[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 1 : Pahlawan, Perpisahan Sementara -2
Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 1 Part 1
Chapter 1 : Pahlawan, Perpisahan Sementara.
""Surat Izin??""
Dari ekspresi terkejut Suzuno, sepertinya ini juga pertama kalinya dia mendengar hal tersebut.
"Surat izin... Apa itu untuk mobil?"
Ketika berbicara tentang Surat Izin dalam obrolan normal orang Jepang, hal pertama yang orang-orang pikirkan pastilah Surat Izin Mengemudi.
Lagipula, mustahil tujuan Maou yang berikutnya bisa dipelajari dalam seni bela diri.
Dalam Undang-Undang Jepang, Maou adalah orang dewasa, jadi dia sudah memasuki usia di mana dia bisa memperoleh Surat Izin Mengemudi, namun, itu bukanlah hal yang Emi dan Suzuno cemaskan.
""Hebat sekali kau bisa mendapat persetujuan Alsiel.""
"Memangnya itu hal paling pentingnya? Kalian benar-benar membantah bagian ini? Kalian pikir aku menganggap dia itu orang seperti apa?"
Bahkan bagi Maou, membalas jawaban serentak tersebut, tetap membuatnya berwajah dingin.
"Bukankah Surat Izin Mengemudi itu membutuhkan banyak uang? Dan kau juga masih harus latihan mengemudi dulu kan? Apa kau punya uang lebih? Ditambah lagi, meski kau adalah Raja Iblis, apa kau memang berencana mematuhi aturan lalu lintas?"
"Aku terkadang mendapat selebaran di halte bus dari kursus mengemudi di sekitar sini, tapi untuk biaya kursus termurah pun bahkan bisa melebihi 10.000 yen, iya kan? Aku benar-benar berpikir kalau Alsiel tidak mungkin akan mengizinkan pengeluaran semacam ini, dan aku juga merasa kalau kau tidak mungkin memiliki uang sebanyak itu."
"Aku ini hanya ingin mempunyai Surat Izin Mengemudi, apa kalian perlu melukaiku sampai segitunya? Apa salahnya Raja Iblis yang ingin memiliki Surat Izin Mengemudi?"
"Semenjak Raja Iblis membutuhkan perizinan dari negara untuk melakukan sesuatu, hal ini sudah cukup menggelikan."
Suzuno mengangguk setuju dengan penjelasan Emi.
"Kubilang ya....."
Bahu Maou merosot karena depresi.
"Dari awal, aku tidak pernah bilang soal Surat Izin Mengemudi mobil kan?"
"Lalu, Surat Izin apa yang ingin kau dapatkan?"
"Mungkinkah itu surat izin khusus professional? Biasanya kau hanya terlihat serius ketika menanggapi masalah yang berhubungan dengan MgRonalds, jadi apa ini sesuatu seperti surat izin manajemen kebersihan makanan atau surat izin chef gitu? Meski yang manapun itu tetap saja membutuhkan biaya...."
"Memikirkan soal masa depan, aku mungkin akan mengambil surat izin manajemen kebersihan makanan nanti."
"Jadi kau sudah memikirkannya?"
"Mungkin aku bisa menggunakannya setelah menjadi karyawan tetap. Tapi aku tidak akan mengambil surat izin itu kali ini."
Maou berdeham sekali, membusungkan dadanya, dan mengatakan,
"Kalian pasti ketakutan setelah mendengar ini. Apa yang ingin kuambil adalah...... Surat Izin Mengemudi Moped!"
(T/N : Moped, sejenis scooter itu lo, yang biasanya di anime dipakai buat delivery.)
Suara kereta cepat yang melewati stasiun Sasazuka pun terdengar.
"..... Kalau begitu, Bell, Chiho, aku pergi dulu ya."
"Yeah, hati-hati saat dalam perjalanan."
Emi mengabaikan Maou yang terlihat bangga dan bersiap-siap pergi.
"Yusa-san, Suzuno-san! Maou-san terlihat seperti ingin menangis, tolong bereaksilah sedikit!"
"Eh...."
Meskipun itu adalah permintaan Chiho, Emi masih saja menunjukan ekspresi jengkel.
"Karena dia berlagak untuk waktu yang sangat lama, hal itu memang membuatku penasaran.... ini bukan seperti aku meremehkan Surat Izin Mengemudi Moped, tapi jika seseorang ditanyai apakah ini adalah surat izin yang bisa dibanggakan oleh Raja Iblis, bagaimana kau akan menjawabnya Chiho?"
"Eh?.... Uh.. i-itu...."
Chiho menjadi bingung karena pertanyaan tak terduga Emi.
"Bi-biar kuberitahu kau hal ini! Aku tidak hanya ikut ambil bagian dalam ujian itu! Dari 7.750 yen biaya administrasinya, perusahaan akan membantuku membayar 5.700 yen! Tidak ada alasan untuk tidak mengambilnya kan? Meski kubilang kalau aku harus membayar 2.050 yen, Ashiya juga tidak mengeluh sama sekali!"
"...."
Berkaitan dengan seberapa seriusnya Raja Iblis ketika mengatakan hal-hal itu, pernyataan semacam ini sudah berputar-putar di pikiran Emi dan Suzuno selama beberapa bulan ini, meski mereka sudah berdasar pada pengalaman dan tahu bahwa Raja Iblis 100% serius, mereka tetap saja dipenuhi dengan rasa hampa dan lelah.
".... Kalau begitu, kenapa mereka tidak membayar semuanya?"
"Menurut peraturan perusahaan, hanya 2.050 yen dari biaya administrasi untuk pengumpulan surat izin saja yang tidak diikutsertakan. Itu karena perusahaan hanya membayar biaya latihannya saja!"
"Tunggu, perusahaan yang kau bicarakan itu MgRonalds kan? Meskipun kau yang memiliki surat izinnya, kenapa MgRonalds harus membantu membayarnya?"
"Dengar baik-baik!! Sebenarnya MgRonalds kami...."
"Restoran kami akan mulai menyediakan layanan 'delivery' dari sekarang. Jadi karyawan yang berusia 20 tahun atau lebih harus memiliki Surat Izin Mengemudi Moped, sementara mereka yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi Moped, perusahaan akan membantu mereka membayarnya melalui izin lisensi professional."
Chiho yang menilai kalau perkembangan obrolannya akan melambat jika penjelasannya diserahkan pada Maou, langsung menyela Maou dan menjelaskannya dengan cara yang sederhana.
"....."
Berkebalikan dengan Maou yang terlihat seolah kesenangannya direbut, Suzuno dan Emi malah menunjukan reaksi yang berbeda.
"Delivery maksudnya layanan pesan antar kan?"
Suzuno bahkan sampai membalik pekerjaan rumah tangga hanya karena ingin menggunakan bahasa Inggris untuk menjelaskan hal tersebut.
"Pesan antar.... ya, itu maksudnya. Karena pesan antar tidak bisa dikirim dengan sepeda, jadi Moped harus digunakan, dengan demikian, surat izin pun diperlukan... Tapi aku masih SMA, dan aku juga tidak memenuhi syarat untuk izin lisensi professional."
Chiho menjelaskannya dengan tidak senang.
"Meskipun cukup mengejutkan MgRonalds akan mulai menerima layanan delivery, tapi bukankah kalian baru saja membuka cafe di lantai dua? Baru saja setengah bulan terlewati, dan kalian ingin menambah model bisnis yang lain lagi?"
Emi yang masih lumayan familiar dengan masyarakat Jepang, mengutarakan sebuah pendapat yang terdengar seperti seorang pegawai.
"Mengenai itu, bahkan Kisaki-san juga merasa sedikit berat."
Manajer handal dari MgRonalds di depan stasiun Hatagaya di mana Maou dan Chiho bekerja, Kisaki Mayumi, adalah seorang wanita yang sangat bersemangat mengenai pekerjaannya, sampai-sampai orang memanggilnya iblis laba.
Biasanya, Kisaki tidak hanya menyatakan kalau dia ingin membuat laba harian mereka melampaui tahun lalu lebih dari 100%, dia bahkan juga ingin mendapatkan banyak penghargaan, tapi menambahkan model bisnis baru sebelum MdCafe yang baru buka beberapa hari yang lalu bisa stabil, tetap membuat dia sangat sibuk sampai membuatnya kewalahan.
"Karena restoran kami buka di sebelah jalan utama dari area perumahan kota dan area bisnis, sekaligus salah satu restoran yang bisa melakukan pelayanan pesan antar MdCafe, para petinggi MgRonalds tiba-tiba membuat keputusan ini. Dibandingkan cepatnya perluasan model bisnis yang baru, masalah terbesar kami adalah kurangnya tenaga kerja."
Sebenarnya, layanan pesan antar MgRonalds itu sendiri bukanlah hal yang baru.
Layanan ini tidak hanya terbatas pada area-area tertentu seperti halnya pengiriman pizza, dalam satu pemesanannya, setidaknya perlu biaya 1.500 yen termasuk GST agar bisa memesan lewat telepon dan menggunakan layanan pesan antar tersebut.
Mereka memang bisa perlahan meningkatkan layanan pesan antar dengan restoran yang ada di sepanjang jalanan kota utama sebagai fokusnya, tapi kali ini, mereka kebetulan memilih restoran yang ada di depan stasiun Hatagaya.
Masalahnya, inti dari permasalahan ini, restoran itu masih belum siap menerima perubahan tersebut.
Dari bagaimana Maou harus bersiap-siap mengambil ujian Surat Izin Mengemudi, bisa dilihat kalau orang yang sudah memiliki surat izin itu sangatlah jarang.
Dan sebelum menyebutkan masalah tentang Surat Izin Mengemudi, jumlah karyawan di restoran depan stasiun Hatagaya itu sejak awal tidak akan cukup untuk menangani layanan pesan antar ini.
Bagaimanapun, dengan penambahan counter kopi khusus di lantai dua saja, sudah meningkatkan jumlah orang yang harus dipekerjakan di restoran.
Dengan menambahkan layanan delivery yang membutuhkan Moped, tentunya mereka perlu pegawai lebih dari satu.
