Hataraku Maou-Sama Volume 12 - Chapter 3 (Part 1) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 12 - Chapter 3 : Raja Iblis, Menjelaskan Tentang Konsep Pemeliharaan -1





Chapter 3 : Raja Iblis, Menjelaskan Tentang Konsep Pemeliharaan.

"A-apa yang terjadi? Apa yang sebenarnya....."

Nord terlihat sangat kaget.

Saat Lailah yang ditemani oleh Amane, dan Emi yang ditemani oleh Emerada kembali ke Villa Rosa Sasazuka dengan menaiki taksi, keduanya nampak sangat lelah, dan tidah hanya itu, bahkan rambut Lailah pun juga berubah.

"Emilia, apa kau baik-baik saja?"

"....."

Tatapan Emi terlihat sangat kosong bahkan ketika Nord memanggilnya, dia sama sekali tidak bereaksi.

"Apa yang... terjadi?"

Nord menoleh ke arah Amane, Emerada, dan Chiho. Chiho tidak tahu dari mana dia harus memulai, dan sebelum ia bisa menjelaskannya, Amane yang membopong Lailah pun menjawab pertanyaan Nord dari belakang.

"Ini cerita yang sangat panjang dan tidak bisa dijelaskan di luar."

Amane tidak langsung menjawabnya, dan dengan sebuah tatapan, ia meminta Nord untuk membuka pintu kamar 101.

"Aku akan mengurus Yusa-chan, kau tolong papah Lailah."

"O-oh... Lailah, apa yang terjadi...."

Nord nampak tidak begitu peduli dengan perubahan rambut Lailah, dan setelah melirik ke arah Emi, dia pun memapah tubuh Lailah.

Melihat hal ini, Emerada sadar kalau Nord secara tak sengaja sudah menghindari satu keributan.

Karena kebetulan Emi adalah orang pertama yang turun dari taksi, Nord tentu akan lebih dulu menyuarakan kekhawatirannya terhadap Emi. Emerada tidak tahu bagaimana Emi akan bereaksi jika Nord menunjukkan kekhawatirannya terhadap Lailah lebih dulu.

Bahkan, sebelum mereka sampai ke Villa Rosa Sasazuka, Emi terus mengomeli Lailah dengan tatapan kosong.

Kenapa? Kenapa kau membuatku menjalani hidup yang sulit? Kenapa kau melukai orang-orang di sekitarku?

Hak apa yang kau punyai?

"Emerada-dono, di mana Raja Iblis?"

Suzuno yang tetap berada di Villa Rosa Sasazuka untuk melindungi Nord pun bertanya demikian. Emerada lantas menoleh ke arah jalanan Sasazuka dengan wajah gelisah.

"Soal itu~... dia bilang dia akan langsung kembali ke Sasazuka~...."

"Begitu ya, jadi dia kembali bekerja."

"Y-ya~..."

Emerada merasa terkejut karena Maou langsung kembali bekerja tanpa mencoba memahami insiden yang barusan terjadi, tapi bagi Suzuno, itu bukanlah hal yang mengejutkan.

Menyadari reaksi Emerada, Suzuno mengatakan,

"Dia pernah bilang kalau restorannya akan segera memulai layanan delivery. Karena Manajer Kisaki jarang ada di restoran, sebagai manajer pengganti, Raja Iblis tentu memilih kembali bekerja."

"Begitukah~?"

"Benar, kau bisa tanya pada Alsiel dan Lucifer. Reaksi mereka pasti akan sama denganku. Chiho-dono juga tidak menganggapnya aneh, kan? Dan untuk membawa mereka ke sini, ada Amane-dono saja sudah cukup kok."

"Be-benar juga~...."

Kata-kata Suzuno sangatlah tepat seolah dia ada di sana pada waktu itu, dan membuat Emerada tak bisa berkata apa-apa.

"Kau pasti akan mengetahui hal semacam ini kalau kau sering berinteraksi dengan mereka."

"Oh...."

"Oh ya Emerada-dono, sebaiknya kau istirahat dulu, kita bisa membicarakan apa yang terjadi nanti. Karena aku bisa merasakan kekuatan Emilia bahkan dari sini, itu artinya telah terjadi pertarungan yang sangat sengit, kan?"

