Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Chapter 3 (Part 3) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan Melangkah Menuju Mimpi Yang Baru -3




Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan Melangkah Menuju Mimpi Yang Baru.

Sabtu akhir pekan.

Hari diselenggarakannya kursus MgRonald Barista, hari yang begitu cerah, sampai-sampai terasa menjengkelkan.

Beberapa hari setelah Kisaki mengizinkan Sariel bebas mengunjungi MgRonald, di mata Maou, setidaknya teknik Chiho masih belum meningkat secara signifikan.

Meski Maou dan Emi tidak menghadiri semua sesi latihannya, dari laporan Ashiya dan Suzuno, setidaknya begitulah yang terjadi.

Semenjak malam itu, Farfarello dan Iron masih belum muncul lagi, dan situasi saat ini terlihat seperti pertarungan jangka panjang.

Jam 9 pagi, matahari yang belum terbit sepenuhnya sedang memancarkan sinar terakhirnya di musim panas, membuat Maou yang berencana menemui Chiho di depan stasiun Sasazuka menjadi tidak peduli dengan suhunya. Dia saat ini sedang menunggu Chiho yang anehnya nampak begitu bersemangat menyambut kursus hari ini.

Meskipun sekarang adalah liburan musim panas, para siswa yang rajin masih saja tetap sibuk. Selain mengurusi aktifitas klub sekolah dan bekerja, mereka juga masih menghabiskan waktu mereka untuk berlatih.

Meski menyelesaikan semua tugasnya di pertengahan Juli sangat sesuai dengan gaya Chiho, Maou tetap merasa bersalah karena melibatkan Chiho dalam situasi yang jauh dari kenormalan, dan akhirnya Maou memutuskan untuk memberinya hadiah atas apa yang dia lakukan setelah berakhirnya kursus ini.

Kali ini, HP di saku Maou tiba-tiba mulai bergetar.

"Ada apa? Jarang sekali, jangan-jangan dia telat?"

Untuk berpartisipasi dalam kursus, di situasi yang sangat langka, Maou membeli tas yang penuh dengan catatan. Ketika Maou mengeluarkan HPnya dari dalam tas dan berniat menjawab telepon tersebut....

"(Maou-san, aku ada di belakangmu.)"

"Uwaah??"

Maou melompat karena sebuah suara tiba-tiba terdenfar dalam kepalanya.

"Ah, ma-maaf, membuatmu terkejut."

Chiho yang mengenakan gaun one piece berwarna biru kehijauan dan membawa tas bahu besar, berdiri di belakang Maou dengan posisi seperti berbicara melalui telepon.

"Apa kau baik-baik saja? Aku hanya ingin sedikit mengejutkanmu.... maaf."

Meski sudah menyadari kalau itu adalah Chiho, detak jantung Maou masih belum menurun, sementara Chiho menundukan kepalanya meminta maaf.

"Ti-tidak, aku baik-baik saja, meski aku baik-baik saja, tapi apa-apaan itu tadi?"

Maou mengedipkan matanya saat menyadari kalau tangan Chiho tidak memegang HP.

"Yeah, itu tadi Idea Link."

"K-kau sudah berhasil mempelajarinya?"

Napas yang tersengal-sengal ataupun kelelahan akibat mengaktifkan sihir suci, sama sekali tidak terasa dari Chiho. Dan suara yang membuat Maou terkejut, tepat dikirimkan langsung ke otaknya.

"Belum sepenuhnya. Kupikir HP Maou-san sedikit berbunyi tadi?"

"Yeah, HPku memang berbunyi."

Maou memandangi HPnya yang masih terbuka dan menelusuri riwayat panggilan.

"Nomor dirahasiakan? Seingatku aku sudah mengatur untuk menolak panggilan dengan nomor dirahasiakan...."

Maou yang bermaksud mencari riwayat panggilan Chiho, rupanya tidak berhasil menemukannya, dia malah menemukan kata 'Nomor dirahasiakan' di riwayat panggilan.

"Dengan kemampuanku sendiri, aku tidak akan bisa merapal mantra tanpa penguat. Meski aku tidak harus menahan sesuatu, jika orang lain tidak memiliki HP, mereka tidak akan bisa mengirimkan pesan balik kepadaku."

"Bagi kami yang bisa menggunakan mantra dengan normal, caramu itu benar-benar sulit..."

"Suzuno-san dan Sariel-san juga berkata begitu."

Kata Chiho dengan senyum kecut.

"Itu seperti menggunakan sihir suci untuk menelepon kan? Bukankah ini sama seperti menelepon tanpa biaya?"

"Aku sama sekali tidak paham dengan konsep menghubungi otak orang lain secara langsung. Tapi karena aku tahu kalau aku bisa berkomunikasi selama aku mengirimkan sebuah nomor dan frekuensi ke HP, makanya aku mencoba menghafal nomor HP Suzuno-san.... dan kemudian aku berhasil."

"Kau berhasil ya."

Ucap Chiho dengan santai, bahkan Emi yang sering menggunakan HPnya untuk berkomunikasi melalui Idea Link dengan Emeralda, sama sekali tidak terpikir untuk menggunakannya seperti itu.

Pada dasarnya, sesuatu seperti penguat harusnya ditempatkan di dekat tangan perapalnya. Tidak membutuhkan penguat dan memilih menggunakan penguat milik orang lain, apa-apaan itu?

".... Meski aku ingin menirumu, tapi batas sihir iblis milik kami benar-benar sangat rendah."

Sampai sekarang, Maou masih tidak tahu bagaimana Emi dan Suzuno mengisi sihir suci mereka.

Meskipun Urushihara kebetulan mengetahuinya....

"Meski kau tahu, kita tetap tidak bisa berbuat apa-apa."

Dia hanya mengatakan hal itu dan tidak memberitahu Maou kebenarannya.

Karena Chiho, Emi dan yang lainnya menggunakan cara yang sama untuk mengisi kembali sihir sucinya, maka Chiho mungkin telah melihatnya entah di mana hari ini.

"Po-pokoknya, Chi-chan bisa meminta bantuan kami saja sudah menjadi hal yang sangat bagus. Ngomong-ngomong, berapa jangkauan Idea Linkmu?"

"Dari latihan kemarin, aku bisa melakukannya dalam radius 100 meter."

"Radius 100 meter ya. Meskipun bisa dianggap bagus untuk seorang pemula, tapi aku tidak yakin apakah itu termasuk luas atau sempit, bagaimanapun, barrier Iron bisa memutus sinyal HP. Sinyal itu sendiri tidak akan terlalu terpengaruh oleh kondisi gelombang elektronik, jadi lebih baik untuk tidak terlalu memikirkan jarak maksimalnya."

Maou mengatakannya dengan ekspresi agak tegas,

"Huuh, bagaimanapun, kita akan terus bersama sepanjang hari ini, jadi tidak perlu cemas."

"... Ugh."

Maou dengan santainya mengatakan 'bersama sepanjang hari', membuat Chiho sedikit menahan napasnya.

"Su-sudah lama ya. Be-bersama dengan Maou-san untuk waktu yang cukup lama, hanya ada kita berdua...."

Kata Chiho dengan serius, membuat Maou sedikit merasa terkenang.

"Ah... benar juga, insiden di stasiun bawah tanah Shinjuku.... rupanya sudah lewat 3 bulan semenjak hari itu ya, itu agak sulit dipercaya."

Percakapan di antara mereka berakhir begitu saja.

"........Huft."

Meski bisa memahaminya, Chiho tetap saja menghela napas.

"Kalau begitu, ayo kita berangkat."

