Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 3 (Part 3) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 3 : Raja Iblis Menyadari Betapa Luasnya Choshi dan Dunia -3



Chapter 3 : Raja Iblis Menyadari Betapa Luasnya Choshi dan Dunia.

"Mama, arah mangkuk!!"

Dari komunikasi mental Alas Ramus, meski dia tidak melihatnya sendiri, Emi bisa menggunakan perisai dari Armor Pembasmi Kejahatan-nya untuk menahan serangan yang datang dari arah kirinya.

"Arah sumpit!!"

Dengan sangat jelas, para iblis terus menerus melancarkan serangan cakar yang tak terhitung jumlahnya dari sisi kanan, dengan natural, Emi bisa menahan semua serangan itu dengan menggunakan 'Evolving Holy Sword, Better Half' miliknya.

Kemampuan bertarung individu klan Malebranche sebenarnya tidaklah terlalu tinggi.

Tapi dengan pemimpin klan, necromancy milik Maracoda sebagai pusatnya, mereka benar-benar sangat ahli dalam pergerakan licik.

"!!"

Emi berhadapan dengan iblis yang akan menyerangnya, tapi iblis itu langsung terpecah ketika hampir mencapainya.

Meski itu hanya mantra ilusi sederhana, bagi Emi, dalam pertempuran satu lawan seribu dengan perbedaan jumlah sebegitu banyaknya, dia sama sekali tidak punya waktu untuk menentukan mana yang asli dan mana yang palsu.

Ketika Emi bersiap menggunakan perisainya untuk menghadang serangan musuh....

"Sisi Sumpit!!"

Alas Ramus memberikan sebuah peringatan.

Namun, bagi Emi yang tidak merasakan datangnya proyektil sihir iblis yang mendekat itu, dia sudah melewatkan kesempatan untuk menghindar.

"Heaven Light Flash!!"

Emi seketika memutuskan untuk melancarkan serangan balasan.

"Ug, argh!!"

Tapi karena dia tidak bisa fokus pada serangan yang datang, dan serangan balasannya secara bersamaan, dia malah diserang oleh kedua sisi di saat yang sama.

Sepuluh anggota klan Malebranche menyerang Emi yang terhuyung-huyung di saat yang bersamaan.

"Hey... Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku! Hey... Hentikan! Jangan menyentuh tempat-tempat yang aneh!"

Jika dia tertahan di udara, dia tidak akan bisa menghindari proyektil sihir iblis yang melesat ke arahnya. Tanpa adanya pilihan lain, Emi menggertakkan giginya....

"Exploding Light Shockwave!!"

Dia berteriak di dalam pikirannya dan mengaktifkan sebuah mantra. Itu adalah sihir hembusan angin kuat yang disebabkan oleh sihir suci yang meledak dari dalam tubuhnya, sebuah teknik kuat yang bisa menerbangkan semua Malebranche dari tubuhnya. Akan tetapi, mengaktifkan skill ini tidak hanya membutuhkan banyak sihir suci, bahkan, cakar dari para iblis tersebut sempat menggores dahi Emi ketika mereka diterbangkan oleh skill ini.

Sebuah goresan terlihat di dahi Emi, dan bagian terburuk-nya, darah itu bahkan mengalir sampai ke mata kanan Emi, dan menyamarkan pandangannya.

"Mama, apa kau baik-baik saja?"

Emi bahkan tidak punya waktu untuk menjawab Alas Ramus.

Hal ini hanya membuat situasi pertarungannya menjadi semakin sulit.

"Serius, dari awal, ini memang sudah cukup merepotkan!"

Bagaimanapun, Emi kini sedang menggunakan gaya bertarung yang tidak pernah dia coba sebelumnya, untuk menghadapi musuh dalam jumlah yang sangat besar.

"Arah mangkuk!!"

Untuk menangkis teknik yang digunakan oleh klan Malebranche dari arah kirinya...

"Vacuum Thrust!!"

Itu bukanlah sebuah mantra, bukan juga pedang suci, tapi sebuah skill bela diri.

Emi mengkonsentrasikan sihir suci di sekitar tangannya dan mengayunkannya seperti sedang melakukan pukulan backhand. Serangan itu menghancurkan cakar tajam milik klan Malebranche dalam sekali serang, menyebabkan musuhnya berteriak dan mundur.

"Aku pinjam skillmu, Alberto!!"

Mengayunkan tangan kirinya dengan pukulan backhand sekali lagi, Emi memberikan pukulan terus menerus kepada musuh yang mendekat dari arah depannya.

"Vacuum Bullets!!"

Getarannya membuat pukulan Emi berubah menjadi proyektil sihir dan terbang menuju para Malebranche.

Para iblis yang terkena serangan di perut ataupun kepalanya, langsung meninggalkan medan pertarungan seolah sudah tak sadarkan diri.

Sementara bagi mereka yang berhasil menghindari hujan proyektil itu dengan menggunakan proyektil iblis mereka sendiri, mereka langsung dihajar oleh pedang suci milik Emi.

"Hah!!"

Emi menendang dagu seorang iblis yang mendekat ke arahnya, dia menggunakan kesempatan itu untuk memperkecil jarak di antara mereka, dan melancarkan serangan Vacuum Thrust dengan tangan kirinya untuk mendorong musuhnya keluar dari jarak serang mereka.

".... Ini, ini benar-benar, lebih sulit, daripada..... yang kubayangkan."

Dulu, Alberto mengajari dasar-dasar ilmu bela diri kepada Emi yang hanya tahu cara bertarung dengan menggunakan senjata.

Sebelum ditaklukan oleh komandan Pasukan Iblis utara, Adramelech, pernah ada sebuah grup elit di Benua Utara Ente Isla yang ahli dalam menggunakan seni bela diri dan mantra, mereka bernama 'Immortal Mountain Legion'.

Setelah penghancuran yang dilakukan oleh Pasukan Iblis, Emi bertemu dengan Alberto jauh di dalam pegunungan, dia mengemban tugas sebagai penebang pohon sekaligus melatih skill-nya di saat yang bersamaan. Alberto yang sebelumnya pernah menjadi prajurit elit dari 'Immortal Mountain Legion' sekaligus pendeta dari 'Immortal Arts' di saat yang sama, sangat mahir dalam berbagai ketrampilan bertarung, termasuk ketrampilan menggunakan pedang.

'Benua Utara dulunya adalah negara multi-cultural yang beragam, untuk menghindari adanya terlalu banyak perpecahan selama pertarungan, sejak dulu sekali, telah diputuskan untuk menggunakan metode bertarung ini untuk menyelesaikan perselisihan yang ada.'

Emi selalu berpikir kalau gaya bertarung yang tidak mematikan ini, memang sangat cocok untuk pertarungan antar manusia.

"Mundur!!"

Kali ini, dari dalam sekumpulan Malebranche, terdengar sebuah suara suram.

Dan menyerupai sebuah ilusi, mental bertarung para iblis yang pada mulanya begitu keras kepala, seketika itu juga langsung berhenti.

"Wanita... Sepertinya kau bukan manusia biasa."

Dia adalah iblis yang cukup besar dibandingkan dengan anggota klan Malebranche lainnya.

Sepertinya dia adalah pemimpin yang mengomandoi para iblis ini. Meskipun dia itu seorang iblis, tapi dia mengenakan sebuah penutup mata untuk menutupi satu matanya, dia juga mempunyai gigi-gigi panjang yang lebih menonjol daripada ukuran besarnya.

"Terima kasih atas pujianmu. Tapi maafkan aku, aku tidak ingin menggunakan sihir suciku untuk melakukan komunikasi mental, jadi tolong gunakan bahasa manusia."

"Dari 1200 anggota elit klan Malebranche..... belum pernah ada korban sebanyak ini... Ini sangat tidak normal. Mungkinkah kau ini...."

Begitu dia mengatakan hal ini, pemimpin Malebranche itu tiba-tiba mengangkat tangan kanannya.

Di tangannya, dia memegang sesuatu yang mirip seperti kalung kristal murahan.

Kristal tersebut tiba-tiba memancarkan sinar keunguan yang redup, dan bersinar ke arah Emi.

"Cahaya keunguan... Itu..."

"Mama! Yesod! Di belakang benda yang bersinar itu, Yesod!"

Suara Alas Ramus yang bergabung dengannya, mengkonfirmasi kecurigaan Emi. Pemimpin grup Malebranche itu tiba-tiba mengeluarkan tawa jahat, seolah-olah menegaskan 'beginilah seharusnya iblis itu'.

"Wahahahaha!! Aku tidak pernah menyangka kita akan menemukannya secepat ini. Kau adalah pemegang Pedang Suci, Emilia Sang Pahlawan, benar kan?"

Seketika, mata pemimpin grup Malebranche tersebut memancarkan sebuah semangat, dia mulai memanggil sihir iblis di dalam tubuhnya.

"Karena lawanku mempunyai kekuatan yang bisa melampaui keempat Jendral dan Satan-sama, maka aku harus menggunakan kekuatan penuhku dari awal!! Lalu aku akan menang dan mendapatkan pedang suci itu!!"

".... Sepertinya aku tidak bisa lagi menyembunyikannya."

Emi menunjukan senyum tak gentar yang serupa dan mengangkat 'Evolving Holy Sword, Better Half' miliknya tinggi-tinggi.

"Muncullah!! Wahai kekuatanku, demi memusnahkan semua Iblis!!"

Dengan teriakan ini saja, sudah cukup untuk menerbangkan para Malebranche.

Para iblis itu tidak mampu menatap langsung ke arah sinar keemasan yang Emi pancarkan dari dalam tubuhnya, mereka mundur seolah merasa terpojok hanya dengan keberadaan Emi.

"Jika kau tidak ingin terluka, bawa pasukanmu dan mundurlah!!"

Rambut keperakan, mata merah, dan Armor Pembasmi Kejahatan yang mengeras; itu tidak hanya terbatas pada penyembuhan luka-lukanya, tapi.....

"Ini adalah pertama kalinya aku bevolusi sampai ke tahap 2 semenjak aku datang ke Jepang... Kekuatan yang kumiliki sekarang bukan untuk diremehkan."

'Evolving Holy Sword, Better Half' yang ada di tangan Emi juga ikut berevolusi.