"Aku tidak ada di sana sejak awal~, jadi aku tidak yakin apa itu bisa disebut pertarungan~...."

Emerada menyilangkan tangannya dengan sebuah ekspresi rumit.

"Dan~ orang yang terlibat malah...."

"Yeah..."

Melihat punggung Emi saat ia dibawa ke kamar 101, Suzuno menggelengkan kepalanya.

"Nampaknya telah terjadi sesuatu yang sangat menyakitkan."

"Ketika berada di dalam taksi~ dia juga terus menggumamkan keluhannya terhadap Lailah~"

"Ini benar-benar gawat."

Suzuno tidak tahu kalau Emi sudah tak pulang ke rumahnya selama tiga hari.

Meskipun demikian, dia tahu kalau Emi pasti menjalani hari-harinya sambil sebisa mungkin tidak memikirkan Lailah. Dari hal ini bisa dilihat kalau Suzuno juga ingin menghormati pilihan temannya dengan caranya sendiri.

Tapi sepertinya hasilnya sangat tidak memuaskan.

Begitu pintu kamar 101 terbuka, Emi pun mengangkat kepalanya dan tiba-tiba mundur dengan kekuatan yang bisa saja menjatuhkan Nord dan Chiho yang ada di belakangnya.

"Emilia."

"Yusa-san?"

"Aku tidak mau masuk."

"Eh?"

"Aku tidak ingin berada di ruangan yang sama dengan wanita itu."

"Yusa-chan, memang sih di apartemen ini tinggal seorang Raja Iblis, tapi di sini tidak ada monster yang akan membunuhmu, kau tahu."

Amane membuat sedikit lelucon, tapi Emi mengalihkan pandangannga yang terlihat sangat lelah.

"Aku akan menunggu di atas."

"Di atas?"

"Di kamar Raja Iblis!"

Emi berteriak dan menarik tangan Chiho, dia pun mulai berjalan menaiki tangga.

"Aku tidak ingin mendengarkan Lailah! Apapun yang terjadi, itu tidak ada hubungannya denganku! Biasanya, di saat-saat seperti ini aku akan berada di lantai dua dengan Alas Ramus, menunggu Raja Iblis dan Chiho-chan pulang! Dan aku akan melakukan hal itu hari ini! Kalian selesaikan saja masalah kalian sendiri!"

"Yu-Yusa-san, wah wah wah!"

Chiho dengan kuat ditarik oleh Emi menuju ke lantai dua.

"Alsiel! Licifer! Maaf mengganggu!!"

"Tak masalah kalau kau ingin berada di sini, tapi jika kau mau jadi orang yang tak tahu malu dan makan malam di sini, maka bantulah aku mengupas kacang buncis ini. Ah, Sasaki-san, kau pasti lelah, silakan duduk."

"Kalau kau sudah tahu bahwa kau itu mengganggu kami, tunjukanlah sedikit rasa bersalah ketika kau masuk ke sini."

Setelah Emi membuka pintu dengan keras seolah ingin merusak engselnya dan berlari ke dalam, reaksi dari Ashiya dan Urushihara yang nampak sudah terbiasa dengan kelakuan Emi yang suka menerobos masuk pun terdengar dari dalam. Kemudian pintu kamar 201 pun tertutup dengan suara yang membuat orang curiga kalau pintunya sudah rusak.

"....."

Nord hanya terdiam melihat kelakuan putrinya.

"Rasa benci yang dia miliki sepertinya itu sangat parah ya. Merepotkan sekali."

Adapun untuk Amane, dia hanya mengangkat bahunya seolah tidak peduli sama sekali.

"Emilia~~...."

Bahu Emerada pun merosot seperti seekor anak anjing yang terlantar.

"Emerada-dono, maaf, apa kau mau menunggu di kamarku? Kalau Emerada-dono yang menyaksikan semuanya juga pergi ke sana, Emilia pasti akan merasa tidak enak."

".... Ya~, kau benar~..."

Seolah ingin menghibur Emerada yang sedang sedih, Suzuno pun menepuk pundaknya.

"Ini bukan berarti Emilia tidak mempercayaimu ya."

