Hataraku Maou-Sama Volume 11 - Chapter 2 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 11 - Chapter 2 : Raja Iblis Dan Pahlawan, Berpegang Kuat Pada Pendirian Mereka Masing-Masing -2


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 11 - Chapter 2 Bahasa Indonesia


Chapter 2 : Raja Iblis Dan Pahlawan, Berpegang Kuat Pada Pendirian Mereka Masing-Masing.

Di dalam ruang karyawan MgRonald depan stasiun Hatagaya, Chiho menggembungkan pipinya saat dia melihat Maou dan berjalan ke arahnya.

"Maou-san! Aku sudah dengar semuanya dari Suzuno-san!"

"Eh? A-ada apa?"

Si gadis SMA memaksa Raja Iblis Satan yang sudah memulihkan kekuatan penuh dari sihir iblisnya, untuk bersandar pada tembok begitu mereka bertemu.

"Aku tahu Maou-san dan Yusa-san itu adalah musuh! Tapi meski demikan, melakukan hal itu sangatlah tak berperasaan!"

"Uh, Chi-chan, bukan begitu, sebenarnya itu karena..."

"Aku tahu kalau Maou-san sedang kesulitan, dan aku juga tahu kalau masalah uang itu sangat penting! Tapi mengatakan hal-hal demikian di depan ayah Yusa-san itu sangatlah kasar!"

Sepertinya Chiho benar-benar marah.

Apa yang dimaksud Chiho mungkin adalah Maou yang meminta Emi membayar hutang-hutangnya di depan Nord yang masih belum pulih sepenuhnya.

Maou mengeluh kepada Suzuno yang terlalu banyak bicara di dalam hati sambil mencoba membujuk Chiho.

"Uh, Chi-chan, ada alasan yang sangat rumit di balik semua ini...."

"Tidak bisakah kau paling tidak melakukannya di kamar Maou-san, kamar Suzuno-san, ataupun tempat-tempat lain di mana ayah Yusa-san tidak ada di sana?"

"Chi-chan, tolong dengar penjelasanku! Aku punya alasan melakukan semua itu?!"

Maou memegang pundak Chiho yang terlihat seperti ingin mencengkeram lehernya dan melemparnya keluar, Maou pun mendorong Chiho menjauh.

"Aku tidak tahu apa yang Suzuno katakan padamu, tapi aku melakukan hal seperti itu karena aku juga punya pertimbangan sendiri!"

"Pertimbangan apa?! Apa kau tahu, setelah itu, Yusa-san dan ayahnya.... Nord-san bertengkar sampai situasinya jadi aneh hanya gara-gara masalah uang."

Benar, tanpa diingatkan Chiho dan Suzuno pun, Maou juga tahu kalau situasinya akan jadi seperti ini.

Lagipula, dari sudut pandang Nord, orang yang dihutangi oleh putrinya adalah musuh dari seluruh umat manusia.

Nord adalah orang yang terlibat dengan fragmen Yesod lebih dulu dibanding Emilia, jadi dia secara sepihak tidak menganggap Maou dan para iblis sebagai makhluk jahat, tapi meski begitu, dia seharusnya tahu bahwa posisi Emi saat ini tidaklah bagus.

Ditambah lagi, Emi sepertinya berencana memenuhi permintaan Maou dengan uangnya sendiri.

Barang-barang sepele ataupun mewah milik Nord mungkin juga dibelikan oleh Emi baru-baru ini.

Walaupun bayaran perjam Emi lebih tinggi daripada Maou, memenuhi permintaan Maou dalam waktu sesingkat ini, bukankah itu akan membuat tabungannya terkuras dalam sekejap?

"Kupikir dia akan menentangnya lebih keras lagi."

"Menentang?"

Ekspresi Maou terlihat agak lelah, membuat Chiho mengernyit dan terlihat bingung.

"Ini 350.000 yen lo. Bahkan untuk karyawan tetap pun, 350.000 itu bukan jumlah yang bisa dibuang-buang dengan mudah, kan? Apalagi, dia saat ini adalah pengangguran."

"Tentu saja! Itulah kenapa kau seharusnya tidak mengatakan itu di depan Nord-san...."

"Aku sebenarnya ingin memberitahunya, jika dia tidak punya uang, dia bisa membayar menggunakan tubuhnya...... Chi-chan, Chi-chan?"

Maou baru berbicara setengah jalan ketika wajah Chiho menjadi semakin memerah dan matanya memelotot marah, hal itu membuat Maou sadar kalau dia sudah mengatakan sesuatu yang salah.

"Tu-tu-tu-tu-buh, menggunakan tubuh, menggunakan tubuh....! Maou-san! Apa yang kau bicarakan!? Me-mengatakan sesuatu yang kurang ajar seperti itu, aku benar-benar salah menilaimu!"

Seperti yang Maou duga, Chiho kemudian berteriak, Maou pun dengan panik menjelaskan,

"Chi-chan Chi-chan Chi-chan! Aku salah! Maksudku bukan begitu! Kau tahu, begini..."

Maou mengeluarkan sebuah buku kecil yang terlihat seperti majalah dari dalam laci.

"Coba pikir, orang itu Emi, kan? Berhutang kebaikan padaku, sang Raja Iblis saja, pasti sudah membuatnya marah, kupikir jika aku mengajukan permintaan yang tak masuk akal ini, dia akan kehilangan kesabaran seperti sebelumnya. Dengan begitu, aku bisa menggunakan hal ini sebagai usulan pengganti. Aku sebenarnya ingin membicarakan masalah tersebut."

Chiho yang wajahnya memerah karena rasa malu dan marah, melihat sampul majalah dan penanda halaman yang terlihat dari majalah tersebut, dia pun mulai mengerti apa yang ingin Maou katakan.

"Maou-san, jangan-jangan...."

"Kupikir dia akan bilang, 'Kenapa aku harus membayar uang sebesar itu?! Bahkan jika aku berhutang budi padamu pun, seharusnya ada batasnya juga!', atau semacamnya. Kemudian, kalau dia bilang begitu... atau setidaknya membalas dengan kata-kata semacam itu, maka aku bisa memintanya membayar dengan cara lain, contohnya, berkenaan dengan dia yang saat ini tidak punya pekerjaan... benar?"

Maou menyerahkan majalah yang ada di tangannya kepada Chiho, Chiho pun menerimanya dengan wajah seolah tidak tahu harus memasang ekspresi seperti apa.

Tercetak di sampul majalah tersebut adalah, "Majalah Informasi, CITY WORKING! Edisi Shinjuku, Keio, dan Jalur Cepat Oda!". Selain itu ada pula gambar maskot babi yang memegang lembar pengumuman bertuliskan 'Toko Makanan dan Minuman Edisi Special!'.

Edisi keluaran terbaru ini memiliki sebuah penanda halaman, dan ketika halamannya dibuka, kata-kata 'Dengan adanya perluasan bisnis MgRonald depan stasiun Hatagaya, kami mencari rekrutan baru secara besar-besaran! Pengalaman tidak dibutuhkan!' tercetak di sana.

Chiho menatap halaman tersebut dan wajah Maou secara bergantian dengan ekspresi kaget di wajahnya.

"Ma-Maou-san..."

"Jika kau tidak bisa membayar dengan uang, maka bekerjalah untuk membayarnya... Aku ingin bilang begitu... tapi situasinya tidak berubah seperti yang kuharapkan..."

Usai mengatakan hal itu, bahu Maou merosot depresi.

"......"

Chiho menatap Maou dengan tatapan seolah sudah tak sanggup lagi melihatnya, mengembalikan majalah tadi, dan....

"Kau benar-benar tidak bisa jujur!"

Suara Chiho menusuk tepat di hati Maou.

"T-tapi..."

"Tak ada tapi-tapian! Apa-apaan itu? Padahal tak masalah kalau kau bicara langsung dari awal, kenapa kau harus melakukan cara yang berbelit-belit begitu?"

"Ugh, itu karena aku dan dia punya sudut pandang yang berbeda...."

"Apa sudut pandang bisa dimakan? Apa itu bisa membantu mencari pekerjaan?"

"Ugh, kalau kau bilang begitu.... ta-tapi, orang itu adalah Emi...."

"Karena kau tidak memperlakukan dia dengan baik dan serius kali ini, jadinya kata-kata yang seharusnya bisa kita dengar malah terlewatkan!"

Ketika keduanya sedang berbalas sanggahan, sebelum Maou tahu, dia sudah dipaksa untuk duduk di sebuah kursi lipat, menerima ceramah tanpa henti dari Chiho.

“Dan lagi, apa-apaan ini?! Kau itu bukan bocah SD, kau ingin bersikap baik pada seorang gadis, tapi pada akhirnya kau tetap membully-nya karena kau pikir itu tidak keren. Sebagai Raja Iblis, apa kau tidak merasa kalau itu memalukan?”

“Tu-tunggu Chi-chan. Asumsimu itu salah. Pada dasarnya, kita memang benar-benar kekurangan tenaga di restoran, dia juga sangat ramah pada siapapun yang bukan iblis, jadi kupikir, karena sebelumnya dia bekerja di posisi customer service, seharusnya dia mampu mengatasi pesanan delivery, aku sama sekali tidak bermaksud berbuat baik kepadanya.....”

Chiho memarahi Maou yang ingin kabur menggunakan alasan MgRonald kekurangan karyawan.

“Itu sama saja! Kalau begitu, kenapa kau tidak bilang seperti itu dari awal?! Kenapa kau tidak memberitahu Yusa-san langsung bahwa restoran sedang kekurangan pegawai dan keahliannya akan sangat membantu, jadi kau ingin dia bekerja di restoran?!”

“Ugh, meski kau bilang begitu...”

Meskipun Maou punya pemikirannya sendiri, Chiho sama sekali tidak mau mendengarkannya.

“Intinya, alasan itu tidak penting sama sekali! Jika kau malu menunjukan kepeduliaanmu secara langsung kepada Yusa-san, kau bisa bilang kalau kau khawatir dengan Alas Ramus atau semacamnya, lalu merekomendasikan sebuah pekerjaan pada Yusa-san, kenapa kau harus bersikap seperti orang jahat?!”

“Ugh, karena aku adalah Raja Iblis dan dia adalah Pahlawan....”

“Sampai saat ini, apa bersikukuh soal identitas sebagai Raja Iblis dan Pahlawan menghasilkan sesuatu yang baik?!”

