Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Chapter 3 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan Melangkah Menuju Mimpi Yang Baru -2


Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Chapter 3 Part 1


Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan Melangkah Menuju Mimpi Yang Baru.

"Hey, itu seharusnya sudah terisi kan? Kita mulai, Bell! Cepat pergi ke sisi seberang sana, cepat cepat!!"

"Baik!"

"Huft...."

Oleh karena itulah, semuanya jadi seperti ini.

Bahkan tanpa mempertimbangkan apakah Sariel dan Kisaki sejak awal memang berhubungan baik, pada waktu itu, Sariel langsung memancarkan kekuatan penuh sihir sucinya yang secerah matahari, dan itu membuat Ashiya yang sebelumnya memberikan kuliah seperti seorang jenderal yang jenius, hampir seketika pingsan.

"Dan setelah itu, kalian berlatih di gym yang panas ini dari pagi?"

Emi yang datang ke sini setelah pulang bekerja untuk melihat kondisi latihan, mengatakan hal tersebut pada Maou dengan ekspresi jengkel di wajahnya, namun karena metode pelatihan ini sangat beralasan, dia juga tidak bisa mengeluhkannya.

"Jika aku tidak meminta mereka untuk sesekali beristirahat seperti tadi, Chi-chan hanya akan terus bekerja keras."

"Tapi... dari sini, ada kemungkinan dia berhasil merapalkan mantra kan? Lagipula, kemampuan Chiho mengaktifkan sihir suci sudah benar-benar bagus."

"Sariel mengatakan kalau kita tidak bisa memujinya, kecuali Chi-chan mencoba untuk meneliti mantra itu sendiri."

"Itu penilaian yang sangat tepat. Huuuh, meskipun aku merasa kalau tidak akan sesederhana itu."

"Chi nee-chan luar biasa!!"

Alas Ramus mungkin memahaminya secara insting, dia hanya memandang ke arah Chiho yang berlatih tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

"Lalu?"

"Hm?"

"... apa kalian punya petunjuk bagaimana membuat mereka berbaikan?"

"... siapa yang tahu?"

Entah bagaimana, ini mungkin bisa jadi masalah yang lebih merepotkan daripada Farfello dan Iron.

Meskipun mereka hanya perlu membuat Kisaki berdamai dengan Sariel, tapi hubungan di antara kedua orang itu sebenarnya hanyalah, Sariel dengan rasa sukanya yang bertepuk sebelah tangan pada Kisaki, sama sekali tidak menyembunyikan motifnya dan selalu pergi ke MgRonald setiap waktu makan dan menghabiskan banyak uang hanya untuk melihat Kisaki.

"Tapi Kisaki-san tidak lupa memperlakukan Sariel sebagai pelanggan."

Maou memikirkan arti dari membuat mereka berdua berbaikan, seharusnya itu merujuk pada Sariel yang kembali bisa keluar masuk MgRonald dengan bebas.

"Jika itu hanya rekonsiliasi biasa, mungkin saja hal itu bisa terjadi, tapi aku tidak yakin Sariel akan puas hanya dengan itu."

Meskipun dari luar dia nampak melatih dengan sungguh-sungguh, jika Chiho tidak bisa memberikan 'rekonsiliasi' yang Sariel bayangkan, tidak ada yang tahu apa yang bisa dia lakukan.

"Dan di saat seperti ini, Rika terlihat tidak bisa diandalkan."

"Kenapa kau tiba-tiba menyebutkan Suzuki Rika?"

"Masalah ini memang tidak sampai ke titik mengembalikan kondisi kehidupan seseorang, tapi sebagai referensi, aku ingin bertanya padanya tentang poin penting dalam membuat seorang wanita dan pria berbaikan. Dia sedikit menyukai hal-hal yang berbau gosip semacam ini. Tapi kau tahu, itu karena orang itu."

Emi menggunakan pandangannya untuk menunjuk ke arah punggung Ashiya yang sedang menyaksikan Chiho berlatih.

Meskipun tidak tahu identitas asli Emi dan yang lainnya, rekan kerja Emi, Suzuki Rika, masih berinteraksi dengan Maou, Ashiya, Chiho, serta Suzuno, dan kini, ia berada dalam situasi cinta tak terbalas dengan Ashiya.

"Dia nampaknya 'menjadi tidak bisa memahami dirinya sendiri', jadi saat ini, kita lebih baik menjauhkan topik wanita seperti cinta tak terbalas seperti ini dari dia."

Rekan kerja Emi yang lain, Shimizu Maki, saat dia memiliki kesempatan, dia pasti akan mencoba mengorek alasan yang membuat Rika 'tidak bisa memahami dirinya sendiri', dan Rika akan berulang kali mencoba mengalihkan topiknya, hal ini sudah menjadi kebiasaan sehari-hari di tempat kerja Emi.

".... Apa menurutmu ini akan baik-baik saja?"

"Apa maksudmu?"

Maou juga menggunakan pandangannya untuk menunjuk ke arah punggung Ashiya, dan Emi mengangkat bahunya, menjawab,

"Aku dengar dari Bell. Kau nampaknya mengungkapkan pendapatmu dengan cara yang sangat berlebihan tentang hubungan yang kami bangun."

Emi mendongak dan memelototi Maou.

"Itu tidak berlebihan. Aku hanya mengatakan kalau kalian berdua itu sangat arogan karena ingin memisahkan Ashiya dan Suzuki Rika, meskipun kalian mengesampingkan masalah kalian sendiri."

"Itu sudah cukup berlebihan. Kau tidak pernah tahu apa yang pihak kami rasakan."

"Itu karena aku tidak pernah memilih jalan hidup yang ada kaitannya dengan Pahlawan."

Maou mengangkat bahunya seolah menghindari tatapan intens Emi.

Usai mendongak dan melirik ke arah Maou, Emi tiba-tiba mengalihkan pandangannya.

"... Aku juga."

"Hah?"