"Aku tahu~ tapi~ mau bagaimana lagi~ aku tidak bisa sepenuhnya mengabaikan Ente Isla~ aku hanya berniat membangkitkan bagian dari dirinya yang merupakan sang 'Pahlawan'~..."

Meskipun terlihat sedih, Emerada menatap tangga Villa Rosa Sasazuka tanpa setetespun air mata di matanya.

"Tapi di sini dia adalah Yusa Emi~~, masalah Yusa Emi, harus diselesaikan oleh orang-orang di Jepang~~ apapun yang dia pilih~ aku pasti akan mendukungnya~~"

"Jepang memang bisa jadi tidak menyenangkan, tapi karena ini adalah kesempatan yang sangat langka, apa Emerada tidak ingin tinggal di sini sedikit lebih lama lagi?"

"Sayangnya pekerjaanku tidak mengizinkanku untuk melakukannya~~ tak peduli senyaman apapun Jepang~ dan selezat apapun makanannya~ aku tetap masih terbiasa dengan Saint Aire~"

"Begitu ya."

Suzuno pun tersenyum dan mengangguk menanggapi pernyataan Emerada, dia kemudian menyerahkan kunci kamarnya kepada Emerada.

"Aku akan pergi keluar sebentar, tolong jaga rumahku ya. Kalau kau haus, kau bisa membuka kulkasku."

".... Cepat kembali ya~"

Emerada menerima kunci tersebut dan mengangguk.

"Meski aku sudah dapat izin~ aku tetap merasa tidak enak membuka kulkas orang lain~"

"Ya aku mengerti kok."

Suzuno dengan erat memeluk Emerada dan menepuk punggungnya beberapa kali.

"Amane-dono, maafkan aku."

"Ya ya. Jadi pengawal kan? Serahkan saja padaku. Hm, tapi Ashiya-kun dan Urushihara-kun ada di lantai dua, ditambah dengan Emerada-chan, kurasa tidak akan ada hal buruk yang terjadi tak peduli siapapun yang datang."

Amane dengan santainya bilang setuju, Suzuno pun mengangguk, meninggalkan Emerada dan berjalan keluar apartemen.

Dia melirik ke arah jam tangannya, waktu menunjukan hampir jam 8 malam.

"Sesekali makan makanan cepat saji untuk makan malam juga tidak terlalu buruk."

Mengucapkan hal tersebut, dia pun berjalan menapaki jalanan Sasazuka.


XxxxX


"Hm?"

Begitu pintu otomatis di MgRonalds depan stasiun Hatagaya terbuka, Suzuno seketika menyadari dua sosok familir di sudut pandangannya dan langsung menoleh ke arah mereka.

Mengikutinya, mereka juga nampak menyadari kehadiran Suzuno dan perlahan mulai melambai ke arahnya.

"Rika-dono."

"Hai."

Suzuki Rika, duduk di atas sofa, menjawab demikian.

"Dan, Acies?"

Duduk berseberangan dengan Rika, orang yang memperlihatkan ekspresi begitu puas dengan tumpukan bungkus makanan di depannya, adalah Acies Ara.

Gadis yang terlihat seperti seorang anak SMP ini sebenarnya adalah adik Alas Ramus, tapi sebagai perwujuan fragmen Yesod, kenapa dia bisa berada di MgRonalds bersama dengan Rika?

"Ah, Suzuno. Perutku benar-benar kenyang sekarang.'"



"Kupikir juga begitu. Kau memesan banyak sekali makanan, jangan bilang kau meminta Rika-dono untuk membayar semuanya?"

Selain jumlah bungkus hamburger di atas meja yang terlihat sangat banyak di mata Suzuno, yang mana tidak terbiasa makan makanan cepat saji, terdapat pula empat cangkir plastik kosong.

Suzuno tidak berpikir Acies punya cukup uang untuk memesan sebanyak itu, jadi dia khawatir jika Acies memanfaatkan Rika untuk membayar pesanannya.

"Yah katanya sih...."

Rika menunjukan senyum kecut yang bercampur dengan perasaan seolah sudah menyerah, dan mengeluarkan selembar potongan kertas.

