Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 1 (Part 1) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 1 : Pahlawan, Perpisahan Sementara -1


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 1 Bahasa Indonesia



Chapter 1 : Pahlawan, Perpisahan Sementara.

Perjamuan makan malam dipenuhi dengan suasana tenang yang begitu normal.

Terdapat nasi, dan sup miso rasa wortel yang baru dimasak dan dikukus, sementara itu, berkat kertas panggang khusus untuk microwave, ikan panggang pun bisa dilihat di atas meja makan belakangan ini.

Ditambah lagi, terdapat pula tahu dingin yang ditaburi dengan jahe Jepang yang dipotong dadu. Terong panggang juga diletakkan di atas sebuah piring besar di tengah-tengah meja.

Tayangan berita yang ada di TV, sejak awal memberitakan sebuah tempat yang sedang menyelenggarakan festival budaya, sepertinya tidak ada insiden yang mengganggu kedamaian dunia ataupun kecelakaan yang terjadi.

Dari jendela yang terbuka, bisa dilihat langit yang mulai menjadi gelap, dan angin yang berhembus ke dalam ruangan, membawa beberapa tanda kehidupan dari kota.

Di dalam sebuah apartemen di pinggir kota Tokyo, orang-orang sudah siap memasuki waktu makan malam di mana semua orang bisa secara pribadi merasakan kedamaian dunia.

Namun, sebuah kalimat berhasil menghancurkan suasana tenang di apartemen kayu yang berada di Tokyo, Shibuya distrik Sasazuka.... Villa Rosa Sasazuka, kamar 201, Kastil Iblis.

"Aku akan pulang ke rumah lamaku selama beberapa waktu."

Kalimat yang tidak cocok dengan waktu makan malam keluarga yang damai ini, disamarkan hingga terdengar begitu tenang, membuat semua orang yang ada di sana membeku seketika.

"Ah?"

"Apa?"

"Apa katamu?"

"A-apa yang terjadi?"

"Ru-rumah lama?"

"Aku suka tofu!"

Enam reaksi berbeda dari enam orang yang berbeda, membuat gadis yang melempar bom tersebut --Pahlawan Emilia Justina dari dunia asing Ente Isla-- Yusa Emi, menjadi begitu terkejut.

"A-ada apa dengan reaksi kalian semua?"

Memegang sebuah buku di tangannya, dan duduk di meja komputer, penguasa Kastil Iblis, Raja Iblis Satan, Maou Sadao menjawab dengan wajah tanpa ekspresi.

"Semuanya tidak bisa mengerti makna sesungguhnya di balik kata-katamu."

"Eh?"

Orang yang biasanya duduk di depan meja komputer, menjawab Emi dari tingkat nomer dua dari lemari yang terbuka.

"Emilia, coba ulangi kalimat yang kau katakan tadi. Di dalam otak Sasaki Chiho, dia sedang membuat drama keluarga dengan Maou dan Emi yang berpusat di sekitar Alas Ramus dan panik dengan sendirinya....."

"Urushihara-san!!"

"Uwah! Hampir saja...."

Hal kedua di dunia yang cocok berada di dalam lemari alias beban untuk kamar ini.... Fallen Angel Lucifer atau Urushihara Hanzo, mengatakan hal tersebut dengan senyum mengejek.

Gadis SMA yang bernama Sasaki Chiho, mendorong Urushihara ke dalam lemari sambil tersipu dan menutup pintunya.

"Hey, Sasaki Chiho, apa yang kau lakukan?"

Suara protes dari Urushihara dan suara saat ia terkena pintu geser, bisa terdengar dari dalam lemari.

"Urushihara-san sendirilah yang tiba-tiba berbicara omong kosong!!"

Untuk menghentikan Urushihara yang tidak memiliki rasa hormat sedikitpun, Chiho menekan pintu geser tersebut dengan wajah memerah.

"Chi-nee chan, wajahmu sangat merah!!"

Suara yang polos nan kejam terdengar menegur Chiho dari samping kakinya.

Gadis kecil yang telah bermain dengan Chiho sampai beberapa saat yang lalu, yang mana juga mempercayai bahwa Maou dan Emi adalah orang tuanya... Alas Ramus, saat ini tengah menginjakkan kakinya di atas tabel 50 fonetik yang ada di lantai.

"Ah, Alas Ramus-chan, i-itu, ini sudah waktunya makan malam, jadi kita kesampingkan hal itu dulu."

Mencoba mengalihkan situasinya sekarang, rasanya sudah sangat terlambat.

"Oh! Aku tahu, tenang, tenang!"

Tabel 50 fonetik karet yang ada di bawah kaki gadis kecil itu, adalah mainan edukasional untuk anak-anak yang berharga mahal, mainan itu tidak akan rusak tidak peduli seberapa kuatnya benda itu dibengkokan.

