkirakan kalau Camio akan terkejut, akan tetapi, keterkejutan yang Emi dan Chiho rasakan, jauh berada di level yang lebih tinggi.

"Bagaimana bisa kau mengatakannya dengan sikap blak-blakan begitu?"

Meskipun penampilannya adalah seekor ayam, tapi identitas Camio yang sebenarnya adalah seorang iblis yang cukup kuat untuk menjadi pengganti Raja Iblis.

Karena Camio dianggap sebagai musuh oleh Emi, maka hal yang sama juga berlaku dari sudut pandang Camio.

"Kau bilang... dia adalah Pah-chirp dari pedang-chirp?"

"..... Kurasa aku memang harus menjadikannya ayam goreng dan melemparnya ke dalam kare, ya kan?"

"Hentikan, itu tidak seperti dia bermaksud mengatakannya dengan sengaja!"

Kali ini giliran Maou yang menghentikan Emi.

"Hey, Camio, jangan salah. Itu bukan pah-chirp dari pedang-chrip, itu seharusnya pedang-chirp dan pah-chirp."

"Maou-san, bersikaplah lebih serius, jika tidak, Yusa-san tidak akan mau lagi mendengarkan apa yang kau katakan."

Dengan kata-kata tenang Chiho, mereka akhirnya berhasil menghindari tragedi di mana Emi menggunakan cakar besi untuk menyerang tenggorokan Maou.

"Satan-chirp."

"Siapa Satan-chirp?"

"Satan-chirp!!"

Alas Ramus berteriak dengan gembira.

Kali ini giliran Maou yang berusaha untuk mencengkram Camio, tapi Camio menghindarinya dengan pergerakan yang begitu cepat.

"Pahlawan dari pedang suci harusnya menjadi alasan utama di balik kalahnya pasukan yang menyerang Ente Isla. Kenapa, kau menjadi begitu dekat, dengan pahlawan dan pedang suci.... chirp!"

Ada perasaan yang terasa seakan-akan Camio berencana menanyakan hal ini dengan serius sampai akhir, tapi pada akhirnya, dia tidak sanggup menahannya.

Mengabaikan suara 'chirp' itu, nada bicara Camio sama sekali tidak terdengar seperti punya maksud untuk memarahi Maou.

Dia hanya ingin tahu maksud Maou yang sebenarnya..... tepat seperti itulah nada bicaranya terdengar, tanpa menghiraukan suara 'chirp' nya.

Orang yang menjawab hal itu bukan Maou, melainkan Emi.

".....kami hanya mengikuti perubahan situasi. Biar kukatakan ini terlebih dahulu, aku sudah siap mencabut nyawa Raja Iblis ini kapanpun. Jika kau berani melakukan sesuatu, aku tidak akan pernah melepasmu dengan mudah. Lebih baik kau tidak bilang kepada iblis lain kalau aku adalah pahlawan dari pedang suci, akan lebih baik bagimu jika seperti itu."

Seperti biasa, Emi mengatakan sesuatu yang terdengar seperti kata-kata yang diucapkan oleh seorang antagonis, dan mengancam ayam hitam tersebut.

"..... ya begitulah, pada kenyataannya ini bahkan lebih rumit. Selain itu, kurasa kau bisa mengerti... bukankah pada awalnya Alsiel juga musuh kita?"

"..... Chirp!"

Maou duduk dengan kaki bersila di atas tatami, dia berbicara dengan ayam yang berada di dalam kotak itu dengan nada yang lembut.

"Pikirkan kembali bagaimana kita menaklukan Dunia Iblis. Di negara ini, aku melihat sebuah mimpi.... mungkin kita bisa mencapai hal yang sama bersama dengan manusia. Meskipun kami hanya mengikuti arah situasi, tapi si Pahlawan ini dan aku mampu kok bekerja sama."

Emi dan Chiho sama sekali tidak bisa memahami interaksi di antara mereka berdua.

"Mimpi pemerintahan....."

Itu adalah perjanjian yang dibuat oleh Satan dan Camio dulu sekali. Pada saat yang sama, itu juga adalah alasan kenapa Camio memutuskan untuk melayani Satan muda.

"Tidak mampu mendukungmu bersama dengan Jenderal Iblis Timur-sama, aku benar-benar menyesalinya, chirp."

---Jika aku menang, musuh yang kita perangi kemarin, bahkan bisa menjadi rekan untuk besok---

Dialah satu-satunya iblis yang mengerti makna dari pemerintahan bukan hanya semata-mata untuk membunuh semua musuh, dan mengubah daratan menjadi padang yang tandus.

"Jadi, aku harap kau mau menunggu sedikit lebih lama."

Maou tersenyum.

"Hey, apa yang kalian bicarakan?"

"Maou-san?"

Maou, dengan ekspresi gelisah di wajahnya, menoleh ke arah Emi dan Chiho yang terlihat khawatir.

".... Kami sedang membicarakan tentang bagaimana aku menyatukan Dunia Iblis dan kenapa penyerangan ke Ente Isla gagal."

"Apa?"

"Meski bagimu sulit untuk mempercayainya, tapi Camio ini adalah orang yang berpikiran logis. Dia tidak akan membedakan manusia ataupun Sang Pahlawan. Kau seharusnya mengerti, semenjak pihak Surga ikut campur, situasi di Ente Isla tidaklah sesederhana di mana itu bisa diselesaikan hanya dengan bertarung dan saling membunuh satu sama lain. Selain itu, meskipun kita memang harus bertarung cepat atau lambat, kita masih punya masalah soal Alas Ramus. Jika kita bertarung sekarang, kita mungkin malah akan berakhir dengan memaksa Alas Ramus untuk membunuh orang tuanya sendiri."

Maou mengacak-acak rambut Alas Ramus.

"Ihihihi.."

Alas Ramus yang menerima tangan itu, terlihat sangat nyaman.

"Meskipun hubungan kita saat ini cukup baik sehingga bisa memungkinkan kita makan di meja yang sama, tapi kau tidak berencana memaafkanku hanya karena situasi ini kan?"

"Tentu saja, memangnya kenapa?"

Suara Emi mulai dipenuhi dengan aura berbahaya.

"Aku tahu kita memang harus bertarung suatu saat nanti, tapi demi momen itu dan demi apa yang terjadi sekarang, kita seharusnya berbagi informasi sekecil apapun. Jika tidak, ini semua akan jadi seperti saat melawan Gabriel di mana Alas Ramus berada dalam bahaya."

"......"

Tidak bisa diterima. Meskipun dia itu Raja Iblis, tapi dia benar-benar berpikiran logis dan beralasan, tidak ada ruang bagi Emi untuk membantahnya.

Emi tahu. Bahkan jika Raja Iblis tidak mengatakan hal ini, dia juga sudah tahu.

"..... Satan-sama tidak berubah sama sekali, masih jadi sejujur mungkin ketika menjelaskan sesuatu, chirp. Namun, kita ini masih musuh, meskipun bisa dipahami dengan sudut pandang logis, tapi hal ini tidak akan berjalan lancar jika berhubungan dengan emosi."

Menatap Emi, Camio menghela napas dan berbicara..

"Pah-chirp dari pedang suci."

"Siapa pah-chirp?"

