[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 9 - Chapter 4 : Raja Iblis, Kisah Masa Lalu Dan Masa Kini -3
Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 9 - Chapter 4 Part 2
Chapter 4 : Raja Iblis, Kisah Masa Lalu Dan Masa Kini.
Kota pedagang Kuifan akan secepatnya berhasil diduduki.
Dengan di bawah bendera kedatangan kedua Pahlawan Emilia, Pasukan Kesatria Hakin yang berangkat dari Fangan dan menyebut diri mereka 'Fangan Milita' mulai bertarung dari area sebelah barat Ibukota Kerajaan Azure Sky Canopy, mereka berencana membebaskan berbagai kota yang dikuasai oleh pasukan yang dipimpin para kepala suku Malebranche.
Milita berturut-turut mengambil alih kota-kota yang telah dikuasai oleh anggota Pasukan Raja Iblis baru, yaitu kepala suku Malebranche, dan pada akhirnya, mereka berhasil mencapai kota besar sebelum Azure Sky Canopy, Kuifan.
Pertarungan pengepungan dimulai dengan keuntungan besar dari pihak Milita.
Karena Kuifan merupakan sebuah kota pedagang, kota ini tidak memiliki dinding kokoh ataupun bangunan pertahanan, jalan yang lebar dengan mudah dimasuki oleh pasukan besar, dan Milita menumpas Malebranche yang ada di hadapan mereka dalam sekejap mata.
Kepala suku Malebranche yang mendiami Kuifan, Scarmiglione telah dipojokkan.
“Lapor! Garis depan pasukan Jokokin telah berhadapan dengan kepala suku musuh! Mereka sudah mulai bertarung sekarang!”
Ketika si pembawa pesan berlari masuk ke dalam tenda operasi Milita dan melaporkan informasi itu, Emi perlahan berdiri.
“Biarkan aku pergi. Kekuatan para kepala suku ini benar-benar berbeda dengan Malebranche normal, dengan kekuatan tempur yang tidak cukup, pertarungan ini tidak akan bisa dimenangkan.”
Emi tidak menggunakan pedang sucinya, melainkan mengambil pedang yang Olba siapkan untuknya dan bersiap meninggalkan tenda, tapi dia dihentikan oleh sebuah suara.
“Tidak, kau tidak perlu melakukannya.”
Emi menoleh dan menatap tajam penasehat pihak Milita, Olba, yang tetap berada di tenda dan bersiaga.
“Olba, apa kau ingin Kesatria Hakin mati sia-sia? Kalau aku pergi, ini akan berakhir dalam sekejap.”
“Meskipun kau benar, seorang Jenderal tidak seharusnya memasuki medan perang dengan begitu mudahnya. Tak masalah jika mereka mengalami pertarungan yang sulit, tapi jika Jenderal muncul ketika pasukan sedang berada dalam keadaan menguntungkan, itu akan berdampak pada moral pasukanku!”
“Tapi.....!”
Tangan Emi yang ia gunakan untuk memegang gagang pedang, gemetar.
“Emilia, kau adalah Jenderal simbolik dari Milita ini. Tolong jangan bertindak terlalu gegabah. Keberanianmu saja sudah cukup untuk memberikan mereka keteguhan.”
“Ugh.....”
Emi melirik ke arah perwira pasukan Hakin yang sudah bersiap siaga di tenda semenjak meninggalkan Fangan.
Mereka semua sama sekali tidak mengerti tujuan Emi, dan wajah mereka dipenuhi dengan harapan dan keteguhan.
“Kalau begitu, setidaknya aku bisa memberikan saran. Karena kemenangan kita sudah dipastikan, kita tidak perlu membuat lebih banyak lagi pengorbanan. Berikan peringatan menyerah pada pasukan Malebranche. Tujuan kita adalah untuk membebaskan Kuifan, bukan melakukan pembantaian sepihak.....”
Emi memberikan saran dengan wajah yang nampak seperti memohon, tapi Olba menjawabnya dengan terkejut,
“Emilia, apa kau bilang kita harus melepaskan para iblis itu?”
“Itu......”
Seluruh tatapan orang yang ada di tenda tertuju ke arah Emi.
Emi tidak bisa langsung menjawab pertanyaan Olba.
Emi tidak sanggup menata perasaannya yang tak dapat memberikan jawaban, saat pembawa pesan lain berlari memasuki tenda,
“Ada sebuah Idea Link dari pasukan garis depan! Pesan penting! Itu adalah pesan penting!”
Belum ada lima menit semenjak transmisi terakhir, namun sudah terdapat kegembiraan di wajah tentara tersebut, melihat hal itu, Emi menarik napasnya merasa putus asa.
“Pesan penting dari pasukan garis depan! Berhadapan dengan kepala suku Malebranche, mereka berhasil mengalahkan musuh setelah pertarungan sengit! Kepala suku musuh sudah dipastikan tewas! Kita berhasil membebaskan Kuifan!”
“Uoooohhh!!”
Tenda dibanjiri dengan sorakan, meski Emi jelas-jelas menunjukan ekspresi kaku, tak satupun dari mereka yang ada di tempat itu menyadarinya.
Kabar yang pembawa pesan itu bawa dengan gembira adalah apa yang paling Emi takuti.
“Itu hanya...... seorang iblis, yang telah lenyap hanyalah musuh manusia....”
Ketika semua orang tenggelam ke dalam euforia keberhasilan pembebasan Afashan, di dalam Milita, hanya Emi yang diam memeluk kakinya, berjongkok di dalam tenda yang kosong.
“Itu benar, ini adalah balasan. Mereka ingin menguasai Ente Isla meniru Pasukan Raja Iblis, mereka adalah sisa-sisa dari Dunia Iblis.... mereka hanyalah iblis mengerikan yang seharusnya manusia kalahkan.... dan mereka hanya berkurang satu.”
Suara Emi saat dia sedang menggumam sendiri sama sekali tak berisi emosi, seolah dia hanya murni merunut fakta tanpa perasaan apapun.
“Iblis, adalah musuh. Mereka adalah musuh Ente Isla dan musuhku, asalkan kita membunuh mereka, dunia akan mendapatkan kembali kedamaiannya....”
'Apa... sebenarnya iblis itu?'
“Ugh.”
Takut akan suara yang berasal jauh dari dalam hatinya, Emi memeluk tubuhnya dengan erat seolah ingin memeras sesuatu dan membuat dirinya semakin kecil.
“Mu-musuh. Iblis adalah musuh manusia. Musuh mengerikan, yang telah mengancam manusia.....”
'… mirip sekali dengan Malebranche di hari itu... mirip seperti kepala suku Malebranche bodoh yang sangat yakin kalau mereka bisa melakukan balas dendam untuk Raja Iblis Satan dan para Jenderal Iblis.'
“Ugh!!”
Emi memegangi kepalanya dan mengerang.
Dia seharusnya sudah mengetahui hal ini.
Selama periode lebih dari setahun ini, dia sudah melihat dunia, manusia, dan iblis yang benar-benar berbeda.
“Kenapa... meskipun yang mati adalah iblis, aku masih sangat....”
Dia tidak ingin bilang kalau musuh juga punya masalah mereka sendiri.
Dia memang memiliki keraguan di hatinya, tapi jika dia menghadapi Maou dan para iblis itu, dia tetap menganggap mereka sebagai musuh.
Namun, yang telah mati adalah kepala suku Malebranche yang tidak pernah dia lihat, tapi kenapa dia terasa dicengkeram oleh perasaan bersalah seperti ini.
Jika para Malebranche tidak dikalahkan di sini, Kuifan akan terus dikuasai oleh iblis.
Untuk membebaskan rakyat Kuifan, bertarung adalah pilihan yang tepat.
“....Mama.”
Saat ini, secara mental Emi benar-benar lelah, sampai dia tidak bisa mendengar panggilan Alas Ramus di dalam tubuhnya.
Emi berdiri dengan lemah, dan tanpa bisa menata perasaan kuat yang telah mengacaukan pikiranya, dia kembali ke tenda pribadinya, dan jatuh di ranjang bahkan tanpa melepas armornya.
Emi, berbaring di atas tempat tidurnya dengan lemah, memasuki alam mimpi dengan keadaan yang mirip seperti kematian.
“....Ugh.”
Emi tertidur dengan seringai di wajahnya, Alas Ramus kemudian muncul di sebelahnya, dan menggunakan tangan kecilnya untuk menyentuh pipi mamanya yang sudah sangat kelelahan.
Kali ini,
“Uu?”
Alas Ramus menatap ke arah langit-langit seolah menyadari sesuatu.
“Siapa itu?”
Walaupun sesaat dia merasakan sebuah kehadiran yang begitu nostalgia, seperti sebuah kerikil di padang pasir, hal itu seketika menghilang di dalam keberadaan dunia.
Meski begitu, Alas Ramus tetap meletakkan tangannya di atas dahi, dan memandang kegelapan sekitar untuk waktu yang sangat lama.
“Ah~h berantakan sekali.”
“.....”
“Kau juga mendengarkannya kan? Aku sudah menghentikan mereka sebelumnya, okay?”
“.....”
“Hey~ ayolah bicara sebentar, ini tidak seperti kita tidak saling mengenal.”
“.... Apa yang kau rencanakan?”
“Oh, akhirnya kau mau berbicara.”
Tempat ini adalah tahta di puncak kastil Azure Sky Canopy. Di ruang tahta di mana Unifying Azure Emperor yang memerintah kekaisaran Afashan seharusnya berada, sekelompok orang tergeletak di atas lantai.
Yang tergeletak di atas lantai adalah orang-orang kuat dari Pasukan Kesatria Hakin.
Orang yang menyebabkan mereka terbaring di lantai ruang tahta adalah....
“Bagaimana, Ashiya-kun, tidak, Jenderal Iblis Alsiel, seperti apa rasanya singgasana Azure Sky Canopy, setelah kembali mendudukinya untuk waktu yang sangat lama??”
“.....Ini menjijikkan.”
Dua buah ekor yang mirip seperti tulang melambai dengan tidak sabar, dari singgasana, Alsiel menatap tajam Gabriel yang sedang bersandar di tiang dekat pintu masuk dan memandang ke arah singgasana dengan riang.
Meskipun kain UNIxLO robek yang tidak dapat menahan perubahan ukuran masih menempel di tubuhnya, aura keberadaan iblis itu tetap terasa begitu murni.
“Malaikat Agung Gabriel, apa yang kau rencanakan?”
“Aku tidak merancanakan apa-apa. Kami para malaikat tidak akan secara khusus membantu manusia, dan tempat ini bukanlah jepang, kau sadar akan hal ini, kan? Hey, berbahagialah! Kau akhirnya kembali ke Ente Isla yang sangat kau rindukan. Sihir iblismu juga telah sepenuhnya pulih, kau tidak perlu lagi menggunakan tangga ketika kau pergi ke supermarket, kau juga tidak perlu lagi memelototi label harga cairan pembersih.”
Gabriel membentangkan tangannya, dan memperlihatkan postur yang mencurigakan,
“Huft, aku tahu ini memang seperti bohong. Maaf maaf.”
Karena Alsiel sama sekali tidak merespon, Gabriel hanya bisa mengakhiri percakapan tersebut sendiri.
“.... Apa ini benar-benar Azure Sky Canopy?”
“Benar sekali. Apa kau ingin melihatnya?”
“Hmph.”
Alsiel menjawab singkat, turun dari singgasana, dan melewati Gabriel.
“Ugh.... Ugh.....”
Seolah ingin mengejar punggung iblis itu, para kesatria yang terbaring di lantai mengerang.
“Bodoh sekali~ mereka tetaplah para elit Afashan, Kesatria Hakin, tapi kenapa semuanya sulit untuk ditangani. Meski aku sudah memberitahu mereka kalau mereka tidak akan bisa mengalahkanmu dan menyuruh mereka agar tidak bertindak sembrono, mereka malah panik melihat perubahanmu, sampai-sampai aku tidak bisa menghentikan mereka tepat waktu. Terima kasih sudah tidak membunuh mereka.”
“.... Tidak ada gunanya membunuh mereka, membunuh mereka itu percuma.”
Usai berjalan keluar menuju balkon puncak kastil, Alsiel menggumam.
Ketika Ashiya mendapatkan kembali wujud Alsiel nya, Pasukan Kesatria Hakin yang bertugas mengawasinya sekejap menjadi panik.
Mereka sebenarnya ingin mengikat Alsiel yang terlihat tidak ingin melakukan apa-apa ke tahta, tapi pada akhirnya mereka malah berakhir seperti ini.
Meskipun dia melihat pemandangan ibukota Afashan di depan mata kepalanya sendiri, ekspresi Alsiel sama sekali tidak berubah dan malah balik menatap Gabriel yang memasang senyum remeh di wajahnya.
“Pekerjaan macam apa yang hendak kau paksa padaku?”
“Oh, kau tahu?”
