Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 2 (Part 1) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 2 : Raja Iblis, Pertemuan -1

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 2 Bahasa Indonesia


Chapter 2 : Raja Iblis, Pertemuan.

Stasiun Keio-Choufu adalah stasiun pusat dari Jalur Keio, dari kereta biasa yang berhenti di setiap stasiun sampai kereta ekspres, berbagai macam kereta yang beroperasi pasti akan berhenti di sini.

Kereta selanjutnya yang akan berangkat dari Shinjuku bisa dibedakan menjadi kereta yang akan menuju arah Takao-Hachioju dan kereta yang akan menuju arah Kanagawa-Sagamihara Hashimoto. Stasiun Choufu melayani semua kereta itu sebagai stasiun persinggahan.

Di depan stasiun, terdapat pemberhentian kendaraan umum yang besar. Bus-bus umum yang beroperasi, memperlihatkan efisiensi dalam hal menghubungkan Keio dengan JR dan area stasiun Odakyu.

Cuaca sekarang ini sama dengan pagi biasanya, sangat pas jika memakai baju berlengan pendek, tapi menurut ramalan cuaca, cuaca di siang nanti kemungkinan akan menjadi sedikit tidak bisa diprediksi. Kemungkinan turun hujan mencapai 60%.

Maou pergi melewati pintu keluar Utara di stasiun Choufu.

"Uh... Seingatku tempat untuk naik bus ada di depan sana."

Maou mengandalkan ingatannya dari bus terdekat beberapa saat lalu, dan mencari pemberhentian busnya.

Saat dia menemukan area tunggu yang benar di tempat transit, di sana sudah ada antrian panjang, dan Maou berjalan menuju ujung antrian tersebut.

Tanda pada pemberhentian bus tersebut, memiliki kata-kata 'Bus Keio, menuju stasiun Musashi-Kogane, Pintu Masuk Aula Latihan'.

Untuk kembali meninjau apa yang dia pelajari sebelum bus memasuki terminal, Maou hendak mengeluarkan beberapa buku referensi ujian dari dalam tasnya ketika,

"Mama!!"

"!!!"

Sebuah suara yang terdengar dari arah belakangnya, membuat dia seketika menoleh.

Terdapat seorang gadis kecil yang ingin mendapatkan perhatian dari ibunya yang sedang melihat peta di depan stasiun. Dia merentangkan tubuh kecilnya dengan susah payah, dan memegang tangan ibunya.

"......"

Pandangan Maou untuk sesaat berhenti pada ibu dan anak yang tidak dia kenal itu.

Setelah beberapa saat, si ibu terlihat sudah menemukan tujuannya dan menggerakkan jarinya berulang kali untuk memastikan apa yang dia lihat...

"Ok ok, maaf. Apa kau baik-baik saja? Apa terlalu panas?"

Sambil menghibur si anak dengan kata-katanya dan menggendongnya, mereka berdua dengan cepat meninggalkan area pandangan Maou.

Ada banyak sekali orang di stasiun Choufu saat siang hari, Maou, menelusuri jejak ibu dan anak yang telah menghilang dalam kerumunan di depan stasiun, sebelum akhirnya mendesah dan mengeluarkan tangan dari dalam tasnya.

Dia sudah mengingat semua pertanyaan untuk Surat Izin Moped. Bahkan tanpa melihat buku pun, dia bisa mengingat mereka semua.

"Kedua kalinya ya..."

Maou merosotkan bahunya dan mulai menggumam sendiri.

Tujuan Maou adalah Tempat Ujian Surat Izin Mengemudi Fuchu.

Warga Tokyo yang ingin mendapatkan Surat Izin Mengemudi, biasanya harus pergi ke salah satu tempat ujian SIM yang ada di Fuchu, Samezu, atau Koto untuk mengikuti ujian.

Dan bagi Maou, ini adalah kedua kalinya dia mengunjungi tempat ujian SIM di Fuchu dalam satu bulan ini.

"Si bodoh Emi itu...."

Ketika Maou membuka mulutnya untuk berbicara, sebuah bus akhirnya tiba seolah bisa mendengar suaranya.

Di antrian yang Maou ikuti, selain penumpang biasa, sepertinya ada juga orang yang menuju tempat yang sama dengan Maou. Gerombolan orang tersebut menaiki kendaraan secara berurutan dan berpencar-pencar secara acak saat di dalamnya.

Maou cukup beruntung dan bisa duduk di kursi satu orang yang ada di sebelah pintu.

Karena dia tidak boleh gagal kali ini, Maou mengeluarkan buku tulisnya dam mulai meninjau kembali apa yang dia pelajari.

Benar, Maou sudah gagal sekali dalam ujian tersebut.

Dia telah mengatur jadwalnya secara khusus demi ujian tersebut, dia telah menghabiskan 300 yen untuk mendaftarkan diri dalam arsip nasional, menghabiskan 700 yen untuk mendapatkan foto berukuran passport dari tempat foto yang mana sudah tidak dia lakukan lagi setelah melamar di MgRonalds, menghabiskan 170 yen untuk biaya kereta dan 230 yen untuk biaya bus, hanya untuk berakhir gagal dalam ujian tulis.

Setelah mengetahui kalau nomornya tidak ada di layar elektronik yang menampilkan para peserta yang lulus, Maou merasakan perasaan yang sama seperti saat ia pertama kali mendengar kabar tentang kekalahan Lucifer di Benua Barat oleh sang Pahlawan dan komplotannya, tidak, syok ini bahkan mungkin lebih besar daripada saat itu.

Maou merasa jawabannya sudah sempurna. Dia bahkan sudah berusaha keras sampai bisa mengingat semua ketentuan hukum yang ada. Tapi kenapa dia gagal?

Maou memaksa otaknya yang sedang mandek untuk berpikir keras....

"Ah!!"

Dan mengeluarkan suara paling konyol yang pernah dia buat seumur hidupnya.

Melalui ingatan yang telah dijamin oleh bakat, kerja keras, dan insting iblis milik Maou, dia mengingat sebuah kenyataan yang begitu kejam.

"Jawabanku jadi salah arsir karena satu pertanyaan....?"

Karena ujian itu terdiri dari pertanyaan benar atau salah, ujian tersebut menyediakan satu lembar jawaban yang terpisah untuk menjawab.

Karena itu adalah soal pilih salah satu yang simpel, meski kau mengacaukan urutan jawabannya, sepertinya tidak mungkin seseorang akan salah menjawab semuanya, tapi untuk ujian kali ini, kriteria lulusnya adalah 45 dari 50.

Bahkan jika satu pertanyaan terjawab benar meski salah urutan, tidak mungkin kau bisa mendapatkan tingkat jawaban benar mencapai 90%.

Dan begitulah, Maou mengalami rasa penyesalan yang begitu dalam karena tidak lulus di ujian pertamanya.

Meski Maou bisa mengajukan permohonan pengembalian biaya saat ia mendapatkan surat izinnya nanti, dan MgRonalds juga membayar biaya kursusnya bersamaan dengan gaji, tapi sangat jelas kalau perusahaan hanya akan membayar biaya latihannya sekali.

