[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 3 : Raja Iblis, Terlambat Datang -3
Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 3 Part 2
Chapter 3 : Raja Iblis, Terlambat Datang.
Di saat yang sama.
Maou dan Acies mengambil jalan memutar saat berada di tengah perjalanan, tapi pada akhirnya mereka tetap berhasil mencapai kawasan dekat SMA Sasahata. Akan tetapi....
"Uooohhh!"
Maou menyerang dinding badai tersebut sambil berteriak, tapi dengan kekautan kaki seorang manusia, untuk berdiri di dalam badai seperti ini saja sudah sulit, oleh sebab itu, pada akhirnya, dia berguling beberapa kali di atas aspal dan menabrak tiang telepon.
"Owwww!"
"Merepotkan sekali!"
Acies memandang Maou yang berguling di tanah sambil kesakitan karena luka dan dampak yang ia terima, tapi hal itu terlihat sama sekali tidak mengganggu Acies.
"Sial! Kita sudah mengalami banyak masalah untuk sampai ke sini! Tapi pada akhirnya, situasi di dalam tidak bisa dilihat sama sekali!"
Dilihat dari luar, sepertinya hanya SMA Sasahata saja yang diselimuti oleh awan cumulonimbus.
Awan berbentuk lingkaran mengelilingi bangunan sekolah, dan pejalan kaki sama sekali tidak bisa mendekat.
Kerusakan di area sekitar ternyata tidak separah yang diperkirakan, untungnya hanya satu kabel listrik yang putus dalam bencana ini.
Tapi meski kerusakan tidak terjadi di sekitar sekolah, ada masalah lain di dalam sekolah.
"Rasanya Maou sedikit tidak bisa diandalkan ya."
"Uwah, menjengkelkan."
Rambut berjumbainya bergerak ke atas karena tertiup angin, tapi Acies tetap mengangkat bahunya dan berbicara dengan wajah polos.
"Dan dengan ini, kau masih memintaku untuk kembali ke apartemen lebih dulu?"
"Yah, bagaimanapun, jika sesuatu terjadi kepadamu atau pada Nord, keadaan ini bisa saja berubah menjadi tak bisa diperbaiki!"
Maou awalnya berpikir, selama dia datang, dia pasti bisa bekerja sama dengan Suzuno untuk menyelesaikan masalah ini, itulah kenapa dia meminta Acies untuk kembali ke apartemen lebih dulu.
"Apa kau baik-baik saja? Bukankah lebih baik aku tetap berada di sini?"
"Benar-benar menjengkelkan!"
Akan tetapi, Maou tidak bisa memasuki sekolah.
Bagi tubuh bagian bawah manusia, jika kecepatan angin mencapai 20m/s, bahkan berdiri pun sudah sangat sulit.
Dan dinding badai yang ada di depan mereka, jelas-jelas melebihi kecepatan itu, jika tubuh dengan darah dan daging memaksa masuk, mereka pasti akan terlempar keluar seperti Maou barusan.
"Si Suzuno itu, seharusnya sudah ada di dalam...."
Maou mulai merasa cemas.
Tak peduli seberapa banyak dia sudah melemah, Maou tetaplah seorang Raja Iblis, dia memang tidak tahu siapa musuh yang ada di dalam dinding badai itu, tapi belakangan ini, makhluk yang datang ke Jepang kebanyakan adalah orang yang memiliki masalah dengannya.
Menghadapi musuh yang bahkan membuat Pahlawan kesulitan tanpa bantuan Alas Ramus, meski merasa tidak enak terhadap Suzuno, Maou tetap tidak bisa merasa aman menyerahkan semua ini padanya.
Pada kenyataannya, sampai sekarang, Maou tidak pernah melihat Suzuno ketika dia sedang serius.
Karena Maou pernah bertarung dengan Emi beberapa kali di Ente Isla dengan kekuatan penuh, Maou sangat yakin dengan kekuatan Sang Pahlawan, ditambah lagi, dia juga menjadi lebih kuat setelah bergabung dengan Alas Ramus.
Sebaliknya, bagi Suzuno, meski mereka pernah bertarung sebelumnya, pada waktu itu Maou hanya bertarung memakai celana dalamnya, dan Suzuno juga menahan kekuatannya karena beberapa alasan, jadi Maou masih ragu dengan kekuatan tempur Suzuno.
Pada dasarnya, kalau bukan pengecualian seperti Olba, Penyelidik biasa tidak akan punya banyak kesempatan untuk bertarung dengan serius, tapi ketika Suzuno berada di Choshi, dia berkelakar bahwa dia sanggup menghancurkan seluruh pasukan Malebranche sendirian.
Bahkan jika Maou mencoba mencari papan penunjuk jalan di dalam angin tersebut, angin pasti akan masuk ke dalam telinganya bersama dengan air hujan. Alarm kebakaran di berbagai tempat di sekitar kota, yang meminta para penduduk untuk waspada juga terus menerus membunyikan alarm.
Karena dinding badai ini sudah menyebabkan kekacauan selama beberapa saat ketika Maou sampai, mungkin pemadam kebakaran atau polisi sudah menerima laporan dan menuju ke sini.
Meski ini bukan tanggung jawabnya, Maou masih berharap kalau penduduk Jepang akan menganggap insiden ini sebagai fenomena alam biasa....
"Hm, di dekat sana."
"Huh?"
Mengabaikan Maou yang menjadi semakin cemas, Acies tiba-tiba menunjuk ke arah langit.
"Ada bekas seseorang pernah membukanya."
"Di mana?"
Acies menunjuk ke satu arah, tapi karena ada benda-benda aneh yang terbang melayang selain angin dan air hujan, Maou tidak tahu ke arah mana Acies menunjuk.
"Ini adalah angin yang disebabkan oleh sihir iblis. Dan di dekat sini, seseorang sepertinya pernah menggunakan sihir suci untuk memaksanya terbuka. Kalau tempat ini diterobos dengan paksa sekali lagi, dinding angin ini mungkin akan hancur sepenuhnya."
"Siapa yang akan bertanggung jawab untuk menerobosnya?"
"Bukankah sudah kubilang kalau mustahil bagi Maou melakukannya sendiri? Serahkan saja padaku? Kau ingin masuk kan?"
"Ka-kau bisa melakukannya...?"
"Yeah, tapi aku butuh waktu, karena ayah tidak ada di sini."
Menurut firasat Maou, kapasitas sihir suci milik ayah gadis ini, tidaklah terlalu besar, lalu apa sebenarnya maksud Acies?
"Kira-kira berapa lama waktu yang kau butuhkan?"
"Hm, satu jam atau lebih."
Maou hampir tertiup oleh angin kencang.
"Itu terlalu lama! Kalau seperti ini, kembali dan menjemput Nord pasti akan lebih cepat!"
"Kalau begitu, ayo kita lakukan itu?"
"Bukankah sudah kubilang kalau aku akan kerepotan jika aku melibatkan kalian berdua ke dalam masalah?"
"Tapi menggunakan kekuatan yang belum penuh takkan mungkin bisa memembus dinding ini.... bahkan jika Maou menjadi 'Dependency', sihir suci rasanya tidak akan bisa diproduksi."
"'Dependency'?"
"Yeah, kekuatan kakak dan kekuatanku, berasal dari kekuatan mental 'Dependency'."
"Tu-tunggu dulu!"
Maou menyela Acies dengan panik.
Sepertinya Acies telah mengatakan sesuatu yang begitu penting dengan santainya.
Meski Maou sangat ingin mendengar rinciannya, tapi jika dia benar-benar mendengarkan semuanya, hal itu pasti membutuhkan waktu lebih dari satu jam.
"Biar kutanya bagian yang paling penting saja. Bahkan dengan manusia tanpa sihir iblis ataupun sihir suci seperti paman itu, seperti Nord, selama dia ada di dekatmu, kau bisa mendapatkan kekuatan dari dia?"
"Daripada mengatakan kalau aku mendapat kekuatan dari ayah, ini lebih seperti aku menjadi lebih energik setelah dipengaruhi oleh ayah."
Maou menahan napasnya.
Bukankah itu seperti bagaimana dia menggunakan kondisi mental manusia dan merubah mereka menjadi kekuatan ketika dia berada dalam wujud Raja Iblisnya?
"Lalu soal dependency itu, apa bisa sementara diganti denganku?"
"Ya."
Acies mengangguk, lalu seketika menunjukan wajah kaku,
"Tapi rasanya Maou memberiku perasaan tidak nyaman. Ini lebih seperti aku tidak bisa menerimanya secara psikologis..."
"Bahkan di situasi darurat seperti ini pun, kau masih bisa mengatakan hal-hal kejam seperti itu pada orang yang baru kau temui?"
Semenjak Maou datang ke Jepang, ini adalah pertama kalinya dia diberitahu oleh seseorang kalau dia tidak bisa diterima secara psikologis.
Dan lagi, bukankah saat di pusat ujian, Acies bilang kalau Maou memiliki bau yang sangat sedap?
"Tapi kau bisa melakukannya kan?"
"Yeah, tapi jika itu Maou, mungkin itu bukan sihir suci...."
"Apapun tak masalah! Tak masalah selama kau bisa menggunakan kekuatan untuk menyerang titik lemah itu kan?"
"Hm...."
Acies terlihat enggan, Maou lalu memegang tangan Acies dan memohon padanya.
"Kya!"
"Kumohon! Aku harus mencoba semua yang kubisa sekarang! Jika memungkinkan, aku ingin kau membantuku! Sebagai gantinya, aku pasti akan menjagamu mulai dari sekarang!"
"Be-benarkah....? I-ini pertama kalinya seorang anak laki-laki memberitahuku hal seperti ini."
Semburat merah muncul di wajah Acies.
".... Biar kukatakan hal ini lebih dulu, apa yang aku maksud adalah, aku mungkin akan memberitahumu soal kakakmu, okay? Jangan salah paham!"
Meskipun ada sedikit rasa kegelisahan...
"Kalau begitu, Maou, mendekatlah!"
Maou mengikuti instruksi Acies dan mengambil satu langkah ke depan.
Maou yang mengira kalau proses ini memerlukan prosedur khusus, mendekati Acies dengan jujur.
"O... Ohhh... H-hey..."
Tapi, Acies tiba-tiba menutup matanya, dan mendekat ke arah Maou, membuat Maou bergerak mundur.
"A-apa yang ingin kau lakukan?"
"Ingin kulakukan.... hanya ingin membuat dahi kita saling bersentuhan!"
Acies terlihat terkejut karena Maou tiba-tiba menjauh.
Maou bernapas lega karena tebakannya salah, tapi dia tetap merasakan rasa malu yang tak bisa dijelaskan karena membayangkan sesuatu seperti itu.
Maou perlahan kembali mendekat ke arah Acies, dan Acies juga mengangkat wajahnya.
"Jangan lari lagi kali ini, okay?"
"Baiklah."
Peringatan yang terasa kekurangan aura kecewekan dan terdengar seperti sebuah tantangan ini membuat perasaan tegang Maou menghilang.
Dahi Acies perlahan mendekat.
Lalu, sebuah sinar yang begitu familiar muncul.
Itu adalah sinar ungu yang sama persis dengan Alas Ramus, sinar khas milik fragmen Yesod.
Acies ternyata memang sama dengan Alas Ramus.
"Dependency... ya?"
Maou kembali teringat apa yang Acies katakan ketika dahi mereka bersentuhan.
"!!!"
Kali ini giliran Acies yang melompat menjauh dari Maou seolah terbakar oleh sesuatu.
"A-ada apa....?"
"Apa ada sesuatu yang salah dengan prosesnya?"
Dibandingkan Maou yang gelisah, Acies menunjukan ekspresi kaku yang tidak pernah Maou lihat sebelumnya dan berbicara dengan gemetar.
"Ma-Maou..... Ka...kau...."
"O-oh?"
Sinar yang bahkan lebih terang muncul di dahi Alas Ramus.
".... Maou, kau memang Raja Iblis!!"
"Apa katamu?"
Akan terasa bodoh jika Maou membantahnya.
Tidak diketahui apa mereka terpengaruh oleh kekuatan semacam Idea Link, ataukah kekuatan yang berhubungan dengan sihir telah terpicu ketika dahi mereka bersentuhan, Acies nampak melihat identitas Maou yang sebenarnya.
Tapi, apa yang tak bisa disangkal adalah, setiap tuduhan yang dilayangkan gadis ini, entah kenapa terdengar konyol.
Karena namanya 'Maou', tentu saja dia 'Raja Iblis'.
"Dengan kita yang sudah sejauh ini, jangan terlalu terkejut dengan hal-hal seperti ini! Apa salahnya Maou menjadi Raja Iblis? Pengucapan mereka kan sama!"
"Berusahalah lebih keras!!"
"Aku tidak ingin mendengar hal itu darimu.... Uwah!!"
Mereka berdua bahkan tidak punya waktu untuk membicarakan fakta tidak berguna ini ketika tiba-tiba sinar di dahi Acies menyebar ke seluruh tubuhnya.
"Ah.... Raja Iblis, aku benar-benar mendedikasikan diriku kepada Raja para Iblis... Ibu, maafkan aku, aku anak yang nakal!"
"Tolong hentikan itu! Kau membuatnya terdengar seolah aku ini penjahat lain yang tidak ada hubungannya dengan Raja Iblis!"
Tidak diketahui berapa lama lagi dia ingin mencela Maou sampai dia puas, tapi Acies tiba-tiba mengeluarkan ledakan cahaya yang begitu terang sampai-sampai seseorang takkan bisa melihat ke arahnya secara langsung.
"Uwaahh!!"
Acies berubah menjadi bola cahaya yang tak terhitung jumlahnya, dan setelah bola cahaya itu menjadi semakin kuat, mereka semua pun bergerak ke arah Maou.
"Uh, eh?? Mungkinkah ini?"
Selain merasa terkejut dengan perubahan Acies, perasaan tidak enak juga muncul di benaknya.