Pedang suci pada mulanya adalah pedang satu tangan yang tipis, tapi sekarang, tidak hanya bilahnya yang menjadi lebih lebar, gagang pedangnya pun kini jadi lebih panjang, bahkan hiasan pada gagang dan kristal ungu... fragmen 'Yesod' nya, juga bersinar dengan terang.

"Kau memang dalang di balik kehancuran Pasukan Iblis, Pahlawan Emilia."

Pemimpin Malebranche itu terlihat tak gentar dan menantang Emi dengan sikap yang mengagumkan.

"Namaku adalah Ciriatto, salah satu dari kepala suku Malebranche!! Atas perintah Maracoda yang telah tiada dan demi masa depan Dunia Iblis, aku pasti akan mendapatkan Pedang Suci!! Mundurlah kalian semua!!"

Merespon Ciriatto yang memerintahkan para bawahannya dan memperkenalkan namanya, Emi pun menempatkan Pedang Sucinya di depan mata dan memberikan hormat kesatria.

"Aku tahu banyak hal tentang Iblis akhir-akhir ini.... Aku tidak akan menahan diri!!"

Seketika, serangan dan pertahanan saling beradu antara sihir suci dan sihir iblis di atas samudera pasifik. 'Evolving Holy Sword, Better Half' menebas cakar tajam berwarna hitam di tangan kanan Ciriatto.

"Ugh!!"

Cakar kanan Ciriatto terbelah menjadi dua tanpa perlawanan sedikitpun, dan jatuh ke samudera pasifik.

"Apa kau masih ingin bertarung?"

"Agrh..."

Hanya dengan pergerakan menyilang yang pendek saja, sudah cukup membuat Ciriatto mengerang penuh penyesalan.

Matanya sama sekali tidak bisa mengikuti tebasan pedang Emilia.

Jika seorang Malaikat Agung saja tidak bisa melakukannya, maka tidak mungkin seorang kepala suku dari klan Malebranche bisa melakukan hal itu. Tapi, sebagai seorang prajurit, meski dia menghadapi perbedaan kemampuan yang sangat jauh, Ciriatto sama sekali tidak berniat untuk mundur.

Karena apapun yang terjadi, dia harus menyerahkan pedang suci kepada Pasukan Iblis yang Baru, menyatukan Dunia Iblis setelah kematian Raja Iblis Satan, dan kembali menyerang Ente Isla.

"..... Sepertinya kau tidak ada niatan untuk mundur."

"Aku adalah kepala suku klan Malebranche, Ciriatto!! Jika aku melarikan diri karena takut kalah, bagaimana mungkin aku bisa mendapat peran yang bagus di Pasukan Iblis yang Baru? Woah!!"

"Wah!! Tunggu!!"

Ciriatto adalah musuh, tapi Emilia masih mencoba untuk menghentikannya.

Ciriatto bermaksud menggunakan cakarnya yang tidak terluka untuk memotong cakarnya yang terluka.

"Aku tidak butuh senjata yang telah rusak, mereka hanya akan menghalangiku!! Lagipula, itu masih bisa tumbuh kembali!"

"Ah, begitu?"

Meski sebentar, Emi tetap merasa menyesal karena mengkhawatirkan musuhnya.

"Meski begitu, seharusnya itu masih sakit kan? Bahkan kelihatannya itu berdarah, meskipun kau kehilangan senjata yang paling kau kuasai, apa kau masih berniat bertarung?"

"Aku akan terus bertarung sampai tubuhku berubah menjadi debu."

Kepribadian seorang prajurit yang klasik.

Emilia tidak menganggap kalau ambisi seorang prajurit adalah mati di medan pertarungan. Namun, karena Ciriatto berpikir begitu, maka Emilia akan menggunakan teknik bertarung yang sama seperti sebelumnya untuk mengakhiri pertarungan ini dengan cara yang paling dibenci musuhnya.

"Aku tidak akan menuruti keinginanmu dan membunuhmu, kau tahu?"

Emilia mengangkat pedang sucinya.

"Eh? Mama, apa itu tidak masalah?"

Menyadari situasi Emilia, Alas Ramus menanyakan hal tersebut.

Emilia dengan sengaja menurunkan sihir suci pada pedang sucinya. Pedang suci yang sangat jarang berevolusi sampai ke tahap 2, kembali lagi ke wujud awalnya. Tidak hanya itu, bilahnya sendiri menjadi melemah hingga hampir tidak bisa mempertahankan bentuknya, dan hanya mempertahankan beberapa tingkat ketajaman.

"Akan lebih baik menangani situasi ini jika kondisi kita lebih setara. Ini adalah untuk...."

Emilia menutup matanya sesaat, dan mengingat penampilan iblis itu.

"..... menghindari hilangnya nyawamu."

"Menarik!"

Ciriatto juga menurunkan sihir iblis di cakar kirinya sampai ke level minimum. Dia menunjukan niatannya untuk tidak bergantung pada mantra dan mengalahkan Emilia hanya dengan kemampuan bertarung.

Sang Pahlawan dari pedang suci berhadapan dengan Kepala suku Malebranche Ciriatto, mereka semakin menambah tekanan pada atmosfer di atas lautan.

Satu-satunya kekhawatiran Emilia hanyalah apakah dia sanggup mengalahkan Ciriatto tanpa merenggut nyawanya, selain itu, sulit menjamin apakah anggota klan Malebranche lain akan mendengarkannya dengan patuh.

Jika kepala suku mereka dikalahkan, mungkin pasukan itu akan kehilangan kendali.

Bagi Emilia yang memiliki kekuatan melebihi mereka semua, hal itu hanya akan jadi pembantaian besar-besaran.

"..... Sepertinya aku jadi sedikit melunak."

Emilia mengambil napas dalam untuk memantapkan perasaannya, musuhnya adalah kepala suku Malebranche, bisa dikatakan hampir setara dengan Maracoda, dia bukanlah musuh yang bisa Emi remehkan. Dia akan mengurusi apapun yang terjadi setelahnya nanti.

Jika pertarungan ini terjadi di Ente Isla, itu mungkin akan cukup sengit sampai bisa menghancurkan sebuah kota, meski tidak ada sinyal api sebagai tanda dimulainya pertarungan, kedua orang yang saling berhadapan dengan napas tertahan itu tiba-tiba mengangkat kepalanya.

Worawrrrrrrrrrrrrrrom…………

Worawrrrrrrrrrrrrrromm…………

Worawrrrrrrrrrrrrrrommm…………

Raungan naga kuno membelah seluruh angkasa.

Jika hanya itu saja, Emilia dan Ciriatto mungkin masih akan memulai pertarungan mereka segera setelahnya.

Tapi raungan naga itu seolah membangunkan pengendali kabut di atas laut, dan tiba-tiba area di sekeliling Emilia dan Ciriatto pun menjadi putih sepenuhnya.

"????"

Sesosok bayangan hitam yang begitu besar kini sedang mendekati mereka dari dalam area kabut putih.

Hanya dengan kehadirannya saja sudah cukup untuk membuka jalan di antara kabut tebal, seperti sebuah karpet untuk jalan bagi seorang raja.

"Ciriatto, aku ingat nama itu. Kau adalah bawahan Maracoda, salah satu dari kepala suku Malebranche, benar kan?"

Sesosok bayangan raksasa muncul di belakang Emilia.

"Tapi ada apa ini? Aku tidak pernah dengar soal Pasukan Iblis yang baru, siapa orang yang telah membangun kembali Pasukan Iblis dengan menggunakan nama 'Raja Iblis' dan di saat yang bersamaan mengabaikan keberadaanku?"

"Siapa, siapa kau....."

Akan tetapi, sebelum dia bisa bertanya tentang identitas bayangan hitam yang ada di belakang Emilia, leher Ciriatto sudah dicengkram oleh sebuah tangan yang tidak bisa dilihatnya.

"Kepala suku klan Malebranche, kau benar-benar kurang ajar..... Jika kau tidak berhati-hati, aku pasti akan menghancurkan tenggorokanmu."

Sesosok bayangan hitam lainnya muncul di samping bayangan raksasa, dia menjulurkan tangannya ke arah Ciriatto.

Ekor bayangan itu terbelah menjadi dua di ujungnya, seorang pria, tanpa ekspresi di wajahnya, mengeluarkan sebuah teriakan yang memekakkan telinga.

Di udara, sekumpulan pasukan Malebranche mulai mundur ke belakang karena dua kekuatan besar itu, namun.....

"Meski pihak kalian dulu yang membuat masalah, tapi kalian berencana kabur tanpa meminta maaf, naif, terlalu naif!!"

Sebuah suara lain kembali terdengar. Para iblis yang berada di dekat gate menolehkan kepalanya untuk mencari asal suara yang terdengar masih muda, dingin dan tajam.

Orang yang mereka cari mempunyai penampilan seukuran manusia.

Tapi di punggung pemuda itu, terdapat sepasang sayap yang bahkan lebih gelap daripada langit malam, memblokir jalan kabur bagi para Malebranche.

"Serius... datanglah lebih awal jika kau memang berencana untuk datang. Kau membuatku berpikir sia-sia."

Energi hitam yang mengerikan itu menjawab, memberikan kesan kalau dia tidak terpengaruh oleh si energi cahaya.

"Haha, maafkan aku, aku jarang sekali mendapatkan kembali wujud asliku, jadi aku sedikit tidak terbiasa."

Bayangan besar di belakang Emilia perlahan bergerak ke sampingnya.

"Si-siapa.... Kalian...."

Ciriatto mengerang dan terlihat kesulitan ketika menanyakan hal ini, seolah ingin menjawabnya, sebuah suara yang kalem terdengar dari dalam kabut.

"Diam, prajurit Malebranche!! Apa kalian tidak mengenali sosok yang berdiri di hadapan kalian?"

"Pu!!"

Emilia hampir tertawa keras karena pengenalan ini.

Ciriatto yang sedang kesakitan, seketika langsung menjadi tegang ketika mendengar suara tersebut.

Sesosok prajurit burung hitam turun perlahan dari atas kabut dan berhenti di depan Ciriatto yang mematung.

"Ah, Me, Menteri.... Camio-sama..."

Ciriatto terlihat sangat terkejut ketika dia melihat Camio.

"Kau telah terperdaya oleh kata-kata manis manusia, dan berencana membahayakan Raja-mu sendiri."

"Ra-Raja..."

