[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 41 : Harimau
Kembali ke -> Re:Zero Arc 4 - Chapter 40
Chapter 41 : Harimau.
Menunjukan postur tanpa pertahanan, Garfiel berdiri di sana dengan tangan menjuntai.
Melihatnya menghalangi jalan, Subaru dengan waspada memperhatikan sekelilingnya. Bisa saja ada orang lain yang berniat menyergap.
Namun, sebagian dari diri Subaru sudah tahu bahwa, jika lawannya adalah Garfiel, kewaspadaan seperti itu adalah hal yang percuma.... Jika dia secara pribadi datang ke sini, maka dia pasti datang sendiri.
Dan benar saja, Subaru tidak merasakan adanya orang lain di sekitar. Memastikan kalau kewaspadaannya adalah hal yang tidak perlu, Subaru akhirnya menghela napas dan menepuk leher Patrasche yang masih bersiaga.
"Aku tidak peduli jika kau mau muncul tiba-tiba entah dari mana begitu, tapi apa kau keberatan jika tidak langsung menggoda pasangan orang lain seperti ini?"
"Aku bukan orang yang suka berbohong atau mengatakan kata-kata manis. Hanya mengatakan apa yang ada di pikiranku. Aku juga selalu dimarahi oleh nenek dan Ram karena hal itu."
Mendengar lelucon untuk mengulur-ulur waktu, Garfiel mengkeletakkan giginya dan mendongak saat senyumnya perlahan menghilang. Menerima tatapan tersebut dengan satu matanya, Subaru mengacungkan satu jarinya,
"Rasanya sedikit aneh kau ada di sini, bisa menjelaskannya sedikit?"
"Tidak ada cerita hebat di belakangnya. Aku adalah Taring Sanctuary, dan kalian tidak akan bisa kabur dari Mata Sanctuary. Ya begitulah. Terlalu berlebihan untuk hadiah hiburan, kan?"
Melihat Garfiel mengatakan hal itu dengan lambaian tangannya, Subaru mengernyitkan alis.
Jika, seperti yang Subaru bayangkan, 'Mata' adalah istilah untuk sesuatu yang mirip dengan 'Rumput', maka 'Mata' yang Garfiel sebutkan tadi mungkin berarti sesuatu semacam penjaga. Tapi,
"Aku tidak pernah mendengar Ram menyebutkan ada sesuatu seperti itu di Sanctuary..."
"Kau pikir orang luar bakalan tahu semua tentang Sanctuary? Ada banyak hal yang bahkan tidak diketahui oleh si berengsek Roswaal itu. Ini hanya salah satu dari mereka, yeah? ....Terkutuklah kau jika kau sampai mengetahuinya."
Melihat Subaru kebingungan karena pernyataan suramnya, Garfiel menimpali dengan kata-kata tersebut. Dan saat Subaru terdiam, Garfiel mendengus dan mengalihkan pandangannya ke barisan kereta naga di belakang.
"Semua pengungsi sudah ada di sini, yeah?"
"Ah, uhh, yeah. Hey, Garfiel. Aku tahu kami memang salah mencoba menyelinap kabur, tapi bisakah kau tolong melepaskan kami? Bagaimanapun juga, ini bukan hal yang buruk bagimu, ya kan?"
"Hah?"
Ditatap oleh tatapan mengintimadasi Garfiel, Subaru dengan acuh tak acuh menunjukan barisan kereta di belakangnya,
"Saat ini, membiarkan para sandera pergi adalah cara untuk menghindari kemungkinan adanya konflik lebih jauh lagi, kan? Kudengar sudah ada beberapa perkelahian kecil yang terjadi, jadi sebelum semuanya jadi tak terkendali, bukankah lebih baik menyelesaikannya lebih dulu, sekali untuk selamanya?"
"....."
"Kau dan Lewes-san ingin Sanctuary terbebas, kan? Tak ada manfaatnya membiarkan percikan ini terus berada di Sanctuary. Jadi, bukankah lebih menguntungkan membiarkan kami pergi?"
Pelan dan tenang, Subaru mencoba menggunakan seluruh kemampuan membujuknya pada Garfiel. Lagipula, apa yang Subaru katakan bukanlah hanya untuk kepentingannya saja. Bahkan, dari sudut pandang Garfiel, membiarkan para sandera pergi adalah pilihan yang lebih menguntungkan.
Selain dari kerahasiaan operasi ini....
"Aku tidak memintamu secara pribadi untuk tidak mempermasalahkannya, tapi, mempertimbangkan situasinya...."
"Oy, sepertinya ada kesalahpahaman di sini."
"Kesalahpahaman?"
"Kau sangat yakin kalau aku datang ke sini untuk menghentikanmu. Tapi seperti yang kau bilang, aku tidak punya alasan untuk menghentikan evakuasi ini. Jadi, kau tak perlu menghabiskan napasmu untuk memberikan semua alasan itu."
Menyela, Garfiel mendengus menanggapi anggapan Subaru. Dan mendengar jawaban itu, Subaru menutup mulutnya sekali lagi. Karena firasat buruk yang datang bersama kemunculan Garfiel, Subaru memang terlalu cepat mengambil kesimpulan. Bahkan, secara rasional, apa yang Garfiel katakan memang benar. Tapi tetap saja,
"Kalau begitu, kenapa kau ada di sini?"
“Hanya datang untuk melihat kalian pergi. Jika kalian ingin pergi maka itu adalah urusan kalian. Tapi pergi tanpa perwakilan dari Sanctuary itu sama saja dengan kabur, ya kan? Jika aku ada di sini menyaksikan semuanya, yang lainnya tidak akan bisa membantah.”