Petir terkuat hari ini menyambar si Raja para iblis.

Maou tersentak di atas kursi lipatnya dan dengan gugup mendongak, Chiho menatapnya dengan tatapan penuh amarah seperti saat Emi sedang dalam kekuatan penuhnya.

“Sekarang bukanlah saatnya berpegang pada hal-hal semacam itu!! Bukankah Maou-san sudah bekerja sama dengan Yusa-san, Acies, dan Ashiya-san untuk bertarung melawan para malaikat di Ente Isla? Jangan bilang kalau pada waktu itu, kau bertarung sambil memikirkan hal-hal mengenai Raja Iblis dan Pahlawan?”

“Ugh, itu... meski Suzuno mengatakan berbagai hal, kami sebenarnya tidaklah.....”

Mengenai pertarungan yang terjadi di Benua Timur Ente Isla, lebih tepatnya di Ibukota Kerajaan Afashan, Azure Sky Canopy.... Maou, Ashiya, Emi, dan Suzuno sudah menceritakan semuanya kepada Chiho.

Chiho merasa marah kepada Olba dan pihak Surga ketika dia mendengar soal Emi yang ditangkap di Ente Isla, dia merasa terkejut ketika Maou secara tak sengaja bertemu dengan Alberto, tersenyum karena surat yang Ashiya kirim kepada Emi, merasa takjub ketika Suzuno menyelamatkan Emerada, dan ketika dia tahu bahwa Emi dan ayahnya bertemu kembali, dia merasa begitu bahagia untuk Emi sambil menangis, menunjukan campuran ekspresi sedih dan bahagia.

Chiho, setelah tahu keseluruhan cerita pertarungan tersebut, sebelumnya punya pemikiran seperti ini....

“Padahal sangat jarang hubungan antara Yusa-san dan Maou-san jadi membaik....”

“Chi-chan....”

Maou menjadi bingung karena Chiho tiba-tiba memperlihatkan ekspresi suram.

“Maou-san.”

“O-oh?”

“Jika Yusa-san sudah mengembalikan semua uangmu dan menata perasaannya dengan benar, apa yang akan kau lakukan jika dia mulai serius ingin bertarung denganmu?”

“Eh? Tidaktidaktidak, asalkan Alas Ramus masih ada di sini, kurasa hal seperti itu tidak akan terjadi...”

Ini bukan seperti Maou tidak pernah khawatir mengenai masalah itu sebelumnya.

Dengan berakhirnya insiden ini, begitu Emi membayar semua hutang yang dia miliki kepada Maou, hanya ada satu kenyataan yang tersisa di antara keduanya.... yakni, Maou yang tidak menyerah untuk menaklukan dunia dan meninggalkan ingatan yang menyakitkan kepada Emi dan Nord.

Dia memang sudah bertemu kembali dengan ayahnya, tapi mengingat hal-hal besar yang sudah hilang dari kehidupan Emi, bahkan jika Emi meminta bayaran dari Maou, itu bukanlah hal yang aneh.

“Ka-karena dia tidak bisa mencabut nyawaku... jangan-jangan kali ini dia akan meminta uang dariku? Seperti, ganti rugi atau semacamnya, gitu?”

“Yang benar saja!”

Chiho mengalihkan pandangannya dari Maou, seolah tidak tahan dengan sikap pelitnya yang sudah menancap dalam.

“Po-pokoknya, maafkan aku, Chi-chan! Aku tidak berhati-hati dalam berpikir....”

“Percuma saja kalaupun kau meminta maaf padaku!”

“Ugh.”

Chiho menghela napas menanggapi Maou yang terdiam.

“Terkadang, aku benar-benar tidak mengerti.”

“O-oh?”

“Dulu, Yusa-san sering bilang kalau Maou-san adalah seorang lawan, seorang musuh, dan ingin mengalahkanmu, sesuatu seperti itu pokoknya.”

“Be-benar sekali. Yeah.”

“Lalu apa yang Maou-san pikirkan?”

“Eh?”

“Bagaimana Maou-san melihat Yusa-san?”

“Bagaimana aku melihat.... ugh.....”

Entah kenapa, meski situasi dan lawan bicaranya berbeda, rasanya Maou pernah dihadapkan pada situasi yang sama sebelumnya, hal ini sontak membuatnya sesaat merasa bingung.

“Karena Yusa-san adalah seorang musuh, jadi kau juga ingin membunuhnya?”

“Tidak, tidak, apapun yang terjadi, aku tidak akan melakukan sesuatu sampai sejauh itu...”

Ucapan Chiho membuat Maou membuka lebar matanya merasa kaget, tapi dia langsung sadar kalau dia tidak bisa menjawab pertanyaan Chiho sama sekali.

“Kau tidak berpikir begitu kan? Bagaimanapun, Yusa-san juga salah seorang Jenderal Besar di Pasukan  Raja Iblis yang baru.”

Entah Chiho maupun Suzuno, akhir-akhir ini mereka sering menggunkan gelar Jenderalnya untuk memaksa Maou melawan kehendaknya sendiri, tapi karea dia sendiri yang memberikan gelar tersebut, Maou tentu tidak bisa membantahnya.

“Kalau begitu, jangan ganggu Yusa-san dan tunjukan sisi hebatmu seperti seorang penguasa. Tolong biarkan Yusa-san melihat dunia baru yang berbeda dari sebelumnya, atau kalau tidak......”

Ucap Chiho dengan sedih, Maou sama sekali tidak bisa menjawab....

“...  kasihan Alas Ramus.”

…. dan hanya diam menyaksikan Chiho keluar dari ruang karyawan.


“Maa-kun.”

“Ya! Aku memang sudah mengatakan sesuatu yang salah dan membuat Chi-chan marah!”

Begitu masuk ke dalam restoran, si manager MgRonalds depan stasiun Hatagaya, seorang manusia yang bahkan membuat Raja Iblis Satan tidak berani mengangkat kepalanya... Kisaki Mayumi, berdiri dengan aura yang jauh melampaui Chiho, dan sebelum dia mengatakan apa-apa, Maou sudah mengakui kesalahannya duluan.

“Begitu ya?”

“Y-ya.”

“Maa-kun. Aku mungkin sudah tidak perlu mengatakannya lagi, tapi restoran ini sekarang tidak punya waktu untuk pilih-pilih pegawai. Kau mengerti hal itu, kan?”

“Aku mengerti.”

Jawab Maou sembari berkeringat dingin.

“Kita perlu mengumpulkan banyak orang, sebelum layanan delivery resmi berjalan, kita harus mengajari mereka semua dengan benar. Jika tangan-tangan lama seperti kalian membekukan suasana restoran di saat seperti ini, itu akan menyebabkan dampak negatif terhadap pembelajaran orang-orang baru. Apa aku benar?”

“Y...ya, benar sekali.”

Kisaki mengucapkan setiap kalimat tersebut secara perlahan layaknya sedang mengajar dengan sungguh-sungguh, dan rasanya setiap kalimat itu seperti memiliki sihir iblis, membuat Maou merasa sangat gugup.

Saat musim gugur semakin mendekat, berbagai lubang akan mulai muncul di jadwal kerja restoran MgRonalds depan stasiun Hatagaya.

Karena tingkat spesialisasi tertentu dibutuhkan bagi pegawai yang bertugas di MdCafe, jumlah orang yang sering berada di restoran pasti akan bertambah, ditambah lagi, restoran ini juga dipilih sebagai cabang restoran yang akan digunakan untuk percobaan layanan delivery, dengan jumlah orang yang sekarang, mempertahankan operasi di dalam restoran tidaklah mungkin.

Selain itu, begitu musim gugur tiba, tren bekerja para mahasiswa juga akan menjadi tidak stabil.

Mahasiswa di tahun ketiga universitas yang memiliki waktu stabil hingga saat ini akan mulai terpengaruh oleh aktivitas mencari kerja, membuat orang-orang yang bisa memenuhi jadawal kerja dengan konsisten akan berkurang satu demi satu seperti air yang surut.

Libur panjang yang hanya dimiliki oleh para mahasiswa akan segera berakhir, dan dengan dimulainya kelas-kelas di semester akhir, arus mahasiswa tahun pertama dan kedua juga akan menjadi semakin deras.

Adapun untuk para istri rumah tangga, meski mereka memiliki shift paling stabil, jika dibandingkan, mereka hanya kurang dalam fleksibilitas waktu. Sementara untuk murid SMA seperti Chiho, mereka akan mulai menghadapi ujian semester.

Kalau sudah begini, kaum pekerja seperti Maou lah yang akan menjadi tenaga utama dalam penyusunan jadwal kerja, namun jumlah kaum pekerja tidak akan pernah bisa melampaui jumlah karyawan siswa.

Karena itu, mereka harus mempekerjakan orang-orang baru di saat seperti ini ketika para siswa masih bisa mempertahankan shiftnya, mereka juga harus meluangkan waktu dan tenaga untuk melatih orang-orang baru tersebut, jika tidak, bukan hanya model operasi yang baru, bahkan ada kemungkinan mereka tidak akan bisa mempertahankan struktur yang sudah ada.

Kisaki yang biasanya, pasti akan bergantung pada kekuatan manajemennya yang sempurna, dia akan menggunakan koneksinya yang luas dan stamina fisiknya untuk mengatasi saat-saat di mana mereka kekurangan tenaga kerja, tapi menghadapi keputusan tiba-tiba dari pusat, beban berat kali ini tidak akan bisa diseleseikan hanya dengan kekuatan Kisaki saja.

"Memang sudah sewajarnya, tapi restoran kita itu tidak memperlakukan diskriminasi gender, dan kita merekrut para pegawai wanita muda di saat yang sama. Pokoknya, akan ada banyak orang baru setelah ini. Karena itulah, jika kau terlibat dengan masalah yang berhubungan dengan wanita dan membuat lingkungan kerja di restoran menjadi buruk karena kau bertengkar dengan Chi-chan....."

Di momen berikutnya, Maou merasakan sensasi dari kematian untuk yang kedua kalinya di Jepang.

".... Akan kutunjukan neraka padamu."

"..... Ugh!"

Maou yang bahkan tidak mampu berbicara, hanya bisa meluruskan punggungnya dan membungkuk.

"Serius ini."

Setelah memastikan sikap patuh Maou, Kisaki melihat jam di restoran seperti sedang mencoba mengganti suasana.

"Dan, soal orang barunya...."