“Ayah Emilia muncul di apartemen itu hanyalah sebuah kebetulan. Jika kekacauan terjadi di sekolah Sasaki Chiho, wajarnya Bell lah yang akan bertindak. Karena itu, tujuanmu pasti aku.”
“Bisa saja itu Lucifer dan Satan?”
“Jika memang demikian, kau seharusnya datang ketika mereka berada di rumah. Kau bukanlah tipe orang yang akan menyerang tanpa memastikan target lebih dulu.”
“Haha, baik baik, memang seperti itu. Pekerjaanmu sederhana. Kau hanya harus duduk di tahta itu. Apa yang terjadi selanjutnya akan berkembang dengan sendirinya.”
“....”
Setelah menoleh dan menatap tatapan remeh Gabriel, Alsiel menutup matanya sesaat untuk berpikir.
“Aneh sekali.”
“Eh?”
“Kalau begitu, kenapa kau membiarkanku melihat keluar?”
“Uh? Apa ada masalah?”
“Jika kau memang berencana membiarkanku duduk di singgasana ini, maka Gabriel, kau tidak mungkin akan mengizinkan memastikan situasi di luar. Memastikan situasi ibukota kerajaan, Azure Sky Canopy, di mana sama sekali tak terlihat ada Malebranche.”
“....Oohhh.”
Meskipun nada Gabriel terdengar tenang, ekspresinya tak disangka terlihat takjub.
“Bahkan, kau tidak seharusnya muncul di hadapanku. Pekerjaan menculikku, seharusnya dilakukan oleh Malebranche dan manusia, benar?”
“Boleh aku bertanya kenapa kau berpikir seperti itu?”
“Sederhana. Karena meski semua kepala suku Malebranche menyerangmu bersamaan, mereka bukanlah tandinganmu. Dan kalian bukanlah eksistensi mulia seperti yang dipuja-puja oleh manusia di alkitab. Kalau begitu, akan lebih sederhana untuk berpikir kalau semua ini adalah karena aksi dari Surga. Olba Meyers dan Barbariccia, keduanya telah tertipu oleh kata-kata manis kalian, itulah kenapa kau berada di sini sekarang, benar?”
“.....”
“Begitu seseorang melihat figur para malaikat, mereka akan menyimpulkan bahwa, entah Malebranche sedang membangun Pasukan Raja Iblis baru, ataupun Afashan menyatakan perang terhadap benua lain ketika dikendalikan oleh Malebranche, itu hanyalah hal yang terjadi di permukaan. Tujuanmu tersembunyi di balik semua ini. Logikanya, bukan kau yang seharusnya muncul di hadapanku.”
“Hm..... ini akan jadi sangat merepotkan.”
Gabriel menggaruk perutnya dengan kasar, dan memperlihatkan postur menyerah.
“Ini seperti apa yang kau simpulkan. Aku tidak seharusnya muncul di hadapanmu. Orang yang seharusnya ada di sampingmu ketika kau terbangun, adalah Barbariccia. Itu demi.....”
“.... membuat kesan kalau 'Alsiel telah kembali', benar?”
Alsiel menyela Gabriel dan berbicara.
“Rasanya seperti pahlawan besar dari alam semesta.”
“Karena di antara keempat Jenderal, hanya akulah yang tidak memiliki catatan bertarung dengan Emilia.”
“Kau sama sekali tidak membantahnya.... ya? Untuk situasi ini, haruskah aku yang membantah?”
“Aku dengar beberapa orang menyebar rumor palsu tentang pertarungan yang terjadi di Kastil Iblis di Benua Utama. Jika situasinya berubah menjadi Jenderal Iblis Alsiel kembali ke Afashan yang dikendalikan oeh Malebranche, semua orang akan merasa kalau Pasukan Raja Iblis akan menyerang lagi.”
“Yeaaahh, terus?”
“Dan kemudian.... orang-orang di Ente Isla akan berharap kalau sang Pahlawan kembali, dan menumpas Pasukan Raja Iblis yang menyerang lagi. Karena hal inilah, kalian menggunakan suatu cara untuk membuat Emilia tetap berada di sini, kan?”
“Karena kau sudah berbicara sejauh ini, maka aku akan mendengarkannya sampai akhir.”
".... Kebangkitan Pasukan Raja Iblis dan kemunculan Sang Pahlawan. Orang-orang pasti berharap Sang Pahlawan menang, dan faktanya, kalian mungkin berencana membuat Barbariccia dan aku dikalahkan oleh Emilia. Kemunculan Pahlawan Emilia, mengusir Pasukan Raja Iblis yang kembali berencana menguasai Afashan, dan sekali lagi membawa cahaya pada Ente Isla. Sebuah naskah yang sangat mudah dipahami."
"Kurasa ini tidak sebegitu mudahnya dipahami.... huh, karena kau adalah salah satu orang yang terlibat, maka akan lebih mudah untuk menyimpulkan."
"Tapi di sini, ada dua pertanyaan. Kenapa kalian baru mengungkap keberadaan Emilia sekarang? Kenapa kalian para malaikat mengendalikan semuanya di balik bayangan? Alasan pengungkapan keberadaan Emilia, yang awalnya harus disingkirkan, itu bisa disimpulkan demi membuat Gereja mengakui rencana licik Olba Meyers guna efek pemurnian diri. Sementara untuk alasan kenapa kalian bergerak di balik bayangan, aku masih belum bisa melihatnya."
"Yeah, karena kami tidak pernah membiarkanmu melihatnya."
Setelah Alsiel mengabaikan Gabriel yang masih menghadapi hal ini dengan remeh, malaikat agung itu mulai berbicara,
"Tapi apapun alasannya, kami ini tetaplah malaikat. Mungkin kami memang berniat melemahkan kekuatan iblis di dunia iblis, dan agar bisa melindungi kedamaian Ente Isla di masa yang akan datang, kami secara khusus memancing para iblis itu keluar, memberikan harapan pada orang-orang....."
"Kalian, yang bahkan tidak bertindak ketika Pasukan Raja Iblis menguasai 80% wilayah Ente Isla di tangan kami, masih berani berkata seperti itu?"
".... Itu benar."
"Kalian tidak mungkin akan bertindak di balik bayangan hanya untuk menyingkirkan sekelompok kepala suku Malebranche. Jika tidak, kalian pasti akan diam-diam mengubur Raja Iblis dan aku ketika kami berada di Jepang... Gabriel, apa tujuanmu?"
"Hm? Apa maksudmu?"
"Selama kita terus membuang-buang waktu di sini, Emilia pasti akan segera datang ke tempat ini, memerangiku dan Malebranche, dan dengan begitu, hal tersebut paling tidak akan mengurangi jumlah iblis dan memenuhi tujuan membuat manusia Ente Isla menemukan harapan lagi. Tapi.... kau tidak berencana membiarkan semuanya berkembang seperti itu."
"Kenapa kau berpikir begitu?"
"Ada banyak alasan. Seperti membiarkanku melihat keluar, memberikanku waktu dan bahan untuk memahami situasi dan lain sebagainya. Dari informasi ini saja, bisa disimpulkan kalau kau ingin menggunakan Emilia dan aku membantu melakukan sesuatu. Dan itu tidak lain untuk 'tujuan asli Surga'."
".... Ternyata, kau memang bukan sekedar orang yang akan bingung dengan ukuran telur di supermarket ya."
"..... Kau... Di mana kau menyembunyikan mata-mata itu, dasar tikus kotor!"
Alsiel yang terus berbicara dengan tegas selama ini, terguncang untuk yang pertama kalinya karena hal tersebut.
Gabriel tersenyum kecut, terduduk di pinggiran balkon, dan memandang ke kejauhan kota di bawah Azure Sky Canopy.
"Maafkan aku. Tapi aku tidak menempatkan harapan apapun pada kau dan Emilia. Seperti yang kau pikirkan, tujuan luar dari sandiwara ini adalah untuk membuatmu dan Malebranche dikalahkan oleh Emilia. Untungnya kami juga bisa menemukan Nord Justina. Mencoba membuat Emilia mengalahkan Jenderal Iblis, menyelamatkan Ente Isla sekali lagi, dan menyusun sebuah pertemuan yang telah ditakdirkan dengan ayahnya yang telah terpisah darinya selama bertahun-tahun. Itu pasti akan sangat menyentuh dan layak mendapatkan piala Oscar."
"........"
"Dan kemudian, aku hampir saja lelah dengan sandiwara semacam ini."
"........"
"Aku sangat takut. Yesod dan Geburah, mereka seharusnya adalah eksistensi yang tidak boleh diganggu. Ketika aku menculikmu di Jepang, aku sudah bertemu dengan darah 'Hitam' pekat. Dia benar-benar menakutkan~ di momen yang sangat langka, kupikir aku akan mati."
"Hitam pekat....?"
"Aku, ingin menyelamatkan Surga."
"Apa katamu?"
Tanya Alsiel dengan suara rendah,
"Surga belum diserang oleh siapapun kan?"
"Itu benar."
Gabriel tersenyum kecut.
"Surga bermaksud melakukan kesalahan yang sama. Mereka menyebut satu-satunya kesempatan yang hanya bisa mereka temui di masa lalu ini sebagai 'Bencana Besar', tapi mereka bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Hanya untuk menikmati perdamaian monoton saat ini. Tapi menyedihkannya, aku tidak bisa melakukan apa-apa sendirian. Meskipun aku ini orang tampan yang kuat, aku tetap tak bisa melakukan apapun yang menentang tirani mayoritas."
"......"
"Ada sebuah kesempatan untuk menyangkal tadi. Tapi, meskipun mereka adalah orang-orang yang tak berguna, bagiku mereka tetaplah rekan yang tidak bisa kutinggalkan. Tidak peduli betapa bodoh, malas, dan arogannya mereka, mereka tetaplah rekan yang menghabiskan waktu 10.000 tahun bersamaku."
"10.000 tahun itu terlalu berlebihan. Bahkan bagi iblis pun, tak ada yang hidup melebihi 4.000 tahun."
"..... Kau benar-benar tidak cocok dengan lelucon."
Gabriel tersenyum dari dasar hatinya, melompat turun dari pinggiran balkon dan meregangkan otot-ototnya.
"Aku hanya ingin meminta satu hal padamu. Ketika Emilia datang ke sini, aku harap kau bisa membentangkan pertarunganmu dengannya sebaik mungkin. Mengingat waktunya, aku ingin kau bertarung dengannya selama dua hari atau lebih."
"....."
Setelah menepuk pundak Alsiel, Gabriel perlahan pergi.
Alsiel mengikuti punggung Gabriel dengan pandangannya.
"Ketika kami pertama kali bertemu, aku awalnya tidak mengharapkan apapun dari pria itu. Karena dia bermaksud mengorbankan nyawa dengan begitu mudahnya. Tapi.... selama dia tinggal di dunia itu, dia mungkin memikirkan banyak hal dengan sendirinya."
"Apa maksudmu?"
"Setelah menunggu selama dua ribu tahun, 'Raja Iblis Agung' yang baru akhirnya lahir. Ini mungkin akan menjadi kesempatan terakhir kami."
Suara Gabriel yang biasanya santai, tertiup oleh angin yang berhembus melewati lantai teratas, dan tidak mencapai telinga Alsiel.
“Sial, kenapa! Kenapa semuanya menjadi seperti ini?”
Sebuah suara tajam menggema di Azure Sky Canopy.
“Ke mana Olba pergi? Kenapa dia belum kembali?”
Tingginya memang hanya sedikit lebih tinggi dari pria dewasa normal, tapi jubah yang menutupi tubuh orang itu, masih tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan ciri-cirinya sebagai Malebranche.... yakni cakar tajam tipis seperti sabit yang ada di kedua tangan kanan dan kirinya.
Pemilik cakar tajam nan cantik dengan panjang melebihi Malebranche normal sekaligus sekuat sabit yang telah diasah itu adalah, kepala suku tertinggi klan Malebranche, Barbariccia.
“Tenanglah, Barbariccia-sama, meski kau membuat keributan, situasinya tidak akan berubah.”
“Diam, Farfar! Bagaimana mungkin aku bisa tenang?”
Malebranche bernama Barbariccia berdiri dengan kekuatan yang cukup untuk membalik kursi, dia kemudian mengayunkan cakarnya ke bawah untuk meluapkan kecemasannya.
Malebranche satunya adalah orang yang dulu mengomandoi perwujudan Geburah, Iron, dia adalah kepala suku muda yang bertemu Maou dan kawan-kawannya di Jepang, Farfarello.
Dia mencoba membujuk pemimpin klan, Barbariccia, sambil memandang meja rapat yang dihancurkan dengan brutal dan sedikit mendesah.
“Raguel! Bukankah kau bersamanya? Ke mana Olba menghilang?”
Barbariccia mengabaikan Farfarello dan menatap pria berambut afro yang duduk di seberang meja dengan cara yang kasar.
“.... Aku juga tidak tahu.”
“Berhenti bercanda! Bagaimana bisa kau tidak tahu?”