Emi mengistirahatkan dagunya di atas lutut, dia berbicara dengan pelan sambil melihat Chiho yang terengah-engah karena pelatihan Sariel.

"Aku juga 'menjadi tidak bisa memahami diriku sendiri', jadi aku tidak punya hak mencampuri perasaan orang lain."

"....."

Hari ini Emi terlihat sangat jujur, membuat Maou tidak tahu bagaimana harus bereaksi.

"Menjadi tidak bisa memahami dirimu ya...."

Oleh karena itu, Maou hanya bisa berusaha melewati hal ini dengan mengulangi kata-kata Emi, dan melihat ke arah Chiho dan yang lainnya untuk mengalihkan perhatiannya.

"Hm~ karena dia bisa mengaktifkannya sampai ke tingkat ini, seharusnya dia bisa segera menguasainya...."

Di saat seperti ini, Sariel yang terlihat memikirkan sesuatu, berteriak ke arah Suzuno.

"Ayo kita coba cara yang lain. Bell, kali ini, kaulah yang akan mengirim! Jika dia bisa memahami sensasi penerimaan, dia mungkin bisa menggunakan itu untuk mendorongnya balik."

"Aku mengerti."

Saat Chiho melihat Suzuno mengangkat tangannya di ujung gym, dia mencoba memfokuskan kesadarannya.

"Meski begitu, apa yang sebaiknya kukirim?"

Suzuno yang menerima perintah tersebut, memikirkannya sesaat.

"Menggunakan sensasi untuk mendorong balik ya... kalau begitu, daripada dengan hanya suara acak, percakapan yang tepat pasti akan lebih baik."

Suzuno berbicara sendiri, dan kali ini adalah giliran Suzuno  menelepon HP Chiho.

"Selain memiliki isi yang bisa dimengerti Chiho-dono, pesan itu juga harus menciptakan sensasi yang konkrit dan cukup untuk mengirimkan kehendaknya, dan sensasi itu harus cukup kuat agar bisa melewati jalan kembali ke sini ketika dia mendorongnya balik...."

Agar Suzuno juga bisa menerima pesan yang Chiho kirim, akan lebih baik kalau dia memilih pertanyaan yang bisa memperlihatkan kondisi mental Chiho.

"....Ah."

"Ada apa, cepat telepon Bell!! Lagu latihan radionya akan segera berakhir!"

Isi pesan yang Suzuno pilih sangatlah menyulitkan, sampai-sampai dia tidak bisa segera menjawab Sariel.

"Ah... ah hm."

Suzuno menggerakkan HP ke sebelah telinganya, meski hal itu tidak perlu dilakukan, Suzuno tetap tidak bisa merubah kebiasannya yang suka berdeham sebelum menanyakan pertanyaan yang sulit.

Suzuno memfokuskan perhatiannya pada Chiho dan HP Chiho yang berada dalam jarak pandangannya, dia pun melakukan Idea Link yang entah kenapa membuatnya begitu malu. Bagaimanapun, untungnya Maou dan yang lainnya tidak berada di sisi bangunan di mana Suzuno berada.

"Apa Chiho-dono ingin menikah dengan Raja Iblis.... tidak, apa Chiho-dono ingin menikahi Raja Iblis...."

Rasa malu membuat Suzuno mencoba menghindari cara penyampaian yang blak-blakan, tapi hal itu malah membuat maksudnya menjadi semakin jelas, dan setelah itu, pesan yang dia kirim menyebabkan efek yang begitu nyata.

"Warghhhhhhhhhh!"

"Gyargh!"

Seketika, sebuah sensasi yang begitu kuat menyerang masuk ke dalam otak Suzuno melalui gelombang HP layaknya lolongan serigala.

Sensasi itu berbaur dengan gelombang listrik dan menghasilkan ledakan yang cukup untuk menyebabkan guncangan keras, membuat Suzuno sesaat jatuh pingsan dan menjatuhkan HPnya.

"Hey, Bell?"

Emi menyadari ada sesuatu yang aneh dengan Suzuno dan langsung berdiri mendekatinya dengan cemas.

Sementara Chiho, wajahnya memerah karena alasan ang tidak jelas dan pipinya menggembung seperti balon, tapi dia hanya terlihat sedikit terengah-engah dengan napas yang menjadi lebih cepat.

"H-hey, Emi, apa Suzuno baik-baik saja?"

Reaksi Suzuno yang sangat tidak normal bahkan membuat Maou khawatir.

Mereka hanya melihat Suzuno berjongkok di lantai dengan tangan memegangi kepala yang sebelumnya menghantam lantai gym dengan keras, dia bahkan terkadang menekan-nekan tubuh dan HPnya, dia juga mengerang sambil memegangi kepalanya dengan satu tangan.

"A-aku mengerti, ya, ya, ya, ya, ya, itu, itu, itu, itu, itu, salahku! Tolong tenang dulu...."

"Chi-chan?"

"Ah uuuuuuu...."

Baru saja melihat Suzuno menggeliat kesakitan, kali ini giliran Chiho yang menjatuhkan HPnya, dan merosot ke lantai.

Maou dengan panik mendekat, memegangi dan memanggil Chiho dengan keras,

"H-hey, Chi-chan, apa kau baik-baik saja...."

Ketika tatapannya bertemu dengan tatapan Maou, mata Chiho yang sudah terbuka lebar, menjadi semakin lebar.

"Ma, Ma, Ma, Ma, Maou, Maou, Maou, Ma, Ma, Ma, Ma, Maou, ou, ou, ou, ou, ou, ou, Ma, Ma, Ma, Ma, Ma, Ma, Maou-san...."

Chiho yang menjadi sangat panik, terus mengulangi kata 'Ma'.

"Ugahhhhhhhh!!"

Sementara Suzuno, nampaknya dia terpukul telak oleh kata Ma tersebut dan berguling kesakitan di lantai selaras dengan suara Chiho.