"T-tapi, Yusa-san, apa-apaan itu tadi?"

Chiho kembali bertanya sambil memperhatikan Alas Ramus melipat mainan edukasional yang Maou beli menggunakan uangnya sendiri, dia melipatnya dengan cara yang berantakan dan unik bagi seorang anak kecil.

"Sebenarnya, tidak ada yang serius, dan seperti yang kubilang... Aku ingin kembali ke rumah lamaku sebentar..."

"Tapi Emilia, rumah lamamu...."

Wanita berpakaian kimono yang sedang mencuci peralatan masak di wastafel dapur, bertanya dengan ekspresi gelisah di wajahnya.

"Yeah, kampung halamanku ada di Benua Barat. Itu adalah desa yang terletak di pinggiran Saint Aire, dikenal dengan nama Sloan. Meskipun desa itu sudah dihancurkan oleh seseorang yang terkunci di dalam lemari, ya kan?"

Emi menatap ke arah lemari dengan sebuah tatapan tajam.

"Jadi ketika aku tidak ada, aku akan meminta Bell untuk mengawasi orang-orang ini...."

Crestia Bell... Seorang Penyelidik tingkat atas di Ente Isla, dikenal sebagai Kamazuki Suzuno di Jepang, membersihkan bekas sabun pencuci piring di tangannya dan mengeringkan mereka, setelah itu, dia berbicara dengan gelisah,

"Bisa kau menjelaskannya lebih detail? Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu."

"I-itu benar, Yusa-san, meski tiba-tiba kau bilang ingin kembali, semuanya tidak akan semudah itu kan?"

"Benar juga, penjelasanku mungkin terlalu sederhana, maaf. Sebenarnya...."

Menanggapi pertanyaan dari kedua wanita itu, Emi menegakkan posturnya sambil tersenyum kecut saat ia menyadari kalau penjelasannya kurang jelas, dia juga melihat seorang pria yang berdiri di belakang Chiho dan Suzuno.

"Aku tidak peduli kemana kau pergi... tapi aku tidak bisa mentolerir sup miso yang kusiapkan dengan hati-hati menjadi dingin karena kau."

Seorang pria membawa panci besar yang berisi sup miso, berbicara dengan suara tegas.

Jenderal Iblis Alsiel alias Ashiya Shirou, melapor pada tuannya yang ada di depan meja komputer,

"Maou-sama, makan malamnya sudah siap. Tolong hentikan sebentar membacanya, dan silakan duduk."

"Baik, baik, bagaimanapun, fokusku juga sudah diganggu oleh Emi."

"Apa, jangan menyalahkan orang lain atas kesalahanmu, okay?"

"Tahu! Alsiel! Tahu!"

Tanpa diketahui, Alas Ramus sudah berdiri di samping Ashiya yang membawa panci besar.

"Hey, Alas Ramus, mendekati orang yang membawa panci itu sangat berbahaya. Pergilah ke mama dan tunggu dengan tenang ya!"

Suzuno dengan lembut menarik Alas Ramus menjauh dari Ashiya. Meski ia terlihat tidak senang, gadis itu tetap berjalan menuju Emi dengan patuh.

"Mama! Tahu!"

"Aku tahu, tapi Alas Ramus harus bilang 'mari makan' dulu ya! Alsiel, aku tidak mau jahe Jepang di tahuku, karena aku ingin membaginya dengan Alas Ramus."

Apa yang biasanya Alas Ramus makan adalah sebagian dari porsi makanan Emi atau Maou, tapi setelah Ashiya menatap tahu dingin Emi dan Alas Ramus secara bergantian, ia pun menggelengkan kepalanya dengan tegas.

"Ditolak. Apa yang akan terjadi jika ini membuat Alas Ramus menjadi pilih-pilih makanan saat dia besar nanti?"

Untuk obrolan antara Pahlawan dan Jenderal Iblis, obrolan ini sepenuhnya sangatlah aneh, sampai-sampai orang tidak tahu di mana letak anehnya.

"T-tapi Ashiya-san, menurutku jahe Jepang juga terlalu kuat untuk anak kecil...."

Sebagai orang Jepang asli, Chiho pun dengan tepat menunjukan di mana letak masalahnya.

"Membuat anak terbiasa dengan sayuran yang memiliki rasa kuat itu penting. Kalau mereka tahu bagaimana merasakan rasa semacam ini, makanan tiap hari setelah ini pasti akan menjadi lebih lezat...."

Bahkan Chiho yang jarang membantah Ashiya pun, merasa kesulitan untuk membantahnya...

"Tapi aku paham. Jujur saja, aku juga tidak berani makan jahe Jepang."