“Walau kau bilang begitu, itu tidak akan merubah fakta bahwa aku tidak tahu. Ngomong-ngomong, bukankah situasi sekarang ini sangat buruk? Entah Olba ada atau tidak, itu tidak akan merubah keadaanmu yang tidak menguntungkan, benar?”
“Ughhhh!”
Barbariccia yang menjadi pemimpin seluruh klan Malebranche setelah kematian Jenderal Iblis Malacoda, memandang peta kekaisaran Afashan yang meluncur jatuh dari meja rapat yang dia hancurkan.
“Apa yang sebenarnya terjadi di Fangan dan Kuifan?”
Barbariccia menginjak peta itu sembari menggeretakkan giginya.
“Huft, setidaknya bisa dipastikan kalau itu adalah hal yang benar-benar buruk.”
Raguel mempertahankan postur bersilanya dan memandang Barbariccia yang menginjak peta tanpa bergerak sama sekali.
“Lalu, apa yang akan kau lakukan? Berdasarkan laporan dari Kesatria hakin yang berada di ibukota kerajaan, semua kepala suku Malebranche, selain Libicocco yang tetap berada di Azure Sky Canopy untuk memulihkan diri setelah terluka parah di Jepang, yang tersisa itu hanya ada kalian berdua, kau tahu?”
Suara Raguel sama sekali tidak berisi kekhawatiran.
Tapi kalimat tersebut masih bisa membuat ekspresi Barbariccia dan Farfarello menjadi suram.
“Membantu kami di situasi darurat seperti ini, bukankah itu tugasmu?”
Kali ini, bahkan nada bicara Farfarello pun mulai menjadi kasar, namun malaikat berambut afro itu tetap menjawab dengan dingin.
“Penafsiran kami terhadap kata darurat itu sedikit berbeda. Pertama, bukankah kita sudah sepakat kalau invasi Ente Isla itu sepenuhnya akan ditangani oleh kalian? Atau jika tidak, itu akan merendahkan Raja Iblis Satan. Ditambah lagi, meski kami bilang kalau kami akan membantumu menyusun invasi, kami tidak pernah bilang kalau kami akan bekerja keras membantu kalian sejauh ini.”
“Ka-kau....”
“Dan, kami juga sudah melakukan apa yang semestinya kami lakukan. Kami tidak hanya membiarkan Jenderal Iblis Alsiel yang pantas menjadi pemimpin kalian untuk kembali ke sini, kami bahkan juga membawa pemegang pedang suci lain yang kau inginkan, ayah Pahlawan Emilia. Jangan-jangan meski kita sudah melakukannya sejauh ini, kau ingin bilang kalau kau tidak bisa melakukan sesuatu sendiri?”
Nama Alsiel memang berhasil membuat ekspresi Barbariccia menjadi sedikit lega, tapi sebaliknya, ekspresi Farfarello malah menjadi suram.
“Kita seharusnya mengikuti perintah Maou-sama pada waktu itu....”
“Farfar, apa yang kau katakan?”
“.... Bukan apa-apa.”
“Pokoknya, yang paling penting saat ini adalah memastikan apakah Draghignazzo dan Scarmiglione selamat, lalu menyelidiki identitas pasukan yang berangkat dari Fangan dan menyerang Azure Sky Canopy! Farfar, terbanglah menuju lokasi dan pastikan situasi.......”
Saat Barbariccia menitahkan perintah yang belum dia pikirkan matang-matang, pintu berat menuju ruang rapat tiba-tiba terbuka, dan begitu orang yang membukanya terlihat, Barbariccia dan Farfarello tanpa sadar langsung menegakkan posturnya.
Walau Raguel tidak bergerak, dia menatap pintu yang terbuka tersebut dengan ekspresi agak tegang.
“A.....”
“Alsiel.... sama....”
“Jelaskan situasinya padaku dengan ringkas.”
Setelah mengucapkan kalimat tersebut dengan nada rendah, Alsiel menggerakkan jarinya, lalu, meja yang telah dihancurkan Barbariccia dan peta kusut tadi, dalam sekejap kembali ke bentuk semula.
“Al-Alsiel-sama, aku sudah dengar rincian dunia lain Jepang dari Farfar, meski kau mungkin akan sangat marah sekarang, tapi klan Malebranche sama sekali tidak berniat mengkhianati Raja Iblis....”
“Aku bilang aku ingin kalian menjelaskan situasinya dengan ringkas.”
Terkejut oleh aura Jenderal Iblis, pemimpin Pasukan Raja Iblis baru, Barbariccia, dengan panik membenarkan tindakannya pada Alsiel dengan hormat, namun ia langsung disela oleh kalimat pendek Alsiel.
“Alsiel-sama, izinkan hamba menjelaskannya.”
Menggantikan Barbariccia yang tak bisa berkata apa-apa, Farfarello berdiri di depan meja rapat.
Setelah melirik ekspresi Farfarello yang benar-benar lelah, Alsiel mengangguk dan mengatakan,
“...... Kau, yang memerintah Iron....”
“Itu benar, orang yang bersikap kasar terhadap Raja Iblis Satan dan Jenderal baru MgRonalds Barista Chiho adalah hamba yang rendah ini. Hamba bersedia menerima apa yang akan Alsiel-sama putuskan nanti, tapi hamba mohon izinkan hamba menjawab pertanyaan Alsiel-sama.”
Usai membungkuk sekali, Farfarello menunjuk cakar tajamnya ke arah peta Afashan.
“Malebranche, Olba, dan Raguel-sama... utusan dari Surga, menyerang Afashan bersama-sama, mendiami tempat ini, dan menahan kota-kota utama di Afashan. Lalu, untuk menyambut kedatangan Raja Iblis Satan nantinya, kami memutuskan untuk merebut kembali Kastil Iblis di Benua Utama. Dan untuk memecah belah Aliansi Kesatria Lima Benua yang berencana membangun kembali Benua Utama, kami secara khusus memperkuat kekuatan militer Kesatria Hakin milik Afashan dan membuat mereka menyatakan perang terhadap dunia.”
“Hm.”
“Strategi ini membuahkan hasil, pasukan kesatria manusia pun kembali ke benua asal mereka masing-masing untuk memulai persiapan, dan Benua Utama akhirnya tak memiliki pertahanan. Dengan menuduh Gereja di Benua Barat menyembunyikan pedang suci Pahlawan Emilia, kami berhasil mengguncang keseimbangan militer dari berbagai benua, dan berusaha menyebarkan perselisihan. Hal ini membuat kekuatan di dunia manusia tidak sekuat sebelumnya.'
“Lalu kenapa kalian sekarang menghadapi masalah?”
Alsiel dengan cepat melirik ke arah Raguel yang memandang para iblis itu dengan tatapan geli, dan menanyakan sebuah pertanyaan.
Farfarello menggunakan cakarnya untuk menujuk beberapa lokasi di peta dan berbicara dengan lancar.
“Berbagai kota di Afashan yang dijaga oleh berbagai kepala suku, pasukan Malebranche di bawah mereka, dan Kesatria Hakin yang kami kendalikan, telah kalah secara berturut-turut selama beberapa hari ini.”
“Oh.”
Alsiel menggangguk dengan serius, tapi tatapannya saat ini tidak lagi tertuju pada peta, melainkan menatap tajam Raguel yang sedang mengamati perkembangan situasi.
“Di dua titik antara Azure Sky Canopy dan Fangan, kami menempatkan kepala suku Draghignazzo dan Scarmiglione, tapi setelah mereka berdua putus komunikasi, hamba takut wilayah yang dikendalikan oleh Libicocco, yang sedang menerima perawatan di Azure Sky Canopy karena terluka di dunia lain Jepang, itu mungkin hanya masalah waktu....”
“Begitu ya.”
Alsiel mengangguk tanpa perasaan apapun, menatap Raguel dan melipat tangannya.
“Singkatnya, kalian itu cukup bodoh untuk ditipu oleh kata-kata manis Olba dan para tikus dari Surga, menyia-nyiakan tanah yang dulu kukuasai, dan pada akhirnya, jangankan merebut kembali Kastil Iblis, kalian bahkan telah mengorbankan banyak rakyat Raja Iblis Satan.”
“.... Hamba tak bisa membantahnya.”
“I-itu, tapi Alsiel-sama....”
Farfarello mengangguk dengan patuh, tapi Barbariccia terlihat ingin menyangkal.....
“Diamlah, Barbariccia! Dasar bodoh!!”
Tapi apa yang dia dapatkan adalah cercaan keras dari Alsiel.
“Dengan semuanya yang sudah seperti sekarang, aku tidak akan menegurmu karena menurunkan pasukan tanpa izin. Bagaimanapun, pada akhirnya yang salah adalah kami karena terlalu tak berguna sampai-sampai membuat kalian merasa marah. Tapi! Kenapa kau tidak mengikuti perintah Raja Iblis Satan yang disampaikan melalui Farfarello? Maou-sama seharusnya sudah memerintahkan kalian untuk kembali ke Dunia Iblis!”
“......”
“Hamba benar-benar... malu dengan Maou-sama.”
“Jangan marah begitu! Mereka juga tidak bisa dengan mudah mundur dari apa yang telah mereka lakukan. Dan semuanya berjalan dengan sangat lancar pada awalnya.”
“Itulah yang kalian inginkan, dasar tikus Surga yang bergerak diam-diam di kegelapan.”
Meski sedang menghadapi Raguel yang berbicara mewakili Malebranche, Alsiel tetap terlihat tanpa belas kasih.
“Menyebutku tikus itu terlalu kasar. Kenyataannya, kami berada di pihakmu kali ini. Kami juga membantu membuat banyak persiapan, kau tahu?”
“Aku sudah bosan dengan akting kalian para malaikat. Meski aku tidak tahu untuk tujuan apa kalian menggunakan kami, jangan pikir, aku, Alsiel akan mengikutinya dengan patuh!”
Bergerak lebih cepat dari apa yang bisa digambarkan kata-kata, Alsiel menghilang layaknya kabut dan muncul di belakang Raguel dalam sekejap, dia kemudian mengayunkan cakarnya ke arah kepala yang sangat mudah dibidik dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan sebuah tengkorak.
“Hm?”
Namun lengannya dihentikan oleh seseorang dari belakang.
Dan tidak hanya itu saja.
Apa yang mencengkeram pergelangan tangan Alsiel, yang mana memiliki tubuh paling keras di Dunia Iblis, adalah lengan milik seorang anak kecil.
“K-kau....”
Setelah menoleh dan melihat orang yang mencengkeram tangannya dari belakang ternyata adalah seorang anak kecil berkulit hitam, Alsiel pun terkaget.
Di atas rambut hitamnya, terdapat segumpal rambut berwarna merah.
“Kau, pasti Iron.... kan.... kupikir, kau hanya mendengar perintah Farfarello....”
Alsiel mau tidak mau merasa curiga jika kepala suku Malebranche muda itu mengkhianatinya.
“Oh, mengenai anak itu, pihak kami sebelumnya hanya meminjamkannya, ini bukan berarti pemuda itu mengkhianatimu, jadi kau bisa tenang.”
“Meminjamkan....? Uhm?”
Anak kecil yang terlahir dari Geburah Sephirah, dia tidak hanya bisa menangkis bilah 'Evolving Holy Sword, One Wing' yang telah bergabung dengan Alas Ramus, dia bahkan juga bisa dengan mudah menerbangkan Suzuno yang telah menggunakan seluruh kekuatannya. Dan sekarang, sepertinya, bahkan Jenderal Iblis Alsiel yang memulihkan sihir iblisnya pun tidak bisa bertarung melawan kekuatan tangannya yang begitu mengejutkan.
Iron, dengan ekspresi datar, membalik Alsiel dan melemparnya ke arah dinding di belakang dengan kekuatan yang begitu mengerikan.
“Ugh!”
Meskipun Alsiel bisa menghindari benturan keras, dia tetap tercengang oleh kekuatan yang tak terukur dari tangan anak kecil tersebut.
"Huuuh, mungkin karena kami meminjamkan anak kecil ini, mereka jadi salah paham mengenai banyak hal. Jadi jangan terlalu menyalahkan mereka."
Raguel melirik ke arah Alsiel yang terkejut dan berdiri dengan santainya.
Setelah menepuk kepala Iron, Raguel berjalan menuju Alsiel, kepala berambut afro bergaya berandal itu lalu menunjukan senyum jahat nan kejam,
"Lagipula, Dunia Iblis tidak akan memiliki masa depan."
"Apa....?"
"Ya ampun. Jika kau tampil dengan cukup bagus di pertarungan nanti, hasilnya mungkin akan berbeda. Tapi...."
Momen ketika Raguel selesai berbisik pada Alsiel, tubuh Raguel dan Iron mulai diselimuti cahaya redup, dan menghilang tanpa jejak.
"Iblis harus mati. Ini demi masa depan kami. Haaah, lakukan yang terbaik."
Alsiel, Farfarello, dan Barbariccia hanya bisa diam berdiri melihat malaikat jahat itu menghilang.