Meskipun matanya penuh dengan penderitaan, Ciriatto masih melihat ke arah bayangan besar yang ditunjuk oleh Camio.

Sesosok pria tinggi besar itu mengenakan jubah milik prajurit iblis burung, dia memegang sebuah pedang yang bersinar kehitaman, pria itu memiliki satu tanduk yang telah terpotong, kaki seperti binatang dan mata yang akan memberikan rasa ngeri di hati setiap makhluk hidup.

"Ah... Ini tidak mungkin... anda...."

"Prajurit Malebranche!! Orang yang berdiri di depanmu adalah Raja Iblis Satan-sama!! Tunjukan rasa hormatmu!!"

Pria dengan suara yang memekakkan telinga, memberi perintah dengan nada yang penuh intonasi, hal itu menyebabkan Emilia tertawa.

"Hey, apa kalian sengaja melakukan ini?"

"Sa satan-sama??"

"Dia benar-benar Satan-sama."

Gelombang ketidakyakinan menyapu 1200 anggota elit klan Malebranche, semuanya menggumamkan kata-kata "Satan-sama, dia benar-benar Satan-sama" lagi dan lagi.

"Reaksi di sebelah sini juga..... Yang benar saja, lupakanlah!!

"Benar.... Tanduk itu benar-benar...."

"Bukankah itu komandan pasukan penyerangan Benua Timur.... Jenderal Alsiel-sama?"

"Ke-kenapa Menteri ada di sini..... dan Satan-sama, bukankah dia sudah mati?"

Ketika para Malebranche itu merasa gemetar....

"Hey, kalian mengabaikanku. Tidak adakah orang yang mengenaliku? Hei!!"

Lucifer yang bertugas memotong rute mundur musuh, menunjukkan kejengkelannya dan membuat para Malebranche yang berada di bagian belakang grup,  menengok dengan terburu-buru untuk melihatnya.

"Itu Jenderal Fallen-sama..."

"Jenderal Fallen Lucifer-sama?"

"Aku benar-benar tidak suka nama 'Jenderal Fallen'. Dan lagi, kalian semua adalah bawahan Maracoda, apa kalian sudah lama memanggilku seperti itu?

Karena gemetar oleh amarah Lucifer, beberapa Malebranche terbang berkumpul ke dalam pasukan mereka.

"Alsiel, lepaskan dia."

Ucap Satan dengan bijaksana, dan Alsiel mengendurkan tangan yang mencengkram Ciriatto tanpa ragu.

Leher Ciriatto telah terbebas, dan dia menarik napas dalam sekali lagi.

Karena situasi yang terjadi di depannya begitu tiba-tiba, Ciriatto hanya bisa mengamati sekilingnya dengan perlahan.

Dia menatap ke arah Pahlawan Emilia, Menteri Iblis Camio, Jenderal Iblis Alsiel, dan Jenderal Iblis Lucifer.

Kemudian....

"Raja Iblis Satan-sama, tolong maafkan kekurangajaran kami."

Seperti sebuah isyarat, seluruh anggota klan Malebranche yang ada di udara, berlutut di saat yang bersamaan.

"Kepala suku Malebranche, Ciriatto."

Bayangan hitam di dalam kabut, berbicara dengan nada berat.

"Y-ya!!"

"Aku tidak ingat pernah memerintahkan orang lain selain Camio untuk memimpin penduduk Dunia Iblis, apa yang telah kalian lakukan selama aku tidak ada?"

"Itu, Itu....."

Satan bertanya kepada Ciriatto yang berlutut dengan nada yang hangat.

"Angkat kepalamu, aku akan mendengarkan alasanmu."

"Melapor pada Raja Iblis Satan-sama.... kami, klan Malebranche dengan Barbariccia sebagai pemimpinnya, tidak pernah terpengaruh oleh kata-kata manis manusia itu. Ini semua demi kedamaian Dunia Iblis, ini semua untuk mencegah pedang suci jatuh ke tangan orang yang bisa mengancam Dunia Iblis..."

"Kedamaian Dunia Iblis?"

Ciriatto melirik ke arah Emilia yang sedang membawa 'Evolving Holy Sword, Better Half' dengan sudut matanya.

"Barbariccia-sama hanya berpura-pura percaya dengan bujukan manusia itu, dia memimpin hamba dan para penduduk Dunia Iblis lain untuk mendapatkan pedang suci..."

"Bodoh!!"

"Manusia yang telah menipu kalian hanya seorang diri, dia adalah Olba Meyers, rekan dari Sang Pahlawan. Jika kau mengumpulkan semua kekuatan kepala suku Malebranche, kau bisa membunuhnya setelah mendapatkan informasi, itu sangat mudah meskipun kau hanya ingin mengulur waktu. Kenapa kau tidak melakukan hal ini, dan kenapa kau tidak mencari saran dari Camio?"

"Itu, itu karena...."

"Well, Alsiel..."

Orang yang berbicara kepada Alsiel bukanlah siapa-siapa, melainkan orang yang pertama kali memarahi Ciriatto, Raja Iblis.

"Mereka tidak mungkin sebodoh itu, mungkin Barbariccia sudah memutuskan melakukan hal ini dari awal. Namun Olba bukanlah orang yang bisa dikalahkan dengan mudah, dan dia tidak bekerja sendiri kan?"

"Itu benar, aku sungguh malu menunjukkan wajahku kepada anda!"

Satan melihat ke arah Ciriatto yang terlihat depresi.

"Ciriatto."

"Ya."

Emilia menyela dan bertanya.

"Boleh aku melihat permata ungu yang kau bawa?"

"Permata ungu? Apa maksudmu ini??"

Ekpresi Maou dan yang lainnya seketika berubah karena mendengar kata permata ungu.

Kalung yang dipegang oleh Ciriatto dihiasi dengan permata ungu yang tidak transparan.

Namun, hasilnya meleset dari perkiraan awal Emilia. Benda itu bukanlah fragmen 'Yesod' dan hanya sebuah permata biasa. Bagaimanapun, Emilia tetap terkesan oleh sinarnya.

"Kristal komunikasi...."

Itu adalah sebuah alat yang bisa mengirim dan menerima komunikasi mental, tidak peduli berapa jarak di antara penggunanya. Singkatnya, itu seperti ponsel Ente Isla.

"Cahaya keunguan tadi.... apa itu terkirim dari sisi lain kristal komunikasi ini?"

Emilia pernah melihat sinar yang mirip seperti itu sebelumnya.

Dulu, agar bisa bertarung melawan Raja Iblis di hadapannya, sambil memimpin rekan-rekannya untuk menyerang Kastil Iblis di Isla Centrum, pedang suci Emilia mulai bereaksi terhadap bibit Alas Ramus yang berada di dekat tahta Raja Iblis karena alasan yang tidak bisa dijelaskan, dan memancarkan 'cahaya pemandu'.

Emilia dan yang lainnya berpikir kalau pedang suci membimbing mereka menuju tahta di mana Raja Iblis berada, namun sebenarnya, cahaya itu adalah hasil dari koneksi di antara fragmen 'Yesod'.

"Kami hanya tahu kalau cahaya ini akan membimbing kami menuju pedang suci... Bahkan jika permata ini terhubung ke suatu tempat lain, kami tidak yakin ke mana cahaya itu akan membimbing kami."

".... Dengan bersumpah atas namaku, apa kau bersedia menjamin apa yang kau katakan tadi itu adalah benar?"

Merespon pernyataan Satan, meskipun Ciriatto menunjukkan ekspresi takut, dia tetap menjawab tanpa ada sedikitpun keraguan.

"Aku bersumpah demi nama Raja Iblis Satan-sama, kata-kata tadi bukanlah sebuah kebohongan!!"

Ciriato menundukan kepalanya dengan ekspresi muram, tapi Satan yang memandang ke arahnya, menunjukan sebuah ekspresi lembut yang tak terduga di wajahnya.

"Bagus sekali... Dan lagi, terhubung ke mana gate ini? Apakah mungkin melakukan teleportasi dua arah?"

"Gate?"

"Ya ampun, kami berharap kalian semua mau kembali dengan patuh, tapi jika kalian dihukum karena kembali dengan tangan kosong tanpa menyelesaikan misi, itu mungkin akan membuatku menyesal."

"Ya, uh itu...."

Ciriatto terkejut dan melihat ke arah Satan yang tiba-tiba merubah nada bicaranya.

"Jangan khawatir, Raja Iblis tidak berniat untuk menghukum kalian. Huuh, bagi kalian yang terluka karena menyerang Sang Pahlawan, anggap saja itu sebagai biaya pelajaran mahal dan fokuslah untuk memulihkan diri."

Seolah sudah menyerah, Ciriatto pun mengangguk pada Lucifer yang menunjukan senyum tidak ramah.

"Jika kalian masih ingin kembali ke Dunia Iblis atau berencana untuk kembali, aku tidak akan menghentikan kalian. Camio, setelah faksi pendukung perang itu kembali, tolong jangan sakiti mereka. Untuk apa yang akan terjadi setelahnya, aku serahkan mereka padamu."

"Mengerti!"

Camio berlutut menandakan ia telah menerima perintah tersebut.

"Nah sekarang Ciriatto, kalian semua harus kembali ke tempat kalian yang seharusnya. Meski kau akan terbang sedikit lebih cepat, maklumi saja hal itu untuk sekarang. Camio akan mengikuti kalian semua nanti."

"Sedikit lebih cepat.....?"

"Ketika kalian semua kembali ke Dunia Iblis, katakan pada semuanya tentang hal ini. Katakan bahwa aku, Raja Iblis Satan, masih hidup."

"Hey, apa yang kau katakan.... Ah!"

Emilia yang berpikir kalau Satan sedang mencoba memanfaatkan Ciriatto untuk menaikkan moral Dunia Iblis, menyuarakan protesnya, akan tetapi, dia langsung berteriak keras ketika Satan tiba-tiba melingkarkan lengannya pada bahunya.

Lengan berotot Satan yang memeluk Emilia beserta armornya, membuat Emilia mematung sekaligus merinding.

Mengabaikan reaksi Emilia, Satan pun berbicara dengan volume keras yang mirip seperti sebuah tsunami dan memberikan perintahnya..