"Jika kau tidak bisa menerimanya, pikirkan saja seperti ini chirp. Karena kita punya musuh yang sama, maka tidak masalah jika kita berbagi informasi tanpa mencampuri situasi satu sama lain, kita tidak perlu bertarung chirp."

Emi menatap Camio yang perlahan-lahan mulai berhenti mengeluh tentang penambahan kata 'chirp' di akhir kalimatnya.

"..... Dengan situasi kita sekarang ini, meskipun kau tidak menasehatiku dengan sikap berlebihan seperti itu, aku juga masih paham. Bagaimana kalau kita melanjutkan diskusi kita? Aku akan diam dan mendengarkannya dengan teliti."

Pada akhirnya, Emi memunggungi Maou dan yang lainnya dengan sikap seperti orang yang sudah kalah. Lagipula, apa yang Maou dan Camio katakan semuanya sangat tepat.

Maou, Camio, dan Chiho melihat punggung Emi dengan senyum kecut di wajah mereka.

Lagipula, Emi sendiri juga sudah tahu mengenai hal ini.

"Jadi, Camio, akan kutanyakan hal ini padamu, apa alasan kalian semua datang ke Jepang? Apa maksudmu ketika bilang kalau Dunia Iblis dan Ente Isla sekali lagi telah jatuh ke dalam kekacauan? Dan benda apa ini?"

Di akhir kalimatnya, Maou menunjuk benda berat yang terbungkus oleh kain hitam.

Terbungkus di dalamnya, adalah pedang yang dibawa oleh Camio.

Meskipun armornya hancur dan dia juga menyusut menjadi seukuran ayam, hanya pedang ini saja yang bisa mempertahankan bentuk aslinya dan tidak kehilangan cahayanya.

Alasan kenapa benda itu dibungkus dengan jubah Camio, di samping karena khawatir jikalau Amane melihatnya tanpa sengaja, juga karena Maou merasa kalau itu bukan pedang biasa.

Sampai sekarang, malaikat yang datang dari Ente Isla entah untuk mendapatkan pedang suci atau membunuh Emi dan Maou, tujuan mereka masih mudah untuk dipahami.

Tapi sekarang, ada iblis yang datang ke Jepang dengan alasan selain menjemput Maou dan yang lainnya. Petunjuk yang bisa disimpulkan dari situasi ini terlalu kecil dan dipenuhi dengan misteri.

"Itu adalah....."

Ketika Kameo membuka mulutnya bermaksud untuk menjawab pertanyaan Maou...

Seseorang mengetuk pintu..

"....ya?"

Jika itu adalah Urushihara, dia mungkin akan langsung membuka pintu dan nyelonong masuk. Jika itu Ashiya atau Suzuno, mereka pasti akan membuka pintunya setelah mengatakan keberadaan mereka. Kalau begitu....

"Maou-kun."

Itu adalah suara Amane.

Ada sebuah perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Suara Amane memang tidak berbeda dari biasanya, itu mungkin ilusi yang dihasilkan oleh udara AC, tapi Maou merasa kalau nada suara Amane terdengar sangat dingin.

"Aku tadi mendengar suara yang mirip seperti seseorang ingin membunuh ayam, apa semuanya baik-baik saja? Tapi bagi sepasang suami istri yang bertengkar ketika mereka bolos bekerja, apa itu benar-benar terasa menarik?"

Meski terdapat banyak ruang untuk menyangkalnya, mungkin karena Maou belum kembali setelah pergi cukup lama, Amane pun datang untuk memanggil mereka.

Teriakan Camio dan amarah Emi sebelumnya, apa itu semua bisa terdengar dari luar?

"Boleh aku membuka pintunya?"

"Ya, si-silakan."

Maou menjawabnya sambil memberikan sinyal kepada Camio untuk 'tidak mengatakan apa-apa' karena Amane tidak tahu apa-apa tentang Maou dan yang lainnya.

"Permisiiii... Ada apa dengan ayam itu?"

Penampilan Amane tidak terlihat berbeda dari sebelumnya, rambut dikuncir dan sedikit keringat serta bekas kare di apronnya. Setelah membuka pintu, dia melepas sandalnya dan memasuki ruangan tersebut.

Mata hitam Amane tidak mengarah pada Maou, Emi, Chiho, ataupun Alas Ramus. Dia menatap lurus ke arah Camio.

Maou tidak melewatkan perasaan aneh ini.

Saat pintu itu terbuka, pandangan Amane langsung tertuju pada area di atas kotak yang di dalamnya terdapat Camio.

Seolah-olah dia tahu apa yang ada di dalamnya, dan apa yang telah terjadi.

Jika dia datang untuk memeriksa situasi, maka Maou, Emi, ataupun Chiho yang menatap ke arahnya, salah satu dari mereka pasti akan bertemu dengan tatapan Amane.

Amane menatap ke arah Camio dan mendekatinya.

"Apa? Seekor ayam hitam? Apa kalian berencana memanggang ayam?"

"Chirp?"

Camio mengeluarkan suara ketakutan.

"Aku... Aku menemukan ayam yang terluka ini kemarin malam."

Maou merasa kesulitan untuk menjelaskannya. Berapa persen kemungkinan seekor ayam akan tersesat dan lari ke arah pantai? Tapi, Maou tidak bisa menemukan alasan lain pada saat itu, dan itu pun tidak bisa dianggap sebagai sebuah kebohongan.

Bahkan ketika Maou menjelaskan, pandangan Amane sama sekali tidak berubah.

"Tidak ada peternak ayam di sekitar sini, jadi kurasa dia mungkin peliharaan seseorang. Akan lebih baik jika kita menghubungi rumah sakit hewan di dekat-dekat sini."

"Aku, aku mengerti."

"Dan juga, Urushihara-kun terus mengeluh meminta kalian untuk segera kembali. Meskipun tidak akan ada lagi gerombolan para pelanggan, tapi ini sudah hampir waktunya untuk bersih-bersih."

Maou merasa kalau Amane perlahan mencoba menurunkan tensinya.

Pikir saja, ada seekor ayam di dalam ruangan yang keberadaanya sudah sangat jelas, Maou dan yang lainnya juga sudah berdiskusi untuk waktu yang lumayan lama. Itu tidaklah aneh bagi Amane, sebagai seorang bos, untuk datang dan menyampaikan beberapa kata.

Setelah sedikit merubah pemikirannya, Maou pun menunduk dan menjawab...

"Maafkan aku, aku akan segera kembali."

"Yeah."

Setelah mengatakan hal itu, Amane pun akhirnya berhenti menatap Camio.

"....uh?"

"Duh kecilnya. Aku penasaran akan jadi seperti apa kau saat dewasa nanti."

"Fwah!"

Ketika Amane melihat Alas Ramus yang berada di dalam dekapan Emi, dia memberikan sebuah senyum misterius karena alasan yang tidak diketahui. Dia menyentuh kepala Alas Ramus dan kemudian pergi meninggalkan ruangan tersebut.

".... Jadi, sepertinya kita harus mengakhiri pembicaraan kita di sini."

Karena Maou adalah seorang pegawai, dia tidak bisa menentang perintah bosnya.