"Kalau nanti aku menunjukan tanda terima pesanannya kepada seseorang yang bernama Shiba-san, katanya dia akan mengganti uangku."

Suzuno menutupi wajahnya dengan telapak tangan dan menghela napas, "Jika Raja Iblis tidak bekerja, dia pasti sudah menghukummu dengan tinjunya."

"Yaah, entah kenapa Maou hanya menggunakan kekerasan padaku, itu sangat menjengkelkan."

"Maksudku bukan itu. Berencana hidup dengan mengandalkan uang dari orang lain itu sangatlah menyedihkan. Kau jadi tak ada bedanya dengan Lucifer."

"Bahkan masih dimarahi di saat seperti ini, kasihan sekali Urushihara-san."

Rika yang sudah mengetahui identitas asli Maou dan yang lainnya, tentu juga tahu nama asli Urushihara.

"Tak apa Suzuno-chan. Shiba-san itu pemilik apartemen yang kau tinggali, kan? Karena aku sudah terlibat dengan Emi dan Maou-san, itu bukan berarti aku ini adalah orang luar, ketika aku nanti bertemu dengannya, aku pasti akan meminta bayaranku."

".... Maafkan aku, Rika-dono. Aku pasti akan mengingatkan Shiba-dono."

Meskipun sebenarnya Suzuno tidak perlu meminta maaf, sikap Shiba terhadap beberapa hal kadang memang terlalu santai.

Sederhananya, dia bukanlah orang yang terlalu memikirkan hal-hal yang sepele, tapi Suzuno juga merasa, kalau itu adalah masalah uang, sudah beda lagi ceritanya.

"Jadi kenapa kalian berdua bisa ada di sini?"

"Mungkin alasannya sama sepertimu, Suzuno-chan."

Mengucapkan hal tersebut, Rika membuka sebuah web berita di HPnya dan menunjukannya pada Suzuno.

Di rubrik news flash-nya, dilaporkan ada sebuah insiden misterius yang terjadi di jalur kereta bawah tanah di jalur Fukutoshin.

"Aku punya seorang junior yang tinggal di dekat jalur Fukutoshin."

Rika pun menutup HPnya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan, dan mulai bercerita tentang Emi yang menginap di rumah Shimizu Maki, yang mana tinggal di dekat stasiun Zoshigoya.

"Ngomong-ngomong soal Maki, dia itu sedikit mengidolakan Emi. Karena insiden tadi terjadi tepat saat Emi pulang, Maki terus bilang kalau dia sangat khawatir. Tapi kurasa semuanya akan baik-baik saja, dan dia hanya terlalu kepikiran, karena itulah aku datang ke sini. Jika ini adalah masalah yang berhubungan dengan Ente Isla, Maou-san pasti akan bertindak. Jika tidak ada yang terjadi, aku akan menganggapnya seolah aku datang ke sini untuk makan malam berkalori tinggi..... saat dalam perjalanan ke sini aku juga mencoba menghubungi Emi, tapi dia sama sekali tidak mengangkat teleponku ataupun membalas pesanku."

Dari apa yang Suzuno lihat tadi, meskipun Emi terlihat masih bisa mengangkat telepon ataupun membalas pesan Rika, mungkin dia hanya tidak punya waktu untuk mempedulikan soal pesan. 

Suara Rika menjadi semakin pelan.

"Kemudian aku kebetulan bertemu dengan Maou-san dan Acies-chan di pintu masuk."

"Meskipun aku tidak datang ke sini dengan keinginanku sendiri."

Acies menggembungkan pipinya merasa kesal.

"Karena Maou berada sangat jauh dari Hatagaya, aku pun terpaksa bergabung dengannya. Kemudian Maou pergi ke tempat yang disebut jalur kereta api bawah tanah Tokyo untuk marah-marah. Karena itulah aku tidak bisa menganggap hal ini sebagai masalah kecil, meskipun aku menginginkannya."

Di dalam kalimat tersebut, meski ada kemungkinan perkataan Acies yang biasanya konyol kini sudah menjadi lebih baik, itu tidaklah penting sekarang.

"Jadi kau melihat apa yang terjadi di Shinjuku?"

"Tidak semuanya sih. Haaaigh!"