"Orang yang memegang pedang suci sudah berada di tanganku. Katakan pada semuanya, untuk membawa kedamaian pada Dunia Iblis sekali lagi, Satan sedang memulihkan dirinya di dunia lain, gunakan alasan ini untuk menenangkan ketidaktentuan perasaan di antara penduduk Dunia Iblis. Ciriatto, aku memerintahkanmu untuk membantu Camio, satukan Dunia Iblis dan bimbing semuanya sebelum aku kembali!"

Perintah dari Raja Iblis Satan yang memimpin Dunia Iblis dan semua Iblis, bergema di atas lautan yang tertutup oleh kabut.

Seketika itu juga, tidak hanya Ciriatto, semua anggota klan Malebranche, Alsiel, Camio, dan Lucifer, berlutut untuk menujukkan hormat mereka kepada Satan.

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 3 Translate Bahasa Indonesia


Satan menatap semua bawahannya, dia mengangguk  puas saat mengatakan....

"Bagus sekali. Sekarang, bagi yang ingin kembali, silakan ke arah sini."

"Eh? Apa?"

Sebuah atmosfer kaku turun bersamaan dengan sekumpulan kabut.

Ciriatto yang berlutut di depan Satan, menyadari kalau dia saat ini telah dikelilingi oleh kabut yang mirip seperti kepompong, dan setelah disinari oleh cahaya yang tidak diketahui asalnya, dia pun menghilang, setelah mengeluarkan suara yang aneh.

Para Malebranche yang kebingungan pun mulai membuat keributan.

"Baiklah, karena jalan belakang sudah diblokir, bisakah semuanya membentuk satu barisan dengan cepat? Jangan khawatir, aku dengar itu tidak sakit kok~"

Lucifer yang sudah menguasai teknik mengatur pasukan dari antrean es serut, menekan kekacauan yang ada di dalam antrean sambil menyusun para Malebranche itu ke dalam dua barisan. Lalu, pancaran cahaya yang seolah melihat kesempatan itu, bersinar ke arah mereka sekali lagi.

Dikelilingi oleh kabut seperti kepompong dan ditelan cahaya, para iblis itu menghilang satu demi satu setelah mengeluarkan suara aneh seperti Ciriatto.

"Mereka semua mengeluarkan teriakan aneh.... Tidak mungkin kan mereka akan menghantam tanah dengan kecepatan cahaya ketika mencapai sisi lain?"

Setelah semua anggota klan Malebranche menghilang, kata-kata khawatir Satan lenyap ke dalam udara yang tipis.

"Ciriatto masihlah seorang kepala suku Malebranche. Dia tidak mungkin mati karena hal seperti ini."

"Ya ampun, meskipun itu aku, aku sungguh tidak percaya diri dengan kecepatan cahaya."

"Lupakan orang-orang kasar itu... Sekarang, kita harus menutup gate raksasa itu...."

Wujud Iblis Alsiel, seperti biasa, hanya mengatakan hal-hal yang dianggap perlu, dia pun mengambil pimpinan dan terbang menuju gate raksasa yang menjadi asal munculnya para Malebranche.

Camio segera mengikutinya, Lucifer juga mengikuti Alsiel dengan sikap kebingungan, selanjutnya....

"Berapa lama kau ingin memelukku, akan kubunuh kau!!"

Sihir suci Emilia meledak bersama dengan amarahnya, kemudian dia terbang di belakang Lucifer dengan penuh amarah.

Sambil terisak, Satan pun mengejar yang lainnya dengan terhuyung-huyung.

".... Siapa coba yang membuka e sebesar ini?"

Setelah mendekat ke arahnya, Emi sekali lagi hanya bisa mengangkat bahu melihat betapa besarnya gate tersebut.

Emi tidak pernah mendengar ada gate yang memungkinkan satu pasukan besar Malebranche... dengan iblis sekelas kepala suku Ciriatto dan lebih dari 1000 pasukan Malebranche, untuk melewatinya, dan di saat yang bersamaan, bisa mempertahankan wujud iblis mereka setelahnya.

Karena gate itu memungkinkan para Malebranche untuk keluar, maka seharusnya mereka tidak bisa kembali dari sisi ini. Tapi jika gate ini bisa beroperasi dua arah, maka seharusnya gate ini cukup kuat untuk dilewati Satan dan Emilia.

Sejumlah sihir Iblis yang tidak normal terpancar dari retakan gate tersebut. Sepertinya itu adalah alasan kenapa para Malebranche itu bisa mempertahankan wujud iblisnya.

"Sepertinya kekuatan mereka datang dari gate ini... Barbariccia mungkin hanya seorang kepala suku Malebranche, tapi apapun yang terjadi, dia masihlah bawahan Maracoda, apa dia punya kemampuan untuk membuka gate sebesar ini?"

"Kemungkinan ini bukan hanya Barbariccia. Bukankan Olba juga ada bersamanya, ya kan? Orang itu sepertinya ahli dalam penggunaan mantra gate, mereka mungkin bekerja sama untuk membukanya..."

"Hal bodoh apa yang kau katakan Lucifer? Lihatlah bentuknya yang tidak biasa, serta fakta bahwa gate ini masih terbuka bahkan setelah para Malebranche itu melewatinya. Apa kau pikir manusia dan iblis biasa bisa melakukan hal seperti itu?"

"Ugh, seperti yang kukatakan, kenapa kau selalu meninggalkan honorifik ketika berbicara denganku?"

"Tapi jika itu Raja Iblis di masa jayanya, dia seharusnya bisa mencapai tingkat itu kan? Bagaimanapun, dia mampu membuka e untuk melempar Sariel..."

Emilia menyela percakapan ketiga iblis itu, seolah-olah itu adalah hal yang wajar.

"Tapi Satan sendiri masih berdiri di sini."

"Ah, kau benar."

Melihat adegan para Iblis dan Pahlawan berkumpul dan mendiskusikan sesuatu bersama, itu sungguh terlalu aneh. Satan pun tersenyum kecil melihat hal ini.

".... Apanya yang aneh? Jangan melihatku dengan tatapan menjijikkan seperti itu. Aku benar-benar akan mencincangmu jika kau melakukannya."

"Maaf, maaf, aku tidak bermaksud begitu."

Satan melambaikan tangannya untuk menghentikan Emi dengan sikap yang tidak jauh berbeda dari manusia.

"Apa kalian semua benar-benar tidak tahu? Masih ada cara lain yang bisa membuka gate seperti ini dengan mudah."

"....?"

Alsiel, Lucifer, dan Emilia menunjukan ekspresi bingungnya bersamaan, dan membuat Satan tertawa sekali lagi.

"Hey, Camio."

"Ya."

Satan bertanya kepada Camio yang berdiri di sampingnya.

"Aku heran, bagaimana kita bisa jadi seperti sekarang ini dari kita yang sebelumnya?"

"Kau benar, ini berarti bahkan Pahlawan pun bukan sebuah pengecualian."

".... Meski aku tidak paham apa yang kalian berdua bicarakan, tapi aku benar-benar merasa seperti ingin mencincang kalian berdua saat ini juga."

"Emilia, ini bukan waktunya untuk mengatakan hal seperti itu. Kemarilah dan bantu menutup retakan ini."

Alsiel memberikan saran kepada Emilia dengan nada yang monoton, dan memberikan isyarat untuk segera menuju retakan dimensi itu.

".... Serius, kalian berhutang banyak padaku kali ini."

Emilia berdiri di samping Alsiel, dan mengarahkan 'Evolving Holy Sword, Better Half' kenarah retakan itu.

"Aku tidak tahu apa itu, tapi tolong tulis 'Untuk Satan' di atasnya."

"Karena kau selalu bersikap seperti itu, itulah sebabnya aku tidak pernah memakai honorifik ketika memanggilmu."

Camio mengulurkan tangannya ke arah retakan itu sambil memberikan peringatan kepada Lucifer.

"Kalian semua selalu ada di sampingku melewati suka dan duka. Jika itu hanya aku, siapa yang tahu bagaimana dia akan menyulitkanku."

Setelah mengatakan hal tersebut, Satan pun meletakkan tangannya di atas pedang yang ada di pinggangnya.

Pedang yang hampir memenuhi seluruh pinggang Camio itu terlihat seperti pisau kecil ketika dipegang oleh Satan, yang mana memang punya perawakan lebih besar dari manusia biasa.

Bagaimanapun....

"Ah.. perasaan ini benar-benar membawa nostalgia."

Bilah pedang tersebut mulai bersinar lebih terang dengan warna merah darahnya, hal ini menunjukan kalau pedang itu beresonansi dengan sihir iblis Satan.

"Jadi, sebelumnya aku sekuat ini."

Satan melihat bayangan dirinya sendiri pada pedang itu dan menggumam dengan volume yang tidak bisa didengar oleh siapapun.

"Aku akan memotong kekuatan yang mempertahankan gate ini dari angkasa, setelah itu, arahkan sihir iblis yang telah bocor itu kembali ke dalam, dan tutup retakan ini."

Usai mendengarkan obrolan para iblis itu, Emi pun memfokuskan perhatiannya pada retakan dimensi.

"Memotong kekuatan yang mempertahankan gate? Apa kau bisa melakukannya?"

Emilia menjawab pertanyaan Satan hanya dengan sebuah tatapan.

Dengan tebasan 'Evolving Holy Sword, Better Half' di tangannya, seperti sebuah ilusi, gadis muda itu terlihat membusungkan dadanya.

"Dia bilang dia bisa melakukannya."

"Aku tahu, benar-benar bocah yang menakutkan."

Emilia meninggalkan Satan yang sedang tersenyum kecut di belakang, dan terbang melaju sendirian.

Seperti sebuah komet, Emi terbang menuju gerbang hitam yang memberikan aura mengerikan itu dalam satu garis lurus, dan memberikan dua tebasan seperti kilat.

Ketika tebasan itu mencapai titik temu antara gate itu, langit pun mulai bergetar dengan kasar.

"Sekarang!!"

"Bagus, tutup!!"

Berkoordinasi dengan tanda dari Emilia, keempat iblis itu melepaskan sihir iblis mereka menuju ke arah gate.

Titik temu gate itu pun terus berguncang, dan retakan yang mulai stabil, menyusut dengan sangat cepat.

Jika suara dari alarm kabut bisa digambarkan sebagai raungan naga raksasa, maka suara keras yang terdengar dari gate yang menyusut, lebih seperti Chimera dalam legenda yang sedang sekarat setelah dikalahkan oleh sang Dewa. Itu adalah suara yang memberikan rasa ngeri, bahkan ketika didengarkan oleh Raja Iblis, sebuah suara yang bukan berasal dari dunia ini.