Sepertinya inilah yang disebut dengan penutupan hari, meskipun sekarang masih sore. Karena rumah pantai tutup sebelum matahari terbenam, mereka masih bicara lagi nanti.

"... Aku akan tinggal dulu di sini dan mendengarkan sisanya, kau bekerja saja!"

Kata Emi dengan pelan.

"Hah?"

".... Aku bilang aku akan tinggal di sini!! Jika ada sesuatu yang harus secepatnya ditangani, aku pasti akan segera memberitahumu. Sudah pergi dan kerja sana!!"

Emi melotot ke arah Maou, Maou sendiri terlihat seolah ingin mengatakan kalau Emi mungkin bisa membunuhnya hanya dengan tatapan matanya.

"Itu akan sangat membantu.... Apa itu tidak apa-apa?"

"Tidak masalah. Bukankah untuk ini kalian semua menasehatiku?"

Tentu saja Maou dan Camio tidak tahu ketika Emi bilang 'kalian semua', itu juga termasuk dengan Chiho.

Sangat jelas terlihat kalau Emi sendiri masih tidak bisa menerima situasi ini, saat ini dia merasa seolah bisa menangis kapan saja. Tapi dia masihlah seorang prajurit yang telah melihat banyak pertarungan berdarah, dan dia juga bukan orang yang tidak tahu bagaimana caranya membaca situasi.

"Kalau begitu, aku serahkan padamu."

"Aku tolak permintaanmu! Aku hanya ingin mendengarkannya saja!!"

"Baiklah, baiklah, baiklah. Kalau begitu Camio, kau dan dia bisa....."

"Wanita tadi pelakunya."

".... bicara. Ah? Apa yang kau katakan?"

Pada kalimat pendek Camio, suara 'chirp' tidak lagi terdengar.

"Wanita tadi itu..... mempunyai kekuatan yang jauh melebihi kekuatanku, seperti kekuatan dari seorang dewa."

".... Apa kau bicara tentang Amane-san?"

Maou, Chiho, dan bahkan Emi memandang ke arah Camio, tidak percaya apa yang barusan mereka dengar.

Dengan paruh kecil dan mata bulatnya yang basah, Camio pun mengangguk dengan mantap.

"Wanita itu.... dialah orang yang mengunakan auman naga raksasa untuk menelan para tentaraku."


XxxxX


Ooguro-ya tutup ketika langit mulai berwarna kemerahan.

Hal itu akan terjadi setelah jam 5 sore. Di Ooguro-ya, yang masih tersisa hanyalah pelanggan yang menggunakan kamar mandi serta loker yang dioperasikan dengan koin.

Maou dan yang lainnya sedang menggosok penggorengan, membersihkan kotak pendingin di pendingin minuman, menutupi mesin penyerut es, dan mengecek bahan-bahan, minuman dan produk lainnya yang masih tersisa.

Amane mencetak catatan penjualan hari ini dengan mesin kasir dan mengumumkan perkiraan total penjualan hari ini kepada semuanya.

"Untuk hari ini, jumlah yang dari kasir adalah...... 350.000 yen."

Amane menunjukan catatan penjualan itu dengan sebuah senyum.

"Meski kita masih harus mengumpulkan dan menghitung uang dari penjualan minuman Urushihara-kun, masakan bungkus Ashiya-kun, serta kamar mandi dan loker.... tapi itu sepertinya akan berjumlah sekitar 500.000 yen. Itu akan jadi catatan penjualan tertinggi dalam sejarah toko ini."

"Akan tetapi, jika Chi-chan dan yang lainnya tidak membantu hari ini, kita mungkin akan mengacaukannya di tengah-tengah perjalanan, selain itu, juga masih ada biaya ekstra untuk uang kembalian kecil. Melihat hal ini, kita sepertinya masih perlu memikirkan banyak hal."

Maou memegang catatan penjualan di tangannya dan membandingkannya dengan buku rekening tahun lalu.

Mengenai masalah beban kerja yang melonjak naik akibat meremehkan jumlah pelanggan, memang masih ada beberapa hal yang perlu dipikirkan, tapi berdasarkan angka-angka yang ada di rekening, itu benar-benar sudah melebihi dua kali lipat dibandingkan penjualan tahun lalu, benar-benar jumlah yang sangat luar biasa.

Dalam beberapa hal, masalah itu memang bisa dikaitkan dengan strategi Maou, tapi akar masalah utamanya adalah model bisnis keluarga Amane yang benar-benar terlalu santai.

"Jangan terlalu serius begitu. Sepertinya aku memang harus memberikan bonus. Jika hal ini terjadi setiap hari, aku tidak punya pilihan lain selain memberikan bonus yang banyak pada kalian. Ah, Yusa-san, Chiho-chan, Kamazuki-chan, ini untuk kalian."

Amane menghentikan ketiga gadis tersebut, mereka telah mengganti pakaian renang mereka dengan kaos biasa dan bersiap-siap untuk kembali ke hotel.

"Ini adalah bayaran untuk dua hari bekerja. Kalian benar-benar sangat membantu, kalian semua, terima kasih banyak. Terutama Kamazuki-chan, aku menambahkan biaya tambahan untuk istana pasirnya. Jika boleh, aku benar-benar berharap kau bisa datang ke sini setiap hari untuk membantu."

Mahakarya Suzuno, 'Istana Pasir, Blue Heaven Tower' terlihat begitu menonjol, dan gerombolan orang yang melihatnya akan menarik lebih banyak lagi gerombolan. Ini adalah salah satu faktor di balik kesuksesan mereka.

Maou benar-benar bermaksud ingin menggunakan bakat khusus Suzuno di tempat lain nantinya.

Ketika Maou kembali bekerja, perasaan misterius yang diberikan Amane saat berada di dalam ruangan telah sepenuhnya menghilang.

Dan Chiho yang lanjut membantu, terlihat bisa segera kembali ke kecepatannya yang biasa.

Meskipun begitu, Maou masih merasa tidak nyaman.

Salah satu alasannya, tentu saja karena Camio bilang kalau dia telah diserang oleh Amane, selain itu, kondisi Emi juga terasa tidak biasa.

Sekitar satu jam setelah Maou kembali ke toko, Emi pun keluar sambil membawa Alas Ramus, namun di mata semua orang, ekspresi di wajah Emi benar-benar terlihat sangat suram.

Bahkan ketika dia pergi ke pantai bersama Alas Ramus, Chiho, dan Suzuno untuk bermain, terkadang wajahnya juga tiba-tiba menjadi suram.

"Ini sangat menyedihkan, semuanya sudah pulang besok."

Amane terlihat benar-benar ingin ketiga orang itu tetap tinggal, tapi Emi sudah mendapatkan libur yang panjang dari pekerjaannya, sementara Chiho, juga sudah membuat kesepakatan dengan orang tuanya. Meskipun Amane tidak benar-benar serius membujuk mereka untuk tetap tinggal, tapi mereka bertiga tahu kalau dia memang benar-benar merasa kecewa.

"... Oh?"

Di dalam saku celana pendek Maou, sebuah suara dari HPnya bisa terdengar.

"...."

Tentu saja, Maou tidak sebodoh itu untuk melihat siapa yang mengirimnya.

"Ada apa Maou? Kau tahu, wajahmu terlihat sedikit gelap."