Tapi karena ia dipotong oleh Urushihara yang perlahan berjalan keluar dari lemari, Ashiya pun berbicara dengan kesal,

"Lucifer, apa kau bisa dianggap Fallen Angel jika seperti ini?"

"Ya, mau bagaimana lagi, lagipula, aku tidak pernah makan jahe Jepang sampai sekarang. Dan aku juga tidak pernah mendengar legenda manapun tentang fallen angel yang menyukai jahe Jepang."

Memang benar, entah itu di Ente Isla ataupun Dunia Iblis, tidak ada satupun makanan yang seperti tahu dingin ditambah dengan jahe Jepang.

Tidak diketahui apa memang karena alasan tersebut, tapi kali ini, orang yang menyetujui pendapat Urushihara pun muncul,

"Sejujurnya, aku juga tidak berani memakannya...."

Orang yang mengucapkan kalimat memalukan ini sambil berjalan menuju meja makan, adalah orang yang menyatukan Dunia Iblis dan menguasai dunia manusia Ente Isla, Raja Iblis Satan.

Dengan begini, para manusia pun tahu titik lemah dari musuh kuat yang berencana menaklukan dunia.

Itu adalah, ternyata Raja Iblis tidak berani makan tahu dingin dengan tambahan jahe Jepang.

"Maou-san...."

"Maou-sama...."

"Raja Iblis, kau..."

Menghadapi tatapan rumit, campuran antara keterkejutan dan rasa kasihan dari Chiho, Ashiya, dan Suzuno, Maou pun menciut dan menjawab,

"T-tapi aku masih bisa memakannya! Aku selalu menghabiskan makananku, okay?"

"Kalau begitu, jahe Jepang di atas tahu Alas Ramus, bisa diserahkan ke papa!"

Pahlawan Emilia tidak melepaskan begitu saja kelemahan yang ditunjukan oleh Raja Iblis.

Dia menggunakan sumpitnya untuk memindahkan jahe Jepang yang ada di atas tahunya ke atas tahu di piring Maou yang terlihat menyedihkan dan duduk di depan Chiho, Ashiya, dan Suzuno.

"Ah! Emi, kau!"

Maou melihat tumpukan besar jahe Jepang yang ada di atas tahunya dan berteriak, sementara Emi berbicara dengan acuh tak acuh,

"Komplainlah pada Ashiya kalau kau ingin komplain. Tidak peduli seberapa banyak kita tidak ingin Alas Ramus menjadi pilih-pilih makanan, sangatlah wajar bagi anak kecil seusianya tidak suka memakan jahe Jepang. Bagaimanapun, bahkan Raja Iblis yang berencana menaklukan dunia pun tidak berani memakan ini."

"Ugh..."

Maou sesaat terdiam. Melihat situasi ini, dia pun berbicara dengan ekspresi penyesalan yang dalam,

"Ugh, Bell, katakan sesuatu."

"Alsiel, apapun alasannya, membiarkan Alas Ramus memakan jahe Jepang itu terlalu kejam. Oh iya Emilia, biar kuambil dulu kecap rendah garam dari kamarku. Dibandingkan kecap biasa, kecap itu masih lebih bagus buat Alas Ramus."

Suzuno dengan cepat berjalan menuju kamar 202 yang berada di sebelah kamar di mana ia berada sekarang. Melihat punggungnya, Urushihara pun mengulurkan sumpitnya ke arah terong panggang tanpa mengucapkan apapun.

"Semua orang terlalu memanjakannya. Aku benar-benar khawatir dengan masa depan Alas Ramus."

"Urushihara-san! Saat makan di depan Alas Ramus-chan, kau harus mengatakan 'mari makan' lebih dulu dengan benar!"

"Membesarkan anak kecil itu sangat sulit. Jika dia menjadi seperti ini setelah dewasa nanti, itu pasti akan sedikit...."

"Maou, Maou, kenapa kau mengatakan hal tersebut sambil melihatku dan Alas Ramus seperti itu?"

"Lihat dirimu sendiri dan renungkan! Dibandingkan denganmu, Alas Ramus-chan itu tidak hanya lebih patuh, dia juga lebih mematuhi aturan!"

Kata Chiho tanpa ampun.

"Maaf membuat kalian menunggu. Aku sudah membawa kecapnya."

Kali ini, Suzuno juga membawa kecap rendah garam miliknya ke Kastil Iblis, melihat semua orang sudah keluar dari topik pembicaraan mereka sebelumnya, Ashiya hanya bisa membiarkannya seakan-akan sudah menyerah.

".... Mau bagaimana lagi, sup misonya hampir dingin, semuanya, ayo makan!"

"Ah, Ashiya, aku ingin lebih banyak nasi!"

"Benar juga! Ibuku memintaku membawa karaage ke sini. Ashiya-san, boleh aku meminjam microwave mu?"