Untuk mengurusi pemesanan lewat telepon, mereka hanya punya pilihan antara mempekerjakan karyawan baru, atau melakukan training untuk pegawai yang ada saat ini, hal ini pasti akan menambah waktu dan orang yang diperlukan.
Bahkan jika jumlah karyawan pengantarnya ditambah, tetap saja sulit menjamin kalau lokasi pengantarannnya selalu ada di jalan utama, jadi lebih baik mereka menunjuk orang yang kenal dengan daerah ini untuk melakukan tugas tersebut.
Apapun alasannya, pekerjaan ini akan mengamankan jumlah karyawan dan melatih mereka hingga mencapai standar yang Kisaki inginkan, meskipun masih ada dua bulan sebelum awal bulan November di mana operasi ini resmi dimulai, waktu saat ini sama sekali tidak memberikan kelonggaran sedikitpun.
"Kita masih perlu tiga orang yang bisa terlibat dalam operasi harian.... tidak, dua saja!"
Itu adalah kata-kata favorit Kisaki belakangan ini.
Mereka setidaknya masih membutuhkan dua karyawan penuh. Meskipun mereka hanya perlu jumlah ini untuk mengisi jeda waktu melatih orang yang bertugas pada delivery, tapi saat musim gugur di mana liburan musim panas para mahasiswa universitas berakhir, mereka tetap akan kesulitan menambah jumlah tenaga kerja.
"Emi, apa kau berencana berpindah pekerjaan?"
Meski pernyataan tersebut dikatakan dengan nada bergurau, Emi tetap menjawab bujukan Maou dengan dingin,
"Ngomong-ngomong, bayaranku perjam saat ini adalah 1.700 yen."
"..... Maaf, anggap saja aku tidak pernah mengatakan apa-apa."
"Se-seribu tujuh ratus yen...."
Gaji Emi perjam, membuat Chiho, yang bayaran perjamnya tidak berubah banyak semenjak masa trainingnya karena dia masih seorang siswa, menjadi sangat terkejut.
"Meski bayaran perjamnya sangat tinggi, tapi ada banyak kesulitannya juga ya! Meskipun terlalu berlebihan mengatakan hal ini sendiri, tapi karena aku, sang Pahlawan yang sudah mengalami banyak pertarungan, mengatakannya, kau harusnya tahu seberapa buruknya hal itu."
".... Be-benar juga. Kau kan pegawai customer service."
Pekerjaan Emi adalah customer service di sebuah departemen perusahaan telekomunikasi yang bertanggung jawab menerima telepon. Meskipun pekerjaannya disebut customer service, selain bertanggung jawab menerima telepon, mereka juga harus mengambil inisiatif untuk menangani telemarket. Tapi karena ada banyak pekerjaan tergantung industri tersebut, memang tidak bisa dinilai kalau setiap industri itu pasti sulit, tapi untuk situasi Emi, kelihatannya memang benar-benar ada banyak masalah.
Maou menoleh ke arah Suzuno....
"Ngomong-ngomong, aku juga tidak bisa. Aku tidak percaya diri bisa menggunakan bahasa asing untuk melayani pelanggan hingga mencapai standar yang diharapkan manager Kisaki."
Tapi Suzuno sudah mengucapkan kalimat tersebut lebih dulu.
Mereka bertiga merasa kalau masalah ini tidak ada hubungannya dengan bahasa asing, tapi baik itu Maou, Chiho, ataupun Emi....
'Selamat datang! Bagi kalian yang sudah memesan, silakan lewat sini!'
Mereka sama sekali tidak bisa membayangkan kalau Suzuno, yang memiliki ekspresi kaku bahkan dalam percakapan sehari-hari, akan menunjukan senyum professional.
"Apa kalian bertiga sedang memikirkan sesuatu yang tidak sopan?"
Suzuno yang cukup sensitif untuk merasakan kalau Maou dan yang lainnya sedang menunjukan ekspresi rumit, bertanya dengan nada rendah, dan mereka bertiga menggelengkan kepalanya dengan senyum kaku di wajahnya.
"Po-pokoknya, meski aku merasa tidak enak dengan Chiho, aku hanya bisa mengucapkan lakukan yang terbaik saja! Lalu, kembali ke topik awal kita..."
"Oh iya, apa yang kita bicarakan tadi?"
Kata-kata Emi membuat semua orang mendapatkan kembali kesadarannya.
Tak disangka, mereka berempat sudah mengobrol selama hampir 20 menit di depan gerbang tiket.
"Itu mengenai diriku yang akan pulang ke kampung halamanku."
Pahlawan dan Raja Iblis sedang mengobrol di depan stasiun, dan berulang kali menyimpang dari poin utama karena topiknya meluas kemana-mana, hal ini benar-benar sebuah lelucon.
"Aku sudah mengambil cuti dari perusahaan, jadi aku hanya perlu meminta Em untuk menjemputku. Rencananya aku akan berangkat senin depan."
"Eh?"
Chiho menahan napasnya, bahkan Suzuno juga memprotesnya....
"Bukankah itu terlalu terburu-buru? Meski kubilang berbagai hal bisa diserahkan padaku, tapi aku masih harus membuat beberapa persiapan...."
Tapi setelah ia mendongak dan melirik ke arah Maou yang ada di sampingnya, kedua tangan Suzuno yang terangkat ingin protes, langsung turun dengan lemas begitu saja.
".... sepertinya persiapannya tidak terlalu dibutuhkan."
"Benar kan?"
"Meski aku tidak tahu apa yang kalian berdua bicarakan, tapi setidaknya aku tahu kalau aku sedang diremehkan."
Melihat Emi dan Suzuno saling mengangguk satu sama lain tanpa ekspresi, dari sudut pandang Maou, dia merasa perlu untuk menyuarakan ketidaksetujuannya dengan serius.
"... Kami tidak meremehkanmu. Semua orang itu memujimu, mengatakan kalau kau itu pekerja keras, serius, dan mematuhi peraturan."
"... Benar sekali, Raja Iblis. Seseorang sepertimu yang bangun awal di pagi hari, menjalani hidup yang sederhana, pekerja keras, dan belajar agar tidak melanggar hukum, siapa yang akan meremehkanmu?"
"Jika kalian ingi memujiku, setidaknya tatap mataku!"
"Papa luar biasa! Sangat hebat!"
"..... Terima kasih.... Alas Ramus."
Tidak akan ada orang yang bisa menang melawan anak kecil.
"Ta-tapi, Yusa-san, minggu depan, itu....."
Chiho bertanya dengan ragu, lantas Emi pun mengangguk dengan sebuah senyum kecut seolah tiba-tiba memikirkan sesuatu.
"Tenang, orang-orang di sana juga akan sibuk dengan berbagai hal, dan aku juga harus bekerja, jadi aku akan kembali saat akhir pekan nanti. Urusan di tanggal 12 nanti, aku tidak akan melupakannya!"
".... Te-terima kasih."
"Tanggal 12.... Oh, itu."
Maou dan Suzuno mengangguk karena mengingat sesuatu.
"Akan kukatakan hal ini terlebih dahulu, mengabaikan Bell sebentar saja, sebaiknya kau tidak terpikir untuk melakukan hal yang tidak perlu."
Tanpa diduga, Emi dengan serius menatap tajam ke arah Maou, tapi Maou mengabaikannya dan menjawab,
"Apa, membosankan sekali. Aku sudah terpikir membuat lencana jenderal dan memberikannya padamu."
Tanggal 12 september, yang disebutkan oleh Emi dan Chiho adalah hari minggu.
Di hari itu, karena keinginan kuat dari Chiho, mereka berencana menggelar pesta ulang tahun gabungan untuk Emi dan Chiho.
Sistem kalender di Ente Isla berbeda dengan yang ada di bumi. Tapi hari ulang tahun Emi, ada di awal musim gugur, jadi semuanya menyarankan untuk merayakan pesta ulang tahun mereka berdua di hari ulang tahun Chiho yaitu tanggal 10, tapi sayangnya, hari itu adalah hari jumat, yang mana merupakan hari kerja.
Karena Maou yang sangat Chiho harapkan untuk hadir, memiliki jadwal kerja sampai malam, setelah melakukan diskusi, mereka pun memutuskan untuk menyelenggarakan pesta mereka dua hari kemudian, yaitu di hari minggu.
Karena jumlah orang yang akan hadir bertambah, pasti akan sulit untuk meluangkan waktu di suatu hari tertentu.
"Jika aku bisa memotong-motongnya menjadi potongan kecil saat itu juga, ini tidak seperti aku tidak bisa menerimanya. Sebenarnya, sebagian alasan kenapa aku pulang adalah untuk memastikan kata-kata yang kebetulan kau ucapkan itu, tidak akan menyebabkan efek yang aneh di sana."
Dengan kata-kata yang diucapkan Emi ini, Maou memperlihatkan ekspresi tidak senang.
Bagaimanapun juga, kabar tentang Raja Iblis Satan dan Jenderal Iblis yang ternyata masih hidup, sekaligus kabar tentang Satan yang mengangkat Pahlawan Emilia, Penyelidik Gereja Crestia Bell, dan seorang gadis dari dunia lain sebagai Jenderal Iblisnya yang baru, telah menyebar di Ente Isla.
Meskipun itu adalah sesuatu yang harus dilakukan untuk melindungi Chiho, tapi dari sudut pandang Emi dan Suzuno, ketika hal ini diketahui oleh orang lain sebagai fakta, mereka tidak akan bisa mengeluh jika semua orang di Ente Isla mulai mengkritik mereka di belakang.
"Tidak ada yang akan terjadi, mungkin."
"Kata-katamu sama sekali tidak bisa dipercaya!"
Emi yang tidak bisa mentolerir sikap Maou yang terlampau optimis, melirik ke arah jam tangannya.
"Oh tidak, jika aku tidak segera pergi, aku tidak akan bisa sampai tepat waktu untuk jam tidur Alas Ramus."
"Apa biasanya dia tidur seawal ini?"
"Sejak Chiho pergi latihan, dia terus saja menggangguku meminta mandi. Dan itu harus air panas. Ketika aku pulang, mengisi air panas, dan mandi sampai Alas Ramus senang, tak terasa jam 10 sudah lewat begitu saja."
"Alas Ramus itu termasuk Edoko."