“...Kau ternyata lebih banyak berpikir dari yang kukira, ya.”
Meskipun kepekaan dan kecerdasan Garfiel yang baru saja ia tunjukan sedikit mengejutkan, Subaru menerima pernyataannya begitu saja. Garfiel, di sisi lain, melipat tangannya dan mengangguk mendengar komentar Subaru yang agak kurang sopan,
“Sudah jelas, kan? Aku ini tidak hanya kuat, aku juga memikirkan banyak hal... lagipula, akulah yang terkuat.”
“Ah, aku merasa sedikit lega mendengarnya. Ngomong-ngomong, kau tidak perlu menyebutkan soal mata kananku atau semacamnya, kau tahu.”
“Hah? Ah, benar juga. Kau berhasil menemukan dan melepas ikatannya, ya. Supaya bisa melakukan hal yang tidak perlu ini, dasar bajingan. Tunggu, OY!”
Mendengar omong besar Garfiel, Subaru menunjuk ke arah mata kanannya. Dan sambil membahas masalah mata Subaru yang hilang, Garfiel tiba-tiba mengalihkan perhatiannya pada Otto yang telah menyelamatkan Subaru. Terduduk di belakang mereka, di tempat kusir kereta naga, Otto menciut dan mencoba menyembunyikan dirinya dari tatapan tajam Garfiel.
Melihat reaksi takut itu, Garfiel mendecapkan lidahnya dengan “Ngomong-ngomong”, dan melanjutkan,
“Kau terlihat sangat tenang untuk seseorang yang baru saja kehilangan satu matanya, ya? Jujur saja, aku siap menerima beberapa keluhan ataupun balas dendam darimu.”
“Akan butuh waktu sampai pagi untuk menyelesaikan semua keluhanku, sementara kita hanya punya sedikit waktu di sini. Dan jika aku mencoba balas dendam kepadamu, aku mungkin juga akan kehilangan mata kiriku. Jadi lebih baik kuabaikan saja.”
“Apa maksudnya itu?.... itu sedikit membuatku kesal, oy!”
Garfiel nampak sedikit tidak puas dengan jawaban Subaru, tapi Subaru, merasa tidak perlu lagi melanjutkan topik ini, hanya mengusap mata kanannya dengan telapak tangan, dan,
“Jadi kau hanya akan berdiri seperti itu dan membiarkan semua orang kembali ke desa mereka ya?”
“Sebenarnya sangat kasar pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal, tapi tak masalah karena aku ada di sini. Jadi lakukan semaumu.”
“Kalau begitu kamu akan pergi dan....
“Kecuali....”
Tepat di saat barisan kereta naga hendak bergerak, suara Garfiel terdengar membelah udara.
Membungkukkan tubuh bagian atasnya, Garfiel memicingkan matanya menatap Patrasche dan Subaru.
“Tidak denganmu, kau tetap di sini. Para sandera bisa pergi. Orang berisik itu bisa pergi. Ram.... yah dia juga bisa pergi kalau dia mau. Tapi tidak denganmu.”
“.... Dan kenapa harus begitu?”
“Ada masalah motivasi Emilia-sama, tapi yang paling penting ada hubungannya dengan dirimu sendiri. Bajingan berbau Penyihir sepertimu, kau pikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja?”
“Itu lagi....”
Mencubit hidungnya, pemuda berambut emas itu mengancam Subaru. Namun, Subaru sudah lelah dengan keluhan itu, dia pun mengangguk,
“Syaratnya adalah aku tetap tinggal Sanctuary. Apa benar begitu?”
“Baguslah kau langsung paham. Jika ini terlalu berlarut-larut, kepalaku tidak akan mau mengingat semua itu.”
“Kau benar-benar ceplas-ceplos ya... baiklah, aku mengerti. Aku akan pergi menyampaikan hal ini pada semuanya, tunggu di sini.”
Sampai ke persoalan utama, negosiasi pun berakhir. Meskipun itu tidak bisa sepenuhnya disebut negosiasi, Subaru menerima syarat tersebut sebelum berbalik pada rekan-rekannya..... untuk menyampaikan informasi itu pada Otto si kusir, dan Ram.
“Pada dasarnya, selama aku tetap tinggal di sini, dia akan membiarkan semuanya lewat dengan selamat. Tak ada gunanya merengek di sini, jadi kurasa kita harus menerima usulan itu.....”
“Aku ingin bilang kalau itu adalah syarat yang sangat bagus jika dia mau membiarkan kita pergi dengan damai, tapi apa mereka yang ada di belakang kita bisa menerimanya? Sejak awal, mereka sudah kekeuh tidak mau kabur tanpa Natsuki-san.”
“Aahh, benar juga, sepertinya akan butuh sedikit kerja keras untuk menyakinkan mereka semua.... tapi karena kita sedang dalam perjalanan, mereka mungkin sudah ingin sekali kembali ke desa. Kurasa diriku yang meninggalkan kelompok ini di tengah jalan tidak akan bisa menang melawan keinginan mereka untuk pulang ke rumah.”
Menanggapi kekhawatiran Otto, Subaru meletakkan tangannya di bawah dagu sembari berpikir.
Kenyataannya, para pengungsi pasti sangat ingin pulang ke desa mereka. Meskipun Subaru merasa senang mereka menempatkan keselamatannya di atas neraca yang sama dengan keinginan mereka untuk pulang, tapi di situasi ini, tak ada pilihan lain selain menghancurkan keseimbangan tersebut.
“Natsuki-san....”