Mengatakan hal tersebut, Maou mengeluarkan tiket yang dia beli dan berjalan menuju pengecekan tiket.

".... Baiklah. Ah, tunggu dulu, aku belum membeli tiket."

Chiho yang cemberut dengan sedikit penyesalan, berjalan dengan panik menuju mesin tiket, dan setelah membeli tiket untuk satu pemberhentian, mereka berdua berjalan melewati tempat pengecekan tiket.

Di belakang sebuah tiang, tiga pasang mata mengawasi Raja Iblis dan gadis SMA tersebut.

"Kenapa aku harus melakukan sesuatu seperti mengendap-endap mengikuti kencan orang lain?"

"Mau bagaimana lagi. Meskipun Chiho-dono sudah mempelajari Idea Link, tapi Raja Iblis masih tidak memiliki kekuatan bertarung sama sekali."

"Demi keselamatan karyawan dewiku, aku sudah siap mengorbankan segalanya."

"Sikapmu berubah terlalu cepat. Jangan bilang kau bolos bekerja hari ini?"

"Kau bisa bicara apapun semaumu. Dewiku sudah mengatakannya sebelumnya kan? Tidak peduli berapapun usia seseorang, mereka harus terus maju demi mimpi yang baru! Tentu saja, agar tidak terlihat buruk di mata dewiku, aku tidak akan bolos kerja! Jadi aku sudah mengajukan permohonan cuti!"

Pemilik ketiga pasang mata itu adalah Emi, Suzuno, dan Sariel.

Tentu saja, mereka sudah memutuskan sejak awal untuk membuntuti Maou dan Chiho guna memastikan keselamatan mereka. Tak disangka, Sariel terlihat sangat peduli dengan keselamatan Chiho.

Emi dan yang lainnya berpikiran, mungkin setelah Sariel mendapatkan maaf dari Kisaki, dia tidak akan menepati janjinya untuk melatih Chiho, tapi ternyata dia malah menjadi lebih termotivasi dibandingkan sebelumnya.

Sikap Sariel kepada Maou dan Emi saat ini juga sangat ramah, sampai-sampai terasa menjijikkan, dan sebelum Chiho berhasil mempelajari bagaimana mengaktifkan sihir suci menggunakan penguat dengan stabil, biaya sewa tempat latihan Chiho semuanya dibayar oleh Sariel.

Bahkan hari ini, ketika Sariel tahu kalau Maou mengikuti kursus MgRonald bersama dengan Chiho, meskipun tidak ada yang memintanya, dia sudah bersiap-siap sejak pagi seperti sekarang ini.

"Huuh, baiklah, selama kau tidak menghalangi kami.... ayo kita pergi, hati-hatilah jangan sampai kehilangan mereka."

Ketiga orang itu mengejar Maou dan Chiho melewati tempat pengecekan tiket dan berbicara pelan sambil melirik ke arah Maou dan Chiho yang menunggu di depan peron, mereka sedang menunggu kereta yang menuju ke arah Shinjuku.

"Mengatakan 'tidak peduli berapapun usia seseorang'.... itu artinya kalian semua adalah 'manusia' kan?"

Untuk memastikan kebenaran di balik informasi yang diberikan oleh Gabriel, Emi mengambil kesempatan ini untuk bertanya pada Sariel secara langsung. Dulu, mustahil bagi Sariel untuk bersikap ramah kepada Emi meski terjadi keajaiban, tapi tak disangka, situasi seperti sekarang ini datang karena adanya manajer MgRonald, nampaknya kenyataan itu memang lebih aneh dibandingkan novel.

"Apakah Gabriel membocorkan beberapa hal?"

Sariel memastikan hal ini tanpa ragu. Tidak hanya itu, dia bahkan menyimpulkan kalau Emi berpikir seperti itu karena Gabriel.

"Jadi kalian semua benar-benar....."

"Yeah, benar sekali. Setidaknya aku tidak berpikir kalau aku ini adalah eksistensi yang tidak normal. Meskipun kami adalah malaikat, tapi kami hanyalah manusia dengan kemampuan yang melebihi manusia normal dari Ente Isla, baik itu dalam segi usia, intelegensi, kekuatan fisik, kapasitas sihir suci, penampilan, dan kemampuan memimpin."

"Ahh... suara retak dari imanku bisa terdengar...."

Suzuno mengerang di belakang mereka berdua.

"Meskipun caramu mengatakannya sangat menjengkelkan..... tapi izinkan aku bertanya padamu."

"Apa? Wanita yang kucintai? Tentu saja dewiku."

"Aku tahu. Tapi bukankah dia sudah memintamu untuk tidak memanggilnya seperti itu lagi? Hal ini bisa membuat orang bosan, berhentilah bersikap bodoh!"

Emi menggunakan sebuah handuk untuk menyeka keringat yang di dahinya dan bertanya,

"Seperti apa struktur sosial di Surga?"

"Itu sungguh pertanyaan yang kurang ajar. Jika aku harus menjelaskannya, itu akan memakan waktu yang cukup bagi kita untuk naik kereta menuju stasiun Keio-Hachiji dan kembali."

Sariel memiringkan kepalanya dan menyebutkan nama stasiun yang berada di arah yang berlawanan dengan Shinjuku. Tapi sangat sulit untuk menilai apakah itu termasuk jauh atau dekat.

"Kalau begitu.... beritahu aku mengenai Tentara Surga."

"Hm?"

Suzuno membantu Emi bertanya dengan suara pelan.

"Senjata yang mereka gunakan dibuat dengan sangat kasar, senjata itu tidak bisa dibandingkan dengan sabit raksasa Sariel-sama ataupun Durandal milik Gabriel. Tentara Surga yang tidak dengan tegas diklasifikasikan sebagai malaikat agung ataupun malaikat, sebenarnya mereka itu apa?"

Dalam pertarungan Suzuno di Docodemo Tower, dia berhasil menghancurkan senjata milik Tentara Surga, dan pecahannya masih ada di kamar Suzuno.

Senjata milik Tentara Surga dibuat dengan kasar, jelas sekali kalau itu terbuat dari logam yang sangat lemah, bahkan Suzuno bisa menghancurkan mereka hanya dengan satu tendangan. Mereka benar-benar tidak mirip dengan senjata yang digunakan oleh mereka yang menyebut dirinya malaikat.

"Ah, itu karena anggota Tentara Surga dulunya adalah manusia biasa dari Ente Isla. Jadi itu mungkin dibuat oleh mereka sendiri, atau mereka sudah membawanya dari awal, kurasa?"

"Hah??"

Menanggapi jawaban yang tak terduga ini, Emi terkesiap kaget.

"Anggota Tentara Surga adalah manusia dari Ente Isla?"

"Benar sekali."

Jawaban terus terang Sariel membuat Emi dan Suzuno merasa begitu terkejut.

"Di dalam Kitab Suci ataupun mitos, harusnya ada banyak kasus di mana manusia dipanggil oleh malaikat kan? Kebanyakan dari cerita itu adalah nyata, kau tahu?"

"T-tapi di antara penyelidik yang terkenal di Gereja, meski ada beberapa orang yang dibesarkan untuk menjadi Saints oleh gereja, tidak ada satupun yang pernah di panggil oleh Surga...."

Saat ini, kereta yang menuju Shinjuku telah masuk ke dalam stasiun, mereka bertiga kemudian mengganti tempat pembicaraan mereka menuju ke bagian kereta yang memiliki pendingin udara.