Chiho dengan cepat mengeluarkan sebuah kotak kedap udara dari dalam tas yang dia bawa.

"Sasaki-san, aku merasa tidak enak terus menerima bantuanmu, untuk instruksi penggunaannya...."

"Jangan khawatir, aku tahu cara menggunakannya. Hampir saja, hampir saja, aku hampir lupa..."

Di dalam Kastil Iblis, seorang Jenderal Iblis, Penyelidik, dan seorang gadis SMA yang membawa sekotak makanan pelengkap, saling berdiri berdampingan di dalam dapur, sementara itu, Pahlawan dan Raja Iblis yang mengawasi Fallen Angel yang tidak tahu aturan sambil berpikir bagaimana cara membesarkan anak-anak, sedang berkumpul. Meskipun keadaan ini terlihat menyimpang dengan realita dan juga menggelikan, tapi dari hasilnya, selama itu bukan situasi yang tidak normal, sangat tidak mungkin untuk mengguncang kehidupan normal dari kamar 201 di Villa Rosa ini.

Entah itu adalah hal yang baik, ataukah buruk, hal itu masih sulit untuk diketahui.


XxxxX


Meskipun pertengkaran mereka tidak pernah berakhir, tapi kehidupan Raja Iblis dan Pahlawan di Jepang, masih bisa disebut damai, dan sampai saat hampir berakhirnya musim panas, sebuah bayangan yang begitu nyata mulai menyelimuti mereka.

Setelah Maou kalah dari Emi, klan Malebranche, dengan Barbariccia sebagai pemimpinnya, membentuk Pasukan Raja Iblis yang baru untuk menaklukan Ente Isla.

Sebagai salah satu orang terkuat di Ente Isla, Olba Meyers, telah berhasil memojokkan Maou hingga ke ujung sebagai salah satu rekan Emi, tapi saat ini, dia tidak hanya menjadi musuh bagi Emi, dia juga berencana mengubur Emi bersama dengan Maou.

Dengan informasi Olba sebagai dasarnya, salah satu kepala suku Malebranche, Farfarello, datang ke Jepang untuk membujuk Maou dan Ashiya agar mau menjadi pemimpin Pasukan Raja Iblis yang baru.

Meskipun Emi dan Suzuno sangat khawatir kalau Maou akan kembali ke Pasukan Raja Iblis, tapi nyatanya, hal itu bertentangan dengan ekspektasi mereka, Maou dan Ashiya ternyata dengan tegas tidak menerima ajakan Farfarello.

Dengan begini, Farfarello harusnya hanya punya pilihan dipulangkan ke Dunia Iblis seperti Ciriatto yang sebelumnya menyerang Choshi, atau dibunuh oleh Emi sebelum menimbulkan kekacauan di Jepang.

Tapi seorang anak laki-laki yang menemani Farfarello ke Jepang, membuat situasinya menjadi semakin rumit.

Menurut kitab suci Ente Isla, dunia itu dibangun di atas bola yang diciptakan oleh Pohon Kehidupan, dan anak kecil yang bernama Iron itu adalah eksistensi yang terlahir dari salah satu Sephirah, yaitu 'Geburah'.

Iron dan perwujudan Yesod Sephirah, yaitu Alas Ramus, yang saat ini telah bergabung dengan pedang suci Emi, adalah eksistensi yang serupa. Dan kekuatan yang anak itu sembunyikan tergantung situasinya, sudah cukup untuk melebihi kekuatan Pahlawan, Raja Iblis, dan bahkan Malaikat Agung.

Adapun untuk alasan kenapa dia diperintah oleh seorang kepala suku Malebranche, hal itu masih menjadi misteri bahkan sampai sekarag.

Itu tidak akan jadi masalah jika hanya ada satu kepala suku Malebranche, tapi jika mereka tidak berhati-hati menangani anak yang terlahir dari Sephirah itu, jangankan Malebranche, mereka bahkan bisa mengguncang Surga dan menarik perhatian musuh yang tidak perlu.

Namun, sayangnya, kedua orang yang tidak bisa dikacaukan dengan mudah ini, menyadari kalau Chiho adalah orang yang penting bagi Maou dan Emi.

Jika ini terus berlanjut, sulit untuk menjamin kalau pihak Malebranche yang tidak memperoleh dukungan dari Maou dan Ashiya, tidak akan menculik Chiho untuk dijadikan sebagai sandera.

Emi dan Suzuno, karena keingingan yang kuat dari Chiho sendiri, agar ia bisa menghubungi Maou ataupun Emi saat berada dalam bahaya, akhirnya mengajari Chiho mantra untuk telepati, yaitu 'Idea Link'.