"Sama, kau juga Urushihara. Di samping itu, ini bukan warna gelap, ini hanya tan."

Para iblis yang telah bekerja seharian penuh di pantai, kulit mereka kini berubah menjadi seperti warna gandum.

Amane pun pergi mencari Chiho untuk mengambil foto kenang-kenangan di depan istana yang dibuat Suzuno. Sementara itu, Maou yang menyadari fakta tidak penting bahwa iblis juga bisa berkulit tan, melambaikan tangannya pada Ashiya serta Urushihara, dan memastikan kalau Amane tidak menyadarinya.

"Aku akan pergi keluar malam ini. Kalian berdua harus ikut."


XxxxX


Mercusuar Inubosaki didesain oleh insinyur asal Inggris, Richard Henry Brunton, dibangun di bawah pengawasannya, selesai dibangun dan mulai beroperasi pada tahun ke tujuh era Meiji.

(T/N : tahun ke-7 era Meiji adalah tahun 1874)

Karena terpengaruh oleh perang, desain mercusuar itu dibuat kembali beberapa kali dan menjadi salah satu dari enam mercusuar pertama di Jepang. Cahaya yang dipancarkannya berasal dari lensa Fresnel yang bisa terlihat hingga 35 kilometer.

Sebuah pancaran cahaya bersinar melewati laut gelap yang tenang. Maou, Ashiya, dan Urushihara membawa sebuah kotak dan menghadap ke arah Emi yang berdiri di bawah asal cahaya, mercususar.

"Kau sendiri.... di mana Chi-chan dan Suzuno?"

"Aku menjelaskan semuanya pada Bell, untuk jaga-jaga, aku memintanya untuk tetap bersama Chi-chan."

Maou pikir, Emi tidak mungkin berbicara tentang pertarungan di saat seperti ini, ataukah dia berpikir kalau akan ada 'sesuatu' yang terjadi setelah pertemuan ini?

Dengan tidak ada 'putri' Maou yang berharga, mungkin bisa menjadi kunci untuk menjawab pertanyaan ini.

"Di mana Alas Ramus?"

"Dia ada di sini."

Kali ini Emi tidak menunjuk kepalanya, dia menekan tangan kanannya ketika mengatakan hal tersebut.

"Apa yang terjadi? Tidak mungkin kau memanggilku keluar sini agar bisa menyelesaikan masalah denganku di tempat seperti ini kan?"

Pesan yang Maou terima ketika dia sedang bersih-bersih, dikirim oleh Emi.

Tidak hanya nomor telepon, Maou juga tidak ingat pernah memberikan alamat emailnya kepada Emi. Itu mungkin didapatkannya dari Chiho.

"Bawa Camio dan datanglah ke mercusuar pada jam 11 malam ini. Dan jangan sampai ketahuan Amane-san."

Isi pesan Emi sangat singkat dan padat.

Maou tidak menyetujuinya juga tidak membalasnya, tapi Emi nampaknya tahu kalau Maou dan yang lainnya pasti akan datang.

"Meskipun itu akan menjadi lumayan menarik, tapi tebakanmu salah. Camio, ceritakan padanya. Alasan kenapa aku meminta Raja Iblis untuk datang."

"Chirp, aku tidak punya pilihan lain."

Suara Camio menjadi lebih jelas dibandingkan sebelumnya, sepertinya dia sudah hampir pulih.

Ketiga iblis itu langsung menoleh ke arah burung kecil yang berada di dalam kotak. Sang Pahlawan dan Menteri Iblis Camio telah mendiskusikan hal ini sebelumnya, mereka berencana untuk mengatakan hal tersebut.

Pemandangan laut yang bisa terlihat ketika menatap ke arah Choshi dari Inubo adalah pemandangan yang memberikan nuansa gelap tidak mengenakkan bagi semua orang.

Angin dingin yang tidak sesuai dengan musim panas meniup rambut para penduduk dari dunia lain itu.

"Satan-sama, Jenderal Timur-sama, Lucifer, negara ini mungkin akan menghadapi krisis besar, chirp."

"Serius ini, kenapa kau selalu meninggalkan honorifik ketika berbicara tentangku."

Camio mengabaikan keluhan Urushihara dan melanjutkan penjelasannya.

"Ketika aku mendengar bahwa Sang Pahlawan Emilia dan pedang suci benar-benar ada di sini chirp, aku langsung merasa lemas. Saat ini, ada sebuah kekuatan yang bukan bagian dari Pasukan Iblis dan juga bukan dari Dunia Iblis sedang membujuk banyak Iblis untuk mencari Pedang Suci Emilia."

"Iblis yang bukan bagian dari Pasukan Iblis dan bukan penduduk Dunia Iblis? Apa maksudnya itu?"

Mau melihat ke arah ayam di dalam kotak yang dia bawa.

"Chirp, ini adalah sesuatu yang terjadi sekitar 10 hari yang lalu. Seorang manusia mendatangi ibukota Dunia Iblis Satanasarc dan mengumumkan bahwa selama pedang suci bisa dimiliki, maka kekuatan untuk menaklukan Dunia Iblis, Surga, dan Ente Isla juga bisa dimiliki. Klan yang memutuskan untuk balas dendam demi Satan-sama benar-benar terpengaruh oleh kata-kata manis orang itu chirp."

Di belakang Maou, tidak hanya Ashiya, bahkan Urushihara pun menjadi sangat terkejut.

Seorang manusia benar-benar mendatangi Dunia Iblis? Dalam sejarah panjang Dunia Iblis, hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Manusia normal pasti akan langsung pingsan ketika bersentuhan dengan sihir dari Dunia Iblis.

Bahkan, hanya dengan berdiri di samping Maou dalam wujud Satan-nya, bisa membuat Chiho kesulitan bernapas karena berada terlalu dekat dengan sihirnya.

"Menurut Camio, setelah Pasukan Iblis kalah, Dunia Iblis terbagi menjadi dua faksi. Yang pertama adalah mereka yang memutuskan untuk balas dendam demi kau dan berencana mengumpulkan pasukan invasi yang kedua, mereka adalah pihak yang mendukung perang. Yang satunya adalah mereka yang percaya kalau kau masih hidup dan berniat menjaga stabilitas nasional, mereka adalah para moderat. Camio telah berusaha keras untuk menengahi kedua faksi tersebut, tapi orang itu berhasil menjatuhkan keseimbangan Dunia Iblis."

Anehnya, malah Emi yang menjelaskan situasi Dunia Iblis kepada Maou, itu adalah pemandangan yang sangat aneh. Emi pun mengabaikan Maou yang terlihat bingung dan melanjutkan...

"Manusia itu bilang bahwa ada dua pedang suci, dan ini adalah salah satunya."

Emi sama sekali tidak memeriksa apakah ada orang Jepang di sekitar sini atau tidak, dia terang-terangan menunjukan pedang suci miliknya.

'Evolving Holy Sword, Better Half.'

Itu adalah bagian dari pedang suci yang mempunyai makna 'Kinder Half'.

"Tidak ada banyak manusia yang tahu bahwa 'Evolving Holy Sword, Better Half' ada bersama denganku di Jepang."

Mendengar hal ini, Maou akhirnya mengerti situasinya.