"A-apa-apaan si Raguel itu! Jika ini terus berlanjut, jangankan merebut Kastil Iblis, kita mungkin bahkan harus menyerahkan Afashan!"
"..... Sejak awal, kalian Malebranche itu hanya punya kekuatan sebesar itu."
Alsiel melenturkan pergelangan tangannya yang tadi dilempar oleh Iron dan menghela napas di saat yang bersamaan.
"Aku memang tidak tahu ada berapa banyak malaikat lain selain Raguel, tapi dalam skenario terburuknya, meski aku bekerja sama dengan kalian, kita mungkin tidak akan bisa menang melawan satupun dari mereka. Sepertinya kita memang berada dalam belas kasihan mereka."
Dari nada bicara Gabriel, Surga memang ingin menggunakan Alsiel dan Barbariccia untuk melakukan sesuatu, dan pada dasarnya, bahkan Pasukan Raja Iblis baru milik Barbariccia pun, dipergunakan untuk membawa mereka ke tujuan itu.
Tak satupun dari kepala suku Malebranche yang masih bertahan, bisa menandingi kekuatan Malacoda, jadi bisa dikatakan bahwa, sejak mereka dikendalikan oleh para malaikat itu, takdir Barbariccia dan yang lainnya sudah disegel.
"Ta-tapi Alsiel-sama, kami tahu kekuatan para malaikat itu dengan baik. Asalkan kita mendapatkan pedang suci, kita tidak akan lagi hidup dalam belas kasihan mereka. Si Raguel sialan itu, membawa pria yang tak dikenal ke sini dan mengatakan kalau dia adalah ayah Pahlawan Emilia yang memiliki pedang suci...."
Barbariccia nampaknya tidak paham akan kebodohannya dan berbicara kepada Alsiel dengan heran.
Tapi di mata Alsiel, bagi iblis, mendapatkan pedang suci itu saja sudah mustahil.
"Bodoh! 'Evolving Holy Sword, One Wing' milik Emilia itu bukanlah senjata yang sederhana. Pedang itu adalah benda suci yang dibuat menggunakan Yesod Sephirah sebagai intinya, itu adalah sebuah permata yang membuat dunia terlahir dari Pohon Kehidupan. Kita, para iblis, tanpa sihir suci, kalaupun kita mendapatkan pedang suci, kita tidak akan bisa menggunakan kekuatan apapun...."
"Eh? Ti-tidak, Alsiel-sama, bukan seperti itu."
".... Apa?"
Barbariccia meraih ke dalam bajunya dengan panik.
"Kupikir kau sudah tahu ketika Farfar menggunakan Iron..."
Begitu melihat Barbariccia mengeluarkan 'benda itu' dari dalam bajunya, Alsiel membelalakkan matanya kaget.
"Kekuatan Sephirah bukanlah sesuatu yang hanya bisa digunakan malaikat dan manusia."
Sebuah batu ungu kecil terlihat di ujung cakar tajam milik Barbariccia.
Itu adalah sesuatu yang sudah dilihat oleh Alsiel, Ashiya Shirou, berkali-kali sebelumnya... sebuah fragmen dari Yesod Sephirah.
"Seperti yang kau lihat, ini juga bereaksi kuat terhadap sihir iblis kita."
Barbariccia sedikit berkonsentrasi dan menyuntikkan sihir iblis ke dalam fragmen itu melalui cakarnya.
"Ba-bagaimana mungkin... i-ini...."
Sinar ungu redup yang sudah biasa Alsiel lihat, mulai mengelilingi fragmen itu.
Barbariccia menjelaskannya dengan cepat kepada Alsiel yang tercengang.
"Ketika aku mengirim Ciriatto bersama pasukannya menuju dunia lain Jepang, aku pernah mencoba menggunakan fragmen ini dan bola telepati untuk mencari keberadaan pedang suci Emilia. Meskipun rencana itu gagal karena Ciriatto tidak kembali, tapi fragmen ini, setelah diisi dengan sihir iblis, memang pernah menarik fragmen lain sekali."
Alsiel memang tidak pernah melihatnya sendiri, tapi dia tahu kalau Ciriatto yang muncul di atas laut Jepang di Choshi, Chiba, memang memiliki bola telepati yang bisa bereaksi dengan pedang suci Emilia.
Sampai sekarang, Emi hanya pernah melihat Emi menggunakan fragmen Yesod, jadi wajar jika dia meyakini bahwa entah itu pedang suci maupun Sephirah, itu adalah benda-benda yang hanya bisa digunakan oleh mereka yang memiliki sihir suci.
Tapi fakta yang baru saja Barbariccia ungkap, membalik pemikiran tersebut.
"Pedang suci.... Sephirah, mereka bukan benda-benda suci?"
Seolah sedang berbicara dengan dirinya sendiri, Alsiel mencoba menerima fakta tersebut....
".... Ugh!"
Kemudian, dia tiba-tiba kepikiran sesuatu.
Kali ini, akhirnya Alsiel sampai pada ujung tujuan pribadi Gabriel yang ia sebutkan saat berada di balkon Azure Sky Canopy.
"Barbariccia! Farfarello!"
""Ya!!""
"Nord Justina.... Ayah Emilia yang dibawa ke sini bersamaku, di mana dia sekarang?"
"Ya, itu, dia ditahan di salah satu kamar di kastil Azure Sky Canopy... orang itu, apa dia benar-benar ayah Emilia?"
"Jika kau yang memiliki fragmen Yesod sudah mengira sejauh ini.... itu artinya....."
Suatu peristiwa tiba-tiba terlintas di kepala Alsiel.
Di Villa Rosa Sasazuka saat sedang hujan deras.
Di mata Alsiel pada waktu itu, Nord yang dilempar masuk ke dalam kamar oleh Maou, terlihat hanya seperti manusia biasa.
Lalu Maou menghilang di langit bersama seorang gadis berambut perak.
"Nord tidak memiliki pedang suci?"
"I-itu benar....."
Barbariccia dan Farfarello yang tidak dapat menebak pemikiran Alsiel, hanya bisa saling menatap satu sama lain.
Tapi termasuk informasi penting yang barusan dia dapatkan, semua informasi yang Alsiel peroleh hingga hari ini, saling bersimpangan satu sama lain dengan rumit di kepalanya.
Usai memikirkannya sesaat.
"Aku memang tidak tahu tujuan mereka, tapi aku tahu apa yang ingin Gabriel lakukan di sini."
"Eh?"
Alsiel menyusun kembali informasi di dalam kepalanya, dan mendecapkan lidahnya dengan tidak senang.
"Aku benar-benar tak berguna, jangan bilang tak ada strategi lain untuk memecahkan situasi ini selain mengikuti apa yang mereka inginkan?"
"Apa... apa ada sesuatu yang salah...."
Alsiel berjalan menuju meja rapat, menyusuri titik-titik di peta dan mengatakan,
"Sederhananya, orang yang membunuh para kepala sukumu dan menuju Azure Sky Canopy adalah Pahlawan Emilia."
"E-Emilia?"
"Bu-bukankah Emilia berada di dunia lain Jepang?"
"Emilia kembali ke Ente Isla beberapa minggu lalu. Para malaikat itu dan Olba Meyers sepertinya menggunakan cara paksa untuk membuat Emilia menurut, mengangkat senjata, dan merangsek menuju ibukota ini. Dan tujuan mereka adalah membuat Emilia membunuh kita di sini."
"A-apa katamu....?"
"U-untuk apa....?"
"Berdasarkan deduksiku, tujuan sebenarnya Raguel dan Surga adalah melemahkan Dunia Iblis, dan menggunakan pertarungan melawan para iblis untuk menaikkan harapan dan kepercayaan penduduk Ente Isla."
Alsiel menatap tanda-tanda yang berada di peta Kekaisaran Afashan, tanda-tanda serangan dari sebuah pasukan misterius yang berturut-turut mengalahkan para kepala suku Malebranche yang menguasai Afashan.
"Emilia sialan.... meskipun dia sangat banyak bicara kemarin, pada akhirnya dia tetap terlibat dalam situasi yang merepotkan...."
"Alsiel-sama?"
"Barbariccia, setelah aku kembali ke sini, berapa hari telah terlewati?"
"Ya? Uh, i-itu, dengan waktu dari tempat ini, itu sudah tujuh hari."
"Tujuh hari ya.... Hm."
Alsiel dengan cepat menyusun situasi di kepalanya.
Kesampingkan dulu masalah Gabriel, karena tujuan Olba dan Raguel adalah untuk membuat Emilia mengalahkan Alsiel, maka sebelum Alsiel mendapatkan kembali sihir iblis dan berubah kembali ke wujud iblisnya, mereka mungkin tidak akan menyerang Azure Sky Canopy.
Sebaliknya, karena Alsiel sudah terbangun, tidaklah sulit untuk membayangkan Raguel menghubungi Olba, memintanya untuk merubah jalurnya menuju Azure Sky Canopy.
Karena Alsiel tidak tahu ada berapa banyak malaikat lain selain Gabriel dan Raguel, meski dia mendapatkan kembali wujud iblisnya, mereka tidak boleh bertindak ceroboh.
Meski Alsiel tidak tahu alasannya, bagi Emi yang dengan patuh bersedia bergabung dengan pasukan Olba, itu berarti mungkin dia menemui situasi yang tidak bisa dipecahkan dengan kekuatan bertarung.
Walau dia sendiri tidak sadar, anehnya, Alsiel saat ini sedang memikirkan cara untuk memecah keadaan sulit ini bersama Emilia, sebelum Surga bisa bertindak.
"..... Alsiel... sama...."
Farfarello dengan cemas memandang sang Jenderal yang sedang terdiam, tapi setelah beberapa saat, Alsiel membuka mulutnya dan berbicara,
'Minggu ini, jadwal kerja Maou-sama adalah, senin shift pagi pulang cepat, selasa shift malam, rabu seharian penuh, kamis shift siang dan menggantikan manager sampai shift sore, jumat shift siang sampai tutup, sabtu libur, minggu seharian penuh, lalu senin depannya libur lagi, selasa shift pagi......'
"Eh?"
Alsiel terus mencelotehkan kata-kata yang terdengar sangat aneh bagi kedua Malebranche.
"Farfar, ada apa dengan Alsiel-sama?"
"A-aku tidak tahu... Setauku sepertinya itu adalah bahasa dunia lain..."
Mangabaikan Malebranche yang sedang berbisik-bisik, Alsiel terus berpikir.
'Kuncinya adalah apakah dia bisa menemukan orang yang bisa menggantikan shift minggu seharian penuh, dan shift kamis yang bertugas menggantikan manager. Situasi pekerjaan karyawan lain di hari itu seharusnya tidak terlalu ketat. Tapi akan lebih pantas beranggapan kalau Maou-sama bisa bertindak, paling cepat, itu adalah kamis siang.'
Sebelum terjadi insiden si Villa Rosa Sasazuka, Alsiel sudah membuat persiapan untuk Maou guna mengejar Emi dan Alas Ramus.
Jika Ooguro Amane manyampaikan kata-kata Alsiel kepada Maou dengan benar, maka Maou pasti akan mengambil tindakan.
'Bahkan jika hanya satu detik, asalkan kita bisa terus hidup..... Barbariccia!'
"Y-ya!"
Barbariccia yang tiba-tiba dipanggil, dengan panik langsung menegakkan posturnya.
"Bagaimana dengan Unifying Azure Emperor? Jangan-jangan kau sudah membunuhnya?"
Hingga saat ini, Alsiel belum melihat sang pemegang kekuasaan mutlak tertinggi di Benua Timur alias Kekaisaran Afashan... yakni Unifying Azure Emperor.
"Tidak, karena orang tua itu adalah simbol Afashan dan sangat penting ketika digunakan untuk menyatakan perang terhadap seluruh dunia, agar dia tidak sekarat karena sihir iblis dari kami, kami mengirim Kesatria Seisuikin yang bisa menggunakan barrier untuk bertugas, dan menempatkannya di rumah tahanan di menara kastil kecil 'Cloud Detached Palace'."
"Hm, keputusan yang cukup bagus."
Alsiel mengangguk.
"Aku punya sesuatu yang ingin kukatakan pada Unifying Azure Emperor. Tunjukan jalannya."
"Ya? T-tapi...."
"Jangan khawatir dengan malaikat-malaikat itu."
Alsiel memegang erat keyakinannya.
"Aku sementara akan bertindak sesuai keinginan mereka, dan bekerja sedikit sebagai seorang aktor."
Walaupun mereka berdua terlihat bingung, kedua kepala suku Malebranche itu mematuhinya dan membawa Alsiel menuju menara kastil kecil yang tadi mereka sebutkan.
Gabriel yang sedang berada di atap, menyaksikan mereka sambil tersenyum kecut.
"Bekerja sebagai aktor ya. Baiklah, aku mengerti. Tapi sejalan dengan itu, kau harus menari dengan baik, okay?"