"A-ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Bell! Bell! bertahanlah!"

Bahkan setelah waktu yang cukup lama, Suzuno dan Chiho masih belum bisa mendapatkan kembali ketenangan mereka.

"Huft... yosh!"

Kali ini, Sariel muncul di samping Maou dan menekankan tangannya di dahi Chiho.

"Ma, Ma, Ma, Ma, Ma, Ma.... fu...."

Setelah itu, Chiho jatuh di lengan Maou layaknya kehilangan kesadaran.

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Chapter 3 Bahasa Indonesia


Saat ini, Suzuno, dengan dibantu oleh Emi, nampaknya telah terbebas dan berdiri setelah menghembuskan napas dalam.

"Sepertinya Bell sudah mengetuk pintu hati yang tidak biasa."

Sariel mengamati Chiho dengan kaget.

Chiho yang mereka pikir kehilangan kesadaran, membuka matanya perlahan. Meskipun ekspresinya masih terlihat sedikit bingung, ketika dia melihat wajah Maou, dia langsung memalingkan wajahnya dan menatap Suzuno dengan kesal di sudut yang tidak bisa terlihat oleh yang lainnya.

"Sepertinya dia sudah bisa mengatasi rintangan paling besar. Tadi, seharusnya Bell sudah menerima Idea Link dari Chiho dengan benar, iya kan?"

"!!"

Mendengar kalimat tersebut, Chiho menjadi lebih terkejut dibandingkan siapapun. Seolah memastikan kalimat itu.....

"Itu tadi sangat keras."

Suzuno menyela dengan nada lelah.

Setelah jam 7 malam, karena jam buka gym sudah terlewati, latihan hari ini pun selesai.

Karena tidak diketahui kapan Farfarello dan Iron akan menyerang, mereka harus mempertahankan kegiatan bersama seperti ini selama mungkin, jadi mereka pulang bersama secara berurutan diawali dari orang yang tinggal paling dekat dengan Sports Center.

"Apa kau baik-baik saja Chi-chan?"

"A-aku baik-baik saja!"

Meski hanya kebetulan, Chiho tetap berhasil merapal mantra untuk pertama kalinya dan menjadi sangat lelah karenanya, tapi karena alasan yang tidak diketahui, anehnya, dia terus menjaga jarak dari Maou, dan semenjak mereka meninggalkan Sports Center, dia terus bersembunyi di belakang Emi.

Awalnya, kaki Suzuno terus gemetaran, tapi saat ini, dia bisa berjalan sendiri.

"Kalau begitu, besok kita akan berlatih di waktu yang sama, tidak masalah, kan?"

Sariel, berdiri di depan apartemennya, memastikan rencana mereka besok dengan Chiho.

"Ah, okay, tapi besok aku harus bekerja mulai sore, jadi aku tidak bisa berlatih terlalu lama."

"Lalu Raja Iblis dan yang lainnya?"

"Hm... Aku juga mulai bekerja dari siang, jadi aku akan menyuruh Ashiya dan Urushihara untuk datang."

"Aku juga akan meminta bantuan Bell... apa itu tidak masalah?"

Karena Emi juga punya pekerjaan, sebelum dia pulang bekerja, dia hanya bisa meminta bantuan Suzuno.

Meskipun Suzuno masih sedikit pusing karena mendapatkan serangan langsung ke otak dari teriakan Chiho yang tak terkendali, dia tetap mengangguk menandakan kalau dia tidak keberatan.

"Kalau begitu, aku akan memesan tempat dari jam 1 sampai jam 4 sore, semuanya tidak ada masa......"

Saat matahari terbenam dan bintang-bintang mulai bersinar di langit, Sariel yang tanpa sadar menjadi pemimpin, entah kenapa tiba-tiba diam terpaku.

"Hm? Hey, Sariel, ada apa...."

Maou mengikuti pandangan Sariel tanpa pikir panjang....

"Eh...?"

"Ah...?"

Chiho dan Emi yang juga menoleh bersamaan dengan Maou, menahan napasnya ketika melihat seseorang berdiri di depan mereka.

"Oh ya ampun, itu kalian. Kenapa semuanya berkumpul di sini?"

Orang itu memakai sebuah setelan dan membawa tas bahu yang dipenuhi dengan files dan peralatan kerja. Karena dia memakai heels, dia bahkan terlihat lebih tinggi daripada Maou.

Dengan rambut hitam panjangnya yang bagaikan langit malam bergoyang tertiup angin, manajer MgRonald Hatagaya, Kisaki Mayumi, berdiri di sana dengan ekspresi kaget di wajahnya.

"K-kenapa Kisaki-san ada di sini...."

Maou dan Chiho tidak bisa menyembunyikan betapa kagetnya mereka karena mereka tidak pernah menyangka akan bertemu Kisaki di sini.

Di sisi lain, Emi dan Suzuno saling menatap satu sama lain, memastikan kalau mereka yang sebelumnya melihat Kisaki di sini, ternyata bukan sebuah kebetulan.

"Ada beberapa orang yang tidak pernah kulihat sebelumnya, apa mereka temanmu?"

Kisaki menatap wajah Ashiya dan Urushihara, dan bertanya kepada Maou,

Karena Urushihara jarang sekali keluar, dan Ashiya hanya beberapa kali datang ke MgRonald ketika Maou pertama kali mulai bekerja, tidak aneh kalau Kisaki tidak mengingat mereka, tapi ketika dia melihat pria yang berdiri di antara Ashiya dan Urushihara, ekspresi Kisaki yang awalnya ramah seketika berubah menjadi berbahaya.

".... Kenapa kau ada di sini, Mitsuki Sarue?"

"A ah.... Ugh, itu...."

"I, i, i, ini karena, itu...."

Chiho dan Maou tergagap karena mereka tidak bisa memikirkan alasan yang bagus.

"Jangan katakan kau membuat masalah dengan pelanggan MgRonald atau para pegawaiku...."