Alasan kenapa Sariel bisa tahu lokasi Emi dan pedang suci serta darimana dia mendapatkan informasi itu.

Di Ente Isla, memang benar hanya ada beberapa manusia yang tahu keberadaan pedang suci Emi.

Rekan lamanya, Emeralda dan Alberto, serta Suzuno.... Crestia Bell yang Emi temui di Jepang. Selain itu, ada juga 6 Uskup Agung dari Gereja, yang tahu dari Suzuno, dan....

"Manusia yang menghilang tanpa jejak dan membawa faksi pendukung perang bersamanya. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Olba Meyers chirp."

"Apa yang orang itu pikirkan, dan apa lagi yang sudah dia lakukan? Selain itu, kapan dia kabur?"

Orang yang paling terkejut mendengar namanya adalah orang yang paling sering memikirkan tentangnya, Urushihara.

Mengetahui kalau Emi berada di Jepang, menunjukan niat permusuhan terhadap Emi, dan sama sekali tidak merubah jalan pikirannya. Hanya Olba lah yang paling sesuai dengan deskripsi ini. Meskipun mereka sudah punya firasat kalau orang itu adalah Olba, tapi tetap saja rasanya agak sulit dipercaya ketika mereka mendengarkannya langsung.

"Aku seharusnya tidak perlu menunjukan belas kasihan...."

Ashiya yang sebelumnya bertarung secara langsung dengan Olba, menggertakkan giginya dan mengepalkan tangannya dengan kesal.

"Camio-sama, siapa orang yang memimpin faksi pendukung perang yang mengikuti Olba?"

"Dia adalah letnan dari Jenderal Iblis Selatan Maracoda, Barbariccia-sama chirp."

"Jangan menggunakan gaya pokemon saat kau bicara, ketika kita sedang membicarakan masalah yang serius!"

Maou memegangi kepalanya dengan kasar.

"Jika kita ingin membicarakan hal ini, kita tidak perlu pergi ke tempat terbuka seperti ini kan? Kita bisa bicara di Ooguro-ya. Bagaimanapun, Amane-san sudah pulang ke rumahnya."

"Pada waktu itu, kau seharusnya sudah mendengarnya, kan? Kemungkinan Amane-san lah yang sudah mengalahkan Camio dan yang lainnya."

"Aku sudah mendengarnya.."

"Mungkin kau sudah lupa karena kepribadian orang itu, tapi dia masih keponakan si pemilik kontrakan. Jangan lupa, meskipun dia bukan musuh kita, dia juga bukan manusia biasa."

Emi masih mempertahankan sikap tegasnya.

Tapi kali ini, ketegasannya berbeda dengan sebelumnya, ketegasan itu memberikan kesan kalau dia memarahi Maou untuk alasan yang lebih dari sekedar rasa permusuhan semata.

"Meskipun Amane-san mempunyai kekuatan yang tidak kita ketahui, dan menjadi orang yang telah menyerang Camio beserta tentara iblisnya...... kita tidak bisa membiarkan dia mengatasi semua insiden yang akan terjadi kan?"

"Insiden yang akan terjadi?? Apa maksudmu insiden yang akan terjadi nanti?"

Camio menjawab Ashiya dengan suara 'chirp, chirp, chirp'

"Aku merasa kalau dunia lain tidak seharusnya terlibat dalam perang kita, jadi aku berencana menyelinap ke sini untuk memastikan pedang suci Emilia, sebelum faksi pendukung perang yang terpengaruh oleh manusia itu menyebabkan kekacuan di dunia ini chirp. Karena Olba Meyers hanya bilang kalau pedang suci itu berada di suatu tempat di Tokyo di sebuah negara yang bernama Jepang, maka aku tidak punya pilihan lain selain membuat gate di atas laut dan melakukan pencarian intensif dari kawasan timur...."

Dengan kata lain, Camio yang muncul di area paling timur dari daerah Kanto, bukanlah sebuah kebetulan sama sekali.

"Oke, biar kukatakan hal ini dulu, ini Chiba bukan Tokyo."

"Bagaimanapun juga, bukankah Chiba mempunyai banyak fasilitas yang namanya diawali dengan 'Tokyo'?"

"Diam Lucifer!! Bukan itu masalahnya di sini!!"

"Itu mungkin bukan sepenuhnya kebetulan chirp. Olba memberikan petunjuk untuk menemukan keberadaan pedang suci, dan sebuah reaksi muncul dari daerah ini setelah aku menggunakannya."

"Petunjuk untuk menemukan pedang suci?"

Sepertinya, seseorang telah membicarakan topik yang mirip baru-baru ini.

Sebelum Maou bisa mengingatnya, Camio sudah melanjutkan bicaranya.

"Tapi aku malah berubah menjadi seperti ini. Menghadapi kekuatan besar dari dunia ini, aku tidak bisa melakukan apa-apa...."

Kameo menundukkan kepalanya merasa bersalah, sementara Emi membantunya menjelaskan.

"Sekelompok pasukan besar yang dipimpin oleh faksi pendukung perang sedang bergerak mendekati Jepang..... mendekati bumi."

"Ah?"

"Apa katamu?"

"Kenapa kau tidak mengatakan hal ini sebelumnya?"

"Chirp!"

Urushihara, Ashiya, dan Maou menunjukan keterkejutan mereka di saat yang bersamaan, bahkan Maou menjatuhkan kotak yang di dalamnya terdapat Camio karena hal ini.

"Menurut laporan dan kalkulasi skala gate sebelumnya, aku memprediksikan kalau mereka akan tiba hari ini, pada tengah malam... Mereka berencana mulai dari kawasan paling timur dan melakukan pencarian intensif dengan jumlah mereka yang besar chirp.'

Ayam hitam itu perlahan menaiki kotak dan duduk di atas tanah, kakinya tertekuk di bawah sayapnya.

"Sejujurnya, kekuatan wanita itu sangat tidak normal. Sulit untuk menjamin kalau pasukan yang muncul nanti tidak akan menemui nasib yang sama seperti diriku dan yang lainnya..."

Untuk membuat semuanya lebih jelas, Camio bilang bahwa pasukan yang akan datang nanti, kemungkinan tidak akan bisa menandingi Amane.

Tidak disangka Amane bisa mempunyai kekuatan sebesar itu meskipun dia adalah seorang manusia, dan Maou yang tidak tahu hal ini secara langsung masih tidak..... merasa kalau ini adalah nyata, akan tetapi, sikap Camio sangatlah serius.

"Meski dia sudah memutuskan hubungan secara sepihak, tapi Barbariccia-sama masihlah seorang rekan yang juga berencana menyatukan Dunia Iblis. Aku tidak ingin menjadi musuhnya, tapi aku juga tidak bisa duduk diam ketika bawahan yang terhasut olehnya dikalahkan oleh wanita itu, yang mana hal itu hanya akan menjadi pengorbanan yang sia-sia."

"Apa yang terjadi pada para iblis itu bukanlah urusanku."

Emi menyatakannya dengan jelas dan membuat sebuah garis antara dirinya dan pasukan iblis itu.

"Tapi insiden ini ada hubungannya dengan Olba, aku tidak bisa duduk diam dan tidak melakukan apa-apa. Ini tidak ada hubungannya dengan Amane-san yang mempunyai kekuatan manusia super, aku tidak peduli entah dia musuh ataupun teman."