Kondisi dikelilingi cahaya ungu ini, Maou merasa sudah pernah melihatnya beberapa kali.
Tidak, itu adalah fenomena yang berkebalikan dengan cahaya yang diserap oleh Maou. Dengan kata lain....
"..... Bukankah ini sama seperti saat Alas Ramus muncul dari tubuh Emi?"
Situasi ini memang sulit, tapi dalam beberapa hal, semuanya sudah terlambat.
Di sudut dinding badai tersebut, sebuah sinar ungu membelah langit, bagaikan ingin memotongnya menjadi dua bagian.
Palu raksasa Suzuno beradu dengan cakar tajam Libicocco, dan suara tumpul tabrakannya mengguncang SMA Sasahata.
Mata Chiho tidak bisa mengikuti pertarungan berkecepatan tinggi antara kedua belah pihak di udara.
Selain itu, pandangannya terkadang juga teralih pada Urushihara yang menyaksikan pertarungan mereka dari atap, sekaligus pintu logam yang ada di belakang Urushihara, yang mana kuncinya sudah dirusak oleh Libicocco.
"Tidak perlu khawatir, sihir suciku masih bisa menyegel pintu itu."
Setelah merasakan tatapan Chiho, Urushihara memukul-mukul pintu logam yang ada di belakangnya, seolah ingin menyakinkan Chiho.
"Ba-baguslah..."
Meski begitu, Chiho masih saja khawatir.
Bagaimanapun juga, Urushihara adalah eksistensi yang benar-benar cocok dengan julukan 'Fallen Angel' dalam berbagai hal, atau lebih tepatnya, dia adalah eksistensi yang sudah mendekati iblis.
Namun, sayap putih yang keluar dari punggungnya, dan kekuatan yang mirip dengan Emi dan Suzuno, benar-benar membuat Chiho sangat terkejut.
Kemungkinan besar Suzuno memberinya Holy Vitamin Beta, apa tak masalah jika dia meminum minuman itu?
Jumlah yang bisa Chiho minum memiiliki batasan yang sangat ketat.
Ashiya yang merupakan seorang iblis kuat, akan pingsan setelah minum satu botol.
Dan Maou bilang, jika dia menyerap sihir suci dengan jumlah yang salah, hal itu hanya akan melukai tubuhnya sendiri.
Kali ini, mungkin karena bereaksi pada suara saat Urushihara mengetuk pintu, sebuah suara terdengar dari sisi lain pintu.
"Siapa itu? Apa ada orang di sana? Cepat buka pintunya! Sial! Kenapa tidak mau terbuka!?"
Saat ini, di halaman sekolah tidak hanya terdapat makhluk aneh, bahkan seluruh sekolah juga diselimuti oleh badai, meskipun mereka sedang menghadapi situasi tidak yang normal, beberapa guru bermental kuat yang bisa beradaptasi dengan situasi ini, mungkin bergegas menuju atap.
Di bawah perintah Suzuno, semua pintu dan jendela di seluruh sekolah sudah disegel oleh mantra Urushihara.
Itu adalah cara untuk mencegah agar para murid dan guru tidak berlari keluar dan terlibat dalam pertarungan, tapi hanya dari fakta bahwa perapal mantranya adalah Urushihara, sudah cukup untuk membuat Chiho gelisah.
"Segel di pintu itu adalah mantra yang sangat hebat, orang biasa tidak akan bisa menghancurkanya."
Meski sangat mengejutkan Urushihara mampu menggunakan mantra yang sesuai seperti itu, Chiho tetap tidak bisa mengerti kenapa mantra semacam itu bisa ada.
"Ada banyak tempat di mana mantra ini bisa digunakan kau tahu. Meskipun mungkin sulit untuk memahaminya dalam konteks orang Jepang, tapi keluarga raja ataupun Gereja sering menggunakan mantra ini pada harta atau gereja suci untuk mencegah penyelinap keluar masuk."
".... Be-begitu ya."
Chiho akhirnya bisa mengerti alasan kenapa mantra ini ada.
Tapi meski begitu, kenapa Urushihara punya kemampuan ini dan bisa menggunakannya sebagai mantra?
"Bukan hanya aku, Sariel dan Gabriel seharusnya bisa menggunakannya juga. Ini adalah mantra yang diperlukan bagi malaikat berlevel tinggi, setidaknya inilah yang diajarkan pada kami?"
"Bagaimana kalian dulu diajari?"
Tanya Chiho dengan bingung karena ia merasa ada sesuatu yang ganjil, tapi Urushihara tidak mengatakan apa-apa setelah mengalihkan pandangannya kembali ke arah langit, Chiho, tanpa ada pilihan lain, hanya bisa juga ikut mendongak.
Selama mereka berbicara, meski Suzuno memakai kimono yang membuatnya tidak mudah bergerak, dia masih bisa menghindari semua serangan, dan bahkan Chiho merasa kalau Suzuno bisa unggul dalam pertarungan ini.
Libicocco yang sebelumnya menunjukan sikap arogan terhadap Chiho, salah satu cakarnya kini telah menjadi tumpul setelah beberapa benturan.
Chiho dulu pernah menyaksikan pertarungan Emi dan Urushihara, adegan saat mereka berdua bertarung, benar-benar terlihat seperti film, di mana mantra dan kekuatan misterius digunakan, tapi pertarungan antara Suzuno dan Libicocco yang membentang di hadapan Chiho saat ini, lebih seperti pertarungan jarak dekat.
Dan adegan di mana Suzuno, dengan tubuh kecilnya mengayunkan palu raksasa yang hampir setinggi badannya, berhasil mengungguli iblis yang beberapa kali lebih besar dari dirinya, adalah tontonan yang terasa sangat bagus.
Meski begitu, Chiho bisa tahu dengan jelas kalau Suzuno masih menunjukan belas kasihan.
Meskipun Suzuno berhasil berada di belakang Libicocco beberapa kali, atau mendapatkan keuntungan di jarak dekat, dia tidak pernah memberikan serangan fatal pada musuhnya.
Chiho memang tidak bisa mendengar apa-apa dari tempatnya sekarang, tapi dia bisa melihat kalau mereka berdua terkadang berbicara, mungkin Suzuno sedang mencoba meyakinkan Libicocco untuk kembali.
"..... Aneh."
"Eh?"
Urushihara yang juga menyaksikan pertarungan di udara tersebut, mengemukakan keraguannya.
"Cara Libicocco bertarung, sama sekali tidak mirip Malebranche."
"Apa maksudnya itu?"
"Caranya bertarung terlalu ceroboh. Kurasa dia tidak menggunakan kekuatan penuhnya."
"Apa karena ini di Jepang, makanya dia tidak bisa menggunakan terlalu banyak sihir iblis....."
"Jika memang begitu, sebelum dia dipojokkan separah ini, dia harusnya bisa menghilangkan badai yang berlebihan ini lebih dulu, dan menggunakan sihir iblisnya untuk bertarung, kenapa dia tidak melakukan itu, ditambah lagi....."
Urushihara benar.
Bagaimanapun, badai yang mengelilingi sekolah ini diciptakan dengan kekuatan Libicocco, jika kekuatan itu digunakan untuk menghadapi Suzuno, dia seharusnya tidak akan terpojok seperti ini.
"Ap-apa ada masalah lain...."
"Aku merasakan perasaan aneh yang sama seperti saat dengan Ciriatto dulu. Kenapa dia bisa mempertahankan wujud iblisnya?"
"Uh......"
"Situasi saat ini berbeda denganku pada waktu itu, dia itu tidak bisa mengumpulkan perasaan negatif yang tak terbatas di sekelilingnya. Selain itu, kepala suku Malebranche tidak akan mampu mempertahankan sihir iblisnya seperti Maou. Akan tetapi, meskipun dia sudah mengeksekusi mantra skala besar seperti itu, dia masih saja sanggup mempertahankan wujudnya, pasti ada semacam trik."
"Ta-tapi, bukankah jika terus seperti ini malah akan bagus? Jika pihak musuh bisa menggunakan kekuatan penuhnya, Suzuno-san mungkin akan berada dalam bahaya..."
Mengatakan hal tersebut memang terdengar seperti memberi semangat pada pihak iblis, tapi jika si iblis bisa terus bertingkah lemah seperti ini, hal ini seharusnya adalah apa yang Chiho dan yang lainnya inginkan.
"Tidak, menurutku, bahkan jika Libicocco menggunakan kekuatan penuhnya, dia seharusnya tidak akan bisa menandingi Bell. Tapi meski begitu, setidaknya, pertarungan ini tidak akan berat sebelah seperti sekarang. Jika ini terus berlanjut, Bell pasti akan benar-benar mengalahkannya dengan telak. Aku tidak mengerti kenapa Libicocco harus melakukan hal yang merepotkan seperti ini?"
"Lalu apa alasan....."
Benar, Chiho hampir saja lupa karena terlalu terkejut oleh kata-kata Libicocco, tapi Libicocco secara khusus datang ke Jepang dengan menggunakan sebuah 'Gate'. Sulit membayangkan kalau tujuannya ke Jepang hanya untuk mengumpulkan perasaan negatif ini.
Camio datang untuk mencari Maou, Ciriatto datang untuk mencari pedang suci, Farfarello datang untuk membawa Maou dan Ashiya kembali. Sampai saat ini, para iblis yang datang ke Jepang, kembali tanpa berhasil mewujudkan tujuan mereka, kalau begitu sekarang, untuk alasan apa Libicocco datang ke Jepang?
"Selain itu, aku juga khawatir soal situasi di mana Emilia tidak ada seperti ini. Sebelum kami datang, apa orang itu mengatakan sesuatu yang aneh?"
"Sesuatu yang aneh...."
Tidak peduli seberapa keras dia memikirkannya, hal teraneh yang Chiho rasakan mungkin saat ia dipaksa belajar mengucapkan nama Libicocco....
"Kalau dipikir-pikir.... Dia bilang kalau para iblis menyukai misi pengumpulan sihir iblis...."
Chiho berulang kali memikirkan percakapan yang terjadi lebih dari 10 menit yang lalu.
Apa Libicocco berbicara tentang tujuannya datang ke sini?
"Tapi dia tidak berencana melakukan pembantaian di sini. Dia hanya ingin menyebabkan kekacauan yang mudah dipahami..... Seingatku dia mengatakan sesuatu seperti itu. Tapi, dia juga menciptakan petir yang berlebihan...."
"Petir yang kau bicarakan, apakah petir yang muncul sebelum kami masuk ke sini?"
"Eh? Ehh?"
"Meskipun petir tersebut tidak terlihat semenakutkan itu!"
"Eh?"
"Hanya ada dua sampai tiga sambaran petir yang terlihat seperti mengandung listrik, dan mereka hanya mengenai antena rumah di dekat sini sekaligus tiang lampu di apartemen, kau tahu?"
"Aku tidak membahas soal petir itu saja. Aku ingat ada petir yang sangat terang, sampai-sampai aku tidak bisa membuka mataku...."
Tapi meski begitu, rumah di sekitarnya tidak terkena dampak separah yang Chiho dan Libicocco prediksikan.
Chiho pikir itu karena Jepang punya penangkal petir yang sangat maju...
"Itu mungkin sihir ilusi, ya kan? Itu adalah kemampuan special yang dibanggakan Malebranche."
"I-ilusi?"
"Ketika mereka berada di Benua Selatan, mereka dengan licik menggunakan sihir necromancy dan ilusi untuk menciptakan zombi dan roh dalam jumlah besar tanpa tubuh asli. Mereka lalu menyerang ketika manusia sedang terguncang, jadi dia mungkin hanya membuatmu melihat ilusi petir, ya kan? Jika dia memang berniat melepaskan serangan petir seperti itu, aku penasaran berapa banyak sihir iblis yang akan digunakan."
"....."
"Tapi seperti yang kau lihat, dinding badai ini nyata. Meskipun dia itu Malebranche, dia tetap bisa mengendalikan cuaca, hanya dari hal ini saja sudah dianggap cukup luar biasa. Sepertinya dia termasuk veteran di antara banyak kepala suku. Tapi selain Maracoda yang sangat terkenal di dalam klan, kebanyakan Malebranche itu seperti Ciriatto yang merupakan tipe fisik. Meski kupikir kau akan tahu dalam sekali lihat, tapi mereka itu hampir tidak menggunakan sihir seperti punyaku kan? Huuh, itu mungkin hanya karena dia ingin menghemat sihir iblisnya, tapi jika demikian, maka aku tak mengerti kenapa dia terus mengendalikan cuaca."
"Kalau begitu....."
Dia merasa sangat hormat terhadap wawasan yang ditunjukan oleh Urushihara, tapi Chiho tetap bingung karena tidak bisa menemukan jawabannya.
"Kekacauan yang mudah dipahami ya.... Tapi, sebenarnya dia mau mengalihkan perhatian kami dari apa?"
"Urushihara-san?"
"Ah...."
Chiho mendongak ke langit karena suara Urushihara.
Kali ini, Suzuno mengayunkan palu raksasanya pada punggung besar Libicocco dengan seluruh kekuatannya, membuat Libicocco jatuh di atap sekolah.
"Hah!"
Suzuno memberikan pukulan keras terus menerus tanpa henti, membuat tubuh Libicocco jatuh seperti meteor.
"Itu berbahaya!"
Urushihara, berada tepat di bawah tempat mendarat Libicocco, mengangkat kedua tangannya.....
"Ugoh!"
... dan membuat Libicocco berhenti di udara saat dia mengerang.
Jika Libicocco dibiarkan jatuh di atap gedung sekolah tua secara langsung, itu mungkin akan menyebabkan bangunan ini runtuh. Jadi Urushihara pun menggunakan suatu mantra untuk menghentikannya.
"Hey, kepala suku Malebranche. Wanita itu masih belum menggunakan kekuatan penuhnya. Aku memang tidak tahu apa yang kau sembunyikan, tapi kau mungkin akan mati jika ini terus berlanjut kau tahu?"