"Untuk hari ini, akan ada 3 interview. Dari jadwalnya, mereka semua akan datang ketika kau sedang bekerja. Shift Maa-kun hari ini adalah berada di MdCafe di atas, jadi kau tidak akan punya kesempatan untuk bertemu dengan mereka, tapi aku akan memberitahumu. Akan ada satu orang di pagi hari, dan dua orang di sore hari."

"Aku akan mengingatnya!"

Akhir-akhir ini, Maou selalu kebagian shift bekerja di MgRonalds Cafe di lantai dua.

Memiliki kualifikasi MgRonalds Barista yang sudah diverifikasi oleh perusahaan adalah salah satu alasan utamanya, tapi Chiho yang memiliki kualifikasi sama, malah lebih sering menghabiskan waktu di counter lantai satu.

Ada banyak alasan, contohnya, hanya dari kemampuan murni mereka masing-masing, asalkan itu bukan saat-saat sibuk, Maou bahkan bisa mengawaki counter MdCafe sendirian.

Chiho masihlah seorang gadis SMA, meski dia ditugaskan di counter MdCafe, dia tidak akan bisa terus melakukannya melebihi jam 10pm sampai akhir jam buka restoran.

Alasan lebih sederhananya adalah, karena lantai pertama berfungsi untuk menarik pelanggan, akan lebih tepat kalau menempatkan pegawai wanita untuk bekerja di sana daripada pegawai pria.

Selain soal interview kerja, Maou juga diberitahu berbagai hal lain.

"Eh? Kita tidak memesan cheesecake?"

"Apa kau tidak melihat berita? Kau terlalu lama ambil cuti. Saat ini, karena suatu bakteri ditemukan dalam pabrik pembuat keju yang kita pakai, maka kita tidak akan mengimpor keju untuk sementara."

"Ah.... begitu ya? Akhir-akhir ini aku tidak punya waktu untuk menonton televisi.... itu akan merepotkan, tidak ada cheesecake ya."

"Kehilangan produk yang laku keras memang merupakan kerugian besar, tapi hanya dengan kekuatan kita, hal ini tak bisa dielakkan lagi. Kita hanya bisa bekerja keras dan membalik keadaan menggunakan produk lain. Kita juga harus memikirkan cara menambah keuntungan dari chestnut, kentang, dan kue labu untuk event musim gugur. Anggap saja ini sebagai kesempatan untuk mempromosikan produk lain."

Lubang satu minggu yang dia tinggalkan ternyata lebih besar dari yang Maou duga.

Hanya dalam waktu satu minggu, saus yang digunakan untuk burger tertentu saja sudah berbeda, berbagai nama yang tak dikenal juga mulai muncul di jadwal kerja.

Meskipun Maou berhasil memulihkan feeling saat bekerja setelah sedikit berusaha, fakta bahwa dia tidak bisa mengikuti latihan layanan delivery tetap membuatnya merasa gelisah.

Tentu saja, tidak semua pekerja ikut berpartisipasi dalam latihan tersebut, dan bukan hanya Maou saja yang berencana ikut terjun ke lapangan.

Memang ada cukup kesempatan untuk melakukan latihan sebelum dimulainya operasi kerja yang baru, tapi, pasti akan lebih baik kalau dia bisa melakukan lebih banyak persiapan.

"Jika itu cara menggunakan GYRO ROOF di jalanan yang kasar, menaiki tangga, dan melempar botol api, aku sudah pernah mengalaminyq sendiri."

Berdiri di counter cafe di lantai dua, Maou mulai merasa murung ketika dia memikirkan soal masa depan. Karena masih terlalu awal dan tidak ada banyak pelanggan yang datang ke cafe, Maou pun mulai memikirkan hal-hal yang tidak penting.

"Masa depan ya...."

Maou yang tidak punya sesuatu untuk dikerjakan, kali ini memeriksa tanggal kadaluarsa bahan-bahan yang ada di freezer, kemudian dia menggosok-gosok berbagai peralatan hingga berkilau, tapi bagaimanapun juga, ini tetaplah restoran yang dimanajeri oleh Kisaki.

Dia menyelesaikan semua itu kurang dari 30 menit, dan hanya bisa menunggu pelanggan datang sambil sesekali mengalihkan perhatiannya.

'Jika suatu hari nanti kau berniat melakukannya, maka beritahulah Emilia.'

Dia tiba-tiba ingat apa yang Suzuno katakan ketika mereka berkemah di Afashan.

'Sampai saat ini, apa bersikukuh soal identitas sebagai Raja Iblis dan Pahlawan menghasilkan sesuatu yang baik?!'

Tanpa diingatkan Chiho pun, Maou juga tahu kalau tak ada sesuatu yang baik terjadi. Hal itu tak perlu diragukan lagi.

Meski tak ada yang bisa menjamin kalau sesuatu yang baik akan terjadi jika mereka melupakan sifat keras kepala mereka, apa yang Chiho katakan memang masuk akal.

'Maaf, aku memberikanmu banyak masalah.'

Apa yang Emi katakan saat matahari terbit di Azure Sky Canopy terlintas di pikiran Maou.

Maou tidak sebegitu bodohnya sampai tidak tahu kalau itu adalah kata-kata tulus dari hati Emi.

Emi sungguh-sungguh ingin meminta maaf kepada Maou berkaitan dengan apa yang terjadi dalam sebulan terakhir.

Dan mengesampingkan semua yang telah terjadi sejauh ini.

"..... Apa itu benar-benar tidak adil??"

Jauh sebelum diminta Suzuno, Maou sudah memutuskan kalau dia tidak akan memberitahu Emilia alasan dibalik penyerangan Pasukan Raja Iblis ke Ente Isla.

Kalau dipikir-pikir, dia membuat keputusan tersebut kala itu.

Yaitu, tak lama setelah bertemu kembali dengan Emi, dan saat Chiho masih tidak tahu identitas asli Maou dan yang lainnya.

Emi yang terjatuh dari tangga Villa Rosa Sasazuka, menyatakan hal ini kepada Maou sembari menangis.

'Kau telah merampas kehidupan bahagiaku, aku tidak akan pernah memaafkanmu!'

Bagi Maou yang mulai memahami kehidupan masyarakat manusia, itu adalah fakta yang harus dia terima dan hukuman yang harus dia tanggung.

Setelah itu, meski dia sendiri sadar akan hal tersebut, di saat yang sama dia juga menganggap kalau keputusan untuk menyerang Ente Isla bukanlah keputusan yang salah.

Seperti yang Maou katakan pada Suzuno sebelumnya, jika dia menempatkan tragedi yang dialami Ente Isla dan tragedi yang dialami dunianya di atas sebuah timbangan lantas membandingkannya, tentu dia akan mendahulukan kepentingannya.

Jadi karena ada kenyataan yang tak bisa dielakkan....

".... Apa hubungannya hal itu dengan semua yang sudah terjadi sejauh ini?"

Emi adalah Pahlawan Emilia Justina, musuh para iblis tak peduli kemanapun dia pergi.

Maou adalah Raja Iblis Satan, musuh Emi dan seluruh rakyat Ente Isla tak peduli kemanapun dia pergi.

Pada kenyataannya, kehidupan di Jepang hanyalah pertarungan di luar medan tempat perang terjadi. Apa yang seharusnya menjadi sebuah pertikaian, setelah melibatkan banyak hal, kini justru menjadi sebuah hubungan kerja sama di luar medan perang.

Meski mengakui hal ini memberikan sebuah perasaan nyaman yang aneh, semua orang sebenarnya sudah siap, siap menerima kalau ini adalah tempat rapuh yang akan runtuh jika ada suatu titik balik besar.

Bahkan jika insiden ini menjadi titik balik tersebut, hal itu sama sekali tidak aneh.

'Ini juga merupakan permintaan dariku sebagai Jenderal dari Pasukan Raja Iblis yang baru.'

'Bukankah Maou-san sendiri yang memberi gelar pada Yusa-san?'

"Aaahhh, cukup!"

'Aku akan menunjukan sebuah dunia baru kepadamu!'

“Apa yang ingin kulakukan dan apa yang seharusnya kulakukan?”

“Maou-san, kenapa kau berisik sekali?”

“Uwah!”

Maou yang menjadi bingung karena suara-suara dari masa lalu yang berputar dalam kepalanya, melompat kaget setelah mendengar suara tidak senang dari Chiho.

“Chi, Chi-chan, a-ada apa?”

“Tidak, akulah yang ingin bertanya ada apa denganmu, Maou-san? Kelihatannya kau sedang menggumamkan sesuatu?”

“Uh, erhm...”

Mungkinkah apa yang dia ucapkan tadi terdengar keras?

Maou yang tiba-tiba menjadi khawatir, mengamati sekeliling, tapi dari bagaimana para pelanggan tidak secara khusus memperhatikan tempatnya berada, suaranya seharusnya tidak sekeras itu.

“Ti-tidak ada apa-apa. Apa ada yang salah?”

“Uh... aku hanya datang untuk menyampaikan pesan. Seorang pelanggan datang mencari Maou-san.”

Meskipun Chiho terlihat tidak percaya dengan jawaban Maou, dia lebih memilih mengesampingkan masalah tersebut dan menunjuk ke arah tangga.

“Pelanggan....”

Maou mengikuti pandangan Chiho dan mendapati seorang yang sama sekali tak terduga.

“Maafkan aku mengganggumu saat sedang bekerja, Maou-sama.”

Meski suhu di luar kini sudah jauh lebih dingin, sambil membawa sebuah amplop berwarna coklat, Ashiya malah bercucuran keringat dan berdiri di sana sembari terengah-tengah.


“Aku sangat kaget, kukira kau datang untuk interview.”

Ucap Maou sambil mencari barang-barangnya di ruang karyawan.

“Aku benar-benar minta maaf, tapi ini darurat dan tidak boleh ditunda lagi. Aku akan meminta maaf kepada manajer Kisaki nanti....”

“Ah, jangan khawatir soal itu, biar aku saja yang meminta maaf. Oh, ketemu. Ini.”

Maou mengeluarkan HP barunya dari dalam tas dan menyerahkannya pada Ashiya.

Karena HP lama Maou rusak parah saat melakukan perjalanan di Ente Isla, Maou pun membeli sebuah HP dengan kerangka ramping berwarna perak menggunakan uang Emi, sebuah HP baru yang bisa menggunakan layanan dan sistem modern.

