Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 9 - Continuing Chapter Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 9 - Continuing Chapter : Raja Iblis, Muntah

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 9 - Continuing Chapter Bahasa Indonesia


Continuing Chapter : Raja Iblis, Muntah.

Keesokan harinya, Suzuno terbangun karena syok yang disebabkan oleh seseorang memukul pipinya.

Karena ia pikir itu adalah Acies yang kembali membangunkannya dengan posisi tertidur, Suzuno membuka matanya seolah merasa pasrah....

“!!!!!!....???”

Tapi begitu ia melihat wajah Maou di dalam tenda, Suzuno yang mengira jantungnya akan melompat keluar dari mulutnya, tersentak kaget.

“Raja uhm!!!”

Suzuno hampir saja berteriak, tapi mulutnya langsung dibungkam oleh tangan Maou.

“????”

Tidak bisa memahami maksud tindakan Maou, wajah syok Suzuno berganti antara merah dan putih.

Meski Suzuno juga merasa kalau tindakannya kemarin malam tidak sesuai dengan gayanya, dia tidak pernah menyangka kalau Maou akan mengikutinya dan melakukan tindakan aneh ini, hal ini tentunya membuat Suzuno panik.

Ditambah lagi, Maou bahkan mendekatkan wajahnya ke telinga Suzuno, menyebabkan Suzuno hampir mati lemas.

“Jangan berisik, ada seseorang mendekat.”

Kalimat tersebut seketika membuat Suzuno tenang, dia pun menggunakan tatapannya mengisyaratkan kalau dia paham.

Mungkin karena dia tidak tidur dengan nyenyak, lingkaran hitam muncul di sekitar mata Maou, tapi saat ini, hal seperti itu tidaklah penting.

“........daging cokelat sederhana sayuran yang direbus menggunakan microwave minyak untuk melunakkan sashimi...... uhmgugu.”

Maou menutup mulut Acies, memotong igauan dari mimpi tak jelasnya, dan menggunakan mata serta tangannya untuk menunjuk ke arah luar.

Suzuno yang berada di dalam kantong tidurnya, memanfaatkan kesempatan ini untuk mengeluarkan tangan dan kakinya, menarik jepit rambutnya, dan memasang posisi siaga.

Rambut panjang Suzuno terurai keluar dari kantong tidurnya, rambutnya begitu sesuai dengan desain cerah warna warni dari kantong tidur tersebut. Hal itu membuatnya terlihat lebih mirip seperti tanaman pemakan serangga daripada sebuah kepompong. Tapi bagaimanapun, setelah memastikan kalau Suzuno sudah memasuki mode siaga bertarung, Maou mengintip keluar melalui celah yang ada di tenda.

“Apa itu musuh?”

“Jika seorang rekan masih bisa datang di situasi seperti sekarang ini, aku pasti akan sangat menyambutnya.”

Suzuno dan Maou berbicara dengan suara pelan.

“Tapi aku sama sekali tidak terpikir apapun, akan sangat bagus kalau itu hanya petualang yang sedang melintas.”

“.... Sepertinya bukan.”

Suzuno menggenggam jepit rambutnya dengan erat, bersiap merubahnya menjadi palu raksasa kapanpun.

Suara langkah kaki yang tidak salah lagi mendekati tempat mereka, berasal dari hutan yang diselimuti kabut.

Suara langkah kaki itu terdengar seperti hanya terdiri dari satu orang, tapi sulit membayangkan kalau akan ada petualang yang dengan anehnya, menghindari jalanan dan memasuki sebuah hutan.

“Walau Acies tertidur, apa dia masih bisa menggunakan kekuatannya?”

“Selain terus mengeluh setelah dipaksa bangun, kupikir itu tak akan masalah.”

Maou tidak terlihat begitu optimis.

Nampaknya pemilik langkah kaki itu tidak berniat menyembunyikan suaranya, dia terus melangkah melewati rumput dan kayu dalam satu garis lurus, berjalan ke arah Maou dan yang lainnya.

Apakah itu patroli Kesatria Hakin, ataukah malaikat atau iblis yang muncul setelah menemukan pergerakan Maou dan Suzuno?

Pokoknya, apapun itu, mereka tidak akan bisa menghindari pertarungan, dan moped serta sebagian besar peralatan berkemah mereka sepertinya akan ditinggalkan di sini.