"U.... Ugh...."
Tidak diketahui apakah karena dia tidak ingin bicara atau karena tidak bisa bicara sebab lukanya, Libicocco yang dihentikan di tangan Urushihara, mengeluarkan rintihan pelan.
"Hmph, dia tidak sehebat yang dia katakan."
Di sisi lain, Suzuno dengan enteng mendarat di atas atap.
Sambil mengayunkan palunya agar darah yang ada di palunya menjadi bersih, Suzuno perlahan mendekati Libicocco.
"Baik, bukankah sekarang saatnya kau melepaskan sekolah ini? Jika tidak, aku hanya bisa memilih untuk mengakhiri hidupmu. Jika memungkinkan, aku tidak ingin melakukan hal seperti itu."
".... Bunuh aku kalau kau mau. Kau manusia kan?"
Libicocco bertanya dengan suara serak, tapi Suzuno menggelengkan kepalanya dan menjawab,
"Aku sudah tidak ingin mengambil nyawa orang lain hanya karena mereka adalah iblis ataupun seseorang yang memiliki pandangan yang berbeda."
"Su-Suzuno-san...."
"Cepat dan hilangkan dinding badai ini. Kau harusnya mampu bertarung dengan level yang sama denganku, tapi, kau tidak hanya tidak melakukannya, kau bahkan terus mengabaikan peringatanku lagi dan lagi. Kau pasti menyembunyikan maksud lain kan?"
"....."
Nampaknya Suzuno, seperti Urushihara, menyadari cara bertarung Libicocco yang tidak biasa.
"Sebelum aku menilai dengan pasti bahwa kau adalah ancaman bagi manusia ataupun dunia, aku tidak akan membunuhmu. Di Jepang, aku belajar untuk berpikir fleksibel. Lawanku hanyalah 'musuh yang jahat'. Sudah cukup aku membunuh orang lain hanya karena kita ini berbeda."
"U.... Ugh... Jika semuanya jadi terlambat karena hal ini, kau pasti akan menyesalinya."
"Dibandingkan menyesal karena tidak mempercayai orang lain, aku lebih baik menyesal setelah dikhianati oleh orang lain. Belakangan ini, hubunganku sudah menjadi agak rumit. Aku tidak ingin merasa gelisah saat mengetahui bahwa musuh juga punya pemikiran yang masuk akal setelah aku membunuh mereka."
Dengan rambut basah karena hujan yang bersinar di bawah matahari, Suzuno mengatakan hal tersebut.
"Dan meskipun kami terlambat satu langkah, rekan-rekanku tidak selemah itu sampai-sampai mereka membiarkan keadaan ini menjadi semakin buruk."
Setelah mengatakan hal tersebut, Suzuno merubah palu raksasanya kembali menjadi jepit rambut dan menyimpannya di dalam baju.
Rambutnya masih belum kering, jadi mungkin jepit itu tidak akan bisa terpasang.
".... Chiho-dono, apakah yang kukatakan tadi tepat?"
Suzuno berbalik untuk meminta persetujuan Chiho, membuat Chiho merasa kaget.
Tidak, sebenarnya Chiho tahu siapa yang Suzuno maksud dengan 'rekan'. Ini lebih seperti, meskipun Chiho selalu berharap Suzuno berpikir begitu, dia tidak pernah menyangka kalau dia akan mendengarkan kata-kata itu langsung dari Suzuno.
"Be-benar, benar sekali."
Chiho yang merasa bahagia, memegang tangannya sendiri dan melompat.
"..... Apa-apaan ini...."
Urushihara, yang tak disangka bisa membaca suasana saat ini, kurang lebih bisa mengerti apa yang mereka berdua ingin katakan, tapi dia bukanlah tipe orang yang akan menerima hal ini dengan jujur dan juga terlalu malas untuk menjadi selimut basah.
(T/N : Selimut basah, ungkapan untuk orang suka mengganggu kebahagiaan orang lain)
"Lalu, apa yang akan kita lakukan dengan dinding badai ini...."
Tepat ketika Urushihara hendak melanjutkan topik ini, sebuah sinar tiba-tiba menghalangi pandangannya.
"Wah?"
"Ada apa?"
"Eh?"
Urushihara, Suzuno, dan Chiho mendongak ke arah langit satu persatu.
Sinar matahari tiba-tiba bersinar di atap tempat mereka bertiga berada.
Angin dan hujan di dalam dinding badai ini juga ikut berhenti, seolah menghindari sekolah, lalu, matahari pun mulai menunjukan dirinya di langit terang nan jauh di sana.
".... Apa yang kau lakukan?"
Urushihara bertanya pada Libicocco dengan sebuah kernyitan.
Itu bukanlah sebuah fenomena alami tak peduli bagaimana kau melihatnya. Buktinya, dinding badai di sekitar sekolah masih ada.
"....."
Akan tetapi, Libicocco tidak menjawabnya, Suzuno yang menatapnya, menggelengkan kepalanya dan menjawab,
"Mengecewakan, apa yang sebenarnya terjadi?"
Usai menatap ke arah matahari yang ada di langit dengan ekspresi kaku, Urushihara pun mengernyit karena sinar menyilaukan tersebut dan mengangkat tangannya untuk menghalangi cahaya matahari. Matahari yang bersinar di atas bumi melewati lubang yang ada pada hujan dan angin, terlihat seperti sebuah mata raksasa yang aneh.
"Hm?"
Dari hal ini, Urushihara menyadari ada beberapa titik hitam kecil di matahari itu seperti sekumpulan debu.
"Apa yang terjadi? Sepertinya ada sesuatu di matahari......"
Bayangan kecil itu perlahan semakin membesar.
"Ugh!!"
Urushihara menunjukan ekspresi serius yang hanya bisa dilihat beberapa kali dalam setahun ini, matanya melebar, dan setelah melempar Libicocco yang dia topang ke samping, dia melompat di sebelah Suzuno dan Chiho dengan kecepatan yang luar biasa.
"Apa....?"
"Urushihara....?"
Suzuno dan Chiho menjadi begitu terkejut karena gerakan tiba-tiba yang dilakukan Urushihara, tapi sebelum mereka bisa menanyakan pertanyaan mereka...
"Hu!"
Sayap Urushihara, membentang dalam satu kepakan, mulai bersinar terang.
""!!!""
Adegan yang terjadi di hadapan mereka, membuat Suzuno dan Chiho hanya bisa menahan napasnya.
Api yang menyerupai sekumpulan cahaya tiba-tiba turun dari dalam matahari, dan mendekat ke arah Suzuno dan Chiho.
"Lucifer!!"
Dan Urushihara menangkis api tersebut.
Seperti bagaimana dia menangkap Libicocco, tangan Urushihara yang terulur, menghentikan api yang jaraknya beberapa sentimeter dari telapak tangannya, melindungi Chiho dan Suzuno di belakangnya.
Tapi, berasal dari kekuatan apa api ini?
Sayapnya yang berkibar membuat seluruh tubuh Urushihara mulai bersinar, dia juga menggunakan seluruh kekuatannya untuk bertahan, tapi meski begitu, angin panas yang melebihi kekuatan tersebut, masih membuat rambut Chiho dan Suzuno bergoyang terkena angin.
"Ugh, ah, sial.... Apa yang orang itu pikirkan?"
Tanpa memperhatikan keringat dan pembuluh darah yang muncul di dahinya, Urushihara berteriak,
"Bell!! Bawa Sasaki dan lari, cepat!! Aku tidak bisa menahannya lagi!!"
"Chiho-dono, berpeganglah padaku!!"
Suzuno memegang pinggang Chiho tanpa menunggu jawaban darinya, dan melompat menjauh dari atap dengan kekuatan yang cukup untuk membuat Chiho merasa pusing.
"U.... Ugh!!"
Chiho yang diangkat ke udara, merasa kalau semua yang ada di dalam perutnya, ingin mengalir keluar, selain itu, di sudut pandangannya yang berair, dia melihat sesuatu.
Pintu yang menghubungan atap dengan bagian dalam sekolah, terlihat bengkok.
Pintu logam yang seharusnya sudah di segel oleh mantra Urushihara, benar-benar telah bengkok.
Setelah menyaksikan kekuatan api itu, Chiho mulai khawatir apakah Urushihara yang menahannya bisa selamat.
Berada di belakang garis pertahanan dari api yang nampaknya ditembakkan oleh sebuah meriam api raksasa, tubuh kecil Urushihara mulai menggeliat dan meringis karena panas.
"A-apa yang terjadi?"
Suzuno melambat setelah bersusah payah mencapai ketinggian yang tidak bisa digapai oleh panas tersebut, tapi meski mereka sudah mencapai tempat setinggi itu, mereka masih tidak bisa memastikan asal api tersebut.
"Suzuno-san!! Mengenai Urushihara-san....."
"Aku tidak tahu! Tanpa menghiraukan diriku, jika Chiho-dono turun sekarang, kau pasti akan mati terbakar!!"
"Bagaimana bisa begini...."
Chiho mengeluarkan sebuah erangan, tapi situasinya menjadi semakin buruk.
Tidak terlalu jauh dari api tersebut, sesosok figur besar berdiri.
Libicocco yang dilempar oleh Urushihara, telah pulih kembali.
"Suzuno-san, di sana!!"
"Aku tahu! Chiho-dono, aku akan turun ke sekolah!"
Suzuno, melompat untuk menjauhkan Chiho dari bahaya, mengabaikan api tersebut serta Urushihara, dan mulai bergerak menuju tanah.
"Ka-kalian...."
Namun, seseorang menghalangi jalan mereka di udara.
Sampai beberapa saat lalu, Suzuno sudah bertarung dengan Libicocco yang tiba-tiba muncul di Jepang, jadi musuh yang muncul di hadapannya kali ini bahkan lebih tak bisa dipercaya.
"Ti-tidak mungkin!!"
Chiho yang diangkat oleh Suzuno, seketika merasa putus asa ketika melihat musuh Suzuno.
"Minggir!! Tentara Surga!!"
Suzuno berteriak marah, tapi musuhnya tak bergerak sama sekali.
Lima anggota Tentara Surga itu mengepung Suzuno, tidak membiarkannya untuk mendarat di tanah.
"Ja-jangan-jangan ini Gabriel-san lagi?"
Tentara Surga adalah pasukan khusus milik para malaikat.
Mereka sudah muncul beberapa kali bersama dengan Malaikat Agung Gabriel di Jepang, Suzuno menggumam dengan suara pelan.
"Perlengkapan mereka berbeda.... Bawahan Gabriel seharusnya berpakaian lebih santai."
Lima Tentara Surga yang ada di hadapan mereka, mengenakan armor berat berwarna merah, mereka juga membawa ranseur yang sepenuhnya sama dan terbuat dari logam hitam.
(T/N : Ranseur, tombak bermata tiga, seperti milik Neptunus di Spongebob :v)
Senjata yang dibawa Tentara Surga milik Gabriel, tidak sepenuhnya sama dan dibuat dengan kasar, penampilan mereka juga benar-benar berbeda dari orang-orang ini.
Masing-masing Tentara Surga yang ada di sana, mengarahkan ujung ranseur mereka ke arah Suzuno dan Chiho.
Karena mereka sudah membuat gerakan mengancam, itu artinya Suzuno tak perlu lagi khawatir kalau mereka akan langsung melayangkan serangan fatal, tapi dari hal ini saja, sudah cukup untuk membuat Suzuno merasa cemas.
Kepala suku Malebranche dan Tentara Surga tiba-tiba muncul di tempat yang sama, ini sudah pasti bukanlah sebuah kebetulan.
Ini jelas-jelas menunjuk pada satu fakta.
"Kalian semua.... Kalian semua benar-benar....."
Suara Suzuno bercampur dengan penyesalan dan kebencian.
Meskipun dia tidak tahu tujuan mereka sekarang.
Dia tidak bisa lagi lari dari kebenaran.
Pasukan iblis yang aktif beroperasi di Benua Timur, benar-benar dibantu oleh Surga dan para malaikat.
Meskipun hal ini masih belum dapat dipercayai sepenuhnya karena alasannya tidak jelas, hanya inilah kemungkinan yang tersisa.
"Suzuno-san...."
"Chiho-dono, jangan bergerak! Sial, padahal aku sudah memantapkan pikiranku dari dulu agar tidak goyah apapun yang terjadi..."
Chiho yang sedang diangkat memang tidak bisa melihatnya, tapi jejak penyesalan dan air mata terasa seperti bercampur dengan suara Suzuno.
"Ranseur yang terbuat dari logam hitam dan armor merah, logam dan merah. Padahal si bodoh Lucifer itu bilang kalau 'dia' tidak akan bergerak."
Suzuno membuat komentar kejam seolah mencaci Urushihara, yang ditelan oleh api di atap sekolah.
"Malaikat Agung Kamael!! Apa yang kau rencanakan?"
Dalam sekejap, Tentara Surga tiba-tiba menjadi agresif.
Dari reaksi tersebut, sangat jelas kalau master mereka tepat seperti apa yang Suzuno prediksi.
Meski seharusnya mustahil suara Suzuno bisa terdengar.....
"Suzu, Suzuno-san!!"
Seolah meniadakan teriakan Chiho, api yang mengarah menuju Urushihara, menjadi semakin kuat.
"Ugaahh!!"
Di atap sekolah yang dilihat oleh Chiho, Suzuno, dan para Tentara Surga dari atas, sesosok figur kecil terpental oleh ledakan dan badai sampai ke tepi atap.
"Urushihara-san, Urushihara-san!!"
Meskipun dia merasa kalau orang itu takkan bisa mendengarnya, Chiho tetap berteriak keras.
Tapi semuanya tak berakhir begitu saja.
Libicocco, menyeret tubuhnya yang terluka parah, mulai berjalan menuju tempat Urushihara jatuh.
Chiho sesaat berhenti bernapas karena ketakutan.
Padahal Suzuno baru saja mengambil satu langkah menuju mimpi Chiho setelah banyak kesulitan.