Ketika Maou memberitahu Ashiya tentang kesalahannya dan fakta bahwa ia harus membayar biaya latihan sebanyak 5.700 yen, yang mana seharusnya dibayar oleh perusahaan atas nama latihan dengan dompetnya sendiri, Ashiya langsung memasang ekspresi hancur, yang mengingatkan Maou ketika pasukan manusia menyerang balik dan mereka harus meninggalkan Benua Timur.

".... Ini semua salah si bodoh Emi itu."

Mesin bus yang dimatikan, kini kembali dinyalakan.

"Baik, kita akan berangkat sekarang...."

Saat kendaraan tersebut perlahan mulai berjalan bersamaan dengan suara supirnya, Maou menggumam pelan,

"Orang itu, dari awal..... hanya bisa membuat masalah untukku saja...."

Tak bisa berkonsentrasi.

Satu kalimat ini cukup untuk menjelaskan situasi yang terjadi dalam 2 minggu ini.

Tidak hanya Maou, baik itu Ashiya, Chiho, dan Suzuno, semua orang bersikap seperti ini. Sementara Urushihara, dia tidak jelas. Emi kembali ke Ente Isla di hari senin dua minggu yang lalu.

Di hari itu, Maou pergi bekerja, dan Chiho harus sekolah.

Karena Ashiya dan Urushihara tidak punya alasan khusus untuk melihat keberangkatannya, Maou, melalui pesan yang dikirim oleh Suzuno, tahu bahwa Emi telah berangkat menuju Ente Isla di siang harinya.

Selain fakta bahwa tujuannya bukan bumi, Emi dan lainnya merasa tidak punya alasan ataupun kwajiban untuk memberitahu Maou, Ashiya, dan Urushihara tentang keadaan mereka baru-baru ini.

Dan Maou yang berasumsi bahwa Emi masih berhubungan dengan Chiho dan Suzuno melalui suatu cara, tidak mencari tahu tentang hal tersebut.

Selain itu, tanpa pengingat dari Emi, Maou sebenarnya memang bermaksud untuk belajar dengan baik menyiapkan ujian SIM yang akan diselenggarakan minggu depan, jadi dia tidak begitu memperhatikan situasi yang ada di sekitarnya.

Periode waktu sekarang ini sangatlah damai.

Bahkan manager saingan mereka; Sentucky, yaitu Mitsuki Sarue alias Malaikat Agung Sariel, akhir-akhir ini kelihatan bekerja dengan begitu serius.

Sebagian karena Sariel naksir berat dengan manager MgRonalds yang ada di depan stasiun Hatagaya di mana Maou bekerja, yaitu Kisaki, dan ditambah fakta bahwa Malaikat Agung ini, melalui latihan mantra yang dijalani oleh Chiho, berhasil memperpendek jarak antara dirinya dan Kisaki (setidaknya begitu bagi Sariel sendiri), akhir-akhir ini, dia menjadi sangat ramah terhadap Maou dan Chiho.

Selain itu, ketika dia berpikir bahwa Emi yang biasanya terus mengomel tidak ada di sampingnya, Maou merasa seolah bisa fokus bekerja dan belajar dengan cepat.

Perasaan lepas ini juga mempengaruhi Ashiya yang biasanya sangat ketat soal pengeluaran, dia tidak hanya menambah makanan yang dipilih oleh Maou dan yang lainnya untuk makan malam, dia bahkan tidak komplain kepada Urushihara yang mengambil kesempatan ini untuk berbelanja online terus menerus.

Meskipun Chiho terlihat sangat khawatir dengan keadaan Emi, tapi Emi tetaplah manusia terkuat di dunia --Emilia Sang Pahlawan. Karena dia dengan santainya bilang kalau dia akan kembali, maka Maou akan merasa kalah jika dia memikirkannya terlalu berlebihan, jadi Maou, dengan pemikiran tersebut, sama sekali tidak menentang kecemasan Chiho.

Dan sebuah perubahan, terjadi pada hari sabtu di minggu tersebut.


XxxxX


"Raja Iblis, apa Emilia sudah kembali?"

Tepat sebelum Maou berangkat bekerja, Suzuno datang berkunjung dan bertanya,

"Huh? Kenapa kau tiba-tiba bertanya soal ini?"

"Uh, aku hanya ingin tahu apa Emilia sudah kembali....."

Setelah Suzuno mengulangi pertanyaan yang sama, dia pun terdiam...

"Siapa yang tahu. Memangnya dia belum kembali?"

Dari sudut pandang Maou, dia hanya akan merasa kesulitan jika ditanya hal ini oleh orang lain.

Bahkan jika Emi sudah kembali dari kampung halamannya, dia tidak punya alasan untuk menghubungi Maou.

Karena Suzuno dan Chiho tidak mendengar apa-apa, maka kemungkinan Maou dan yang lainnya tahu pastilah lebih rendah.

Setelah Maou menjelaskan demikian...

"Yeah, benar. Benar sekali. Maaf, mengganggumu seperti ini."

Suzuno pergi dengan ekspresi agak gelisah di wajahnya.

".....??"

Tepat ketika Maou dan Ashiya saling menatap satu sama lain dengan heran dan ketika Urushihara kembali tertidur di meja komputernya, Suzuno, dengan pelan berjalan di lorong selama beberapa saat, dan seolah memantapkan pikirannya, dia berbicara,

".... Chiho-dono? Maaf mengganggumu sepagi ini."

Suara Suzuno menelepon Chiho terdengar dari luar.

Maou, yang sesaat mendengar percakapan mereka, mendongak melihat kalender yang ditempel di kulkas.

Hari ini adalah hari Sabtu, tanggal 11 September.

Jika Maou tidak salah ingat, Emi seharusnya kembali kemarin, di kotak tanggal 12 yaitu besok, terdapat tulisan tangan Chiho yang imut,

"Yusa-san, selamat ulang tahun!"

Dia menulis tulisan tersebut.

Tanpa disadari, suara Suzuno sudah tidak bisa lagi terdengar dari luar, ketika Maou menyadari hal ini, HP Maou yang ia letakkan di pojok ruangan, mulai berdering,

Itu adalah telepon dari Chiho.

Suaranya terdengar seperti bisa mulai menangis kapan saja.

Hari berikutnya, juga belum ada kabar dari Emi sama sekali.

Meski kemarin Maou sibuk menghibur Chiho yang khawatir dengan Emi, kali ini, bahkan dia juga mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Mempertimbangkan kepribadian Emi, terlepas dari Maou, dia tidak mungkin akan melakukan sesuatu yang bisa membuat Chiho khawatir.

Dan hari ini adalah tanggal 12, hari di mana ia membuat janji dengan Chiho.

Meski dia merasa tidak senang dengan keikutsertaan Maou, tapi Emi seharusnya takkan merasa tidak senang merayakan ulang tahunnya bersama dengan Chiho, dan melanggar janjinya tanpa meminta maaf sama sekali.

Hari ini Suzuno juga datang ke Kastil Iblis pagi-pagi sekali untuk memastikan keselamatan Emi.

"Apa tidak cara untuk menghubungi orang yang bernama Emerada itu?"

Maou mencoba menanyakan hal tersebut, dan Suzuno yang bahkan tidak masuk ke dalam kamar, berbicara dengan pelan sambil berdiri di beranda.