Walaupun mereka sudah tidak terlalu jauh dari ibukota kerajaan, keberuntungan mereka saat ini sangatlah buruk, saat Maou dan Suzuno sudah setengah pasrah,

'Ini yang disebut moped itu kan?'

Maou dan Suzuno tidak melewatkan istilah unik yang diucapkan oleh pria bersuara rendah tersebut, Maou juga merasa memiliki kesan terhadap suara itu.

Yang orang itu gunakan adalah bahasa Ente Isla, tapi apa dia tadi menyebut 'Moped' di tengah-tengahnya?

“....Ah … hm, siapa di sana?”

Usai melakukan sedikit latihan tenggorokan, apa yang keluar dari mulut pria itu adalah bahasa Jepang.

“Apakah itu Raja Iblis, Alsiel, Lucifer, Sasaki-san, atau orang yang bernama Crestia Bell?”

“Wha....”

Kali ini, Suzuno bahkan merasa lebih terkejut dibandingkan ketika dia tadi melihat wajah Maou dari dekat.

Seseorang yang bisa menggunakan bahasa Jepang untuk menyebutkan nama kelima orang tersebut, di Jepang maupun di Ente Isla seharusnya tidak ada banyak.

“Meski aku tidak tahu apa yang terjadi.....”

Sepertinya Maou juga memiliki pemikiran yang sama, dia melepaskan tangannya dari mulut Acies dan menurunkan kewaspadaannya.

“Mengejutkannya, dia tidak terlihat seperti musuh.”

Seolah merespon panggilan orang itu, Maou keluar dari tenda, Suzuno pun mengikutinya dengan panik.

Tamu tak terduga pagi ini memiliki tubuh besar nan kuat layaknya pepohonan di hutan, berkulit tan gelap, dan begitu tinggi sehingga orang harus mendongak untuk menatapnya. Tapi karena alasan yang tak diketahui, pria itu seketika mengernyit dan langsung memasang posisi bertarung begitu ia melihat Suzuno.

“H-hey, siapa orang itu, apa itu iblis jenis baru?”

“Si-siapa yang kau sebut iblis jenis baru!!??”

Meskipun Suzuno memprotes....

“Yeah, aku bisa mengerti perasaanmu, ini memang aneh.”

Usai menatap tanaman pemakan serangga berwajah Suzuno yang terlihat tidak tenang, Maou kembali menoleh ke arah pria itu dan mengatakan,

“Ngomong-ngomong, pertemuan di tempat seperti ini seharusnnya bukan hanya kebetulan, benar? Kalau begitu ayo kita bertukar informasi dengan baik-baik, Alberto Ende.”

“O-oh...... ta-tapi orang itu benar-benar bukan iblis kan?”

“Kau masih bilang begitu!!??”

Rekan Emi ketika memerangi Raja Iblis dulu, seorang praktisi seni sihir yang lahir di Benua Utara, Alberto Ende mengangguk. Tapi daripada Maou, sang Raja Iblis, dia nampaknya lebih khawatir dengan Suzuno yang berpakaian aneh.

“Dan lagi, kenapa kau bisa datang ke sini seperti sudah menentukan target?”

Maou membangunkan Acies yang mengigau hingga hampir menjadi makanan, sedangkan Suzuno melepas kantong tidurnya, setelah itu, mereka pun kembali bertatap muka dengan Alberto.

“Uh, aku tidak datang ke sini setelah menentukan target dengan benar.”

Alberto melihat kepompong Acies yang baru saja terbangun dengan gelisah, menunjuk moped yang berada di bawah bayangan pohon, dan berkata,

“Aku dengar ada sekumpulan orang berpakaian jubah Gereja yang mengendarai kereta aneh, aku datang ke sini mengikuti rumor itu dan sampai di sini kemarin.”

“A-apakah kita semencurigakan itu sampai-sampai menjadi rumor?”

Maou dan Suzuno saling menatap satu sama lain.

Meski mereka berdua sudah berusaha untuk menghindari pedesaan dan mata orang lain selama perjalanan, sepertinya mereka tidak akan bisa sepenuhnya melarikan diri dari perhatian orang.

“Tidak, aku hanya menggunakan instingku untuk memilih satu rumor dari rumor-rumor yang terkenal di Afashan. Aku tidak menganggap kalian semencurigakan itu.”