Dia juga mengakui bahwa Urushihara, Ashiya, dan Maou, yang mana adalah seorang iblis, sebagai rekannya.
Apakah mereka tiba-tiba akan tersakiti karena hal-hal aneh ini dan membuat semuanya terpisah?
"Uh!!"
Chiho mendongak ke arah langit dengan mata yang dipenuhi air mata.
Kali ini, dia bisa melihat dengan jelas sosok orang yang telah menyerang Urushihara.
Orang itu memakai armor merah yang sama seperti yang dikenakan oleh para Tentara Surga, dan meski tidak sebesar Libicocco, dia memiliki perawakan besar yang sebanding dengan Gabriel.
"Aku tidak pernah menyangka..... kalau kau benar-benar akan bermain dengan lelucon semacam ini...."
Menggunakan seluruh sihir sucinya, Urushihara kembali terlihat seperti beban rumah tangga yang tak berguna, meskipun dia tergeletak dengan malang, dia masih bisa mendongak ke langit.
"Aku benar-benar takut kalau aku harus meminta maaf dan menjawab pertanyaan Bell dan Sasaki Chiho nanti. Bagaimanapun, akulah yang sebelumnya sudah menyatakan kalau kau tidak akan bergerak."
"....."
Orang yang Urushihara ajak bicara, tidak hanya memakai armor full body, dia bahkan memakai topeng logam yang menutupi seluruh wajah. Penampilan ini, daripada seperti seorang malaikat, lebih mirip seperti seorang Jenderal yang kuat.
"..... Kamael, apa yang membuatmu berubah pikiran?"
Malaikat Agung Kamael mengabaikan kata-kata Urushihara, dan sedikit menggerakkan dagunya ke arah Libicocco.
".... Tsk."
Meskipun mendecapkan lidahnya sekali, Libicocco tetap dengan patuh mendengarkan 'perintah' tersebut.
Berpikir kalau pihak musuh mungkin akan melakukan sesuatu yang merugikannya, Urushihara dengan paksa membentangkan sayapnya yang terluka, tapi Libicocco mengabaikannya dan terbang lurus ke arah Suzuno dan Chiho.
"Maaf, semut kecil."
Suzuno, dikepung oleh Pasukan Surga, tidak bisa bergerak sama sekali.
Libicocco juga menunjukan sikap yang berbeda dengan saat ia pertama kali bertemu dengan Chiho, dia kemudian berbicara dengan Chiho yang diangkat oleh Suzuno.
"Serahkan! Kau harusnya tahu apa yang kubicarakan, iya kan?"
Chiho menatap telapak tangan iblis tersebut, yang mana bagian cakarnya telah hancur.
"Kau punya fragmen Yesod kan? Kami akan pergi setelah kami mendapatkan benda itu. Cepat dan serahkan benda itu!!"
Chiho pun menggerakkan tangannya ke arah saku seragamnya....
"Chiho-dono, jangan serahkan benda itu padanya!"
Tapi dia langsung tersentak mundur karena teriakan Suzuno.
"Kita tidak boleh membiarkan mereka memiliki Sephirah! Coba pikir kembali apa yang telah dilakukan oleh Gabriel dan Lailah."
"Ta-tapi, Suzuno-san dan Urushihara-san...."
"Berhentilah mengedepankan keberanianmu! Saat ini apa yang bisa kau lakukan?"
".... Jika ada sesuatu yang tidak beres, aku pasti akan merebut fragmen Chiho-dono dan menelannya!"
"Apa menurutmu kami para iblis akan ragu membelah tubuh manusia?"
Suzuno dan Libicocco berdebat di samping Chiho dengan dibarengi aura membunuh.
"Meski begitu, itu masih lebih baik ketimbang dengan patuh menyerahkan fragmen itu padamu!!"
Bahkan suara tegas Suzuno pun, tak berguna di saat seperti sekarang ini.
Satu-satunya hal yang didengar oleh Suzuno dan Chiho, hanyalah sebuah kalimat dingin.
".... Dia sudah mengatakannya."
Kalimat itu tidak diarahkan pada Suzuno yang berteriak.
"Ugah!!"
"Suzu, Suzuno-san!!!"
Tubuh Chiho merasakan sebuah getaran yang kuat.
Dan pada saat itu, erangan basah Suzuno terdengar.
"Uh?"
Chiho melihat sesuatu yang tak dapat dipercaya di sudut pandangannya.
Tentara Surga menggunakan tombak mereka untuk menusuk dada Suzuno.
"Suzuno-san!!!"
Tindakan kejam yang tiba-tiba dilakukan oleh Tentara Surga tersebut, membuat Chiho berteriak, tapi segera setelahnya Suzuno langsung menjauh dari Libicocco yang ada di hadapannya dengan lamban.
Suzuno melompat ke belakang di udara.
"Suzu, Suzuno-san?"
"Jangan khawatir.... Itu hanya pegangan tombaknya, uhuk!!"
Suara Suzuno, meski kesakitan, masih terdengar sangat jelas.
"Pegangan tombak?"
Maksud Suzuno adalah pegangan tombak, tapi di situasi darurat seperti ini, Chiho yang tidak mengenal senjata tersebut, hanya terpikir soal jamur.
(T/N : Pegangan tombak dan Jamur memiliki pengucapan yang sama dalam bahasa Jepang.)
Namun, Chiho langsung kehilangan kesempatan untuk berpikir.
Para Tentara Surga itu mengayunkan ujung tombak mereka secara bergantian, menyerang Suzuno.
"Si.....sial, arghhhhh!!!"
Suzuno mengeluarkan teriakan marah yang tidak cocok dengan seorang Penyelidik, dan menahan tombak yang menyerbu ke arahnya dengan palu raksasa miliknya, dan setelah melayang di udara, menghindar berulang kali, dia akhirnya berhasil menjauh dari kelima Tentara Surga tersebut dengan susah payah.
Tapi dibandingkan dengan Tentara Surga milik Gabriel, musuh kali ini benar-benar terlatih.
Mereka bertarung secara sistematis dalam pertempuran udara melawan Suzuno, satu orang menyerang punggung Suzuno, satu orang membidik Chiho, titik lemahnya, dan satu orang memberikan tekanan dari bawah supaya Suzuno tidak bisa mendarat.
Ditambah lagi, bahkan jika dia berhasil menyingkirkan kelima orang ini, nyatanya Urushihara sudah tidak sanggup kembali berdiri, dan Kamael serta Libicocco masih menunggu di belakang.
"Su-Suzuno-san! K-kau tidak perlu mempedulikanku!"
Chiho, berguncang di udara karena pergerakan manusia super, membuat dirinya agar tidak menggigit lidahnya sendiri saja sudah menghabiskan seluruh tenaganya.
"Ta-tak masalah bahkan jika aku sedikit terluka! Le-lempar aku ke atap.... tanpa beban seperti diriku, kau seharusnya bisa bertarung dengan lebih baik."
"Diamlah!!"
Menghindari tiga ujung tombak dengan teknik yang sempurna di udara, Suzuno berteriak di saat yang sama.
"Target mereka bukan aku, melainkan Chiho-dono!! Jika aku melepaskan Chiho-dono sekarang, semuanya takkan bisa dibalikkan lagi. Ugh!!"
Usai mengatakan hal tersebut, kaki Suzuno tergores oleh salah satu tombak Tentara Surga yang muncul dari arah lain.
"Suzuno-san!!!!"
"Si-sial, Chiho-dono, tutup matamu!!"
Tanpa menunggu jawaban Chiho, Suzuno mulai menggumankan sesuatu, mengarahkan palu raksasanya ke arah Tentara Surga di hadapannya dan berteriak,
"Light Wave Flash!!"
Pada saat ini, ujung palu raksasa tersebut memancarkan sinar terang bagaikan matahari, membutakan pandangan Tentara Surga di hadapan Suzuno.
"Minggir dari jalanku!!"
Suzuno tidak menyiakan-nyiakan celah tersebut, dan mengayunkan palu raksasanya ke arah pelipis para Tentara Surga.
Dengan sensasi berat di tangan Suzuno, aura musuh yang ada di depannya, lenyap.
"Kita pergi, Chiho-dono!! Bertahanlah!!"
Bagaimanapun, mereka harus lebih dulu menjauh dari sekolah.
Orang-orang di sekolah pasti akan terlibat jika ini terus berlanjut. Meski segel Urushihara masih belum hancur, Kamael sama sekali tidak menunjukan rasa ampun ketika menghancurkan atap sekolah.
Terlepas dari Chiho, Suzuno takkan mungkin bisa melindungi ratusan orang termasuk staff dan para murid di sekolah sendirian. Suzuno memang tidak melupakan kondisi Urushihara, tapi prioritas utama saat ini adalah mencegah agar Chiho dan fragmen Yesod tidak jatuh ke tangan musuh. Tepat ketika Suzuno hendak meninggalkan tempat tersebut dengan kecepatan yang cukup membuat Chiho pusing, sebuah suara yang bisa membuat seseorang merasa putus asa, terdengar dari dalam kilatan cahaya Suzuno yang masih belum menghilang.
"Maafkan aku, mantra ilusi tidak akan berguna melawan Malebranche!"
"Uh??"
Sosok besar yang muncul dari cahaya putih tersebut adalah Libicocco.
Cakar Libicocco yang tersisa, tiba-tiba muncul di depan Suzuno, membuat Suzuno tidak mampu menghindar.
Suzuno mengayunkan palu raksasanya untuk menghancurkan cakar yang menghalangi jalannya, tapi aksi ini pastinya juga memperlambat gerakannya.
"Ugaahh!!"
Chiho yang hampir pingsan karena cahaya yang tidak bisa sepenuhnya ia halangi meskipun sudah menutup matanya, dan karena efek G forces, kali ini, disebabkan sensasi dari sebuah cairan hangat yang terasa di wajahnya, dia pun kehilangan kemampuan untuk berpikir.
(T/N : G forces, cari di google aja ya, ini berhubungan dengan efek saat terbang gitu.)
Ini mungkin hanya berlangsung selama beberapa detik.
Namun, kejadian yang Chiho lihat dalam sekejap saat ia perlahan memulihkan pandangan, kesadaran, dan perasaaannya setelah cahaya yang Suzuno buat berhasil menghilang......
"Ugaaahh!!"
.... membuatnya mengeluarkan teriakan kasar sambil berontak.
Meski begitu, tubuhnya tidak bisa bergerak.... karena seseorang menahan gerakannya.
Orang yang membawa Chiho sekarang bukanlah Suzuno, melainkan Libicocco.
Sementara Suzuno yang sampai beberapa saat lalu, berusaha keras untuk membuat Chiho kabur.....
".... Benar-benar membuat kami harus bersusah payah...."
Dia berada tepat di depan Libicocco, tergeletak di tengah-tengah atap sekolah, bersimbah darah.
"Suzu, Suzuno-san, Suzuno-san!!!"
Bahkan Chiho bisa melihat bahu Suzuno yang terkoyak, dan di saat yang sama, kaki di bawah kimononya yang tersayat, juga masih mengeluarkan darah.
Bukan hanya jepit rambut yang Suzuno lepas dan kimononya yang terbentang di lantai seperti bunga berlumuran darah, yang terlihat mengerikan, bahkan para Tentara Surga juga menancapkan tombak mereka ke lantai melewati kimono Suzuno seolah memakunya di lantai.
Palu raksasa yang Suzuno gunakan sebagai senjata, jatuh di sebelah tangannya dan berubah kembali menjadi jepit rambut yang tak punya kekuatan apa-apa.
"Ah... Ugh, Chi Chiho-dono.... argh.."
Meski begitu, Suzuno tetap mengulurkan tangannya ke arah Chiho sambil mengerang kesakitan.
"Suzuno-san..... Urgh!!"
Chiho juga mengulurkan tangannya, tapi Libicocco tidak membiarkan Chiho melakukan apa yang dia mau.
Tidak hanya itu, Libicocco juga menendang tangan Suzuno yang terulur dan menatapnya dengan tatapan menyedihkan.
"Kenapa kau melawan sampai segitunya? Bukankah kau ini Penyelidik dari Gereja? Orang itu dan orang-orang ini adalah malaikat, utusan Tuhan yang kau hormati, kau tahu? Meskipun kau berkhianat pada mereka, sebenarnya tak ada untungnya buatmu kan?"
Suzuno, menahan rasa sakitnya, menatap tajam ke arah Libicocco dengan wajah berlumuran darah.
"Malaikat.... yang melakukan perbuatan jahat seperti ini, bahkan jika kau memberikan mereka padaku, aku tidak akan pernah mau menerimanya! Aku hanya memuja kepercayaan yang bisa membimbing dunia manusia menuju kedamaian dan keadilan!"
Semakin Suzuno berteriak, semakin banyak pula darah yang mengalir dari lukanya.
Chiho terguncang dan tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Orang-orang yang bekerja sama dengan penjahat untuk menyakiti manusia di dunia dan menyebabkan kekacauan, mana mungkin bisa disebut malaikat!!"
"Bagus sekali, aku memang tidak membenci prajurit dengan kepercayaan yang kuat seperti dirimu, tapi aku tidak punya pilihan lain saat ini."
Para Tentara Surga mendekati Libicocco, seolah sudah mereka rencanakan sebelumnya.
"Hey, semut kecil, aku tidak ingin melukaimu, cepat serahkan benda itu!!"
Peringatan Libicocco sama sekali tidak terdengar oleh Chiho.
Karena perasaannya sudah mati rasa.
"Dengarkan aku.... Uhuk... Chiho-dono, jangan, serahkan benda itu pada mereka...."
"Suzu.... Suzuno....."
"Bukankah sudah kubilang kalau aku tidak ingin menyakitimu? Jika terjadi sesuatu nanti, aku tak akan peduli, kau tahu?"
Di situasi tanpa harapan ini, Tentara Surga dan Libicocco mendekati Chiho dan Suzuno.
Itu adalah tangan iblis berwujud malaikat.