Emi menatap tajam ke arah Maou.

"Jika Pasukan Iblis itu datang ke Jepang untuk mencuri pedang suci, maka kau dan aku yang telah membawa konflik ke negeri ini harus bertanggung jawab dan mengusir mereka. Bagaimana bisa kita menyerahkan semuanya pada Amane-san?"

Pada saat itu, cahaya dari mercusuar menyapu langit di atas Emi, yang mana hal itu membuat pernyataan ini menjadi terlihat lebih tegas.

".... Aku harap dia adalah sekutu kita... Pada dasarnya, pemilik kontrakan dan Amane-san adalah orang-orang baik, tanpa mereka, kita pasti sudah jadi pengangguran."

Maou menunjukan senyum kesepian.

"Emi."

"Ada apa?"

"..... Aku terkejut kau mempercayai semua ini."

"Eh?"

Seketika, ekspresi Emi terlihat begitu waspada. Lagipula, dari apa yang Maou katakan, itu terdengar seperti mengisyaratkan kalau dia meminta Kameo untuk mengatakan sebuah kebohongan.

"Apakah kau tidak khawatir kalau ini adalah jebakan yang disiapkan untukmu oleh seorang iblis yang sekarat untuk menyelamatkanku?"

"... Apa, jadi kau bermaksud melakukan hal ini?"

Akan tetapi, Emi menjawab dengan sikap tidak tertarik.

"Bahkan jika kau dan ayam itu menjebakku, apa yang bisa kalian lakukan terhadapku?"

Sikap Emi dipenuhi dengan kepercayaan diri yang begitu tinggi, namun itu juga terlihat seperti dia sengaja melakukannya.

Emi membusungkan dadanya, dan memberikan kesan kalau dia sedang meremehkan Maou dan yang lainnya. Tapi dia segera mengubah pikirannya di tengah-tengah..... atau lebih tepatnya, dia menenangkan ekspresinya karena dia pikir hal itu terlalu konyol.

"Jangan meremehkan orang lain, okay?"

"Hah?"

Emi mengerutkan dahi dan meletakkan tangannya di atas dahinya.

"Ketika kau membiarkanku mendiskusikan hal ini dengan Camio, bukankah kau juga membiarkan Chiho dan Alas Ramus ada di sana? Jadi..."

"Hmm... Hah? Jadi? Apa maksudnya itu?"

Sepertinya Maou mengerti, tapi di saat yang sama dia juga tidak mengerti. Setelah bertanya, Emi terlihat seperti ingin lari dari Maou, dia memalingkan wajahnya dengan punggung yang menghadap Maou.

"Meskipun kau adalah pemimpin dari semua iblis jahat, miskin dan licik, musuh dari semua ayah yang baik dan musuh dari seluruh umat manusia, sampah luar angkasa, kotoran di orbit bumi, tapi..."

Emi sangat tidak senang dari dalam lubuk hatinya, tapi dia masih melanjutkannya dengan gemetar.

".... kau bukanlah tipe orang yang akan mengkhianati Chiho dan Alas Ramus untuk membuat sebuah kebohongan, setidaknya bersama dengan kalian, aku masih bisa percaya sampai ke titik ini, jadi...."

Setelah secara berurutan melotot ke arah Maou dan para bawahannya yang hanya berkedip karena aura yang Emi pancarkan....

"Mengenai masalah ini, kau harus bertanggung jawab bersama  denganku!!"

Teriakan Emi memecah langit malam.

".... Apa kau paham? Jika kau paham, maka cepat lupakan apa yang barusan kukatakan! Dasar sampah luar angkasa!"

Emi berteriak dengan sikap berapi-api yang terlihat seperti akan melempar pedang sucinya yang juga berisi Alas Ramus.

Ombak terlihat seolah-olah menjadi tenang karena teriakan Emi, keheningan yang canggung pun tercipta.

"Meski ini terasa seperti kau tidak mempercayai kami sama sekali, dan tampak seperti tidak ada hubungannya dengan sampah luar angkasa...."

Maou mengangguk sambil melihat ke arah cahaya mercusuar yang melintasi langit malam.

"Terima kasih, terima kasih sudah mempercayai kami."

Mungkin itu adalah sebuah ilusi, tapi ekspresi Emi terlihat sedikit melembut karena kalimat tersebut.

Bagaimanapun, ekspresi hangat itu memang hanya sebuah ilusi sekilas saja, karena setelahnya, Emi berbicara dengan rasa benci yang bisa dibandingkan dengan King Yama dari neraka."

"Bukankah, aku, sudah, bilang, padamu, untuk melupakannya?"

Emi mengayunkan pedang sucinya, cahaya yang dipancarkannya membelah kegelapan malam seperti cahaya yang berasal dari mercusuar.

"Erhm, erhm, Alas Ramus pasti juga akan melakukan apa yang aku lakukan!"

Sikap Emi memang terlihat agung dan suci layaknya prajurit Dewa, tapi dari suara pedang suci yang diletakkannya, menyebabkan atmosfernya seperti bergerak kedua arah.

Namun, itu juga termasuk hal yang baik.

"..... Ini benar-benar takdir yang aneh chirp."

"Serius ini? Tapi, apa yang harus kita lakukan? Jika Pasukan Iblis benar-benar menyerang, sejujurnya aku tidak berpikir kalau kita punya kesempatan untuk menang."

"Mengenai hal itu chirp, aku punya ide bagus chirp, pedang yang aku bawa...."

Ketika semua orang memaklumi suara 'chirp' yang mulai mengganggu dan mendengarkan usulan Camio dengan serius...

Cahaya dari mercusuar yang menyinari laut di kejauhan, seketika menunjukan...

Sebuah retakan gelap yang terbuka.

".... Apakah mereka sudah datang?"

Mengejutkannya, orang yang pertama kali menyadari keanehan itu adalah Urushihara.

Meskipun Maou, Emi, dan Ashiya tidak mengetahuinya, tapi ketika Gabriel menyerang, orang pertama yang menyadari bahwa ada seseorang yang membuka gate juga adalah Urushihara.

Mengikuti arah pandangan Urushihara, mereka semua terlihat meragukan mata mereka sendiri.

Di antara kumpulan awan, sebuah retakan hitam muncul di langit tanpa ada seorangpun yang menyadarinya.

"... Hey, hey, hey, itu sama sekali tidak terlihat seperti hanya satu pasukan."

Mereka semua terlihat seperti menutupi langit malam, bayangan hitam yang tak terhitung jumlahnya, muncul dari retakan itu seperti kelelawar atau burung yang akan bermigrasi ke tempat yang begitu jauh.

"Far Reflecting Eye!"

Urushihara mengatakannya pelan, dan berfokus pada bayangan yang kini terlihat seperti awan.

"Seperti apa yang Camio bilang. Meskipun Barbariccia belum terlihat dimanapun, tapi mereka semua adalah bawahan Maracoda sebelumnya, mereka adalah iblis dari klan Malebranche."

"Kau bisa melihatnya dari sini?"

Emi memicingkan matanya melihat ke arah laut, dan bertanya kepada Urushihara dengan terkejut.