“Yaah, mempertimbangkan sentimen itu, kurasa tidak akan terlalu sulit meyakinkan mereka. Tapi situasinya akan memburuk jika bukan aku yang berbicara. Jadi, aku akan segera kembali, kalian tolong persiapkan kereta untuk berangkat sementara....”
“Aku tidak menyukainya.”
Instruksi Subaru tiba-tiba disela oleh Ram.
Merasa tertampar oleh hal itu bersama dengan tatapan cemas Otto, Subaru memberikan tatapan canggung pada Ram, dan dengan “Um...” dia menggaruk kepalanya,
“Garfiel barusan juga mengatakan hal yang sama, tapi mengatakan hal-hal yang bisa menelanjangi motivasi orang lain bukanlah kebiasaan yang baik, kau tahu....”
“Barusu, apa kau tidak menyadarinya? Apa yang kau katakan barusan.”
“Apa yang kukatakan?”
Subaru memiringkan kepalanya menanggapi kata-kata Ram dan tidak bisa memikirkan detail apapun. Tidak yakin dengan apa yang dimaksud Ram, Subaru mengernyitkan dahinya terlihat bingung.
Melihat hal itu, Ram mengeluarkan helaan napas kecewa,
“Kalau kau tidak tahu, lupakan saja. Ini tepat seperti apa yang Roswaal-sama katakan. Sekarang setelah semuanya jadi seperti ini, tak peduli apa yang Ram lakukan, semuanya sia-sia.”
“Tunggu, apa yang barusan kau katakan? Jadi kau juga tahu, kan? Kau tahu, kalau semuanya akan jadi seperti ini....”
“Sekarang, itu adalah hal yang percuma bagi Barusu. Hanya buang-buang waktu.”
“Kau....”
Subaru menggeretakkan giginya melihat Ram mengatakan hal tersebut sambil mengangkat kepalanya tinggi dengan aura seolah tahu segalanya. Dan merasakan atmosfer bahaya di antara keduanya, dengan “Tunggu, tunggu, tunggu” Otto menyela mereka,
“Bisakah kalian berdua berhenti berdebat? Seperti yang Ram-san katakan, ini buang-buang waktu. Buang-buang waktu sama dengan buang-buang kesempatan untuk mendapatkan uang. Jadi bisakah kalian tenang? Demi diriku? Ya begitu, sudah diputuskan, ok!”
“Tch, pokoknya, aku akan menjelaskannya pada mereka.”
“Tch. Tak ada lagi yang dapat Ram katakan.”
“Bisakah kalian tidak mendecapkan lidah padaku saat sedang berbicara!?”
Seperti biasanya, Otto dengan kesal memprotes caranya diperlakukan, tapi karena itu sudah menjadi tugasnya, tidak ada banyak hal yang bisa dia lakukan. Bagaimanapun, berkat upaya Otto lah ketegangan di antara mereka tidak pecah,
Subaru melewati kereta naga satu persatu, dan menjelaskan persyaratan Garfiel. Para penduduk desa Arlam menunjukan ekspresi getir saat mereka mendengar bahwa Subaru akan tinggal, tapi melihat Subaru sendiri tak keberatan, dan karena mereka sudah hidup sebagai pengungsi cukup lama sehingga keinginan untuk pulang ke rumah begitu meluap, mereka tidak punya pilihan selain dengan enggan menerimanya.
Sembari berterima kasih atas keengganan mereka untuk meninggalkan dirinya, Subaru akhirnya berhasil meyakinkan semua orang. Setelah kembali untuk memberitahu Ram dan Otto, dia naik ke atas Patrasche untuk menemui Garfiel,
“Kami sudah selesai berbicara. Syaratmu kami terima. Jadi biarkan mereka lewat.”
“Kecuali dirimu, yeah? Kalau begitu mereka bisa pergi. Naga tanah ini, dia juga ikut tinggal?”
“Akan sedikit berat bagi staminaku jika aku harus berjalan kembali sendirian. Jadi kurasa Patrasche akan tetap terkurung sedikit lebih lama lagi.”
Dia meletakkan tangannya di atas Patrasche yang harus terjebak dengan orang sepertinya, dan Patrasche menggoyangkan tubuhnya seolah bilang “Kau tahu, aku tidak keberatan duh.” dan menolehkan kepalanya.
Mengartikan gerakan Patrasche demikian, Subaru berjajar di samping Garfiel dan menyaksikan rentetan kereta naga menapaki jalan keluar dari Sanctuary. Melihat wajah para penduduk yang melihatnya melalui jendela kereta naga, Subaru membalas dengan senyum kecut dan melambai pada mereka.
“Otto, setelah kau sampai di desa, jangan pergi ke mansion! Segeralah kembali kalau kau bisa.”
“.....? Aku tidak mengerti.... tapi, kenapa? Kupikir kita harus melapor pada Frederica supaya dia tahu, ya kan?”
“Lupakan. Mungkin baru besok pagi kau sampai di desa.... tapi untuk jaga-jaga, setidaknya jangan pergi ke sana sampai siang hari.”
Otto kelihatan bingung mendengar instruksi Subaru. Tapi Subaru yang tidak bisa menjawab keragu-raguannya, hanya memberi isyarat dengan dagunya, memberikan tanda pada Otto untuk “Pergilah!”.
Malam ini adalah malam kelima..... yang merupakan pintu takdir di mana Elsa menyerang mansion. Jika situasi berjalan seperti di pengulangan pertama, maka di sini, tak diragukan lagi Elsa sudah memulai serangannya.