Alberto melambaikan tangannya untuk membuat mereka tenang.

“Rakyat Afashan merasa lebih gelisah dibandingkan saat kau, Raja Iblis, menyerang. Meski mereka setidaknya bisa memikirkan apa yang akan mereka lakukan di masa depan jika mereka benar-benar ditaklukan oleh para iblis, saat ini hanya ibukota kekaisaran, Azure Sky Canopy saja yang mengeluarkan kabar telah dikuasai oleh para iblis, jadi keadaan negeri tidak berubah banyak, dan rumor tidak penting tersebar di mana-mana.”

Hal ini sebagian besar sesuai dengan apa yang dikatakan pemilik restoran kemarin.

“Kebanyakan rumor itu adalah tentang kemunculan iblis, tapi pada dasarnya mereka hanya salah mengenali binatang liar, dan juga para kriminal yang membual di antara sesamanya. Ketika aku mendengar rumor tentang kereta itu, aku terpikir benda yang sama yang kulihat di duniamu... uh bilang begitu rasanya sedikit aneh, maksudnya benda yang kulihat di Jepang. Aku juga harus pergi ke Azure Sky Canopy untuk melakukan sesuatu, jadi kupikir akan kugunakan kesempatan ini menyelidikinya.”

Alberto, terduduk di pohon yang telah tumbang, sedikit membungkuk dan menatap mereka bertiga dengan tatapan tajam.

“Apa kalian datang untuk menyelamatkan Emilia?”

“Benar sekali, tapi sebelum itu, aku ingin menanyakan sesuatu, apa yang terjadi pada Emerada-dono?”

Suzuno mengkonfirmasi kata-kata Alberto sambil menanyakan sebuah pertanyaan.

“Ah.... soal itu, itu sedikit rumit.”

Alberto menggaruk kepalanya dan menjelaskan,

“Sederhananya, di hari yang dia sepakati untuk bertemu dengan Emilia, Emerada menerima panggilan dari ibukota Kerajaan Saint Aire.”

“Panggilan dari ibukota kerajaan?”

“Yeah, awalnya Em berencana menjemput Emilia dengan menggunakan dalih memeriksa apakah rencana pembangunan di dekat desa Emilia melakukan sesuatu yang curang atau tidak.....”

“Dan dia ketahuan?”

“Tidak, dalam suatu makna tertentu, ini bahkan lebih buruk dari itu.”

Alberto menunjuk jubah Suzuno.

“Pihakmu bergerak. Em akhirnya dicap sebagai pengkhianat yang menentang keinginan Gereja, mereka terlihat hampir tidak bisa menutupi kejahatan Olba. Jadi dia harus dibawa ke Gereja yang ada di ibukota kerajaan untuk menjalani pengadilan agama.”

“.... Di saat seperti ini?”

Suzuno tidak bisa menerima penjelasan ini.

Emerada dan Alberto telah mulai menentang Gereja jauh sebelum Suzuno datang ke Jepang.

Beberapa bulan telah terlewati, tapi kenapa Gereja baru menahan kebebasan Emerada sekarang?

“Alasan kenapa keselamatanku dan Emilia dilindungi oleh otoritas di sini adalah karena posisi Em saat ini. Terlepas dari apakah dia harus melawan atau menyerah, sepertinya dia memang harus kembali lebih dulu. Jika demikian, kupikir aku yang memiliki kebebasan lebih tinggi, harus menggantikan tempatnya dan menemui Emilia....”

Alberto menunjukan ekspresi suram dan menoleh ke arah langit barat daya, yang mana merupakan arah Azure Sky Canopy.

“Ketika aku sampai di sebuah tempat yang jauhnya setengah hari perjalanan dari desa Emilia, aku merasakan banyak gate terbuka di arah desa Emilia. Saat aku buru-buru menuju tempat tersebut, aku menemukan beberapa orang aneh yang terlihat ingin melakukan sesuatu terhadap kampung halaman dan ladang Emilia.”

“Apakah mereka itu iblis, ataukah malaikat?”

Karena Alberto menggunakan kata yang aneh untuk menggambarkan orang-orang itu, mereka mungkin memang benar-benar aneh, tapi Alberto menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Maou.