Lalu usai menepuk tangannya sekali, dia tiba-tiba menghilang dari tempatnya berada.
Dengan di bawah bendera kedatangan kedua Pahlawan Emilia, Pasukan Kesatria Hakin yang berangkat dari Fangan dan menyebut diri mereka 'Fangan Milita' mulai bertarung dari area sebelah barat Ibukota Kerajaan Azure Sky Canopy, mereka berencana membebaskan berbagai kota yang dikuasai oleh pasukan yang dipimpin para kepala suku Malebranche.
Milita berturut-turut mengambil alih kota-kota yang telah dikuasai oleh anggota Pasukan Raja Iblis baru, yaitu kepala suku Malebranche, dan pada akhirnya, mereka berhasil mencapai kota besar sebelum Azure Sky Canopy, Kuifan.
Pertarungan pengepungan dimulai dengan keuntungan besar dari pihak Milita.
Karena Kuifan merupakan sebuah kota pedagang, kota ini tidak memiliki dinding kokoh ataupun bangunan pertahanan, jalan yang lebar dengan mudah dimasuki oleh pasukan besar, dan Milita menumpas Malebranche yang ada di hadapan mereka dalam sekejap mata.
Kepala suku Malebranche yang mendiami Kuifan, Scarmiglione telah dipojokkan.
“Lapor! Garis depan pasukan Jokokin telah berhadapan dengan kepala suku musuh! Mereka sudah mulai bertarung sekarang!”
Ketika si pembawa pesan berlari masuk ke dalam tenda operasi Milita dan melaporkan informasi itu, Emi perlahan berdiri.
“Biarkan aku pergi. Kekuatan para kepala suku ini benar-benar berbeda dengan Malebranche normal, dengan kekuatan tempur yang tidak cukup, pertarungan ini tidak akan bisa dimenangkan.”
Emi tidak menggunakan pedang sucinya, melainkan mengambil pedang yang Olba siapkan untuknya dan bersiap meninggalkan tenda, tapi dia dihentikan oleh sebuah suara.
“Tidak, kau tidak perlu melakukannya.”
Emi menoleh dan menatap tajam penasehat pihak Milita, Olba, yang tetap berada di tenda dan bersiaga.
“Olba, apa kau ingin Kesatria Hakin mati sia-sia? Kalau aku pergi, ini akan berakhir dalam sekejap.”
“Meskipun kau benar, seorang Jenderal tidak seharusnya memasuki medan perang dengan begitu mudahnya. Tak masalah jika mereka mengalami pertarungan yang sulit, tapi jika Jenderal muncul ketika pasukan sedang berada dalam keadaan menguntungkan, itu akan berdampak pada moral pasukanku!”
“Tapi.....!”
Tangan Emi yang ia gunakan untuk memegang gagang pedang, gemetar.
“Emilia, kau adalah Jenderal simbolik dari Milita ini. Tolong jangan bertindak terlalu gegabah. Keberanianmu saja sudah cukup untuk memberikan mereka keteguhan.”
“Ugh.....”
Emi melirik ke arah perwira pasukan Hakin yang sudah bersiap siaga di tenda semenjak meninggalkan Fangan.
Mereka semua sama sekali tidak mengerti tujuan Emi, dan wajah mereka dipenuhi dengan harapan dan keteguhan.
“Kalau begitu, setidaknya aku bisa memberikan saran. Karena kemenangan kita sudah dipastikan, kita tidak perlu membuat lebih banyak lagi pengorbanan. Berikan peringatan menyerah pada pasukan Malebranche. Tujuan kita adalah untuk membebaskan Kuifan, bukan melakukan pembantaian sepihak.....”
Emi memberikan saran dengan wajah yang nampak seperti memohon, tapi Olba menjawabnya dengan terkejut,
“Emilia, apa kau bilang kita harus melepaskan para iblis itu?”
“Itu......”
Seluruh tatapan orang yang ada di tenda tertuju ke arah Emi.
Emi tidak bisa langsung menjawab pertanyaan Olba.
Emi tidak sanggup menata perasaannya yang tak dapat memberikan jawaban, saat pembawa pesan lain berlari memasuki tenda,
“Ada sebuah Idea Link dari pasukan garis depan! Pesan penting! Itu adalah pesan penting!”
Belum ada lima menit semenjak transmisi terakhir, namun sudah terdapat kegembiraan di wajah tentara tersebut, melihat hal itu, Emi menarik napasnya merasa putus asa.
“Pesan penting dari pasukan garis depan! Berhadapan dengan kepala suku Malebranche, mereka berhasil mengalahkan musuh setelah pertarungan sengit! Kepala suku musuh sudah dipastikan tewas! Kita berhasil membebaskan Kuifan!”
“Uoooohhh!!”
Tenda dibanjiri dengan sorakan, meski Emi jelas-jelas menunjukan ekspresi kaku, tak satupun dari mereka yang ada di tempat itu menyadarinya.
Kabar yang pembawa pesan itu bawa dengan gembira adalah apa yang paling Emi takuti.
“Itu hanya...... seorang iblis, yang telah lenyap hanyalah musuh manusia....”
Ketika semua orang tenggelam ke dalam euforia keberhasilan pembebasan Afashan, di dalam Milita, hanya Emi yang diam memeluk kakinya, berjongkok di dalam tenda yang kosong.
“Itu benar, ini adalah balasan. Mereka ingin menguasai Ente Isla meniru Pasukan Raja Iblis, mereka adalah sisa-sisa dari Dunia Iblis.... mereka hanyalah iblis mengerikan yang seharusnya manusia kalahkan.... dan mereka hanya berkurang satu.”
Suara Emi saat dia sedang menggumam sendiri sama sekali tak berisi emosi, seolah dia hanya murni merunut fakta tanpa perasaan apapun.
“Iblis, adalah musuh. Mereka adalah musuh Ente Isla dan musuhku, asalkan kita membunuh mereka, dunia akan mendapatkan kembali kedamaiannya....”
'Apa... sebenarnya iblis itu?'
“Ugh.”
Takut akan suara yang berasal jauh dari dalam hatinya, Emi memeluk tubuhnya dengan erat seolah ingin memeras sesuatu dan membuat dirinya semakin kecil.
“Mu-musuh. Iblis adalah musuh manusia. Musuh mengerikan, yang telah mengancam manusia.....”
'… mirip sekali dengan Malebranche di hari itu... mirip seperti kepala suku Malebranche bodoh yang sangat yakin kalau mereka bisa melakukan balas dendam untuk Raja Iblis Satan dan para Jenderal Iblis.'
“Ugh!!”
Emi memegangi kepalanya dan mengerang.
Dia seharusnya sudah mengetahui hal ini.
Selama periode lebih dari setahun ini, dia sudah melihat dunia, manusia, dan iblis yang benar-benar berbeda.
“Kenapa... meskipun yang mati adalah iblis, aku masih sangat....”
Dia tidak ingin bilang kalau musuh juga punya masalah mereka sendiri.
Dia memang memiliki keraguan di hatinya, tapi jika dia menghadapi Maou dan para iblis itu, dia tetap menganggap mereka sebagai musuh.
Namun, yang telah mati adalah kepala suku Malebranche yang tidak pernah dia lihat, tapi kenapa dia terasa dicengkeram oleh perasaan bersalah seperti ini.
Jika para Malebranche tidak dikalahkan di sini, Kuifan akan terus dikuasai oleh iblis.
Untuk membebaskan rakyat Kuifan, bertarung adalah pilihan yang tepat.
“....Mama.”
Saat ini, secara mental Emi benar-benar lelah, sampai dia tidak bisa mendengar panggilan Alas Ramus di dalam tubuhnya.
Emi berdiri dengan lemah, dan tanpa bisa menata perasaan kuat yang telah mengacaukan pikiranya, dia kembali ke tenda pribadinya, dan jatuh di ranjang bahkan tanpa melepas armornya.
Emi, berbaring di atas tempat tidurnya dengan lemah, memasuki alam mimpi dengan keadaan yang mirip seperti kematian.
“....Ugh.”
Emi tertidur dengan seringai di wajahnya, Alas Ramus kemudian muncul di sebelahnya, dan menggunakan tangan kecilnya untuk menyentuh pipi mamanya yang sudah sangat kelelahan.
Kali ini,
“Uu?”
Alas Ramus menatap ke arah langit-langit seolah menyadari sesuatu.
“Siapa itu?”
Walaupun sesaat dia merasakan sebuah kehadiran yang begitu nostalgia, seperti sebuah kerikil di padang pasir, hal itu seketika menghilang di dalam keberadaan dunia.
Meski begitu, Alas Ramus tetap meletakkan tangannya di atas dahi, dan memandang kegelapan sekitar untuk waktu yang sangat lama.
XxxxX
“Ah~h berantakan sekali.”
“.....”
“Kau juga mendengarkannya kan? Aku sudah menghentikan mereka sebelumnya, okay?”
“.....”
“Hey~ ayolah bicara sebentar, ini tidak seperti kita tidak saling mengenal.”
“.... Apa yang kau rencanakan?”
“Oh, akhirnya kau mau berbicara.”
Tempat ini adalah tahta di puncak kastil Azure Sky Canopy. Di ruang tahta di mana Unifying Azure Emperor yang memerintah kekaisaran Afashan seharusnya berada, sekelompok orang tergeletak di atas lantai.
Yang tergeletak di atas lantai adalah orang-orang kuat dari Pasukan Kesatria Hakin.
Orang yang menyebabkan mereka terbaring di lantai ruang tahta adalah....
“Bagaimana, Ashiya-kun, tidak, Jenderal Iblis Alsiel, seperti apa rasanya singgasana Azure Sky Canopy, setelah kembali mendudukinya untuk waktu yang sangat lama??”
“.....Ini menjijikkan.”
Dua buah ekor yang mirip seperti tulang melambai dengan tidak sabar, dari singgasana, Alsiel menatap tajam Gabriel yang sedang bersandar di tiang dekat pintu masuk dan memandang ke arah singgasana dengan riang.
Meskipun kain UNIxLO robek yang tidak dapat menahan perubahan ukuran masih menempel di tubuhnya, aura keberadaan iblis itu tetap terasa begitu murni.
“Malaikat Agung Gabriel, apa yang kau rencanakan?”
“Aku tidak merancanakan apa-apa. Kami para malaikat tidak akan secara khusus membantu manusia, dan tempat ini bukanlah jepang, kau sadar akan hal ini, kan? Hey, berbahagialah! Kau akhirnya kembali ke Ente Isla yang sangat kau rindukan. Sihir iblismu juga telah sepenuhnya pulih, kau tidak perlu lagi menggunakan tangga ketika kau pergi ke supermarket, kau juga tidak perlu lagi memelototi label harga cairan pembersih.”
Gabriel membentangkan tangannya, dan memperlihatkan postur yang mencurigakan,
“Huft, aku tahu ini memang seperti bohong. Maaf maaf.”
Karena Alsiel sama sekali tidak merespon, Gabriel hanya bisa mengakhiri percakapan tersebut sendiri.
“.... Apa ini benar-benar Azure Sky Canopy?”
“Benar sekali. Apa kau ingin melihatnya?”
“Hmph.”
Alsiel menjawab singkat, turun dari singgasana, dan melewati Gabriel.
“Ugh.... Ugh.....”
Seolah ingin mengejar punggung iblis itu, para kesatria yang terbaring di lantai mengerang.
“Bodoh sekali~ mereka tetaplah para elit Afashan, Kesatria Hakin, tapi kenapa semuanya sulit untuk ditangani. Meski aku sudah memberitahu mereka kalau mereka tidak akan bisa mengalahkanmu dan menyuruh mereka agar tidak bertindak sembrono, mereka malah panik melihat perubahanmu, sampai-sampai aku tidak bisa menghentikan mereka tepat waktu. Terima kasih sudah tidak membunuh mereka.”
“.... Tidak ada gunanya membunuh mereka, membunuh mereka itu percuma.”
Usai berjalan keluar menuju balkon puncak kastil, Alsiel menggumam.
Ketika Ashiya mendapatkan kembali wujud Alsiel nya, Pasukan Kesatria Hakin yang bertugas mengawasinya sekejap menjadi panik.
Mereka sebenarnya ingin mengikat Alsiel yang terlihat tidak ingin melakukan apa-apa ke tahta, tapi pada akhirnya mereka malah berakhir seperti ini.
Meskipun dia melihat pemandangan ibukota Afashan di depan mata kepalanya sendiri, ekspresi Alsiel sama sekali tidak berubah dan malah balik menatap Gabriel yang memasang senyum remeh di wajahnya.
“Pekerjaan macam apa yang hendak kau paksa padaku?”
“Oh, kau tahu?”
“Ayah Emilia muncul di apartemen itu hanyalah sebuah kebetulan. Jika kekacauan terjadi di sekolah Sasaki Chiho, wajarnya Bell lah yang akan bertindak. Karena itu, tujuanmu pasti aku.”
“Bisa saja itu Lucifer dan Satan?”
