Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Final Chapter Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Final Chapter


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 6 - Final Chapter Bahasa Indonesia



Final Chapter.

Selain Kisaki, dinding di sudut konter MdCafe sekarang memiliki dua sertifikasi MgRonald Barrista yang baru, menunjukan kalau ada karyawan lain yang sudah berpengalaman dalam menu MdCafe.

Meskipun penjelasan sertifikasi itu sebagian besar tertulis dalam bahasa Inggris, di atas latar belakang merah dari gambar yang mewakili MgRonald, terdapat kata-kata berwarna putih keemasan yang menunjukan kalau orang tersebut sudah mengikuti kursus dan dibingkai sehingga membuatnya terlihat sangat rapi.

Nama yang tercetak di atasnya, tentu saja 'SADAO MAOU' dan 'SASAKI CHIHO'.

"Wow, kesempatan yang langka, kenapa kita tidak mentraktir Yusa-san dan yang lainnya untuk melihat seberapa besar kemampuanmu sudah meningkat?"

Kisaki menepati janjinya mengundang Emi dan yang lainnya untuk meminum Cafe au Lait, tapi karena Maou dan Chiho kebetulan juga bekerja di hari itu, akhirnya Kisaki menyarankan hal tersebut.

"Tepat seperti yang kuinginkan!"

"Meski begitu.... Aku masih tidak percaya diri."

"A-apa ini tidak apa-apa?"

Mata Maou berbinar-binar menanggapi tantangan Kisaki, sementara Chiho terlihat sedikit terintimidasi.

Sementara Emi dan Suzuno yang datang ke sini bersama, merasa sedikit tidak enak karena saran Kisaki.

"Kami sudah setuju untuk mentraktir kalian berdua, dan Maou juga ingin membalas kekalahannya pagi ini."

"Kekalahan pagi ini?"

"Ashiya-san dan Urushihara-san nampaknya sudah datang pagi ini."

Chiho menjawab pertanyaan Emi dengan sebuah senyum kecut.

"Meskipun Maou-san dan Kisaki-san membuat jenis kopi yang sama untuk mereka cicipi dan membandingkannya....".

"Bahkan Urushihara bisa membedakannya, menjengkelkan sekali."

Melihat penyesalan Maou, Kisaki menjawab dengan sebuah senyum kecut.

"Kopimu sudah menciptakan rasa aman melalui pemahaman biji kopi MgRonald, bukankah itu hal yang patut dibanggakan?"

"Tapi Ashiya dan Urushihara bilang kalau kopi Kisaki-san terasa lebih enak...."

"Itu karena Ashiya-san terlihat sangat lelah, jadi aku membuat sesuatu yang lebih pahit dan lebih berat agar dia bisa santai. Sementara Urushihara-san, dia terlihat seperti orang yang tidak biasa minum kopi, jadi untuk mengurangi rangsangannya, aku mengatur konsentrasi kopi yang menyerupai standar kopi Amerika."

"......"

Meski teman sekamar Maou bukanlah pelanggan reguler, Kisaki masih bisa menebak selera mereka berdua sekaligus, kali ini Maou tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Tapi aku juga sedikit licik. Bagaimanapun, aku melakukan hal ini untuk membuat mereka melihat kemampuan dari teman sekamar mereka, sehingga mereka berdua bisa sedikit tenang."

"Sepertinya, bahkan sebelum kita mencicipinya, kemenangan sudah bisa ditentukan."

Nada Suzuno yang terdengar mengejek, membuat Maou semakin termotivasi.

"Lihat saja nanti!!"

"Jangan terlalu bersemangat, buat kopinya santai saja."

Setelah membuat kopi mereka,  Maou, Kisaki, dan Chiho menuangkan kopi mereka ke dalam cangkir kecil yang digunakan untuk ekspresso, dan meletakkannya di depan Emi dan Suzuno.

Emi dan Suzuno membandingkan ketiga cangkir di depan mereka, dan menyesap kopinya dari setiap cangkir.

".... Dari kiri, ini seharusnya milik Chiho-dono, Manajer-dono, dan Sadao-dono, benar?"

"Aku juga merasa kalau cangkir yang di tengah adalah buatan manajer, tapi..... kedua cangkir yang lain terasa seperti tidak ada banyak perbedaan."

"Ugh....."

"Kita memang tidak akan bisa menang."

Maou mengerang, dan Chiho menunjukan sebuah senyum kecut. Seperti apa yang Emi dan Suzuno katakan, cangkir yang di tengah adalah kopi yang dibuat oleh Kisaki.