Kisaki melihat ke arah Emi, Suzuno, dan Chiho, dan di saat yang sama, dia melangkah di antara Maou dan yang lainnya, menginterogasi Sariel. Maou dan Chiho tidak bisa memikirkan cara apapun untuk menghentikannya.

Bagaimanapun juga, mereka berdua menyaksikan kejadian di mana Kisaki melarang Sariel memasuki MgRonald.

Dengan ini, lupakan soal mereka berdua berbaikan, mereka malah membuat Sariel mengundang kecurigaan yang tidak perlu, dan itu mungkin akan membuat sikap Kisaki semakin dingin pada Sariel.

Jika memang benar semuanya jadi seperti itu, tidak diketahui sikap macam apa yang akan Sariel tunjukan,

"A-aku tinggal di blok apartemen ini...."

".... Apa?"

Tak disangka, kalimat yang diucapkan oleh Sariel membuat situasinya berubah,

"Kau tinggal di sini?"

"Y-yeah, itu...."

Sikap arogan dan bersemangat yang Sariel miliki saat latihan tadi menghilang tanpa jejak. Mengingat Sariel di masa lalu yang selalu membawa sebuket bunga mawar dan makan di MgRonald dengan mulut penuh, sulit membayangkan kalau dia bisa menjadi selemah ini.

"Sejak kapan?"

Kisaki tiba-tiba mengubah arah pembicaraannya ke arah yang tidak terduga. Meskipun merasa bingung, tapi Sariel tetap menjawabnya dengan jujur.

"Sejak pembukaan Sentucky di Hatagaya...."

"Tinggal di apartemen bagus seperti ini sejak awal ya.."

Maou menggumam sendiri dengan tidak senang, tapi suaranya tidak bisa didengar oleh yang lainnya.

"Mitsuki Sarue!"

"Y-ya!!"

Tiba-tiba dipanggil oleh Kisaki, membuat nada bicara Sariel berubah drastis.

"Biar kutanya satu hal padamu. Waktu itu, restoran itu sudah kosong kan?"

Kisaki pun menanyakan sebuah pertanyaan yang tak terduga lainnya. Sariel mencoba membaca tujuan Kisaki....

"Jadi bagaimana?"

Sariel meluruskan posturnya karena pertanyaan Kisaki.

"Ya-yang kuingat, di sana nampaknya ada sebuah restoran saat aku pindah ke sini. Meskipun belum terlalu tua, tapi kurang dari sebulan setelah aku pindah ke sini, restoran itu sudah tutup...."

Alis kisaki terlihat berkedut karena jawaban itu....

"Huft....."

... kemudian dia menghela napas. Emosi yang tercampur di dalam nadanya bukanlah amarah ataupun keterkejutan, melainkan karena telah tercerahkan mengenai sesuatu.

"Sudah kuduga kalau akan seperti itu."

"Etooo... Boleh aku tahu apa maksudnya itu?"

Pertanyaan tersebut tidak datang dari Sariel melainkan dari Maou.

"Semenjak direnovasinya MdCafe, daripada bilang kalau Kisaki-san berbeda, itu lebih seperti Kisaki-san menjadi lebih termotivasi dibandingkan sebelumnya...."

Kisaki yang sama sekali tidak pernah memperlihatkan kelelahannya, belakangan ini, tidak hanya mengatakan 'melelahkan sekali', dia bahkan juga membuat kopi untuk pelanggan reguler popi panas-san menggunakan prosedur pengoperasian non standard, dia juga.....

'Tujuanku adalah menjadi Barman.'

Kalimat yang membicarakan tentang keinginannya menjadi seorang professional dalam industri pelayanan, yaitu seorang barman.

Dan kali ini, dia menanyakan sebuah toko kosong yang dulunya adalah sebuah restoran.

Sangat sulit membuat kesimpulan dari petunjuk-petunjuk ini.

"Sebelumnya, aku pernah mengatakan sesuatu seperti akan sulit kalau ingin menjadi barman di MgRonald kan?"

"... Y-yeah..."

Kisaki, tidak hanya menjadi tujuan Maou bisa sukses di MgRonald, dia juga adalah orang yang sangat Maou hormati, oleh sebab itu, melihat tingkah mencurigakan Kisaki, Maou tidak bisa memikirkan apa-apa selain menanyakan hal ini dengan keras,

"Jangan bilang.... Kisaki-san ingin keluar dari MgRonald, wah!!"

Pertanyaan Maou yang dia tanyakan setelah berpikir panjang, hanya berhasil dia tanyakan separuh sebelum dipotong oleh pukulan folder file di kepalanya.

"Idiot, kau terlalu banyak berpikir."

"Ugh, meski itu hanya folder file, tapi dipukul menggunakan pinggirannya itu sangat sakit...."

Raja Iblis yang bahkan tidak takut dengan pedang suci Pahlawan, menjadi berkaca-kaca karena pinggiran folder file milik seorang manajer restoran.

Melihat Maou yang seperti itu, Kisaki menghela napas takjub.

"Huuh.... Kau benar. Aku memang bertingkah aneh akhir-akhir ini, dan aku merasa sangat menyesal kepada para karyawan karena hal tersebut. Karena berbagai hal yang MgRonald miliki menjadi semakin meningkat, sebuah mimpi lama pun muncul kembali ke permukaan dengan cara yang aneh."

"Mimpi..... lama."

Maou melihat ke arah Kisaki sambil memijat kepalanya yang sakit.

"Benar. Terutama Chi-chan, lebih baik kau sedikit mengetahui hal ini. Bahkan orang dewasa pun masih akan menjelaskan mimpi mereka untuk kedepannya."

Kata Kisaki dengan sebuah senyum.

"Di antara para karyawan dari kelompokku yang diterima di Tokyo, hasilku bisa dikatakan adalah salah satu yang terbaik."