“Jika memang demikian, kau seharusnya datang ketika mereka berada di rumah. Kau bukanlah tipe orang yang akan menyerang tanpa memastikan target lebih dulu.”
“Haha, baik baik, memang seperti itu. Pekerjaanmu sederhana. Kau hanya harus duduk di tahta itu. Apa yang terjadi selanjutnya akan berkembang dengan sendirinya.”
“....”
Setelah menoleh dan menatap tatapan remeh Gabriel, Alsiel menutup matanya sesaat untuk berpikir.
“Aneh sekali.”
“Eh?”
“Kalau begitu, kenapa kau membiarkanku melihat keluar?”
“Uh? Apa ada masalah?”
“Jika kau memang berencana membiarkanku duduk di singgasana ini, maka Gabriel, kau tidak mungkin akan mengizinkan memastikan situasi di luar. Memastikan situasi ibukota kerajaan, Azure Sky Canopy, di mana sama sekali tak terlihat ada Malebranche.”
“....Oohhh.”
Meskipun nada Gabriel terdengar tenang, ekspresinya tak disangka terlihat takjub.
“Bahkan, kau tidak seharusnya muncul di hadapanku. Pekerjaan menculikku, seharusnya dilakukan oleh Malebranche dan manusia, benar?”
“Boleh aku bertanya kenapa kau berpikir seperti itu?”
“Sederhana. Karena meski semua kepala suku Malebranche menyerangmu bersamaan, mereka bukanlah tandinganmu. Dan kalian bukanlah eksistensi mulia seperti yang dipuja-puja oleh manusia di alkitab. Kalau begitu, akan lebih sederhana untuk berpikir kalau semua ini adalah karena aksi dari Surga. Olba Meyers dan Barbariccia, keduanya telah tertipu oleh kata-kata manis kalian, itulah kenapa kau berada di sini sekarang, benar?”
“.....”
“Begitu seseorang melihat figur para malaikat, mereka akan menyimpulkan bahwa, entah Malebranche sedang membangun Pasukan Raja Iblis baru, ataupun Afashan menyatakan perang terhadap benua lain ketika dikendalikan oleh Malebranche, itu hanyalah hal yang terjadi di permukaan. Tujuanmu tersembunyi di balik semua ini. Logikanya, bukan kau yang seharusnya muncul di hadapanku.”
“Hm..... ini akan jadi sangat merepotkan.”
Gabriel menggaruk perutnya dengan kasar, dan memperlihatkan postur menyerah.
“Ini seperti apa yang kau simpulkan. Aku tidak seharusnya muncul di hadapanmu. Orang yang seharusnya ada di sampingmu ketika kau terbangun, adalah Barbariccia. Itu demi.....”
“.... membuat kesan kalau 'Alsiel telah kembali', benar?”
Alsiel menyela Gabriel dan berbicara.
“Rasanya seperti pahlawan besar dari alam semesta.”
“Karena di antara keempat Jenderal, hanya akulah yang tidak memiliki catatan bertarung dengan Emilia.”
“Kau sama sekali tidak membantahnya.... ya? Untuk situasi ini, haruskah aku yang membantah?”
“Aku dengar beberapa orang menyebar rumor palsu tentang pertarungan yang terjadi di Kastil Iblis di Benua Utama. Jika situasinya berubah menjadi Jenderal Iblis Alsiel kembali ke Afashan yang dikendalikan oeh Malebranche, semua orang akan merasa kalau Pasukan Raja Iblis akan menyerang lagi.”
“Yeaaahh, terus?”
“Dan kemudian.... orang-orang di Ente Isla akan berharap kalau sang Pahlawan kembali, dan menumpas Pasukan Raja Iblis yang menyerang lagi. Karena hal inilah, kalian menggunakan suatu cara untuk membuat Emilia tetap berada di sini, kan?”
“Karena kau sudah berbicara sejauh ini, maka aku akan mendengarkannya sampai akhir.”
".... Kebangkitan Pasukan Raja Iblis dan kemunculan Sang Pahlawan. Orang-orang pasti berharap Sang Pahlawan menang, dan faktanya, kalian mungkin berencana membuat Barbariccia dan aku dikalahkan oleh Emilia. Kemunculan Pahlawan Emilia, mengusir Pasukan Raja Iblis yang kembali berencana menguasai Afashan, dan sekali lagi membawa cahaya pada Ente Isla. Sebuah naskah yang sangat mudah dipahami."
"Kurasa ini tidak sebegitu mudahnya dipahami.... huh, karena kau adalah salah satu orang yang terlibat, maka akan lebih mudah untuk menyimpulkan."
"Tapi di sini, ada dua pertanyaan. Kenapa kalian baru mengungkap keberadaan Emilia sekarang? Kenapa kalian para malaikat mengendalikan semuanya di balik bayangan? Alasan pengungkapan keberadaan Emilia, yang awalnya harus disingkirkan, itu bisa disimpulkan demi membuat Gereja mengakui rencana licik Olba Meyers guna efek pemurnian diri. Sementara untuk alasan kenapa kalian bergerak di balik bayangan, aku masih belum bisa melihatnya."
"Yeah, karena kami tidak pernah membiarkanmu melihatnya."
Setelah Alsiel mengabaikan Gabriel yang masih menghadapi hal ini dengan remeh, malaikat agung itu mulai berbicara,
"Tapi apapun alasannya, kami ini tetaplah malaikat. Mungkin kami memang berniat melemahkan kekuatan iblis di dunia iblis, dan agar bisa melindungi kedamaian Ente Isla di masa yang akan datang, kami secara khusus memancing para iblis itu keluar, memberikan harapan pada orang-orang....."
"Kalian, yang bahkan tidak bertindak ketika Pasukan Raja Iblis menguasai 80% wilayah Ente Isla di tangan kami, masih berani berkata seperti itu?"
".... Itu benar."
"Kalian tidak mungkin akan bertindak di balik bayangan hanya untuk menyingkirkan sekelompok kepala suku Malebranche. Jika tidak, kalian pasti akan diam-diam mengubur Raja Iblis dan aku ketika kami berada di Jepang... Gabriel, apa tujuanmu?"
"Hm? Apa maksudmu?"
"Selama kita terus membuang-buang waktu di sini, Emilia pasti akan segera datang ke tempat ini, memerangiku dan Malebranche, dan dengan begitu, hal tersebut paling tidak akan mengurangi jumlah iblis dan memenuhi tujuan membuat manusia Ente Isla menemukan harapan lagi. Tapi.... kau tidak berencana membiarkan semuanya berkembang seperti itu."
"Kenapa kau berpikir begitu?"
"Ada banyak alasan. Seperti membiarkanku melihat keluar, memberikanku waktu dan bahan untuk memahami situasi dan lain sebagainya. Dari informasi ini saja, bisa disimpulkan kalau kau ingin menggunakan Emilia dan aku membantu melakukan sesuatu. Dan itu tidak lain untuk 'tujuan asli Surga'."
".... Ternyata, kau memang bukan sekedar orang yang akan bingung dengan ukuran telur di supermarket ya."
"..... Kau... Di mana kau menyembunyikan mata-mata itu, dasar tikus kotor!"
Alsiel yang terus berbicara dengan tegas selama ini, terguncang untuk yang pertama kalinya karena hal tersebut.
Gabriel tersenyum kecut, terduduk di pinggiran balkon, dan memandang ke kejauhan kota di bawah Azure Sky Canopy.
"Maafkan aku. Tapi aku tidak menempatkan harapan apapun pada kau dan Emilia. Seperti yang kau pikirkan, tujuan luar dari sandiwara ini adalah untuk membuatmu dan Malebranche dikalahkan oleh Emilia. Untungnya kami juga bisa menemukan Nord Justina. Mencoba membuat Emilia mengalahkan Jenderal Iblis, menyelamatkan Ente Isla sekali lagi, dan menyusun sebuah pertemuan yang telah ditakdirkan dengan ayahnya yang telah terpisah darinya selama bertahun-tahun. Itu pasti akan sangat menyentuh dan layak mendapatkan piala Oscar."
"........"
"Dan kemudian, aku hampir saja lelah dengan sandiwara semacam ini."
"........"
"Aku sangat takut. Yesod dan Geburah, mereka seharusnya adalah eksistensi yang tidak boleh diganggu. Ketika aku menculikmu di Jepang, aku sudah bertemu dengan darah 'Hitam' pekat. Dia benar-benar menakutkan~ di momen yang sangat langka, kupikir aku akan mati."
"Hitam pekat....?"
"Aku, ingin menyelamatkan Surga."
"Apa katamu?"
Tanya Alsiel dengan suara rendah,
"Surga belum diserang oleh siapapun kan?"
"Itu benar."
Gabriel tersenyum kecut.
"Surga bermaksud melakukan kesalahan yang sama. Mereka menyebut satu-satunya kesempatan yang hanya bisa mereka temui di masa lalu ini sebagai 'Bencana Besar', tapi mereka bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Hanya untuk menikmati perdamaian monoton saat ini. Tapi menyedihkannya, aku tidak bisa melakukan apa-apa sendirian. Meskipun aku ini orang tampan yang kuat, aku tetap tak bisa melakukan apapun yang menentang tirani mayoritas."
"......"
"Ada sebuah kesempatan untuk menyangkal tadi. Tapi, meskipun mereka adalah orang-orang yang tak berguna, bagiku mereka tetaplah rekan yang tidak bisa kutinggalkan. Tidak peduli betapa bodoh, malas, dan arogannya mereka, mereka tetaplah rekan yang menghabiskan waktu 10.000 tahun bersamaku."
"10.000 tahun itu terlalu berlebihan. Bahkan bagi iblis pun, tak ada yang hidup melebihi 4.000 tahun."
"..... Kau benar-benar tidak cocok dengan lelucon."
Gabriel tersenyum dari dasar hatinya, melompat turun dari pinggiran balkon dan meregangkan otot-ototnya.
"Aku hanya ingin meminta satu hal padamu. Ketika Emilia datang ke sini, aku harap kau bisa membentangkan pertarunganmu dengannya sebaik mungkin. Mengingat waktunya, aku ingin kau bertarung dengannya selama dua hari atau lebih."
"....."
Setelah menepuk pundak Alsiel, Gabriel perlahan pergi.
Alsiel mengikuti punggung Gabriel dengan pandangannya.
"Ketika kami pertama kali bertemu, aku awalnya tidak mengharapkan apapun dari pria itu. Karena dia bermaksud mengorbankan nyawa dengan begitu mudahnya. Tapi.... selama dia tinggal di dunia itu, dia mungkin memikirkan banyak hal dengan sendirinya."
"Apa maksudmu?"
"Setelah menunggu selama dua ribu tahun, 'Raja Iblis Agung' yang baru akhirnya lahir. Ini mungkin akan menjadi kesempatan terakhir kami."
Suara Gabriel yang biasanya santai, tertiup oleh angin yang berhembus melewati lantai teratas, dan tidak mencapai telinga Alsiel.
XxxxX
“Sial, kenapa! Kenapa semuanya menjadi seperti ini?”
Sebuah suara tajam menggema di Azure Sky Canopy.
“Ke mana Olba pergi? Kenapa dia belum kembali?”
Tingginya memang hanya sedikit lebih tinggi dari pria dewasa normal, tapi jubah yang menutupi tubuh orang itu, masih tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan ciri-cirinya sebagai Malebranche.... yakni cakar tajam tipis seperti sabit yang ada di kedua tangan kanan dan kirinya.
Pemilik cakar tajam nan cantik dengan panjang melebihi Malebranche normal sekaligus sekuat sabit yang telah diasah itu adalah, kepala suku tertinggi klan Malebranche, Barbariccia.
“Tenanglah, Barbariccia-sama, meski kau membuat keributan, situasinya tidak akan berubah.”
“Diam, Farfar! Bagaimana mungkin aku bisa tenang?”
Malebranche bernama Barbariccia berdiri dengan kekuatan yang cukup untuk membalik kursi, dia kemudian mengayunkan cakarnya ke bawah untuk meluapkan kecemasannya.
Malebranche satunya adalah orang yang dulu mengomandoi perwujudan Geburah, Iron, dia adalah kepala suku muda yang bertemu Maou dan kawan-kawannya di Jepang, Farfarello.
Dia mencoba membujuk pemimpin klan, Barbariccia, sambil memandang meja rapat yang dihancurkan dengan brutal dan sedikit mendesah.
“Raguel! Bukankah kau bersamanya? Ke mana Olba menghilang?”
Barbariccia mengabaikan Farfarello dan menatap pria berambut afro yang duduk di seberang meja dengan cara yang kasar.
“.... Aku juga tidak tahu.”
“Berhenti bercanda! Bagaimana bisa kau tidak tahu?”
“Walau kau bilang begitu, itu tidak akan merubah fakta bahwa aku tidak tahu. Ngomong-ngomong, bukankah situasi sekarang ini sangat buruk? Entah Olba ada atau tidak, itu tidak akan merubah keadaanmu yang tidak menguntungkan, benar?”