Maou dan Acies mengambil jalan memutar saat berada di tengah perjalanan, tapi pada akhirnya mereka tetap berhasil mencapai kawasan dekat SMA Sasahata. Akan tetapi....
"Uooohhh!"
Maou menyerang dinding badai tersebut sambil berteriak, tapi dengan kekautan kaki seorang manusia, untuk berdiri di dalam badai seperti ini saja sudah sulit, oleh sebab itu, pada akhirnya, dia berguling beberapa kali di atas aspal dan menabrak tiang telepon.
"Owwww!"
"Merepotkan sekali!"
Acies memandang Maou yang berguling di tanah sambil kesakitan karena luka dan dampak yang ia terima, tapi hal itu terlihat sama sekali tidak mengganggu Acies.
"Sial! Kita sudah mengalami banyak masalah untuk sampai ke sini! Tapi pada akhirnya, situasi di dalam tidak bisa dilihat sama sekali!"
Dilihat dari luar, sepertinya hanya SMA Sasahata saja yang diselimuti oleh awan cumulonimbus.
Awan berbentuk lingkaran mengelilingi bangunan sekolah, dan pejalan kaki sama sekali tidak bisa mendekat.
Kerusakan di area sekitar ternyata tidak separah yang diperkirakan, untungnya hanya satu kabel listrik yang putus dalam bencana ini.
Tapi meski kerusakan tidak terjadi di sekitar sekolah, ada masalah lain di dalam sekolah.
"Rasanya Maou sedikit tidak bisa diandalkan ya."
"Uwah, menjengkelkan."
Rambut berjumbainya bergerak ke atas karena tertiup angin, tapi Acies tetap mengangkat bahunya dan berbicara dengan wajah polos.
"Dan dengan ini, kau masih memintaku untuk kembali ke apartemen lebih dulu?"
"Yah, bagaimanapun, jika sesuatu terjadi kepadamu atau pada Nord, keadaan ini bisa saja berubah menjadi tak bisa diperbaiki!"
Maou awalnya berpikir, selama dia datang, dia pasti bisa bekerja sama dengan Suzuno untuk menyelesaikan masalah ini, itulah kenapa dia meminta Acies untuk kembali ke apartemen lebih dulu.
"Apa kau baik-baik saja? Bukankah lebih baik aku tetap berada di sini?"
"Benar-benar menjengkelkan!"
Akan tetapi, Maou tidak bisa memasuki sekolah.
Bagi tubuh bagian bawah manusia, jika kecepatan angin mencapai 20m/s, bahkan berdiri pun sudah sangat sulit.
Dan dinding badai yang ada di depan mereka, jelas-jelas melebihi kecepatan itu, jika tubuh dengan darah dan daging memaksa masuk, mereka pasti akan terlempar keluar seperti Maou barusan.
"Si Suzuno itu, seharusnya sudah ada di dalam...."
Maou mulai merasa cemas.
Tak peduli seberapa banyak dia sudah melemah, Maou tetaplah seorang Raja Iblis, dia memang tidak tahu siapa musuh yang ada di dalam dinding badai itu, tapi belakangan ini, makhluk yang datang ke Jepang kebanyakan adalah orang yang memiliki masalah dengannya.
Menghadapi musuh yang bahkan membuat Pahlawan kesulitan tanpa bantuan Alas Ramus, meski merasa tidak enak terhadap Suzuno, Maou tetap tidak bisa merasa aman menyerahkan semua ini padanya.
Pada kenyataannya, sampai sekarang, Maou tidak pernah melihat Suzuno ketika dia sedang serius.
Karena Maou pernah bertarung dengan Emi beberapa kali di Ente Isla dengan kekuatan penuh, Maou sangat yakin dengan kekuatan Sang Pahlawan, ditambah lagi, dia juga menjadi lebih kuat setelah bergabung dengan Alas Ramus.
Sebaliknya, bagi Suzuno, meski mereka pernah bertarung sebelumnya, pada waktu itu Maou hanya bertarung memakai celana dalamnya, dan Suzuno juga menahan kekuatannya karena beberapa alasan, jadi Maou masih ragu dengan kekuatan tempur Suzuno.
Pada dasarnya, kalau bukan pengecualian seperti Olba, Penyelidik biasa tidak akan punya banyak kesempatan untuk bertarung dengan serius, tapi ketika Suzuno berada di Choshi, dia berkelakar bahwa dia sanggup menghancurkan seluruh pasukan Malebranche sendirian.
Bahkan jika Maou mencoba mencari papan penunjuk jalan di dalam angin tersebut, angin pasti akan masuk ke dalam telinganya bersama dengan air hujan. Alarm kebakaran di berbagai tempat di sekitar kota, yang meminta para penduduk untuk waspada juga terus menerus membunyikan alarm.
Karena dinding badai ini sudah menyebabkan kekacauan selama beberapa saat ketika Maou sampai, mungkin pemadam kebakaran atau polisi sudah menerima laporan dan menuju ke sini.
Meski ini bukan tanggung jawabnya, Maou masih berharap kalau penduduk Jepang akan menganggap insiden ini sebagai fenomena alam biasa....
"Hm, di dekat sana."
"Huh?"
Mengabaikan Maou yang menjadi semakin cemas, Acies tiba-tiba menunjuk ke arah langit.
"Ada bekas seseorang pernah membukanya."
"Di mana?"
Acies menunjuk ke satu arah, tapi karena ada benda-benda aneh yang terbang melayang selain angin dan air hujan, Maou tidak tahu ke arah mana Acies menunjuk.
"Ini adalah angin yang disebabkan oleh sihir iblis. Dan di dekat sini, seseorang sepertinya pernah menggunakan sihir suci untuk memaksanya terbuka. Kalau tempat ini diterobos dengan paksa sekali lagi, dinding angin ini mungkin akan hancur sepenuhnya."
"Siapa yang akan bertanggung jawab untuk menerobosnya?"
"Bukankah sudah kubilang kalau mustahil bagi Maou melakukannya sendiri? Serahkan saja padaku? Kau ingin masuk kan?"
"Ka-kau bisa melakukannya...?"
"Yeah, tapi aku butuh waktu, karena ayah tidak ada di sini."
Menurut firasat Maou, kapasitas sihir suci milik ayah gadis ini, tidaklah terlalu besar, lalu apa sebenarnya maksud Acies?
"Kira-kira berapa lama waktu yang kau butuhkan?"
"Hm, satu jam atau lebih."
Maou hampir tertiup oleh angin kencang.
"Itu terlalu lama! Kalau seperti ini, kembali dan menjemput Nord pasti akan lebih cepat!"
"Kalau begitu, ayo kita lakukan itu?"
"Bukankah sudah kubilang kalau aku akan kerepotan jika aku melibatkan kalian berdua ke dalam masalah?"
"Tapi menggunakan kekuatan yang belum penuh takkan mungkin bisa memembus dinding ini.... bahkan jika Maou menjadi 'Dependency', sihir suci rasanya tidak akan bisa diproduksi."
"'Dependency'?"
"Yeah, kekuatan kakak dan kekuatanku, berasal dari kekuatan mental 'Dependency'."
"Tu-tunggu dulu!"
Maou menyela Acies dengan panik.
Sepertinya Acies telah mengatakan sesuatu yang begitu penting dengan santainya.
Meski Maou sangat ingin mendengar rinciannya, tapi jika dia benar-benar mendengarkan semuanya, hal itu pasti membutuhkan waktu lebih dari satu jam.
"Biar kutanya bagian yang paling penting saja. Bahkan dengan manusia tanpa sihir iblis ataupun sihir suci seperti paman itu, seperti Nord, selama dia ada di dekatmu, kau bisa mendapatkan kekuatan dari dia?"
"Daripada mengatakan kalau aku mendapat kekuatan dari ayah, ini lebih seperti aku menjadi lebih energik setelah dipengaruhi oleh ayah."
Maou menahan napasnya.
Bukankah itu seperti bagaimana dia menggunakan kondisi mental manusia dan merubah mereka menjadi kekuatan ketika dia berada dalam wujud Raja Iblisnya?
"Lalu soal dependency itu, apa bisa sementara diganti denganku?"
"Ya."
Acies mengangguk, lalu seketika menunjukan wajah kaku,
"Tapi rasanya Maou memberiku perasaan tidak nyaman. Ini lebih seperti aku tidak bisa menerimanya secara psikologis..."
"Bahkan di situasi darurat seperti ini pun, kau masih bisa mengatakan hal-hal kejam seperti itu pada orang yang baru kau temui?"
Semenjak Maou datang ke Jepang, ini adalah pertama kalinya dia diberitahu oleh seseorang kalau dia tidak bisa diterima secara psikologis.
Dan lagi, bukankah saat di pusat ujian, Acies bilang kalau Maou memiliki bau yang sangat sedap?
"Tapi kau bisa melakukannya kan?"
"Yeah, tapi jika itu Maou, mungkin itu bukan sihir suci...."
"Apapun tak masalah! Tak masalah selama kau bisa menggunakan kekuatan untuk menyerang titik lemah itu kan?"
"Hm...."
Acies terlihat enggan, Maou lalu memegang tangan Acies dan memohon padanya.
"Kya!"
"Kumohon! Aku harus mencoba semua yang kubisa sekarang! Jika memungkinkan, aku ingin kau membantuku! Sebagai gantinya, aku pasti akan menjagamu mulai dari sekarang!"
"Be-benarkah....? I-ini pertama kalinya seorang anak laki-laki memberitahuku hal seperti ini."
Semburat merah muncul di wajah Acies.
".... Biar kukatakan hal ini lebih dulu, apa yang aku maksud adalah, aku mungkin akan memberitahumu soal kakakmu, okay? Jangan salah paham!"
Meskipun ada sedikit rasa kegelisahan...
"Kalau begitu, Maou, mendekatlah!"
Maou mengikuti instruksi Acies dan mengambil satu langkah ke depan.
Maou yang mengira kalau proses ini memerlukan prosedur khusus, mendekati Acies dengan jujur.
"O... Ohhh... H-hey..."
Tapi, Acies tiba-tiba menutup matanya, dan mendekat ke arah Maou, membuat Maou bergerak mundur.
"A-apa yang ingin kau lakukan?"
"Ingin kulakukan.... hanya ingin membuat dahi kita saling bersentuhan!"
Acies terlihat terkejut karena Maou tiba-tiba menjauh.
Maou bernapas lega karena tebakannya salah, tapi dia tetap merasakan rasa malu yang tak bisa dijelaskan karena membayangkan sesuatu seperti itu.
Maou perlahan kembali mendekat ke arah Acies, dan Acies juga mengangkat wajahnya.
"Jangan lari lagi kali ini, okay?"
"Baiklah."
Peringatan yang terasa kekurangan aura kecewekan dan terdengar seperti sebuah tantangan ini membuat perasaan tegang Maou menghilang.
Dahi Acies perlahan mendekat.
Lalu, sebuah sinar yang begitu familiar muncul.
Itu adalah sinar ungu yang sama persis dengan Alas Ramus, sinar khas milik fragmen Yesod.
Acies ternyata memang sama dengan Alas Ramus.
"Dependency... ya?"
Maou kembali teringat apa yang Acies katakan ketika dahi mereka bersentuhan.
"!!!"
Kali ini giliran Acies yang melompat menjauh dari Maou seolah terbakar oleh sesuatu.
"A-ada apa....?"
"Apa ada sesuatu yang salah dengan prosesnya?"
Dibandingkan Maou yang gelisah, Acies menunjukan ekspresi kaku yang tidak pernah Maou lihat sebelumnya dan berbicara dengan gemetar.
"Ma-Maou..... Ka...kau...."
"O-oh?"
Sinar yang bahkan lebih terang muncul di dahi Alas Ramus.
".... Maou, kau memang Raja Iblis!!"
"Apa katamu?"
Akan terasa bodoh jika Maou membantahnya.
Tidak diketahui apa mereka terpengaruh oleh kekuatan semacam Idea Link, ataukah kekuatan yang berhubungan dengan sihir telah terpicu ketika dahi mereka bersentuhan, Acies nampak melihat identitas Maou yang sebenarnya.
Tapi, apa yang tak bisa disangkal adalah, setiap tuduhan yang dilayangkan gadis ini, entah kenapa terdengar konyol.
Karena namanya 'Maou', tentu saja dia 'Raja Iblis'.
"Dengan kita yang sudah sejauh ini, jangan terlalu terkejut dengan hal-hal seperti ini! Apa salahnya Maou menjadi Raja Iblis? Pengucapan mereka kan sama!"
"Berusahalah lebih keras!!"
"Aku tidak ingin mendengar hal itu darimu.... Uwah!!"
Mereka berdua bahkan tidak punya waktu untuk membicarakan fakta tidak berguna ini ketika tiba-tiba sinar di dahi Acies menyebar ke seluruh tubuhnya.
"Ah.... Raja Iblis, aku benar-benar mendedikasikan diriku kepada Raja para Iblis... Ibu, maafkan aku, aku anak yang nakal!"
"Tolong hentikan itu! Kau membuatnya terdengar seolah aku ini penjahat lain yang tidak ada hubungannya dengan Raja Iblis!"
Tidak diketahui berapa lama lagi dia ingin mencela Maou sampai dia puas, tapi Acies tiba-tiba mengeluarkan ledakan cahaya yang begitu terang sampai-sampai seseorang takkan bisa melihat ke arahnya secara langsung.
"Uwaahh!!"
Acies berubah menjadi bola cahaya yang tak terhitung jumlahnya, dan setelah bola cahaya itu menjadi semakin kuat, mereka semua pun bergerak ke arah Maou.
"Uh, eh?? Mungkinkah ini?"
Selain merasa terkejut dengan perubahan Acies, perasaan tidak enak juga muncul di benaknya.
Kondisi dikelilingi cahaya ungu ini, Maou merasa sudah pernah melihatnya beberapa kali.