"Karena Emerada-dono juga tidak bisa diajak berkomunikasi, itulah kenapa aku menjadi sangat khawatir."

'Gate' menuju dunia lain terbuka di atap apartemen Emi, dan di hari ketika ia mengantar keberangkatan Emi, Suzuno juga bertukar nomor HP dan alamat email dengan rekan lama Emi... Penyihir terkuat di Ente Isla, Emerada Etuva.

Penyihir dari Saint Aire dan Penyelidik dari Dewan Pembenaran Ajaran yang awalnya tidak memiliki hubungan langsung, saat ini telah bertukar nomor HP di dunia lain Jepang, dan meski tidak diketahui siapa yang memulainya, mereka berdua tetap menunjukan senyum yang membuat penasaran.

Setelah itu, melalui Idea Link menggunakan HP, Suzuno menerima pesan kalau Emi sudah sampai dengan selamat. Namun, hal ini justru membuat semuanya semakin sulit dimengerti kenapa dia sekarang tidak bisa menghubungi Emi ataupun Emerada.

Dibandingkan saat kedua faksi manusia dan iblis berperang karena campur tangan berbagai kekuatan di Ente Isla, situasi sekarang ini telah menjadi semakin rumit.

Jika ini adalah buah dari kedamaian yang Emi bawa, ini semua terlalu ironis, semua orang di dunia manusia saat ini sedang berada dalam situasi perang di mana salah satu dari lima benua, yaitu Benua Timur, telah menciptakan benih permusuhan dengan benua lain.

Klan Malebranche yang ingin menghidupkan kembali Pasukan Raja Iblis, telah menyusup ke dalam Benua Timur. Dan salah satu orang yang menarik benang tersebut, adalah orang yang ikut berperang melawan Raja Iblis sebagai rekan sang Pahlawan, yaitu Olba Meyers.

Meski sudah sangat rumit, para Malebranche itu tetap mengutus perwujudan dari bola yang menciptakan dunia, benda yang dicari oleh para Malaikat --Sephirah, untuk datang ke Jepang, hal ini membuat orang-orang merasa kalau para Malaikat saat ini sedang bekerja di balik layar.

Meski orang yang tahu hal ini sangat sedikit, tidak peduli alasan apa yang mereka miliki ketika nanti mengambil tindakan, bisa dipastikan kalau hal ini bukanlah masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan mengakhiri perang antar manusia di Ente Isla.

"Jika komunikasiku dengan Ente Isla terlalu sering, akan ada resiko pihak Gereja mendeteksi gelombang Idea Link yang kugunakan, jadi aku tidak bisa membuat kontak ke sana dengan ceroboh."

Misi rahasia yang diberikan kepada Suzuno oleh Gereja masih belum ditarik, dan Suzuno tidak memiliki niat untuk melaksanakannya.

Suzuno tinggal di Jepang, dan bergerak sesuai keinginannya untuk membenarkan keadilan Gereja, alhasil, apa yang dia lakukan ini, sama dengan menginjak-injak perintah dari Divisi Pelaksanaan Gereja.

Perintah yang dulu diterima oleh Suzuno adalah untuk menyebarkan kabar palsu tentang kematian Pahlawan  Emilia, dan menyembunyikan kemurtadan Olba saat dia tidak melakukan apa-apa terhadap fakta bahwa Raja Iblis masih hidup.

Jika tujuan ini tidak bisa dicapai, maka dia harus membunuh Maou dan Emi, membuat kebohongan Olba menjadi nyata.

Mengingat kalau Emi telah menghabiskan dua tahun untuk menyelesaikan perjalanannya mengalahkan Raja Iblis, Divisi Pelaksanaan Gereja mungkin berpikir kalau Suzuno yang pergi ke dunia lain untuk melakukan pekerjaannya, tidak mungkin bisa menyelesaikannya hanya dalam tiga bulan.

Namun, meski dia tidak dicurigai, Suzuno tidak bisa membiarkan orang lain tahu kalau dia telah menentang tujuan dari Divisi Pelaksanaan Gereja. Lagipula, kabar tentang 'Crestia Bell menjadi Jenderal Iblis yang baru' telah mencapai telinga para iblis yang mendiami Benua Timur.

Olba nampaknya telah memisahkan diri dari kegiatan Gereja pada saat itu, jadi dalam jangka waktu pendek, Suzuno tidak perlu khawatir kalau Gereja akan mendapatkan informasi yang dimiliki oleh para Iblis. Tapi meski begitu, posisi Suzuno masih jauh lebih baik ketimbang Emi.

"Skenario terburuknya, mereka  mungkin mengirimkan seseorang seperti diriku saat sebelum datang ke Jepang. Dan mereka, untuk menghapus fakta-fakta yang tidak menguntungkan bagi Gereja, pasti akan melakukan sesuatu yang bisa membahayakan Jepang tanpa ragu."

"Huuh, hanya fakta bahwa Emilia masih hidup saja sudah sangat tidak menguntungkan bagi Gereja, Olba juga mengatakan hal ini beberapa kali sebelum datang ke sini."

Urushihara ingat apa yang terjadi sebelumnya dan mengatakan hal tersebut,

"Bell, dari apa yang kau katakan, semenjak kau datang ke Jepang sampai sekarang, apa kau sudah menekan masalah ini?"

Tanya Ashiya dengan nada agak tegas.

"Kau benar. Terkait dengan Sariel-sama, aku tidak bisa mengatakan apa-apa.... tapi jujur saja, alasan kenapa semuanya bisa menjadi seperti sekarang ini, kalian itu juga ikut bertanggung jawab."

Namun, Suzuno membalasnya tanpa ada rasa bersalah.

"Apa?"

"Lebih tepatnya, ini semua adalah salahmu."

"Aku tidak bisa berpura-pura kalau aku tidak mendengarnya."

Meski Maou terlihat agak marah karena penjelasan Suzuno yang arogan, Suzuno sendiri hanya bisa mengangkat bahunya dengan pelan dan menjawab,

"Kondisi ideal versiku adalah membuat sang Pahlawan kembali setelah mengalahkan Raja Iblis yang melarikan diri ke dunia lain dan membawa kedamaian sejati ke Ente Isla, dan di saat yang sama, aku juga ingin membenarkan keadilan Gereja yang telah merusak reputasi Emilia ke arah yang benar. Namun Emilia sendiri malah...."

Suzuno berbicara seolah ia sedang bosan, menatap ke arah Maou dan mengatakan,

"Dia tidak hanya tidak memerangi Raja Iblis karena dia percaya kalau si Raja Iblis itu tidak akan melakukan sesuatu yang buruk, dia bahkan meninggalkan Raja Iblis itu dan kembali ke kampung halamannya. Kalau sudah begini, tak peduli berapa lama aku menunggu, situasiku tidak akan pernah berubah."

"Ugh...."

Maou mendecapkan lidahnya dengan canggung, sementara Ashiya, mengerang sambil mengernyitkan dahinya.

Tapi mereka berdua tidak bisa memberikan bantahan apapun.

"Jika aku bisa menyingkirkan kalian semua sekarang, situasinya mungkin bisa sedikit berubah kau tahu."

Mata Suzuno memicing, menatap Maou yang menggertakkan giginya menyesal.

