Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Prolog Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Prolog


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 5 - Prolog Bahasa Indonesia

Prolog.

"Fwaaahh...!!"

Seorang pria menguap dan bangun dari sebuah kursi besar.

Pada awalnya, pundak dan pinggangnya akan terasa kaku meskipun baru tertidur setelah satu atau dua jam, tapi sekarang dia merasa sudah terbiasa dengan bentuk dari kursi itu dan ketika bangun, dia sudah tidak merasa lelah seperti sebelumnya.

"Aku bahkan tidak tahu kalau kemampuan beradaptasiku sehebat ini."

Pria itu melakukan peregangan, mengambil sikat gigi dan cangkir yang diletakkan di sebelah monitor komputer bermerk DERU, dan berjalan keluar kompartemen menuju kamar mandi.

Langit-langit yang tinggi, kompartemen dan rak yang tak terhitung jumlahnya memenuhi tempat ini. Di dalamnya hanya terdengar suara AC dan suara pergerakan dari pelanggan lain, ini adalah sebuah warnet yang berada di dalam kota.

"Ah, lampu pada teh Oolong menyala."

Setelah berjalan ke area minuman gratis, pria itu mendapati bahwa lampu pada teh Oolong menyala, menandakan kalau itu perlu diisi ulang.

"Oh, pria Yunani."

"Ah, selamat pagi, Satoh."

Kali ini, pria itu secara kebetulan bertemu dengan seseorang yang dia kenal, dan pelanggan yang memanggil pria itu sebagai 'pria Yunani' adalah seorang pria yang secara umum dikenal sebagai Satoh.

"Satoh, kau benar-benar sial, teh Oolong nya sudah habis."

"Ah? Yang benar saja?"

Satoh melirik ke arah area minuman dan menggumam dengan kecewa.

"Cih, sial!! Sepertinya hari ini tidak akan berjalan lancar."

"Ini tidak seburuk itu, ini hanyalah teh Oolong, bilang saja pada boss yang ada di counter mengenai hal ini."

"Hal bodoh apa yang kau katakan? Si manager hanya akan datang siang ini. Saat ini, orang yang mendiami counter adalah seorang WNA bernama Ka-kun atau semacamnya, orang itu akan jadi super gugup jika melihatku, aku sama sekali tidak ingin bicara dengan pria itu."

"Kalau begitu, menyerahlah dan minum cola saja!"

Pria itu tidak tahu nama asli Satoh.

Satoh bersikeras untuk tidak meminum minuman lain selain teh Oolong. Menurutnya, itu demi mempertahankan kesehatannya, dia sangat sadar terhadap bahaya gula dan lemak.

"Apa kau bercanda? Aku tidak ingin cepat mati. Setelah minum air, aku harus pergi bekerja."

Setelah mengatakan hal tersebut, Satoh menuangkan air dari mesin minuman dan dengan cepat pergi tanpa menoleh ke arah pria itu.

"Jadi, kau sudah dapat kerja hari ini, selamat!!"

Pria itu berteriak ke arah punggung Satoh, dan Satoh hanya merespon dengan mengangkat tangannya tanpa menoleh sama sekali.

".... Huuh, minum cola di pagi hari, itu sepertinya sedikit memaksa."

Pria itu menggumamkan hal tersebut sambil berjalan ke arah wastafel yang ada di kamar mandi, dan mulai menggosok giginya.

Dikarenakan fakta bahwa warnet 'CYBER@SAFE' ini bisa didaftari ketika kau ingin menginap, warnet ini menjadi sangat terkenal di wilayah ini.

Meskipun pria itu memilih tempat ini hanya untuk mendapatkan channel informasi murah sekaligus tempat untuk tidur, sebelum dia menyadarinya, dia sudah menginap di sini untuk waktu yang sangat lama.

Selama periode waktu tersebut, dia berkenalan dengan Satoh.

Pria itu tidak tahu kenapa Satoh menolak untuk memberitahukan nama aslinya, tapi ketika dia bertanya mengenai hal tersebut...

"Jika aku dengan ceroboh memberitahu nama asliku, itu mungkin akan jadi masalah untuk banyak orang."

Dia dengan aneh menghindari pertanyaan tersebut dengan sikap itu.

Akan tetapi, pria itu juga tidak mengatakan nama aslinya dan hanya mengizinkan orang-orang memanggilnya 'pria Yunani'. Pria itu sama sekali tidak terlihat seperti orang Jepang, tapi Satoh dengan hangat masih mengajaknya berbicara semenjak pertemuan pertama mereka. Oleh karena itu, bagi si pria, Satoh adalah orang yang menarik untuk diamati.

Meskipun Satoh tidak mengatakan nama aslinya, dia begitu cerewet ketika membicarakan tentang masa lalunya.

Dia datang ke kota dari sebuah pedesaan, dan lulus dari sebuah universitas negeri dengan peringkat 14 besar, dia kemudian menjadi pegawai pemerintahan melalui tes PNS. Setelah bekerja di sana selama beberapa tahun, dia pun mengundurkan diri saat semakin berkembangnya teknologi untuk memulai jalur karir yang baru. Rupanya, Satoh sangat kaya dalam beberapa periode waktu, tidak hanya membangun sebuah rumah lengkap dengan halaman rumputnya, dia juga mempunyai sebuah villa di Karuizawa.