Setelah mengeluarkan sendawa yang terdengar tidak pantas untuk gadis seusianya, si perwujudan fragmen Yesod ini pun mengelus perutnya dan mengangguk.

"Amane dan Chiho sudah pulang?"

"Mereka barusan sampai."

"Emi dan Em juga?"

Pertanyaan Acies seketika membuat Rika mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap Suzuno.

"Yeah, semuanya memang sudah kembali ke Villa Rosa Sasazuka....."

Tapi situasi ini tidak bisa dijelaskan dengan cara yang sederhana.

"Tapi sekarang Emilia malah semakin menolak Lailah lebih dari yang sebelum-sebelumnya. Sampai-sampai bahkan mungkin dia juga menolak Emerada-dono di saat yang sama."

"Apa dia mengalami hal yang tidak mengenakan lagi?"

Rika nampak khawatir.

"Aku masih belum yakin dengan detailnya. Tapi Emilia dan Emerada-dono nampak menerima syok yang begitu besar, mereka juga terlihat sangat lelah baik secara fisik maupun mental; sementara itu, Amane-dono harus mengawasi kondisi Lailah dan mewaspadai keadaan sekitar, jadi aku datang ke sini untuk menanyakan detailnya pada Raja Iblis, jika waktunya memungkinkan sih..."

Sembari berbicara, Suzuno mengamati seluruh bagian dalam restoran.

"Aku tidak melihatnya. Apa dia ada di dalam? Ataukah di lantai dua?"

"Setelah membantu Acies-chan membuat pesanan, dia langsung dibawa oleh manajer yang cantik itu."

"Kuharap dia tidak dimarahi oleh manajer Kisaki karena pergi menyelamatkan Emilia. Ah, masuk ke sini tanpa memesan apa-apa itu tidak baik. Maaf, boleh aku bergabung ke meja kalian?"

"Eh, apakah itu artinya aku bisa memesan lagi?"

"Acies-chan, ludahmu nyembur ke mana-mana. Dan lagi, bukankah tadi kau bilang kalau kau sudah kenyang?"

Ucap Rika dengan jengkel. Suzuno kemudian meletakkan tas berpola ikan mas miliknya di samping Rika dan berjalan menuju counter hanya dengan membawa dompetnya.

"Selamat datang. Mau pesan apa?"

"Hm.... Uh."

Suzuno pun membaca menu yang ada di counter dan mulai memesan.

"Aku pesan, satu set Full Moon Tsukimi Burger ini, uh... lalu kentang goreng dan minumannya, yang ukuran sedang saja...."

"Silakan pilih minuman anda di sini. Menambahkan nama pada menu-menu anda akan membutuhkan biaya tambahan 100 yen."

Mungkin karena sadar kalau Suzuno tidak terbiasa memesan makanan di MgRonalds, si karyawan pria yang sedang bertugas pun menunjuk daftar minuman yang ada dan menjelaskannya secara perlahan.

"Uh, kalau begitu kopi panas saja."

"Tambah gula dan susu, tidak?"

"Tidak usah gula, susu saja."

"Aku mengerti. Kalau begitu tolong konfirmasi pesanan anda di sini."

Saat Suzuno selesai memesan, barulah dia sadar kalau dahinya sedikit berkeringat.

Kalau dipikir-pikir, ini adalah pertama kalinya dia memesan sesuatu dari MgRonalds sendiri.

Suzuno biasanya datang bersama Emi, kalau tidak, biasanya yang menjaga counter adalah Maou atau Chiho, makanya dia tidak begitu merasa gugup.

Dia memang kenal dengan manajer Kisaki, tapi ketika dia harus memesan makanan dari orang asing seperti ini, Suzuno sekali lagi sadar kalau dia sama sekali tidak terbiasa dengan MgRonalds.

Alasan kenapa Suzuno memilih Full Moon Tsukimi Burger adalah karena menu itu berada di bagian paling atas menu promosi dan tertulis dalam tulisan kanji, jadi itu bukan karena dia benar-benar ingin memakan menu tersebut.

"Sepertinya aku masih butuh banyak latihan...."

Jadi pelanggan saja sudah begini. Jika dia jadi karyawan, dia mungkin tidak akan bisa menangani menu yang ada sama sekali.