Memikirkan apa yang terjadi pada waktu itu, serta menghubungkan Emi dengan apa yang Chiho katakan barusan, ekspresi Maou perlahan menjadi suram.

Dia tidak tahu bagaimana Ashiya mengartikan ekspresi itu, tapi pada akhirnya, Ashiya menerima HP tersebut dengan kepala tertunduk dan sedikit ekspresi bersalah.

Di dalam amplop coklat yang dibawa Ashiya, adalah kontrak kartu kredit yang dibuka atas nama Maou.

Alasan Ashiya datang ke sini adalah untuk menjelaskan bahwa Urushihara yang terisolasi di tempat antah berantah, saat ini sedang berada dalam situasi berbahaya di mana dia memiliki akses laptop dan internet, dia datang ke restoran untuk meminta Maou mengambil inisiatif melakukan pembatalan kartu kredit.

“Jika aku menelepon perusahaan kartu kredit sekarang untuk melakukan prosedur pembatalan, aku pasti akan dimarahi. Jadi untuk saat ini bawalah HP ini dan gunakan internet untuk memeriksa penggunaannya, dan jika memang benar-benar gawat, maka lakukanlah prosedur pembatalannya. Meski melakukan hal seperti ini tidaklah baik, seingatku HP bisa digunakan untuk sementara menghentikan penggunakan kartunya, jika kau merasa ada bahaya, kau bisa melakukan itu.”

“Terima kasih banyak. Aku akan menggunakan HP Maou-sama dengan hati-hati.”

“Kau tahu cara menggunakannya, kan?”

Ashiya normalnya tidak memiliki banyak kesempatan untuk bersentuhan langsung dengan barang elektronik terbaru, karena itulah Maou sedikit khawatir apa dia benar-benar bisa menyelesaikan prosedur pembatalan kartu kredit melalui internet atau tidak.

“Aku akan membaca buku instruksinya dan berusaha keras. Jika benar-benar ada masalah, aku akan menghubungi Bell atau Suzuki-san untuk meminta bantuan.”

“Suzuno sih seharusnya tidak akan bisa membantu. Sedangkan Suzuki Rika.... karena HPku bukanlah docodemo melainkan ae, aku tidak yakin apa itu akan berpengaruh. Dan kurasa saat ini dia juga sedang bekerja.”

“Intinya aku akan berusaha sendiri, tapi ide seperti itu tetap lebih baik daripada diriku yang tidak paham dengan teknologi dan hanya menggunakannya secara sembarangan.”

“Huuh, kita hanya bisa berharap si Urushihara tidaklah sebodoh itu.”

“Soal itu, aku tidak bisa mempercayainya sepenuhnya.”

Ashiya secara terang-terangan menunjukan kalau dia tidak bisa mempercayai Urushihara, Maou pun tertawa dibuatnya.

“Huuuh, meski begitu, kita tidak bisa sembarangan menggunakan sihir iblis hanya karena masalah kecil seperti ini.”

“Kau benar. Karena kita sudah memulihkan sihir iblis kita, kita bisa paham kalau hidup di negara semacam ini, memiliki sihir iblis tetaplah percuma.”

Maou sepenuhnya setuju dengan kata-kata Ashiya.

Ketika mereka pertama kali datang ke Jepang, saat mereka memulai kehidupan mereka tanpa sepeserpun uang, Maou dan Ashiya terus saja mengeluh. Jika mereka bisa menggunakan sihir iblis untuk membuat api, maka mereka tidak perlu lagi membayar tagihan gas, jika mereka punya air, mereka tidak perlu lagi membayar tagihan air, jika mereka bisa memfungsikan peralatan elektronik, mereka tidak perlu lagi membayar tagihan listrik.

Namun, dengan kondisi mereka sekarang ini, meski mereka membawa sihir iblis kembali ke Jepang, mereka tidak bisa menggunakannya pada apapun.

Asalkan mereka memutar keran, air akan mengalir, asalkan mereka menggunakan jari mereka untuk mengatur saklar, mereka bisa membuat api untuk memasak ataupun mengatur suhu dengan leluasa. Alat-alat telekomunikasi dan peralatan rumah tangga, semuanya bisa beroperasi sesuai fungsinya selama dicolokkan.

Di situasi saat ini di mana mereka sudah puas dengan makanan, baju, transportasi serta kehidupan mereka, tidak ada suatu apapun yang bisa menyebabkan mereka secara khusus ingin menggunakan sihir iblis, yang mana memiliki fungsi sebagai energi kehidupan yang penting.

Begitu mereka kembali dari Ente Isla, Maou langsung kembali bekerja dengan semangat, dan Ashiya seperti sebelumnya selalu mengantar keberangkatannya.

Melihat bagaimana Maou bertingkah saat dia pergi bekerja, Suzuno mengucapkan hal ini dengan sebuah senyum kecut,

'Kurasa memang akan seperti ini.'

Entah itu Suzuno, Chiho ataupun Emi, semua orang yang tahu identitas asli Maou sama sekali tidak berpikir kalau Maou ataupun Ashiya akan menggunakan sihir iblis untuk membahayakan keselamatan Jepang ataupun bumi.

Dan tentu saja keduanya juga tidak berniat melakukan hal itu.

Itu bukan karena mereka takut terhadap Shiba ataupun Amane, melainkan, tidak hanya di hati Maou, bahkan di hati Ashiya pun, pandangannya mengenai 'penaklukan dunia' juga sudah berubah banyak.

Alhasil, meski mereka akhirnya bisa memperoleh sihir iblis seperti saat sedang dalam kekuatan penuh mereka dulu, Maou dan Ashiya lebih memilih mengkonsentrasikan sihir iblisnya ke bentuk padat, dan setelah membungkusnya dengan plastik dan koran, mereka menyimpannya ke tempat sejuk yang ada di Kastil Iblis, yang juga dikenal dengan nama lemari.

Mereka awalnya ingin menggunakan cara yang sama seperti saat mereka menyimpan sihir iblis Farfarello, yakni meletakkan ke dalam kulkas, tapi jumlah iblis kali ini jauh lebih tinggi, dan Chiho serta Alas Ramus mungkin saja memakan makanan yang ada di dalam kulkas Kastil Iblis, jadi ide tersebut ditolak.

Karena sihir iblis Maou dan Ashiya menjadi sangat besar setelah dipadatkan, tingkat kedua di lemari mereka pun menjadi penuh, dan alhasil, tempat pribadi Urushihara seketika lenyap tanpa sepengatahuan orangnya, tapi itu adalah masalah lain di kemudian hari.

Ashiya kemudian menyimpan HP Maou ke dalam saku celananya, meluruskan punggungnya dan membungkuk.

“Kalau begitu, aku akan pergi dulu. Bersemangatlah dalam bekerja.”

“Oh.”

Saat Ashiya hendak keluar dari ruang karyawan, dia tiba-tiba berbalik seolah kepikiran sesuatu dan mengatakan,

“Ah, dan juga, Maou-sama.”

“Hm?”

Ashiya berbicara kepada Maou yang menoleh sambil meletakkan tasnya di atas loker.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi segeralah berbaikan dengan Sasaki-san.”

“Yah?”

Maou tanpa sadar menjatuhkan tasnya.

“Ba-bagaimana kau.....”

"Ya karena itu sangat jelas sekali. Sasaki-san bisa dibilang sebagai garis kehidupan kita di Jepang, dan keadaan mentalnya sebagian besar terpengaruh oleh tindakan Maou-sama. Sudah saatnya kau sadar akan hal ini. Ya sudah, aku akan pergi sekarang."

"....."

Maou bahkan tidak punya waktu untuk membalas Ashiya sebelum dia berbalik dan pergi.

"Ah.... maafkan aku... di saat-saat sibuk begini...."

Di sisi lain pintu, suara terputus-putus dari Ashiya terdengar saat dia sedang meminta maaf kepada Kisaki atau entah siapapun itu.

Sampai suara itu menghilang, Maou akhirnya memungut tasnya kembali.

"Huuuh~"

Maou memegangi kepalanya merasa frustasi dan berjongkok di tempat.

".... Tidak berguna. Aku benar-benar tidak berguna. Sudah cukup!"

Maou memukul kepalanya sendiri dan mengatur kembali napasnya yang tidak teratur.

"Apa-apaan yang kulakukan?"

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Eh?"

Saat Maou sedang memikirkan bagian dari dirinya yang ternyata masih belum dewasa, naif, dan arogan akibat dari apa yang dikatakan orang kepercayaannya, Kisaki yang masuk ke dalam ruang karyawan pun menatapnya dengan pandangan curiga.

"Apa masalah di rumahmu seserius itu?"

"Ah, tidak, bukan begitu...."

Di satu sisi, itu sebenarnya sangat serius.

"Kalau begitu, sekarang saatnya kau kembali bekerja. Pelanggan di lantai dua mulai bertambah. Aku meninggalkan Chi-chan di sana dan akan menyerahkan cafe pada kalian berdua untuk sementara. Paham?"

"Eh?"

Usai mengucapkan hal tersebut, Kisaki langsung menutup pintu tanpa menunggu balasan dari Maou.

Dan setelah terpaku selama beberapa saat....

".... Hmph!"

... Maou kemudian menggunakan telapak tangan untuk memukul kedua pipinya dan memotivisi dirinya sekali lagi.

"Pertama, aku harus menyelesaikan pekerjaan yang ada di depanku!"

Bergegas ke lantai dua, Maou mendapati sejumlah pelanggan kini sudah mengantre di counter.

"Maafkan aku membuatmu menunggu terlalu lama."

"Yeah!"

Meski Chiho masih mampu memenuhi pesanan para pelanggan, dia tidak bisa menangani semua pekerjaannya tepat waktu, dan setelah Maou datang, antrean pun mulai bergerak dengan lancar.

"Chi-chan, sirup hazelnut-nya habis. Bisakah kau membawanya ke sini?"

"Baik!"

Usai menyelesaikan pesanan terakhir dari antrean pelanggan tadi, Maou pun memberi Chiho perintah dan menangani tiga pesanan sekaligus.

Chiho menggunakan kesempatan ini untuk turun ke lantai satu dan kembali dengan membawa sirup kopi cadangan.

Menjelang tengah hari, para pelanggan pun mulai benar-benar membanjiri restoran. Maou dan Chiho memperagakan sebuah kerja sama yang baik seolah mereka tidak pernah bertengkar sama sekali dan melayani para pelanggan MdCafe dengan sempurna.