"Huuh, sekarang bukan saatnya bercanda. Masalahnya adalah Emilia.... tapi sekarang, kita tidak bisa melakukan apa-aoa di sini. Terlepas dari fakta bahwa Emilia belum kembali, selain dia sendiri, mungkin lebih mudah untuk berpikir kalau sesuatu telah terjadi terhadap Emerada-dono."

"Emerada?"

"Yeah, Emilia tidak bisa menggunakan mantra pembuka 'Gate', dan begitupun Emerada-dono. Mereka mengandalkan alat yang disebut 'Pena Bulu Malaikat'."

Setelah mendengar nama alat itu, Maou sedikit mengernyit karena alasan yang tidak diketahui, namun, orang-orang yang ada di sana tidak menyadari hal tersebut.

"Kudengar pena bulu ini berada dalam kepemilikan Emerada-dono, jadi kupikir, sesuatu mungkin terjadi pada Emerada-dono... Dan Emilia mungkin mencoba menyelesaikannya."

Alasan kenapa nada Suzuno terdengar ragu-ragu, mungkin karena dia tahu kalau semua ini hanyalah dugaan semata.

"Lalu kenapa Emi tidak memberitahumu atau Chi-chan mengenai masalah ini?"

Anggapan tersebut langsung dipatahkan oleh pertanyaan Maou.

"Sampai sekarang, Emi selalu berkomunikasi dengan Emerada melalui Idea Link. Kalau begitu, dia seharusnya bisa menghubungi kalian dari sana.... Lalu kenapa dia tidak menghubungi kalian sama sekali?"

".... Jika aku tahu alasannya, aku tidak mungkin akan merasa secemas ini."

Suara Suzuno dipenuhi dengan kekhawatiran.

"Tapi, jika kita mengasumsikan bahwa Emilia memang menemui beberapa masalah, lalu masalah macam apa itu? Meski aku merasa tidak enak pada Emilia karena mengatakan ini, tak peduli masalah macam apa yang dia temui, sulit dipercaya kalau dia akan mengalami kesulitan. Lagipula, dia itu Pahlawan kan? Selain kehancuran dunia, aku tidak bisa memikirkan masalah apa yang bisa membuat Emilia, yang mana bisa dengan mudah memukul mundur Pasukan Raja Iblis dan Malaikat Agung, masuk ke dalam situasi di mana dia tidak bisa berkomunikasi."

Benar, pada dasarnya, Emi memang memiliki tubuh kuat yang jauh lebih kuat dibandingkan manusia di bumi ataupun Ente Isla.

Meskipun itu karena sihir suci dan darah malaikatnya, bahkan jika Emi mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan, dia seharusnya tidak akan terluka.

Jika musuhnya setingkat Kesatria, entah dia disergap oleh musuh yang lebih dari satu orang, ataupun tangan kakinya terikat dan mulutnya terbungkam, Emi pasti bisa mengalahkan mereka hanya dengan menggunakan mantra semata, bahkan tanpa mengerakkan jarinya.

"Hey, biar kutanya sesuatu padamu, apa mantra pembuka 'Gate' itu benar-benar sesulit itu bagi manusia?"

"Apa?"

Suzuno mengangkat alisnya karena pertanyaan tiba-tiba Maou.

"Uh, meski kami sekarang seperti ini, baik itu aku, Ashiya, ataupun Urushihara, kami semua bisa merapal mantra pembuka 'Gate' itu sendiri. Ditambah lagi, Olba nampaknya juga bisa menggunakannya, jadi aku benar-benar tidak mengerti kenapa kau dan Emi tidak bisa menggunakannya."

"Kau hanya ingin mengatakan kalau kau itu ahli kan?"

Setelah Suzuno mengatakannya dengan tidak senang, dia menutup matanya dan menjawab,

"Sebenarnya, ini bukan seperti aku tidak tahu cara menggunakannya. Selama Emilia mendapatkan pelatihan yang benar, dia mungkin bisa mempelajarinya. Pokoknya, mantra pembuka 'Gate' itu tidak hanya membutuhkan sihir suci dalam jumlah besar, mantra ini juga membutuhkan ritual mantra yang rumit. Meski aku bisa mempelajari ritual mantranya, bila aku tidak memiliki penguat yang sesuai, dan nantinya aku bisa membuka 'Gate', aku tetap tidak akan bisa menentukan tujuan setelah melewati 'Gate' tersebut."

"Begitu ya, jadi kuncinya adalah jumlah sihir suci ya..."

"Berbeda makna dengan Emi, Olba-sama yang bisa menggunakan mantra pembuka 'Gate' dengan kekuatannya sendiri dan tanpa menggunakan penguat, adalah sebuah eksistensi yang sudah mendekati monster. Bahkan di antara enam uskup agung yang menjadi bagian dari Divisi Pelaksanaan Gereja, satu-satunya orang yang mungkin bisa menandingi kekuatan Olba-sama adalah Cervantes-sama yang lebih muda. Dan aku bahkan tidak tahu apakah Cervantes-sama melakukan penelitian terhadap mantra semacam ini, lagipula, ini adalah mantra yang tidak biasanya diperlukan."

"Benar..."

"Meskipun ada orang lain yang berlatih menggunakan mantra pembuka 'Gate' di Departemen Penyebar Ajaran Luar Gereja termasuk aku, selain Olba-sama, aku tidak berpikir ada orang lain yang bisa menggunakannya tanpa penguat. Adapun untuk penguat utamanya, mereka mengacu pada gedung besar yang dibangun di pusat Gereja, Saint Ignord dan beberapa Gereja yang mengendalikan wilayah di Benua Barat, yaitu 'Tangga Surga'. Jadi, sebelum merapal mantra, seseorang harus melakukan perjalanan menuju tempat-tempat tersebut."

"Oh~"

"Olba-sama memang bisa menggunakan mantra pembuka 'Gate', tapi apakah dia bisa menstabilkannya sendiri dan menentukan tujuannya dengan sempurna, hal itu masih patut dipertanyakan. Jika Olba-sama benar-benar berencana membunuh Emilia, dia seharusnya tidak akan mengirim Emilia ke masyarakat yang ada di sebuah negeri yang makmur kan?"

Penjelasan ini sangat masuk akal.

"Membuka 'Gate' dan mempertahankan stabilitas 'Gate' tersebut agar orang bisa melewatinya, adalah dua hal yang benar-benar berbeda."

Suzuno melanjutkan penjelasannya,

"Jika hanya membuka 'Gate', mungkin aku juga bisa melakukannya tanpa bantuan, tapi ya paling banyak ya hanya seperti itu. Aku tidak bisa menjamin keselamatan orang yang melewati 'Gate' tersebut, dan jika aku ingin melewati 'Gate' yang kubuat sendiri, maka aku perlu memiliki kemampuan untuk mempertahankan keadaan 'Gate' yang terbuka tersebut dengan stabil. Meskipun aku tidak tahu waktu yang diperlukan, jika aku kehabisan energi di tengah jalan dan membuat 'Gate' kehilangan stabilitasnya, aku takkan bisa memprediksi kemana aku akan dikirim."

"Ooh..."

Maou dan Ashiya hanya bisa saling menatap satu sama lain dan mengangguk menunjukan kesetujuan mereka.