Kisaki tiba-tiba menceritakan sesuatu yang berasal dari masa lalunya tanpa penegasan khusus apapun. Pandangannya tidak tertuju pada Sariel ataupun Maou, melainkan pada tanda 'Disewakan' yang tergantung di depan toko dengan agak kesepian.

"Tapi akhir-akhir ini, aku terkadang berpikir..... dengan kekuatanku sendiri, sampai sejauh mana aku bisa bertarung."

"Apakah itu artinya meski tidak sekarang, kau mempertimbangkan ingin menjadi pengusaha di masa depan nanti?"

"Yeah, begitulah."

Kisaki dengan ketus menjawab pertanyaan Emi yang agak berbelit-belit, tapi karena jawabannya sedikit terlalu ketus, itu malah membuat Maou menjadi kaget.

"Tentu saja, itu hanya pemikiran samar seperti 'pasti enak ya kalau seperti ini'. Dan tidak ada tindakan nyata yang sudah kulakukan."

"Kupikir hanya datang melihat toko saja, sudah bisa dianggap sebagai tindakan yang sangat nyata...."

"Hal-hal semacam itu sama seperti melihat-lihat majalah pekerjaan, lalu, mulai bermimpi tentang sebaiknya digunakan untuk apa gajian pertama kita tanpa mulai bekerja, itu hanya bisa dianggap sebagai sebuah permainan."

"Ugh!"

"Uh...."

"Hm...."

Maou, Emi, dan Chiho mengerang seolah kata-kata itu meluncur tepat pada sasarannya. Melihat tingkah laku yang jujur dari para muda mudi ini, Kisaki tersenyum dan mengatakan,

"Tapi itu juga bisa dijadikan motivasi yang sangat efektif. Kalian tidak perlu merasa tidak enak."

Kisaki mendekati jendela toko dan mengintip bagian dalam toko yang diselimuti cahaya dari luar.

"Aku terus menerus membangun bisnis dan mendapatkan banyak pujian dari teman kerjaku, tapi aku merasa seperti tidak melakukan sesuatu yang berbeda dari mereka. Bagaimanapun, pengoperasian restoran di depan stasiun Hatagaya yang bisa lebih tinggi dari tahun lalu, bukan berasal dari hasil usahaku sendiri."

"Bu-bukan seperti itu!! Aku memang sering mendengar hal-hal buruk mengenai manajer toko lain, atau toko yang kekurangan pegawai bermotivasi, dan lain sebagainya, tapu hal itu tidak ada hubungannya dengan kita kan? Ditambah lagi, tidak ada pelanggan yang merepotkan di toko, itu semua adalah pencapaian Kisaki-san!"

Ucap Chiho dengan gelisah, namun Kisaki menggelengkan kepalanya, bahkan tanpa berbalik dan mengatakan,

"Aku senang dengan apa yang kau katakan, tapi sayangnya itu semua bukan usahaku sendiri. Aku sudah bekerja selama satu setengah tahun di restoran itu, dan meski menjadi seorang manager, menetap di restoran yang sama selama itu bukanlah sesuatu yang normal. Alasan kenapa aku bisa membangun struktur saat ini di restoran tersebut, hanyalah karena ada suatu keberadaan tertentu, keberadaan itu sudah ada lebih lama dibandingkan diriku, dan sudah membangun pondasi perusahaan ini, apa kau tahu apa itu?"

Kisaki menatap mata Sariel yang terpantul di kaca, dan bertanya tanpa bergerak sedikitpun.

".... Apa itu manajer sebelumnya?"

Jawaban Sariel membuat Kisaki mengernyit.

"Meski kau terus memanggilku dengan sebutan yang memalukan seperti dewi dewi, dan berulang kali bertingkah seperti penguntit, tapi ternyata kau sama sekali tidak memahamiku."

Sariel merasa berkecil hati karena jawaban tegas Kisaki.

"Maa-kun, karena sudah kujelaskan sampai ke titik ini, kau seharusnya sudah tahu kan? Apa jawabannya?"

"Itu adalah perusahaan yang dikenal dengan nama MgRonald...... juga dikenal sebagai sebuah merk."

Jawab Maou tanpa ragu, Kisaki juga mengangguk setuju.

"Aku adalah karyawan di MgRonald, aku bangga akan hal itu, hal-hal yang MgRonald izinkan untuk aku pelajari dan keuntungan yang mereka beri padaku, sama sekali tidak bisa diukur. Karena hal itu, meskipun aku benar-benar naik ke puncak MgRonald suatu hari nanti, aku hanya meniru jejak-jejak yang ditinggalkan oleh banyak orang di jalan ini sebelumnya. Dan beberapa hasil yang kuraih di restoran itu adalah karena, sejak awal, terdapat sistem yang dikenal sebagai MgRonald."

"Begitukah?"

Menghadapi jawaban singkat Emi, Kisaki tidak mengkonfirmasi ataupun menyangkalnya, dan hanya menunjukan sebuah senyum yang lebih dalam lagi.

"Kau.... Yusa-san kan? Ketika Yusa-san pulang ke rumah setelah selesai bekerja, apakah kau akan menggunakan lint roller untuk membersihkan bagian pundak bajumu?"

"Eh? T-tidak, aku tidak akan sampai segitunya..."

Emi secara refleks melihat ke arah pundaknya dan menjawab sambil menggelengkan kepala.

"Lalu saat kau mencuci tanganmu, apakah kau akan mencuci tanganmu sampai ke siku, dan menggunakan sikat untuk menyikat kukumu dan membersihkan kumannya?"

"A-aku hanya akan menggunakan sabun..."

"Iya kan? Normalnya, hanya menggunakan sabun untuk mencuci tangan saja sudah cukup. Bagaimanapun, sabun di Jepang sudah memiliki kualitas yang bagus."

Mengatakan hal tersebut, Kisaki perlahan membentangkan tangannya, dengan kulitnya yang cantik, tidak masalah bahkan jika dia menjadi model di bawah sinar matahari.