Tidak, itu adalah fenomena yang berkebalikan dengan cahaya yang diserap oleh Maou. Dengan kata lain....
"..... Bukankah ini sama seperti saat Alas Ramus muncul dari tubuh Emi?"
Situasi ini memang sulit, tapi dalam beberapa hal, semuanya sudah terlambat.
Di sudut dinding badai tersebut, sebuah sinar ungu membelah langit, bagaikan ingin memotongnya menjadi dua bagian.
XxxxX
Mata Chiho tidak bisa mengikuti pertarungan berkecepatan tinggi antara kedua belah pihak di udara.
Selain itu, pandangannya terkadang juga teralih pada Urushihara yang menyaksikan pertarungan mereka dari atap, sekaligus pintu logam yang ada di belakang Urushihara, yang mana kuncinya sudah dirusak oleh Libicocco.
"Tidak perlu khawatir, sihir suciku masih bisa menyegel pintu itu."
Setelah merasakan tatapan Chiho, Urushihara memukul-mukul pintu logam yang ada di belakangnya, seolah ingin menyakinkan Chiho.
"Ba-baguslah..."
Meski begitu, Chiho masih saja khawatir.
Bagaimanapun juga, Urushihara adalah eksistensi yang benar-benar cocok dengan julukan 'Fallen Angel' dalam berbagai hal, atau lebih tepatnya, dia adalah eksistensi yang sudah mendekati iblis.
Namun, sayap putih yang keluar dari punggungnya, dan kekuatan yang mirip dengan Emi dan Suzuno, benar-benar membuat Chiho sangat terkejut.
Kemungkinan besar Suzuno memberinya Holy Vitamin Beta, apa tak masalah jika dia meminum minuman itu?
Jumlah yang bisa Chiho minum memiiliki batasan yang sangat ketat.
Ashiya yang merupakan seorang iblis kuat, akan pingsan setelah minum satu botol.
Dan Maou bilang, jika dia menyerap sihir suci dengan jumlah yang salah, hal itu hanya akan melukai tubuhnya sendiri.
Kali ini, mungkin karena bereaksi pada suara saat Urushihara mengetuk pintu, sebuah suara terdengar dari sisi lain pintu.
"Siapa itu? Apa ada orang di sana? Cepat buka pintunya! Sial! Kenapa tidak mau terbuka!?"
Saat ini, di halaman sekolah tidak hanya terdapat makhluk aneh, bahkan seluruh sekolah juga diselimuti oleh badai, meskipun mereka sedang menghadapi situasi tidak yang normal, beberapa guru bermental kuat yang bisa beradaptasi dengan situasi ini, mungkin bergegas menuju atap.
Di bawah perintah Suzuno, semua pintu dan jendela di seluruh sekolah sudah disegel oleh mantra Urushihara.
Itu adalah cara untuk mencegah agar para murid dan guru tidak berlari keluar dan terlibat dalam pertarungan, tapi hanya dari fakta bahwa perapal mantranya adalah Urushihara, sudah cukup untuk membuat Chiho gelisah.
"Segel di pintu itu adalah mantra yang sangat hebat, orang biasa tidak akan bisa menghancurkanya."
Meski sangat mengejutkan Urushihara mampu menggunakan mantra yang sesuai seperti itu, Chiho tetap tidak bisa mengerti kenapa mantra semacam itu bisa ada.
"Ada banyak tempat di mana mantra ini bisa digunakan kau tahu. Meskipun mungkin sulit untuk memahaminya dalam konteks orang Jepang, tapi keluarga raja ataupun Gereja sering menggunakan mantra ini pada harta atau gereja suci untuk mencegah penyelinap keluar masuk."
".... Be-begitu ya."
Chiho akhirnya bisa mengerti alasan kenapa mantra ini ada.
Tapi meski begitu, kenapa Urushihara punya kemampuan ini dan bisa menggunakannya sebagai mantra?
"Bukan hanya aku, Sariel dan Gabriel seharusnya bisa menggunakannya juga. Ini adalah mantra yang diperlukan bagi malaikat berlevel tinggi, setidaknya inilah yang diajarkan pada kami?"
"Bagaimana kalian dulu diajari?"
Tanya Chiho dengan bingung karena ia merasa ada sesuatu yang ganjil, tapi Urushihara tidak mengatakan apa-apa setelah mengalihkan pandangannya kembali ke arah langit, Chiho, tanpa ada pilihan lain, hanya bisa juga ikut mendongak.
Selama mereka berbicara, meski Suzuno memakai kimono yang membuatnya tidak mudah bergerak, dia masih bisa menghindari semua serangan, dan bahkan Chiho merasa kalau Suzuno bisa unggul dalam pertarungan ini.
Libicocco yang sebelumnya menunjukan sikap arogan terhadap Chiho, salah satu cakarnya kini telah menjadi tumpul setelah beberapa benturan.
Chiho dulu pernah menyaksikan pertarungan Emi dan Urushihara, adegan saat mereka berdua bertarung, benar-benar terlihat seperti film, di mana mantra dan kekuatan misterius digunakan, tapi pertarungan antara Suzuno dan Libicocco yang membentang di hadapan Chiho saat ini, lebih seperti pertarungan jarak dekat.
Dan adegan di mana Suzuno, dengan tubuh kecilnya mengayunkan palu raksasa yang hampir setinggi badannya, berhasil mengungguli iblis yang beberapa kali lebih besar dari dirinya, adalah tontonan yang terasa sangat bagus.
Meski begitu, Chiho bisa tahu dengan jelas kalau Suzuno masih menunjukan belas kasihan.
Meskipun Suzuno berhasil berada di belakang Libicocco beberapa kali, atau mendapatkan keuntungan di jarak dekat, dia tidak pernah memberikan serangan fatal pada musuhnya.
Chiho memang tidak bisa mendengar apa-apa dari tempatnya sekarang, tapi dia bisa melihat kalau mereka berdua terkadang berbicara, mungkin Suzuno sedang mencoba meyakinkan Libicocco untuk kembali.
"..... Aneh."
"Eh?"
Urushihara yang juga menyaksikan pertarungan di udara tersebut, mengemukakan keraguannya.
"Cara Libicocco bertarung, sama sekali tidak mirip Malebranche."
"Apa maksudnya itu?"
"Caranya bertarung terlalu ceroboh. Kurasa dia tidak menggunakan kekuatan penuhnya."
"Apa karena ini di Jepang, makanya dia tidak bisa menggunakan terlalu banyak sihir iblis....."
"Jika memang begitu, sebelum dia dipojokkan separah ini, dia harusnya bisa menghilangkan badai yang berlebihan ini lebih dulu, dan menggunakan sihir iblisnya untuk bertarung, kenapa dia tidak melakukan itu, ditambah lagi....."
Urushihara benar.
Bagaimanapun, badai yang mengelilingi sekolah ini diciptakan dengan kekuatan Libicocco, jika kekuatan itu digunakan untuk menghadapi Suzuno, dia seharusnya tidak akan terpojok seperti ini.
"Ap-apa ada masalah lain...."
"Aku merasakan perasaan aneh yang sama seperti saat dengan Ciriatto dulu. Kenapa dia bisa mempertahankan wujud iblisnya?"
"Uh......"
"Situasi saat ini berbeda denganku pada waktu itu, dia itu tidak bisa mengumpulkan perasaan negatif yang tak terbatas di sekelilingnya. Selain itu, kepala suku Malebranche tidak akan mampu mempertahankan sihir iblisnya seperti Maou. Akan tetapi, meskipun dia sudah mengeksekusi mantra skala besar seperti itu, dia masih saja sanggup mempertahankan wujudnya, pasti ada semacam trik."
"Ta-tapi, bukankah jika terus seperti ini malah akan bagus? Jika pihak musuh bisa menggunakan kekuatan penuhnya, Suzuno-san mungkin akan berada dalam bahaya..."
Mengatakan hal tersebut memang terdengar seperti memberi semangat pada pihak iblis, tapi jika si iblis bisa terus bertingkah lemah seperti ini, hal ini seharusnya adalah apa yang Chiho dan yang lainnya inginkan.
"Tidak, menurutku, bahkan jika Libicocco menggunakan kekuatan penuhnya, dia seharusnya tidak akan bisa menandingi Bell. Tapi meski begitu, setidaknya, pertarungan ini tidak akan berat sebelah seperti sekarang. Jika ini terus berlanjut, Bell pasti akan benar-benar mengalahkannya dengan telak. Aku tidak mengerti kenapa Libicocco harus melakukan hal yang merepotkan seperti ini?"
"Lalu apa alasan....."
Benar, Chiho hampir saja lupa karena terlalu terkejut oleh kata-kata Libicocco, tapi Libicocco secara khusus datang ke Jepang dengan menggunakan sebuah 'Gate'. Sulit membayangkan kalau tujuannya ke Jepang hanya untuk mengumpulkan perasaan negatif ini.
Camio datang untuk mencari Maou, Ciriatto datang untuk mencari pedang suci, Farfarello datang untuk membawa Maou dan Ashiya kembali. Sampai saat ini, para iblis yang datang ke Jepang, kembali tanpa berhasil mewujudkan tujuan mereka, kalau begitu sekarang, untuk alasan apa Libicocco datang ke Jepang?
"Selain itu, aku juga khawatir soal situasi di mana Emilia tidak ada seperti ini. Sebelum kami datang, apa orang itu mengatakan sesuatu yang aneh?"
"Sesuatu yang aneh...."
Tidak peduli seberapa keras dia memikirkannya, hal teraneh yang Chiho rasakan mungkin saat ia dipaksa belajar mengucapkan nama Libicocco....
"Kalau dipikir-pikir.... Dia bilang kalau para iblis menyukai misi pengumpulan sihir iblis...."
Chiho berulang kali memikirkan percakapan yang terjadi lebih dari 10 menit yang lalu.
Apa Libicocco berbicara tentang tujuannya datang ke sini?
"Tapi dia tidak berencana melakukan pembantaian di sini. Dia hanya ingin menyebabkan kekacauan yang mudah dipahami..... Seingatku dia mengatakan sesuatu seperti itu. Tapi, dia juga menciptakan petir yang berlebihan...."
"Petir yang kau bicarakan, apakah petir yang muncul sebelum kami masuk ke sini?"
"Eh? Ehh?"
"Meskipun petir tersebut tidak terlihat semenakutkan itu!"
"Eh?"
"Hanya ada dua sampai tiga sambaran petir yang terlihat seperti mengandung listrik, dan mereka hanya mengenai antena rumah di dekat sini sekaligus tiang lampu di apartemen, kau tahu?"
"Aku tidak membahas soal petir itu saja. Aku ingat ada petir yang sangat terang, sampai-sampai aku tidak bisa membuka mataku...."
Tapi meski begitu, rumah di sekitarnya tidak terkena dampak separah yang Chiho dan Libicocco prediksikan.
Chiho pikir itu karena Jepang punya penangkal petir yang sangat maju...
"Itu mungkin sihir ilusi, ya kan? Itu adalah kemampuan special yang dibanggakan Malebranche."
"I-ilusi?"
"Ketika mereka berada di Benua Selatan, mereka dengan licik menggunakan sihir necromancy dan ilusi untuk menciptakan zombi dan roh dalam jumlah besar tanpa tubuh asli. Mereka lalu menyerang ketika manusia sedang terguncang, jadi dia mungkin hanya membuatmu melihat ilusi petir, ya kan? Jika dia memang berniat melepaskan serangan petir seperti itu, aku penasaran berapa banyak sihir iblis yang akan digunakan."
"....."
"Tapi seperti yang kau lihat, dinding badai ini nyata. Meskipun dia itu Malebranche, dia tetap bisa mengendalikan cuaca, hanya dari hal ini saja sudah dianggap cukup luar biasa. Sepertinya dia termasuk veteran di antara banyak kepala suku. Tapi selain Maracoda yang sangat terkenal di dalam klan, kebanyakan Malebranche itu seperti Ciriatto yang merupakan tipe fisik. Meski kupikir kau akan tahu dalam sekali lihat, tapi mereka itu hampir tidak menggunakan sihir seperti punyaku kan? Huuh, itu mungkin hanya karena dia ingin menghemat sihir iblisnya, tapi jika demikian, maka aku tak mengerti kenapa dia terus mengendalikan cuaca."
"Kalau begitu....."
Dia merasa sangat hormat terhadap wawasan yang ditunjukan oleh Urushihara, tapi Chiho tetap bingung karena tidak bisa menemukan jawabannya.
"Kekacauan yang mudah dipahami ya.... Tapi, sebenarnya dia mau mengalihkan perhatian kami dari apa?"
"Urushihara-san?"
"Ah...."
Chiho mendongak ke langit karena suara Urushihara.
Kali ini, Suzuno mengayunkan palu raksasanya pada punggung besar Libicocco dengan seluruh kekuatannya, membuat Libicocco jatuh di atap sekolah.
"Hah!"
Suzuno memberikan pukulan keras terus menerus tanpa henti, membuat tubuh Libicocco jatuh seperti meteor.
"Itu berbahaya!"
Urushihara, berada tepat di bawah tempat mendarat Libicocco, mengangkat kedua tangannya.....
"Ugoh!"
... dan membuat Libicocco berhenti di udara saat dia mengerang.
Jika Libicocco dibiarkan jatuh di atap gedung sekolah tua secara langsung, itu mungkin akan menyebabkan bangunan ini runtuh. Jadi Urushihara pun menggunakan suatu mantra untuk menghentikannya.
"Hey, kepala suku Malebranche. Wanita itu masih belum menggunakan kekuatan penuhnya. Aku memang tidak tahu apa yang kau sembunyikan, tapi kau mungkin akan mati jika ini terus berlanjut kau tahu?"
"U.... Ugh...."
Tidak diketahui apakah karena dia tidak ingin bicara atau karena tidak bisa bicara sebab lukanya, Libicocco yang dihentikan di tangan Urushihara, mengeluarkan rintihan pelan.
"Hmph, dia tidak sehebat yang dia katakan."