Sebagian karena Maou dan yang lainnya memperoleh bantuan dari Sariel dengan menggunakan sebuah umpan, Chiho pun akhirnya berhasil mempelajari mantra tersebut. Akan tetapi, Maou menilai bahwa menjamin keselamatan Chiho saja tidak akan cukup untuk menyelesaikan masalah.

Karena itulah, dia sengaja meminjam kekuatan Emi dan Suzuno, dan mendapatkan kembali wujud Raja Iblisnya di hadapan Farfarello. Dengan menamakan Chiho, Emi, dan Suzuno sebagai Jenderal Iblis yang baru, Maou pun menyatakan kalau mereka memainkan peran penting dalam penaklukan dunia, dan akhirnya dengan cara yang damai, Maou berhasil membujuk Farfarello dan Iron untuk kembali.

Tapi Emi dan Suzuno yang secara resmi dianggap sebagai Jenderal Iblis oleh pihak Malebranche, benar-benar marah karena hal ini. Meskipun hal ini bisa menjamin bahwa pihak Malebranche tidak akan melukai Chiho untuk sementara waktu, tapi situasi Ente Isla masih bisa perlahan berubah dari waktu ke waktu, dan di saat itu, arti dari nama 'Jenderal Iblis yang diakui oleh Raja Iblis Satan, Sasaki Chiho' bisa saja menjadi semakin berat. Tapi berdasarkan pada hasilnya, artinya situasi yang berkutat di sekitar Maou dan Emi ini masih belum bisa diselesaikan.

Klan Malebranche yang menginginkan Maou kembali ke Pasukan Raja Iblis, seorang anak perwujudan Sephirah, dan rahasia Surga.

Bahkan jika mereka merasa bahwa bahwa dunia asing itu saat ini sedang diselimuti suasana tegang, hari ini, Raja Iblis dan gerombolannya yang hidup di Jepang, masih harus bekerja demi makan tiga kali sehari untuk besok.

Inilah sesuatu yang terjadi ketika situasi dunia mulai menjadi panas meskipun musim panas sudah berakhir, di bulan September.


XxxxX


Meski waktu matahari terbenam menjadi lebih awal, tapi langit setelah jam 7pm masih saja sedikit bercahaya, dan rasa hangat yang terasa dalam perjalanan menuju stasiun Sasazuka Jalur Keio, masih belum juga menghilang.

Emi menggendong Alas Ramus yang tertidur dengan begitu cepat setelah menghabiskan makanannya, dia berjalan berdampingan dengan Chiho dan Suzuno, sementara Maou, mengikuti di belakang mereka.

Ketika tiba di hari saat Emi dan Alas Ramus menuju ke Kastil Iblis, Chiho akan dengan aktif ikut makan malam bersama Maou dan yang lainnya.

Chiho pernah menyatakannya di depan semua orang.

"Jika aku tidak ada, Maou-san dan Yusa-san pasti akan bertengkar."

Semenjak insiden dengan Farfarello, Chiho menjadi semakin proaktif ingin mempertahankan hubungan baik antara Maou dan yang lainnya, hal seperti ini bahkan membuat Maou dan Emi merasa sedikit kewalahan.

Meski Chiho tidak tahu, tapi mereka bertiga secara tidak sengaja telah mendengar perasaan yang Chiho miliki terhadap mereka, dan oleh sebab itulah, sulit bagi mereka untuk melawan kejujuran tersebut.

Jika mereka mengesampingkan masalah ini, kunjungan Chiho tidak hanya akan membuat makan malam di Kastil Iblis menjadi lebih mewah, tapi itu juga membuat Alas Ramus senang. Pada dasarnya, hal ini memang menguntungkan bagi mereka, jadi sejalan dengan hal itu, setiap kali mereka selesai, Maou dan Suzuno pun menanam kebiasaan untuk mengantar Chiho pulang.

"Jadi Emilia, apa maksudmu dengan ingin pulang ke rumah lamamu?"

Tanya Suzuno saat dalam perjalanan.

Dan ketika dia membawa topik yang telah terabaikan saat makan malam ini.....

"Benar juga! Seperti yang Suzuno-san bilang, Yusa-san! Apa yang terjadi?"

Chiho yang awalnya berbicara soal pekerjaan dengan Maou, langsung memasuki obrolan tersebut dari belakang.

"Oohh......."

Para gadis itu berjalan dengan garis horizontal di sebuah gang sempit di area perumahan, dan Maou, satu langkah di belakang dan tidak bisa bergabung ke dalam percakapan mereka, hanya bisa mengikuti di belakang ketiga orang itu dengan kesal.

Menghadapi tatapan Chiho dan Suzuno yang dipenuhi dengan rasa penasaran dan curiga, Emi pun menghela napasnya dan mengatakan,

"Aku hampir lelah menunggu."