"Kami juga punya hak untuk memilih. Memangnya apa gunanya para orang tua yang terus menerus terlibat perebutan kekuasaan, mendapatkan pengetahuan yang tidak perlu, dan hanya peduli dengan menaikkan reputasi mereka? Membiarkan orang-orang seperti itu bergabung hanya akan menyebabkan kerugian, jadi kami selalu memilih warga biasa...."

"Warga biasa.....?"

"Seperti yatim piatu korban perang, ataupun budak yang dianiaya, mereka yang terpilih dari orang-orang ini adalah Tentara Surga. Mereka menjalankan berbagai urusan untuk Surga, dan itu adalah bakat yang penting dan sangat sesuai. Orang-orang ini sebenarnya sangat setia, dan mereka sudah dibebaskan dari neraka oleh pihak Surga, jadi mereka tidak mungkin akan mengkhianati kami, jika kalian ingin naik ke Surga, memiliki hidup yang mementingkan duniawi, malah akan membuatmu memiliki kesempatan yang lebih tinggi."

Penjelasan Sariel sangatlah jelas dan bahkan menyangkal semua yang sudah diajarkan oleh Gereja.

"Tentu saja ini bukan seperti kami tidak membutuhkan Gereja. Bagaimanapun, ketika menanamkan kepercayaan pada orang-orang, tidak ada organisasi lain yang lebih baik dibanding Gereja."

Meski Suzuno bisa membedakan fungsi keagamaan dan fungsi politik dari Gereja secara rasional, dia tetap tidak bisa melakukan apa-apa selain merasa gelisah ketika mendengar kata-kata tersebut.

"Dan tidak hanya itu saja, bakat apapun yang bisa berguna bagi Surga tetap akan dipanggil meskipun mereka memiliki beberapa masalah, meski tidak ada banyak contoh, tapi tujuan Olba Meyers seharusnya adalah ini."

"Jangan bodoh, apa yang Olba lakukan adalah membantu tirani menyiksa korbannya, dan membawa bencana baru di Ente Isla. Jika orang seperti itu diakui dan dipanggil oleh Surga, sepertinya Surga memang perlu dihancurkan."

Melihat wajah dingin Emi, Sariel mengangkat bahunya dan menjawab,

"Serius, kau benar-benar menakutkan...."

Kereta yang berjalan melintasi jembatan meninggalkan Sasazuka, akhirnya perlahan memasuki jalur bawah tanah. Ketika kereta tersebut memasuki terowongan, Shinjuku pun tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

"Tapi... Di antara Generasi Pertama seperti Gabriel, dan Generasi Kedua seperti Raguel dan aku, terdapat jarak yang begitu besar dalam hal jumlah informasi. Aku juga merasa tidak senang dengan para Generasi Pertama yang tidak bersedia membagi informasinya."

"Apa maksudmu dengan Generasi Pertama dan Generasi Kedua?"

"Eh? Kalian berdua tidak menyadarinya? Malaikat yang muncul di depan kalian sampai sekarang, harusnya ada dua jenis kan?"

".... Ah!"

Suzuno menepukkan tangannya sekali seolah menyadari sesuatu, dan menatap mata Sariel yang berdiri di sampingnya.

"Malaikat yang bermata ungu dan malaikat yang bermata merah..."

"Tepat sekali. Mata merah adalah Generasi Pertama, mata Ungu adalah Generasi Kedua. Selain orang-orang dari Tentara Surga, para malaikat kebanyakan dikelompokan ke dalam dua jenis ini."

"Dengan kata lain, Lucifer adalah Generasi Kedua? Tapi kok statusnya sama dengan Gabriel?"

"Hm... Soal Lucifer, sebenarnya aku tidak tahu banyak tentang dia. Sepertinya sikapnya sudah buruk sejak awal."

Kata Sariel sambil menggelengkan kepalanya.

"Semenjak aku tersadar, Lucifer sudah tidak ada di Surga. Tapi di antara para Generasi Kedua, aku bisa dianggap sebagai veteran, jadi aku tidak yakin apa yang terjadi dengan Generasi Kedua sebelum itu."

"Lalu secara umum, apa perbedaan antara Generasi Pertama dan Generasi Kedua? Apakah Generasi Pertama itu memiliki orang tua?"

Sariel mengangguk menjawab pertanyaan Suzuno.

"Yeah, sepertinya memang perlu dijelaskan. Berbicara tentang batas antara Generasi Pertama dan Generasi Kedua...."

Kali ini, kereta melewati titik pergantian di jalur bawah tanah Shinjuku, menyebabkan kereta tersebut berguncang sekali.

"Kita sampai."

Meskipun mereka penasaran dengan apa yang akan dikatakan Sariel selanjutnya, mereka juga tidak boleh kehilangan Maou dan Chiho.

Ketiga orang itu bergerak menuju pintu gerbong kereta yang tidak terdapat banyak orang.

Di saat itu, entah Emi ataupun Suzuno, mereka tidak tahu bagaimana harus mengartikan kebenaran yang Sariel katakan bersamaan dengan pengumuman yang ada di stasiun Shinjuku.

"Mereka yang terlahir sebelum 'Bencana Raja Iblis Satan yang Agung' adalah Generasi Pertama, sesudahnya adalah para Generasi Kedua. Setidaknya itulah apa yang aku dengar."


Di dalam sebuah ruang pertemuan, 10 mesin kopi baru sudah disediakan.

Termasuk Maou dan Chiho, ada sekitar 100 karyawan yang berkumpul di Gedung utama MgRonald di arah Shinjuku-Nishiguchi, mereka berniat mengikuti kursus MgRonald Barista ini.

Maou tidak pernah menyangka kalau selain dirinya, ada begitu banyak karyawan yang berkumpul di sini untuk memoles skill MdCafe mereka, hal ini membuat Maou merasa sedikit tersentuh.

"Terima kasih kalian sudah bersedia meluangkan waktu kalian yang sibuk untuk ambil bagian dalam kursus MgRonald Barista ini. Adapun kursusnya, tolong pastikan kalau nomor yang ada di form pengajuan dan yang ada di meja kalian itu sama. Lalu periksa apakah bahan-bahan yang sudah didistribusikan tidak kekurangan suatu apapun...."

Ada seorang karyawan dari Departemen Manajemen Produk MgRonald, sebagai pembawa acara, dia sedang mengingatkan semua peserta untuk memeriksa barang-barang yang dibutuhkan dalam kursus kali ini.

"Pertama, silakan tonton DVD berdurasi 20 menit yang akan memperkenalkan berbagai operasi di MdCafe ini. Setelah itu, kami harap kursusnya bisa segera dimulai."

Ruang pertemuan pun mulai menjadi gelap, dan video yang diedit untuk menjadi bahan pengajaran, mulai terlihat di layar besar yang ada di tengah-tengah venue.

"Menggunakan cara yang biasa memang tidak terlalu buruk, dan ini juga mudah dipahami."

Maou menyaksikan video tersebut dengan seksama dan menyalin catatannya, sambil memikirkan perbedaan pengeditan antara film edukasi dan acara TV.

"..... Apa ini?"

Namun, seseorang tiba-tiba berbicara dengannya dari arah samping, membuat Maou menoleh ngeri.

Ketika Maou tersadar, rupanya dialah satu-satunya orang yang masih tersisa di dalam ruang pertemuan tersebut. Chiho yang duduk lumayan jauh darinya karena urutan nomor pendaftaran, juga sudah menghilang. Entah sejak kapan, Iron yang mengenakan armor sudah duduk di sebelahnya.

".... Farfarello tidak ada di sini. Meski dia mengawasi di sekitar sini, tapi akulah satu-satunya orang yang ada di ruangan ini."

Seolah ingin menenangkan Maou yang panik, Iron menjelaskan hal tersebut dengan wajah tanpa ekspresi.