Banyak orang yang meyakini kalau waktu tersibuk di MdCafe adalah saat makan siang dan waktu minum teh di siang hari, tapi pelanggan yang ingin menghindari antrean panjang di lantai satu dan kebanyakan pelanggan wanita yang ingin memakan makanan ringan untuk makan siang mereka, jumlahnya bisa di bilang cukup banyak, jadi kue dan berbagai makanan penutup lain pun dengan cepat habis, bahkan hotdog dan sandwich pun menjadi menu yang sangat populer.

Sejak dulu, tidak hanya saat hari-hari kerja, bahkan di akhir pekan seperti hari ini atau di hari-hari besar pun, toko-toko di depan stasiun Hatagaya tetap dipenuhi para karyawan yang masuk lembur dan para pelanggan yang membawa keluarganya.

Setelah MdCafe mulai buka, tentu akan ada lebih banyak lagi pelanggan di akhir pekan, para pelanggan ini baru akan mulai menyusut di jam 3pm, yaitu waktu minum teh di siang hari.

Maou dan Chiho yang akhirnya bisa mengambil napas, tanpa sadar melihat satu sama lain saat berada di belakang counter.

"Ramai sekali ya."

"Ya, benar. Tapi minggu lalu, ketika Maou-san tidak di sini, sebenarnya juga ada banyak orang yang jumlahnya hampir sama seperti sekarang. Minggu lalu aku bertugas bersama Kisaki-san saat jam makan siang, itu benar-benar sulit."

"Masih sulit meskipun sudah ada Kisaki-san ya, sepertinya itu benar-benar gawat."

Di mata Maou, saat jam-jam sibuk, Kisaki itu sudah seperti keturunan Ashura yang berkepala tiga dan bertangan enam, tidak hanya bisa menangani banyak pekerjaan di saat yang bersamaan, dia bahkan masih bisa mengamati situasi di seluruh restoran dengan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan kamera pengawas.

"Jika kita memulai layanan delivery di situasi seperti ini, itu pasti akan sangat melelahkan."

"Yeah.... Maou-san."

Seolah mencoba lari dari tatapan Chiho saat ia menatap ke arahnya, Maou mengalihkan pandangannya dan dengan sengaja menata pinggiran topinya.

"Jadi... Uh, erhm, bagaimana aku mengatakanya ya. Meski mungkin sudah terlambat.... ketika kami bertemu lagi nanti, aku akan berbicara baik-baik dengan Emi."

"!!!"

"Tapi jangan terlalu banyak berharap. Pada dasarnya gaji Emi dulu itu 1.700 yen perjam, juga, bisa saja dia sudah menemukan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik. Dan dengan apa yang sudah kukatakan sebelumnya, dia mungkin akan langsung mengusirku..."

"Yeah!"

Wajah lelah Chiho setelah melewati saat-saat sibuk seketika berubah menjadi bersemangat.

"Erhm, sejujurnya aku juga tidak tahu bagaimana hubungan kami dengan Emi akan berubah ke depannya.*

"Yeah!"

"Sekarang aku hanya bisa fokus menyelesaikan masalah yang ada di hadapanku dengan baik. Akhir-akhir ini, rasanya kemampuanku untuk memikirkan masa depan sedikit melemah."

"Itu karena ada banyak hal telah terjadi."

"Yeah... jadi, karena tak ada gunanya memikirkan apa yang akan terjadi jauh di masa depan, mungkin sebaiknya kita memikirkan cara untuk melewati kesulitan di hari esok."

".....!"

Chiho terlihat seperti mengingat sesuatu dikarenakan kalimat Maou, dia pun menaikkan alisnya dan membelalakkan matanya.

"A-ada apa?"

"Ah, ti-tidak ada apa-apa... ehehe."

"T-tapi biar kukatakan ini dulu, kau jangan terlalu berharap, okay? Aku sama sekali tidak berpikir Emi akan menerima ajakanku!"

"Kalau memang begitu, mau bagaimana lagi. Tapi...."

Chiho menunjukan sebuah senyum ceria, dan berbicara dengan suara yang lembut nan natural,

"Masa depan, itu terbentuk dengan menumpuk hari ini dan hari esok."

"Hm?"

"Tidak, bukan apa-apa."

Jika dia melanjutkannya, itu mungkin akan membuat Maou memikirkan hal-hal yang tidak perlu, dan dari situasinya, bahkan itu mungkin bisa membuat Maou tidak senang.

Karena itulah, Chiho tidak melanjutkan topik tersebut.

Meski begitu, Chiho tetap percaya. Selama Maou dan Emi terus berada di tempat yang dekat satu sama lain setiap hari, dunia di mana Raja Iblis dan Pahlawan tidak lagi harus saling membunuh pasti akan tiba.

"Tapi aku benar-benar berharap Yusa-san akan bekerja di restoran ini. Rasanya itu akan sangat menyenangkan."

"Tidak.... itu mungkin akan sangat berisik."

Maou tidak mau merusak pemikiran polos Chiho dan hanya bisa menjawab dengan samar.

"Ah, tapi jika memang situasinya jadi seperti itu, pelatihan karyawan baru pasti akan ditangani oleh Maou-san, kan?"

Pertanyaan tersebut membuat Maou sangat terkejut.

"Eh? Kenapa? Selain aku, seharusnya masih banyak orang yang bisa melakukannya, kan?"

Begitu seorang karyawan menerima tugas melatih seorang rekrutan baru, karyawan itu harus selalu berada di dekat si orang baru tersebut.

Termasuk Chiho, Maou sudah melatih banyak rekrutan baru, tapi ketika dia membayangkan harus mengajari Emi, rasanya dia akan menerima stress yang begitu berat.

"Maou-san tidak akan bisa lari. Kau itu manajer pengganti, dan karyawan yang memiliki jumlah shift paling banyak, selain itu, Kisaki-san tahu kalau kalian berdua itu saling kenal. Yusa-san pernah datang ke sini beberapa kali sebagai pelanggan, jadi kurasa masih ada beberapa orang yang mengingatnya. Tak peduli bagaimana aku memikirkannya, Maou-san lah yang akan ditunjuk untuk bertanggung jawab menangani hal ini."

Analisis Chiho yang tenang dan pasti membuat Maou mulai berkeringat dan menggelengkan kepalanya.

"Tidaktidaktidak, lupakan hal ini. Aku lupa memikirkan soal pelatihan. Melakukan pelatihan terhadap rekrutan baru kepadanya saja sudah memakan habis semangatku. Lupakan saja masalah ini. Tak masalah jika dia tidak bekerja di sini. Dia itu lebih cocok dengan pekerjaan lain yang lebih baik."

"Shessh! Maou-san!"

"Hey, ini hanya misal ya. Misal Emi benar-benar bekerja di restoran ini, kumohon, Chi-chan, gantikan tempatku dan ajari dia. Daripada diajari olehku, jika yang mengajarinya adalah Chi-chan, itu pasti akan lebih efisien dan tidak menyebabkan stress."

"Mana mungkin aku bisa menangani tugas mengajari tenaga baru?! Tenanglah, jika sesuatu terjadi, aku pasti akan memisahkan pertengkaran kalian."

"Kau sudah yakin kalau kami akan bertengkar!?"

"Pokoknya, Maou-san, ini janji ya! Kesampingkan apakah Yusa-san akan setuju atau tidak, pokoknya kau harus menjelaskan alasanmu dengan benar dan merekomendasikan pekerjaan ini kepadanya."

"Ah~ aku seharusnya tidak usah berniat baik saja! Mungkin akan lebih baik kalau aku meminta tolong kepada Suzuno ataupun Nord."

"Yang benar saja!"

Bahkan jika para iblis berakhir memiliki hati seperti itu, ketika mereka dianggap baik hati dan suka menolong, mereka mungkin malah akan marah. Saat keduanya sedang membicarakan masalah tersebut, Kisaki tiba-tiba datang ke lantai dua.

"Maa-kun, apa sekarang bisa?"

"Ah, iya."

Maou mengangguk dan meninggalkan counter.

"Sepertinya suasana hati Chiho sudah membaik, ya?"

"To-tolong jangan bahas itu lagi."

Melihat Chiho sudah kembali ceria, Kisaki dengan sengaja tersenyum nakal kepada Maou.

"Lupakan itu. Pagi tadi, kubilang siang ini akan ada interview, kan? Nah, salah satu dari mereka sudah datang, jadi aku tidak bisa bertugas untuk sementara ini. Mintalah Chiho untuk membantu di bawah. Juga, akan ada sedikit pegawai saat makan malam nanti, jadi setelah interview selesai, aku akan naik ke lantai dua. Kuharap kau bisa beristitahat lebih awal. Soalnya tidak akan ada waktu lagi untuk beristirahat malam ini."

"Aku mengerti. Chi-chan, Kisaki-san memintamu untuk turun ke bawah!"

"Ah, baik. Aku mengerti!"

Begitu dipanggil, Chiho langsung merespon penuh dengan energi.

"Oh iya, Maou-san. Sekarang sudah hampir waktumu beristirahat, kan?"

"Eh? Yeah."

"Aku meletakkan catatan yang kubuat saat mengikuti pelatihan layanan delivery di ruang karyawan. Kalau kau tidak keberatan, kau bisa melihatnya."

"Eh? Boleh nih?"

Tatapan Maou menjadi penuh motivasi setelah mendengar saran Chiho.

"Yeah, catatan itu memang sengaja kubuat untuk Maou-san."

Saat Maou, Acies, dan Suzuno melakukan perjalanan ke Ente Isla, Chiho sudah mengikuti dua kali sesi pelatihan layanan delivery MgRonalds.

Tentu saja, meski sebagian adalah demi pekerjaannya sendiri, alasan utama di balik hal itu adalah agar dia bisa membantu Maou yang ingin ikut ambil bagian dalam pelatihan layanan delivery. Jadi bagi Maou, ini adalah saran yang sangat menarik.

"Terima kasih! Aku pasti akan membacanya!"

"Yeah, kalau begitu aku akan pergi dulu."

Chiho turun ke lantai pertama dengan puas, sementara Maou kembali ke counter dengan semangat tinggi.

"Hubungan mereka masih sulit dipahami ya....."

Melihat punggung kedua muda mudi itu, Kisaki pun mengernyit dan melipat tangannya merasa bingung.