(T/N : Edoko, anak dari zaman Edo, maksudnya anak yang selalu minta mandi sebelum tidur.)
Kata Suzuno dengan riang tanpa alasan yang jelas.
"Jika seorang Edoko terlahir dari Sephirah, betapa menggelikannya hal itu!"
Bantah Maou dengan tidak senang.
"Kalau begitu, Iron adalah Dosanko."
(T/N : Dosanko, orang yang lahir di Hokkaido, tidak jelas apa maksudnya di sini.)
Chiho meneruskan topik tak berguna tersebut.
"... Kalau begitu, aku sebaiknya segera pulang. Sampai jumpa tanggal 12."
"Er, erhm, Yusa-san!"
Chiho menghentikan Emi yang ingin mengeluarkan karcis bulanan dari dalam tasnya.
"Bolehkah aku mengantarmu? Aku sedikit khawatir... Dan karena Emerada-san jarang sekali ke sini, aku juga ingin menyapanya."
"Aku minta maaf. Aku bertemu dengan Em senin siang. Chiho harusnya masih ada di sekolah kan?"
"Aww...."
Meski terkadang dia lupa karena memiliki terlalu banyak interaksi antar budaya, tapi Chiho bukanlah seorang Edoko, melainkan gadis SMA yang dilahirkan di Tokyo modern.
Karena liburan musim panasnya sudah berakhir, maka Chiho harus memenuhi perannya sebagai murid.
Emi dengan pelan menepuk pundak Chiho untuk menghibur gadis yang murung tersebut, Alas Ramus juga mengulurkan tangannya dan menyentuh dahi Chiho berulang-ulang.
"Jangan khawatir, aku ini masih manusia yang terkuat, Sang Pahlawan. Percayalah pada pencapaianku yang telah mengalahkan Raja Iblis dan mengusir Malaikat Agung. Karena Alas Ramus juga ikut ke sana, jadi aku tidak punya rencana untuk pergi ke tempat yang berbahaya ataupun bertarung dengan orang lain, layaknya mengatur barang-barang di rumah lamaku, aku pasti akan segera kembali."
"Itu benar! Kuperingatkan kau, akan sangat gawat kalau sesuatu terjadi pada Alas Ramus, jadi jangan pernah berpikir melakukan hal-hal yang tidak perlu, kembalilah setelah bertemu dan makan bersama Emerada!"
Maou yang akhirnya ingat kalau Emi dan Alas Ramus tidak bisa dipisahkan, dengan cepat mengangkat kepalanya dan membungkuk ke arah Emi.
Emi mengernyit, memotong momentum Maou, dan berkata,
"Alasan utamanya itu ada padamu, aku tidak butuh nasihatmu! Kau, jangan coba-coba mengambil kesempatan saat aku tidak ada dan mengacau! Dengan banyak cara, aku pasti akan meminta Bell untuk mengawasimu dengan benar, okay?"
"Haaah!! Bahkan jika aku tidak melakukan sesuatu yang khusus, aku masih bisa memperoleh dunia yang lebih besar dengan Moped! Tidak akan ada yang bisa menghentikanku! Saat kau kembali nanti, sebaiknya kau jangan menangis ya!"
"Semoga saja kau lupa membeli kertas salinan, lalu diberhentikan oleh orang yang ada di pusat ujian mengemudi!"
"Mereka juga menjual kertas salinan di pusatnya!! Dasar kurang pengetahuan!!"
"Aah! Cukup, Emilia, sudah pulang sana! Raja Iblis juga, kau akan membuat Chiho-dono telat pulang! Jika kalian tidak berhenti sekarang, pertarungan antara Pahlawan dan Raja Iblis akan berubah menjadi percekcokan tentang penjualan kertas salinan di pusat ujian mengemudi, dan dicatat dalam kitab suci dan disebarkan ke generasi selanjutnya!"
Pertengkaran Maou dan Emi condong ke arah yang sama sekali tidak ada artinya, dan Suzuno pun dengan paksa memisahkan mereka berdua untuk menghentikan kejadian bodoh ini.
15 menit sudah terlewati setelah Emi memeriksa jamnya, baik itu membawa gadis SMA berkeliaran, atau membuat seorang gadis kecil tetap terjaga, dalam beberapa hal, hal ini sebenarnya sudah sangat kurang pantas.
"Chiho-dono, tenanglah. Meski ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan, tapi aku punya banyak waktu. Aku juga ingin bertemu dengan Emerada-dono, jadi aku akan mengantarnya secara langsung. Raja Iblis, begitu tidak apa-apa kan?"
Dalam periode waktu tersebut, sebuah pengumuman yang memberitahukan kalau kereta selanjutnya akan segera tiba, terdengar di stasiun,
"Kalau begitu Chiho, sampai jumpa minggu depan. Bell, aku akan mengirim pesan padamu nanti."
Setelah Emi mengangkat kepalanya dan mengatakan hal tersebut, kali ini dia benar-benar melewati gerbang tiket dan berjalan menuju bagian dalam stasiun.
"Bye bye!! Papa, Chi nee-chan, Suzu nee-chan, bye bye!"
Maou, Chiho, dan Suzuno, setelah menyaksikan Alas Ramus bersandar di bahu Emi dan melambai dengan sekuat tenaganya, mereka bertiga tanpa sadar sudah menenang.
"Ugh, tapi di pusat benar-benar menjual kertas salinan, kau tahu?"
"Siapa yang peduli denganmu.... Baik, pokoknya ayo kita cepat antar Chiho-dono pulang. Chiho-dono, apa jam segini tidak apa-apa?"
"Ah, y-ya. Tidak masalah..... tapi...."
"Hm?"
Dengan suara kereta yang bergerak terdengar di atas mereka, Chiho menatap kereta yang harusnya ditumpangi oleh Emi dan Alas Ramus, dan berbicara dengan pelan,
"Yusa-san terlihat lebih ceria akhir-akhir ini."
".... Kenapa kau menatapku dan mengatakan itu?"
Maou yang merasa kalau tatapan Chiho beralih dari kereta ke arahnya, sedikit mundur ke belakang.
"Apa kau tahu alasannya?"
"Tidak."
"..... Ya ya, sebaiknya kita bicara sambil berjalan."
Suzuno menghela napas dan mendesak mereka berdua untuk bergerak.
"Yusa-san memang menjadi lebih ceria, atau harus kukatakan lebih energik....."
"Dia biasanya sudah sangat berisik, iya kan?"
"Bukan, Maou-san! Bukan seperti itu, harusnya itu lebih.... aku juga tidak tahu bagaimana cara mengatakannya."
"Dia sendiri bilang begitu sebelumnya...."
Suzuno menoleh kembali ke arah stasiun Sasazuka dan mengatakan,
"Bagaimanapun juga, dibandingkan menangani masalah dengan pasif atau menyerang secara aktif, pasti akan menimbulkan perbedaan di kondisi mental."
"Perasaan yang dia tunjukan pada orang lain akhir-akhir ini, rasanya sudah tidak ragu seperti sebelumnya...."
Bagaimanapun, Maou juga merasa kalau beberapa hari ini, Emi terlihat sudah pulih seperti saat mereka pertama kali bertemu di Jepang, dia menunjukan sifat proaktif sampai ke titik tertentu, dia juga telah berhenti memikirkan situasi yang ada di sekitarnya.
"Tapi aku merasa bukan hanya itu."
"Hm?"
"Chi-chan, apa maksudmu?"
"Serius ini.... kalian berdua tidak tahu? Dalam beberapa hal, ini ada hubungannya dengan Maou-san dan Suzuno-zan."
Chiho bergantian menatap wajah Maou dan Suzuno, merasa sangat terkejut.
Tapi Maou dan Suzuno hanya bisa saling memandang satu sama lain, merasa bingung.
Lagipula, selain tinggal di apartemen yang sama, Maou dan Suzuno sebenarnya tidak memiliki kesamaan sama sekali.
Ditambah fakta bahwa itu ada hubungannya dengan Emi, dan selain fakta bahwa mereka bertiga yang tinggal di Jepang, mereka nampaknya tidak bisa menemukan kesamaan mereka....
"Karena aku merasa frustasi tidak bisa mencapai level itu, aku tidak akan memberitahu kalian!"
"A-apa itu?"
"Entahlah....?"
Dua orang, yang merasa seperti dikritik oleh Chiho, mengenyit sambil menatap Chiho yang terlihat agak bahagia, dan mendekatinya.
"Chiho-dono, aku menyerah. Tentang apa ini?"
Ketika mereka melihat rumah Chiho, Suzuno menyesuaikan cara berbicaranya, mengangkat kedua tangannya, dan mengatakan hal tersebut pada Chiho.
Chiho memalingkan wajahnya dan menjawab jujur dengan ekspresi tidak puas di wajahnya.
"Meski aku tidak tahu apakah Yusa-san sendiri sadar...."
Usai kalimat pembuka tersebut, Chiho melanjutkannya dan berbalik menghadap ke arah kedua orang itu.
"'Pahlawan yang datang untuk memerangi Raja Iblis', telah memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, kau tahu? Bukankah itu artinya dia sudah sepenuhnya mempercayai Maou-san dan Suzuno-san?"
""!!!!""
Maou dan Suzuno menahan napasnya di saat yang sama.
"Menurutku itu karena Yusa-san percaya meski tanpa pengawasannya, Maou-san pasti tidak akan melakukan hal-hal yang buruk di Jepang, dan bahkan jika sesuatu terjadi, Suzuno-san pasti akan memikirkan cara untuk menyelesaikannya, itulah kenapa dia bilang dia ingin kembali ke kampung halamannnya, iya kan? Uh.... Meskipun kepercayaan semacam itu bisa sedikit berbeda...."
Kata-kata Chiho membuat kedua orang yang mendengarkannya, tercengang.
"Sampai sini saja tak apa. Terima kasih sudah mengantarku! Suzuno-san, aku mengandalkanmu untuk mengantar Yusa-san berangkat!"
Setelah Chiho tersenyum dan melambai, dia pun berbalik dan memasuki rumahnya.
Setelah berdiri bengong di tempat dan menatap satu sama lain, Maou dan Suzuno mengangkat bahunya dengan canggung, dan mengalihkan pandangan mereka dari satu sama lain.