"Apa maksudmu?"

"..... Semenjak bertemu dengan Raja Iblis di Jepang, aku terus saja terseret ke dalam masalah-masalah yang aneh, dan meski setiap kali masalahnya bisa teratasi, tapi pada akhirnya, apa sebenarnya tujuanku?"

"Tujuan.... Yusa-san?"

Menyadari kalau Chiho benar-benar bingung, Emi menjawab dengan depresi,

"Chiho, aku ini masih Pahlawan yang membawa harapan seluruh umat manusia. Jadi sebenarnya, aku datang ke Jepang untuk....."

"Kare.......uu."

"Puh...... Maaf maaf."

Igauan dari Alas Ramus yang tertidur nyenyak, yang mana kebetulan terdengar saat itu, membuat Maou tertawa, tapi ketika ia menyadari tatapan tajam dari Emi yang menoleh ke belakang, Maou pun langsung meminta maaf dengan jujur

".... mengalahkan Raja Iblis yang berencana menaklukan Ente Isla.... Seharusnya sih seperti itu."

Sambil berbicara, Emi menunjuk ke arah Maou yang menciut karena tatapannya.

"Meski aku bisa mengerti, tapi jika dibandingkan, apa hal ini ada hubungannya denganmu yang ingin kembali ke rumah lamamu?"

Suzuno terus mendesak Emi untuk menjelaskannya, tapi melihat Raja Iblis seperti 'itu' dan mengabaikannya, rasanya juga tidak sepenuhnya benar.

"Itu benar."

Karena Maou tidak menjawab, Emi yang kehilangan minatnya pun, kembali menoleh ke arah depan, dan berbicara sambil memandangi gadis kecil yang tertidur nyenyak dalam gendongannya.

"Meskipun keberadaan Alas Ramus juga memiliki beberapa pengaruh, tapi selama periode waktu ketika aku tidak bisa menyingkirkan Raja Iblis, para malaikat, iblis, dan lain sebagainya itu, bukankah mereka terus saja berdatangan dan membuat masalah?"

"Yeah, benar sekali."

"Bukankah lebih tepat mengatakan kalau selain kita bertiga, tidak ada manusia lain yang......"

Pertanyaan Chiho diabaikan begitu saja.

"Pokoknya, orang-orang luar yang jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan kita sebelum aku datang ke Jepang, sudah bertindak ceroboh akhir-akhir ini, dan aku sudah tidak tahan lagi. Agar mereka tidak lagi menyebabkan masalah untuk kita, kurasa lebih baik aku kembali ke Ente Isla untuk sementara waktu."

"Jadi kau ingin kembali ke Ente Isla dan menyingkirkan orang-orang jahat itu?"

Meskipun penjelasan Emi sedikit terlalu sederhana, tapi pemikiran Chiho juga terlalu mengarah secara langsung.

"Bagaimana mengatakannya ya... rasanya, tidak lama setelah Bell datang, orang-orang yang menargetkan pedang suci tiba-tiba banyak yang muncul kan?"

"Dan lagi, pada awalnya Sariel-sama juga sangat gigih mengejar pedang suci Emi."

"Tapi berdasar pada hasilnya, bukankah itu karena pedang suci ada hubungannya dengan Alas Ramus?"

Dari luar, tujuan Malaikat Agung Sariel dan Gabriel, terlihat hanya ingin mendapatkan pedang suci Emi.

Hanya sampai Alas Ramus muncul dan mengungkap bahwa Pedang Suci One Wing adalah senjata yang memiliki Sephirah sebagai intinya, Maou dan yang lainnya tahu bahwa tujuan asli Surga adalah mengumpulkan fragmen Sephirah yang menjadi inti Pedang Suci One Wing dan Alas Ramus....

"Masih tak apa jika itu hanya Surga, tapi bahkan Iblis Ciriatto yang muncul di Choshi pun juga mengincar fragmen Yesod. Tidak hanya itu, klan Malebranche yang bersembunyi di Benua Timur nampaknya juga memiliki fragmen Yesod, dan ditambah lagi dengan Iron yang sebelumnya muncul, dia juga berada di pihak Iblis meskipun dia adalah anak yang terlahir dari Sephirah...."

"Penjelasan paling sederhananya adalah, terdapat sebuah hubungan antara Surga dan para Iblis....."

Meski penjelasan Suzuno harusnya menjadi cara yang paling sederhana untuk mengartikan hal ini.....

"K-ke-kenapa kalian semua tiba-tiba memandangku?"

Ketiga orang yang berjalan di depan, tiba-tiba menoleh di saat yang bersamaan dan memberikan syok pada Maou yang awalnya sangat bosan, sampai-sampai ia menjadi begitu panik.