"Apa yang aku bicarakan tadi adalah cara tradisional yang MgRonald sebarkan ke berbagai cabang sepanjang tahun. Jika kebiasaan ini ditanamkan pada semua karyawan di luar MgRonald, hal itu tidak akan bisa berhasil dengan metode pembelajaran biasa. Dari hal ini, di restoran itu, aku tidak akan bisa meraih apapun sendiri."

Kisaki mengalihkan pandangannya dari ke toko kosong tersebut untuk pertama kalinya, dan berbalik menatap ke arah Maou dan yang lainnya.

"Tentu saja, ada banyak hal yang ingin kulakukan hanya bisa diraih di MgRonald. Sebelumnya, aku terbawa suasana dan memutuskan membuat kopi yang sesuai dengan selera pelanggan reguler, dan meskipun aku berhasil melewatinya, tapi itu benar-benar melelahkan. Dan kali ini, aku hampir terjebak di sebuah beranda toko yang aneh, hal ini membuatku mengerti betapa masih kurangnya kemampuanku. Sepertinya lain kali kalau aku ingin membicarakan tentang mimpi, aku akan menunggu terlebih dahulu."

"K-kau pernah melakukan itu sebelumnya?"

Tak dapat dipercaya, hari ini adalah hari di mana Kisaki mengatakan sesuatu yang membuat orang lain berkecil hati untuk pertama kalinya, dia benar-benar melakukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia super di lantai dua. Karena pembukaan baru terjadi belum lama ini, logikanya di sana ada banyak sekali pelanggan. Meskipun dia hanya menargetkan pelanggan reguler, pastinya di sana masih ada banyak orang, dan dia mengingat selera setiap orang, lalu membuat kopi berdasarkan hal itu....

"L-lalu kopi yang Kisaki-san buat untuk kami...."

"Ah, maafkan aku, kurasa itu juga cara yang licik. Karena aku, setidaknya juga ingin menaikkan martabatku sebagai seorang manajer."

Kisaki mengedipkan matanya seperti sedang membongkar sebuah 'lelucon'.

"Alasan untuk pembuatan kopi hari ini adalah traktiran. Membuat kalian meminumnya bukan hanya untuk lelucon, okay? Maa-kun menyukai kopi yang tidak terlalu panas dan memiliki rasa pahit yang kuat, dan untuk Chi-chan, adalah kopi dengan kombinasi banyak susu dan tanpa gula kan?"

Kalau mereka memenuhi target penjualan harian, Kisaki pasti akan mentraktir semua karyawan satu cangkir white gold roasted coffe, namun dia selalu terlihat membutuhkan waktu yang lama dan menggunakan cara yang lebih sederhana dalam membuat kopi MgRonald, hal itu dikarenakan dia harus mengumpulkan selera semua karyawan.

"".....""

Kali ini, Maou dan Chiho hanya bisa diam tanpa kata.

"Tapi meski begitu, jangan berpikir kalau kursus MgRonald Barista itu tidak ada gunanya, okay? Bisa membuatmu paham mengenai produk yang kau tangani, pasti akan membawamu ke dunia pengetahuan dan teknik yang baru. Tidak peduli apapun jenis mimpinya, semua itu hanya bisa diraih dengan mengumpulkan langkah-langkah kecil."

Setelah mengucapkan hal itu, Kisaki terus berbicara seolah mengejek kata-katanya sendiri.

"Aku saat ini menjalani hidup yang stabil di MgRonald. Selama aku bisa menjadikanmu karyawan teladan yang terus menerus membangun profit, aku mungkin bisa membuatnya besar suatu hari nanti. Bagaimanapun...."

Kisaki menggenggam tas yang tergantung di bahunya.

"Sebagai manusia, seseorang pasti selalu ingin mengambil satu langkah kecil untuk mereka sendiri.... mimpi ini akan selalu tertidur di dalam hati mereka. Ini bukan hanya hal kecil seperti menambahkan detail pada peta yang digambar orang lain, asalkan ada kesempatan, aku juga ingin mencoba menggambar keseluruhan peta baru sendiri."

Ucap Kisaki dengan lembut, dia menunjukan tatapan yang terlihat seperti seorang gadis biasa.

Manajer handal yang Maou dan Chiho hormati, saat ini sedang membicarakan mimpi masa depannya, yang bahkan tidak akan dikatakan oleh gadis seusia Chiho secara terus menerus.

Ingin menjadi ahli dalam berbagai bidang pelayanan, seorang barman. Itulah mimpi Kisaki.

Tanggung jawab yang tak terduga dari manajemen MdCafe di depan stasiun Hatagaya, memicu kehidupan baru dalam mimpinya.

Karena dia sangat cakap, Kisaki tidak akan puas dengan keadaannya saat ini dan pasti akan memimpikan masa depan yang ada jauh di sana. Karena karakteristik special ini, Kisaki memperoleh sebuah kualifikasi dan jalan hidup untuk bekerja demi mimpi masa depannya.

"Meski pandangan terhadap mimpi bisa berubah, tergantung kapasitas seseorang dan prioritas mereka, masih memungkinkan kok untuk menemukan mimpi yang baru. Bagaimanapun, entah semuanya bisa berjalan dengan lancar atau tidak adalah urusan yang berbeda."

Kisaki mengangkat bahunya dan menunjuk ke arah toko kosong di apartemen Sariel.

"Penampilan luar toko ini sebelumnya terlihat agak stylish kan?"

"Sepertinya.... begitu."

Jawab Sariel sambil mencari-cari dalam ingatannya, Kisaki juga mengangguk menanggapinya.

"Kurasa biaya sewanya terlalu murah untuk fasilitas seperti ini, sepertinya ada beberapa alasan yang tersembunyi."

Kata Kisaki dengan tidak senang, dari kata-katanya, selain mengamati toko tersebut, dia sepertinya sudah mengunjungi agen properti sebelumnya.