Tapi tak peduli betapa busuknya si Elsa.... masih tidak mungkin dia akan pergi menuju desa dan membantai semua penduduknya. Jadi asalkan Otto tidak memasuki mansion, seharusnya dia tidak akan tersentuh oleh bahaya.
Tentu saja, melakukan hal itu sama halnya dengan mengabaikan mereka yang ada di mansion; Frederica dan Petra. Beatrice dan Rem.
".... Kali ini, aku akan menggunakan semuanya untuk mengetahui apa yang terjadi di Sanctuary. Itu... sudah kuputuskan. Jika aku serakah, aku hanya akan berakhir dengan tangan kosong. Itu alasan yang kuat kenapa aku harus diam dan menyaksikan semuanya, kan?"
Mencuat di dalam dadanya, adalah rasa bersalah karena menyaksikan dan membiarkan hal yang paling buruk terjadi. Melampaui rasa bersalah dengan perasaan kuat terhadap misi dan tugas, Subaru menyalakan api kekejaman di dalam hatinya.
Baja. Merubah hatinya menjadi baja. Untuk meraih masa depan yang sempurna, dia akan menggunakan setiap cara yang ada di pikirannya. Biarkan dan terima pengorbanan itu selama prosesnya, tak peduli bagaimanapun hal itu akan merusak hatinya.
"Asalkan pada akhirnya kami bisa tersenyum, aku... kami akan menang."
Dan begitulah, di hadapan pengorbanan itu, yang bisa dia lakukan hanyalah menahan hatinya yang goyah.
Dia tidak boleh ragu untuk membuat jalan, sehingga akhirnya dia bisa mengambil semuanya kembali. Penyesalan bukanlah sesuatu yang seharusnya membuat dia khawatir sekarang.
"....."
Menyaksikan seluruh kereta naga lewat di hadapannya dan menghilang di tengah hutan, Subaru menghela napas.
Sekarang, di sini hanya ada para penduduk Sanctuary dan orang-orang yang berhubungan dengan mansion Roswaal. Yang tersisa hanyalah menunggu fajar dan menyaksikan apapun yang akan terjadi di Sanctuary. Jika dia bisa melakukannya, tujuan pengulangan ini akan tercapai.
"Terus berada di sini dan membiarkan wajah kita digigiti serangga bukanlah hal yang bagus, bagaimana kalau kita kembali? Melihatmu terus menatapku seperti itu mulai membuatku merasa sedikit tidak nyaman."
"Jangan kau coba-coba memerintahku... Hey, kau belum bertanya apapun soal Ujian Emilia-sama malam ini."
"Kurasa, fakta bahwa kau ada di sini sudah menjawabnya. Bohong namanya kalau aku bilang tidak memperkirakan hasil negatif kali ini."
Paling tidak, mengubah kekhawatirannya terhadap Subaru dan para sandera menjadi motivasi, sepertinya tidak berhasil. Jika Emilia berhasil menang dari Ujian itu, sesuatu yang mendasar pasti sudah berubah. Kalau tidak, mungkin takkan ada satupun masalah di Sanctuary yang bisa diselesaikan dalam keadaan mendesak ini.
"Itulah kenapa aku harus melihatnya sampai akhir. Aku tidak bisa hanya diam menunggu Emilia tanpa mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya."
Agar dia tidak mengulangi kesalahannya, Subaru akan mengambil resiko untuk tinggal di dunia ketiga ini.
Jumlah tertinggi Subaru mati dalam satu pengulangan adalah empat. Jika dia hendak menerobos masuk ke dunia kelima, dia hanya punya satu kali kematian lagi setelah ini.
"Masih ada banyak hal yang harus kupastikan...."
.... Dia sudah menganggap kematiannya sendiri sebagai pijakan untuk mencapai jalan keluar tersebut.
Subaru sendiri bahkan tidak sadar betapa menyimpangnya kata-kata yang dia ucapkan. Dia memberi tanda pada Patrasche untuk kembali ke Sanctuary, dan Garfiel, melihatnya dari belakang, menggumam,
"... Berbicara seolah kau paham segalanya. Kau pikir apa yang kau ketahui?"
"Garfiel?"
Tidak bisa mendengar bisikan itu, Subaru menoleh di atas pelananya. Dan tiba-tiba, di depan matanya....
Garfiel melompat ke arah Subaru yang berada di atas punggung Patrasche, telapak tangannya menebas ke arah leher Subaru layaknya sebuah pedang.
Pemandangan jemari yang mengoyak udara mendekat ke matanya, suara Subaru tak bisa keluar akibat keterkejutan akan munculnya kematian yang tiba-tiba mendekat dan terasa begitu tidak nyata.
Ini tidak seperti dia tidak pernah mempertimbangkan serangan Garfiel, tapi Subaru tidak pernah menyangka kalau itu akan datang secara blak-blakan seperti ini.
".....!"
Lengkingan suara pedang yang terayun diikuti oleh rasa sakit akibat terkoyaknya daging, menyerang Subaru bersamaan dengan semburan darah. Secara refleks memegangi tenggorokannya dengan tangan, dia merasakan sebuah sayatan tipis di bawah kotak suaranya yang baru saja diserang oleh cakar.
Menekannya dengan telapak tangan sembari merasakan darah meresap melalui jari-jarinya, Subaru dengan cepat memegang tali kekang Patrasche dan memberinya tanda,
"Garfiel! Apa yang kau...."
"Kau ingin menghalangi? Kau pikir apa yang kau lakukan, hah?"
Saat Subaru berteriak dari punggung Patrasche karena serangan tiba-tiba tersebut, Garfiel, mendarat di tanah, mengarahkan kemarahan dan jarinya yang berlumuran darah ke arah yang berbeda.