"Tapi jika seperti itu, alasan kenapa dia bisa ada di sini tidak akan dapat dijelaskan, benar kan?"

"Benar sekali. Raja Iblis tidak tahu kalau Fragmen Yesod yang dia miliki akan menjadi Alas Ramus, dan pasukan Malebranche baru mulai pindah setelah Raja Iblis mati, tidak peduli bagaimana kau memikirkannya, Surga tak punya satupun alasan untuk membantu mereka."

"Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan, tapi jangan dengan santainya melihat mereka seperti orang mati!! Aku juga masih hidup sampai hari ini!!"

Laporan Maou tentang berita masih hidupnya Raja Iblis sepenuhnya diabaikan.

"Itu juga apa yang kupikirkan. Meskipun kita tidak tahu apa-apa soal Iron dan Geburah karena kita hanya punya sedikit petunjuk, tapi kita sudah punya beberapa petunjuk yang berhubungan dengan Yesod. Kalau dipikir-pikir, kenapa Sariel dan Gabriel ingin mengumpulkan fragmen Yesod?"

"Eh?"

Chiho yang tidak tahu maksud di balik pertanyaan itu, terlihat bingung.

".... Kuingatkan kalian semua, kita sudah hampir sampai di stasiun."

Suara Maou terdengar dari belakang, tapi lagi-lagi itu diabaikan oleh mereka bertiga.

"Kalau dipikir dengan seksama, kenapa hanya Yesod saja yang berbentuk fragmen? Jawabannya sederhana. Karena mereka saat ini sedang mengumpulkan fragmennya, itu artinya 'ada orang yang memecah Sephirah menjadi potongan kecil dan menyebarkan mereka'."

"Benar-benar membuat masalah bagi orang lain."

Maou yang sadar kalau tidak ada orang yang mendengarkannya, setelah menyetujui kata-kata Emi, dia pun memungut kaleng kosong yang telah dibuang ke tanah, dan berencana membuangnya ke dalam tempat daur ulang kaleng kosong yang ada di sebelah mesin penjual minuman. Tapi karena tempat sampah tersebut sudah penuh, dia hanya bisa meletakkan kaleng itu di atasnya dan kembali berjalan.

"Ah... Aku mengerti."

"Eh?"

Suzuno mengangguk paham, satu langkah sebelum yang lainnya.

Melihat Chiho masih belum memahaminya, Emi menggunakan tangannya yang lain yang tidak menggendong Alas Ramus untuk mengangkat tangan Chiho agar ia memperhatikan jarinya.

".... Ah!"

Sebuah cincin dengan permata ungu kecil di atasnya, terlihat di jari itu.

"Meski tidak diketahui apa itu benar-benar salah satu pecahannya, tapi setidaknya, bisa dipastikan kalau seseorang sudah menyebarkan fragmen tersebut. Bagaimanapun, kita punya contoh nyata di depan kita."

Cincin di jari Chiho juga memiliki fragmen Yesod yang sama seperti yang ada di gagang pedang Emi dan dahi Alas Ramus. Saat dalam kekacauan di mana Chiho mendapatkan cincin itu, selain cincin, dia juga mendapatkan beberapa potongan memori.

Itu adalah memori dari dunia nan jauh yang tidak Chiho ketahui, dan di saat yang sama, itu mungkin juga merupakan memori yang sudah sangat lama berlalu.

Seorang iblis muda yang terluka, dan seorang pria yang berdiri di ladang gandum.

"Ibu.... Yusa-san?"

"Benar sekali."

Emi mengangguk dengan ekspresi jengkel di wajahnya, dan melepaskan tangan Chiho.

"Bagaimanapun juga, kalau aku mengikuti jejak yang ibuku tinggalkan di Ente Isla sebelum aku dilahirkan ataupun di masa kecilku saat aku tidak tahu apa-apa, mungkin aku akan menemukan sesuatu. Meski begitu, sebenarnya aku tidak memiliki dasar sama sekali, aku hanya merasa kalau akan sangat bagus jika aku bisa menemukan beberapa petunjuk."

Apa yang paling Emi sesalkan adalah, meskipun itu hanya sebentar, saat rekan perjalanannya, yaitu Emerada dan Alberto datang ke Jepang untuk membantunya ketika dia ditargetkan oleh Urushihara dan Olba, dia harusnya ikut kembali ke Ente Isla bersama mereka sebentar.

Ibu Emi, Lailah, nampaknya tinggal bersama Emerada selama beberapa waktu.

Tapi pada saat itu, Emi tidak memiliki rekan yang bisa dia percayai, dan Maou, bukanlah tipe orang yang bisa dia alihkan pengawasannya. Meskipun Maou tidak melakukan hal-hal yang jahat, jika dia menggunakan kesempatan ini untuk pindah rumah saat sang Pahlawan kembali ke Ente Isla, maka Emi harus kembali mencari mereka dari awal lagi.

