[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Prolog
Prolog
Tak disangka hari seperti ini akan datang.
Masalah yang begitu merepotkan, sampai saat ini, masih belum terselesaikan.
Berpikir dari sudut pandangnya, hal ini hanya bisa disebut mengabaikan tugas, atau menelantarkan misi.
Tidak, lebih tepatnya, sejak saat itu, dia terus mengesampingkan misi yang seharusnya ia selesaikan sambil melewati hari-harinya dengan santai.
Kalau dia mau, akan sangat mudah baginya untuk membuang alasan di mana ia tidak punya pilihan lain.
Tapi jika dia bertanya pada dirinya sendiri apa dia bisa dengan aktif membuat keputusan setiap saat atau tidak, jawabannya pasti akan selalu negatif.
Dia hanya mengikuti arus.
Dari awal sampai akhir, dia hanya berpikir untuk menyelesaikan keadaan yang ada di hadapannya sambil mengabaikan tujuannya, dan ketika dia tersadar, dia mendapati kalau melakukan semua itu ternyata sangatlah menyenangkan, jadi sampai sekarang, tujuannya sejak awal perlahan menjadi tidak penting di hatinya.
Jujur saja, dengan mereka sekarang ini....
"Aku sudah tidak tahu lagi... apa aku harus membunuh Raja Iblis atau tidak."
".... Benarkah~~"
Suara teman lamanya yang berasal dari ujung telepon, sama sekali tidak mengandung tanda-tanda menyalahkan.
Sebaliknya, nada itu bahkan berisi kelegaan dan perhatian terhadap gadis itu.
"Aku sudah merasakannya sejak dulu~ kalau semuanya akan jadi seperti ini~~"
"Apa maksudmu?"
"Hm~~ Ketika kita bertemu sebelumnya~~"
Teman gadis itu tersenyum kecut,
"Aku merasa kalau kita bertemu lagi nanti~~ Emilia mungkin sudah tidak ingin mengalahkan Raja Iblis~~"
"Aku tidak bisa berkata apa-apa."
"Tidak masalah~~ karena Emilia berpikir begitu~~ itu artinya sesuatu yang cukup membuatmu berpikir seperti itu pasti sudah terjadi~~ dan....."
Sangat jarang sekali teman baik gadis itu berhenti di tengah-tengah kalimatnya, dia lalu melanjutkan,
"Sejak awal kan Emilia punya hak untuk memilih~~"
"Apa maksudmu?"
Sang Pahlawan yang tidak mengerti, bertanya balik, dan teman baiknya menjawab,
"Logikanya, ketika Olba berkhianat~~ Emilia juga bisa memilih untuk balas dendam kepada kami~~"
"Eh? Bagaimana bisa aku melakukan hal itu pada kalian...."
"Maksudku bukan aku ataupun Alberto~~ tapi Gereja dan seluruh Ente Isla~~ karena dunia ini sudah membalas kebaikan Emilia dengan tidak tahu terima kasih~~ jadi meski Emilia merencanakan balas dendam~~ tidak seorangpun punya hak untuk menghentikanmu~ dan pada kenyataannya, tidak ada seorangpun bisa menghentikanmu~~"
"Apa, jadi maksudmu ini."
Jika ini adalah hari-hari di mana seorang Pahlawan muda hanya berpikir untuk membunuh Raja Iblis, dia mungkin akan merasa putus asa ketika tahu kebenaran tentang pengkhianatan rekannya, dan dunia yang menganggapnya sudah mati.
Tapi sekarang berbeda.
"Bahkan di dunia dimana internet itu sudah biasa dan semua orang punya HP pun, masih saja sulit untuk memilih informasi yang benar, dan ditambah lagi, Ente Isla sekarang masih dalam tahap pemulihan kan? Jika aku memasukkan kesalahpahaman ini ke dalam pati, bukankah ini tidak ada artinya?"
"Internet~~?"
"Bukan apa-apa kok, itu sesuatu yang ada di sini. Pokoknya, karena aku adalah orang yang lebih sederhana dan lebih bodoh daripada itu, jadi aku tidak akan memikirkan hal bodoh seperti itu."
"Meski aku tidak mengerti~ tapi aku lega~~ tapi~~ kalau kau punya rencana seperti itu suatu hari nanti~~ jangan sampai lupa memberitahuku, okay~~?"
"Apa kau ingin menyemangatiku, atau mencoba menasehatiku agar berhenti?"
Tanya sang Pahlawan dengan senyum kecut, dan temannya pun langsung menjawab,
"Apapun jalan yang Emilia pilih~~ aku pasti akan ada di sampingmu~~ bahkan jika kita harus menghancurkan dunia bersama~~ aku pasti akan melakukannya~~"
"Sebagai penyihir paling kuat di antara para manusia, jangan mengucapkan kalimat berbahaya seperti itu! Kalau kau ditargetkan oleh Gereja, aku tidak akan peduli, okay?"
"Yang benar saja~~ orang yang mengawasiku itu sangat banyak sampai-sampai mereka bisa dibuat tusuk sarden dan diberikan pada penjual ikan~~ ini sih bukan apa-apa~~"
Usai dengan santai mengobrol dengan teman baiknya yang mana tidak diketahui seberapa seriusnya dia, sang Pahlawan melihat ke arah sebelah kakinya.
Sebuah ransel besar yang berisi berbagai barang, diletakkan di sana.
"Bagaimanapun, aku mengandalkanmu minggu depan."
"Serahkan saja padaku~~"
Penyihir terkuat di Ente Isla dan rekan perjalanan sang Pahlawan, yaitu Emerada Etuva, menjawab dengan nada yang begitu bersemangat.