Subaru, dengan wajah kesakitan, menoleh ke arah yang Garfiel tunjuk dan melihat seorang gadis dengan sebuah tongkat di tangannya...
Itu adalah Ram, dengan rambut berwarna peach yang melambai dan tatapan tajam tertuju pada Garfiel.
"Ram!?"
"Aku punya firasat buruk jadi aku tetap tinggal, dan semuanya terjadi tepat seperti yang kupikirkan. Barusu, sebaiknya kau berterima kasih padaku karena kepalamu masih terhubung dengan lehermu."
"Tanpa ada angin yang mengganggu itu, seranganku pasti sudah membuat kepalanya terpenggal."
Mendengar komentar yang tak diinginkan dari Ram, Garfiel menggelengkan kepalanya mengakui hal tersebut. Tak bisa berkata-kata mendengar percakapan mereka, rasa sakit yang menyerang luka Subaru semakin membuat pikirannya membara,
"Apa yang.... kau lakukan, Garfiel!? Apa kau tadi mencoba membunuhku?"
"Ya, dan gagal. Jika kau bertanya apa yang ingin kulakukan, tak tahu lagi bagaimana harus menjawabnya."
Garfiel dengan jujur mengkonfirmasi niat membunuhnya. Mendengar hal itu, satu mata Subaru terbuka lebar, sedangkan bibirnya gemetar akibat tindakan tersebut. Karena,
"Kalau begitu, kau bisa membunuhku kapanpun kau mau. Saat aku ditahan, tidak, bahkan sebelum itu, jika kau tidak menyembuhkanku, bukankah aku akan mati?"
"Jika aku melakukannya, para sandera pasti akan mengamuk. Sekarang setelah mereka pergi, tiba saatnya bagiku untuk membunuhmu, ya kan?"
"Itu...."
Merasakan pikirannya diwarnai dengan warna merah, Subaru dibuat terdiam oleh kata-kata Garfiel.
Selama ini, Garfiel sudah mengawasinya dan mencari cara untuk menyingkirkan Subaru tanpa ada masalah yang mengikuti, lantas membiarkan para sandera pergi. Namun, masih ada sesuatu yang terasa aneh. Itu adalah...
"Kalau kau membunuhku di sini, apa yang akan terjadi dengan Ujian Emilia? Aku tidak sedang mencoba narsis, tapi jika aku adalah motivasi utamanya, ketika aku mati, bukankah itu artinya Ujian tidak akan pernah berakhir?"
Bagi faksi Lewes yang ingin membebaskan Sanctuary, tidak ada situasi yang lebih buruk dari ini.
Bahkan jika Garfiel mencurigai Subaru karena bau Penyihirnya, tidak mungkin dia akan mengabaikan faktor besar seperti itu.
Meskipun tindakannya mungkin bisa dikaitkan dengan amarah buta, tapi melihat dia bicara barusan, sikap tenang dan rasional itu bukanlah seperti orang yang sedang terbakar amarah.
Dengan kata lain, serangan Garfiel tadi adalah hasil dari perhitungan yang matang. Lantas apa artinya....
"Aku..."
"Tak ada gunanya mendengarkan alasan, dan percuma saja mencoba membujuknya, Barusu."
Tapi, tepat di saat Garfiel hendak mulai berbicara, Ram dengan tajam menyela mereka. Mengarahkan tongkatnya ke arah Garfiel yang mendecapkan lidahnya,
"Kau sebaiknya berhenti menutupi tujuan aslimu dengan logika, Garf. Ini tidak seperti dirimu."
"O-oy, Ram!"
"Diamlah, aku sedang berbicara.... terlepas dari semua itu, Garf sudah membulatkan tekadnya untuk membunuhmu, Barusu."
Mendengar Ram memastikan niat membunuh Garfiel, Subaru hanya bisa menutup mulutnya. Ram perlahan mendekati Subaru sambil terus mengarahkan tatapan waspadanya kepada Garfiel. Dan, mengulurkan tangannya, dia dengan lembut membelai bagian bawah leher Patrasche.
"Gadis pintar. Lakukan apa yang harus kau lakukan sekarang. Tuanmu yang ada di punggungmu itu... sangatlah bodoh, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain."
"......"
Tenang dan lembut, Ram mengatakan hal tersebut pada Patrasche yang tidak membalas apa-apa. Patrasche balas menjulurkan lidahnya dan menjilat jari Ram sebelum merendahkan kepalanya dan mengatur langkahnya ke arah hutan, tak mendengar perintah Subaru,
"Tu-tunggu. Kalian berdua, apa yang kalian....."
"Jangan lepaskan tali kekangnya. Asalkan kau melakukan hal itu, naga tanahmu akan melakukan semuanya untuk melindungimu, Barusu. Kau sangat beruntung jadi seorang pria."
"Dengarkan aku! Tidak, beritahu aku kenapa! Apa yang kau ketahui sampai membuatmu melakukan hal ini?"
"Tak ada waktu untuk menjelaskan, dan menjelaskannya akan sia-sia. Lakukan apa yang kukatakan, Barusu..... Ram bisa mengulur waktu kira-kira satu menit, gunakan waktu itu untuk pergi sejauh yang kau bisa. Hanya itulah satu-satunya perlawanan yang bisa kutawarkan padamu."
Dia tidak mengerti maksud di balik bagian terakhir dari jawaban Ram, tapi sudah tidak ada waktu untuk bertanya.