Bagi Emi yang sudah hidup sendiri di tengah-tengah masyarakat Jepang hampir setahun, dia benar-benar tidak ingin kehilangan Raja Iblis yang telah dia temukan dengan susah payah.

Akan tetapi, dia juga tidak bisa meminta Emerada atau Alberto untuk membantu mengawasi Maou.

Lagipula, berbeda dengan Emi yang berasal dari keluarga petani di sebuah desa yang normal, setelah umat manusia mendapatkan kembali kedamaiannya, Emerada dan Alberto masih memiliki tanggung jawab yang penting.

Sejujurnya, status mereka berdua sejak awal memang berbeda dengan Emi.

Setelah Pasukan Raja Iblis mundur, struktur kekuatan Gereja Ente Isla dan berbagai kerajaan pun perlahan kembali ke keadaan awalnya, jadi, tidak mungkin mereka membiarkan bakat yang menjanjikan seperti Emerada dan Alberto menetap di dunia lain.

Ditambah lagi, kemampuan Emi ketika dia sedang serius, saat dia mengalahkan Pasukan Raja Iblis di Ente Isla, kekuatan tempurnya itu telah berkembang sampai ke titik di mana Emerada, Alberto, dan Olba harus bekerja sama agar bisa menandinginya.

Semenjak dia gagal membunuh Urushihara dalam pertarungan di atas kota itu, satu-satunya orang di Jepang yang bisa melawan ketiga iblis itu di saat yang sama dan menang, hanyalah Emilia sang Pahlawan.

Jika arti kehadiran Chiho di mata Maou dan yang lainnya meningkat lebih awal....

Atau jika Suzuno datang lebih awal....

Ketika Emi berencana kembali ke rumah lamanya, pemikiran tak berguna seperti itu terus berputar di dalam kepalanya.

Tapi hubungan terpercaya antara Maou, Chiho, dan yang lainnya baru terbangun dalam setengah tahun ini, dan pada dasarnya, jika tindakan kotor yang dilakukan oleh Urushihara dan Olba tidak terjadi, Suzuno mungkin juga tidak akan datang.

Segala sesuatu yang membuat Emi terlibat selama ini adalah karena beberapa penyimpangan kecil yang menyebabkan berbagai hal menghalangi jalannya.

Tentunya, percuma mengeluh mengenai hal-hal itu sekarang.

Dan....

"Oh... Uu.... Uh.... Ah, mama, apa kita akan pulang?"

Sebelum mereka sadar, mereka berempat ternyata sudah sampai di gerbang tiket stasiun Sasazuka.

Mungkin dikarenakan pengumuman yang ada di stasiun dan suara kereta yang lewat terlalu berisik, Alas Ramus pun terbangun dengan sebuah kernyitan sambil mengangkat kepalanya dengan mata yang sayu.

"Oh, Alas Ramus, kau sudah bangun, datang dan main lagi ya."

Maou, dengan mata yang tajam, menyadari bahwa gadis kecil itu sudah bangun, dia pun berjalan untuk meraih tangan kecil nan halus milik Alas Ramus.

"Bye, Alas Ramus-chan."

"Sebelum sampai rumah, kau harus jadi anak yang penurut ya."

Chiho dan Suzuno, berada di belakang Emi, menunjukan senyum yang hangat pada Alas Ramus

Jika semuanya terjadi sesuai dengan harapan Emi, dia mungkin tidak akan bisa mengalami kehangatan seperti ini.

Belakangan ini, Emi mulai merasa kalau hidup seperti ini tidak buruk juga.

"Maafkan aku tidak menghabiskan banyak waktu denganmu. Ayo kita main lagi lain kali."

"Janji jari kelingking!!"

Alas Ramus yang perlahan terbangun, mengulurkan tangannya ke arah Maou dengan paksa.

Sepertinya terlalu sulit bagi Alas Ramus untuk mengulurkan jari kelingkingnya.

"Oh, janji jari kelingking."

"..... Apa yang kau lakukan hari ini, jarang sekali melihatmu menggunakan kalkulator."

Emi juga terkejut ada sesuatu yang memiliki prioritas lebih tinggi dibandingkan Alas Ramus.

Biasanya, tidak peduli apa yang dilempar ke arahnya, Maou tidak akan pernah lupa untuk meluangkan waktunya bersama dengan Alas Ramus, karena itulah, hal seperti ini rasanya sudah cukup mengejutkan, namun, tak disangka, sebuah jawaban datang dari arah yang benar-benar bebeda.

"Belakangan ini, Maou-san diharuskan memiliki Surat Izin."

Chiho menjawab demikian.

""Surat Izin??""

---End of Part 1---





Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
1 Komentar