“Bukan, mereka adalah para kesatria Gereja yang diutus oleh Kota Cassius.”

“Seingatku kota Cassius itu tidak memiliki gereja dari keuskupan pusat..... kenapa kesatria Gereja dari kota itu datang ke kampung halaman Emilia?”

Tanya Suzuno sembari mencari-cari ke dalam ingatannya, Alberto menggelengkan kepala dan menjawab,

"Itulah yang ingin kuketahui, tapi karena musuhnya adalah kesatria Gereja, aku tidak bisa bertindak ceroboh. Jadi aku mulai menyelidiki tempat di mana ada banyak gate terbuka dan tempat sihir suci diaktifkan tadi. Dan ternyata mereka melakukan pemeriksaan lahan untuk mempercepat rencana pembangunan di wilayah tersebut. Ini benar-benar aneh. Sebab, meski Em sebelumnya pergi untuk menyelidiki tempat itu karena rencana pembangunannya tertunda, reaksi gate aneh malah baru muncul setelah dia kembali ke ibukota kerajaan, dan kemudian tempat itu memulai pemeriksaan lahan yang tidak wajar. Tentu, walau keadaannya berakhir seperti ini, aku tidak bisa menemukan tanda-tanda keberadaan Emilia. Dan aku menghabiskan dua hari untuk mencari di tempat itu."

Usai membentangkan tangannya dan menghela napas, Alberto melanjutkan,

"Karena aku tidak bisa menghubungi Emilia, jadi kupikir akan lebih baik kalau aku mengikuti perintah Em, dan begitu aku kembali ibukota kerajaan, akupun mendapati kalau Institut Pengawasan Sihir di bawah kekuasaan Em, telah disegel atas perintah dari Penjaga Kerajaan Jenderal Pepin. Alasannya adalah untuk mencegah agar Em tidak menyembunyikan bukti selama pengadilannya, dan dengan begitu, pena bulu malaikat yang bisa membuka gate juga ikut disita bersama bangunan tersebut, sehingga membuatku butuh waktu lama untuk bergerak."

".... Jadi itu alasannya dia tidak bisa menghubungiku..."

Alberto mengangguk menjawab pertanyaan Suzuno.

"Yeah, awalnya kau tinggal di Jepang karena perintah rahasia dari Gereja, kan? Jika kami ketahuan menghubungimu, itu pasti akan membuat kalian berada dalam masalah. Meskipun Emilia memberitahuku untuk membawa ini....."

Sembari berbicara, Alberto mengeluarkan Slimphone yang sangat mirip dengan milik Emi dari dalam saku kaosnya.

"Aku tidak pernah merasa semenyesal ini karena aku tidak bertanya nomor teleponmu pada Em. Tapi jika aku dengan gegabah memancarkan sonar ke Jepang, aku tidak akan tahu siapa yang bisa mendengarnya."

"Baiklah, untuk kenyamanan bersama nantinya, ayo kita gunakan kesempatan ini untuk bertukar nomor telepon."

Bahkan di saat seperti ini, Maou dan Suzuno masih sempat mengeluarkan HP mereka, berniat meminta nomor HP Alberto.

Tapi seperti yang diperkirakan. Lupakan soal HP Maou dan Suzuno, HP Alberto sudah kehabisan baterai sejak dulu.

Meskipun HP masih bisa digunakan sebagai penguat untuk Idea Link, jika nomor HPnya tidak didaftarkan, itu mungkin akan mempengaruhi efek kestabilan mantranya.

Dengan baterai yang kosong, HP memang masih bisa berfungsi sebagai penguat untuk Idea Link, tapi jika nomornya tidak terdaftar, itu bisa juga meningkatkan efek amplifikasi.

Maou dan Suzuno yang merasa tidak boleh melewatkan kesempatan ini, mengeluarkan radio yang mereka beli setelah bertengkar hebat, itu adalah radio dengan baterai bertenaga matahari yang bahkan bisa mengisi daya HP tua Maou, dan lampu LED yang bisa dicharge secara manual, mereka ingin menggunakannya untuk membantu mengisi ulang HP Alberto.

Alberto yang jelas-jelas tidak terbiasa mengoperasikannya, Suzuno yang kaku dalam menggunakan alat elektronik, dan Maou yang tidak terbiasa menggunakan model HP terbaru, setelah mencoba-coba dengan berisik selama beberapa saat, akhirnya berhasil bertukar nomor telepon.