Suzuno pun menghela napas dan menyerahkan uang kertas 1000 yen, dia kemudian menyadari kalau pegawai yang melayaninya sedang menatap ke arahnya ketika dia menerima kembalian.

"Apa ada yang salah?"

"Ah, tidak. Kau itu kenalan Maa-kun, ah Maou, kan?"

"Oh iya. Bagaimana kau bisa tahu?"

Melihat ada orang yang tiba-tiba mengenalinya, Suzuno merasa sedikit terkejut.

Dia pun menatap wajah karyawan pria yang ada di hadapannya, tapi dia sama sekali tidak ingat pernah melihat wajah itu.

"Ah, itu karena....."

Si karyawan pria bertubuh besar itu menggaruk kepalanya merasa tidak enak.

"Kau biasanya datang ke sini bersama Maou atau Yusa-san, kan? Ditambah lagi, yaah, melihat seorang gadis yang memakai kimono saat tidak ada festival, jujur saja itu sangat mencolok.... maaf, tiba-tiba bilang begitu."

"Tak masalah...., sepertinya aku harus benar-benar memikirkan soal memakai baju bergaya barat."

Meskipun dia pernah dipaksa memakai pakaian bergaya barat saat ulang tahun Emi, Suzuno masih tidak bisa menyingkirkan gaya berpakaiannya yang biasa dan menyimpan baju barat tersebut.

Dia secara refleks melihat nametag pegawai tersebut, dan nama 'Kawada', tertulis di atasnya dalam huruf Hiragana.

"Maou sekarang ada di belakang karena masalah pekerjaan. Kurasa dia akan segera kembali, aku akan memintanya pergi ke mejamu nanti. Ah, terima kasih sudah menunggu, ini satu set Full Moon Tsukimi Burger dan kopi anda."

"Baiklah, maaf merepotkanmu."

Suzuno yang telah pulih dari keterkejutannya pun, mengucapkan terima kasih dan menerima nampannya.

"Uhm...."

Masih merasa terganggu, Suzuno berulang kali melihat ke arah kakinya dan berjalan menuju tempat di mana Rika dan Acies menunggu.

"Ada apa?"

"Tidak. Aku hanya merasa kimono ini benar-benar menarik perhatian."

"Tentu saja. Tapi karena Suzuno-chan selalu berpakaian seperti ini, kami sudah terbiasa kok."

Rika tersenyum kecut.

"Be-begitu ya, hmm, kalau baju musim dingin, seharusnya ada desain yang lebih tebal dan lebih panjang, aku sepertinya harus memikirkan soal pakaian bergaya barat lebih serius lagi...."

Suzuno yang hampir mengubur dirinya sendiri di dalam masalah pakaian, seketika kembali tersadar.

"Eh, pakaianku tidaklah penting. Yang penting sekarang adalah Emilia. Acies, apa yang terjadi..... hey!!"

Suzuno yang hendak bertanya soal insiden yang terjadi di jalur kereta bawah tanah Shinjuku, hanya bisa melongo ketika ia melihat ke arah Acies.

"Ah, begitu aku menoleh usai melihat pesananmu, dia sudah jadi seperti ini."

"...... Hmuhhhhoho."

Acies yang barusan mengisi perutnya dengan uang orang lain, kini sedang bersandar di kursinya dengan sangat tidak sopan dan mendengkur, dia memilih untuk langsung tidur begitu selesai makan.

"Kenapa.... kenapa dia sama sekali tidak merasa khawatir?"

Dia bergabung dengan Maou, lalu setelah melihat insiden besar yang membuat Emi dan Emerada begitu lelah, dan bahkan membuat Amane terluka, entah bagaimana dia masih bisa bersikap seperti ini.

Meskipun Acies memang bukan tipe orang yang mau ambil pusing terhadap suatu insiden, hal ini sungguh terlalu berlebihan.

"Acies! Bangun! Kau tidak boleh tidur di MgRonalds!"

"Uhwew.....!"

Bahkan ketika bahunya dicengkeram dan diguncang-guncang oleh Suzuno, Acies masih tidak juga membuka matanya.

"Hmuh..... ahm... uuuu... aku masih, kuat makan...."