Jam 4 sore, setelah Maou memakan makanan yang seharusnya menjadi makan malamnya, dia mulai membaca catatan Chiho yang ditulis dengan rapi.

"Terima kasih!"

Meski Chiho tidak ada, Maou merapatkan kedua telapak tangannya dan bersyukur atas buku catatan tersebut, dan setelah memastikan tangannya tidak kotor, dia mulai membuka buku catatan itu.

Sejak halaman pertama, Maou sudah dibuat terkesan dengan halaman yang ditulis oleh Chiho dalam warna yang berbeda-beda.

Membaca setiap baris kaliamat yang menunjukan tanda-tanda kepribadian serius Chiho, bisa dilihat bahwa poin penting di catatan tersebut ditandai dengan stabilo, serta ditulis dengan pena berwarna hijau dan merah sehingga sangat mudah untuk dibaca.

Ilustrasi yang terlihat di sepanjang catatan, seolah mengambil referensi dari penampilannya, Chiho menggunakan kepala seorang gadis dengan rambut twintail dan kotak percakapan untuk mencatat apa yang dia pikirkan.

Chiho yang tidak memiliki SIM moped dan tidak bisa melakukan pengajuan pembuatan SIM, memang mengikuti pelatihan tersebut, tapi pelatihan itu, daripada membahas soal layanan delivery, isinya lebih berkaitan dengan operasi di dalam restoran.

Dasar-dasar penanganan panggilan telepon, pengemasan khusus untuk delivery, cara menggunakan dan menangani pembayaran melalui kartu kredit, sekaligus waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu pesanan delivery, semuanya tertulis dalam catatan tersebut secara mendetail.

Terutama bagian penanganan panggilan telepon, itu menghabiskan ruang yang cukup banyak.

Selain harus mendengarkan nama pelanggan, alamat, nomor telepon, dan informasi dasar lainnya secara akurat, bahkan kepemilikan voucher promosi, penjelasan jam-jam penghantaran pesanan karena berubahnya tingkat kesibukan di restoran, serta penjelasan teknik bisnis untuk produk-produk tertentu, semuanya tertulis secara detail.

Di tempat pelatihan, latihan bicara diberikan berdasarkan penjelasan tersebut.

'Tapi, rasanya kita tidak akan bisa mengingat semua isinya.'

Versi chibi dari Chiho mengungkapkan pemikirannya.

'Karena kita tidak bisa melihat wajah si pelanggan, jika kita tanpa sengaja menggunakan nada yang kaku ketika sedang berbicara, itu pasti akan memberikan kesan yang buruk pada mereka.'

"Masuk akal juga."

Seolah berbicara dengan Chiho yang tidak ada di sana, Maou pun mengangguk.

Melayani pelanggan lewat telepon dan melalui counter, perbedaan terbesar di antara kedua situasi tersebut adalah, tidak bisa melihat wajah si pelanggan.

Dengan kata lain, si pelanggan juga tidak akan bisa melihat wajah si pegawai.

Karena itulah, jika jawaban yang diberikan seperti sedang membaca naskah, maka itu justru bisa memberikan kesan dingin seolah mereka sedang mengurusi masalah pemerintah.

"Pemilihan kata-kata harus diperhatikan lebih dari biasanya ya. Ditambah lagi, orang yang bertugas menjawab telepon kemungkinan besar berbeda dengan karyawan delivery."

Meski orang yang menjawab telepon memiliki sikap yang ramah, jika si karyawan delivery memiliki ekspresi dan suara yang kaku ketika mereka sampai di rumah pelanggan, hal itu pasti akan menurunkan kesan terhadap restoran dan produknya, begitupun sebaliknya.

Semua karyawan harus lebih waspada dibandingkan sebelumnya, kalau tidak, layanan delivery ini malah akan berakhir menjadi perangkap yang tak terduga.

Bagi Maou dan Chiho, tak usah diragukan lagi dan tanpa pengingat khusus apapun, para karyawan lama yang dibimbing oleh Kisaki semuanya pasti mampu berpikir dan mempraktekkan hal tersebut, tapi menghadapi situasi di mana banyak orang baru yang direkrut, tak diketahui seberapa jauh mereka memahami hal ini.

"Ah, Maa-kun."

"Oh, Kawa-cchi."

Kali ini, salah satu rekan kerja Maou memasuki ruang karyawan. Orang itu membawa sebuah kantong kertas dari toko buku di seberang.

“Sedang istirahat?”

“Yeah, aku keluar untuk membeli buku.”

Pria yang dipanggil Kawa-cchi itu, nama aslinya adalah Kawada Takefumi.

Dia adalah pria dengan tubuh besar, jujur dan tulus namun lamban dalam hal berbicara. 

Meski cara bicaranya sedikit aneh, dia adalah karyawan berpengetahuan luas seperti Maou yang bisa menangani berbagai pekerjaan di dapur dan di counter, dia sangat ahli dalam membuat burger, dan tak peduli betapa sibuknya periode puncak makan siang dan makan malam, 'burger buatan Kawa-cchi tetap saja cantik layaknya keluar dari iklan', dia sering dipuji demikian oleh Maou dan yang lainnya.

Mungkin Kawada sendiri memiliki pandangan khusus mengenai estetika suatu produk, dan tanpa memperdebatkan apakah ini adalah hal yang baik atau buruk, bahkan saat sedang sibuk-sibuknya pun, kecepatannya dalam membuat burger tetap saja tidak berubah, jadi orang-orang terkadang berpikir kalau dia sedikit lamban. Tapi, itu hanya jika dibandingkan dengan Maou dan Kisaki. Kisaki bahkan selalu memuji akurasi dan kesempurnaan pekerjaan Kawada.

Dia masih seorang mahasiswa, dan tak diketahui bagaimana dia selalu mempertahankan hasil ujiannya yang bagus, tapi tidak hanya tidak terpengaruh oleh jadwal ujian, dia bahkan juga punya SIM dan dianggap sebagai salah satu tenaga utama dalam layanan delivery.

“Apa yang sedang kau baca?”

“Hm, sebut saja salah satu poin utama dalam pelatihan layanan delivery..... atau semacamnya.”

Kawada sedikit bingung dengan jawaban berputar-putar Maou, tapi setelah melihat kata-kata yang tertulis di sampul buku tersebut, dia pun mengernyit.

“Hmm... begitu ya. Tak heran Chi-chan terlihat sangat serius ketika dia mengikuti pelatihan kemarin.”

“A-apa. Oh iya, Kawa-cchi, karena kau biasanya sudah naik sepeda, kau pasti ikut dalam latihan menggunakan moped, kan? Bisa kau memberitahuku apa saja yang kau lakukan?”

“.....”

Kawada memanyunkan bibirnya dan diam mempertimbangkan permintaan Maou.

“Aku merasa sedikit jengkel, jadi aku tidak akan memberitahumu.”

“Eh?”

“Akan lebih baik kalau Maa-kun meledak dua atau tiga kali.”

“A-apa maksudmu dengan meledak?”

Meski Maou sudah pernah menerima berbagai cacian dari banyak manusia dengan Emi di barisan paling depan akibat identitasnya sebagai Raja Iblis, dan sama sekali tidak mempedulikannya, dia tidak pernah menyangka kalau temannya akan meminta dia untuk meledak saja seperti tadi.

Maou tidak mengerti apa maksud kalimat Kawada dan bertanya sambil mencondongkan tubuhnya ke depan.

“Benar juga, Maa-kun, apa kau sudah dengar soal Kota?”

Kawada pun mengganti topik dengan ekspresi kaku.

“Eh? Uh, aku tidak dengar apa-apa. Memangnya ada apa dengan Kota?”

Kota adalah seorang mahasiswa yang bergabung setelah Maou dan Kawada, namanya Nakayama Kotaro.

Meskipun dalam hal posisi dia adalah seorang junior, usia Kota sebenarnya sama dengan Kawada. Kota adalah seorang pemuda dengan tubuh kurus dan orang yang melakukan pekerjaannya dengan normal. Pada dasarnya dia memiliki kepribadian yang jujur dan tulus, penampilannya juga cukup tampan untuk disebut mirip artis, dan selama ada dia, suasana di restoran pasti akan menjadi ceria, dia juga sering menerima komentar positif dari para pelanggan wanita.

“Sepertinya dia akan mengundurkan diri setelah bekerja sampai desember nanti.”

“Eh? Serius? Kenapa?”

Kabar yang dibawa oleh Kawada membuat Maou mencondongkan tubuhnya mendekat...

“Dia ada di tahun ketiga universitas tahun ini.”

…. tapi dia langsung kembali menjauh akibat syok yang diakibatkan kalimat tersebut.

“Ugh..... mencari pekerjaan ya....”

Maou menekan dahinya menggunakan tangan dan mengerang, lantas memucat karena menyadari sesuatu.

“Hm? Eh? Lalu bagaimana denganmu Kawa-cchi? Bukankah kau seangkatan dengan Kota?”

Tidak hanya Kota, jika Kawa-cchi juga mengundurkan diri, jadwal kerja pasti akan sangat terganggu.

Bagi Maou saat ini, 'mencari kerja' adalah sesuatu yang membuatnya jauh lebih takut daripada ketika berhadapan dengan Pahlawan Emilia, itu adalah musuh yang tidak bisa dihindari.

“Oh, aku tidak perlu mencari kerja.”

“Eh, benarkah?”

“Yeah, setelah aku lulus dari universitas, aku akan kembali ke kampung halaman untuk mengambil alih bisnis keluargaku. Meskipun kampung halamanku masih berada di Kanto sih.”

“Bisnis keluarga? Keluargamu menjalankan sebuah bisnis?”

“Benar sekali. Itu adalah restoran kecil-kecilan. Aku mungkin akan menargetkan posisi chef kepala.”

“Eh? Lalu apa kau belajar jurusan itu di universitas? Hm? Tapi memasak kan hanya bisa dipelajari di sekolah kejuruan?”

Situasi keluarga rekan kerjanya yang tak terduga begitu mengejutkan Maou sampai-sampai dia mengesampingkan masalah keluarga tersebut dan mulai menunjukan ketertarikan.

“Huuh~ cepat atau lambat aku pasti akan memperoleh surat izin chef, tapi aku saat ini kuliah di jurusan manajemen bisnis. Meski itu bukan universitas yang hebat, riset universitasku khusus berada di bisnis regional. Aku harap aku bisa meniru pengembangan ekonomi lokal menggunakan kekuatan restoranku di masa depan nanti. Kampung halamanku memang berada di Kanto, tapi itu cukup jauh dari pusat kota dan jumlah pemudanya juga perlahan berkurang.”