"Sebagai seorang Raja Iblis, ini adalah sesuatu yang harus disesalkan."
".... Kalau begitu anggap saja seperti itu.... Sudah saatnya kita pulang, jika kita terlambat pulang karena mengobrol, Alsiel pasti akan mengomel lagi."
Setelah itu, Maou dan Suzuno berjalan melewati area perumahan di malam hari tanpa mengatakan apa-apa, dan berpisah di lorong apartemen yang sama juga tanpa berbicara sepatah katapun.
"Selamat datang kembali, Maou-sama! Ketika aku berpikir kalau Emilia tidak akan ada di sini untuk sementara, aku merasa sangat segar! Kenapa kita tidak pergi ke toko Yakiniku dan merayakannya?"
Ketika Maou sampai ke rumahnya, dia mendapati Ashiya yang sedang bersemangat, memberi saran untuk makan di luar.
Selama sang Pahlawan pergi, seorang Jenderal Iblis hanya ingin memakan Yakiniku? Rasanya ini seperti sudah tak tertolong lagi.
"Maou-sama?"
"Ah, Maou, aku mengirimkan pesan padamu untuk membeli pudding di mininarket saat pulang, apa kau melihatnya?"
"... Ugh, aku tidak sadar."
Maou mengambil ponsel dari dalam sakunya, dan menemukan sebuah pesan yang dia terima lebih dari 10 menit yang lalu.
"Eh~ padahal sangat jarang Ashiya menyetujuinya!"
Protes Urushihara dengan tidak senang.
"Yang benar saja."
"Maou-sama?"
"Maou, ada apa?"
Ashiya dan Urushihara menatap pemimpin mereka yang ada di beranda dengan bingung, tapi Maou yang mendongak sesaat setelahnya, menunjukan ekspresi marah di wajahnya.
"Ketika Pahlawan tidak ada, kalian hanya berpikir tentang yakiniku dan puding karena kalian memang menyukainya? Itulah kenapa Emi mempercayai kita!! Tunjukanlah sedikit kesadaran dan kebanggan sebagai Jenderal Iblissss!!!"
Teriakan marah Maou dan jeritan bingung dari Ashiya dan Urushihara, terdengar di kamar sebelah, Suzuno pun menutup matanya dengan wajah tanpa ekspresi dan menunggu keributan yang disebabkan oleh Maou yang menggila, menenang.
"Raja Iblis sendiri harusnya tidak punya hak untuk mengomeli orang lain...."
Sebagai seorang pemimpin yang memarahi bawahannya karena yakiniku dan pudding, Raja Iblis yang ada di kamar sebelah nampaknya terlalu terpengaruh oleh budaya Jepang, Suzuno mendengarkan obrolan layaknya manusia yang berasal dari kamar sebelah sambil merasa jijik, dia kemudian ingat tanya jawabnya dengan Emi beberapa hari yang lalu.
"Karena malaikat itu juga manusia, maka....."
Kalau begitu, tetangga sebelah yang sedang berada dalam mood yang buruk, yang mana sangat dipercayai oleh Sang Pahlawan dan seorang gadis SMA, sekaligus berencana mendapatkan SIM dengan mengikuti aturan lalu lintas, seorang Raja Iblis--- iblis, sebenarnya mereka itu apa?
Maou dan Ashiya, penampilan iblis mereka bisa dikatakan menyerupai manusia, mereka bahkan tidak jauh berbeda dibandingkan malaikat.
Tidak seperti malaikat yang menggunakan sihir suci untuk menumbuhkan sayapnya, penampilan iblis sangatlah bermacam-macam, mereka tidak hanya memiliki bagian tubuh yang tidak dimiliki oleh manusia seperti tanduk, ekor, sayap, dan lain sebagainya, selain itu, mereka juga punya tubuh besar yang menentang akal sehat, bahkan ada sebagian dari mereka yang memiliki penampilan seperti Menteri Iblis Camio yang muncul di Choshi, seekor species burung dengan penampilan seperti manusia.
Akan tetapi, Raja Iblis Satan, Jenderal Iblis Alsiel, dan kepala suku Malebranche Farfarello, telah muncul di hadapan Suzuno dan yang lainnya dengan wujud manusia sepenuhnya.
"Apa ada cara untuk menyelidiki...... arti dibalik mereka yang memiliki penampilan seperti itu ya?"
Berpikir sampai ke titik ini, Suzuno yang berencana mengambil teleponnya, akhirnya menggelengkan kepalanya dan mengistirahatkan tangannya.
Ini tidak seperti dia tidak mempercayai Emi, tapi dengan situasi abu-abu yang ada di Ente Isla, rasanya terlalu sulit bagi Emi untuk mencari petunjuk sendirian.
Jika ada terlalu banyak hal ditangani sekaligus, kelemahan pasti akan lebih mudah terlihat, hal itu tidak hanya akan menyebabkan efek yang tidak diketahui, hal itu mungkin bisa juga melibatkan Jepang dan Chiho.
Emi bilang kalau dia ingin mencari jejak yang ditinggalkan oleh ibunya.
Kalau begitu, kali ini, lebih baik fokus pada masalah itu saja.
Karena itu adalah misteri yang bisa melibatkan seluruh dunia, percuma saja merasa cemas.
Tapi prioritas untuk saat ini.....
"Ah~ berisik!! Itu mengganggu tetangga!! Tidak bisakah kalian tenang sekarang!?"
Dia harus menenangkan keributan di kamar sebelah yang sudah tidak bisa lagi dia pahami.
Suzuno, melalui sebuah omelan, seketika menghentikan Maou yang tidak senang, dan Ashiya serta Urushihara yang sedang panik.
Ini aneh. Meskipun Suzuno sudah berjanji kepada Emi untuk menangani masalah yang mungkin terjadi nanti dan mengawasi Kastil Iblis....
"Jangan berselisih karena hal-hal yang tidak penting, cepat selesaikan belajarmu dan tidur!! Besok kau masih harus bekerja kan?"
.... Tapi tindakan layaknya seorang ibu yang berusaha menghentikan pertengkaran anaknya ini, harusnya tidak diikutkan ke dalamnya.
Suzuno sudah mulai khawatir bagaimana harus melewati beberapa hari ini sebelum Emi kembali.
Setalah membuat ketiga orang itu tenang, Suzuno yang kembali ke kamarnya dan menutup pintu beranda yang ada di belakangnya, mendesah dalam-dalam.
"Tapi meski begitu... ini pun juga termasuk kondisi yang tenang...."
Meski rasanya tidak benar, tapi hal ini tidak buruk juga.
Kalimat itulah yang paling bisa menjelaskan situasi orang-orang itu saat ini.
Senin, awal dari sebuah pekan.
Chiho menolak ajakan temannya, dan setelah menyelesaikan makan siangnya dengan cepat, dia pergi ke bangunan tua di sekolah yang biasanya tidak didatangi oleh para murid ataupun staff pengajar.... Dia ada di dekat ruangan yang dikenal 'ruang yang tidak bisa dibuka' dan berkonsentrasi menatap benda yang ada di tangannya.
Benda itu adalah batu kecil berwarna ungu, sebuah cincin sederhana dengan fragmen Yesod tertanam di dalamnya.
Sebagai siswa SMA yang taat peraturan, Chiho tentu saja tidak bisa memakai aksesoris semacam itu di sekolah.
Meskipun dia tidak pernah mendapatkan penjelasan yang konkrit, tapi Chiho tahu kalau 'gerbang' itu adalah sebuah mantra special, dan sebuah cara untuk bepergian dengan jarak yang amat sangat jauh.
Tentu saja Emi, Suzuno, Emerada, Alberto, Urushihara, Ashiya, dan Maou, semuanya datang ke sini lewat 'gerbang' tersebut.
Chiho punya perasaan, ketika Emi dan Alas Ramus pergi melewati 'gerbang', mungkin fragmen Yesod akan bereaksi.
Chiho berjaga-jaga apa ada seseorang yang lewat sambil menatap cincin itu....
"... Ah!"
Fragmen tersebut tiba-tiba memperlihatkan kilauan redup dan memancarkan cahaya yang begitu kuat layaknya flash kamera, dan kembali menjadi sebuah permata biasa.
Karena sudah melewati latihan mantra, Chiho juga bisa merasakan kekuatan yang begitu kuat saat cincin itu bersinar terang, tapi meski begitu, dia tidak merasa tubuhnya mengalami perubahan apapun.
Dan pada saat itulah, HP yang dia letakkan di sebelahnya, menerima sebuah pesan.
(Emilia dan Emerada-dono sudah berangkat bersama.)
Itu adalah pesan singkat dari Suzuno yang mengantar keberangkatan mereka.
Emi, salah satu teman berharga Chiho, lupakan soal Jepang, dia bahkan sudah tidak ada di sudut manapun di bumi ini lagi.
Bagi Chiho yang tidak melihat Emi pergi melewati 'gerbang' dengan mata kepalanya sendiri, fakta ini memberikan sebuah perasaan aneh.
Rasanya seperti Emi (Emilia Justina) tiba-tiba menjadi sebuah eksistensi yang apatis, hal ini menyebabkan konflik di dalam dirinya.
Tapi Emi bilang kalau dia tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya, dan Emerada pun juga ada bersamanya.
Karena itu adalah Emi, bahkan tanpa Chiho cemaskan pun, dia harusnya bisa keluar dari bahaya dengan sangat mudah.
Chiho, menggenggam HPnya dan menutup matanya seperti sedang berdoa, mengingat-ingat nomer Emi di dalam otaknya.
Tangan Chiho, cincin dan HPnya memancarkan sebuah kilauan redup.
"Aku harap Ente Isla yang Yusa-san kunjungi bisa menjadi sedikit lebih damai."
Akankah harapan ini bisa melampaui 'gerbang' dan melewati ruang, waktu, dan bahkan dunia? Chiho yang masih belum berpengalaman dalam merapal mantra, sama sekali tidak mengetahui jawabannya.
Namun.....
Dua minggu berlalu, bahkan setelah lewat tanggal 12 september, Emi masih belum juga kembali.