"Semuanya sangat hebat~ aku juga ingin HP."

"..... Kau terlihat seperti tipe orang yang akan mendaftar di segala jenis website berbayar, meskipun aku ingin membelikannya, aku mungkin akan membeli yang khusus untuk anak kecil."

"Ugh... Tapi selama kau mau membelikannya untukku, jika memang seperti itu, mau bagaimana lagi."

Walau begitu, Acies masih memandangi HP mereka bertiga dengan tatapan iri, dan yang paling penting, meski Maou tidak bilang kalau dia akan membelikannya, Acies merasa kalau Maou sudah setuju.

"Lalu Alberto, kenapa kau menuju Afashan?"

"Alasannya sederhana. Karena hanya wilayah di sekitar
Afashan saja yang dipenuhi reaksi sihir suci besar seperti sedang ada pertarungan. Tentu saja aku sudah mengirim bawahanku ke Benua Utara dan Selatan, tapi mengingat peristiwa yang terjadi ketika Emilia menghilang, kurasa akan lebih baik kalau aku menyelidikinya sendiri..... karena kalian berdua ada di sini, itu artinya intuisiku benar."

"Yeah, itu benar. Saat ini Emi berada di Ibukota Kekaisaran, Azure Sky Canopy. Tidak, lebih tepatnya, selanjutnya dia akan muncul di sana."

"Izinkan aku bertanya, apa dasarmu bilang begitu?"

"Meskipun ditanyai oleh orang sepertimu yang bergerak berdasarkan insting itu rasanya sedikit tidak enak, tapi kami diberitahu langsung oleh bajingan yang menarik benang di belakang semua ini."

Maou menggunakan ibu jari dan kelingking di tangan kanannya untuk membentuk simbol telepon.

"Alberto, aku punya banyak hal yang ingin kutanyakan padamu nanti, tapi kau harus bekerja sama dengan kami dulu. Kupikir kau juga sudah mengetahuinya, semua ini tidak akan bisa terselesaikan hanya dengan menyelamatkan Emi. Ini memalukan, tapi sebenarnya, Ashiya... yang berarti Alsiel dari pihakku, juga diculik oleh orang yang sama dengan orang yang menangkap Emi."

"Eehh?? Alsiel diculik?"

Alberto mengangkat sebelah alisnya tak percaya.

"Biar kuberitahu satu hal lagi yang tak dapat dipercaya, ayah Emi, Nord Justina, juga diculik bersama dengan Alsiel."

"Ah? A-ayah Emilia? I-itu...."

"Ngomong-ngomong, anak yang terus menatap HP dengan iri dan bahkan ingin merebut HPku ini....."

"Eep? Ma-Maou, aku minta maaf, maafkan aku."

Maou mencengkeram tengkuk leher Acies yang ingin menggunakan HP Maou tanpa izin, dan mengangkatnya dari tanah.

Acies yang mengira akan dimarahi, meringkuk, tapi Maou malah mendorong Acies ke depan Alberto dan menyatakan,

"Anak ini.... adalah perwujudan dari pedang suci yang satunya."

"Haaaaah??"

"Ueehhh!!"

"..... Meski kita seharusnya membicarakan hal yang serius...."

Alberto menatap kepompong warna warni Acies yang diangkat oleh Maou seperti seekor anak kucing.

Adegan tersebut sangatlah aneh, yang bahkan membuat Suzuno, sebagai salah satu orang yang terlibat, merasa bingung.

"Jika perkiraanku benar, orang-orang yang merencanakan sandiwara ini mungkin ingin memanfaatkan Ashiya dan Emi untuk membawa dunia ke arah yang menguntungkan bagi mereka. Aku sangat benci orang-orang yang tidak mau mengotori tangannya ini."

"Ma-Maou, turunkan aku..."

"Hanya dengan kami saja memang sedikit sulit, tapi jika kau, Alberto bersedia membantu kami, perjalanan ini mungkin akan jauh lebih mudah. Orang-orang ini sudah mengacaukan teman-teman kita, jadi ayo kita kacaukan sandiwara mereka."