Kabut tebal mulai menyerang e yang menyusut.

Bersamaan dengan kabut, terdengar raungan naga raksasa, seolah-olah memberikan para iblis itu sebuah dorongan.

Dan kemudian....


XxxxX


"Lautnya... jadi lebih tenang."

Suzuno dan Chiho yang berada di Inubo mendengar suara raungan naga raksasa

Worawrrrrrrrrrrrrrrom…………

Worawrrrrrrrrrrrrrromm…………

Worawrrrrrrrrrrrrrrommm…………

Raungan yang terdengar seperti binatang sedang mencari rekan-rekannya yang telah lama punah menggema di seluruh pantai Inubo.

"Suzuno-san, lihat, kabutnya!"

Seolah-olah terusir oleh suara itu, kabut yang sebelumnya berada di atas laut, tiba-tiba menghilang dengan cepat secepat kemunculannya.

"Apakah sudah selesai?"

"Sepertinya itu sudah selesai."

Suara dan sosok Amane kembali muncul dari dalam kabut yang mulai menghilang.

Amane, yang masih berpenampilan seperti manager toko normal, berbicara. Aura yang dia miliki ketika dia muncul di dalam kabut sebelumnya, sudah tidak lagi terasa.

"Orang-orang menakutkan dan Burung-san sepertinya sudah kembali ke 'dunia di mana mereka seharusnya berada'. Dan 'lubang' besar itu juga sepertinya sudah ditutup oleh Maou-kun dan yang lainnya. Akan tetapi...."

Amane menoleh ke arah laut sekali lagi, dia menggaruk wajahnya dengan ekspresi sulit.

"Mungkin mereka terlalu banyak membuang-buang waktu dan menggunakan semua kekuatan mereka. Meskipun tidak bisa dilihat dengan jelas dari jarak segini, tapi mungkin tiga dari mereka telah jatuh ke laut. Ombaknya lumayan tinggi, aku penasaran apa mereka bisa berenang ya."

Suzuno dan Chiho menoleh ke arah Amane yang tersenyum kecut, dan kemudian saling memandang satu sama lain.

"Eh?"

Insiden itu sudah berakhir di saat tengah malam, tapi bahkan sampai ketika matahari mulai mengintip dari cakrawala dan menutupi cahaya dari bintang-bintang, Emi, Maou, Ashiya, dan Urushihara masih belum juga kembali.

Dengan ekspresi seperti ingin menangis, Chiho mencari tanda-tanda keberadaan keempat orang itu di tengah-tengah lautan gelap, sementara Suzuno, dia hanya bisa berdoa supaya reaksi sihir suci Emi tidak menghilang.

Ketika fajar telah menyingsing, mercusuar Inubosaki bahkan terus memancarkan cahaya yang dibanggakannya ke arah lautan.

Tebing di bawah mercusuar, tampaknya mempunyai sebuah jalan yang terhubung langsung ke arah laut.

Ketika matahari hampir naik di atas cakrawala, pada pantai di bawah tebing tanjung itu......

"Yusa-san!! Maou-san!!"

"Alsiel! Lucifer! Kalian semua masih hidup?"

Emilia dengan rambut peraknya, Maou Sadao, Ashiya Shiro, dan Lucifer, mereka berempat terhanyut sampai ke pantai, basah kuyup.

"Huff... Huff, Chi, Chi-chan, Bell.... Uh, insiden itu, sudah berakhir, sepertinya...."

Emilia terengah-engah, dia mengambil napas panjang, dan menonaktifkan perubahannya sebelum kedua orang itu bisa melihatnya, dia kembali ke warna rambut biasanya dari Yusa Emi.

"Chi nee-chan, Suzu nee-chan!!"

Kali ini, sesosok anak kecil muncul.

"Alas Ramus-chan!!"

"Dengar, dengar, Papa, Mama, Burung, Alsiel, dan Lucifer semuanya! Erhm..."

Alas Ramus berbicara dengan penuh semangat.

"Mereka menyingkirkan semua makhluk yang terlihat seperti ini dengan 'Don' dan bahkan mengusir benda yang besar itu dengan 'bang'!!"

"......."

"......."

Mereka sama sekali tidak mengerti apa yang coba dikatakan Alas Ramus.

"Setelah itu, setelah diselimuti dan sedikit mendapat perawatan, burung kecil itu akhirnya pulang!"

"Burung kecil itu pulang.... Camio-san sudah kembali ke Dunia Iblis?"

Chiho bertanya kepada Maou, tapi anehnya, Maou bahkan tidak punya energi untuk berbicara, dia menarik napas pendek lagi dan lagi, terlihat sangat kelelahan.

"Setelah pedang itu.... kembali ke Dunia Iblis bersama Camio, kabut ini langsung menghilang."

Setelah mengatur napasnya, Emi pun perlahan berdiri.

"Kemudian orang-orang ini tiba-tiba kembali ke wujud manusianya, mereka berada sekitar 200 kaki di atas laut!!"

"Eh?"

"Serius, jeritan mereka sangat menyenangkan sampai-sampai aku tergoda ingin merekam mereka, dan akhirnya mereka jatuh ke laut. Well, aku tidak tahu bagaimana mereka berubah wujud, tapi bahkan jika mereka kembali ke wujud manusianya, seharusnya mereka masih punya sisa-sisa kekuatan iblis untuk terbang."

Untuk Emi, dia juga seharusnya tidak punya banyak kekuatan yang tersisa. Meskipun dia masih bisa mempertahankan wujud setengah malaikatnya, berenang di antara ombak besar Choshi sambil menyeret tiga pria bersamanya, bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

".... Kalian berhutang banyak padaku. Serius.. kalian benar-benar sekumpulan iblis yang kurang perencanaan."

"Mama sangat basah, apa kau baik-baik saja? Apa kau akan terkena flu?"

"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu Alas Ramus?"

"Aku baik-baik saja!!"

Meskipun ini sebenarnya adalah pengalaman bertarung pertamanya setelah penggabungan pedang suci dan Alas Ramus, seperti yang dia katakan, Alas Ramus tampak tidak menerima efek samping apapun.

"Kau benar-benar bekerja keras hari ini. Aku pasti akan memberikan hadiah kepadamu nanti."

"Un!!"

"Baiklah, baiklah, kerja bagus semuanya."

Amane yang menuruni jalan di tebing itu, melihat semuanya dengan mata yang menyipit segera setelah menepukkan tangannya. Meskipun Maou dan yang lainnya sudah tahu kalau dia bukan manusia biasa, mereka masih tidak tahu apakah dia teman atau musuh.

Emi dan Suzuno mengambil posisi siaga.

"Ah, hey, hey, hey, kenapa kalian terlihat seperti ingin bertarung? Aku tidak merencanakan apa-apa. Aku akan menjelaskan semuanya pada kalian nanti, meskipun ini musim panas, dengan kalian berempat yang seperti ini, kalian bisa....."

Emi menatap tajam ke arah Amane, namun pada akhirnya dia tidak bisa menahan diri, dan......

"Achoo!!"

Dia bersin dengan keras.

".... terkena flu."

Amane menunjuk ke arah tanjung ketika dia selesai berbicara.

"Bagaimanapun, ayo kita kembali ke Ooguro-ya terlebih dahulu. Aku sudah menyiapkan air panas untuk kalian. Hei lihat!"

Amane mengangkat tangannya di depan dahi dan melihat ke arah permukaan laut.

"Bukankah ini pagi yang indah yang sangat cocok dengan akhir pertarungan?"

Kali ini, matahari terbit seutuhnya di atas cakrawala, di saat yang sama, cahaya dari mercusuar Inubosaki juga ikut padam. Asal cahaya yang berada di atas mercusuar, di dalam sebuah ruangan yang dikenal sebagai ruangan cahaya, perlahan menurunkan sekat untuk memblokir cahaya matahari dan menutupi lensa Fresnel yang mengawasi keamanan seluruh lautan.

Pemandangan matahari terbit yang dibanggakan oleh Choshi, memancarkan sinarnya ke arah Pahlawan, Iblis, dan manusia yang telah menyelesaikan pertarungan mereka.


XxxxX


Matahari sepenuhnya meninggalkan cakrawala dan atmosfer di Kimigahama terlihat kalau hari ini akan jadi hari yang panas.

Meskipun mereka baru saja mengalami tumpukan massa yang luar biasa kemarin, satu-satunya rumah pantai di Kimigahama, Ooguro-ya, saat ini sedang sibuk bersiap-siap membuka toko.

Menurut Amane....

"Tidak peduli masalah apa yang kau hadapi, sebagai orang Jepang, selama ada pembeli dan toko di sekitar sini, sebuah toko haruslah tetap buka."

Seperti itulah situasinya.

Tentu saja, dari sudut pandang Maou dan yang lainnya, ini tidak seperti mereka tidak mengeluh sama sekali, namun pada waktu itu, bos mereka menggunakan taktik yang licik.

Meskipun kemarin satu pasukan besar dari dunia lain muncul dan identitas Maou terungkap....

"Jika kalian tidak mau dengar, aku tidak akan memberikan gaji apapun."

Satu kalimat dari Amane mampu membuat ketiga iblis itu terdiam dengan patuh.

Oleh karena itu, Maou pun mulai mengelap meja, Urushihara mulai mengisi kolam renang dengan air, dan Ashiya mulai menyiapkan bahan-bahan makanan sambil mengira-ngira jumlah pembeli yang datang kemarin.

"Ketika aku muncul, Chiho-chan dan Kamazuki-chan benar-benar takut terhadapku. Apa yang kau bayangkan tentang diriku, dan apa yang kau katakan pada mereka?"

"Ya, karena kami benar-benar tidak tahu apapun tentangmu...."

Maou mencoba memberikan sebuah alasan.

Setelah Emi, Maou, dan yang lainnya terbang menuju pasukan Malebranche, Chiho dan Suzuno menunggu mereka di hotel.

Meski sudah mengantongi informasi kalau pasukan Malebranche mendekat, Emi malah membiarkan Chiho tetap berada di Kimigahama. Dari awal, Maou juga sudah menasehati Emi karena masalah ini.