Dari ekspresi terkejut Suzuno, sepertinya ini juga pertama kalinya dia mendengar hal tersebut.
"Surat izin... Apa itu untuk mobil?"
Ketika berbicara tentang Surat Izin dalam obrolan normal orang Jepang, hal pertama yang orang-orang pikirkan pastilah Surat Izin Mengemudi.
Lagipula, mustahil tujuan Maou yang berikutnya bisa dipelajari dalam seni bela diri.
Dalam Undang-Undang Jepang, Maou adalah orang dewasa, jadi dia sudah memasuki usia di mana dia bisa memperoleh Surat Izin Mengemudi, namun, itu bukanlah hal yang Emi dan Suzuno cemaskan.
""Hebat sekali kau bisa mendapat persetujuan Alsiel.""
"Memangnya itu hal paling pentingnya? Kalian benar-benar membantah bagian ini? Kalian pikir aku menganggap dia itu orang seperti apa?"
Bahkan bagi Maou, membalas jawaban serentak tersebut, tetap membuatnya berwajah dingin.
"Bukankah Surat Izin Mengemudi itu membutuhkan banyak uang? Dan kau juga masih harus latihan mengemudi dulu kan? Apa kau punya uang lebih? Ditambah lagi, meski kau adalah Raja Iblis, apa kau memang berencana mematuhi aturan lalu lintas?"
"Aku terkadang mendapat selebaran di halte bus dari kursus mengemudi di sekitar sini, tapi untuk biaya kursus termurah pun bahkan bisa melebihi 10.000 yen, iya kan? Aku benar-benar berpikir kalau Alsiel tidak mungkin akan mengizinkan pengeluaran semacam ini, dan aku juga merasa kalau kau tidak mungkin memiliki uang sebanyak itu."
"Aku ini hanya ingin mempunyai Surat Izin Mengemudi, apa kalian perlu melukaiku sampai segitunya? Apa salahnya Raja Iblis yang ingin memiliki Surat Izin Mengemudi?"
"Semenjak Raja Iblis membutuhkan perizinan dari negara untuk melakukan sesuatu, hal ini sudah cukup menggelikan."
Suzuno mengangguk setuju dengan penjelasan Emi.
"Kubilang ya....."
Bahu Maou merosot karena depresi.
"Dari awal, aku tidak pernah bilang soal Surat Izin Mengemudi mobil kan?"
"Lalu, Surat Izin apa yang ingin kau dapatkan?"
"Mungkinkah itu surat izin khusus professional? Biasanya kau hanya terlihat serius ketika menanggapi masalah yang berhubungan dengan MgRonalds, jadi apa ini sesuatu seperti surat izin manajemen kebersihan makanan atau surat izin chef gitu? Meski yang manapun itu tetap saja membutuhkan biaya...."
"Memikirkan soal masa depan, aku mungkin akan mengambil surat izin manajemen kebersihan makanan nanti."
"Jadi kau sudah memikirkannya?"
"Mungkin aku bisa menggunakannya setelah menjadi karyawan tetap. Tapi aku tidak akan mengambil surat izin itu kali ini."
Maou berdeham sekali, membusungkan dadanya, dan mengatakan,
"Kalian pasti ketakutan setelah mendengar ini. Apa yang ingin kuambil adalah...... Surat Izin Mengemudi Moped!"
(T/N : Moped, sejenis scooter itu lo, yang biasanya di anime dipakai buat delivery.)
Suara kereta cepat yang melewati stasiun Sasazuka pun terdengar.
"..... Kalau begitu, Bell, Chiho, aku pergi dulu ya."
"Yeah, hati-hati saat dalam perjalanan."
Emi mengabaikan Maou yang terlihat bangga dan bersiap-siap pergi.
"Yusa-san, Suzuno-san! Maou-san terlihat seperti ingin menangis, tolong bereaksilah sedikit!"
"Eh...."
Meskipun itu adalah permintaan Chiho, Emi masih saja menunjukan ekspresi jengkel.
"Karena dia berlagak untuk waktu yang sangat lama, hal itu memang membuatku penasaran.... ini bukan seperti aku meremehkan Surat Izin Mengemudi Moped, tapi jika seseorang ditanyai apakah ini adalah surat izin yang bisa dibanggakan oleh Raja Iblis, bagaimana kau akan menjawabnya Chiho?"
"Eh?.... Uh.. i-itu...."
Chiho menjadi bingung karena pertanyaan tak terduga Emi.
"Bi-biar kuberitahu kau hal ini! Aku tidak hanya ikut ambil bagian dalam ujian itu! Dari 7.750 yen biaya administrasinya, perusahaan akan membantuku membayar 5.700 yen! Tidak ada alasan untuk tidak mengambilnya kan? Meski kubilang kalau aku harus membayar 2.050 yen, Ashiya juga tidak mengeluh sama sekali!"
"...."
Berkaitan dengan seberapa seriusnya Raja Iblis ketika mengatakan hal-hal itu, pernyataan semacam ini sudah berputar-putar di pikiran Emi dan Suzuno selama beberapa bulan ini, meski mereka sudah berdasar pada pengalaman dan tahu bahwa Raja Iblis 100% serius, mereka tetap saja dipenuhi dengan rasa hampa dan lelah.
".... Kalau begitu, kenapa mereka tidak membayar semuanya?"
"Menurut peraturan perusahaan, hanya 2.050 yen dari biaya administrasi untuk pengumpulan surat izin saja yang tidak diikutsertakan. Itu karena perusahaan hanya membayar biaya latihannya saja!"
"Tunggu, perusahaan yang kau bicarakan itu MgRonalds kan? Meskipun kau yang memiliki surat izinnya, kenapa MgRonalds harus membantu membayarnya?"
"Dengar baik-baik!! Sebenarnya MgRonalds kami...."
"Restoran kami akan mulai menyediakan layanan 'delivery' dari sekarang. Jadi karyawan yang berusia 20 tahun atau lebih harus memiliki Surat Izin Mengemudi Moped, sementara mereka yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi Moped, perusahaan akan membantu mereka membayarnya melalui izin lisensi professional."
Chiho yang menilai kalau perkembangan obrolannya akan melambat jika penjelasannya diserahkan pada Maou, langsung menyela Maou dan menjelaskannya dengan cara yang sederhana.
"....."
Berkebalikan dengan Maou yang terlihat seolah kesenangannya direbut, Suzuno dan Emi malah menunjukan reaksi yang berbeda.
"Delivery maksudnya layanan pesan antar kan?"
Suzuno bahkan sampai membalik pekerjaan rumah tangga hanya karena ingin menggunakan bahasa Inggris untuk menjelaskan hal tersebut.
"Pesan antar.... ya, itu maksudnya. Karena pesan antar tidak bisa dikirim dengan sepeda, jadi Moped harus digunakan, dengan demikian, surat izin pun diperlukan... Tapi aku masih SMA, dan aku juga tidak memenuhi syarat untuk izin lisensi professional."
Chiho menjelaskannya dengan tidak senang.
"Meskipun cukup mengejutkan MgRonalds akan mulai menerima layanan delivery, tapi bukankah kalian baru saja membuka cafe di lantai dua? Baru saja setengah bulan terlewati, dan kalian ingin menambah model bisnis yang lain lagi?"
Emi yang masih lumayan familiar dengan masyarakat Jepang, mengutarakan sebuah pendapat yang terdengar seperti seorang pegawai.
"Mengenai itu, bahkan Kisaki-san juga merasa sedikit berat."
Manajer handal dari MgRonalds di depan stasiun Hatagaya di mana Maou dan Chiho bekerja, Kisaki Mayumi, adalah seorang wanita yang sangat bersemangat mengenai pekerjaannya, sampai-sampai orang memanggilnya iblis laba.
Biasanya, Kisaki tidak hanya menyatakan kalau dia ingin membuat laba harian mereka melampaui tahun lalu lebih dari 100%, dia bahkan juga ingin mendapatkan banyak penghargaan, tapi menambahkan model bisnis baru sebelum MdCafe yang baru buka beberapa hari yang lalu bisa stabil, tetap membuat dia sangat sibuk sampai membuatnya kewalahan.
"Karena restoran kami buka di sebelah jalan utama dari area perumahan kota dan area bisnis, sekaligus salah satu restoran yang bisa melakukan pelayanan pesan antar MdCafe, para petinggi MgRonalds tiba-tiba membuat keputusan ini. Dibandingkan cepatnya perluasan model bisnis yang baru, masalah terbesar kami adalah kurangnya tenaga kerja."
Sebenarnya, layanan pesan antar MgRonalds itu sendiri bukanlah hal yang baru.
Layanan ini tidak hanya terbatas pada area-area tertentu seperti halnya pengiriman pizza, dalam satu pemesanannya, setidaknya perlu biaya 1.500 yen termasuk GST agar bisa memesan lewat telepon dan menggunakan layanan pesan antar tersebut.
Mereka memang bisa perlahan meningkatkan layanan pesan antar dengan restoran yang ada di sepanjang jalanan kota utama sebagai fokusnya, tapi kali ini, mereka kebetulan memilih restoran yang ada di depan stasiun Hatagaya.
Masalahnya, inti dari permasalahan ini, restoran itu masih belum siap menerima perubahan tersebut.
Dari bagaimana Maou harus bersiap-siap mengambil ujian Surat Izin Mengemudi, bisa dilihat kalau orang yang sudah memiliki surat izin itu sangatlah jarang.
Dan sebelum menyebutkan masalah tentang Surat Izin Mengemudi, jumlah karyawan di restoran depan stasiun Hatagaya itu sejak awal tidak akan cukup untuk menangani layanan pesan antar ini.
Bagaimanapun, dengan penambahan counter kopi khusus di lantai dua saja, sudah meningkatkan jumlah orang yang harus dipekerjakan di restoran.
Dengan menambahkan layanan delivery yang membutuhkan Moped, tentunya mereka perlu pegawai lebih dari satu.
Untuk mengurusi pemesanan lewat telepon, mereka hanya punya pilihan antara mempekerjakan karyawan baru, atau melakukan training untuk pegawai yang ada saat ini, hal ini pasti akan menambah waktu dan orang yang diperlukan.