“Oh... luar biasa.”

Meski Maou tidak bisa membuat hubungan antara 'bisnis regional' dan 'chef kepala', tapi Kawada bukanlah tipe orang yang akan berbicara sembarangan atau berlebihan, di hatinya, dua konsep ini memiliki hubungan yang jelas.

“Kota awalnya iri denganku yang bisa memutuskan jalur masa depan tanpa melakukan apapun. Tapi mengambil alih bisnis keluarga juga membutuhkan banyak tekad, dan memikirkan berbagai kesulitan ke depannya, secara keseluruhan itu sama seperti mencari pekerjaan. Setelah aku mengatakan hal ini, dia akhirnya mau terima.”

“Begitu ya. Berarti, Kota hanya bisa berada di sini paling lama setahun lagi.”

“Seharusnya sih seperti itu. Itu membuatku khawatir.”

“Hm? Khawatir soal apa?”

Di percakapan barusan, seharusnya tidak ada sesuatu yang akan membuat Kawada khawatir, tapi saat Maou menanyakan hal tersebut, Kawada tiba-tiba kembali mengernyit dan melihat buku yang ada di tangan Maou.

"Itu."

"Hm? Ini? Ada apa dengan buku catatan ini?"

"Bukan itu! Aku bicara masalah pacar!"

"Pacar..... hah?"

Maou melihat sampul buku di tangannya, memikirkan makna di balik kalimat Kawada dan berbicara dengan ekspresi kaku di wajahnya,

"Haaaahhh?? Tu-tunggu, Kawa-cchi! Kau salah paham! Hubunganku dan Chi-chan bukan seperti itu...."

"Aku tahu. Tapi aku tetap marah terhadap berbagai hal setelah aku mengetahuinya!"

"Huh?"

Dengan tatapan sedikit kesal, Kawada menatap tajam ke arah Maou yang tiba-tiba berteriak.

"Kebanyakan orang tidak akan percaya kalau Maa-kun dan Chi-chan tidak berpacaran. Itu karena, bukankah Chi-chan terkadang membantu mengurus anak kerabatmu itu? Jika kalian berdua tidak berpacaran, seharusnya tidak mungkin kalian melakukan hal seperti itu!"

"Oh...."

Maksud Kawada pasti saat Chiho membawa Alas Ramus, yang baru saja datang ke Jepang, untuk berkunjung ke restoran.

Selain kejadian itu, pegawai MgRonald seharusnya tidak akan melihat satupun adegan di mana Maou, Chiho, dan Alas Ramus muncul bersama, tapi insiden itu ternyata sudah meninggalkan dampak yang besar bagi para pegawai MgRonalds depan stasiun Hatagaya.

"Tu-tu-tunggu sebentar, Kawa-cchi. Kesampingkan hal itu, kita ini seharusnya membicarakan kenapa kau merasa khawatir, kan?"

"Maa-kun, karena kau hidup terlalu santai, mungkin kau tidak akan bisa mengerti."

"Tolong jangan bicara dengan kata-kata yang seolah tidak memiliki duri, itu malah membuat kata-kata tersebut seperti hanya berisi duri!"

"Tapi bagiku, ini adalah masalah penting dalam kehidupan. Sampai saat ini, aku tidak pernah sekalipun punya pacar."

"A-apa itu akan menyebabkan sesuatu....?"

"Maa-kun, apa menurutmu bekerja di restoran yang hanya berisi pegawai pilihan orang tuamu bisa membuatmu kenal seorang gadis? Jika aku tidak mendapatkan pacar saat masa-masa kuliah, aku mungkin tidak akan bisa menikah."

Kawada memukul meja dengan buku yang dibelinya.

"Ye-yeah, itu masuk akal. Ta-tapi bukankah sekarang ini kau punya banyak jaringan kegiatan?"

"..... Maa-kan, kau seharusnya mengerti betapa sulitnya mengelola sebuah restoran, kan?"

"Ye-yeah."

Maou yakin bahwa dirinya adalah orang yang sangat paham betapa sulitnya mengurusi sebuah perusahaan lebih dari siapapun. Bagaimanapun juga, dia adalah raja yang telah mendirikan negara multi klan.

"Meskipun sedikit aneh untukku yang sudah bilang ingin menemukan seorang istri, mengatakan hal seperti ini, tapi kurasa pernikahan itu, daripada disebut titik akhir, itu lebih seperti titik awal, kan?"

"Ah, yeah, itu masuk akal. Bagaimanapun juga, setelah menikah keduanya harus tinggal bersama."

"Benar sekali. Tapi ketika aku ikut dalam kegiatan seperti itu, rasanya aku tidak akan punya kesempatan untuk mengetahui apakah orang itu bisa menjalani masa depan bersamaku atau tidak. Aku tidak yakin bisa mengelola restoran dengan seseorang yang sudah saling mengamati kualitas dan informasi masing-masing."

Analisis Kawada yang hanya bisa dijelaskan dengan kata obyektif dan mendetail, membuat Maou menghela napas dan mengatakan,

"Ma-masalah ini ternyata sangat dalam ya sampai-sampai kau terus memikirkannya seperti ini. Aku hanya mengenalmu di dalam restoran saja sih, tapi seharusnya kau punya teman wanita lain, kan? Hubunganmu dengan karyawan wanita lain juga sangat bagus."

"Aku menganggap hal ini sangat aneh..."

Kawada menunjukan senyum yang terlihat agak aneh. 

"Tapi sepertinya aku ini lebih populer di kalangan gadis yang sudah punya pacar."

"Ohh...."

Maou tidak tahu harus bilang apa.

"Entah itu di kelas, klub, ataupun di sini, ada beberapa gadis yang mempunyai hubungan cukup baik denganku. Mereka sering menggunakan alasan 'Terima kasih sudah mau mendengarkan curhatan soal pacarku' untuk memberiku camilan. Aku bahkan pernah mempertimbangkan untuk menjadi konselor, sampai-sampai aku membeli buku yang berkaitan dengan hal itu."

"Ka-kalau begitu, itu artinya kau adalah orang yang bisa diandalkan oleh para gadis, kan? Aku yakin mereka akan menyadari kelebihanmu nanti!"

"Memang sih apa yang kau katakan ini tidak memiliki efek menghibur sama sekali, tapi izinkan aku berterima kasih. Huuuh~ aku sangat benci dengan rekan kerjaku yang disukai oleh seorang gadis SMA imut berdada besar."

"Hey! Apa yang kau katakan?"

Ini bukanlah pertama kalinya Maou ikut dalam obrolan yang tidak bertanggung jawab soal wanita ketika dia bersama karyawan pria, tapi dalam percakapan antara Kawada yang biasanya serius dan Maou yang bukan manusia, kemunculan istilah 'berdada besar', sungguh merupakan sebuah pengecualian.

"Aku tidak sedang ingin berkelahi denganmu lo, aku hanya bertanya karena ingin tahu saja."

"Yang manapun itu, keduanya sama-sama tidak baik!"

"Dia sudah menunjukannya dengan sangat jelas lo, apa kau tidak pernah sekalipun berpikir untuk memacarinya? Chi-chan itu gadis yang baik. Maa-kun juga tidak membencinya, kan?"

Tentu, tanpa diberitahu Kawada pun, Maou sudah tahu betul hal itu.

Meski ini hanya diketahui oleh orang-orang yang ada di sana pada waktu itu, Chiho memang pernah menyatakan perasaannya pada Maou.

Maou sendiri juga menganggap Chiho sebagai satu-satunya manusia yang bisa dia percaya dari dasar lubuk hatinya.

Suzuno yang menyaksikan pengakuan itu juga sering mendesak Maou kalau sekaranglah saatnya memberi Chiho jawaban, Maou juga tahu kalau entah dia memberi jawaban atau menunda jawabannya, itu sama sekali bukan sikap yang jujur kepada Chiho.

Meski begitu, Maou masih belum bisa memperoleh kesimpulan dalam dirinya.

Menjawab pengakuan Chiho, makna apa yang akan tersirat dari hal itu?

Begitu dia memikirkan perubahan yang akan disebabkan oleh hal ini dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi hubungan antara dia dan Chiho ke depannya, Maou menjadi semakin tidak bisa menjawab.

"Aku....."

Maou menatap buku catatan yang ada di tangannya, dan berulang kali memikirkan percakapannya dengan Kawada.

"Keadaanku, mungkin berlawanan denganmu, Kawa-cchi."

"Berlawanan?"

"Bahkan jika aku mengesampingkan masalah Chi-chan, ada sesuatu yang ingin kugapai lebih dulu, tapi aku tidak ingin melibatkan orang lain dalam hal ini sebisa mungkin."

"Melibatkan orang lain? Maa-kun, bukankah sebelumnya kau bilang ingin menjadi karyawan tetap melalui kebijakan kenaikan pangkat?"

"Yeah, tapi ini adalah setelahnya."

"Oh, sepertinya kau juga punya pemikiranmu sendiri ya. Sesuatu yang bisa diraih setelah diangkat menjadi karyawan tetap, kau ingin menjadi manajer waralaba restoran?"

"Tidak, itu akan sulit jika danamu tidak cukup, kan? Aku berbeda denganmu Kawa-cchi, aku tidak tahu apapun soal menjalankan bisnis, dan 350.000 yen saja sudah cukup untuk menakutiku sampai mati."

"Apa maksudmu dengan 350.000 yen?"

"Tidak, hanya masalah pribadiku. Huft, pokoknya aku punya ambisiku sendiri, dan aku tidak ingin melibatkan orang seperti Chi-chan yang memiliki kehidupan normal."

"Oh? Aku benar-benar tidak mengerti."

Meskipun Kawada kelihatan tidak bisa menerimanya, dia tidak bertanya lebih jauh lagi.

Walau dia belum menemukan semua jawabannya, dari obrolannya dengan Kawada, Maou berhasil menata satu bagian di dalam hatinya yang masih belum jelas.

Dia tidak ingin melibatkan Chiho ke dalam jalan kehidupannya.

Di satu sisi, itu adalah perasaan Maou yang sebenarnya.