"Tak masalah jika kau memang ingin menyebabkan masalah, tapi apa gadis yang kau sebutkan tadi itu adalah anak yang bergabung dengan pedang suci Emilia....."

"Tidak, itu salah. Dia berbeda dengan Alas Ramus. Lebih tepatnya gadis ini adalah inti dari pedang suci yang satunya."

"Meski aku tidak yakin bagaimana manusia bisa menjadi inti dari pedang suci tanpa lebih dulu membicarakan strukturnya secara mendetail, tapi kurang lebih aku mengerti kalau ada 'Evolving Holy Sword, One Wing' yang lain. Tapi mungkin itu tidak akan bisa dipakai oleh Raja Iblis. Bell, apa kau yang menggunakannya?"

"Eh? Tidak, aku....... hm?"

Sangatlah wajar bagi Alberto menanyakan hal tersebut, tapi itu adalah pertanyaan yang sama sekali tidak Suzuno duga, membuat dia menatap ke arah Maou secara refleks.

Maou adalah Raja para Iblis yang menggunakan sihir iblis, kebanyakan orang yang mendengar kalau itu adalah sesuatu yang sama dengan 'Evolving Holy Sword, One Wing' milik Emi, pasti akan berpikir kalau pedang itu diaktifkan menggunakan sihir suci sebagai mediumnya.

Tapi Suzuno sudah pernah melihat Maou mengayunkan pedang suci dengan kekuatan yang bukan sihir iblis maupun sihir suci dengan mata kepalanya sendiri, dan seperti Emi dan Alas Ramus, Maou dan Acies Ara seharusnya juga bergabung menggunakan fragmen Yesod sebagai medianya.

"Hm? Hmmm?? Tunggu, sepertinya, ada yang sedikit aneh."

"Ada apa, Suzuno?"

"Uh, sepertinya aku melewatkan sesuatu yang penting."

Meskipun Maou merasa bingung saat melihat Suzuno menekan dahinya dan mulai berpikir....

"Pokoknya, kau pasti akan sangat terkejut setelah melihat ini. Acies, berubahlah menjadi pedang."

"Ah, hm, tapi rasanya kondisi fisikku tidak begitu bagus, jadi mungkin aku akan gagal."

"Kondisi fisik? Jangan katakan kalau kau makan terlalu banyak dan sakit perut?"

"Bukan seperti itu! Kasar sekali! Semenjak aku datang ke dunia ini, aku merasa gampang sekali lapar dan tidak bisa memasuki kondisi terbaikku."

Acies, masih diangkat oleh Maou, memutar kehernya dan sedikit menggerakkan bahunya, lalu dia pun mengangguk dan mengatakan,

"Pokoknya, jika aku tidak mencoba dan sedikit bergerak, mana mungkin aku tahu apakah aku terkilir atau tidak. Aku akan segera kembali, okay?"

"Tidak, jangan membuat dirimu terkilir...."

Acies menggunakan idiom yang salah dengan cara yang salah pula, dan saat Maou sedang membantahnya, siluet gadis itu memancarkan cahaya redup, dan dalam sekejap, ia menjadi bola-bola ungu dan kembali ke tubuh Maou.

"Oh? Itu tadi seperti Emilia....."

Alberto membungkuk merasa kaget.

Maou mengulurkan tangan kanannya dan memikirkan ekspresi kaget Alberto, lalu segera setelahnya,

"Keluarlah! Acies!"

Setelah memfokuskan konsentrasinya di telapak tangannya, bola-bola cahaya tadi pun berkumpul di tangan kanan Maou, dan kemudian....

".....eh?"

Orang pertama yang menyuarakan kebingungannya adalah Maou yang barusan menyombongkan diri.

"Apa itu? Meski itu adalah pedang suci, rasanya sedikit...."

Setelah melihat apa yang muncul di tangan Maou, Alberto juga ikut mengernyit,

"He-hey, Acies, apa ini, kenapa jadi seperti ini?"

".... Ya ampun~ kenapa ini?"

Dihadapkan dengan pertanyaan Maou, suara Acies di kepala Maou juga menunjukan emosi bingung yang sangat jarang.

"Padahal aku sudah menggunakan kekuatan penuhku....."

"Tidak mungkin. Aku seharusnya lebih dari ini."

"Ada apa, Raja Iblis?"