Akan tetapi, bagi Satoh yang menjalankan bisnisnya sendirian, dia sangat kurang dalam hal kepopuleran. Setelah salah satu bawahannya menyalahgunakan dana yang dipercayakan padanya, operasi bisnis perusahaannya pun menurun tajam. Tidak hanya harus menyerahkan perusahaannya kepada orang lain, dia bahkan mempunyai hutang yang sangat besar.

Meski begitu, Satoh masih berani memasuki sebuah bisnis transportasi berdasarkan motivasinya, dan menghabiskan waktu 10 tahun untuk melunasi semua hutangnya. Ketika dia berpikir akhirnya dia bisa mulai dari awal, perusahaan transportasi di mana dia bekerja tiba-tiba mempunyai banyak kompetitor dikarenakan mengendurnya regulasi pemerintah dan diakuisisi oleh perusahaan lain. Satoh secara tak terduga juga dipecat dan hidup di jalanan, tanpa mempunyai apa-apa sekali lagi.

Meski begitu, setelah beberapa bulan hidup sebagai gelandangan, Satoh tidak menyerah dan menabung uang lewat pekerjaan sementara yang dia dapatkan. Kedua orang itu pun bertemu setelah si pria tinggal di warnet ini sebagai penghuni selama 2 bulan.

Menurut Satoh, pertama-tama dia bermaksud untuk menabung uang dengan rutin, pindah ke apartemen yang lebih layak, dan tanpa rasa kapok, dia berkeinginan untuk membangun bisnis baru.

"Luar biasa. Aku tidak pernah bertemu pria dengan karakter aneh seperti itu."

Pria itu tidak peduli apakah cerita Satoh benar atau tidak.

Setidaknya, berdasarkan standar hidup di negara ini, situasi Satoh tidak bisa disebut kaya, akan tetapi....

"Dia terlihat bersemangat. Tatapan di matanya benar-benar berbeda."

Setelah menggosok giginya, pria itu membasuh mukanya dengan air dan membersihkannya dengan handuk.

Mengalihkan pandangannya ke arah cermin, terdapat bayangan seorang pria bertubuh besar, berambut perak, dengan mata berwarna merah gelap. Jika T-shirt yang bertuliskan 'I LOVE L.A' tidak terlihat di bawah jubah panjang yang dia kenakan, dari penampilannya, dia pasti akan terlihat seperti 'Orang Yunani Kuno'.

Entah dari corak kulit ataupun kesehatannya, pria itu terlihat jauh lebih baik daripada Satoh, dia juga terlihat kuat, dan tanpa perlu dikatakan lagi, dia juga lebih muda. Tapi...

".... Bahkan dengan mata merah milik ikan laut beku yang dijual di supermarket, mereka jauh lebih bersemangat dibandingkan mataku."

Lahir dari Pohon Kehidupan, benda bulat yang membangun dunia, Sephira, lalu penjaga mereka, Gabriel, mengolok-olok dirinya sendiri sambil mengangkat bahunya.

"Oh ya ampun?"

Setelah kembali ke kompartemen yang dia sewa, Gabriel terburu-buru mengambil sebuah alat yang berbunyi dari tempatnya berada, yaitu di sebelah monitor.

"Hello!"

Kalau dia menggunakan alat yang dunia ini sebut dengan Handphone, dia bisa mengadakan 'transmisi mental' dengan lebih akurat. Itu adalah penemuan baru Gabriel akhir-akhir ini.

Gabriel yang menyukai hal ini, memerintahkan para bawahannya yang berasal dari Tentara Surga untuk tetap tinggal di Jepang, tinggal di sekitaran warnet dan terus saling kontak. Akan tetapi, orang yang meneleponnya kali ini bukanlah salah satu dari mereka.

"Kau sudah di sini? Ya, ya, ya. Itu salahku karena tidak mendapatkan hasil yang sesuai, aku benar-benar minta maaf."

Gabriel mengangkat bahunya, dan dari nadanya, itu terdengar seperti dia sama sekali tidak merasa menyesal.

"Apakah 'perang' di sana baik-baik saja? Oh ya, kau tidak menyebabkannya huh.. Oh? Aku paham! Kalau begitu, di mana kau? Obelisk? Oh di sana. Biar kukatakan ini dulu, tidak ada yang namaya Obelisk di sini, itu adalah bangunan tempat para manusia bekerja. Yeah, tunggu saja sebentar di atap, aku akan datang menemuimu."

Tanpa motivasi apapun, Gabriel menutup teleponnya.

"Sekarang... Untuk alasan apa aku harus bekerja.."

Mata merah yang pada awalnya terlihat tidak lebih bersemangat dibandingkan ikan laut mati, kini bercahaya karena tampaknya dia sedang menantikan perkembangan situasi.

"Sebagai seorang Malaikat, aku juga masih ingin bekerja demi keadilan."

---End of Prolog---





Translator : Me..



Previous
Next Post »
0 Komentar