Setelah mendengar kata-kata terakhir Ram, Patrasche melaju pergi dengan sebuah ringkikan pelan. Dan terguncang di atas punggung naga tanahnya, Subaru merasakan Divine Protection, Wind Evasion mulai bekerja saat mereka masuk ke dalam sekumpulan pepohonan.
"Ram.....!"
Dia berteriak, tapi tak ada jawaban.
Saat pandangannya ditutupi oleh hutan, yang bisa Subaru lakukan hanyalah menggigit bibirnya dan melakukan perjalanan yang tak dia inginkan.
XxxxX
Saat Subaru dan Patrasche menghilang ke dalam hutan, keduanya kini saling berhadapan satu sama lain tanpa ada apapun yang berdiri di antara mereka.
Melihat Ram memegang tongkatnya bersiap siaga tanpa menunjukan sedikitpun rasa takut, Garfiel menunjuk ke arah hutan tempat Subaru menghilang dan,
"Kau baru saja bilang sesuatu yang sangat tidak diperlukan. Akan sangat merepotkan mengejarnya sekarang."
"Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi?"
"Kau pikir kau bisa menghentikanku? Adalah sebuah kesalahan besar jika kau pikir keseimbangan di antara kita tidak pernah berubah sejak dulu. Dan jangan kira aku akan mengalah hanya karena aku menyukaimu."
Menggeretakkan persendiannya, Garfiel sekali lagi memberikan ancaman. Tapi dia tahu betul kalau gadis itu bukanlah orang yang bisa diintimidasi. Bahkan, Ram terlihat tidak terpengaruh sama sekali. Garfiel pun dengan kasar menggaruk rambut jabriknya yang berwarna pirang,
"Ram, apa yang kau lakukan? Apa gunanya? Jika ada manfaat melakukan hal ini, aku tidak pernah mendengarnya. Kau melakukan ini karena perintah Roswaal?"
".... Maaf, Garf. Berada di sini adalah keinginan Ram sendiri. Ini tidak ada hubungannya dengan perintah Roswaal. Paling tidak, aku merasa tidak harus meminta perintah Roswaal-sama di sini."
Mendengar Ram mengatakan hal tersebut dengan tegas, Garfiel yang mulai memiliki keraguan yang sama seperti Subaru pun, mengernyitkan dahinya dengan kebingungan yang serupa mendengar jawaban Ram.
Melihat Ram dengan ekspresi yang terlihat semakin getir, Garfiel,
"Aku tidak mengerti Ram. Aku semakin tidak mengerti kalau ini bukan perintah Roswaal, aku tidak bisa memikirkan satupun alasan kenapa kau melakukan ini."
"Benarkah?"
"Uh....?"
"Apa kau benar-benar tidak mengerti.... kenapa Ram melakukan ini, Garf?"
Bertanya dengan tenang, ekspresi dan nada bicara Ram sama sekali tak berbeda dari biasanya. Tapi, mendengarkannya, ekspresi Garfiel seketika berubah di hadapan tatapan Ram.
Bingung. Ragu. Terkejut. Dan marah.
"Kau...."
Mengambil satu langkah maju, tumit Garfiel memecah tanah yang ada di bawahnya.
Mengkeletakkan taringnya dengan ekspresi marah yang tak tertahankan, dia memicingkan matanya ke arah Ram,
"Aku tidak percaya. Kau akan melakukan sesuatu seperti ini...."
"..... Demi Frederica dan demi dirimu, Garf."
"JANGAN SEBUT NAMA PENGKHIANAT ITU!!"
Membentak, Garfiel menghentakkan kakinya membuat tanah terkoyak, dan dengan sebuah ledakan, permukaan tanah di bawah kakinya pun hancur.
Asap menyembul keluar dari pohon terdekat yang condong akibat kekuatan tadi. Hutan dipenuhi dengan ketakutan, dan udara seketika menjadi hening akibat kengerian amarah pemuda itu.
Namun, di hadapan kemarahan itu, ekspresi Ram tetap tenang dan tak bergeming.
“Apa kau pikir seseorang akan setuju denganmu ketika kau marah-marah seperti anak nakal begitu? Garf, berapa lama lagi kau akan terus lari memutari hutan sempit ini?”
“Jangan bicara seolah kau tahu segalanya! Kau... kau dan Frederica, kalian yang telah meninggalkan Sanctuary, apa yang kalian ketahui, hah!?”
Kata-kata Ram, seolah sedang menasehati seorang anak kecil, pada akhirnya tidak bisa mencapai Garfiel yang mengamuk. Tapi tidak seperti bagaimana dia menghancurkan tanah sebelumnya, kali ini, dia hanya menghentak tanah tanpa dibarengai kekutan apapun.
“Demi diriku? Itu demi diriku? Kau.... itulah yang paling tidak bisa kupercayai. Sekarang setelah semuanya jadi seperti ini, berani-beraninya kau bilang.....?”
“Garf.....”
“Apa aku meminta simpati darimu? Jangan menatapku dengan angkuh. Aku, nenek, atau yang lainnya, kami tidak pernah meminta belas kasihanmu.”
Menutupi wajah dengan telapak tangannya, dibarengi napas terengah-engah, Garfiel melontarkan kata-kata barusan.
Sosok pemuda itu terlihat sedih. Dan membungkuk, semakin membuat posturnya terlihat lebih pendek dari biasanya.
Menarik napas demi napas, Garfiel menyingkirkan tangan dari wajahnya, dan,
“Cukup. Aku tidak mau dengar apa-apa lagi. Kembalilah ke Sanctuary sekarang. Lakukan itu dan aku akan melupakan hal ini. Aku masih harus mengejar si bangsat itu.”