Mereka berdua terdampar di Jepang karena mereka kehilangan kendali 'Gate'nya, jadi mereka harus setuju dengan penjelasan Suzuno.

"Kalau begitu, selama Maou bisa mendapatkan kembali wujud Raja Iblisnya dan merapal mantra, kita harusnya bisa pergi ke Ente Isla kan?"

Urushihara tiba-tiba menyela.

"Setelah dipenuhi dengan sihir suci, sihir suci tersebut akan berubah menjadi sihir iblis, bukankah kalian sudah berhasil melakukan eksperimen itu sebelumnya? Jika kita bisa membuat Maou mendapatkan kembali sihir iblisnya, harusnya membuka 'Gate' beberapa kali sama sekali bukan masalah, benar?"

"Hm, untuk ukuran Lucifer, ini adalah saran yang bagus."

Kata Ashiya dengan kagum, tapi Suzuno menjawabnya dengan wajah dingin,

"Itu takkan bisa dilakukan."

"Hm, kupikir juga begitu."

Maou juga menolaknya.

"Saat itu masih ada Emi. Dengan sihir suci Suzuno, bahkan jika dia menggunakan kekuatan penuhnya dan menyuntikkannya ke dalam tubuhku, hal itu hanya akan membuatku kesakitan dan tak mungkin bisa memulihkan sihir iblisku."

"Meskipun aku frustasi, tapi Raja Iblis memang benar. Sihir suci yang kumiliki mungkin tidak sampai setengah dari yang Emi miliki. Pada dasarnya, kapasitas kami sejak awal memang berbeda. Jika hanya sihir suciku saja yang disuntikkan, dan jika aku tidak berhati-hati lalu membuat Raja Iblis mengalami keracunan sihir suci, maka kalian semua pasti akan jadi pengangguran bulan depan."

"Ugh."

"Mustahil ya.... dan kupikir itu adalah ide yang bagus."

Ashiya menahan napasnya dengan ekspresi tegang, sementara Urushihara, merosot di kursi bergaya Jepangnya dan menggumam sendiri.

".... Tunggu dulu. Kapan topik ini berubah menjadi Emi berada dalam bahaya dan aku harus menyelamatkannya?"

Maou melambaikan tangannya dan menata kembali suasana saat ini.

"Meskipun kalian kelihatannya sudah lupa, tapi aku ini Raja dari para Iblis, musuh Emi kau tahu? Terlepas dari apakah manusia Ente Isla ingin berperang atau semacamnya, itu tidak ada hubungannya dengan kita, lebih tepatnya, jika kalian  saling membunuh satu sama lain karena perang, itu malah akan menjadi keuntungan kita. Dan kembali ke Ente Isla ataupun terlibat masalah di sana, itu semua adalah tanggung jawab Emi. Apapun yang terjadi nanti, ini adalah masalahmu dan masalah Emi, dan tidak ada hubungannya dengan kami. Huuh, meskipun Chi-chan menjadi agak kasihan."

Maou melihat ke arah kalender yang menempel di kulkas sambil mengingat punggung Chiho saat ia dengan bahagia menulis tanggal yang telah mereka setujui untuk menggelar pesta.

"Bahkan jika Pasukan Raja Iblis menyerang bersama-sama, mereka itu bukan tandingan Emi. Selain itu, setelah kembali ke Ente Isla, sihir suci yang terkumpul di tubuhnya pasti akan bertambah, dan dia akan menjadi beberapa kali lebih kuat daripada saat berada di sini. Percuma kita mengkhawatirkan dia."

Maou berbicara dengan cepat, tidak seperti biasanya sambil menatap ke arah Suzuno.

"Karena kau tak bisa apa-apa sekarang, maka kami pun juga sama. Dan kami ini berbeda denganmu dan kami tidak perlu khawatir dengan keselamatan Emi. Lagipula, orang itu kembali atas kemauannya sendiri."

"Raja Iblis.... tapi...."

"Topik itu berakhir di sini. Karena Emi tidak datang, maka pesta hari ini akan dibatalkan. Aku harus bersiap-siap untuk ujian mengemudi besok. Hey, Urushihara, minggir."

Maou mengusir Urushihara dari meja komputer, dan Urushihara, dalam momen yang langka, tidak mengatakan apa-apa dan menyerahkan komputernya.

Maou terhubung dengan website yang membuatnya bisa mengerjakan latihan soal untuk ujian SIM, Ashiya, Urushihara, dan Suzuno hanya bisa menatap punggung Maou dengan ekspresi rumit, saat dia memancarkan aura seolah topik tadi memang telah berakhir.

"Raja Iblis."

".... Ada apa, apa masih ada yang lain?"

"Bahkan jika Chiho-dono meminta bantuanmu, apa kau akan mengatakan hal yang sama?"

"... Ugh."

Maou terdiam sesaat, tapi dia tetap menjawab dengan keras kepala.

"Meskipun aku akan mengatakannya dengan lebih lembut, tapi keputusanku takkan berubah. Pertama, aku benar-benar tidak bisa melakukan apapun. Dan selain itu, yang kita bicarakan ini Emi. Aku sudah mengatakannya berkali-kali sebelumnya, kalian tidak perlu khawatir dengannya."

Jawab Maou bahkan tanpa menoleh.

Terkait dengan hal ini, Ashiya dan Urushihara juga tidak mengatakan apa-apa.

Tapi....

"Maou-san...."

Sebuah suara lemah membuat punggung Raja Iblis yang membungkuk, serta hatinya menjadi bergetar.

Maou menahan napasnya dan berlahan menolehkan kepalanya.

Orang itu adalah...

"Sa-Sasaki-san...."

"Uwah, kejam sekali."

Orang yang berdiri di depan Ashiya yang mengerang dan Urushihara yang nampak meledek Suzuno, adalah Chiho yang berwajah sedih.

Chiho yang muncul di samping Suzuno, menatap lurus ke arah Maou yang menoleh dengan sebuah tatapan cemas.

Alasan kenapa Suzuno tidak memasuki kamar adalah karena hal ini.

Dari awal dia berencana membuat Chiho mendengar semuanya.

".... Tsk...."

"Aku tahu kalau Maou-san bukanlah tipe orang yang antara perkataan dan perbuatannya tidak sama."

"....Eh?"

Maou kira dia akan dimarahi dengan dingin, tapi Chiho malah mengatakan sesuatu yang tak terduga.

"Maou-san itu Raja Iblis, Yusa-san itu Pahlawan.... Kalian berdua sejak awal adalah musuh, aku tahu semua itu. Kalau Maou-san bilang bahwa kau tidak peduli dengan apa yang terjadi pada 'Pahlawan Emilia', kau pasti sangat serius soal itu."

Chiho menggenggam tangannya di depan dada, dan meski suaranya bergetar seperti ingin menangis, dia tetap berbicara dengan susah payah.

"Raja Iblis Satan dan Pahlawan Emilia telah menjadi musuh sejak mereka bertemu, dan sampai sekarang, ini adalah fakta yang tidak bisa dibalik. Aku juga merasa kalau kalian hanya menganggap satu sama lain sebagai musuh.... tapi, Maou-san.... bukankah sebelumnya kau bilang.... kalau kau akan memberiku hadiah yang luar biasa?"