"Tapi kenapa? Karena toko ini dibuka di lantai dasar dari sebuah apartemen, para penghuni harusnya bisa berlangganan di tempat ini, apalagi tidak ada restoran pesaing di dekat sini.....jika mereka membuat penampilan luarnya sebanding dengan apartemen, tempat ini seharusnya bisa menarik pelanggan....."

Di saat seperti ini, Ashiya yang hanya diam saja dari tadi, membantah pertanyaan Maou,

".... Meski semuanya terlihat seperti itu jika disusun dengan baik, tapi kalau dipikir-pikir lagi, bukankah semua itu adalah poin lemahnya?"

"Kenapa kau berpikir seperti itu?"

Kisaki berbicara dengan sopan karena dia belum mengenal Ashiya dengan baik, Ashiya dengan ragu-ragu berbicara sambil melihat ke arah apartemen Sariel.

"Dari penampilannya, apartemen ini harusnya adalah apartemen yang masih baru. Tidak peduli seberapa dekatnya, tidak mungkin para penghuni di sini akan datang ke restoran yang sama setiap hari. Ketika mereka sudah bosan, para pelanggan tidak akan datang lagi. Apalagi, karena ini terletak di Hatagaya, rata-rata, biaya sewanya tidak akan semurah itu. Artinya biaya sewa di sini akan tercermin pada harga produk nantinya. Sebagai contoh, jika harga satu cangkir kopi adalah 500 yen, di saat seperti ini, menjualnya dengan harga segitu, selain kualitas produk, seharusnya ada nilai tambahan lainnya. Namun....."

Ashiya mengamati sekelilingnya dan melanjutkan,

"Meskipun kita sudah berdiri di sini dari tadi, tapi kita sama sekali tidak menghalangi pejalan kaki manapun. Karena tidak ada persimpangan jalan di depan, dan hanya ada dua jalur lurus, maka mobil yang melintas hanya akan fokus melintas saja, dan bahkan dengan volume lalu lintas yang padat, pengaruh positif pada jumlah pelanggan pun tidak akan bisa diharapkan. Selain itu, kalau mereka mau berkendara sedikit lebih jauh, mereka bisa sampai di jalanan administratif dengan banyak bisnis dan berbagai tipe toko yang berbeda-beda."

Kali ini, Ashiya mendongak melihat bagian hunian apartemen.

"Tempat ini lumayan jauh dari stasiun dan jalan pertokoan, dan juga tidak ada toko lain di dekat-dekat sini. Sisi baiknya, tidak ada pesaing di sini, tapi karena tidak ada toko lain, artinya orang-orang tidak punya alasan lain untuk datang ke tempat ini, hal ini akan mengarah pada tidak adanya pelanggan yang akan datang ke toko ini nantinya. Meskipun mereka berencana menargetkan penumpang komuter, tapi di dekat sini hanya ada satu area hunian, dan oleh sebab itu, hanya penghunilah yang akan menyadari toko ini, jangkauan pengumpulan pelanggannya terlalu kecil. Dan terakhir, ada toko serba ada yang buka di sebelahnya."

Kisaki mendengarkan penjelasan Ashiya dengan takjub.

"Di sekitar sini tidak ada banyak apartemen untuk keluarga, dan pada dasarnya hanya disewakan untuk para bujangan, tempat ini juga lumayan jauh dari area pemukiman dengan rumah berteras. Jika pilihan yang tersisa di dekat sini hanyalah cafe dan toko serba ada, maka sangat jelas mana yang akan dipilih oleh para bujangan yang tinggal di apartemen. Sudah jadi hal yang sangat umum kalau produk-produk seperti panduan keberuntungan tahunan atau Moonbucks dijual di toko serba ada. Mempertimbangkan gaya hidup dari seorang bujangan di apartemen, mereka biasanya tidak akan memiliki banyak tamu, meskipun mereka punya banyak tamu, kebanyakan aktifitas mereka pasti dilakukan di dalam rumah. Hanya berdasar pada poin ini, cafe pasti tidak akan bisa menang melawan toko serba ada di sebelah..... ya mungkin seperti itu."

Ashiya menganalisa semuanya dengan jangkauan yang hebat, tapi ketika dia menyadari kalau dia sedang berbicara dengan Kisaki, dia pun kembali merasa gugup menyuarakan pendapatnya.

Kisaki separuh menutup matanya dan meletakkan tangan di dagunya yang terbentuk rapi, setelah itu, dia tidak menoleh ke arah Ashiya, melainkan mengatakannya sambil melihat ke arah Maou,

"Kau memiliki ahli strategi yang brilian."

"A-aku merasa tersanjung."

Dipuji secara langsung, Ashiya membungkukan tubuh tingginya.

"Pendapatku sebenarnya sama, toko ini, hanya penampilan dan fasilitasnya saja yang bagus. Tapi sebagai toko makanan dan minuman, tempat ini tidak memiliki kondisi apapun untuk menarik pelanggan. Memikirkan karakteristik dari tempat ini, tempat ini paling cocok dipakai untuk salon rambut atau salon kecantikan. Mengetahui hal ini saja sudah menjadi hasil yang bagus."

Kata Kisaki sambil mengangguk dengan sebuah senyuman.

"Ah, maafkan aku menahan kalian semua dengan masalah yang membosankan ini. Aku akan pergi ke restoran nanti, apa kalian semua mau pulang sekarang?"

"Ah, ya, kami sudah menyelesaikan kegiatan kami di sini."

Setelah Maou menjawab dengan sebuah anggukan, Kisaki menoleh ke arah Emi dan yang lainnya.

"Begitukah? Aku minta maaf membuat Yusa-san dan yang lainnya membicarakan soal mimpi ini denganku. Untuk menunjukan balas budiku, aku akan mentraktir kalian semua Cafe au lait special MdCafe. Jika kalian berada di daerah ini, silakan kunjungi restoran kami."