“Aku menolak, Garf. Jika seseorang harus menyerah, kaulah orangnya. Meskipun aku kembali, kehancuran yang semakin mendekat sudah takkan bisa lagi dielakkan. Kau juga paham hal itu, kan?”
“Sudah kembali sana! Aku tidak akan memintamu lagi. Kembali dan tetaplah di sana sampai Ujian berakhir.”
“Tidak. Aku tidak akan kembali ataupun menunggu. Diam saja takkan menghasilkan apa-apa. Dengan diam di tempat ini, satu-satunya hal yang akan tersisa di telapak tanganmu hanyalah debu dari apa yang ingin kau dapatkan. Untuk sesuatu yang begitu lemah dan samar, kenapa k.....”
“Meski begitu! Itu jauh lebih baik daripada tak menyisakan apa-apa!”
Menyela kata-kata Ram, Garfiel mendongak dan menyalak. Tergambar di ekspresinya adalah kemarahan, kecemburuan, dan kesedihan.
“Kehancuran? Lalu kenapa? Selama aku ada di sini, aku pasti akan mengatasinya. Kali ini, semuanya, aku pasti akan mengatasi semuanya....”
“Garf, bukankah aku selalu memberitahumu? .....Itu tak lebih dari tindakan ingin ganti rugi.”
Di depan emosi garfiel yang meledak-ledak, Ram merespon dengan tenang.
Dalam pertentangan langsung yang tak mungkin menemui titik temu, tak ada satupun dari mereka yang bersedia menyerah, juga tak ada kesepakatan yang bisa dicapai.
Mungkin karena menyadari hal itu, Garfiel menunduk dan menutup matanya,
“Kembalilah, Ram. Ini adalah.... permintaan terakhirku. Dengan seluruh perasaan yang pernah kuungkapkan padamu, kumohon. Jadi....”
“Kalau begitu, Garf.... maukah kau meninggalkan semuanya kecuali Ram?”
“....”
Menanggapi permohonan terakhir yang dipenuhi kesedihan itu, jawaban Ram begitu singkat dan padat. Meskipun, terkandung di dalamnya adalah sesuatu yang menekan hati siapapun yang mendengarnya.
Berdiri di hadapan Ram, ekspresi Garfiel menjadi kaku, bibirnya gemetar.
Melihat hal itu, Ram merendahkan pandangannya,
“Pilihlah Ram dibanding segala sesuatu yang ada di dunia ini, lihatlah Ram, cintai Ram, lakukan semuanya hanya demi Ram, dicintai oleh Ram, maafkan Ram, dan curahkan seluruh jiwa ragamu pada Ram... bisakah kau melakukan itu?”
“A-aku....”
“Ram, bisa melakukannya.”
Meletakkan tangan di atas dadanya, Ram menyatakan hal tersebut pada Garfiel yang tergagap.
Tekad yang tenang dan teguh, kini mengisi kata-katanya saat Ram mengangkat wajahnya.
“..... Ram, bisa melakukannya.”
Dan itulah ultimatum terakhir Ram pada Garfiel.
Mungkin karena memahami hal tersebut, sesaat, seluruh kekuatan menghilang dari wajah Garfiel. Hanya Ram lah yang ada di sana menyaksikan ekspresi macam apa yang menghiasi wajah Garfiel pada saat itu.
Kemudian, menggelengkan kepalanya dan menyimpan seluruh kelemahannya yang terlihat jauh di dalam dirinya, Garfiel menunjukkan taring-taringnya,
“Aku sudah tahu.... betapa keras kepalanya dirimu.”
“Sama halnya denganmu..... Jika aku benar-benar tidak bisa menjadi hal yang paling penting bagimu, maka Ram tidak akan menyerah padamu, Garf. Ram tidak akan menjadi milik siapapun.”
“Begitu, kah?”
Menghadap satu sama lain, pandangan mereka bertemu.
Kesimpulan tercapai, mereka mengakui kalau tak ada satupun dari mereka yang mau mundur. Kemudian, keduanya, dengan suara pelan,
“Selamat tinggal, Garf.”
“Selamat tinggal, Ram.”
Mereka bertukar kata-kata terakhir itu, penuh dengan kasih sayang.
…. Hutan berguncang.
Dan sebuah raungan menggema.
XxxxX
“Patrasche! Berhenti! Kubilang berhenti!”
Menarik tali kekang dengan mati-matian, Subaru berteriak pada Patrasche saat mereka berlari melewati hutan.
Tapi si naga tanah tidak punya niat untuk mendengarkan perintah penunggangnya dan terus berlari di jalanan yang kasar, menjauh dari tempat di belakang mereka.
Meskipun Subaru pernah mendengar soal kuda panik yang tidak mau mendengar perintah penunggangnya, apa yang terjadi pada Patrasche sepertinya bukan begitu.
Si naga tanah nampak tidak berbeda dari biasanya dan dengan sadar mengabaikan perintah Subaru.
Dengan kata lain, dia pasti menganggap perintah Subaru tidak sepadan dengan kepatuhannya.
“Kau mengabaikanku... demi kebaikanku sendiri, ya?”
“....”
Meski dia tidak mendengar perintah Subaru, Patrasche juga tidak melempar tuannya seperti saat dia sedang marah. Setiap sikap Patrasche dipenuhi dengan kepedulian terhadap Subaru, dan Subaru yang terlempar ke sana kemari di atas punggungnya, hampir menangis karena rasa malu dan rasa terima kasih.
Hal itu bukan karena si naga tanah menolak untuk mematuhiya. Melainkan, dia merasa jijik dengan kebodohannya yang tidak menyadari kalau bahkan naga tanahnya pun sedang mengkhawatirkannya.