"D-dia berkeliaran entah di mana di dalam barrier ini?"

"Dia memintaku untuk mencari kesempatan menculikmu, tapi ada terlalu banyak orang di sini, jadi tidak ada kesempatan sedikitpun."


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Chapter 3 Translate Bahasa Indonesia


Anak itu berbicara dengan jujur dan santai.

Bahkan sampai sekarang, layar masih memutar video edukasi yang sebelumnya.

Situasi yang tidak nyata ini, membuat Maou ingin tertawa terbahak-bahak.

"Farfarello juga memintaku untuk memastikan bahwa kau benar-benar membuat persiapan untuk menaklukan dunia. Jadi video apa ini? Apakah ini ada hubungannya dengan menaklukan dunia?"

Seorang karyawan MgRonald luar negeri saat ini tampil di layar, dan dia sedang membuat menu MdCafe menggunakan alat yang lebih besar dibandingkan dengan yang ada di restoran di depan stasiun Hatagaya.

Sebenarnya, MdCafe muncul pertama kali di Australia, dan tersebar ke perusahaan pusatnya di Amerika. Adapun di Jepang, mereka baru mencoba menggabungkan tipe operasi tersebut akhir-akhir ini.

Seorang pria Anglo-Saxon yang berbadan kekar, yang mana sulit dibayangkan kalau dia adalah seorang karyawan di MgRonald, saat ini sedang menggunakan gelembung susu dari Cafe au Lait untuk menciptakan bentuk hati dan daun, gambar itu sangat menarik dan layak untuk diberi penghormatan.

(T/N : Anglo-Saxon, sejenis ras, cari aja di google :3)

"Tentu saja ada hubungannya. Semua yang kulakukan saat ini itu penting dalam penaklukan dunia."

"Oh begitu."

".... Kau benar-benar orang yang jujur."

Jawaban Iron yang penuh dengan rasa hormat, membuat Maou kesulitan untuk terbiasa dengan situasi sekarang.

"Farfarello bilang kalau menggunakan senjata untuk menaklukan dunia adalah cara yang tepat. Jangan-jangan video ini mengajarkan orang-orang bagaimana cara membuat bahan untuk meningkatkan kekuatan senjata?"

Selain itu, Iron juga nampak lebih banyak bicara daripada yang Maou bayangkan. Sepertinya Farfarello benar-benar tidak ada di dekat sini.

"Hm mengenai hal itu, sederhananya, mungkin memang bisa dijelaskan demikian. Apa kau tahu apa itu perusahaan? Perusahaan itu menghubungkam berbagai macam hal, dan mengikat mereka dengan erat. Kalau secangkir kopi yang enak bisa dibuat, hal itu bisa meningkatkan produktivitas dan menaikkan moral. Jadi, hal ini tidak bisa dianggap tidak ada kaitannya dengan membuat senjata yang berkualitas bagus."

"Perusahaan ya... Aku tidak tahu banyak mengenai hal itu."

Iron terlihat sangat bingung.

"Aku juga tidak tahu banyak, itulah kenapa aku belajar di sini."

"Belajar?"

Iron balik bertanya dengan bingung. Sepertinya, meskipun anak ini tahu apa itu menaklukan dunia, dia malah tidak tahu makna dari 'belajar'. Maou benar-benar ingin menjelaskannya....

".... Karena terlalu sederhana, hal ini malah menjadi semakin sulit untuk dijelaskan."

Setelah sedikit menggunam, Maou menyadari kalau videonya saat ini sedang menampilkan pemandangan kebun kopi di Amerika Selatan yang belum pernah terlihat sebelumnya.

"Ah benar. Belajar adalah cara untuk mengetahui apa yang tidak diketahui seseorang di masa lalu."

"Jadi saat ini kau sedang mempelajari.... sesuatu yang disebut perusahaan itu? Apakah itu ada hubungannya dengan menaklukan dunia?"

Meski dia terlihat belum mengerti dengan baik, seperti Alas Ramus, Iron tetap mencoba menggunakan kata yang baru dia pelajari untuk menanyakan sebuah pertanyaan.

"Benar sekali. Pasukan Iblis kami tidak mengerti bagaimana cara sebuah negara mengatur para penduduknya. Untuk mempelajari hal ini, aku menetap di negara ini untuk mempersiapkan penaklukan dunia. Dan sekarang ini adalah satu satu bagian dari langkah-langkah tersebut."

Kali ini, layar menampilkan visi kerja sama MgRonald Jepang untuk MdCafe di masa yang akan datang.

"Semua ini adalah demi langkahku yang selanjutnya.... Mimpi menaklukan dunia dengan cara yang baru."

"Mimpi, baru?"

Iron perlahan mengulangi kata tersebut, seolah sedang memikirkan makna di balik kata-kata Maou.

"Sepertinya itu sangat menarik."

Setelah mengatakan hal itu, Iron tiba-tiba menghilang di hadapan Maou.

Di depan Maou, pemandangan kembali menjadi sekumpulan besar murid yang menyaksikan layar dan mengikuti kursus.

Maou sedikit mengamati Chiho, sepertinya dia tidak menyadari situasi aneh yang terjadi barusan, dan Chiho sendiri juga tidak menunjukan tanda-tanda dikirim ke dalam barrier Iron.

"H-hey!"

"Hm, ada apa?"

Maou menoleh karena seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya dari belakang. Dia melihat seorang karyawan pria dari cabang lain yang duduk di belakangnya, dia melihat ke arah Maou dengan wajah pucat.

"A-apa kau sudah duduk di sini dari tadi?"

Ah, tidak heran, meskipun Chiho tidak menyadarinya, tapi bagi orang yang duduk di belakangnya selama ini, Maou yang terperangkap di dalam barrier Iron, mungkin terlihat seperti menghilang layaknya roh dan tiba-tiba muncul kembali.

Setelah memikirkannya sesaat, Maou menjawab dengan pelan.

"Ah, soal itu, aku tadi menjatuhkan pulpenku, jadi aku mencarinya."

".... Ah, be-begitu ya, itu masuk akal. Yeah, maaf tiba-tiba menanyakan pertanyaan aneh seperti itu."

Meski karyawan pria itu terlihat sedikit tidak percaya, tapi dia tidak terus bertanya mengenai masalah itu.

"Huuh, meski aku dicurigai, paling banyak ya mungkin seperti ini."

Maou menggumam dengan suara yang tidak bisa terdengar oleh orang lain, kemudian dia memfokuskan perhatiannya pada DVD.


"Ah! Apa itu mereka?"

"Akhirnya selesai juga, aku mulai kehilangan kesabaran tadi."

"Pergi keluar lagi ya... Huuuh."

Pahlawan, Penyelidik, dan Malaikat Agung, ketiga orang ini pergi ke Moonbucks yang ada di dekat gedung utama MgRonald dan memulai sesi minun teh selama tiga jam, mereka bertiga menunggu Maou dan Chiho. Pada saat di mana matahari bersinar paling terik, sekumpulan orang dalan jumlah besar tiba-tiba berjalan keluar dari gedung utama MgRonald.

Dilihat dari bagaimana mereka semua memakai pakaian biasa, bisa dipastikan kalau mereka bukanlah karyawan di sini, melainkan pekerja yang mengikuti kursus tersebut.

"Di mana Raja Iblis dan Chiho-dono?"

"Sulit melihat mereka dari sini...."

Karena ada segerombolan orang yang berjumlah hampir mendekati 100 orang, tentu saja tidak mudah untuk menemukan Maou dan Chiho.