Setelah mengatakan hal itu, Kisaki bersiap-siap pergi.

"....Ah...."

Akan tetapi, sebuah suara yang lemah terdengar dari belakangnya.

Kisaki dengan jelas bisa mendengar suara yang hampir dikalahkan oleh suara high heels-nya tersebut.

"... Aku penasaran kenapa kau terlihat sangat tidak bersemangat belakangan ini, nampaknya alasannya bukan karena melemahnya bisnis restoranmu kan?"

Kisaki tidak berbalik, tapi kalimatnya....

"Ti-tidak.... uh.... erhm...."

... tepat tertuju pada Sariel si pemilik suara lemah tersebut. Sariel mungkin tahu, meskipun dia memberitahu alasannya yang sebenarnya, Kisaki mungkin malah hanya akan semakin kecewa padanya, dia mulai tergagap, tapi tentu saja, hal itu tidak terlewat dari perhatian Kisaki.

"Dari apa yang kudengar, sepertinya karena aku melarangmu memasuki MgRonald."

"Ugh!"

Bahkan Emi dan Suzuno yang tidak memiliki hubungan langsung dengan MgRonald atau Sentucky pun, bisa mengerti situasinya dari potongan informasi yang berasal dari Chiho. Itu artinya Kisaki sudah tahu hal ini dari awal.

"Aku tidak pernah menyangka kalau kondisi mentalmu itu sama seperti orang normal. Aku awalnya berpikir, jika itu kau, kau pasti akan datang ke sini di hari berikutnya seperti biasa sambil membawa mawar merah dan melakukan serangan kejutan."

"Ji-jika aku melakukannya sejauh itu, bukankah itu artinya aku menjadi seorang penguntit...."

Sariel menginjak ladang ranjau dengan gelisah, dan Kisaki mengangkat bahunya, mengatakan,

"Jika aku tidak memiliki kapasitas untuk menertawakannya, semua yang kau lakukan sampai sekarang sudah bisa dianggap sebagai penguntit. Meskipun aku tidak tahu di mana kau mengetahui usiaku, tapi di zaman seperti ini, memberikan mawar merah yang sebanding dengan usia seseorang itu sudah bisa dianggap sebagai pelecehan seksual."

"K-kau pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya?"

"Itu terlalu berlebihan, siapa sih yang akan berperilaku seperti itu?"

"Uwah, memalukan sekali. Karena ada orang-orang seperti kau, itulah kenapa peringkat kita terus menurun."

Menghadapi celaan Chiho, Maou, dan Urushihara, Sariel hanya bisa terus terdiam.

"Sampai saat ini, aku masih percaya bahwa melarangmu memasuki MgRonald adalah keputusan yang tepat. Ini adalah kesalahanmu karena memiliki sikap yang aneh saat melihat wanita, tapi....."

Kisaki memperlihatkan wajah dingin, dan sedikit berbalik untuk menatap Sariel.

"Selama ini, rasanya aku sudah menggunakan perasaan kagummu itu untuk meremehkan Sentucky, dan itu membuatku merasa tidak enak. Jika seorang pesaing bisnis tidak bisa dikalahkan dengan menggunakan bisnis, itu akan sangat memalukan bagi seorang barman."

"... L-lalu..."

Kisaki menghela napas dengan kuat, dia kemudian memunggungi Sariel sekali lagi, dan mengatakan,

"Daripada melihatmu dikencingi oleh anjing dengan tampang menyedihkan di wajahmu, akan lebih baik kalau kau membuat masalah di restoranku, setidaknya itu akan jadi lebih hidup. Mulai besok dan seterusnya kau bisa datang ke MgRonald kalau kau mau."

Saat ini, perubahan pada ekspresi Sariel sangat sulit untuk dijelaskan.

Semuanya kini seperti melihat suasana hati Sariel, itu terlihat seperti kegembiraan dari seekor anak penguin yang baru membuka matanya saat disinari oleh cahaya matahari yang bersinar melewati awan usai menghadapi musim dingin yang keras di Arktik.

"Tapi!!!"

Kisaki tidak lupa memperingatkan Sariel dengan tegas.

"Jangan pernah mengirim mawar lagi! Jika ingin melakukan penanaman di restoran, surat permohonan harus dibuat kepada otoritas yang bertugas. Hal ini seharusnya sama saja di pihakmu, harus membuat permohonan setiap saat itu sangat merepotkan. Dan aku tidak akan mengatakannya lagi, kalau kau berani menyebabkan masalah untuk pegawai atau pelanggan restoranku, di saat itu juga, aku pasti akan memblokirmu dari MgRonald demi kebaikan. Kalau sudah begitu, bahkan jika aku harus mengambil tindakan legal, aku tidak akan ragu untuk melakukannya."

Mengatakan semua itu sekaligus, Kisaki berjalan menuju Hatagaya di malam hari dengan cepat, tanpa menunggu jawaban Sariel.

".... A-apakah ini yang dimaksud dengan semuanya sudah beres kalau ada hasilnya?"

"Mu-mungkin."

Tak disangka bisa menyelesaikan satu masalah dengan cara yang mengejutkan, benar-benar membuat Emi dan Maou kaget.

"Hmmm.....? Sa-Sariel-sama?"

"Sariel-sa, Sariel-san, kendalikan dirimu!! Di-dia terbang!"

Senyum yang menyerupai sebuah pot terlihat di wajah Sariel saat dia menyaksikan Kisaki pergi, mungkin karena kebahagiaan yang begitu besar di hatinya, tubuh Sariel mulai bersinar tanpa sadar, dan mulai melayang ke atas.

Untungnya, tidak ada banyak pejalan kaki di sekitar sini, sepertinya butuh waktu yang cukup lama sebelum Sariel memulihkan kembali kesadarannya dan memperbaiki kondisinya yang saat ini sedang melayang, baik pikiran maupun tubuhnya.

---End of Part 2---






Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
0 Komentar