Emosi yang tidak bisa Chiho tekan mulai terlihat di wajahnya.

"Meskipun Yusa-san mungkin sangat enggan dan mungkin juga tidak.... tapi, bukankah sebelumnya kau bilang.... bahwa aku, Suzuno-san.... dan Yusa-san, adalah Jenderalmu.... kau bilang kami bisa tetap berada di sampingmu, dan kau ingin kami untuk melihat dunia yang baru...."

".... Sasaki-san."

"Eh, apa ini, kenapa aku tidak pernah mendengarkannya, ouch!"

Ashiya dengan serius mendengarkan suara Chiho saat Chiho berusaha untuk berbicara pada Maou, lalu dia memberikan sebuah tamparan pada wajah Urushihara yang berbicara tanpa membaca suasana.

Chiho melihat ke arah Urushihara yang tidak bisa berbicara karena rasa sakit di hidungnya karena dampak tamparan tersebut dan terus berbicara,

"Bahkan Urushihara-san yang pernah mengkhianatimu sekali, sekarang adalah Jenderal kan..... uu.... Maou-san, bukankah kau sendiri yang memilih Yusa-san.... bukankah kau, dengan keinginanmu sendiri, telah memilih Yusa-san yang sebenarnya adalah musuhmu....."

"...."

"Bahkan jika kecemasanku ini tak berarti, tak apa. Lebih baik begini.... tapi, bagi seorang Yusa-san yang begitu luar biasa, bisa belum kembali itu, membuatku sangat khawatir...."

"Chiho-dono...."

Kaki Chiho melemah, tapi Suzuno berdiri di sampingnya, menopang tubuhnya.

Maou mempertahankan posturnya dan tidak bergeming sama sekali.

"Dan.... Alas Ramus-chan bersama dengan Yusa-san kan? Kalau begitu, bagaimana bisa Maou-san tidak khawatir...... jadi, Maou-san saat ini pasti sedang berbohong..... fu....."

Chiho terlihat menahan perasaannya sendiri sebelum akhirnya hancur, dia mengehela napas berat dengan gemetar dan membungkuk,

"Akulah yang meminta Suzuno-san mengizinkanku mendengar dari samping. Maafkan aku, melakukan sesuatu yang sama dengan berbohong pada semuanya."

"..... Yeah."

"..... Kalau begitu, aku pamit dulu....."

Ketika Chiho membungkuk sekali lagi dan berjalan melewati Suzuno untuk pulang, Maou berteriak dengan suara yang tidak memiliki kesan mendominasi,

"Chi-chan."

"....Ya."

Chiho berhenti berjalan, tapi ia tidak berbalik.

Pada saat itu, Maou tidak tahu kenapa dia ingin menghentikan Chiho.

Usai keheningan singkat, apa yang akhirnya Maou katakan....

".... Sebaiknya kau jangan menggunakan Idea Link dengan gegabah untuk berkomunikasi dengan Emi, okay? Jika Emi benar-benar menemui situasi yang sulit, situasimu mungkin juga bisa menjadi berbahaya."

... adalah sesuatu yang tak berarti.

Chiho tidak berbalik, jadi tidak bisa dipastikan ekspresi apa yang dia tunjukan sekarang....

"Aku mengerti."

Tapi setelah mengatakan hal itu dengan pelan, dia pergi meninggalkan Villa Rosa Sasazuka.

Setelah mendengar langkah kaki berjalan menuruni tangga dan memastikan dari jendela kalau Chiho, yang memasang tampang sedih terlihat di jalan depan apartemen akhirnya menghilang di pojokan, Maou kembali menatap ke arah Suzuno dengan wajah marah.

".... Kau...."

Dia ditipu.

Meski Maou menatap tajam ke arah Suzuno, tapi mereka berdua tahu betapa lemahnya kekuatan Raja Iblis sekarang.

"Jika aku tidak melakukan ini, aku sungguh tak akan bisa memastikan perasaanmu yang sebenarnya."

Suzuno tersenyum kecut tanpa ada rasa bersalah.

"Meski ini bukan ideku, karena aku juga menjadi salah satu Jenderal di Pasukan Raja Iblis yang baru, aku berharap 'Master'ku akan terpikir melindungi 'rekan'ku, harusnya ini tidak bisa dianggap tak beralasan kan?"

".... Mengenai masalah itu, sebaiknya kau menjelaskan padaku dengan benar nanti."

Setelah melihat Urushihara merayap masuk ke dalam lemari dengan ekspresi tidak senang di wajahnya, Suzuno melanjutkan perkataannya,

"Meski kubilang bahwa, akan sangat memalukan bagiku sebagai Jenderal, jika aku sudah merepotkan 'Master'ku sejak awal, tapi semenjak aku mendapatkan jaminanmu, aku akan membiarkannya seperti itu untuk sekarang."

"Jika kau menggunakan posisimu sebagai Jenderal hanya saat menguntungkan bagimu, aku bisa mengabulkan keinginanmu dan mencopotmu, kau tahu. Dan yang paling penting, aku tidak pernah menjanjikan kalian berdua apa-apa....."

"Dari bagaimana kau mendengarkan kata-kata Chiho-dono dengan kaget dan tidak membantah sama sekali, aku sudah tahu kalau kau sangat khawatir terhadap keselamatan Emilia dan Alas Ramus. Apa aku perlu jaminan lain?"

"......"

"Kalau begitu, aku akan coba memikirkan apa yang bisa kulakukan. Jika semua ini berubah menjadi tak ada yang perlu dikhawatirkan seperti apa yang dikatakan Chiho-dono, tentu saja akan sangat bagus."

Suzuno meninggalkan Kastil Iblis dengan hening.

"..... Sial...."

Maou memukulkan tinjunya ke meja komputer.

"Maou-sama, dengan seluruh hormat....."

"Ada apa? Apa kau mau menasehatiku dan memintaku untuk mengkhawatirkan Emi?"

Jawab Maou dengan tidak senang pada Ashiya yang berbicara dari belakang.

"Tidak, jujur saja aku sangat menentang masalah menunjuk Emilia dan Bell sebagai Jenderal Iblis, tapi dibandingkan itu, ada sesuatu yang lebih mengkhawatirkan."

"Huh?"

Ashiya duduk di belakang Maou dengan punggung tegak dan berbicara sambil berada di ketinggian yang sama dengan Masternya.

"Meskipun Maou-sama tadi bermaksud menghindari kemungkinan tertentu, Bell dan Sasaki-san mungkin telah merasakan jejaknya. Itulah kenapa mereka merasa kalau Emilia telah terseret ke dalam suatu masalah."

"....."

Maou menatap layar komputer yang ada di depannya, yang mana menunjukan pertanyaan untuk ujian SIM.

Pertanyaannya, dari sudut pandang kendaraan yang bergerak, terdapat sebuah jalur penyeberangan pejalan kaki dan persimpangan, temanya adalah 'Memprediksi bahaya'.

Di sampingnya adalah sebuah pertanyaan terbuka, memprediksi bahaya yang mungkin bisa terjadi dari gambar tersebut.