Ketika segerombolan orang-orang itu terpecah menjadi grup yang lebih kecil dan pergi....

"Itu dia kan?"

Sariel menyadari ada seorang pria yang berdiri di depan beranda sendirian. Orang itu terlihat seperti Maou, dia bolak balik menoleh ke sekelilingnya, sambil memegang HP di telinganya.

Melihat hal ini, Emi dan Suzuno menjadi sedikit panik.

Ekspresi Maou tidak terlihat seperti sedang mencari teman yang tersesat.

Tidak mungkin.....

"Raja Iblis!!"

Emi memantapkan pikirannya dan berlari menuju ke samping Maou yang sedang panik.

"Ah, E-Emi!!"

Meski Maou terlihat kaget dengan kemunculan Emi yang tiba-tiba, dia tetap bertanya sebelum Emi mulai menanyakan pertanyaannya.

"Apa kau melihat Chi-chan?"

Seperti yang diduga.

Hati Emi dipenuhi dengan penyesalan.

"Apakah Chiho-dono menghilang?"

"Serius, apa yang sebenarnya kau lakukan?"

"Ka-kalian berdua ada di sini juga?"

Melihat Suzuno dan Sariel yang muncul satu persatu, semakin membuat Maou tambah kaget.

"Kapan kalian berdua terpisah?"

"Kurang dari 10 menit yang lalu. Saat kami meninggalkan ruang pertemuan, dia masih ada bersamaku!!"

"Apa dia pergi ke kamar mandi atau semacamnya?"

"Ah.... Sialan! Aku terlalu ceroboh!! Ini sepenuhnya salahku!! Jika saja saat itu aku menanyai orang itu dengan benar..."

Maou terlihat sangat menyesal, tapi sekarang bukanlah saatnya untuk menyalahkan dia.

"Sekarang bukan saatnya untuk mengatakan hal-hal seperti itu, kan? Karena kita tidak bisa merasakannya, kemungkinan Chiho diculik menggunakan barrier Iron. Dilihat dari bagaimana dia tidak menggunakan Idea Link, mungkin mereka membuatnya pingsan."

Meski Maou berpikir kalau analisis Emi sangat meyakinkan, tapi dia tetap merasa panik.

"Sial.... Sekarang apa.... apa yang bisa kita lakukan!"

"Tenanglah!! Apa gunanya menjadi terlalu khawatir??"

Emi mengguncang-guncang bahu Maou untuk membuatnya sadar, tapi Maou sama sekali tidak bisa tenang.

"Apa yang sebenarnya terjadi di dalam ruang pertemuan? Dari fakta bahwa Maou mengatakan 'aku terlalu ceroboh', kemungkinan dia sudah mengetahui kalau Iron ada di dekat sini?"

"Dia berbicara denganku...."

"Apa katamu?"

Emi yang tidak menyangka kalau mereka sudah membuat kontak, hanya bisa membelalakkan matanya.

"Raja Iblis, ada apa ini? Ini sama sekali tidak seperti dirimu, orang itu adalah musuh kita, kau tahu?"

Maou memegangi kepalanya dengan penuh penyesalan.

".... Karena dia terlihat mirip, aku pun menjadi sembrono. Setelah aku berbicara dengannya, dia langsung menghilang."

"Mirip? Dia mirip dengan siapa?"

Maou mengernyit, menatap mata Emi, dan mengatakan,

"Alas Ramus... dia memperlihatkan ekspresi seolah ingin lebih mengetahui soal dunia...... Iron tidak seperti kita, dia tidak digunakan oleh orang lain."

'Sepertinya itu sangat menarik.'

Ekspresi Iron saat dia mengatakan hal tersebut, mirip sekali dengan senyum Alas Ramus ketika dia mengetahui sesuatu yang baru.

Meski ia tidak memiliki bukti, setelah Maou melihat senyum itu, dia yakin kalau Iron memang sama seperti Alas Ramus, sebuah eksistensi yang terlahir dari Sephirah.

Ketika Maou pertama kali melihat wajah Iron, Maou sudah merasa kalau dia mirip dengan Alas Ramus.

"Meski begitu, sekarang Iron tetap digunakan oleh para iblis. Lupakan kalau ini adalah kesalahanmu, entah pemikiran ini benar atau tidak, bukankah itu tentukan oleh tindakanmu mulai dari saat ini?"

".... Emi...."

Emi menatap Maou dengan sungguh-sungguh.

Sampai sekarang, Emi tidak tidak memberi semangat pada Maou secara langsung seperti ini, hal ini membuat Maou menjadi tenang.

"Yeah.... kau benar."

Maou mengatur napasnya, dan mulai menganalisa keadaan.

"Seingatku, kursus berakhir 9 menit yang lalu. Meskipun Iron membawa Chi-chan, asalkan dia tidak lari melewati 'gate', dia seharusnya masih berada entah di mana di Shinjuku-Nishiguchi ini."

"Begitu ya, kalau begitu izinkan aku membantumu."

Tak disangka, Sariel lah yang memastikan analisis Maou.

"Sasaki Chiho seharusnya masih menggunakan cincin dengan fragmen Yesod di tangannya kan? Kalau begitu, selama mereka tidak terlalu jauh, dengan kekuatanku, aku pasti bisa menemukan mereka."

"Ba-bagaimana?"

"Emilia, apa kau sudah lupa?"

Sudut mulut Sariel terangkat nampak tersenyum.

"Menurutmu bagaimana caraku menemukan lokasimu ketika aku pertama kali menyerang? Meskipun sebelumnya aku sudah mendapatkan informasi dari Olba, tapi izinkan aku menunjukan padamu kemampuan pencarianku yang bisa dibandingkan dengan GPS. Jika targetku adalah sihir suci atau fragmen Sephirah, itu akan sangat mudah bagiku."

Sariel mendongak ke arah langit untuk mencari sesuatu, dia mengernyit karena dia sedang menatap sinar matahari.

"Ketemu!"

Maou dan yang lainnya juga memandang ke arah yang dituju oleh Sariel. Setelah menggunakan tangan mereka untuk menghalangi terik matahari, mereka pun melihat sebuah bulatan putih yang menggantung di langit biru.

"Menggunakan penguat untuk merapal mantra dari jarak jauh adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Kalau dia sudah terlatih, Sasaki Chiho seharusnya memiliki kesempatan untuk menjadi ahli sihir yang hebat. Namun....."

Sariel melihat ke arah bulan di siang hari dan berbicara dengan tegas,

"..... dia tidak akan bisa mendingiku."

Sebuah sinar keunguan seketika bersinar dari mata Sariel.

Lalu, entah kenapa bulan yang ada di depan Maou dan yang lainnya seketika berubah warna menjadi seperti mata Sariel dan mulai bersinar.

"H-hey, apa yang kau lakukan? Jangan melakukan sesuatu yang mencolok......"

Lupakan soal Shinjuku, mengubah warna bulan, pastinya bisa terlihat di seluruh dunia, seharusnya ada batasan kalau dia ingin bermain-main. Memang wajar bagi Emi untuk merasa cemas, tapi Sariel menjawabnya dengan santai,

"Ini tidak seperti aku benar-benar mengubah warna bulan. Dan sebenarnya, hanya orang-orang di sekitar Shinjuku saja yang akan merasa kalau bulannya berubah."

"A-apa.... kalau begitu aku bisa tenang...."

"Baguslah kalau kau bisa tenang!"

Melihat Emi menjadi lega karena alasan yang aneh seperti itu, Maou hanya bisa menimpalinya.

Meskipun hanya ada sedikit orang yang akan menengadah melihat bulan di siang hari, tapi sulit menjamin kalau tidak  ada orang yang akan melakukannya di daerah Shinjuku yang luas.