“Ughhhh!”
Barbariccia yang menjadi pemimpin seluruh klan Malebranche setelah kematian Jenderal Iblis Malacoda, memandang peta kekaisaran Afashan yang meluncur jatuh dari meja rapat yang dia hancurkan.
“Apa yang sebenarnya terjadi di Fangan dan Kuifan?”
Barbariccia menginjak peta itu sembari menggeretakkan giginya.
“Huft, setidaknya bisa dipastikan kalau itu adalah hal yang benar-benar buruk.”
Raguel mempertahankan postur bersilanya dan memandang Barbariccia yang menginjak peta tanpa bergerak sama sekali.
“Lalu, apa yang akan kau lakukan? Berdasarkan laporan dari Kesatria hakin yang berada di ibukota kerajaan, semua kepala suku Malebranche, selain Libicocco yang tetap berada di Azure Sky Canopy untuk memulihkan diri setelah terluka parah di Jepang, yang tersisa itu hanya ada kalian berdua, kau tahu?”
Suara Raguel sama sekali tidak berisi kekhawatiran.
Tapi kalimat tersebut masih bisa membuat ekspresi Barbariccia dan Farfarello menjadi suram.
“Membantu kami di situasi darurat seperti ini, bukankah itu tugasmu?”
Kali ini, bahkan nada bicara Farfarello pun mulai menjadi kasar, namun malaikat berambut afro itu tetap menjawab dengan dingin.
“Penafsiran kami terhadap kata darurat itu sedikit berbeda. Pertama, bukankah kita sudah sepakat kalau invasi Ente Isla itu sepenuhnya akan ditangani oleh kalian? Atau jika tidak, itu akan merendahkan Raja Iblis Satan. Ditambah lagi, meski kami bilang kalau kami akan membantumu menyusun invasi, kami tidak pernah bilang kalau kami akan bekerja keras membantu kalian sejauh ini.”
“Ka-kau....”
“Dan, kami juga sudah melakukan apa yang semestinya kami lakukan. Kami tidak hanya membiarkan Jenderal Iblis Alsiel yang pantas menjadi pemimpin kalian untuk kembali ke sini, kami bahkan juga membawa pemegang pedang suci lain yang kau inginkan, ayah Pahlawan Emilia. Jangan-jangan meski kita sudah melakukannya sejauh ini, kau ingin bilang kalau kau tidak bisa melakukan sesuatu sendiri?”
Nama Alsiel memang berhasil membuat ekspresi Barbariccia menjadi sedikit lega, tapi sebaliknya, ekspresi Farfarello malah menjadi suram.
“Kita seharusnya mengikuti perintah Maou-sama pada waktu itu....”
“Farfar, apa yang kau katakan?”
“.... Bukan apa-apa.”
“Pokoknya, yang paling penting saat ini adalah memastikan apakah Draghignazzo dan Scarmiglione selamat, lalu menyelidiki identitas pasukan yang berangkat dari Fangan dan menyerang Azure Sky Canopy! Farfar, terbanglah menuju lokasi dan pastikan situasi.......”
Saat Barbariccia menitahkan perintah yang belum dia pikirkan matang-matang, pintu berat menuju ruang rapat tiba-tiba terbuka, dan begitu orang yang membukanya terlihat, Barbariccia dan Farfarello tanpa sadar langsung menegakkan posturnya.
Walau Raguel tidak bergerak, dia menatap pintu yang terbuka tersebut dengan ekspresi agak tegang.
“A.....”
“Alsiel.... sama....”
“Jelaskan situasinya padaku dengan ringkas.”
Setelah mengucapkan kalimat tersebut dengan nada rendah, Alsiel menggerakkan jarinya, lalu, meja yang telah dihancurkan Barbariccia dan peta kusut tadi, dalam sekejap kembali ke bentuk semula.
“Al-Alsiel-sama, aku sudah dengar rincian dunia lain Jepang dari Farfar, meski kau mungkin akan sangat marah sekarang, tapi klan Malebranche sama sekali tidak berniat mengkhianati Raja Iblis....”
“Aku bilang aku ingin kalian menjelaskan situasinya dengan ringkas.”
Terkejut oleh aura Jenderal Iblis, pemimpin Pasukan Raja Iblis baru, Barbariccia, dengan panik membenarkan tindakannya pada Alsiel dengan hormat, namun ia langsung disela oleh kalimat pendek Alsiel.
“Alsiel-sama, izinkan hamba menjelaskannya.”
Menggantikan Barbariccia yang tak bisa berkata apa-apa, Farfarello berdiri di depan meja rapat.
Setelah melirik ekspresi Farfarello yang benar-benar lelah, Alsiel mengangguk dan mengatakan,
“...... Kau, yang memerintah Iron....”
“Itu benar, orang yang bersikap kasar terhadap Raja Iblis Satan dan Jenderal baru MgRonalds Barista Chiho adalah hamba yang rendah ini. Hamba bersedia menerima apa yang akan Alsiel-sama putuskan nanti, tapi hamba mohon izinkan hamba menjawab pertanyaan Alsiel-sama.”
Usai membungkuk sekali, Farfarello menunjuk cakar tajamnya ke arah peta Afashan.
“Malebranche, Olba, dan Raguel-sama... utusan dari Surga, menyerang Afashan bersama-sama, mendiami tempat ini, dan menahan kota-kota utama di Afashan. Lalu, untuk menyambut kedatangan Raja Iblis Satan nantinya, kami memutuskan untuk merebut kembali Kastil Iblis di Benua Utama. Dan untuk memecah belah Aliansi Kesatria Lima Benua yang berencana membangun kembali Benua Utama, kami secara khusus memperkuat kekuatan militer Kesatria Hakin milik Afashan dan membuat mereka menyatakan perang terhadap dunia.”
“Hm.”
“Strategi ini membuahkan hasil, pasukan kesatria manusia pun kembali ke benua asal mereka masing-masing untuk memulai persiapan, dan Benua Utama akhirnya tak memiliki pertahanan. Dengan menuduh Gereja di Benua Barat menyembunyikan pedang suci Pahlawan Emilia, kami berhasil mengguncang keseimbangan militer dari berbagai benua, dan berusaha menyebarkan perselisihan. Hal ini membuat kekuatan di dunia manusia tidak sekuat sebelumnya.'
“Lalu kenapa kalian sekarang menghadapi masalah?”
Alsiel dengan cepat melirik ke arah Raguel yang memandang para iblis itu dengan tatapan geli, dan menanyakan sebuah pertanyaan.
Farfarello menggunakan cakarnya untuk menujuk beberapa lokasi di peta dan berbicara dengan lancar.
“Berbagai kota di Afashan yang dijaga oleh berbagai kepala suku, pasukan Malebranche di bawah mereka, dan Kesatria Hakin yang kami kendalikan, telah kalah secara berturut-turut selama beberapa hari ini.”
“Oh.”
Alsiel menggangguk dengan serius, tapi tatapannya saat ini tidak lagi tertuju pada peta, melainkan menatap tajam Raguel yang sedang mengamati perkembangan situasi.
“Di dua titik antara Azure Sky Canopy dan Fangan, kami menempatkan kepala suku Draghignazzo dan Scarmiglione, tapi setelah mereka berdua putus komunikasi, hamba takut wilayah yang dikendalikan oleh Libicocco, yang sedang menerima perawatan di Azure Sky Canopy karena terluka di dunia lain Jepang, itu mungkin hanya masalah waktu....”
“Begitu ya.”
Alsiel mengangguk tanpa perasaan apapun, menatap Raguel dan melipat tangannya.
“Singkatnya, kalian itu cukup bodoh untuk ditipu oleh kata-kata manis Olba dan para tikus dari Surga, menyia-nyiakan tanah yang dulu kukuasai, dan pada akhirnya, jangankan merebut kembali Kastil Iblis, kalian bahkan telah mengorbankan banyak rakyat Raja Iblis Satan.”
“.... Hamba tak bisa membantahnya.”
“I-itu, tapi Alsiel-sama....”
Farfarello mengangguk dengan patuh, tapi Barbariccia terlihat ingin menyangkal.....
“Diamlah, Barbariccia! Dasar bodoh!!”
Tapi apa yang dia dapatkan adalah cercaan keras dari Alsiel.
“Dengan semuanya yang sudah seperti sekarang, aku tidak akan menegurmu karena menurunkan pasukan tanpa izin. Bagaimanapun, pada akhirnya yang salah adalah kami karena terlalu tak berguna sampai-sampai membuat kalian merasa marah. Tapi! Kenapa kau tidak mengikuti perintah Raja Iblis Satan yang disampaikan melalui Farfarello? Maou-sama seharusnya sudah memerintahkan kalian untuk kembali ke Dunia Iblis!”
“......”
“Hamba benar-benar... malu dengan Maou-sama.”
“Jangan marah begitu! Mereka juga tidak bisa dengan mudah mundur dari apa yang telah mereka lakukan. Dan semuanya berjalan dengan sangat lancar pada awalnya.”
“Itulah yang kalian inginkan, dasar tikus Surga yang bergerak diam-diam di kegelapan.”
Meski sedang menghadapi Raguel yang berbicara mewakili Malebranche, Alsiel tetap terlihat tanpa belas kasih.
“Menyebutku tikus itu terlalu kasar. Kenyataannya, kami berada di pihakmu kali ini. Kami juga membantu membuat banyak persiapan, kau tahu?”
“Aku sudah bosan dengan akting kalian para malaikat. Meski aku tidak tahu untuk tujuan apa kalian menggunakan kami, jangan pikir, aku, Alsiel akan mengikutinya dengan patuh!”
Bergerak lebih cepat dari apa yang bisa digambarkan kata-kata, Alsiel menghilang layaknya kabut dan muncul di belakang Raguel dalam sekejap, dia kemudian mengayunkan cakarnya ke arah kepala yang sangat mudah dibidik dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan sebuah tengkorak.
“Hm?”
Namun lengannya dihentikan oleh seseorang dari belakang.
Dan tidak hanya itu saja.
Apa yang mencengkeram pergelangan tangan Alsiel, yang mana memiliki tubuh paling keras di Dunia Iblis, adalah lengan milik seorang anak kecil.
“K-kau....”
Setelah menoleh dan melihat orang yang mencengkeram tangannya dari belakang ternyata adalah seorang anak kecil berkulit hitam, Alsiel pun terkaget.
Di atas rambut hitamnya, terdapat segumpal rambut berwarna merah.
“Kau, pasti Iron.... kan.... kupikir, kau hanya mendengar perintah Farfarello....”
Alsiel mau tidak mau merasa curiga jika kepala suku Malebranche muda itu mengkhianatinya.
“Oh, mengenai anak itu, pihak kami sebelumnya hanya meminjamkannya, ini bukan berarti pemuda itu mengkhianatimu, jadi kau bisa tenang.”
“Meminjamkan....? Uhm?”
Anak kecil yang terlahir dari Geburah Sephirah, dia tidak hanya bisa menangkis bilah 'Evolving Holy Sword, One Wing' yang telah bergabung dengan Alas Ramus, dia bahkan juga bisa dengan mudah menerbangkan Suzuno yang telah menggunakan seluruh kekuatannya. Dan sekarang, sepertinya, bahkan Jenderal Iblis Alsiel yang memulihkan sihir iblisnya pun tidak bisa bertarung melawan kekuatan tangannya yang begitu mengejutkan.
Iron, dengan ekspresi datar, membalik Alsiel dan melemparnya ke arah dinding di belakang dengan kekuatan yang begitu mengerikan.
“Ugh!”
Meskipun Alsiel bisa menghindari benturan keras, dia tetap tercengang oleh kekuatan yang tak terukur dari tangan anak kecil tersebut.
"Huuuh, mungkin karena kami meminjamkan anak kecil ini, mereka jadi salah paham mengenai banyak hal. Jadi jangan terlalu menyalahkan mereka."
Raguel melirik ke arah Alsiel yang terkejut dan berdiri dengan santainya.
Setelah menepuk kepala Iron, Raguel berjalan menuju Alsiel, kepala berambut afro bergaya berandal itu lalu menunjukan senyum jahat nan kejam,
"Lagipula, Dunia Iblis tidak akan memiliki masa depan."
"Apa....?"
"Ya ampun. Jika kau tampil dengan cukup bagus di pertarungan nanti, hasilnya mungkin akan berbeda. Tapi...."
Momen ketika Raguel selesai berbisik pada Alsiel, tubuh Raguel dan Iron mulai diselimuti cahaya redup, dan menghilang tanpa jejak.
"Iblis harus mati. Ini demi masa depan kami. Haaah, lakukan yang terbaik."
Alsiel, Farfarello, dan Barbariccia hanya bisa diam berdiri melihat malaikat jahat itu menghilang.
"A-apa-apaan si Raguel itu! Jika ini terus berlanjut, jangankan merebut Kastil Iblis, kita mungkin bahkan harus menyerahkan Afashan!"