Dan, bersama dengan hal itu, apa yang masih menjadi bahan bakar bagi keputusasaan Subaru adalah,
“Tapi Ram sedang dalam bahaya! Aku tidak ingin percaya kalau si Garfiel itu akan melakukan sesuatu yang bisa menyakitinya... tapi sekarang...!”
Garfiel sudah membulatkan tekadnya untuk membunuh Subaru. Fakta bahwa Ram menghalanginya adalah sesuatu yang berada di luar perhitungan Garfiel, tapi sekarang, bagaimana dia akan memperbaiki kesalahan itu..... adalah sesuatu yang terlalu menakutkan untuk dibayangkan.
Tidak bisa menyelamatkan mereka yang ada di mansion, Subaru kurang lebih sudah menerima pengorbanan mereka di pengulangan ini. Tapi itu tidak termasuk Ram. Tidak siap kehilangan lebih besar dari apa yang dia izinkan, hal itu menghancurkan hati Subaru, menghasilkan keadaan menyedihkan ini.
“Aku juga.... tidak ingin tersakiti, tapi aku bisa sembuh. Jadi.....!”
Memohon, suara Subaru terdengar hampir menangis. Tapi Patrasche tetap mengabaikannya.
Dengan kecepatan layaknya angin, si naga tanah sama sekali tidak melambat dan tidak punya niat untuk mendengarkan permohonan Subaru. Ram dan Garfiel berada tidak jauh di belakang mereka. Sebuah tragedi terjadi di tempat yang tidak bisa dia raih.
Pemikiran itu mengoyak hati Subaru. Kenapa hatinya begitu lemah dan kenapa hatinya tidak pernah menjadi kuat?
….. Dan, dengan pandangannya yang hanya tertuju pada dirinya sendiri, mengulangi kesalahan demi kesalahan, Subaru terikat untuk terus mengulangi kesalahan yang sama.
“....Eh?”
Tiba-tiba, bidang pandangannya terbentang saat Patrasche melewati hutan yang membingungkan. Berpegang pada Patrasche saat mereka melalui jalan halang berintang, Subaru terkejut melihat pemandangan yang terhampar di hadapannya.
“A-apa yang terjadi, Natsuki-san? Kenapa kau kembali dengan buru-buru begitu?”
Orang yang menanyainya adalah Otto, terlihat sama bingungnya dengan Subaru.
Itu adalah barisan kereta naga yang seharusnya sudah pergi ke depan. Entah bagaimana Subaru berpapasan dengan mereka. Subaru pikir dia pergi entah ke mana melewati hutan, tapi tingkah Patrasche benar-benar melebihi perkiraannya.
“Kupikir dia tidak akan membiarkanmu pergi? Apa yang terjadi pada Garfiel?”
“A-aku juga tidak tahu.... tapi Ram dan Patrasche....”
Mencoba mengendalikan napasnya yang terengah-engah sehingga dia bisa berbicara pada Otto, Subaru menyeka keringat dari dahinya dengan punggung tangannya.
….. Tepat setelahnya, sebuah raungan yang kejam menggetarkan hutan.
“Wh.....!??”
“Huh?”
Tenggorokan tercekat, mata terbelalak, Subaru dan Otto terkejut dan menoleh ke arah suara itu di saat yang bersamaan.
Raungan yang bergemuruh mengguncang atmosfer dan hati para manusia, dan bahkan para naga tanah pun menunjukkan tanda-tanda panik merasakan kekuatan tersebut.
Jika ada makhluk yang tidak goyah oleh adegan ini, itu adalah Patrasche yang membawa Subaru di punggungnya.
Dan, dialah makhluk pertama yang menilai situasi ini dan bereaksi.
“Ah, Natsuki-san!?”
“Hey, Patrasche!”
Menolehkan kepalanya ke arah depan barisan kereta, Patrasche mulai berlari. Dia menuju ke arah kereta terdepan.... dan bahkan jauh melebihinya. Dia berlari tanpa ragu menuju pintu keluar Sanctuary, di ujung jalan di depan.
Meninggalkan panggilan Otto di belakang, Subaru merasa Divine Protection sekali lagi aktif. Dia tidak tahu alasan di balik tindakan Patrasche, tapi saat Subaru hendak mengangkat suara untuk menghentikannya,
“.....!!”
Sebuah hentakan mengguncang tanah, dan Subaru mendengar jeritan datang dari belakang.
Dengan enggan menahan napas dan menolehkan kepalanya, dia menatap ke arah Otto dan yang lainnya.
Di sebelah kiri penglihatannya, Subaru melihat adegan yang terhampar di kegelapan hutan.
Kereta terlempar. Naga tanah tertelan ke dalam hentakan tersebut, dan para penumpangnya tersebar ke udara bersama dengan teriakan dan darah, mewarnai langit hutan dengan warna merah.
“.........a”
Menyaksikan tragedi tersebut, di bawah bangkai kereta naga yang terlempar ke udara, Subaru melihat seekor binatang.
….. Seluruh tubuhnya ditutupi oleh bulu berwarna emas, seekor harimau raksasa terlihat dalam pandangan Subaru.
---End---
Lanjut ke -> Re:Zero Arc 4 - Chapter 42
Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4
Translator : Zhi End Translation..
3 Komentar
Mungkin Si Garf yang makan si Subaru xD
BalasAkhirnya versi indonya kelar juga, thx min!
BalasBetul juga mungkin garf yg makan subaru di pengulangan sebelumnya...
Balas