Dia adalah Raja Iblis dari Dunia Iblis. Setelah Chiho tahu identitas asli Maou dan yang lainnya, Maou bahkan bersedia meminjam kekuatan musuhnya, Emi, untuk mencegah Chiho terlibat ke dalam bahaya, tapi meski begitu, Chiho beberapa kali masih menghadapi bahaya yang membahayakan nyawanya.

Bagi Chiho yang masih tulus menyukainya meski sudah mengetahui semuanya, Maou tidak bisa semakin membuatnya terlibat.

Selain itu, di antara Maou dan Chiho, ada sebuah dinding yang dikenal dengan nama dinding dunia dan ras.

Jika mereka berusaha keras menemukan alasan dan berupaya, dinding dunia mungkin bisa diatasi, tapi untuk dinding ras, itu adalah rintangan yang tidak akan bisa diatasi.

Maou tidak bisa menjadi tua bersama dengan Chiho.

Perbedaan jangka hidup antar ras yang sulit diatasi, akan menjadi jurang besar dan menyakiti Chiho, membayangkan hal itu sangatlah mudah.

Tak peduli bagaimanapun Maou memikirkannya, dia tidak bisa menanggapi perasaan Chiho.

"..... Hm?"

Namun, ketika Maou berpikir sampai ke titik ini, dia menyadari sebuah ketidaksesuaian dalam pemikirannya.

Sepertinya dia telah melewatkan sesuatu. Ada sesuatu yang tidak masuk akal dalam pemikirannya. 

Tapi dia tidak tahu apa itu...

"Ah, sudah waktunya."

Tanpa sadar, waktu istirahat pun berakhir ketika dia sedang berbincang dengan Kawada.

"Aku pergi dulu ya."

"Ya, aku juga akan segera menyusul."

Usai menyimpan catatan Chiho ke dalam loker, Maou kembali memakai topinya dan keluar dari ruang karyawan setelah pamit dengan Kawada.

"Ah, Chi-chan, buku catatanmu ada di lokerku. Seingatku kau sudah bisa pulang, kan?"

Maou berbicara dengan Chiho yang kebetulan berada di counter.

"Tak masalah, kalau kau mau, bawa pulang saja dulu untuk hari ini. Kau bisa mengembalikannya kapan-kapan."

"Benarkah? Terima kasih kalau begitu. Akan kupinjam catatanmu."

Setelah mengucapkan terima kasih dan pergi ke lantai dua, tanpa sengaja tatapan Maou bertemu dengan tatapan Kisaki.

"Lamban sekali. Kau hampir telat."

"Maaf, tadi aku berbincang dengan Kawada sebentar."

Dibarengi peringatan Kisaki, Maou memasukkan data untuk akhir waktu istirahatnya dengan gelagapan.

".... Kudengar Kota akan mengundurkan diri."

"Oh, itu."

Pertanyaan Maou membuat ekspresi Kisaki menjadi sedikit suram.

"Mau bagaimana lagi. Kita tidak bisa membiarkan kerja paruh waktu membatasi hidupnya. Dan karena hal itu...."

Sekarang adalah jam 5 sore. Kisaki menatap penunjuk waktu yang ada di kasir, dan seolah sedang mencoba memompa semangatnya, dia meletakkan tangannya di pinggag dan menarik napas dalam.

"Kita harus menemukan orang baru yang tidak akan kalah dari Kota. Interview selanjutnya adalah jam 05.30. Aku harus menaikkan motivasiku."

Kisaki menghembuskan napas pendek namun begitu kuat.

"Kalau sudah begini, itu bisa membuat kita yang bertugas untuk meng-interview pun juga menjadi gugup."

Kisaki juga terlihat gugup mengenai situasi ini dengan caranya sendiri.

Soal dua interview yang sudah selesai hari ini, Kisaki tidak mengatakan apapun, Maou dan karyawan lain juga tidak mendengar kabar apa-apa.

Meski mereka akan tahu hasilnya dalam beberapa hari, Maou dan yang lainnya hanya bisa berdoa agar karyawan yang bergabung nanti adalah orang yang baik.

"Kalau begitu, aku akan pergi dulu. Setelah ini, Maa-kun akan bertugas di lantai dua, aku serahkan semua yang ada di sini kepadamu."

"Akan kulakukan yang terbaik."

Maou menempatkan tangannya di atas pinggiran topi dan membungkuk, menyaksikan Kisaki pergi.

Sekarang sudah hampir saatnya waktu makan malam, dan saat Maou hendak memeriksa bahan makanan yang dibutuhkan untuk shift malam...

Seolah menggantikan Kisaki, Chiho berlari menuju ke lantai dua.

Mungkin karena dia sudah selesai bekerja, Chiho kini tidak mengenakan seragamnya melainkan memakai pakaian biasa, dia berlari menuju counter cafe dengan gelagapan.

"Ma, Ma, Ma, Ma, Ma, Ma, Ma, Ma...."

"A-ada apa, Chi-chan?"

Chiho mempertahankan posisi tubuhnya saat dia berada di counter, mencondongkan tubuhnya ke arah Maou, dan ketika dia meneriakkan kata 'Ma', dia menunjuk ke arah tangga.

"Ma, Maou-san, apa kau menelepon seseorang saat istirahat tadi?"

"Eh, ti-tidak? A-aku hanya makan dan membaca catatan Chi-chan, lalu mengobrol dengan Kawa-cchi."

Maou yang tidak mengerti kenapa Chiho menjadi begitu bingung, biarpun merasa terkejut, dia mencoba mengingat apa yang dia lakukan saat istirahat. Chiho kini memperlihatkan ekspresi gelisah seolah tidak bisa menerimanya.

"Eh? Tapi tadi itu.... Eh? Kenapa? Kenapa malah begini?"

Chiho tak biasanya menjadi begitu panik.

Lupakan soal menghadapi Raja Iblis, Chiho yang mampu mempertahankan sifat tegasnya bahkan ketika menghadapi malaikat penjaga Pohon Kehidupan ataupun kepala suku Malebranche, apa yang terjadi padanya sampai merasa sepanik ini?

"Jangan-jangan, Sariel melakukan sesuatu yang bodoh lagi?"

Kisaki baru saja turun selama beberapa menit untuk melakukan interview, lalu Chiho berlari sepanik itu, satu-satunya kemungkinan yang bisa Maou pikirkan adalah, saingan bisnis di seberang jalan yakni si malaikat agung Sariel yang tinggal di Sentucky sebagai manajer, telah melakukan sesuatu yang kurang ajar kepada Kisaki.

"Tidaktidaktidak, bukan itu!"

Namun Chiho menggelengkan kepalanya dengan kuat seperti ingin membuat otaknya keluar, lantas memperhatikan area tempat duduk pelanggan dari counter.

"Ma, Maou-san, apa ada pekerjaan yang tengah kau lakukan sekarang? Tidak ada, kan? Para pelanggan juga terlihat tidak ada masalah! I-ikutlah denganku ke bawah sebentar!"

Tidak mungkin seorang pemilik medan berkeliaran ke bawah, namun Chiho, karena alasan yang tak diketahui, menarik Maou dari atas counter seolah ingin mengeluarkannya dari sana.

"Ow, sakit, tunggu, Chi-chan! Aku mengerti, lepaskan aku! Aku hanya harus ikut denganmu, kan?"

Maou membujuk Chiho yang terlihat ingin menariknya melewati counter dan mendesaknya turun ke bawah. Lalu setelah memastikan sekali lagi kalau tidak ada pelanggan yang ingin menambah pesanan, dia pun mengikuti Chiho menuruni tangga.

"Ce-cepat ke sini!"

"Chi-chan, lihat ke depan, hati-hati jangan sampai jatuh di tangga...... ada apa memangnya?"

Ketika berada di lantai pertama, tak ada hal aneh apapun yang bisa dirasakan di tempat duduk pelanggan, selain itu, lupakan soal Sariel yang membuat keributan, dia bahkan tidak datang ke restoran. Di dapur dan counter pun juga tak ada yang aneh.

"Ma, Ma, Maou-san, sebelah sana!"

"Apa? Apa yang....."

Ketika Chiho mendapati Maou sedang melihat ke arah yang salah, dia menarik lengan Maou dan menunjuk ke arah pintu masuk.

Ketika Maou melihat ke arah pintu masuk sambil merasa bingung, dia mendapati Kisaki sedang berbicara dengan seseorang.

Kisaki memegang topi yang dikenakan oleh para karyawan dan sedang menunjukan jalan kepada seseorang. Mungkin dia adalah orang terakhir yang akan melakukan interview hari ini.

Dari waktu saat ini, Kawada mungkin masih ada di ruang karyawan, jadi interview seharusnya dilakukan di ruang manajer yang tidak berada di dalam restoran.

"Hm?"

"Maou-san... orang itu....."

Maou tiba-tiba menyadari sesuatu yang tidak beres.

Dia memiliki kesan terhadap sosok yang sedang membungkuk ke arah Kisaki. 

"Maou-san, aku tidak salah lihat, kan? Itu, tapi, kenapa?"

Dia tidak hanya punya kesan terhadap sosok itu.

Bukankah orang itu adalah orang yang sangat dikenal oleh Maou dan Chiho?

Jika mereka hanya melihat orang itu berada di dalam restoran, itu bukanlah sesuatu yang tidak wajar. Bagaimanapun, orang itu pernah datang ke restoran beberapa kali sebagai pelanggan.

Akan tetapi, entah kenapa orang itu berbicara kepada Kisaki dengan sangat sopan, dan Kisaki hendak membawanya menuju ke ruang manajer.

Mungkinkah dia bukan pelanggan? Apa tak masalah tidak mengantarnya ke tempat duduk atau ke counter?

".......!"

Berbanding terbalik dengan Chiho, Maou hanya bisa terdiam.

Dia tidak tahu harus bilang apa, pikirannya terasa kosong sampai saat Chiho mengguncang tangannya.

Seorang wanita yang hendak meninggalkan restoran bersama Kisaki, tiba-tiba menoleh dan melihat ke arah mereka.

Mendapati dua orang karyawan berdiri mematung di tengah-tengah restoran, dia tersenyum agak malu-malu, melambai ke arah Chiho, dan berjalan keluar dari restoran mengikuti Kisaki.

"E.... Emi....."

"Benar! Orang itu tadi Yusa-san kan?"

Pelamar terakhir yang datang untuk melakukan interview hari ini.... Yusa Emi, menghilang dari pandangan Maou dan Chiho bersama dengan Kisaki.

---End of Part 2---





Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
2 Komentar