"Tentu saja, jika mereka berencana melukai Emilia secara langsung, meski itu adalah Pasukan Iblis kita, seharusnya itu bukan masalah baginya. Tapi karena manusia di Ente Isla sedang dalam situasi tidak rukun..... maka hal yang bisa melemahkan 'bahaya' dari senjata dan kekuatan Emilia, bukanlah hanya pedang yang datang dari depan saja."

"....."

"Meski Emilia telah dikhianati oleh manusia di Ente Isla, dia tetap saja bangga menjadi Pahlawan dan penyelamat manusia. Sebagai manusia, kalau kau ingin menekan Emilia secara moral, cara apa yang paling efektif?"

"Siapa yang tahu apa yang manusia pikirkan....."

"Bagi Raja Iblis yang memilih tinggal di sini untuk mempelajari cara berpikir manusia, dia punya tugas untuk mengetahui hal-hal ini."

Nada Ashiya dari awal sampai akhir sangat konstan.

Tapi karena Ashiya, layaknya Chiho, sangat memahami Maou dibandingkan siapapun, dia bisa tanpa ampun menunjukan kontradiksi yang ada di hati Maou.

Seorang bawahan yang bisa memberikan saran pada Masternya, adalah suatu keberadaan yang sangat berharga.

"Selain Emerada Etuva dan Alberto Ende, Emi tidak memiliki rekan lain di Ente Isla saat ini. Kekuatan penguasa Gereja sangatlah nyata, bahkan klan Malebranche yang dipimpin oleh Barbariccia sekaligus Surga adalah musuhnya. Jika orang-orang ini melalui suatu cara tahu bahwa Emilia ada di Ente Isla, yang telah menjadi seperti medan tempur utama, apa menurutmu mereka hanya akan diam dan menonton saja?"

Terkait dengan pergerakannya, Emerada harusnya sudah berusaha keras untuk mengendalikan arus informasi.

Tapi di sisi lain, tidak sulit membayangkan Emerada dan Alberto diawasi oleh banyak kekuatan yang berbeda.

Bagaimanapun juga, mereka tidak hanya melarikan diri dari status tahanan rumah yang diberikan oleh Gereja dengan kekuatan mereka sendiri, mereka bahkan membantah kabar tentang kematian Emilia yang secara resmi dikeluarkan oleh Gereja.

Karena Suzuno juga tidak bergerak menurut kehendak Gereja, mustahil pengawasan yang dilakukan oleh pihak Gereja terhadap Emerada dan Alberto akan ditiadakan.

Jika pergerakan Emerada berhasil diketahui oleh seseorang seperti apa yang Suzuno prediksi, faksi mereka mungkin akan menggunakan kesempatan ini dan mengatur jebakan untuk Emerada, lalu, hal yang akan terjadi selanjutnya....

"Cara yang paling mudah adalah menggunakan sandera.... iya kan?"

"Tepat sekali. Dan tidak hanya menahan Emerada, selama mereka bisa menekan kekuatan Emilia, tidak masalah siapapun targetnya. Menculik eksistensi yang penting bagi Emilia untuk menekan kemampuan bak dewa miliknya.... bukankah manusia semacam itu ada?"

"Benar sekali. Pada dasarnya, sebelum aku menyatukan Dunia Iblis, strategi tingkat tinggi seperti 'menculik sandera', sama sekali tidak ada di Dunia Iblis, dan tidak ada pula manusia yang akan punya ide untuk menjadikan iblis sebagai sandera. Tapi.... Apakah manusia harus melakukan hal seperti itu pada Emi? Apapun alasannya, dia itu masihlah Pahlawan yang menyelamatkan dunia kan?"

Manusia di Ente Isla sama sekali tak punya alasan dan sangat tidak masuk akal jika mereka menjadikan Emilia sebagai musuh mereka.

Hanya dari perbedaan kemampuan saja, sulit membayangkan keuntungan yang bisa seseorang dapat dengan melakukan sesuatu seperti menantang penyelamat mereka sendiri....

"Meski tak ada gunanya mengatakan ini sekarang, sebelum Farfarello kembali, kupikir menunjuk Bell dan Emilia sebagai Jenderal Iblis adalah keputusan yang sangat buruk."

Ashiya tiba-tiba menarik kembali topik tersebut.

Seperti memberi Masternya arahan, Ashiya dengan antusias berbicara pada Maou yang kebingungan.

"Ketika aku pertama kali mendengar hal ini, kupikir ini adalah rencana Maou-sama untuk melemahkan hubungan Bell dan Emilia.... tapi sepertinya bukan seperti itu."

Merasa kalau Ashiya mulai memasuki mode mengomelnya, Maou pun menunjukan ekspresi tabah dan menjawab,

"Aku memang terpengaruhi oleh atmosfer di sana, tapi untuk menjamin keselamatan Chi-chan dan mencegah para iblis itu agar tidak datang lagi ke Jepang, ini adalah sesuatu yang tak bisa dihindari.... lagipula, jika Barbariccia tahu kalau Emi masih hidup, dia mungkin akan menyerang langsung...."

Ashiya mengangguk setuju.

Maou tidak ingin rakyat iblisnya mati di pertarungan yang sia-sia.

Pertempuran yang dilakukan oleh Ciriatto di Choshi memberikam bukti bahwa, meski seorang kepala suku Malebranche melawan Emilia yang bahkan belum menggunakan kekuatan penuhnya, dia tetap tidak bisa menang.

Barbariccia yang berkhianat dan meninggalkan Dunia Iblis, terlepas dari motif apa yang dia miliki saat bertindak, jika dia terus membahayakan Jepang, Emi dan Suzuno pasti tidak akan hanya diam dan menonton saja.

Untuk mencegah semuanya agar tidak menjadi seperti itu, sangat perlu bagi Raja Iblis sendiri untuk mengumumkan kalau musuh para iblis di masa lalu, bukan lagi musuh untuk sekarang.

Bagi Raja para Iblis, cara berpikir ini sangatlah benar. Namun, meski benar....

"Meski Maou-sama bisa menjamin keselamatan Sasaki-san dan Jepang dengan menunjuk ketiga orang ini sebagai Jenderal Iblis yang baru, tapi apa kau sadar dengan melakukan itu sama artinya dengan mengorbankan keselamatan Emilia dan Bell di Ente Isla?"

Maou menjawab setelah sesaat mematung,

"Uh, hm? Karena Emi dan Suzuno sekarang seperti ini.... dan Farfarello membawa kabar ini ke Afsahan... dan karena Benua Timur sekarang dikendalikan oleh Barbariccia...."

Setelah Maou menggunakan jarinya untuk melukis di udara seperti sedang menata pikirannya...

".... Ah!!"

Dia memegangi kepalanya dan berteriak,

"Aku paham, hal ini membuat para manusia marah! Karena mereka pikir Emi dan Suzuno adalah pengkhianat!"

"Sepertinya kau benar-benar tidak tahu...."

Ashiya mendesah.

"Karena kabar ini dibawa oleh iblis, dan karena berita resmi dari Gereja mengatakan bahwa Emilia telah gugur, lalu mengingat kalau misi Suzuno adalah misi rahasia, mungkin manusia tidak akan langsung mempercayainya, tapi meski begitu, mungkin sudah ada beberapa orang yang mulai bertindak karena mereka merasa curiga."