Maou khawatir jika seseorang mengambil gambarnya dan mengunggahnya ke internet, itu pasti akan menyebabkan keributan besar.

"Paling banyak itu mungkin akan menjadi headline spesial di TV. Bagaimanapun, bulan di bumi ini tidak bisa berubah menjadi ungu di siang hari. Meskipun itu dianggap mencurigakan oleh beberapa orang, paling banyak ya hanya akan sampai di tingkatan itu."

Meskipun apa yang Sariel katakan terasa seperti deja vu, Maou sama sekali tidak bisa merasa lega.

"Baik, tenang sedikit. Aku akan mencari di daerah sini."

Sariel menggunakan tangannya untuk menghalangi bulan di langit dan mulai berkonsentrasi.

Maou, Emi dan yang lainnya memang khawatir dengan keberadaan Chiho, tapi mereka jauh lebih khawatir kalau ada seseorang lewat dan melihat adegan ini.

Jika ada seseorang yang benar-benar menembakan cahaya keluar dari matanya dan menggunakan tangannya untuk menghalangi langit, terlepas dari apakah saksi memahami situasi ini atau tidak, mereka kemungkinan akan memilih menelepon polisi.

Tidak diketahui apakah Sariel sadar akan betapa mencurigakannya dia, tapi dia dengan pelan mengucapkan kata kunci untuk mengeksekusi mantranya.

"Lunar Sky Mirror."

Usai mengucapkan nama mantra tersebut, Sariel menahannya selama dua, tiga detik, dan kemudian menghentikan mantranya.

"Ya ampun, ternyata sangat dekat."

"Be-benarkah?"

Sariel mengangguk dengan tenang untuk menjawab Maou yang gelisah, dia kemudian mengangkat jarinya untuk menunjuk ke sebuah gedung.

"Kebetulan sekali.... sebuah barrier sudah terpasang di atap itu."

"Di sana.... eh!"

Suzuno melihat ke arah gedung itu dan menahan napasnya.

"Menjengkelkan sekali. Aku benar-benar ingin meminta mereka agar tidak meniru caraku."

Tempat tersebut terjalin erat dengan keempat orang itu....

Atap Gedung Metropolitan Tokyo.

"Sekarang bagaimana? Sepertinya iblis yang sebelumnya ada di sana, jika kita masuk, kemungkinan besar akan terjadi pertarungan. Meskipun barrier pergeseran dimensi bisa mencegah orang-orang untuk masuk, tapi aku tidak bisa melindungi gedungnya. Meskipun kekuatan penuh kita berempat bisa mengatasi bocah bernama Iron itu, tapi itu pasti akan menyebabkan dampak yang besar."

"Apapun tidak masalah, karena Chi-chan dan Farfarello ada di sana, kita tetap harus pergi."

"Apa kau punya rencana?"

Tepat saat Emi merasa gelisah karena mengingat Maou yang sebelumnya menyerang tanpa rencana apapun, Maou tiba-tiba mengatakan sesuatu yang tidak terduga,

".... Emi, Suzuno, maafkan aku, tolong bantu aku."

"Eh?"

"A-apa?"

Tak disangka Maou akan membuat saran ini, bukan, permintaan. Emi dan Suzuno pun merasa sangat kaget.

"Seperti yang Ashiya katakan, jika kita tidak meyakinkan Farfarello dan membuatnya kembali, itu hanya akan membuat Chiho semakin berada dalam keadaan bahaya. Untuk mencegah semuanya agar tidak menjadi seperti itu, aku membutuhkan kekuatan kalian."

Setelah mengatakan hal itu, Maou sekali lagi melakukan sesuatu yang tidak bisa diduga oleh Emi dan yang lainnya.

"Kumohon."

Maou menundukkan kepalanya.

Raja dari para iblis, untuk melindungi seorang gadis muda, dia menundukan kepalanya di hadapan Pahlawan dan seorang penyelidik.

".... Kau benar-benar...."

Emi menatap bagian atas kepala Maou, menghela napas, dan mengatakan,

"....tidak memikirkan posisi dan perasaan pihak kami."

Nadanya terdengar lembut.

"Karena aku adalah seorang Raja Iblis, seharusnya tidak ada orang lain yang akan lebih keras kepala dan ceroboh dibandingkan diriku."

"Jangan berlebihan."

Suzuno pun tersenyum menanggapi kedua kata-kata berlebihan yang mereka ucapkan.

"Kau seharunya memiliki strategi kan? Strategi bagus yang kalian bicarakan itu."

"Aku punya. Tapi aku akan mengulanginya sekali lagi, cara ini membutuhkan bantuan kalian.

Maou mengatakannya dengan kepala tertunduk.

Emi dan Suzuno saling memandang satu sama lain.

"Sepertinya tidak ada waktu untuk memikirkannya."

"Karena ini adalah masalah Chiho-dono, ya mau bagaimana lagi."

"Aku akan mengingat hutang ini."

Maou mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Sariel.

"Apa kau bisa, seperti sebelumnya, membuat lapisan barrier lain di atas barrier Iron?"

"Yeah, aku bisa melakukannya, tapi apa yang kau rencanakan?"

"Tolong lakukan yang terbaik untuk membuat barrier yang sedikit lebih besar, aku akan memikirkan sesuatu."

Setelah Maou mengucapkan hal itu, dia mengeluarkan sebuah bola hitam dari dalam tasnya dan meremasnya dengan keras.


XxxxX


"Apa yang kau rencanakan?"

Farfarello bertanya pada seorang gadis di hadapannya.

Gadis yang bernama Sasaki Chiho, tidak hanya tidak menolak permintaan Iron, dia bahkan mendengarkan dan mengikuti semua permintaannya.

Selain itu, alasan kenapa Iron bisa dengan mudah menjalankan misi rumit seperti menculik seorang gadis tanpa diketahui oleh Raja Iblis, sebagian besar juga karena kerja sama dari si korban, yaitu Sasaki Chiho.

"Aku tidak ingin terluka ataupun pingsan karena melawan."

"Begitu ya, bertentangan dengan penampilanmu, sepertinya kau memiliki keberanian dan pengetahuan yang lumayan."

"Bagaimanapun juga, aku sudah melewati banyak pengalaman menakutkan."

Chiho memperlihatkan sebuah senyum kecut setelah mengatakan hal tersebut, itu terlihat seperti dia jauh lebih berani dibandingkan manusia biasa.

Kalau tidak, ketika dia digenggam oleh tangan kecil Iron saat melompat dari gedung perusahaan MgRonald ke atap gedung Metropolitan, dia pasti akan panik dan membuat banyak suara.

"Kalau begitu, bagaimana dengan ini?"

Farfarello yang berpakaian seperti karyawan ketinggalan zaman, menggunakan tangannya untuk menyentuh armor Iron.

Armor Iron tiba-tiba berubah menjadi asap hitam dan menghilang, menerkam tubuh Farfarello.

"Yah!"

Chiho mau tidak mau menggunakan tangannya untuk menutupi matanya.

Karyawan bertubuh kecil itu tiba-tiba berubah menjadi iblis yang memancarkan aura berbahaya.

Farfarello memiliki sayap seperti kelelawar dan cakar besar tajam yang menjulur keluar dari keempat anggota tubuhnya, akan tetapi, wajahnya jauh lebih menyerupai manusia daripada yang dibayangkan.

Chiho menutupi wajahnya secara refleks, tapi dia tetap mengintip melalui sela-sela jarinya,

"Ah, jadi kau masih memakai pakaian di bawah armormu?"