Masalah yang begitu merepotkan, sampai saat ini, masih belum terselesaikan.
Berpikir dari sudut pandangnya, hal ini hanya bisa disebut mengabaikan tugas, atau menelantarkan misi.
Tidak, lebih tepatnya, sejak saat itu, dia terus mengesampingkan misi yang seharusnya ia selesaikan sambil melewati hari-harinya dengan santai.
Kalau dia mau, akan sangat mudah baginya untuk membuang alasan di mana ia tidak punya pilihan lain.
Tapi jika dia bertanya pada dirinya sendiri apa dia bisa dengan aktif membuat keputusan setiap saat atau tidak, jawabannya pasti akan selalu negatif.
Dia hanya mengikuti arus.
Dari awal sampai akhir, dia hanya berpikir untuk menyelesaikan keadaan yang ada di hadapannya sambil mengabaikan tujuannya, dan ketika dia tersadar, dia mendapati kalau melakukan semua itu ternyata sangatlah menyenangkan, jadi sampai sekarang, tujuannya sejak awal perlahan menjadi tidak penting di hatinya.
Jujur saja, dengan mereka sekarang ini....
"Aku sudah tidak tahu lagi... apa aku harus membunuh Raja Iblis atau tidak."
".... Benarkah~~"
Suara teman lamanya yang berasal dari ujung telepon, sama sekali tidak mengandung tanda-tanda menyalahkan.
Sebaliknya, nada itu bahkan berisi kelegaan dan perhatian terhadap gadis itu.
"Aku sudah merasakannya sejak dulu~ kalau semuanya akan jadi seperti ini~~"
"Apa maksudmu?"
"Hm~~ Ketika kita bertemu sebelumnya~~"
Teman gadis itu tersenyum kecut,
"Aku merasa kalau kita bertemu lagi nanti~~ Emilia mungkin sudah tidak ingin mengalahkan Raja Iblis~~"
"Aku tidak bisa berkata apa-apa."
"Tidak masalah~~ karena Emilia berpikir begitu~~ itu artinya sesuatu yang cukup membuatmu berpikir seperti itu pasti sudah terjadi~~ dan....."
Sangat jarang sekali teman baik gadis itu berhenti di tengah-tengah kalimatnya, dia lalu melanjutkan,
"Sejak awal kan Emilia punya hak untuk memilih~~"
"Apa maksudmu?"
Sang Pahlawan yang tidak mengerti, bertanya balik, dan teman baiknya menjawab,
"Logikanya, ketika Olba berkhianat~~ Emilia juga bisa memilih untuk balas dendam kepada kami~~"
"Eh? Bagaimana bisa aku melakukan hal itu pada kalian...."
"Maksudku bukan aku ataupun Alberto~~ tapi Gereja dan seluruh Ente Isla~~ karena dunia ini sudah membalas kebaikan Emilia dengan tidak tahu terima kasih~~ jadi meski Emilia merencanakan balas dendam~~ tidak seorangpun punya hak untuk menghentikanmu~ dan pada kenyataannya, tidak ada seorangpun bisa menghentikanmu~~"
"Apa, jadi maksudmu ini."
Jika ini adalah hari-hari di mana seorang Pahlawan muda hanya berpikir untuk membunuh Raja Iblis, dia mungkin akan merasa putus asa ketika tahu kebenaran tentang pengkhianatan rekannya, dan dunia yang menganggapnya sudah mati.
Tapi sekarang berbeda.
"Bahkan di dunia dimana internet itu sudah biasa dan semua orang punya HP pun, masih saja sulit untuk memilih informasi yang benar, dan ditambah lagi, Ente Isla sekarang masih dalam tahap pemulihan kan? Jika aku memasukkan kesalahpahaman ini ke dalam pati, bukankah ini tidak ada artinya?"
"Internet~~?"
"Bukan apa-apa kok, itu sesuatu yang ada di sini. Pokoknya, karena aku adalah orang yang lebih sederhana dan lebih bodoh daripada itu, jadi aku tidak akan memikirkan hal bodoh seperti itu."
"Meski aku tidak mengerti~ tapi aku lega~~ tapi~~ kalau kau punya rencana seperti itu suatu hari nanti~~ jangan sampai lupa memberitahuku, okay~~?"
"Apa kau ingin menyemangatiku, atau mencoba menasehatiku agar berhenti?"
Tanya sang Pahlawan dengan senyum kecut, dan temannya pun langsung menjawab,
"Apapun jalan yang Emilia pilih~~ aku pasti akan ada di sampingmu~~ bahkan jika kita harus menghancurkan dunia bersama~~ aku pasti akan melakukannya~~"
"Sebagai penyihir paling kuat di antara para manusia, jangan mengucapkan kalimat berbahaya seperti itu! Kalau kau ditargetkan oleh Gereja, aku tidak akan peduli, okay?"
"Yang benar saja~~ orang yang mengawasiku itu sangat banyak sampai-sampai mereka bisa dibuat tusuk sarden dan diberikan pada penjual ikan~~ ini sih bukan apa-apa~~"
Usai dengan santai mengobrol dengan teman baiknya yang mana tidak diketahui seberapa seriusnya dia, sang Pahlawan melihat ke arah sebelah kakinya.
Sebuah ransel besar yang berisi berbagai barang, diletakkan di sana.
"Bagaimanapun, aku mengandalkanmu minggu depan."
"Serahkan saja padaku~~"
Penyihir terkuat di Ente Isla dan rekan perjalanan sang Pahlawan, yaitu Emerada Etuva, menjawab dengan nada yang begitu bersemangat.
---End---
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 1 Part 1
Baca Semua Volume -> Index Hataraku Maou-Sama All Volume
Translator : Zhi End Translation..
0 Komentar