"Ini hanya sebuah mantra sederhana, lagipula aku ini setengah malaikat, dan akhir-akhir ini aku juga memakan masakan Bell setiap hari. Bahan-bahan yang dia gunakan sudah diberkati sebelumnya, apa ada pertanyaan?"

Ketika meniup kabut yang akan menangkap Camio kemarin malam, alasan kenapa sayap Urushihara berwarna putih kemungkinan besar juga kerena hal ini.

Tapi sekarang ini, bukanlah saatnya untuk menanyakan hal-hal seperti itu.

".... Kenapa mereka tidak kehilangan wujud iblis mereka bahkan setelah datang ke Jepang?"

Ashiya menanyakan pertanyaan lain.

"Bagaimana mungkin aku tahu? Jika bukan karena mereka membawa sebuah item yang bisa memberikan sihir iblis, maka itu pasti ada hubungannya dengan gate yang tidak tertutup itu, ya kan?"

Tidak peduli apa yang terjadi, saat ini Maou dan yang lainnya masih belum tahu pasti.

Kenyataannya, Pasukan Iblis yang bisa mempertahankan wujud yang sama seperti yang mereka miliki saat di Dunia Iblis, kini muncul di hadapan Maou dan sedang mendekat ke arah Jepang.

Klan Malebranche yang dipimpin oleh Jenderal Iblis Maracoda dalam istilah manusia, bisa dibilang adalah klan yang ahli dalam Necromancy.

Pemahaman manusia terhadap Necromancy, hanya dibatasi pada pemikiran kalau itu adalah sebuah skill terlarang untuk menghidupkan dan mengendalikan roh-roh jahat serta para mayat; namun pada kenyataannya, itu hanyalah skill pengendalian boneka yang sederhana, mereka hanya perlu memasukkan sihir ke dalam mayat dan mengendalikannya. Jika kendali dari penggunanya hilang, maka boneka-boneka itu takkan punya kekuatan bertarung lagi.

Maracoda, pemimpin klan Malebrache yang ahli memanfaatkan celah dalam hati manusia, adalah Iblis dengan peringkat terendah di antara para Jenderal Iblis yang dipimpin oleh Satan.

Ukuran dan tinggi badan para anggota klan Malebranche hampir mirip seperti manusia, dengan karakteristiknya yang khas yaitu sayap mereka yang seperti kelelawar dan juga cakar tajam yang keluar dari keempat anggota tubuh mereka.

"Aku melakukan penghitungan kasar... kira-kira jumlah mereka ada 1000."

Itu adalah jumlah yang sangat mengejutkan. Karena mereka bisa dilihat dari Inubo, kapal-kapal di laut pun mungkin juga bisa melihat mereka.

"Orang-orang di kapal itu bisa berada dalam bahaya! Aku akan pergi terlebih dahulu!"

Emi mengambil sebotol suplemen nutrisi dari sakunya dan meminumnya dalam satu tegukan.

Dia kemudian menyeka sudut mulutnya menggunakan punggung tangannya dan memfokuskan kekuatan di kakinya. Setelah itu, seluruh tubuhnya mulai bersinar terang.

"Kami pergi! Alas Ramus!"

"Oh!"

"Heaven Light Boots!"

Sebelum Maou bisa menghentikannya, Emi sudah terbang meluncur menuju ke tengah lautan.

Iblis-iblis dari klan Malebranche sepertinya mendeteksi sihir suci Emi yang begitu kuat, para bayangan itu pun bergerak seolah-olah sedang membentuk sebuah formasi.

"Hey, Camio, apa yang harus kita lakukan? Apa yang ingin kau katakan mengenai pedang itu?"

Maou dan Ashiya hanya punya sedikit kekuatan sihir, sementara Urushihara yang hanya bisa menggunakan mantra sederhana, tidak mempunyai kekuatan yang bisa membuatnya bertahan melawan pasukan sebesar itu.

Jika terus begini, mereka mungkin hanya bisa menyaksikan Emi dan klan Malebranche bertarung satu sama lain sampai insiden ini selesai.

"Chirp! Ini tidak bagus chirp!! Benar Satan-sama, aku membawa pedang itu ke dunia ini, jika Satan-sama menarik pedang itu dari sarung pedangnya..... chirp!!"

Kameo akhirnya menyadari kalau Maou, Ashiya, dan Urushihara kini sedang menatapnya dengan sikap yang aneh.

"Camio, ini tidak bagus, ini sama sekali tidak bagus."

"Aku tidak pernah menyangka kalau Camio-sama akan....."

"Lu-Lucifer? Jenderal Timur-sama? Ada, ada apa?"

"Jika menurutmu benda itu penting, seharusnya benda itu kita bawa juga ketika kita pergi, idiot!!"

Maou mencengkram Camio dan mengangkatnya.

"Ah! Chirp?"

"Untuk apa kau nge-chirp, idiot? Kau seharusnya sudah tahu sebelumnya kalau pedang itu akan berguna kan? Apa kau ingin kita kembali ke Ooguro-ya dari Inubo untuk mengambilnya? Saat kita melakukannya, Emi mungkin sudah selesai membersihkan mereka semua."

"Chiiiirp...... Satan-sama..... Aku kesulitan bernapas chirp!!"

"Ah serius, tidak ada gunanya meskipun aku mencekik dan memakanmu di sini. Hey Ashiya, kita tidak punya pilihan lain, cepat kembali dan ambil pedang itu."

"Me-mengerti.... Ah!"

Ashiya berbalik dan mulai berlari, tapi baru lima langkah dia berlari, dia sudah terjatuh.

Ketika seorang pria besar setinggi lebih dari 180 cm menunjukan sisi cerobohnya, penonton pasti akan merasa kecewa.

"... Ka-karena aku memakai sandal pantai yang tidak biasa kugunakan, aku jadi salah langkah...."

Ashiya sendiri nampaknya sangat memahami hal ini, dia segera bangkit dengan cepat, seolah ingin menghindari tatapan dingin yang ada di belakangnya dan siap untuk melanjutkan.....

"Yo, apa kalian semua mencari benda ini?"

Seseorang yang membawa sesuatu, tiba-tiba muncul di hadapannya Ashiya, membuat dia harus mengerem mendadak.

"Aku heran kenapa pedang ini tidak cocok dengan ukuran burung-kun, dan sepertinya ini adalah sebuah senjata atau lebih tepatnya ini adalah kartu truf mu, kan?"

Orang yang datang itu mempunyai wajah cantik dan tegas yang bersih dari make up, mengenakan t-shirt sederhana dan juga apron, di tangan orang itu terdapat pedang yang tidak kehilangan sinarnya meskipun armor Camio hancur dan dia berubah menjadi burung kecil.

"Amane..... San?"

"Benar, aku Amane-san~"

Pemilik Ooguro-ya, Ooguro Amane menjawab dengan senyumnya yang biasa dan melambaikan tangannya.

"Serius ini, aku heran kenapa masih ada bekas sihir meskipun aku sudah mengirim mereka kembali ke asalnya. Lihat pedang ini, jika kau mengeluarkannya dari sarung pedangnya...."

Amane perlahan menarik pedang dari sarungnya yang terbungkus oleh jubah Camio.