Di sisi lain, Suzuno dengan enteng mendarat di atas atap.
Sambil mengayunkan palunya agar darah yang ada di palunya menjadi bersih, Suzuno perlahan mendekati Libicocco.
"Baik, bukankah sekarang saatnya kau melepaskan sekolah ini? Jika tidak, aku hanya bisa memilih untuk mengakhiri hidupmu. Jika memungkinkan, aku tidak ingin melakukan hal seperti itu."
".... Bunuh aku kalau kau mau. Kau manusia kan?"
Libicocco bertanya dengan suara serak, tapi Suzuno menggelengkan kepalanya dan menjawab,
"Aku sudah tidak ingin mengambil nyawa orang lain hanya karena mereka adalah iblis ataupun seseorang yang memiliki pandangan yang berbeda."
"Su-Suzuno-san...."
"Cepat dan hilangkan dinding badai ini. Kau harusnya mampu bertarung dengan level yang sama denganku, tapi, kau tidak hanya tidak melakukannya, kau bahkan terus mengabaikan peringatanku lagi dan lagi. Kau pasti menyembunyikan maksud lain kan?"
"....."
Nampaknya Suzuno, seperti Urushihara, menyadari cara bertarung Libicocco yang tidak biasa.
"Sebelum aku menilai dengan pasti bahwa kau adalah ancaman bagi manusia ataupun dunia, aku tidak akan membunuhmu. Di Jepang, aku belajar untuk berpikir fleksibel. Lawanku hanyalah 'musuh yang jahat'. Sudah cukup aku membunuh orang lain hanya karena kita ini berbeda."
"U.... Ugh... Jika semuanya jadi terlambat karena hal ini, kau pasti akan menyesalinya."
"Dibandingkan menyesal karena tidak mempercayai orang lain, aku lebih baik menyesal setelah dikhianati oleh orang lain. Belakangan ini, hubunganku sudah menjadi agak rumit. Aku tidak ingin merasa gelisah saat mengetahui bahwa musuh juga punya pemikiran yang masuk akal setelah aku membunuh mereka."
Dengan rambut basah karena hujan yang bersinar di bawah matahari, Suzuno mengatakan hal tersebut.
"Dan meskipun kami terlambat satu langkah, rekan-rekanku tidak selemah itu sampai-sampai mereka membiarkan keadaan ini menjadi semakin buruk."
Setelah mengatakan hal tersebut, Suzuno merubah palu raksasanya kembali menjadi jepit rambut dan menyimpannya di dalam baju.
Rambutnya masih belum kering, jadi mungkin jepit itu tidak akan bisa terpasang.
".... Chiho-dono, apakah yang kukatakan tadi tepat?"
Suzuno berbalik untuk meminta persetujuan Chiho, membuat Chiho merasa kaget.
Tidak, sebenarnya Chiho tahu siapa yang Suzuno maksud dengan 'rekan'. Ini lebih seperti, meskipun Chiho selalu berharap Suzuno berpikir begitu, dia tidak pernah menyangka kalau dia akan mendengarkan kata-kata itu langsung dari Suzuno.
"Be-benar, benar sekali."
Chiho yang merasa bahagia, memegang tangannya sendiri dan melompat.
"..... Apa-apaan ini...."
Urushihara, yang tak disangka bisa membaca suasana saat ini, kurang lebih bisa mengerti apa yang mereka berdua ingin katakan, tapi dia bukanlah tipe orang yang akan menerima hal ini dengan jujur dan juga terlalu malas untuk menjadi selimut basah.
(T/N : Selimut basah, ungkapan untuk orang suka mengganggu kebahagiaan orang lain)
"Lalu, apa yang akan kita lakukan dengan dinding badai ini...."
Tepat ketika Urushihara hendak melanjutkan topik ini, sebuah sinar tiba-tiba menghalangi pandangannya.
"Wah?"
"Ada apa?"
"Eh?"
Urushihara, Suzuno, dan Chiho mendongak ke arah langit satu persatu.
Sinar matahari tiba-tiba bersinar di atap tempat mereka bertiga berada.
Angin dan hujan di dalam dinding badai ini juga ikut berhenti, seolah menghindari sekolah, lalu, matahari pun mulai menunjukan dirinya di langit terang nan jauh di sana.
".... Apa yang kau lakukan?"
Urushihara bertanya pada Libicocco dengan sebuah kernyitan.
Itu bukanlah sebuah fenomena alami tak peduli bagaimana kau melihatnya. Buktinya, dinding badai di sekitar sekolah masih ada.
"....."
Akan tetapi, Libicocco tidak menjawabnya, Suzuno yang menatapnya, menggelengkan kepalanya dan menjawab,
"Mengecewakan, apa yang sebenarnya terjadi?"
Usai menatap ke arah matahari yang ada di langit dengan ekspresi kaku, Urushihara pun mengernyit karena sinar menyilaukan tersebut dan mengangkat tangannya untuk menghalangi cahaya matahari. Matahari yang bersinar di atas bumi melewati lubang yang ada pada hujan dan angin, terlihat seperti sebuah mata raksasa yang aneh.
"Hm?"
Dari hal ini, Urushihara menyadari ada beberapa titik hitam kecil di matahari itu seperti sekumpulan debu.
"Apa yang terjadi? Sepertinya ada sesuatu di matahari......"
Bayangan kecil itu perlahan semakin membesar.
"Ugh!!"
Urushihara menunjukan ekspresi serius yang hanya bisa dilihat beberapa kali dalam setahun ini, matanya melebar, dan setelah melempar Libicocco yang dia topang ke samping, dia melompat di sebelah Suzuno dan Chiho dengan kecepatan yang luar biasa.
"Apa....?"
"Urushihara....?"
Suzuno dan Chiho menjadi begitu terkejut karena gerakan tiba-tiba yang dilakukan Urushihara, tapi sebelum mereka bisa menanyakan pertanyaan mereka...
"Hu!"
Sayap Urushihara, membentang dalam satu kepakan, mulai bersinar terang.
""!!!""
Adegan yang terjadi di hadapan mereka, membuat Suzuno dan Chiho hanya bisa menahan napasnya.
Api yang menyerupai sekumpulan cahaya tiba-tiba turun dari dalam matahari, dan mendekat ke arah Suzuno dan Chiho.
"Lucifer!!"
Dan Urushihara menangkis api tersebut.
Seperti bagaimana dia menangkap Libicocco, tangan Urushihara yang terulur, menghentikan api yang jaraknya beberapa sentimeter dari telapak tangannya, melindungi Chiho dan Suzuno di belakangnya.
Tapi, berasal dari kekuatan apa api ini?
Sayapnya yang berkibar membuat seluruh tubuh Urushihara mulai bersinar, dia juga menggunakan seluruh kekuatannya untuk bertahan, tapi meski begitu, angin panas yang melebihi kekuatan tersebut, masih membuat rambut Chiho dan Suzuno bergoyang terkena angin.
"Ugh, ah, sial.... Apa yang orang itu pikirkan?"
Tanpa memperhatikan keringat dan pembuluh darah yang muncul di dahinya, Urushihara berteriak,
"Bell!! Bawa Sasaki dan lari, cepat!! Aku tidak bisa menahannya lagi!!"
"Chiho-dono, berpeganglah padaku!!"
Suzuno memegang pinggang Chiho tanpa menunggu jawaban darinya, dan melompat menjauh dari atap dengan kekuatan yang cukup untuk membuat Chiho merasa pusing.
"U.... Ugh!!"
Chiho yang diangkat ke udara, merasa kalau semua yang ada di dalam perutnya, ingin mengalir keluar, selain itu, di sudut pandangannya yang berair, dia melihat sesuatu.
Pintu yang menghubungan atap dengan bagian dalam sekolah, terlihat bengkok.
Pintu logam yang seharusnya sudah di segel oleh mantra Urushihara, benar-benar telah bengkok.
Setelah menyaksikan kekuatan api itu, Chiho mulai khawatir apakah Urushihara yang menahannya bisa selamat.
Berada di belakang garis pertahanan dari api yang nampaknya ditembakkan oleh sebuah meriam api raksasa, tubuh kecil Urushihara mulai menggeliat dan meringis karena panas.
"A-apa yang terjadi?"
Suzuno melambat setelah bersusah payah mencapai ketinggian yang tidak bisa digapai oleh panas tersebut, tapi meski mereka sudah mencapai tempat setinggi itu, mereka masih tidak bisa memastikan asal api tersebut.
"Suzuno-san!! Mengenai Urushihara-san....."
"Aku tidak tahu! Tanpa menghiraukan diriku, jika Chiho-dono turun sekarang, kau pasti akan mati terbakar!!"
"Bagaimana bisa begini...."
Chiho mengeluarkan sebuah erangan, tapi situasinya menjadi semakin buruk.
Tidak terlalu jauh dari api tersebut, sesosok figur besar berdiri.
Libicocco yang dilempar oleh Urushihara, telah pulih kembali.
"Suzuno-san, di sana!!"
"Aku tahu! Chiho-dono, aku akan turun ke sekolah!"
Suzuno, melompat untuk menjauhkan Chiho dari bahaya, mengabaikan api tersebut serta Urushihara, dan mulai bergerak menuju tanah.
"Ka-kalian...."
Namun, seseorang menghalangi jalan mereka di udara.
Sampai beberapa saat lalu, Suzuno sudah bertarung dengan Libicocco yang tiba-tiba muncul di Jepang, jadi musuh yang muncul di hadapannya kali ini bahkan lebih tak bisa dipercaya.
"Ti-tidak mungkin!!"
Chiho yang diangkat oleh Suzuno, seketika merasa putus asa ketika melihat musuh Suzuno.
"Minggir!! Tentara Surga!!"
Suzuno berteriak marah, tapi musuhnya tak bergerak sama sekali.
Lima anggota Tentara Surga itu mengepung Suzuno, tidak membiarkannya untuk mendarat di tanah.
"Ja-jangan-jangan ini Gabriel-san lagi?"
Tentara Surga adalah pasukan khusus milik para malaikat.
Mereka sudah muncul beberapa kali bersama dengan Malaikat Agung Gabriel di Jepang, Suzuno menggumam dengan suara pelan.
"Perlengkapan mereka berbeda.... Bawahan Gabriel seharusnya berpakaian lebih santai."
Lima Tentara Surga yang ada di hadapan mereka, mengenakan armor berat berwarna merah, mereka juga membawa ranseur yang sepenuhnya sama dan terbuat dari logam hitam.
(T/N : Ranseur, tombak bermata tiga, seperti milik Neptunus di Spongebob :v)
Senjata yang dibawa Tentara Surga milik Gabriel, tidak sepenuhnya sama dan dibuat dengan kasar, penampilan mereka juga benar-benar berbeda dari orang-orang ini.
Masing-masing Tentara Surga yang ada di sana, mengarahkan ujung ranseur mereka ke arah Suzuno dan Chiho.
Karena mereka sudah membuat gerakan mengancam, itu artinya Suzuno tak perlu lagi khawatir kalau mereka akan langsung melayangkan serangan fatal, tapi dari hal ini saja, sudah cukup untuk membuat Suzuno merasa cemas.
Kepala suku Malebranche dan Tentara Surga tiba-tiba muncul di tempat yang sama, ini sudah pasti bukanlah sebuah kebetulan.
Ini jelas-jelas menunjuk pada satu fakta.
"Kalian semua.... Kalian semua benar-benar....."
Suara Suzuno bercampur dengan penyesalan dan kebencian.
Meskipun dia tidak tahu tujuan mereka sekarang.
Dia tidak bisa lagi lari dari kebenaran.
Pasukan iblis yang aktif beroperasi di Benua Timur, benar-benar dibantu oleh Surga dan para malaikat.
Meskipun hal ini masih belum dapat dipercayai sepenuhnya karena alasannya tidak jelas, hanya inilah kemungkinan yang tersisa.
"Suzuno-san...."
"Chiho-dono, jangan bergerak! Sial, padahal aku sudah memantapkan pikiranku dari dulu agar tidak goyah apapun yang terjadi..."
Chiho yang sedang diangkat memang tidak bisa melihatnya, tapi jejak penyesalan dan air mata terasa seperti bercampur dengan suara Suzuno.
"Ranseur yang terbuat dari logam hitam dan armor merah, logam dan merah. Padahal si bodoh Lucifer itu bilang kalau 'dia' tidak akan bergerak."
Suzuno membuat komentar kejam seolah mencaci Urushihara, yang ditelan oleh api di atap sekolah.
"Malaikat Agung Kamael!! Apa yang kau rencanakan?"
Dalam sekejap, Tentara Surga tiba-tiba menjadi agresif.
Dari reaksi tersebut, sangat jelas kalau master mereka tepat seperti apa yang Suzuno prediksi.
Meski seharusnya mustahil suara Suzuno bisa terdengar.....
"Suzu, Suzuno-san!!"
Seolah meniadakan teriakan Chiho, api yang mengarah menuju Urushihara, menjadi semakin kuat.
"Ugaahh!!"
Di atap sekolah yang dilihat oleh Chiho, Suzuno, dan para Tentara Surga dari atas, sesosok figur kecil terpental oleh ledakan dan badai sampai ke tepi atap.
"Urushihara-san, Urushihara-san!!"
Meskipun dia merasa kalau orang itu takkan bisa mendengarnya, Chiho tetap berteriak keras.
Tapi semuanya tak berakhir begitu saja.
Libicocco, menyeret tubuhnya yang terluka parah, mulai berjalan menuju tempat Urushihara jatuh.
Chiho sesaat berhenti bernapas karena ketakutan.
Padahal Suzuno baru saja mengambil satu langkah menuju mimpi Chiho setelah banyak kesulitan.
Dia juga mengakui bahwa Urushihara, Ashiya, dan Maou, yang mana adalah seorang iblis, sebagai rekannya.
Apakah mereka tiba-tiba akan tersakiti karena hal-hal aneh ini dan membuat semuanya terpisah?
"Uh!!"