"Meski begitu, membuat pelanggan merasa kalau tidak ada perbedaan besar dalam segi kualitas itu juga sudah patut dipuji. Ini artinya kemampuanmu sudah meningkat. Yusa-san, Kamazuki-san, maafkan aku, pada akhirnya kalian berdua harus menghibur pertunjukan tambahan kami. Silakan bersantai dulu, meski kami harus kembali bekerja, kami pasti akan menyajikan makanan yang lebih pantas nanti."

Dengan perintah Kisaki, Maou dengan enggan kembali bekerja, sementara untuk Chiho, sebelum pergi meninggalkan mereka berdua, dia tidak lupa untuk membungkuk ke arah keduanya.

Emi memandang ketiga pegawai itu dari kejauhan, kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah tiga cangkir kopi yang ada di hadapannya.

"Jika aku harus jujur, ini sudah bisa dianggap enak, menyebalkan sekali."

"Alsiel juga sama sih, tapi tak disangka orang-orang ini juga sangat handal."

Suzuno tersenyum kecut mendengar kata-kata Emi yang berputar-putar.

"Jadi, angin macam apa yang tiba-tiba membuatmu ingin datang ke MgRonald?"

Suzuno mengajak Emi keluar, dan memintanya datang bersama untuk melihat Maou dan Chiho bekerja, meski Emi juga ikut menikmatinya dan meminum kopi, dia masih tidak tahu alasan Suzuno mengajaknya.

"Bukankah sudah kukatakan di awal tadi? Aku hanya ingin melihat Raja Iblis dan Chiho-dono bekerja."

"Kau serius?"

"Ya, tentu saja aku serius. Terutama....."

Suzuno mengambil cangkir kopi yang ada di tengah.

"Aku ingin melihat mereka ketika bekerja di bawah Kisaki."

"..... Apa maksudnya itu?"

Emi melirik ke arah mereka bertiga yang sedang melayani pelanggan, dan bertanya pada Suzuno di saat yang sama.

"Pada akhirnya, tidak ada yang jelas kan? Mengenai alasan kenapa Raja Iblis ingin menaklukan dunia."

"....."

Topik pembicaraan yang tiba-tiba dimulai oleh Suzuno, membuat Emi menjadi terdiam.

"Ada apa? Wajahmu sedikit memerah? Apa kau ingin duduk di tempat yang mataharinya tidak terlalu terik?"

"A-aku baik-baik saja."

Emi teringat kejadian saat mereka kembali dari Gedung Metropolitan dan secara refleks menyentuh pipinya ketika ditunjuk oleh Suzuno.

Kapanpun dia mengingat kejadian di hari itu, sebuah perasaan aneh yang tidak bisa dijelaskan akan mulai membuat kekacauan di hati Emi.

"Meski tidak ada banyak hal yang bisa dipastikan dari mereka saat ini, tapi sepertinya Raja Iblis benar-benar menghormati Manajer Kisaki dari dalam lubuk hatinya. Pendapat bahwa setiap orang pasti memiliki seseorang yang membuat mereka tidak berani mengangkat kepalanya, sepertinya tidak sepenuhnya bohong."

"Jadi, apa yang ingin kau katakan?"

Suzuno yang kata-katanya sulit dipahami, setelah melirik ke arah Maou dan yang lainnya, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam lengan bajunya dan meletakkannya di atas meja.

"Ini.... pecahan senjata milik Tentara Surga yang kau hancurkan, kan?"

Itu adalah sebuah pecahan logam yang ditempa dengan keahlian menempa yang kurang terlatih.

"Anggota dari para Tentara Surga adalah penduduk Ente Isla, dan bahkan malaikat pun nampaknya juga hanya manusia."

"Hm....?"

"Setiap orang pasti memiliki seseorang yang membuat mereka tidak berani mengangkat kepalanya. Dari apa yang kuketahui, hanya ada satu makhluk yang mengucapkan kalimat tersebut."

"Bell.... Apa kau....."

"Meskipun kita tahu hal ini, Raja Iblis, Alsiel, dan Lucifer tetaplah musuh kita. Tapi..... Sebagai seseorang yang melihat kehidupan mereka di Jepang, kita harus memikirkan arti mengenai hal ini."

Malaikat yang logikanya merupakan makhluk supranatural, sebenarnya hanyalah manusia.

Kalau begitu,

Hanya ada satu jawaban yang bisa menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut Suzuno. Bagi Emi, tidak, bagi seluruh penduduk Ente Isla yang diserang oleh Pasukan Iblis, jawaban ini sama saja seperti 'Godaan Setan'.

Namun, meski begitu, Yusa Emi dan Kamazuki Suzuno sudah tidak bisa menghindari jawaban dari pertanyaan tersebut.

"Sebenarnya, apa 'Iblis' itu..... Bagaimana menurutmu?"

---End---





Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
0 Komentar