Chiho merasa lega karena Iron masih memakai pakaian dalam yang terbuat dari goni, Chiho pun menggerakkan tangannya menjauh dari wajah dan menekan dadanya perlahan.

".... Kau cemas soal itu ya. Melihat penampilanku, kau sama sekali tidak merasakan apa-apa?"

Farfarello berubah wujud menjadi seorang iblis yang seharusnya tidak ada di Jepang, tapi karena Chiho lebih khawatir apakah Iron memakai pakaian dalam atau tidak, Farfarello sesaat merasa kehilangan martabatnya.

Tapi, meskipun Chiho melihat wujud Farfarello yang sebenarnya dengan mata kepalanya sendiri, dia sama sekali tidak terlihat takut.

"Erhm, maafkan aku, kupikir kau akan mengalami perubahan yang lebih ekstrim."

"....."

Melihat wajah Farfarello yang seketika mengernyit, Chiho berbicara dengan sedikit panik.

"Er, erhm, ini bukan seperti kau tidak menakutkan sama sekali! I-ini sudah bisa dianggap sangat keren dan menakutkan, okay? T-tapi, erhm, kupikir karena aku sudah melihat wujud Ma..... Satan-san dan Alsiel-san yang sebenarnya, aku jadi sedikit terbiasa."

Chiho tidak hanya tidak merasa takut, dia bahkan mencoba memilih kata-kata yang bagus untuk Farfarello, hal ini membuat iblis tersebut semakin kehilangan martabatnya.

"....Lupakan, sejujurnya, ini adalah pertama kalinya aku merasa ingin membunuhmu."

"Ah, m-maaf."

Tidak diketahui apakah Chiho memang memahami situasinya atau tidak, tapi bagaimanapun, dia lebih dulu meminta maaf dengan jujur.

"Tapi.... apa tadi kau bilang kau pernah melihat wujud agung Raja Iblis Satan-sama? Di mana, dan dalam kondisi seperti apa kau melihatnya?"

"Eh? Ah, aku melihatnya di sini, dan di sebuah tempat yang berjarak 20 menit berjalan dari tempat kita bertemu sebelumnya."

"Apa kau melihat wajah Maou-sama dari dekat?"

"Uh... Itu kira-kira sekitar jarak di antara kita saat ini."

"...."

Meski dari luar Farfarello terlihat tak berekspresi, tapi di dalamnya dia merasa sangat terkejut.

Farfarello pernah mendengar kalau Raja Iblis kembali ke wujud aslinya sebelumnya, tapi dia tidak pernah menyangka kalau seorang gadis biasa bisa menyaksikannya dari dekat, sulit bagi dia untuk mempercayai hal ini.

Untuk orang normal, mendekat dengan sihir iblis Raja Iblis Satan saja, pasti akan membuat mereka pingsan karena bersentuhan langsung dengan kekuatan gelap Raja Iblis.

"Jangan-jangan..... kau ini Emeralda Etuva?"

"Eh?"

Dikira orang lain seperti ini, membuat Chiho membelalakkan matanya kaget.

"Aku dengar manusia ahli sihir terkuat yang mendukung Pahlawan Emilia adalah seorang wanita dengan perawakan tubuh kecil. Jangan bilang kau menggunakan nama Sasaki Chiho dan tinggal di sini."

"Bu-bukan, bukan seperti itu! Aku memang kenal Emeralda-san, tapi kau salah orang."

Memang ada batas dalam salah mengenali orang, tapi karena Farfarello tidak ikut bertarung melawan Emi dan yang lainnya saat era Pahlawan, jadi tidaklah aneh kalau dia salah paham seperti ini.

"Meski begitu, karena kau bisa menghindari paparan langsung sihir iblis Maou-sama sekaligus kenal dengan Emilia dan Emeralda, itu berarti kau bukan prajurit. Apakah kau salah satu penghalang Maou-sama di negeri ini?"

Dengan situasi saat ini, sepertinya Farfarello tidak akan mempercayai apapun yang Chiho katakan.

Chiho baru saja mulai mempelajari mantra, dan dia tiba-tiba salah dikenali menjadi pahlawan yang melindungi kedamaian dunia?

"Tapi.... berbicara mengenai penghalang, mungkin memang seperti itu. Karena ada aku, Satan-san dan Yusa.... Emilia-san, menemui banyak masalah."

".....?"

"Farfarelao-san."

"Yang benar Farfarello!"

"Ma-maaf."

Salah menyebut nama orang lain adalah sesuatu yang sangat kasar.

"Maou-san.... Satan-san benar-benar belum menyerah dengan mimpi menaklukan dunia. Satan-san hanya berencana mempelajari sesuatu di Jepang, lalu menerapkannya dalam penaklukan dunia...."

"Itu belajar kan?"

Karena alasan yang tidak diketahui, Iron menyela dengan ceria.

"Be-benar.... pokoknya, dia ingin belajar dan menyelesaikan sesuatu. Meskipun dia perlu bekerja karena dia selalu kekurangan uang dan menghabiskan waktu luangnya, tapi dia selalu memikirkan penduduk Dunia Iblis. Mengenai hal ini, kau harus mempercayainya."

Tidak hanya tidak takut, Chiho bahkan menatap langsung seorang iblis dengan tatapan serius.

Farfarello punya pemikiran kalau manusia pasti akan takut dengan iblis dan tidak akan berbicara pada Iblis dengan serius, oleh sebab itu, ini adalah pertama kalinya dia menatap langsung tatapan Chiho.

".... Aku juga berharap begitu, tapi....."

"Jadi.... beritahu aku. Kenapa Pasukan Iblis ingin menyerang Ente Isla?"

Farfarello membuka mulutnya seperti meremehkan pertanyaan tersebut dan menjawab,

"Pertanyaan bodoh, selain Ente Isla, di mana lagi tempat yang bisa kami taklukan....."

"Lalu, apa kalian memang harus menaklukan Ente Isla?"

"...."

"Farfarelao sudah bilang sebelumnya kan? Asalkan ada iblis yang mati, Dunia Iblis pasti bisa bertahan lebih lama, apakah itu ada hubungannya dengan insiden ini?"

"... Namaku Farfa-re-lo!"

Bahu Farfarello merosot depresi.

"Meskipun kau tahu hal ini, apa yang bisa kau lakukan?"

"Sudah jelas kan?"

Chiho meluruskan hal tersebut dengan tegas dan menyatakannya keras-keras.

"Dari sini, aku akan mencari alasan kenapa semuanya tidak bisa berjalan lancar dan membantu Satan-san meraih mimpinya."

"Chi-chan?"

Ketika Maou mencapai lantai dasar gedung Metropolitan, HPnya tiba-tiba berbunyi, karena panggilan ini tidak menampilkan riwayat panggilan masuk, Maou sangat yakin kalau ini adalah Idea Link Chiho.

"Sepertinya dia baik-baik saja! Ayo! Emi! Suzuno! Kita beri si Farfarello itu pelajaran...."

"Tunggu, Raja Iblis!"

"Tunggu sebentar!"

"... Ada apa...."

Meskipun tahu kalau hal ini adalah salah, Maou tetap mengikuti Emi dan Suzuno, menatap layar HPnya. Layar dari ketiga HP tersebut, semuanya menujukan kata 'Nomor Dirahasiakan'.

Ketiga orang itu saling menatap satu sama lain, kemudian ketiganya menekan tombol terima di HP mereka, dan menggerakkan HP ke telinga mereka.

"(.... membantu Satan-san meraih mimpinya!)"

Dari dalam HP ketiga orang itu, suara tegas Chiho bisa terdengar.