"Jika kekuatan Amane-san itu nyata, kurasa meskipun sesuatu yang tidak terduga terjadi, seharusnya tidak akan ada bahaya."

Namun Emi memberikan alasan tersebut untuk membenarkan tindakannya.

"Hey, hey, selain Chiho-chan, seharusnya masih ada satu gadis lain kan? Soal ini, apa kalian sudah memikirkannya?"

"Aku, aku tidak apa-apa! Mereka hanyalah Malebranche, meskipun aku harus melindungi Chiho-dono di saat yang sama, aku masih bisa bertarung!!"

Suzuno yang tetap berada di toko karena alasan yang tidak diketahui, menjawab dengan keras sembari gugup ketika dia mendengar Amane tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan pada dirinya.

"Yah, Suzuno dari awal memang sudah kuat, aku akan sangat berterima kasih jika dia bisa membantu melindungi Chi-chan."

"......"

"Maou-sama, bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu? Mengabaikan situasi yang sebenarnya, itu terdengar seolah-olah hanya dia yang ditinggalkan, dia juga tidak tahu apa-apa mengenai Camio-sama, jadi kali ini, kau harus memperhatikan argh!"

Ashiya yang memutuskan memberi sebuah saran, terjatuh karena terkena serangan pada belakang kepalanya akibat apa dia katakan bisa terdengar dengan jelas oleh orang lain. Kali ini sepertinya dia diserang oleh sebuah botol kecap.

"Siapa yang ditinggalkan? Aku sama sekali tidak peduli dengan hal-hal sepele semacam ini. Sebenarnya, kalau aku mengambil tindakan, entah itu pasukan 1000 iblis ataupun 2000 iblis, mereka semua pasti akan menjadi puing-puing koral di dasar laut. Emilia benar-benar terlalu baik kali ini!"

Meskipun terlihat marah, Suzuno juga cemberut seolah-olah merasa kesepian, kemudian dia menatap ke arah Emi yang berada di salah satu sudut toko.

"Emilia, aku dengar kau tidak membunuh satu iblis pun, bagaimana itu bisa terjadi?"

"Tidak ada alasan khusus."

Emi berada di salah satu area toko yang tampak teduh, dia adalah satu-satunya orang yang saat ini memakai pakaian renang.

Karena dia jatuh ke laut, pakaiannya saat ini sedang menjalani pembersihan darurat. Bagi Emi yang tidak menyiapkan baju ganti, dia tidak punya pilihan lain selain memakai pakian renang yang telah digantung kemarin malam.

"Aku hanya.... tidak ingin membunuh musuh di hadapanku dengan kebencian lagi. Tentu saja, aku bisa bilang dengan pasti kalau aku masih sanggup mencabut nyawa musuhku jika memang diperlukan... tapi...."

Emi melirik ke arah Maou yang sedang mengelap meja.

"Meskipun aku ingin bertarung, aku masih harus menunggu sampai aku kembali ke sisi itu, kalau tidak, itu hanya akan terlihat tidak adil. Tentu saja, aku juga tidak bisa menggunakan kekuatan penuhku di Jepang, tapi kurasa kekuatan Ciriatto yang sebenarnya seharusnya lebih kuat dari itu. Memang mudah untuk membunuhnya, tapi aku sudah lelah dengan metode pertarungan yang hanya akan menciptakan kebencian baru di hati musuhku."

Emi mengangkat kedua tangannya menunjukan pose menyerah.

"Pertarungan aneh seperti itu, tidak akan bisa membawa masa depan yang lebih baik. Selama kita memperlihatkan kekuatan besar kita, kita masih bisa kok memperoleh kemenangan, itulah kenapa aku memilih untuk tidak membunuh mereka."

"h... Melihat para gadis membicarakan tentang kekerasan dan pembunuhan di pagi hari, apakah Yamato Nadeshiko itu hanya sebuah ilusi?"

(T/N : Yamato Nadeshiko: dianggap sebagai wanita Jepang yang ideal, lebih lengkapnya cek wiki.)

Amane yang sedang menyiapkan kembalian di kasir, mengatakan hal tersebut dengan nada yang terdengar seolah sudah kehilangan harapan terhadap dunia.

"Oiya... Cahaya itu berasal dari mercusuar kan? Dan Amane-san yang mengendalikan kabut itu, ya kan? Kabut apa sebenarnya itu? Apa yang terjadi pada Iblis Bertato Mata Satu dan Beast Demon yang muncul pertama kali.... Apakah mereka mati?"

Amane masih menggunakan nada yang sama untuk menjawab pertanyaan yang Urushihara tanyakan ketika dia sedang meminum Oletimin C.

"Seperti anak dari Pohon Kehidupan, kita harus tetap berada di tempat yang sama seperti saat kita terlahir dari Pohon Kehidupan."

"Hah?"

Ketika kata 'Pohon Kehidupan' terdengar di tempat yang tidak pernah diduga siapapun, mereka semua seketika langsung menjadi tegang.

"Mereka hanya kembali ke tempat mereka yang seharusnya, cahaya itu hanya membantu menunjukan jalan pada mereka. Huuh.. meskipun metode ini sedikit memaksa, tapi jika mereka berada di sini, mereka hanya akan mengganggu orang lain, dan kita juga tidak bisa membiarkan mereka mengacaukan bisnis kita."

Amane menjawab dan menoleh ke arah Maou.

"Maou-kun, kau seharusnya sudah bertemu dengan bibi Mi-chan, kan?"

"Ye-yeah, tentu saja...."

"Apa kau sudah pernah mendengar tentang kami sebelumnya?"

"Kami...? Apa maksudnya itu? Eh? Maksudmu bukan kerabat atau sejenisnya kan?"

"Ah, tidak tidak. Jika memang seperti ini, maka aku tidak bisa berkata apa-apa lagi."

Amane menutup laci kasir dan menggelengkan kepalanya dengan senyum kecut.

"Ada apa? Apa kalian berdua benar-benar bukan manusia biasa?"

Setelah menyiapkan sebagian besar sayuran, Ashiya pun menanyakan hal ini ketika dia sedang menajamkan pisau di gerinda, akan tetapi, Amane hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Itu benar. Haa, mungkin aku benar-benar tidak bisa dianggap sebagai manusia.... Tapi aku tidak punya masalah apapun selama pemeriksaan tahunan, aku benar-benar sehat, kau tahu."

"Uh, aku tidak bertanya soal itu..."

"Apakah itu penting? Apapun itu sama sekali bukan masalah selama kau masih hidup."

Setelah mengatakan hal tersebut, Amane pun berjalan ke arah Emi.

"....ini?"

"Dia sedang tertidur nyenyak."

Amane menatap mata Emi dan meletakkan tangannya pada dahi Emi.

Karena dia melihat langsung ke arah mata Emi, dia seharusnya sudah tahu kalau Emi tidak tertidur.

Mungkin Amane tahu kalau Alas Ramus berada di dalam tubuh Emi.

"Tolong jaga anak ini, jangan buat dia sedih. Dia mungkin adalah kerabatku yang sangat sangat jauh."

"Eh?"

Sebelum Emi bisa memahami apa maksud dibalik kalimat itu, Amane sudah menarik kembali kepalanya dan berbalik untuk pergi.

"Jadi, persiapan pagi ini seharusnya sudah hampir selesai kan?"

Amane berteriak kepada Maou, Ashiya, dan Urushihara.

"Ah, sepertinya aku datang tepat waktu."

Chiho muncul dari arah belakang toko sambil membawa pakaian Emi.

"Sepertinya hari ini akan sangat panas. Meskipun ini baru dijemur sebentar, tapi ini sudah kering. Ini, Yusa-san!"

"Te-terima kasih Chiho."

Emi, dengan tatapan yang masih tertuju pada Amane, menerima baju yang diberikan oleh Chiho.

"Yeah. Semuanya, jadi....."

Amane menepuk tangannya dengan keras, menarik perhatian semua orang.....

"Meskipun ini adalah waktu yang sangat pendek, tapi aku sangat berterima kasih atas bantuan kalian selama ini. Akan tetapi, aku tidak bisa terus mempekerjakan kalian!"

... dan mengatakan kata-kata tersebut.

"""Eh?"""

Maou, Ashiya, dan Urushihara menjawabnya, mereka bertiga seketika mematung.

"Jangan khawatir, aku akan memikirkan cara untuk mengatasi hal ini nanti. Ah, Maou-kun, Kamazuki-chan, bibi Mi-chan sepertinya mempercepat pengerjaannya, jadi renovasi apartemen kalian sudah selesai."

"A-aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau katakan."

Maou akhirnya mengerti apa yang Amane katakan setelah beberapa saat memikirkannya, wajahnya langsung menjadi pucat di bawah sinar matahari pagi.

"Bukankah aku sudah menceritakan tentang 'Snarling Spirit' sebelumnya?"

"Snarling Spirit?"

Kalau diingat-ingat, malam ketika mereka semua bermain kembang api, Amane pernah menyinggung topik ini.

Snarling Spirit.... kapal hantu yang berlayar di sekitar Choshi.

"Meskipun detailnya sedikit berbeda, tapi itu semua adalah kisah nyata."

"Eh?"

"Karena ini adalah rekomendasi bibi Mi-chan, aku sudah tahu kalau kalian punya beberapa rahasia khusus sejak awal, tapi ternyata kalian malah terlalu kuat untuk menarik pembeli. Terutama Maou-kun dan Ashiya-kun, kalian berdua bisa mengganggu keseimbangan pantai ini."

"... Er, erhm, Amane-san, maaf kalau aku menyela, tapi....."

Chiho yang terlihat pucat sepucat Maou karena alasan yang tidak diketahui, menyela Amane ketika dia sedang menjelaskan, dia menunjuk ke arah sudut yang berlawanan dengan Emi dengan jarinya yang gemetaran.

"Di sana... Apakah ada bayangan seperti anak kecil sedang duduk di sana?"

".... Oh tidak!!"

Di antara mereka hanya Amane lah yang mengangkat kepalanya dan mengerang ketika dia melihatnya.

Sementara untuk kelima orang lainnya, mereka sama sekali tidak menyadari keberadaan bayangan itu.

Bayangan yang ditunjuk oleh Chiho mendongak dengan cepat seolah-olah merasa sedang diawasi.

"Kyaaaa!!"

Emi mengeluarkan teriakan tak bersuara, dan melompat dari kursinya bersamaan dengan pakaian renangnya.