Bahkan jika jumlah karyawan pengantarnya ditambah, tetap saja sulit menjamin kalau lokasi pengantarannnya selalu ada di jalan utama, jadi lebih baik mereka menunjuk orang yang kenal dengan daerah ini untuk melakukan tugas tersebut.
Apapun alasannya, pekerjaan ini akan mengamankan jumlah karyawan dan melatih mereka hingga mencapai standar yang Kisaki inginkan, meskipun masih ada dua bulan sebelum awal bulan November di mana operasi ini resmi dimulai, waktu saat ini sama sekali tidak memberikan kelonggaran sedikitpun.
"Kita masih perlu tiga orang yang bisa terlibat dalam operasi harian.... tidak, dua saja!"
Itu adalah kata-kata favorit Kisaki belakangan ini.
Mereka setidaknya masih membutuhkan dua karyawan penuh. Meskipun mereka hanya perlu jumlah ini untuk mengisi jeda waktu melatih orang yang bertugas pada delivery, tapi saat musim gugur di mana liburan musim panas para mahasiswa universitas berakhir, mereka tetap akan kesulitan menambah jumlah tenaga kerja.
"Emi, apa kau berencana berpindah pekerjaan?"
Meski pernyataan tersebut dikatakan dengan nada bergurau, Emi tetap menjawab bujukan Maou dengan dingin,
"Ngomong-ngomong, bayaranku perjam saat ini adalah 1.700 yen."
"..... Maaf, anggap saja aku tidak pernah mengatakan apa-apa."
"Se-seribu tujuh ratus yen...."
Gaji Emi perjam, membuat Chiho, yang bayaran perjamnya tidak berubah banyak semenjak masa trainingnya karena dia masih seorang siswa, menjadi sangat terkejut.
"Meski bayaran perjamnya sangat tinggi, tapi ada banyak kesulitannya juga ya! Meskipun terlalu berlebihan mengatakan hal ini sendiri, tapi karena aku, sang Pahlawan yang sudah mengalami banyak pertarungan, mengatakannya, kau harusnya tahu seberapa buruknya hal itu."
".... Be-benar juga. Kau kan pegawai customer service."
Pekerjaan Emi adalah customer service di sebuah departemen perusahaan telekomunikasi yang bertanggung jawab menerima telepon. Meskipun pekerjaannya disebut customer service, selain bertanggung jawab menerima telepon, mereka juga harus mengambil inisiatif untuk menangani telemarket. Tapi karena ada banyak pekerjaan tergantung industri tersebut, memang tidak bisa dinilai kalau setiap industri itu pasti sulit, tapi untuk situasi Emi, kelihatannya memang benar-benar ada banyak masalah.
Maou menoleh ke arah Suzuno....
"Ngomong-ngomong, aku juga tidak bisa. Aku tidak percaya diri bisa menggunakan bahasa asing untuk melayani pelanggan hingga mencapai standar yang diharapkan manager Kisaki."
Tapi Suzuno sudah mengucapkan kalimat tersebut lebih dulu.
Mereka bertiga merasa kalau masalah ini tidak ada hubungannya dengan bahasa asing, tapi baik itu Maou, Chiho, ataupun Emi....
'Selamat datang! Bagi kalian yang sudah memesan, silakan lewat sini!'
Mereka sama sekali tidak bisa membayangkan kalau Suzuno, yang memiliki ekspresi kaku bahkan dalam percakapan sehari-hari, akan menunjukan senyum professional.
"Apa kalian bertiga sedang memikirkan sesuatu yang tidak sopan?"
Suzuno yang cukup sensitif untuk merasakan kalau Maou dan yang lainnya sedang menunjukan ekspresi rumit, bertanya dengan nada rendah, dan mereka bertiga menggelengkan kepalanya dengan senyum kaku di wajahnya.
"Po-pokoknya, meski aku merasa tidak enak dengan Chiho, aku hanya bisa mengucapkan lakukan yang terbaik saja! Lalu, kembali ke topik awal kita..."
"Oh iya, apa yang kita bicarakan tadi?"
Kata-kata Emi membuat semua orang mendapatkan kembali kesadarannya.
Tak disangka, mereka berempat sudah mengobrol selama hampir 20 menit di depan gerbang tiket.
"Itu mengenai diriku yang akan pulang ke kampung halamanku."
Pahlawan dan Raja Iblis sedang mengobrol di depan stasiun, dan berulang kali menyimpang dari poin utama karena topiknya meluas kemana-mana, hal ini benar-benar sebuah lelucon.
"Aku sudah mengambil cuti dari perusahaan, jadi aku hanya perlu meminta Em untuk menjemputku. Rencananya aku akan berangkat senin depan."
"Eh?"
Chiho menahan napasnya, bahkan Suzuno juga memprotesnya....
"Bukankah itu terlalu terburu-buru? Meski kubilang berbagai hal bisa diserahkan padaku, tapi aku masih harus membuat beberapa persiapan...."
Tapi setelah ia mendongak dan melirik ke arah Maou yang ada di sampingnya, kedua tangan Suzuno yang terangkat ingin protes, langsung turun dengan lemas begitu saja.
".... sepertinya persiapannya tidak terlalu dibutuhkan."
"Benar kan?"
"Meski aku tidak tahu apa yang kalian berdua bicarakan, tapi setidaknya aku tahu kalau aku sedang diremehkan."
Melihat Emi dan Suzuno saling mengangguk satu sama lain tanpa ekspresi, dari sudut pandang Maou, dia merasa perlu untuk menyuarakan ketidaksetujuannya dengan serius.
"... Kami tidak meremehkanmu. Semua orang itu memujimu, mengatakan kalau kau itu pekerja keras, serius, dan mematuhi peraturan."
"... Benar sekali, Raja Iblis. Seseorang sepertimu yang bangun awal di pagi hari, menjalani hidup yang sederhana, pekerja keras, dan belajar agar tidak melanggar hukum, siapa yang akan meremehkanmu?"
"Jika kalian ingi memujiku, setidaknya tatap mataku!"
"Papa luar biasa! Sangat hebat!"
"..... Terima kasih.... Alas Ramus."
Tidak akan ada orang yang bisa menang melawan anak kecil.
"Ta-tapi, Yusa-san, minggu depan, itu....."
Chiho bertanya dengan ragu, lantas Emi pun mengangguk dengan sebuah senyum kecut seolah tiba-tiba memikirkan sesuatu.
"Tenang, orang-orang di sana juga akan sibuk dengan berbagai hal, dan aku juga harus bekerja, jadi aku akan kembali saat akhir pekan nanti. Urusan di tanggal 12 nanti, aku tidak akan melupakannya!"
".... Te-terima kasih."
"Tanggal 12.... Oh, itu."
Maou dan Suzuno mengangguk karena mengingat sesuatu.
"Akan kukatakan hal ini terlebih dahulu, mengabaikan Bell sebentar saja, sebaiknya kau tidak terpikir untuk melakukan hal yang tidak perlu."
Tanpa diduga, Emi dengan serius menatap tajam ke arah Maou, tapi Maou mengabaikannya dan menjawab,
"Apa, membosankan sekali. Aku sudah terpikir membuat lencana jenderal dan memberikannya padamu."
Tanggal 12 september, yang disebutkan oleh Emi dan Chiho adalah hari minggu.
Di hari itu, karena keinginan kuat dari Chiho, mereka berencana menggelar pesta ulang tahun gabungan untuk Emi dan Chiho.
Sistem kalender di Ente Isla berbeda dengan yang ada di bumi. Tapi hari ulang tahun Emi, ada di awal musim gugur, jadi semuanya menyarankan untuk merayakan pesta ulang tahun mereka berdua di hari ulang tahun Chiho yaitu tanggal 10, tapi sayangnya, hari itu adalah hari jumat, yang mana merupakan hari kerja.
Karena Maou yang sangat Chiho harapkan untuk hadir, memiliki jadwal kerja sampai malam, setelah melakukan diskusi, mereka pun memutuskan untuk menyelenggarakan pesta mereka dua hari kemudian, yaitu di hari minggu.
Karena jumlah orang yang akan hadir bertambah, pasti akan sulit untuk meluangkan waktu di suatu hari tertentu.
"Jika aku bisa memotong-motongnya menjadi potongan kecil saat itu juga, ini tidak seperti aku tidak bisa menerimanya. Sebenarnya, sebagian alasan kenapa aku pulang adalah untuk memastikan kata-kata yang kebetulan kau ucapkan itu, tidak akan menyebabkan efek yang aneh di sana."
Dengan kata-kata yang diucapkan Emi ini, Maou memperlihatkan ekspresi tidak senang.
Bagaimanapun juga, kabar tentang Raja Iblis Satan dan Jenderal Iblis yang ternyata masih hidup, sekaligus kabar tentang Satan yang mengangkat Pahlawan Emilia, Penyelidik Gereja Crestia Bell, dan seorang gadis dari dunia lain sebagai Jenderal Iblisnya yang baru, telah menyebar di Ente Isla.
Meskipun itu adalah sesuatu yang harus dilakukan untuk melindungi Chiho, tapi dari sudut pandang Emi dan Suzuno, ketika hal ini diketahui oleh orang lain sebagai fakta, mereka tidak akan bisa mengeluh jika semua orang di Ente Isla mulai mengkritik mereka di belakang.
"Tidak ada yang akan terjadi, mungkin."
"Kata-katamu sama sekali tidak bisa dipercaya!"
Emi yang tidak bisa mentolerir sikap Maou yang terlampau optimis, melirik ke arah jam tangannya.
"Oh tidak, jika aku tidak segera pergi, aku tidak akan bisa sampai tepat waktu untuk jam tidur Alas Ramus."
"Apa biasanya dia tidur seawal ini?"
"Sejak Chiho pergi latihan, dia terus saja menggangguku meminta mandi. Dan itu harus air panas. Ketika aku pulang, mengisi air panas, dan mandi sampai Alas Ramus senang, tak terasa jam 10 sudah lewat begitu saja."
"Alas Ramus itu termasuk Edoko."
(T/N : Edoko, anak dari zaman Edo, maksudnya anak yang selalu minta mandi sebelum tidur.)
Kata Suzuno dengan riang tanpa alasan yang jelas.
"Jika seorang Edoko terlahir dari Sephirah, betapa menggelikannya hal itu!"