Suzuno yang juga belum memecahkan kebingungan dalam dirinya, mendongak dan bertanya, tapi Maou hanya bisa balik menatapnya dengan ekspresi tak berguna.

Hal tersebut memang tak bisa dielakkan.

Itu karena, pedang suci yang muncul di tangan Maou, terlihat begitu begitu layaknya sebuah pisau buah.

Bagian pangkalnya memang masih terlihat memiliki fragmen Yesod yang tertanam di dalamnya, tapi bagian bilahnya, terlihat tidak jauh berbeda dengan pisau yang dijual di toko 100 yen Sasazuka, genggamannya begitu buruk, sampai-sampai ketika Maou menggenggamnya, beberapa bagian tangannya sampai keluar dari pegangan.

Kesucian dan kekuatan yang terlihat di SMA Sasahata, yang mana membuat orang-orang merasa kalau itu adalah Evolving Holy Sword, One Wing, sama sekali tidak terlihat, dan di samping itu.....

"Ugh!!"

Maou tiba-tiba mengernyit, dan menutupi mulutnya.

"A-ada apa, Raja Iblis?"

Tidak hanya itu, dia tiba-tiba juga menjadi pucat dan jatuh ke belakang dengan langkah terseok-seok, Suzuno dengan cepat langsung menahan punggungnya.

Tapi sekalipun dengan bantuan Suzuno, Maou masih jatuh berlutut.

"Ah, oh tidak."

Usai mengucapkan hal tersebut, Maou tiba-tiba menjauhkan tangan Suzuno dan masuk ke kedalaman hutan.

"Raja Iblis?"

"Hey hey hey, ada apa dengan pria itu?"

Suzuno dan Alberto melihat Maou terburu-buru berlari ke dalam bayangan pepohonan di hutan, dan tak lama setelahnya,

"Eurghhhhhhhhhhh....."

Sebuah raungan yang tidak cocok dengan hutan pagi yang dingin dan kabut, sebuah suara tak tertahankan seperti sesuatu yang tidak seharusnya keluar, terdengar.

"".......""

Rangkaian kejadian dari mulai membual, kegagalan pedang suci, dan arus balik dari organ pencernaan yang terjadi tiba-tiba, membuat Suzuno dan Alberto tidak tahu apa yang harus dilakukan saat mereka terdiam syok.

Terakhir, setelah rangkaian kejadian yang tidak seharusnya terjadi, terpampang di hadapan mereka, Maou yang terlihat pucat, akhirnya berjalan keluar dari kedalaman hutan dengan bantuan Acies yang termaterialisasi.

"A-apa kau baik-baik saja..?"

"Apa aku terlihat seperti.... baik-baik saja.... Urgh!"

Maou yang terlihat berkaca-kaca saat dibantu berdiri oleh Acies, menarik tangannya dari bahu Acies dan langsung duduk di tanah.

"Acies, apa yag sebenarnya terjadi?"

Melihat Maou yang nampak hampir pingsan, Suzuno bertanya pada Acies sambil memandang Maou dengan cemas.

"Hm~ aku juga tidak yakin, aku merasa seperti akan dirampok begitu aku menggunakan kekuatanku."

"Dirampok.... maksudmu ditolak?"

Setelah membenarkan penafsiran bahasa dari Acies, Suzuno pun menatap Maou dan Acies secara bergantian.

"Siapa yang menolakmu?"

Acies tanpa sadar menunduk.

"Itu, tentu saja Maou."

“Hah? Aku?”

Terlihat seolah bisa mati kapan saja, Maou menoleh ke arah Acies.

“Padahal aku yang memanggilmu, kenapa malah jadi aku yang menolakmu.....?”

“Aku tidak tahu. Tapi rasanya memang begitu. Aku juga sedikit terkejut. Padahal kita sudah sangat mesra.”

“Kau...... ugh!!”

Maou ingin memarahi Acies yang bertingkah seolah tidak menganggap serius situasi ini, tapi dia nampak tidak bisa menekan sensasi mual di dadanya dan langsung menutupi mulutnya.

“Aku memang tidak begitu mengerti, tapi ini artinya pedang suci tidak bisa digunakan, kan?”

Alberto yang memperhatikan keseluruhan proses kejadian tadi, bertanya dengan gelisah.

“Sepertinya begitu.... dengan begini, situasinya akan jadi sedikit merepotkan.”