Daripada menyebut bayangan itu tidak memiliki wajah, lebih tepat jika mengatakan kalau dia hanyalah sebuah bayangan.

Bayangan hitam yang terlihat seperti anak kecil itu berjalan menuju pantai di bawah tatapan orang-orang yang membeku ketika menatapnya.

"Ma Ma Ma Ma Ma Maou-sama....."

Setelah melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ashiya, ekspresi mereka semua kembali membeku.

Saat ini ada keributan yang terjadi di permukaan laut dan juga di pantai.

Akan tetapi, itu bukanlah turis yang datang untuk menikmati pemandian pantai.

Mereka semua terlihat seperti makhluk yang baru saja keluar dari toko, mereka adalah bayangan berbentuk manusia yang tak terhitung jumlahnya.

Entah mulai dari kapan, di area Kimigahama yang begitu cerah dan panas karena matahari musim panas, telah berkumpul bayangan hitam yang tak terhitung jumlahnya.

Mereka semua adalah bayangan berbentuk manusia, beberapa dari mereka ada yang membawa ban renang dan bola pantai, bahkan ada juga yang membawa makanan dan minuman.

Tapi itu adalah kumpulan besar yang hanya terdiri dari bayangan.

"A A A A A Amane-san, ini??"

Kemunculan tiba-tiba fenomena ini seketika membingungkan semua orang karena mereka tidak tahu apa-apa.

Meskipun Maou dan yang lainnya tidak tahu bayangan apa itu, atau apakah mereka punya maksud jahat atau tidak, tidak peduli apa yang ada di pikiran mereka, mereka bukanlah turis manusia yang sama seperti kemarin.

"Karena sudah jadi seperti ini, kalian semua harus mempertanggung jawabkannya."

Hanya Amane yang terlihat tidak terkejut dan mengayunkan tangannya dengan acuh tak acuh.

"A a a a a apa yang sedang terjadi di sini?"

Maou yang terlihat pucat, berdiri di depan Chiho untuk melindunginya sambil mengatakan hal tersebut.

"Mengenai 'sihir iblis' dan 'sihir suci', apakah kalian sudah pernah memikirkan apa sebenarnya itu?"

"A apa...."

"Bukankah orang-orang bilang kalau matahari terbit itu punya semacam kekuatan special? Sebenarnya, tidak ada yang namanya roh penasaran dari orang-orang yang telah tenggelam ataupun Snarling Spirit. Tempat ini adalah salah satu dari beberapa situs suci di bumi yang memungkinkan para roh untuk datang dan mensucikan jiwa mereka. Huuh, meskipun itu terbatas pada periode waktu antara pertengahan Juli sampai pertengahan Agustus, mereka bisa mendapatkan kembali kedamaian di hati mereka ketika datang ke tempat ini. Ayahku dan aku bertarung untuk melindungi jiwa-jiwa yang telah mati itu, seperti penjaga dari tempat ini, tapi...."

Amane menatap ke arah Maou dengan tatapan tidak ramah.

"Sihir iblis-mu dan sihir suci adalah kekuatan yang dihasilkan di dunia yang hampir mendekati kehancuran. Terutama kemarin, kau melepaskan sihir iblis yang begitu kuat di atas permukaan laut, dan menyebabkan distorsi keseimbangan pada situs suci ini, karena hal itu, mereka semua kehilangan wujud 'manusia' yang sementara mereka dapatkan kembali. Oleh karena itu, aku harus meminta kalian semua untuk pergi meninggalkan tempat ini."

"Mendekati kehancuran? Apa makasudnya itu?"

Amane menjawab pertanyaan Suzuno dengan sebuah senyum palsu.

"Bumi mempunyai banyak kekuatan serta misteri yang tidak kalian ketahui. Sejak zaman dulu..... benar, bahkan lebih dulu sebelum kelahiran para dewa."

Sangat jelas kalau Amane mengganti topiknya, dia tidak memberikan Suzuno dan yang lainnya kesempatan untuk mengajukan lebih banyak lagi pertanyaan.

"Yah, begitulah situasinya. Maaf, aku akan menambahkan beberapa bonus pada gaji kalian. Mengenai uangnya aku akan memberikan kalian semua perlakuan istemewa dan menanganinya dengan benar, kalian bisa menjamin hal itu."

Setelah mengatakan hal itu, Amane pun menjetikkan jarinya. Dan kemudian....

Worawrrrrrrrrrrrrrrom…………

Worawrrrrrrrrrrrrrromm…………

Worawrrrrrrrrrrrrrrommm…………

Alarm kabut pun terdengar.

Dengan suara itu, kabut tebal yang entah berasal dari mana, langsung menutupi keseluruhan area pantai seperti asap ninja.

Karena angin laut dan kepulan pasir, Maou hampir tidak bisa membuka matanya, kemudian dia mendengar suara Amane,

"Aku adalah putri dari 'Understanding of Earth'."

Logikanya, Amane seharusnya berdiri di depan mereka, akan tetapi karena gangguan angin dan kabut, Maou tidak tahu dari arah mana suara Amane berasal.

"Pergi dan carilah pengetahuan mengenai duniamu, dan dapatkan wujud sebenarnya dari duniamu. Bibi Mi-chan pasti mengharapkanmu untuk menyelesaikan tugas ini."

Kata-kata Amane berakhir di sana.

Setelah alarm kabut berhenti, hembusan angin pun mulai menghamburkan kabut-kabut tersebut.

Ketika semuanya mendapatkan kembali penglihatan mereka, pemandian air laut Kimigahama, makhluk aneh itu dan rumah pantai Ooguro-ya, tiba-tiba menghilang tanpa jejak.

Tidak terlihat pemandangan pantai yang luas dan cerah, jalan beton di hadapan mereka mengikuti garis pantai dikarenakan ada sebuah tanggul, balok-balok yang tidak terhitung jumlahnya tersebar di atas permukaan laut. Hal ini mirip seperti apa yang Chiho lihat di antara ombak ketika dia pertama kali sampai ke Ooguro-ya. Pantai dangkal yang ditutupi oleh terumbu karang ini, sama sekali tidak terlihat bisa dijadikan fasilitas pemandaian air laut tidak peduli bagaimanapun kau melihatnya.

Hanya Maou, Ashiya, Urushihara, Emi, Chiho, dan Suzuno yang berada di tempat itu, sementara barang bawaan mereka terletak di sebuah jalan setapak dengan sedikit rumput yang tumbuh di atasnya.

"Ini, ini, ini......"

Maou terkejut dan merasa begitu merinding.

"Apa-apaan yang terjadi di sini?"

Mengikuti angin laut Kimigahama, teriakan Maou terbawa ke atas permukaan laut.

Meskipun mungkin tidak bisa menjawab teriakan Maou, benda yang mirip seperti kertas berwarna merah melayang turun dari langit dan jatuh di sebelah kaki Maou dan yang lainnya. Setelah menghitung jumlah mereka, ternyata ada enam benda yang serupa.

"Ma-Maou-san, ini...."

Chiho menunjukan permukaan kertas merah itu kepada Maou.

"Paket..... hadiah??"


XxxxX


Dengan dua setengah hari bekerja termasuk hari persiapan, satu orang bisa mendapatkan bayaran 50.000 yen, hal ini hanya bisa digambarkan sebagai hasil yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Termasuk 10.000 yen untuk Emi dan Chiho serta 20.000 yen untuk Suzuno, bisa dikatakan semua keuntungan ini didapat pada hari pertama.

Mengingat bahwa ini adalah fenomena misterius yang bahkan tidak bisa dimengerti oleh Raja dari Dunia Iblis, masa depan Ooguro-ya masih benar-benar terlihat sangat mengkhawatirkan.

"Ini, uang ini... apakah mereka akan berubah menjadi daun saat kita tidak menyadarinya."

Setelah melihat kumpulan bayangan yang tidak terhitung jumlahnya, tidaklah aneh bagi Suzuno untuk mencurigai hal semacam itu.

Setelah memeriksa catatan di tangan mereka satu demi satu seperti orang pelit, seseorang tiba-tiba mengatakannya dengan santai.

"Ayo... pulang!"

Karena tidak ada tempat untuk bersembunyi dari tatapan yang lainnya, Emi pun tidak punya pilihan lain selain mengenakan baju di atas pakaian renangnya.

Bagi Maou dan yang lainnya, hotel di Tanjung Inubo dan mercusuar sama sekali tidak terlihat berbeda dibandingkan dengan dua hari yang lalu, tapi ketika mereka berhenti secara acak untuk bertanya apakah di sini ada fasilitas pemandian air laut atau tidak, mereka hanya mendapatkan jawaban negatif.

Dulu, pemilik kontrakan juga menghilang ketika dia terlihat mengetahui sesuatu, dan membuat poin paling pentingnya menghilang tanpa jejak. Jadi, meskipun mereka ingin mencari petunjuk tentang Ooguro-ya ataupun Amane, mereka mungkin hanya akan kembali dengan tangan hampa.

Untuk berjaga-jaga, mereka mencoba menelepon nomor telepon Amane, namun mereka hanya mendapat pesan kalau tidak ada sinyal atau ponsel sedang dimatikan.

"Maou-sama, aku menemukan ini di dekat barang-barang kita."

Maou melihat ke arah kertas yang diserahkan oleh Ashiya.

"Daripada mengatakan licik, ini lebih seperti aku benar-benar tidak tahu sejauh mana orang itu bisa bertindak.... serius."

Itu adalah peta panduan wisata bertuliskan tulisan tangan Amane untuk daerah Choshi.


XxxxX


Pemandangan di hadapan mereka, 330° adalah terdiri dari lautan.

Dan ketinggiannya cukup untuk melihat pemandangan seluruh kota Choshi.

"Jadi, kenapa kita tidak terbang saja, ow!"

Setelah Maou membuat Urushihara yang tidak bisa menghargai suasananya kembali terdiam, dia pun melompat ke puncak podium yang berada di tengah-tengah dek pengamatan.

".... Luasnya...."

Melihat pemandangan indah di mana lautan pasifik dan kota Choshi dapat terlihat dari sudut 360° tanpa halangan apapun, Maou menengadahkan kepalanya ke langit seolah-olah sedang menarik napas panjang.

Tempat ini adalah Observatory di mana bulatnya bumi bisa terlihat.