Chiho mendongak ke arah langit dengan mata yang dipenuhi air mata.
Kali ini, dia bisa melihat dengan jelas sosok orang yang telah menyerang Urushihara.
Orang itu memakai armor merah yang sama seperti yang dikenakan oleh para Tentara Surga, dan meski tidak sebesar Libicocco, dia memiliki perawakan besar yang sebanding dengan Gabriel.
"Aku tidak pernah menyangka..... kalau kau benar-benar akan bermain dengan lelucon semacam ini...."
Menggunakan seluruh sihir sucinya, Urushihara kembali terlihat seperti beban rumah tangga yang tak berguna, meskipun dia tergeletak dengan malang, dia masih bisa mendongak ke langit.
"Aku benar-benar takut kalau aku harus meminta maaf dan menjawab pertanyaan Bell dan Sasaki Chiho nanti. Bagaimanapun, akulah yang sebelumnya sudah menyatakan kalau kau tidak akan bergerak."
"....."
Orang yang Urushihara ajak bicara, tidak hanya memakai armor full body, dia bahkan memakai topeng logam yang menutupi seluruh wajah. Penampilan ini, daripada seperti seorang malaikat, lebih mirip seperti seorang Jenderal yang kuat.
"..... Kamael, apa yang membuatmu berubah pikiran?"
Malaikat Agung Kamael mengabaikan kata-kata Urushihara, dan sedikit menggerakkan dagunya ke arah Libicocco.
".... Tsk."
Meskipun mendecapkan lidahnya sekali, Libicocco tetap dengan patuh mendengarkan 'perintah' tersebut.
Berpikir kalau pihak musuh mungkin akan melakukan sesuatu yang merugikannya, Urushihara dengan paksa membentangkan sayapnya yang terluka, tapi Libicocco mengabaikannya dan terbang lurus ke arah Suzuno dan Chiho.
"Maaf, semut kecil."
Suzuno, dikepung oleh Pasukan Surga, tidak bisa bergerak sama sekali.
Libicocco juga menunjukan sikap yang berbeda dengan saat ia pertama kali bertemu dengan Chiho, dia kemudian berbicara dengan Chiho yang diangkat oleh Suzuno.
"Serahkan! Kau harusnya tahu apa yang kubicarakan, iya kan?"
Chiho menatap telapak tangan iblis tersebut, yang mana bagian cakarnya telah hancur.
"Kau punya fragmen Yesod kan? Kami akan pergi setelah kami mendapatkan benda itu. Cepat dan serahkan benda itu!!"
Chiho pun menggerakkan tangannya ke arah saku seragamnya....
"Chiho-dono, jangan serahkan benda itu padanya!"
Tapi dia langsung tersentak mundur karena teriakan Suzuno.
"Kita tidak boleh membiarkan mereka memiliki Sephirah! Coba pikir kembali apa yang telah dilakukan oleh Gabriel dan Lailah."
"Ta-tapi, Suzuno-san dan Urushihara-san...."
"Berhentilah mengedepankan keberanianmu! Saat ini apa yang bisa kau lakukan?"
".... Jika ada sesuatu yang tidak beres, aku pasti akan merebut fragmen Chiho-dono dan menelannya!"
"Apa menurutmu kami para iblis akan ragu membelah tubuh manusia?"
Suzuno dan Libicocco berdebat di samping Chiho dengan dibarengi aura membunuh.
"Meski begitu, itu masih lebih baik ketimbang dengan patuh menyerahkan fragmen itu padamu!!"
Bahkan suara tegas Suzuno pun, tak berguna di saat seperti sekarang ini.
Satu-satunya hal yang didengar oleh Suzuno dan Chiho, hanyalah sebuah kalimat dingin.
".... Dia sudah mengatakannya."
Kalimat itu tidak diarahkan pada Suzuno yang berteriak.
"Ugah!!"
"Suzu, Suzuno-san!!!"
Tubuh Chiho merasakan sebuah getaran yang kuat.
Dan pada saat itu, erangan basah Suzuno terdengar.
"Uh?"
Chiho melihat sesuatu yang tak dapat dipercaya di sudut pandangannya.
Tentara Surga menggunakan tombak mereka untuk menusuk dada Suzuno.
"Suzuno-san!!!"
Tindakan kejam yang tiba-tiba dilakukan oleh Tentara Surga tersebut, membuat Chiho berteriak, tapi segera setelahnya Suzuno langsung menjauh dari Libicocco yang ada di hadapannya dengan lamban.
Suzuno melompat ke belakang di udara.
"Suzu, Suzuno-san?"
"Jangan khawatir.... Itu hanya pegangan tombaknya, uhuk!!"
Suara Suzuno, meski kesakitan, masih terdengar sangat jelas.
"Pegangan tombak?"
Maksud Suzuno adalah pegangan tombak, tapi di situasi darurat seperti ini, Chiho yang tidak mengenal senjata tersebut, hanya terpikir soal jamur.
(T/N : Pegangan tombak dan Jamur memiliki pengucapan yang sama dalam bahasa Jepang.)
Namun, Chiho langsung kehilangan kesempatan untuk berpikir.
Para Tentara Surga itu mengayunkan ujung tombak mereka secara bergantian, menyerang Suzuno.
"Si.....sial, arghhhhh!!!"
Suzuno mengeluarkan teriakan marah yang tidak cocok dengan seorang Penyelidik, dan menahan tombak yang menyerbu ke arahnya dengan palu raksasa miliknya, dan setelah melayang di udara, menghindar berulang kali, dia akhirnya berhasil menjauh dari kelima Tentara Surga tersebut dengan susah payah.
Tapi dibandingkan dengan Tentara Surga milik Gabriel, musuh kali ini benar-benar terlatih.
Mereka bertarung secara sistematis dalam pertempuran udara melawan Suzuno, satu orang menyerang punggung Suzuno, satu orang membidik Chiho, titik lemahnya, dan satu orang memberikan tekanan dari bawah supaya Suzuno tidak bisa mendarat.
Ditambah lagi, bahkan jika dia berhasil menyingkirkan kelima orang ini, nyatanya Urushihara sudah tidak sanggup kembali berdiri, dan Kamael serta Libicocco masih menunggu di belakang.
"Su-Suzuno-san! K-kau tidak perlu mempedulikanku!"
Chiho, berguncang di udara karena pergerakan manusia super, membuat dirinya agar tidak menggigit lidahnya sendiri saja sudah menghabiskan seluruh tenaganya.
"Ta-tak masalah bahkan jika aku sedikit terluka! Le-lempar aku ke atap.... tanpa beban seperti diriku, kau seharusnya bisa bertarung dengan lebih baik."
"Diamlah!!"
Menghindari tiga ujung tombak dengan teknik yang sempurna di udara, Suzuno berteriak di saat yang sama.
"Target mereka bukan aku, melainkan Chiho-dono!! Jika aku melepaskan Chiho-dono sekarang, semuanya takkan bisa dibalikkan lagi. Ugh!!"
Usai mengatakan hal tersebut, kaki Suzuno tergores oleh salah satu tombak Tentara Surga yang muncul dari arah lain.
"Suzuno-san!!!!"
"Si-sial, Chiho-dono, tutup matamu!!"
Tanpa menunggu jawaban Chiho, Suzuno mulai menggumankan sesuatu, mengarahkan palu raksasanya ke arah Tentara Surga di hadapannya dan berteriak,
"Light Wave Flash!!"
Pada saat ini, ujung palu raksasa tersebut memancarkan sinar terang bagaikan matahari, membutakan pandangan Tentara Surga di hadapan Suzuno.
"Minggir dari jalanku!!"
Suzuno tidak menyiakan-nyiakan celah tersebut, dan mengayunkan palu raksasanya ke arah pelipis para Tentara Surga.
Dengan sensasi berat di tangan Suzuno, aura musuh yang ada di depannya, lenyap.
"Kita pergi, Chiho-dono!! Bertahanlah!!"
Bagaimanapun, mereka harus lebih dulu menjauh dari sekolah.
Orang-orang di sekolah pasti akan terlibat jika ini terus berlanjut. Meski segel Urushihara masih belum hancur, Kamael sama sekali tidak menunjukan rasa ampun ketika menghancurkan atap sekolah.
Terlepas dari Chiho, Suzuno takkan mungkin bisa melindungi ratusan orang termasuk staff dan para murid di sekolah sendirian. Suzuno memang tidak melupakan kondisi Urushihara, tapi prioritas utama saat ini adalah mencegah agar Chiho dan fragmen Yesod tidak jatuh ke tangan musuh. Tepat ketika Suzuno hendak meninggalkan tempat tersebut dengan kecepatan yang cukup membuat Chiho pusing, sebuah suara yang bisa membuat seseorang merasa putus asa, terdengar dari dalam kilatan cahaya Suzuno yang masih belum menghilang.
"Maafkan aku, mantra ilusi tidak akan berguna melawan Malebranche!"
"Uh??"
Sosok besar yang muncul dari cahaya putih tersebut adalah Libicocco.
Cakar Libicocco yang tersisa, tiba-tiba muncul di depan Suzuno, membuat Suzuno tidak mampu menghindar.
Suzuno mengayunkan palu raksasanya untuk menghancurkan cakar yang menghalangi jalannya, tapi aksi ini pastinya juga memperlambat gerakannya.
"Ugaahh!!"
Chiho yang hampir pingsan karena cahaya yang tidak bisa sepenuhnya ia halangi meskipun sudah menutup matanya, dan karena efek G forces, kali ini, disebabkan sensasi dari sebuah cairan hangat yang terasa di wajahnya, dia pun kehilangan kemampuan untuk berpikir.
(T/N : G forces, cari di google aja ya, ini berhubungan dengan efek saat terbang gitu.)
Ini mungkin hanya berlangsung selama beberapa detik.
Namun, kejadian yang Chiho lihat dalam sekejap saat ia perlahan memulihkan pandangan, kesadaran, dan perasaaannya setelah cahaya yang Suzuno buat berhasil menghilang......
"Ugaaahh!!"
.... membuatnya mengeluarkan teriakan kasar sambil berontak.
Meski begitu, tubuhnya tidak bisa bergerak.... karena seseorang menahan gerakannya.
Orang yang membawa Chiho sekarang bukanlah Suzuno, melainkan Libicocco.
Sementara Suzuno yang sampai beberapa saat lalu, berusaha keras untuk membuat Chiho kabur.....
".... Benar-benar membuat kami harus bersusah payah...."
Dia berada tepat di depan Libicocco, tergeletak di tengah-tengah atap sekolah, bersimbah darah.
"Suzu, Suzuno-san, Suzuno-san!!!"
Bahkan Chiho bisa melihat bahu Suzuno yang terkoyak, dan di saat yang sama, kaki di bawah kimononya yang tersayat, juga masih mengeluarkan darah.
Bukan hanya jepit rambut yang Suzuno lepas dan kimononya yang terbentang di lantai seperti bunga berlumuran darah, yang terlihat mengerikan, bahkan para Tentara Surga juga menancapkan tombak mereka ke lantai melewati kimono Suzuno seolah memakunya di lantai.
Palu raksasa yang Suzuno gunakan sebagai senjata, jatuh di sebelah tangannya dan berubah kembali menjadi jepit rambut yang tak punya kekuatan apa-apa.
"Ah... Ugh, Chi Chiho-dono.... argh.."
Meski begitu, Suzuno tetap mengulurkan tangannya ke arah Chiho sambil mengerang kesakitan.
"Suzuno-san..... Urgh!!"
Chiho juga mengulurkan tangannya, tapi Libicocco tidak membiarkan Chiho melakukan apa yang dia mau.
Tidak hanya itu, Libicocco juga menendang tangan Suzuno yang terulur dan menatapnya dengan tatapan menyedihkan.
"Kenapa kau melawan sampai segitunya? Bukankah kau ini Penyelidik dari Gereja? Orang itu dan orang-orang ini adalah malaikat, utusan Tuhan yang kau hormati, kau tahu? Meskipun kau berkhianat pada mereka, sebenarnya tak ada untungnya buatmu kan?"
Suzuno, menahan rasa sakitnya, menatap tajam ke arah Libicocco dengan wajah berlumuran darah.
"Malaikat.... yang melakukan perbuatan jahat seperti ini, bahkan jika kau memberikan mereka padaku, aku tidak akan pernah mau menerimanya! Aku hanya memuja kepercayaan yang bisa membimbing dunia manusia menuju kedamaian dan keadilan!"
Semakin Suzuno berteriak, semakin banyak pula darah yang mengalir dari lukanya.
Chiho terguncang dan tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Orang-orang yang bekerja sama dengan penjahat untuk menyakiti manusia di dunia dan menyebabkan kekacauan, mana mungkin bisa disebut malaikat!!"
"Bagus sekali, aku memang tidak membenci prajurit dengan kepercayaan yang kuat seperti dirimu, tapi aku tidak punya pilihan lain saat ini."
Para Tentara Surga mendekati Libicocco, seolah sudah mereka rencanakan sebelumnya.
"Hey, semut kecil, aku tidak ingin melukaimu, cepat serahkan benda itu!!"
Peringatan Libicocco sama sekali tidak terdengar oleh Chiho.
Karena perasaannya sudah mati rasa.
"Dengarkan aku.... Uhuk... Chiho-dono, jangan, serahkan benda itu pada mereka...."
"Suzu.... Suzuno....."
"Bukankah sudah kubilang kalau aku tidak ingin menyakitimu? Jika terjadi sesuatu nanti, aku tak akan peduli, kau tahu?"
Di situasi tanpa harapan ini, Tentara Surga dan Libicocco mendekati Chiho dan Suzuno.
Itu adalah tangan iblis berwujud malaikat.
---End of Part 3---
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 8 - Chapter 3 Part 4
Baca Semua Volume -> Index Hataraku Maou-Sama All Volume
Translator : Zhi End Translation..
1 Komentar
Loncat dah.. Tpi gpapa mkin seru. Semangat terus min.
Balas