Pedang yang telah keluar sepenuhnya dari sarung pedangnya, mempunyai bilah berwarna merah darah.

"Seperti yang kau lihat, ini adalah pedang sihir.... Hmm, hanya menariknya keluar saja sudah sedikit berlebihan. Apa yang akan kau lakukan dengan benda ini?"

Amane memasukkan pedang itu kembali ke sarung pedangnya dan menatap lurus ke arah Maou.

"Ah, kali ini jangan bermain-main dengan menanyakan 'ya ampun, Amane-san, apa yang kau lakukan di sini?', itu terlalu dingin. Kau hanya perlu menjelaskan bagaimana kau akan menggunakan pedang ini dan apa yang akan kau lakukan."

Amane menanyakannya dengan sikap santai seolah-olah dia sedang menanyakan bahan baku untuk masakan besok.

Selain Ashiya yang sedari awal sudah berada di depan pedang itu, bahkan Maou, Camio, dan Urushihara pun tidak bisa menyembunyikan ekspresi shock-nya dan ragu-ragu bagaimana harus menjawab.

Saat mereka ragu-ragu, pertarungan antara Emi dan klan Malebranche akhirnya sudah dimulai.

"Bersemangatlah!! Maou Sadao!"

Amane berteriak untuk menarik respon dari Maou, yang masih tidak bisa menjawab apa-apa bahkan setelah semua ini.

"Kau sudah membiarkan seorang gadis mengatakan hal itu, dan kau masih tidak mengatakan apa-apa? Dan kau masih menganggap dirimu seorang pria, menyedihkan sekali!"

Ketika dia berbicara, Amane melemparkan pedang yang ada di tangannya kepada Maou.

"Wah... Wah, eh, ini, ini...."

"Ini bukan saatnya untuk mengatakan hal seperti itu, dasar herbivora!! Meski kita baru kenal selama 2 hari, tapi aku sudah tahu orang seperti apa kau ini. Cepat pergi dan tunjukan kejantananmu!! Perlihatkan padaku bagaimana kau akan bertanggung jawab. Tarik pedang itu, kau seharusnya...."

Di bawah ancaman Amane, Maou meraih sarung pedang tersebut dan menarik pedangnya.

Kali ini, di tanjung Inubo memancarkan sebuah cahaya yang lebih terang dari cahaya mercusuar, sebuah pilar hitam membentang hingga ke cakrawala.

"Raja Iblis dari dunia yang sangat jauh!!"

Worawrrrrrrrrrrrrrrom…………

Worawrrrrrrrrrrrrrromm…………

Worawrrrrrrrrrrrrrrommm…………

Sebuah raungan yang seolah menandakan kekuatan hitam itu membelah permukaan laut Choshi.

"Chiho-dono, apakah tubuhmu baik-baik saja?"

"Ah, ya.... Aku tidak yakin kenapa, tapi sepertinya aku baik-baik saja kali ini..."

Chiho dan Suzuno berjalan menuju tanjung Inubo yang kosong dari aula hotel, sekeleliling mereka diselimuti oleh kabut yang begitu tebal, sampai-sampai mereka tidak bisa melihat tangan mereka sendiri.

".... Ada jejak sihir iblis di sini.. tapi kenapa...."

"Itu sudah jelas kan? Meski tidak ada orang yang berada di luar saat ini, jika kekuatan sebesar itu dilepaskan sekaligus, kemungkinan besar semua penduduk di Inubo akan pingsan. Aku ini hanya mengambil tindakan perlindungan pada tempatnya."

Sebuah jawaban terdengar dari dalam kabut.

"!!"

Suzuno mengambil posisi siaga, dan menyuruh Chiho untuk pergi ke belakangnya.

"Tidak perlu sewaspada itu, lagipula kita kan teman yang sudah makan mie goreng bersama."

Ooguro Amane yang mengenakan sebuah t-shirt, muncul dengan penampilan yang sama dengan seragam kerjanya.

"Setidaknya, aku bukanlah musuhmu. Jangan khawatir, karena mereka bilang ingin bertanggung jawab, maka aku memutuskan untuk mengamati situasi saja. Jika ada yang kabur dan membuat keributan maka aku akan dengan senang hati membantu."

Menghadapi situasi ini, bagaimana bisa seseorang tidak merasa khawatir?

Menurut Emi, satu pasukan besar yang terdiri dari sisa-sisa pasukan iblis sedang mendekat ke arah Choshi.

Suzuno memang tidak sepenuhnya percaya kalau Amane bukanlah manusia biasa, tapi di saat yang sama, dia juga tidak berpikir kalau Amane punya kekuatan untuk mengatasi musuh yang bahkan lepas dari Emi.

"Jangan meremehkan orang lain, aku bisa sangat kesusahan, manusia."

Dia mungkin merasakan kebingungan Suzuno, dan memberikan senyum tidak kenal takut dengan tangan berada di pinggangnya.

"!!"

"Wah?"

Chiho dan Suzuno hanya bisa menutupi wajah mereka.

Sekumpulan kabut seperti angin topan terlihat mengelilingi Amane.

T-shirt dan apron, jeans dan sandal, dan dengan rambut yang dikuncir.

Seseorang yang tampak seperti manajer toko biasa yang bisa kau temukan dengan mudah di seluruh Jepang yang mana kini diasumsikan sebagai 'master pengendali kabut', telah muncul di pantai Inubo. Kekuatan yang ditunjukan Amane bukanlah sihir iblis ataupun sihir suci, tapi sebuah kekuatan yang masih belum diketahui asalnya.

"Nama Ooguro bukan hanya untuk pertunjukan lo~. Bahkan jika aku harus melempar semua eksistensi yang tidak seharusnya berada di sini ke sisi lain sekaligus, itu tidak akan jadi masalah bagiku, kau tahu?"

Seperti saat aktor panggung mengatakan kata-kata yang keren, cahaya dari mercusuar kini berhenti di belakang Amane.

Sinar kuat dari mercusuar itu, membuat Chiho dan Suzuno harus menutup mata mereka.

Tapi dalam sekejap, dalam sekejap saja, mereka berdua merasa seperti melihat cahaya putih yang berbeda dari cahaya yang dipancarkan oleh mercusuar itu.

"Huuh, kalian berdua bisa menunggu di sini dulu. Untuk beberapa hal....."

Ilusi itu menghilang, ketika Chiho dan Suzuno mendapatkan kembali pandangan mereka, yang terlihat hanyalah seorang manajer toko wanita yang berdiri di depan mereka.

"Ketika Maou-kun dan yang lainnya kembali, aku akan menceritakannya pada kalian semua."

"Amane-san....."

"Sekarang aku harus pergi melakukan beberapa pekerjaan yang diminta oleh Maou-kun dan burung-kun, sampai jumpa."

Setelah mengatakan hal itu, Amane melambaikan tangannya dan menghilang di tengah-tengah kabut.

Arah yang Amane tuju adalah mercusuar Inubosaki.

Mengikuti raungan naga raksasa, Chiho dan Suzuno melihat Amane sedang terfokus melihat ke arah laut yang ditutupi oleh kabut dengan tatapan tajam.


---End of Part 2---





Translated by : Me..
Previous
Next Post »
0 Komentar