Selain itu, daripada disebut dek pengamatan, tempat ini lebih mirip seperti bangunan atap, mendaki bukit dari stasiun Inubosak, berdirilah sebuah bangunan di puncaknya, tempat ini menjadi salah satu tempat wisata unik di Choshi.

Maou dan yang lainnya sebenarnya berencana untuk segera pulang menaiki kereta listrik Choshi, tapi ketika mereka sampai di stasiun Inubosaki, kereta mereka ternyata baru saja berangkat.

Sayangnya, kereta selanjutnya butuh waktu lebih dari 30 menit untuk sampai, dan karena akan sangat membosankan jika mereka hanya duduk dan menunggu, mereka pun memutuskan untuk datang ke tempat ini dan melihat pemandangan yang benar-benar melebihi ekspetasi mereka.

Mataharinya begitu terik, tidak ada awan yang terlihat dalam beberapa mil ke depan, keadaan ini memungkinkan orang-orang untuk menyaksikan pemandangan keseluruhan kota Choshi tanpa halangan apapun.

Meskipun mercusuar Inubosaki terlihat begitu besar ketika kita berdiri di sampingnya, mercusuar tersebut terlihat begitu kecil ketika dilihat dari sini.

"Maou-sama, bagaimana bisa kau berpikir seperti itu ketika melihat kota kecil seperti Choshi? Suatu hari nanti, kita akan menaklukan seluruh Ente Isla, bagaimana jika Emilia salah paham kalau kekuatanmu itu ternyata sangat kecil?"

"Tapi Ashiya, jika kita tidak meminjam kekuatannya, kita mungkin tidak akan bisa melindungi kota kecil seperti Choshi."

"Itu.... mungkin ada benarnya."

"Sebelum itu, jika bukan karena kekuatanmu, Urushihara, Maracoda, Adramelech, dan Camio, aku mungkin tidak akan bisa menyatukan Dunia Iblis. Ditambah lagi, kau pada awalnya juga musuhku. Orang yang dulu menjadi musuhku, sekarang malah menjadi rekanku dan mendukung rencana penaklukanku."

Maou meletakkan tangannya di atas pundak Ashiya.

"Tidakkah kau pikir kalau manusia juga punya potensi yang sama seperti kalian?"

"... Aku mengerti, mungkin apa yang kau katakan ada benarnya."

"Ya ampun, kupikir kau akan lebih terkejut."

"Aku sudah terbiasa dengan Maou-sama yang selalu bertindak tidak normal."

Reaksi kalem Ashiya membuat Maou terlihat kurang puas.

"Bukankah itu berlebihan, menggunakan benda seperti itu untuk menghasilkan listrik?"

Maou menunjuk ke arah kincir angin raksasa yang berbaris di Byobugaura.

"Meskipun mereka tidak punya sihir iblis, mereka masih bisa membangun sesuatu seperti skytree yang bahkan lebih tinggi dari Kastil Iblis."

"Maou-sama, menurut peta, itu adalah Choshi Port Tower. Kastil Iblis lebih tinggi daripada bangunan itu."

"Sama halnya dengan kereta listrik Choshi, meskipun penampilan mereka terlihat tua dan tidak menyenangkan, tapi mereka bisa menciptakan budaya baru karenanya. Bagaimana bisa kita membiarkan orang-orang ini mati begitu saja? Tidakkah kau juga ingin menaklukan semua ini?"

"Tidak masalah jika kau ingin memperluas ambisimu, tapi sebelum itu, pikirkanlah cara untuk mendapatkan kekuatan iblis kita dengan sikap yang lebih bijaksana."

Ashiya tersenyum kecut melihat Maou yang matanya kini berbinar-binar seperti anak kecil, lalu, Emi tiba-tiba bertanya.

"Oiya, bagaimana caramu mendapatkan sihir iblis yang cukup untuk membuat kalian berubah ke wujud asli kalian?"

Logikanya, di area sekitar Inobo, seharusnya tidak ada bencana ataupun kecelakaan yang bisa memungkinkan mereka untuk mendapatkan perasaan negatif dari banyak orang, tapi...

"Ah, bukankah Camio juga membawa pedang itu? Pedang itu adalah tandukku yang telah kau potong."

"... Eh?"

Emi hanya bisa terdiam setelah mendengar hal ini.

"Nampaknya itu adalah sesuatu yang dibawa oleh Olba. Dia menggunakan pecahan tandukku untuk menciptakan sebuah pedang, tapi dia tidak bisa menemukan manusia yang bisa menggunakannya, dan akhirnya pedang itu menjadi alat negosiasi dengan Camio. Tapi sebenarnya, masalahnya ada pada benda ini."

Maou mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan menyerahkannya kepada Emi.

Itu adalah sebuah benda seukuran kelereng, benda itu memancarkan cahaya keunguan di bawah sinar matahari.

"Ini.....?"

"Permata ini tersembunyi di dalam sarung pedangnya. Bukankah Camio sudah mengatakannya? Olba memberikan sebuah petunjuk untuk menemukan pedang suci, kemungkinan maksudnya adalah benda ini."

"Lalu, siapa yang membuat sarung pedangnya..."

"Aku tidak berpikir kalau Olba bermaksud membuat pedang dari tandukku secara langsung. Meskipun aku tidak tahu di mana benda ini dibuat, tapi sepertinya benda ini diambil oleh Olba setelah selesai dibuat. Huuh... Jika benar seperti itu, aku tidak bisa membayangkan orang seperti apa yang berada di belakang Olba."

"Oiya.... Menurut penyelidikan internal dari gereja, Olba-sama mempunyai pecahan tandukmu dalam jumlah yang sangat besar, bagaimana bisa sebuah pedang dibuat dari pecahan-pecahan itu?"

"Mana aku tahu!"

Bagi Suzuno yang datang ke Jepang untuk menyelidiki Olba dan jejak tanduk Maou, ini adalah situasi yang tidak bisa dia abaikan.

Lagipula, bahkan sampai sekarang, Olba adalah orang yang berwenang mewakili gereja di Benua Barat dari Ente Isla.

Apa alasan dia melakukan tindakan semacam ini? Ini adalah masalah yang masih belum bisa mereka pecahkan.

"Fragmen Yesod mungkin digunakan untuk menekan sihir iblisku? Ini mungkin sejenis segel keamanan untuk menghadapi kebocoran sihir iblis setelah mengubah tandukku menjadi pedang. Alasan kenapa Camio, Iblis Bertato Mata Satu, dan yang lainnya bisa mempertahankan wujud iblis mereka, kemungkinan besar juga karena mereka menggunakan benda ini. Mereka mencari pedang suci dengan gila-gilaan, dan kemudian dengan begitu cerobohnya membiarkan salah satu dari pecahan ini terlepas dari tangannya, sejujurnya aku benar-benar tidak tahu apa yang dia pikirkan."

Emi melihat ke arah permata ungu yang berada di tangannya.... Fragmen Yesod.

"Bagaimanapun, benda itu sama sekali tidak berguna jika berada di tanganku, jadi itu hadiah untuk Alas Ramus. Mungkin benda itu juga bisa membantumu."

"Terima kasih.... Tidak tidak tidak, bukan begini seharusnya!"

Emi yang menjadi jujur tanpa dia sadari, menggelengkan kepalanya dan mengatakan....

"Pernahkah kau berpikir kalau ini hanya akan membuatku semakin kuat? Hanya dengan bergabung dengan Alas Ramus saja sudah cukup untuk mengalahkan seorang Malaikat Agung, kau tahu?"

"Lalu, apa kau tidak mau menerimanya?"

Maou cemberut dengan acuh tak acuh.

"Serius, jangan terlalu meremehkan sihir iblisku, hanya dengan sisa kekuatan dari tandukku yang patah saja, sudah cukup untuk membuat 4 iblis berubah ke wujud aslinya. Jadi, ketika aku mendapatkan kembali kekuatan asliku, aku pasti akan menaklukan semuanya, termasuk kau, persiapkan dirimu!!"

"Apa???"

Chiho yang begitu sensitif, mendengar apa yang Maou katakan.

"Maou-san!! Apa yang kau katakan tadi itu, maksudnya penaklukan dunia kan? Ya kan? Ya, kan?"

Setelah Chiho mengatakan hal tersebut, kata 'penaklukan dunia' terasa seolah-olah menjadi lebih ringan dan lenyap bersama dengan angin.

Sementara untuk Emi....

"O-o-o-omong kosong apa yang kau katakan?"

Wajahnya memerah dan menjadi begitu gugup.

"Ini masih belum terlambat. Cepat temukan Amane-san, dan paksa dia untuk mengirim Raja Iblis dan yang lainnya kembali ke Dunia Iblis, kemudian kita segera perangi mereka. Ayo kita lakukan, yeah seharusnya itu bisa dilakukan."

Suzuno menunjukkan ekspresi suram dan menggumam pada dirinya sendiri seolah sedang merapal sebuah kutukan.

"Maou-sama, kita sedang berada di tempat umum, tolong berusahalah untuk lebih menahan diri."

"Maou, aku merasa malu hanya dengan mendengarkannya dari sini. Cuacanya sangat panas, dan aku tidak ingin menjadi lebih hitam, jadi cepatlah, dan ayo kita turun."

Ashiya menjadi panik karena bermacam-macam makna berbahaya yang ada di dalam kalimat Maou, sementara Urushihara, terus mencela Maou dengan acuh tak acuh dari tempat yang aman.

"Aku, aku.... ini pertama kalinya aku mengalami perasaan malu seperti ini!!"

Wajah Emi menjadi sangat merah karena amarah yang dia rasakan, dia terlihat seolah-olah bisa lari kapan saja untuk mencekik Maou.

Untungnya, dia tidak sedang mengayunkan pedang sucinya ketika dalam keadaan seperti ini.

Dan begitulah, adu argumen kekanakan antara Iblis dan manusia itu terhisap ke langit musim panas dan mengilang tanpa jejak.

---End Of Chapter 3---





Translated by : Me..

Previous
Next Post »
3 Komentar
avatar

Min terimakasih banyak^^

Min bisa bikin project buat Madan no ou to vanadis/tokyo ravens gak???

Balas
avatar

Gak dulu.. entar yg lama terbengkalai..

Balas
avatar

Wh, selesai jg baca chapter 3 y'..
Seru jg, thanks translate y' min..

Balas