Bantah Maou dengan tidak senang.
"Kalau begitu, Iron adalah Dosanko."
(T/N : Dosanko, orang yang lahir di Hokkaido, tidak jelas apa maksudnya di sini.)
Chiho meneruskan topik tak berguna tersebut.
"... Kalau begitu, aku sebaiknya segera pulang. Sampai jumpa tanggal 12."
"Er, erhm, Yusa-san!"
Chiho menghentikan Emi yang ingin mengeluarkan karcis bulanan dari dalam tasnya.
"Bolehkah aku mengantarmu? Aku sedikit khawatir... Dan karena Emerada-san jarang sekali ke sini, aku juga ingin menyapanya."
"Aku minta maaf. Aku bertemu dengan Em senin siang. Chiho harusnya masih ada di sekolah kan?"
"Aww...."
Meski terkadang dia lupa karena memiliki terlalu banyak interaksi antar budaya, tapi Chiho bukanlah seorang Edoko, melainkan gadis SMA yang dilahirkan di Tokyo modern.
Karena liburan musim panasnya sudah berakhir, maka Chiho harus memenuhi perannya sebagai murid.
Emi dengan pelan menepuk pundak Chiho untuk menghibur gadis yang murung tersebut, Alas Ramus juga mengulurkan tangannya dan menyentuh dahi Chiho berulang-ulang.
"Jangan khawatir, aku ini masih manusia yang terkuat, Sang Pahlawan. Percayalah pada pencapaianku yang telah mengalahkan Raja Iblis dan mengusir Malaikat Agung. Karena Alas Ramus juga ikut ke sana, jadi aku tidak punya rencana untuk pergi ke tempat yang berbahaya ataupun bertarung dengan orang lain, layaknya mengatur barang-barang di rumah lamaku, aku pasti akan segera kembali."
"Itu benar! Kuperingatkan kau, akan sangat gawat kalau sesuatu terjadi pada Alas Ramus, jadi jangan pernah berpikir melakukan hal-hal yang tidak perlu, kembalilah setelah bertemu dan makan bersama Emerada!"
Maou yang akhirnya ingat kalau Emi dan Alas Ramus tidak bisa dipisahkan, dengan cepat mengangkat kepalanya dan membungkuk ke arah Emi.
Emi mengernyit, memotong momentum Maou, dan berkata,
"Alasan utamanya itu ada padamu, aku tidak butuh nasihatmu! Kau, jangan coba-coba mengambil kesempatan saat aku tidak ada dan mengacau! Dengan banyak cara, aku pasti akan meminta Bell untuk mengawasimu dengan benar, okay?"
"Haaah!! Bahkan jika aku tidak melakukan sesuatu yang khusus, aku masih bisa memperoleh dunia yang lebih besar dengan Moped! Tidak akan ada yang bisa menghentikanku! Saat kau kembali nanti, sebaiknya kau jangan menangis ya!"
"Semoga saja kau lupa membeli kertas salinan, lalu diberhentikan oleh orang yang ada di pusat ujian mengemudi!"
"Mereka juga menjual kertas salinan di pusatnya!! Dasar kurang pengetahuan!!"
"Aah! Cukup, Emilia, sudah pulang sana! Raja Iblis juga, kau akan membuat Chiho-dono telat pulang! Jika kalian tidak berhenti sekarang, pertarungan antara Pahlawan dan Raja Iblis akan berubah menjadi percekcokan tentang penjualan kertas salinan di pusat ujian mengemudi, dan dicatat dalam kitab suci dan disebarkan ke generasi selanjutnya!"
Pertengkaran Maou dan Emi condong ke arah yang sama sekali tidak ada artinya, dan Suzuno pun dengan paksa memisahkan mereka berdua untuk menghentikan kejadian bodoh ini.
15 menit sudah terlewati setelah Emi memeriksa jamnya, baik itu membawa gadis SMA berkeliaran, atau membuat seorang gadis kecil tetap terjaga, dalam beberapa hal, hal ini sebenarnya sudah sangat kurang pantas.
"Chiho-dono, tenanglah. Meski ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan, tapi aku punya banyak waktu. Aku juga ingin bertemu dengan Emerada-dono, jadi aku akan mengantarnya secara langsung. Raja Iblis, begitu tidak apa-apa kan?"
Dalam periode waktu tersebut, sebuah pengumuman yang memberitahukan kalau kereta selanjutnya akan segera tiba, terdengar di stasiun,
"Kalau begitu Chiho, sampai jumpa minggu depan. Bell, aku akan mengirim pesan padamu nanti."
Setelah Emi mengangkat kepalanya dan mengatakan hal tersebut, kali ini dia benar-benar melewati gerbang tiket dan berjalan menuju bagian dalam stasiun.
"Bye bye!! Papa, Chi nee-chan, Suzu nee-chan, bye bye!"
Maou, Chiho, dan Suzuno, setelah menyaksikan Alas Ramus bersandar di bahu Emi dan melambai dengan sekuat tenaganya, mereka bertiga tanpa sadar sudah menenang.
"Ugh, tapi di pusat benar-benar menjual kertas salinan, kau tahu?"
"Siapa yang peduli denganmu.... Baik, pokoknya ayo kita cepat antar Chiho-dono pulang. Chiho-dono, apa jam segini tidak apa-apa?"
"Ah, y-ya. Tidak masalah..... tapi...."
"Hm?"
Dengan suara kereta yang bergerak terdengar di atas mereka, Chiho menatap kereta yang harusnya ditumpangi oleh Emi dan Alas Ramus, dan berbicara dengan pelan,
"Yusa-san terlihat lebih ceria akhir-akhir ini."
".... Kenapa kau menatapku dan mengatakan itu?"
Maou yang merasa kalau tatapan Chiho beralih dari kereta ke arahnya, sedikit mundur ke belakang.
"Apa kau tahu alasannya?"
"Tidak."
"..... Ya ya, sebaiknya kita bicara sambil berjalan."
Suzuno menghela napas dan mendesak mereka berdua untuk bergerak.
"Yusa-san memang menjadi lebih ceria, atau harus kukatakan lebih energik....."
"Dia biasanya sudah sangat berisik, iya kan?"
"Bukan, Maou-san! Bukan seperti itu, harusnya itu lebih.... aku juga tidak tahu bagaimana cara mengatakannya."
"Dia sendiri bilang begitu sebelumnya...."
Suzuno menoleh kembali ke arah stasiun Sasazuka dan mengatakan,
"Bagaimanapun juga, dibandingkan menangani masalah dengan pasif atau menyerang secara aktif, pasti akan menimbulkan perbedaan di kondisi mental."
"Perasaan yang dia tunjukan pada orang lain akhir-akhir ini, rasanya sudah tidak ragu seperti sebelumnya...."
Bagaimanapun, Maou juga merasa kalau beberapa hari ini, Emi terlihat sudah pulih seperti saat mereka pertama kali bertemu di Jepang, dia menunjukan sifat proaktif sampai ke titik tertentu, dia juga telah berhenti memikirkan situasi yang ada di sekitarnya.
"Tapi aku merasa bukan hanya itu."
"Hm?"
"Chi-chan, apa maksudmu?"
"Serius ini.... kalian berdua tidak tahu? Dalam beberapa hal, ini ada hubungannya dengan Maou-san dan Suzuno-zan."
Chiho bergantian menatap wajah Maou dan Suzuno, merasa sangat terkejut.
Tapi Maou dan Suzuno hanya bisa saling memandang satu sama lain, merasa bingung.
Lagipula, selain tinggal di apartemen yang sama, Maou dan Suzuno sebenarnya tidak memiliki kesamaan sama sekali.
Ditambah fakta bahwa itu ada hubungannya dengan Emi, dan selain fakta bahwa mereka bertiga yang tinggal di Jepang, mereka nampaknya tidak bisa menemukan kesamaan mereka....
"Karena aku merasa frustasi tidak bisa mencapai level itu, aku tidak akan memberitahu kalian!"
"A-apa itu?"
"Entahlah....?"
Dua orang, yang merasa seperti dikritik oleh Chiho, mengenyit sambil menatap Chiho yang terlihat agak bahagia, dan mendekatinya.
"Chiho-dono, aku menyerah. Tentang apa ini?"
Ketika mereka melihat rumah Chiho, Suzuno menyesuaikan cara berbicaranya, mengangkat kedua tangannya, dan mengatakan hal tersebut pada Chiho.
Chiho memalingkan wajahnya dan menjawab jujur dengan ekspresi tidak puas di wajahnya.
"Meski aku tidak tahu apakah Yusa-san sendiri sadar...."
Usai kalimat pembuka tersebut, Chiho melanjutkannya dan berbalik menghadap ke arah kedua orang itu.
"'Pahlawan yang datang untuk memerangi Raja Iblis', telah memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, kau tahu? Bukankah itu artinya dia sudah sepenuhnya mempercayai Maou-san dan Suzuno-san?"
""!!!!""
Maou dan Suzuno menahan napasnya di saat yang sama.
"Menurutku itu karena Yusa-san percaya meski tanpa pengawasannya, Maou-san pasti tidak akan melakukan hal-hal yang buruk di Jepang, dan bahkan jika sesuatu terjadi, Suzuno-san pasti akan memikirkan cara untuk menyelesaikannya, itulah kenapa dia bilang dia ingin kembali ke kampung halamannnya, iya kan? Uh.... Meskipun kepercayaan semacam itu bisa sedikit berbeda...."
Kata-kata Chiho membuat kedua orang yang mendengarkannya, tercengang.
"Sampai sini saja tak apa. Terima kasih sudah mengantarku! Suzuno-san, aku mengandalkanmu untuk mengantar Yusa-san berangkat!"
Setelah Chiho tersenyum dan melambai, dia pun berbalik dan memasuki rumahnya.
Setelah berdiri bengong di tempat dan menatap satu sama lain, Maou dan Suzuno mengangkat bahunya dengan canggung, dan mengalihkan pandangan mereka dari satu sama lain.
"Sebagai seorang Raja Iblis, ini adalah sesuatu yang harus disesalkan."