"..... Sejak awal, kalian Malebranche itu hanya punya kekuatan sebesar itu."
Alsiel melenturkan pergelangan tangannya yang tadi dilempar oleh Iron dan menghela napas di saat yang bersamaan.
"Aku memang tidak tahu ada berapa banyak malaikat lain selain Raguel, tapi dalam skenario terburuknya, meski aku bekerja sama dengan kalian, kita mungkin tidak akan bisa menang melawan satupun dari mereka. Sepertinya kita memang berada dalam belas kasihan mereka."
Dari nada bicara Gabriel, Surga memang ingin menggunakan Alsiel dan Barbariccia untuk melakukan sesuatu, dan pada dasarnya, bahkan Pasukan Raja Iblis baru milik Barbariccia pun, dipergunakan untuk membawa mereka ke tujuan itu.
Tak satupun dari kepala suku Malebranche yang masih bertahan, bisa menandingi kekuatan Malacoda, jadi bisa dikatakan bahwa, sejak mereka dikendalikan oleh para malaikat itu, takdir Barbariccia dan yang lainnya sudah disegel.
"Ta-tapi Alsiel-sama, kami tahu kekuatan para malaikat itu dengan baik. Asalkan kita mendapatkan pedang suci, kita tidak akan lagi hidup dalam belas kasihan mereka. Si Raguel sialan itu, membawa pria yang tak dikenal ke sini dan mengatakan kalau dia adalah ayah Pahlawan Emilia yang memiliki pedang suci...."
Barbariccia nampaknya tidak paham akan kebodohannya dan berbicara kepada Alsiel dengan heran.
Tapi di mata Alsiel, bagi iblis, mendapatkan pedang suci itu saja sudah mustahil.
"Bodoh! 'Evolving Holy Sword, One Wing' milik Emilia itu bukanlah senjata yang sederhana. Pedang itu adalah benda suci yang dibuat menggunakan Yesod Sephirah sebagai intinya, itu adalah sebuah permata yang membuat dunia terlahir dari Pohon Kehidupan. Kita, para iblis, tanpa sihir suci, kalaupun kita mendapatkan pedang suci, kita tidak akan bisa menggunakan kekuatan apapun...."
"Eh? Ti-tidak, Alsiel-sama, bukan seperti itu."
".... Apa?"
Barbariccia meraih ke dalam bajunya dengan panik.
"Kupikir kau sudah tahu ketika Farfar menggunakan Iron..."
Begitu melihat Barbariccia mengeluarkan 'benda itu' dari dalam bajunya, Alsiel membelalakkan matanya kaget.
"Kekuatan Sephirah bukanlah sesuatu yang hanya bisa digunakan malaikat dan manusia."
Sebuah batu ungu kecil terlihat di ujung cakar tajam milik Barbariccia.
Itu adalah sesuatu yang sudah dilihat oleh Alsiel, Ashiya Shirou, berkali-kali sebelumnya... sebuah fragmen dari Yesod Sephirah.
"Seperti yang kau lihat, ini juga bereaksi kuat terhadap sihir iblis kita."
Barbariccia sedikit berkonsentrasi dan menyuntikkan sihir iblis ke dalam fragmen itu melalui cakarnya.
"Ba-bagaimana mungkin... i-ini...."
Sinar ungu redup yang sudah biasa Alsiel lihat, mulai mengelilingi fragmen itu.
Barbariccia menjelaskannya dengan cepat kepada Alsiel yang tercengang.
"Ketika aku mengirim Ciriatto bersama pasukannya menuju dunia lain Jepang, aku pernah mencoba menggunakan fragmen ini dan bola telepati untuk mencari keberadaan pedang suci Emilia. Meskipun rencana itu gagal karena Ciriatto tidak kembali, tapi fragmen ini, setelah diisi dengan sihir iblis, memang pernah menarik fragmen lain sekali."
Alsiel memang tidak pernah melihatnya sendiri, tapi dia tahu kalau Ciriatto yang muncul di atas laut Jepang di Choshi, Chiba, memang memiliki bola telepati yang bisa bereaksi dengan pedang suci Emilia.
Sampai sekarang, Emi hanya pernah melihat Emi menggunakan fragmen Yesod, jadi wajar jika dia meyakini bahwa entah itu pedang suci maupun Sephirah, itu adalah benda-benda yang hanya bisa digunakan oleh mereka yang memiliki sihir suci.
Tapi fakta yang baru saja Barbariccia ungkap, membalik pemikiran tersebut.
"Pedang suci.... Sephirah, mereka bukan benda-benda suci?"
Seolah sedang berbicara dengan dirinya sendiri, Alsiel mencoba menerima fakta tersebut....
".... Ugh!"
Kemudian, dia tiba-tiba kepikiran sesuatu.
Kali ini, akhirnya Alsiel sampai pada ujung tujuan pribadi Gabriel yang ia sebutkan saat berada di balkon Azure Sky Canopy.
"Barbariccia! Farfarello!"
""Ya!!""
"Nord Justina.... Ayah Emilia yang dibawa ke sini bersamaku, di mana dia sekarang?"
"Ya, itu, dia ditahan di salah satu kamar di kastil Azure Sky Canopy... orang itu, apa dia benar-benar ayah Emilia?"
"Jika kau yang memiliki fragmen Yesod sudah mengira sejauh ini.... itu artinya....."
Suatu peristiwa tiba-tiba terlintas di kepala Alsiel.
Di Villa Rosa Sasazuka saat sedang hujan deras.
Di mata Alsiel pada waktu itu, Nord yang dilempar masuk ke dalam kamar oleh Maou, terlihat hanya seperti manusia biasa.
Lalu Maou menghilang di langit bersama seorang gadis berambut perak.
"Nord tidak memiliki pedang suci?"
"I-itu benar....."
Barbariccia dan Farfarello yang tidak dapat menebak pemikiran Alsiel, hanya bisa saling menatap satu sama lain.
Tapi termasuk informasi penting yang barusan dia dapatkan, semua informasi yang Alsiel peroleh hingga hari ini, saling bersimpangan satu sama lain dengan rumit di kepalanya.
Usai memikirkannya sesaat.
"Aku memang tidak tahu tujuan mereka, tapi aku tahu apa yang ingin Gabriel lakukan di sini."
"Eh?"
Alsiel menyusun kembali informasi di dalam kepalanya, dan mendecapkan lidahnya dengan tidak senang.
"Aku benar-benar tak berguna, jangan bilang tak ada strategi lain untuk memecahkan situasi ini selain mengikuti apa yang mereka inginkan?"
"Apa... apa ada sesuatu yang salah...."
Alsiel berjalan menuju meja rapat, menyusuri titik-titik di peta dan mengatakan,
"Sederhananya, orang yang membunuh para kepala sukumu dan menuju Azure Sky Canopy adalah Pahlawan Emilia."
"E-Emilia?"
"Bu-bukankah Emilia berada di dunia lain Jepang?"
"Emilia kembali ke Ente Isla beberapa minggu lalu. Para malaikat itu dan Olba Meyers sepertinya menggunakan cara paksa untuk membuat Emilia menurut, mengangkat senjata, dan merangsek menuju ibukota ini. Dan tujuan mereka adalah membuat Emilia membunuh kita di sini."
"A-apa katamu....?"
"U-untuk apa....?"
"Berdasarkan deduksiku, tujuan sebenarnya Raguel dan Surga adalah melemahkan Dunia Iblis, dan menggunakan pertarungan melawan para iblis untuk menaikkan harapan dan kepercayaan penduduk Ente Isla."
Alsiel menatap tanda-tanda yang berada di peta Kekaisaran Afashan, tanda-tanda serangan dari sebuah pasukan misterius yang berturut-turut mengalahkan para kepala suku Malebranche yang menguasai Afashan.
"Emilia sialan.... meskipun dia sangat banyak bicara kemarin, pada akhirnya dia tetap terlibat dalam situasi yang merepotkan...."
"Alsiel-sama?"
"Barbariccia, setelah aku kembali ke sini, berapa hari telah terlewati?"
"Ya? Uh, i-itu, dengan waktu dari tempat ini, itu sudah tujuh hari."
"Tujuh hari ya.... Hm."
Alsiel dengan cepat menyusun situasi di kepalanya.
Kesampingkan dulu masalah Gabriel, karena tujuan Olba dan Raguel adalah untuk membuat Emilia mengalahkan Alsiel, maka sebelum Alsiel mendapatkan kembali sihir iblis dan berubah kembali ke wujud iblisnya, mereka mungkin tidak akan menyerang Azure Sky Canopy.
Sebaliknya, karena Alsiel sudah terbangun, tidaklah sulit untuk membayangkan Raguel menghubungi Olba, memintanya untuk merubah jalurnya menuju Azure Sky Canopy.
Karena Alsiel tidak tahu ada berapa banyak malaikat lain selain Gabriel dan Raguel, meski dia mendapatkan kembali wujud iblisnya, mereka tidak boleh bertindak ceroboh.
Meski Alsiel tidak tahu alasannya, bagi Emi yang dengan patuh bersedia bergabung dengan pasukan Olba, itu berarti mungkin dia menemui situasi yang tidak bisa dipecahkan dengan kekuatan bertarung.
Walau dia sendiri tidak sadar, anehnya, Alsiel saat ini sedang memikirkan cara untuk memecah keadaan sulit ini bersama Emilia, sebelum Surga bisa bertindak.
"..... Alsiel... sama...."
Farfarello dengan cemas memandang sang Jenderal yang sedang terdiam, tapi setelah beberapa saat, Alsiel membuka mulutnya dan berbicara,
'Minggu ini, jadwal kerja Maou-sama adalah, senin shift pagi pulang cepat, selasa shift malam, rabu seharian penuh, kamis shift siang dan menggantikan manager sampai shift sore, jumat shift siang sampai tutup, sabtu libur, minggu seharian penuh, lalu senin depannya libur lagi, selasa shift pagi......'
"Eh?"
Alsiel terus mencelotehkan kata-kata yang terdengar sangat aneh bagi kedua Malebranche.
"Farfar, ada apa dengan Alsiel-sama?"
"A-aku tidak tahu... Setauku sepertinya itu adalah bahasa dunia lain..."
Mangabaikan Malebranche yang sedang berbisik-bisik, Alsiel terus berpikir.
'Kuncinya adalah apakah dia bisa menemukan orang yang bisa menggantikan shift minggu seharian penuh, dan shift kamis yang bertugas menggantikan manager. Situasi pekerjaan karyawan lain di hari itu seharusnya tidak terlalu ketat. Tapi akan lebih pantas beranggapan kalau Maou-sama bisa bertindak, paling cepat, itu adalah kamis siang.'
Sebelum terjadi insiden si Villa Rosa Sasazuka, Alsiel sudah membuat persiapan untuk Maou guna mengejar Emi dan Alas Ramus.
Jika Ooguro Amane manyampaikan kata-kata Alsiel kepada Maou dengan benar, maka Maou pasti akan mengambil tindakan.
'Bahkan jika hanya satu detik, asalkan kita bisa terus hidup..... Barbariccia!'
"Y-ya!"
Barbariccia yang tiba-tiba dipanggil, dengan panik langsung menegakkan posturnya.
"Bagaimana dengan Unifying Azure Emperor? Jangan-jangan kau sudah membunuhnya?"
Hingga saat ini, Alsiel belum melihat sang pemegang kekuasaan mutlak tertinggi di Benua Timur alias Kekaisaran Afashan... yakni Unifying Azure Emperor.
"Tidak, karena orang tua itu adalah simbol Afashan dan sangat penting ketika digunakan untuk menyatakan perang terhadap seluruh dunia, agar dia tidak sekarat karena sihir iblis dari kami, kami mengirim Kesatria Seisuikin yang bisa menggunakan barrier untuk bertugas, dan menempatkannya di rumah tahanan di menara kastil kecil 'Cloud Detached Palace'."
"Hm, keputusan yang cukup bagus."
Alsiel mengangguk.
"Aku punya sesuatu yang ingin kukatakan pada Unifying Azure Emperor. Tunjukan jalannya."
"Ya? T-tapi...."
"Jangan khawatir dengan malaikat-malaikat itu."
Alsiel memegang erat keyakinannya.
"Aku sementara akan bertindak sesuai keinginan mereka, dan bekerja sedikit sebagai seorang aktor."
Walaupun mereka berdua terlihat bingung, kedua kepala suku Malebranche itu mematuhinya dan membawa Alsiel menuju menara kastil kecil yang tadi mereka sebutkan.
Gabriel yang sedang berada di atap, menyaksikan mereka sambil tersenyum kecut.
"Bekerja sebagai aktor ya. Baiklah, aku mengerti. Tapi sejalan dengan itu, kau harus menari dengan baik, okay?"
Lalu usai menepuk tangannya sekali, dia tiba-tiba menghilang dari tempatnya berada.
---End---
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 9 - Continuing Chapter
Baca Semua Volume -> Index Hataraku Maou-Sama All Volume
Translator -> Zhi End Translation..
0 Komentar