Seperti apa yang Suzuno katakan tadi, kedepannya mereka mungkin akan mengirim seorang pembunuh baru atau pasukan manusia dalam jumlah besar. Maou mengira dia telah menghilangkan ancaman dari para iblis, tapi tanpa dia ketahui, dia telah membuat Emi dan Suzuno berada dalam bahaya.

"La-lalu kenapa mereka tidak mengatakan apa-apa...."

Meskipun dengan setengah niat bercanda, tapi Suzuno tadi memang menyebut dirinya sebagai seorang 'Jenderal'. Dan mungkin karena ia memikirkan keselamatan Chiho, selain pada saat itu, Emi juga nampak menerima fakta ini.

"Ini artinya mereka telah menerimanya. Demi keselamatan Sasaki-san, mereka mungkin sudah membuat keputusan untuk menghadapi bahaya sejak awal. Alasan kenapa Emilia ingin kembali ke rumahnya kali ini, bukankah karena ia tidak ingin dikendalikan oleh orang lain?"

"Itu....."

"Karena dia memahami hal ini, itulah alasan kenapa Emilia dan Bell tidak mengatakan apa-apa, tentunya sebagian dari alasan itu adalah karena mereka peduli dengan Sasaki-san.... tapi bukankah ini artinya mereka ingin melindungi keadaan saat ini.... melindungi hidup di mana meski kita tidak rukun dan memiliki berbagai masalah, kita tetap bisa berkumpul dan makan malam bersama?"

"Lalu bagaimana menurutmu masalah ini?"

"Soal itu, dengan kita saat ini, selama Maou-sama bisa memenuhi ambisimu menaklukan dunia, aku tidak akan peduli apapun prosesnya. Tapi tentu saja, secara pribadi, aku tidak ingin menghadapi situasi dimana aku harus bekerja sama dengan musuhku."

Ashiya dengan cekatan menghindari serangan balik Maou.

Maou menekan kemarahannya dengan ekspresi tidak senang di wajahnya, sementara Ashiya, setelah menatap Masternya dengan sebuah senyum simpul di wajahnya, dia kembali menunjukan ekspresi tegasnya dan melanjutkan perkataannya,

"Maou-sama, itulah pemikiranku.... faksi mana yang menurutmu sangat ingin menangkap Emilia?"

"Huh?"

"Emilia memiliki semangat dan fisik yang kuat. Dengan memikirkan hal itu, meski orang biasa hendak memaksanya melakukan sesuatu, mereka tak mungkin bisa memanfaatkan kekuatan tersebut, dan jika mereka tidak berhati-hati, mereka mungkin akan diserang balik oleh Emilia sendiri."

"Apa maksudmu?"

"Faksi mana.... yang bisa melihat apa yang Emilia miliki selain kekuatan tempurnya?"

"Hey, jangan-jangan....."

Maou menahan napasnya karena wajah malaikat yang berusaha mencuri pedang suci Emi, Alas Ramus, dan fragmen Yesod, mencuat dalam pikirannya.

Jika hipotesis ini benar, dan Emi memang menemui masalah, Alas Ramus pasti juga akan terpengaruh.

"Tapi semua ini hanya imajinasimu kan?"

Dengan suara pintu geser yang terbuka, Urushihara tiba-tiba membuka lemari dan dan berjalan keluar.

Di tangannya, terdapat laci penyimpanan mini yang ia simpan di dalam lemari tanpa izin.

"Kita tidak tahu apakah sistem penanggalan di Ente Isla itu sesuai dengan sistem penanggalan Jepang, lalu kereta kuda yang ada di sana juga berbeda dengan Jepang dan tidak akan mencapai tujuannya sesuai jadwal kan? Selain itu, dia juga harus mempertimbangkan jadwal Emerada Etuva, jadi dia mungkin belum kembali karena sulit menemukan waktu yang pas."

Urushihara meletakkan laci tersebut di atas tatami dan mulai menggeledah isinya.

"Meski kita tidak punya hak untuk mengatakan ini, tapi Ente Isla masihlah negeri yang sedang memulihkan diri karena diserang oleh Pasukan Raja Iblis, jadi mungkin berbagai fasilitas di sana belum pulih sepenuhnya, menurutku Emilia itu hanya terlalu terbiasa dengan gaya hidup di Jepang, itulah kenapa dia terlambat."

".... Cara berpikirmu terlalu optimis."

"Tapi kalau seperti Sasaki Chiho yang mulai menangis  meski hari ini belum berakhir, rasanya benar-benar terlalu pesimis. Kalian memang membicarakan tentang kemungkinan adanya sandera, tapi pasukan penyerangan barat yang kupimpin sebelumnya, tidak hanya Emerada Etuva, kami juga menahan beberapa orang penting di Saint Aire kau tahu? Namun, pada waktu itu, Emilia tidak hanya membebaskan semua sandera, dia bahkan juga mengalahkan pasukanku pada akhirnya. Jadi rasanya sulit membayangkan kalau dia akan dikendalikan oleh orang lain hanya karena mereka punya sandera."

Seperti yang diharapkan dari Urushihara yang telah bertarung dan kalah dari Emi sebanyak dua kali, rasanya penjelasannya cukup persuasif.

Benar, jika itu adalah Emi, seharusnya dia bisa memecahkan tipuan apapun mengenai manusia normal hanya dengan kekuatannya saja.

"Kenapa kita tidak mengamati situasinya sebentar? Ini tidak seperti aku tidak paham dengan kecemasanmu terhadap Alas Ramus, tapi selama Emilia masih hidup, dia pasti akan baik-baik saja kan? Setidaknya, untuk sekarang, di bumi ataupun Ente Isla, aku tidak bisa memikirkan orang yang bisa membunuh Emilia seorang diri."

Usai mengatakan hal tersebut, Urushihara meletakkan kembali laci yang dia bawa ke dalam lemari tanpa mengambil apapun, dan mengeluarkan sebuah laci baru.

"Pokoknya, kita tunggu saja Bell untuk bertindak. Pada dasarnya, meski Emilia menemui beberapa masalah, dia pasti tidak mau Maou melakukan sesuatu untuknya kan?"

Daripada itu, rasanya dia akan marah karena Maou dan yang lainnya terlalu ikut campur.

".... Ashiya, Urushihara."

"Ya."

"Hm?"

Maou menghela napas dalam dengan sebuah senyum kecut.

"Aku minta maaf. Aku sudah sedikit tenang sekarang."

Setelah mengatakan hal itu, Maou kembali berbalik ke arah komputer.

"Aku harus lebih dulu memfokuskan perhatianku pada apa yang ada di hadapanku. Ketika dia kembali, aku pasti akan menunjukan SIMku padanya dan menghibur diriku sendiri menggunakan fakta bahwa dia terlambat."

"....."

"Terserah, asal bisa membuatmu senang.... eh, dimana aku meletakannya ya.... Aku ingat meletakannya di sini ketika dia datang kemari.... Aku harusnya belum membuangnya."

Ashiya diam-diam membungkuk di belakang Masternya, sementara Urushihara, dia kembali mengeluarkan laci baru, sepertinya dia sedang mencari sesuatu.

Alhasil, meski di hari itu Emi tidak kembali, dari luar, Kastil Iblis tetap melewati hari tersebut dengan normal.


---End of Part 1---





Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
0 Komentar