".... Kalau begitu anggap saja seperti itu.... Sudah saatnya kita pulang, jika kita terlambat pulang karena mengobrol, Alsiel pasti akan mengomel lagi."
Setelah itu, Maou dan Suzuno berjalan melewati area perumahan di malam hari tanpa mengatakan apa-apa, dan berpisah di lorong apartemen yang sama juga tanpa berbicara sepatah katapun.
"Selamat datang kembali, Maou-sama! Ketika aku berpikir kalau Emilia tidak akan ada di sini untuk sementara, aku merasa sangat segar! Kenapa kita tidak pergi ke toko Yakiniku dan merayakannya?"
Ketika Maou sampai ke rumahnya, dia mendapati Ashiya yang sedang bersemangat, memberi saran untuk makan di luar.
Selama sang Pahlawan pergi, seorang Jenderal Iblis hanya ingin memakan Yakiniku? Rasanya ini seperti sudah tak tertolong lagi.
"Maou-sama?"
"Ah, Maou, aku mengirimkan pesan padamu untuk membeli pudding di mininarket saat pulang, apa kau melihatnya?"
"... Ugh, aku tidak sadar."
Maou mengambil ponsel dari dalam sakunya, dan menemukan sebuah pesan yang dia terima lebih dari 10 menit yang lalu.
"Eh~ padahal sangat jarang Ashiya menyetujuinya!"
Protes Urushihara dengan tidak senang.
"Yang benar saja."
"Maou-sama?"
"Maou, ada apa?"
Ashiya dan Urushihara menatap pemimpin mereka yang ada di beranda dengan bingung, tapi Maou yang mendongak sesaat setelahnya, menunjukan ekspresi marah di wajahnya.
"Ketika Pahlawan tidak ada, kalian hanya berpikir tentang yakiniku dan puding karena kalian memang menyukainya? Itulah kenapa Emi mempercayai kita!! Tunjukanlah sedikit kesadaran dan kebanggan sebagai Jenderal Iblissss!!!"
Teriakan marah Maou dan jeritan bingung dari Ashiya dan Urushihara, terdengar di kamar sebelah, Suzuno pun menutup matanya dengan wajah tanpa ekspresi dan menunggu keributan yang disebabkan oleh Maou yang menggila, menenang.
"Raja Iblis sendiri harusnya tidak punya hak untuk mengomeli orang lain...."
Sebagai seorang pemimpin yang memarahi bawahannya karena yakiniku dan pudding, Raja Iblis yang ada di kamar sebelah nampaknya terlalu terpengaruh oleh budaya Jepang, Suzuno mendengarkan obrolan layaknya manusia yang berasal dari kamar sebelah sambil merasa jijik, dia kemudian ingat tanya jawabnya dengan Emi beberapa hari yang lalu.
"Karena malaikat itu juga manusia, maka....."
Kalau begitu, tetangga sebelah yang sedang berada dalam mood yang buruk, yang mana sangat dipercayai oleh Sang Pahlawan dan seorang gadis SMA, sekaligus berencana mendapatkan SIM dengan mengikuti aturan lalu lintas, seorang Raja Iblis--- iblis, sebenarnya mereka itu apa?
Maou dan Ashiya, penampilan iblis mereka bisa dikatakan menyerupai manusia, mereka bahkan tidak jauh berbeda dibandingkan malaikat.
Tidak seperti malaikat yang menggunakan sihir suci untuk menumbuhkan sayapnya, penampilan iblis sangatlah bermacam-macam, mereka tidak hanya memiliki bagian tubuh yang tidak dimiliki oleh manusia seperti tanduk, ekor, sayap, dan lain sebagainya, selain itu, mereka juga punya tubuh besar yang menentang akal sehat, bahkan ada sebagian dari mereka yang memiliki penampilan seperti Menteri Iblis Camio yang muncul di Choshi, seekor species burung dengan penampilan seperti manusia.
Akan tetapi, Raja Iblis Satan, Jenderal Iblis Alsiel, dan kepala suku Malebranche Farfarello, telah muncul di hadapan Suzuno dan yang lainnya dengan wujud manusia sepenuhnya.
"Apa ada cara untuk menyelidiki...... arti dibalik mereka yang memiliki penampilan seperti itu ya?"
Berpikir sampai ke titik ini, Suzuno yang berencana mengambil teleponnya, akhirnya menggelengkan kepalanya dan mengistirahatkan tangannya.
Ini tidak seperti dia tidak mempercayai Emi, tapi dengan situasi abu-abu yang ada di Ente Isla, rasanya terlalu sulit bagi Emi untuk mencari petunjuk sendirian.
Jika ada terlalu banyak hal ditangani sekaligus, kelemahan pasti akan lebih mudah terlihat, hal itu tidak hanya akan menyebabkan efek yang tidak diketahui, hal itu mungkin bisa juga melibatkan Jepang dan Chiho.
Emi bilang kalau dia ingin mencari jejak yang ditinggalkan oleh ibunya.
Kalau begitu, kali ini, lebih baik fokus pada masalah itu saja.
Karena itu adalah misteri yang bisa melibatkan seluruh dunia, percuma saja merasa cemas.
Tapi prioritas untuk saat ini.....
"Ah~ berisik!! Itu mengganggu tetangga!! Tidak bisakah kalian tenang sekarang!?"
Dia harus menenangkan keributan di kamar sebelah yang sudah tidak bisa lagi dia pahami.
Suzuno, melalui sebuah omelan, seketika menghentikan Maou yang tidak senang, dan Ashiya serta Urushihara yang sedang panik.
Ini aneh. Meskipun Suzuno sudah berjanji kepada Emi untuk menangani masalah yang mungkin terjadi nanti dan mengawasi Kastil Iblis....
"Jangan berselisih karena hal-hal yang tidak penting, cepat selesaikan belajarmu dan tidur!! Besok kau masih harus bekerja kan?"
.... Tapi tindakan layaknya seorang ibu yang berusaha menghentikan pertengkaran anaknya ini, harusnya tidak diikutkan ke dalamnya.
Suzuno sudah mulai khawatir bagaimana harus melewati beberapa hari ini sebelum Emi kembali.
Setalah membuat ketiga orang itu tenang, Suzuno yang kembali ke kamarnya dan menutup pintu beranda yang ada di belakangnya, mendesah dalam-dalam.
"Tapi meski begitu... ini pun juga termasuk kondisi yang tenang...."
Meski rasanya tidak benar, tapi hal ini tidak buruk juga.
Kalimat itulah yang paling bisa menjelaskan situasi orang-orang itu saat ini.
XxxxX
Senin, awal dari sebuah pekan.
Chiho menolak ajakan temannya, dan setelah menyelesaikan makan siangnya dengan cepat, dia pergi ke bangunan tua di sekolah yang biasanya tidak didatangi oleh para murid ataupun staff pengajar.... Dia ada di dekat ruangan yang dikenal 'ruang yang tidak bisa dibuka' dan berkonsentrasi menatap benda yang ada di tangannya.
Benda itu adalah batu kecil berwarna ungu, sebuah cincin sederhana dengan fragmen Yesod tertanam di dalamnya.
Sebagai siswa SMA yang taat peraturan, Chiho tentu saja tidak bisa memakai aksesoris semacam itu di sekolah.
Meskipun dia tidak pernah mendapatkan penjelasan yang konkrit, tapi Chiho tahu kalau 'gerbang' itu adalah sebuah mantra special, dan sebuah cara untuk bepergian dengan jarak yang amat sangat jauh.
Tentu saja Emi, Suzuno, Emerada, Alberto, Urushihara, Ashiya, dan Maou, semuanya datang ke sini lewat 'gerbang' tersebut.
Chiho punya perasaan, ketika Emi dan Alas Ramus pergi melewati 'gerbang', mungkin fragmen Yesod akan bereaksi.
Chiho berjaga-jaga apa ada seseorang yang lewat sambil menatap cincin itu....
"... Ah!"
Fragmen tersebut tiba-tiba memperlihatkan kilauan redup dan memancarkan cahaya yang begitu kuat layaknya flash kamera, dan kembali menjadi sebuah permata biasa.
Karena sudah melewati latihan mantra, Chiho juga bisa merasakan kekuatan yang begitu kuat saat cincin itu bersinar terang, tapi meski begitu, dia tidak merasa tubuhnya mengalami perubahan apapun.
Dan pada saat itulah, HP yang dia letakkan di sebelahnya, menerima sebuah pesan.
(Emilia dan Emerada-dono sudah berangkat bersama.)
Itu adalah pesan singkat dari Suzuno yang mengantar keberangkatan mereka.
Emi, salah satu teman berharga Chiho, lupakan soal Jepang, dia bahkan sudah tidak ada di sudut manapun di bumi ini lagi.
Bagi Chiho yang tidak melihat Emi pergi melewati 'gerbang' dengan mata kepalanya sendiri, fakta ini memberikan sebuah perasaan aneh.
Rasanya seperti Emi (Emilia Justina) tiba-tiba menjadi sebuah eksistensi yang apatis, hal ini menyebabkan konflik di dalam dirinya.
Tapi Emi bilang kalau dia tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya, dan Emerada pun juga ada bersamanya.
Karena itu adalah Emi, bahkan tanpa Chiho cemaskan pun, dia harusnya bisa keluar dari bahaya dengan sangat mudah.
Chiho, menggenggam HPnya dan menutup matanya seperti sedang berdoa, mengingat-ingat nomer Emi di dalam otaknya.
Tangan Chiho, cincin dan HPnya memancarkan sebuah kilauan redup.
"Aku harap Ente Isla yang Yusa-san kunjungi bisa menjadi sedikit lebih damai."
Akankah harapan ini bisa melampaui 'gerbang' dan melewati ruang, waktu, dan bahkan dunia? Chiho yang masih belum berpengalaman dalam merapal mantra, sama sekali tidak mengetahui jawabannya.
Namun.....
Dua minggu berlalu, bahkan setelah lewat tanggal 12 september, Emi masih belum juga kembali.
---End---
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 2 Part 1
Baca Semua Volume -> Index Hataraku Maou-Sama All Volume
Translator : Zhi End Translation..
3 Komentar
makasih min :) mantap dah admin nya :D
Balasmakasih min :D lanjutt :D
Balaslanjut dong..
Balas