"Apa?"

Farfarello bertanya karena dia tidak mengerti apa yang ingin Chiho katakan.

"Belakangan ini, Satan-san sering mengatakan kalau cara yang dia lakukan di masa lalu itu salah. Tapi, dia terlihat tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan.... jika masih dalam jangkauan kemampuanku, aku ingin mencoba yang terbaik untuk membantunya. Meskipun aku lemah dan tidak bisa bertarung, tapi pasti ada tempat di mana aku bisa membantu!"

".... Apa kau bukan manusia?"

"Aku manusia!"

"Lalu kenapa kau ingin membantu kami para iblis...."

Bagi Chiho, yang tak diragukan lagi menganggap Maou dan Emi sebagai teman yang amat penting, pertanyaan semacam ini adalah sesuatu yang sangat tidak perlu.

"Ini tidak ada hubungannya dengan menjadi iblis ataupun manusia."

"(Ini tidak ada hubungannya dengan menjadi iblis ataupun manusia.)"

Pemikiran Chiho tidak tersambung melalui HP, melainkan terdengar di kepala ketiga orang tersebut secara langsung.

".... Hey, Apa Chi-chan sudah mempelajari Idea Link untuk banyak penerima....?"

"Mana mungkin? Lagipula, ini jauh lebih rumit dibandingkan dengan satu orang, sebenarnya, dia malah hanya berhasil tersambung denganku selama beberapa detik saja kemarin."

Suzuno menggelengkan kepalanya dengan gelisah untuk membantah kecurigaan Maou.

"Kalau begitu, ini dilakukan oleh Chiho tanpa sadar?"

"Sepertinya hanya itu satu-satunya kemungkinan...."

Baik Emi maupun Suzuno, keduanya merasa sangat terkejut.

Dan Chiho masih terus mentransmisikan pemikirannya.

"(Karena hal itu sudah terjadi saat ini...... seharusnya itu juga bisa terus berlanjut di masa yang akan datang!)"

"Karena hal itu sudah terjadi saat ini...... seharusnya itu juga bisa terus berlanjut di masa yang akan datang! Sebuah cara penaklukan dunia yang bisa membuat Raja Iblis dan Pahlawan hidup berdampingan!"

".... Apa ini karena pemahamanku yang lemah terhadap bahasa Jepang? Aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau katakan."

"Satan-san pasti akan berhasil menaklukan dunia. Sampai sekarang, dia terus bekerja keras setiap hari untuk meraih tujuannya. Tapi tujuan ini bukanlah penaklukan dunia yang sama seperti yang dipikirkan oleh Raja Iblis Satan sebelum datang ke Jepang, sebelum dia datang ke dunia ini."

"Lalu penaklukan dunia macam apa itu?"

Ditanyai dengan pertanyaan tersebut, di bawah sinar matahari musim panas, Chiho menunjukan sebuah senyum yang terlihat puas.

"Tentu saja itu adalah Raja Iblis dan pahlawan..... iblis dan manusia, semuanya bisa bekerja sama demi makanan untuk besok, penaklukan dunia seperti itulah yang dia maksud!"

".... Membosankan."

Farfarello terkejut karena penjelasan Chiho yang aneh. Farfarello merasa cemas karena menghabiskan waktu terlalu banyak dengan Chiho, tidak diketahui apakah Chiho memahami hal ini atau tidak, dia hanya terus saja berbicara tanpa takut.

"Hal itu sudah berhasil diraih saat ini. Dan, itu pasti akan terus berlanjut di masa yang akan datang!"

"Bodoh. Manusia dan Iblis tidak bisa hidup berdampingan....."

"Itu sudah terjadi sekarang!"

Tak disangka, seorang gadis SMA biasa, bisa menyela kata-kata seorang kepala suku Malebranche hanya dengan nadanya. Farfarello yang terdiam, menatap Chiho dengan kaget.

"Raja Iblis dan Pahlawan, orang yang seharusnya tidak bisa bersatu seperti api dan air, sudah melakukannya. Mereka bahkan merawat seorang anak kecil, mereka bertiga juga pernah berjalan-jalan untuk bersenang-senang. Kalau sudah begitu, kenapa sangat mustahil bagi manusia biasa dan iblis untuk melakukan hal yang sama?"

Tentu saja, Chiho tahu kalau hal ini terbatas pada usaha dari masing-masing orang, tapi meski begitu....

"Meskipun kau berkata kalau itu tidak mungkin, aku pasti akan membuktikan kalau kau salah."

Kata Chiho secara terang-terangan.

"Meskipun Maou-san dan Yusa-san merasa tidak enak karena aku terseret dalam masalah Ente Isla, tapi mereka tidak berpikir seperti itu karena terpaksa. Itu karena....."

Chiho memberikan sebuah senyum yang hanya bisa dijelaskan sebagai senyum tak kenal takut dan menyatakan hal ini dengan cara yang sangat mengesankan,

"Karena aku sangat termotivasi, aku ingin menyeret Maou-san dan yang lainnya ke dalam masalahku!! Tidak peduli apakah itu Satan-san, Emilia-san, Crestia Bell-san, Alsiel-san, ataupun Lucifer-san, aku harap mereka semua bisa terus menjagaku dan Alas Ramus, makan bersama, bertengkar bersama, dan bisa saling mengucapkan sampai jumpa di setiap malam, aku ingin membantu penaklukan dunia di mana hal-hal seperti itu bisa terjadi!"

Chiho menatap mata Farfarello secara langsung.

"(bisa saling mengucapkan sampai jumpa di setiap malam, aku ingin membantu penaklukan dunia di mana hal-hal seperti itu bisa terjadi!)"

"""........"""

Maou dan yang lainnya menggerakkan HP mereka menjauh dari telinga.

Dan mereka juga tidak melihat wajah masing-masing, karena saat ini, wajah mereka bertiga begitu memerah.

"Chi.... Chiho....."

Emi yang tidak tahan dengan keheningannya, berbicara.

"Dia benar-benar anak yang luar biasa.... dia sungguh.... bagaimana aku mengatakannya ya.... melebihi ekspektasi kita...."

"Kepercayaanku....... mulai terbangun kembali dengan cara yang aneh."

"..... Serius..... tidak ada yang sebanding dengan dia... serius...."

Pahlawan, penyelidik, dan Raja Iblis mengungkapkan pendapat mereka dengan cara yang berbeda-beda.

".... Ada apa? Kita bergerak atau tidak? Dari sini, sepertinya dia selamat dan tidak terluka."

"Jadi kau ada di sini!"

Sariel melihat ketiga orang itu dari samping dengan ekspresi rumit di wajahnya.

Maou menegurnya dengan agresif, tapi itu tidak terdengar memaksa.

"..... Tolong, pasang barriernya."

Maou menatap ke arah gedung Metropolitan dengan wajah memerah.

"Untuk meraih sebuah mimpi, diperlukan kemampuan yang tepat dan kekuatan persuasif..... Emi, Suzuno!"

"Ku-kupikir, meskipun aku ke sana sekarang, rasanya aku tidak akan bisa menghadapi Chiho langsung."

"Aku rasa aku mulai memujanya."

".... Baiklah, ayo pergi! Aku serahkan pada kalian!"

Setelah mengatakan hal itu, Maou mulai terduduk di hadapan mereka berdua.

"Jarang sekali melihat orang memberi perintah dengan pose yang menyedihkan seperti itu."

Sariel menunjukan senyum kecut, dan mulai menciptakan barrier di pusat Tokyo.

---End of Part 3---





Translator : Zhi End Translation..

Previous
Next Post »
0 Komentar