Menurut penilaian Suzuno, Maou menjadi begitu kuat setelah mendapatkan kekuatan dari Acies, dan dari bagaimana dia bisa mengalahkan seorang malaikat agung dengan begitu mudah, sepertinya dia setara, atau dalam beberapa situasi, bahkan melebihi Emi dalam hal kekuatan.

Karena dia tidak bisa menggunakan kekuatan itu, jika mereka menemui situasi yang mengharuskan mereka untuk bertarung melawan para malaikat yang bergerak di Afashan, pasti akan ada resiko kekuatan yang tidak memadai.

Tapi di sisi lain, Maou telah menggunakan kekuatan itu dengan begitu baik saat pertama kali dia menggunakannya di SMA Sasahata, dan setelah kejadian itu sampai hari ini, tubuhnya tidak menunjukan satupun kondisi aneh atau ketidaknyamanan, bahkan proses perwujudan dan penggabungan Acies pun berjalan dengan lancar.

“Hm?”

Alarm tak terlihat di kepala Suzuno kembali berbunyi.

Rasanya dia kembali melewatkan sesuatu yang penting.

Usai menatap Maou yang terlihat pucat, Acies yang terlihat santai, dan Alberto yang tadi menyela secara bergantian, Suzuno mulai berpikir dengan sangat sangat keras.

“Ah.... sialan, bagaimana bisa semuanya jadi seperti ini? Padahal tidak ada yang berubah sampai hari ini......”

Dalam sekejap, Maou yang wajah pucatnya sedikit demi sedikit pulih, mengeluh demikian.

“Hm?”

Suzuno berhasil mendapatkan petunjuk menuju satu pertanyaan besar.

Benar, sesuatu yang sudah terasa aneh sejak awal. Namun, dia tidak menyadari keadaan yang tak biasa tersebut.

“Kenapa?”

Karena Suzuno sudah berinteraksi dengan manusia yang bernama 'Maou sadao' untuk waktu yang sangat lama.

“Raja Iblis, meski kau kembali ke Ente Isla.... kenapa kau tidak mendapatkan kembali wujud iblismu?”

“.....Huh?”

“Walau kau tidak berubah.... bagaimana dengan sihir iblismu? Apa sihir iblismu kembali?”

“.....Ah.”

Tanya Suzuno dengan suara gemetar, membuat Maou menahan napasnya.

“E-eh? Itu benar, sihir.... iblisku.... eh? Aneh sekali?”

Mereka berdua akhirnya menyadari betapa seriusnya situasi ini, mengakibatkan wajah yang sudah mendapatkan kembali beberapa coraknya, kembali memucat.

Sihir iblis tidak kembali ke tubuh Maou.

Meskipun Ente Isla adalah dunia para manusia, Raja Iblis Satan seharusnya bisa mendapatkan sihir iblis di dunia ini untuk mempertahankan wujud iblisnya.

Dan begitu sihir iblis pulih, selama dia sendiri tidak dengan sengaja memonitor kondisi tubuhnya, secara otomatis dia harusnya berubah menjadi Raja Iblis Satan.

Maou dengan panik menyentuh kepala dan kakinya, dan setelah memastikan kalau struktur tubuhnya tidak berubah sedikitpun, dia langsung terpaku.

“Apa ini karena kekuatan Acies....?”

“Aku tidak yakin.”

Acies sepenuhnya tidaklah bertanggung jawab, bahkan jika mereka terus bertanya, Maou merasa kalau gadis itu tak mungkin tahu kenapa sihir iblis tidak kembali ke tubuhnya.

Dan setelah melihat kepanikan yang menyerang Maou, Suzuno kembali menoleh ke arah Acies kerena menyadari hal penting lain.

“Raja Iblis, kau bergabung dengan Acies di Jepang, kan?”

“Ye-yeah....”

Pertanyaan tersebut, membawa pertanyaan mengejutkan lain pada manusia dan iblis yang memiliki hubungan dengan invasi Ente Isla yang dilakukan oleh Pasukan Raja Iblis dulu,

“Kenapa Raja Iblis dengan sihir iblis bisa bergabung dengan pedang suci... dengan fragmen Yesod.........?”

---End---





Translator : Zhi End Translation..


Previous
Next Post »
0 Komentar