"Aku tidak menanyakan hal itu!"

"Ketika aku melihat hal ini, rasanya memang tidak terjadi hal yang serius. Ini membuatku merasa bodoh karena sudah terlalu khawatir."

"Jangan mau dibodohi, Rika-dono! Beginilah sikap Acies, kenyataannya, sesuatu yang sangat serius pasti sudah terjadi! Hey, Acies!"

"Uupuhh.... Hmhhuuu....."

"Padahal Alas Ramus-chan sangat sayang dengan orang tuanya, kenapa mereka berdua bisa sangat berbeda ya?"

"Mungkin itu karena perbedaan lingkungan, atau bisa juga karena perbedaan asuhan? Atau mungkinkah Alas Ramus-chan akan jadi seperti ini ketika dia besar nanti?"

"Hal seperti itu tidak boleh terjadi! Hey, Acies!"

Suzuno memang tak bisa berteriak terlalu keras karena ia sadar dengan tatapan orang-orang di sekitarnya, tapi meski begitu, dia terus berusaha menarik Acies keluar dari alam mimpi.


XxxxX


Setelah beberapa saat, Maou pun kembali dari ruang karyawan.

"Ah~ menakutkan sekali. Kupikir aku akan dimarahi."

Setelah menyembuhkan Lailah dan menyerahkannya kepada Amane dan yang lainnya, Maou seketika langsung kembali ke restoran.

Menunggunya di depan pintu adalah Rika, sementara di dalam, Kisaki juga sudah menunggunya.

Maou pikir hari ini Kisaki akan terus berada di kantor dan tidak datang ke restoran, jadi dia langsung tersentak ketakutan ketika matanya bertemu dengan mata Kisaki.

Untungnya, Kisaki tidak menyebutkan apapun soal Maou yang meninggalkan restoran dan hanya mengkonfirmasi soal alur kerja besok.

"Kau berhutang padaku ya. Tiba-tiba bilang mau pergi selama 30 menit di jam yang sangat sibuk seperti barusan. Kukira terjadi sesuatu tadi."

Kawada menunjukan wajah kesal.

"Maaf, Kawa-cchi. Aku pasti akan membalas kebaikanmu. Bagaimana kau menjelaskannya pada Kisaki-san?"

"Kau bilang akan kembali dalam 30 menit, kan? Nah, Kisaki-san datang 5 menit sebelum kau kembali, aku percaya kau pasti akan kembali dalam 30 menit, jadi aku bilang kalau kau pergi untuk mengantarkan barang milik pelanggan yang ketinggalan. Itu sungguh menakutkan. Lain kali beritahu aku alasannya, oke?"

"Aku selamat, maaf ya."

Maou mengatupkan kedua telapak tangannya dan membungkuk kepada Kawada.

"Lalu, apa yang kalian bicarakan? Kalau membicarakan soal pekerjaan besok, itu pasti sesuatu yang sangat penting, kan?"

"Hm, layanan delivery moped akhirnya akan dimulai besok. Tapi Kisaki-san mungkin tidak bisa datang ke restoran, jadi untuk jaga-jaga dia hanya ingin aku tahu."

"Oh, begitu ya. Akhirnya dimulai juga. Aku sangat gugup."

Padahal MdCafe yang ada di lantai dua saja, baru buka selama dua bulan, dan sekarang layanan delivery MgRonalds sudah mau dimulai.

Sebelum waktu dimulainya layanan baru tersebut, Maou telah menjalani perjalanan panjang yang menyebabkan perubahan besar pada keadaan di sekitarnya. Itu terasa singkat, tapi di saat yang sama juga terasa sangat panjang.

Di antara perjalanan panjang tersebut, salah satu yang pantas disebutkan adalah pertemuan dengan perwujudan Yesod dan ayah Emilia. Ditambah lagi perjalanan ke Ente Isla. Dan terakhir adalah Emi yang bekerja di MgRonalds dan kemunculan Lailah.

Banyak hal telah terjadi di sekitar Maou sebagai Raja Iblis, dia bertanya-tanya apakah dia sudah melakukan sesuatu yang bisa merevolusi dunia? Yah meskipun itu tidak berarti dia sendiri sudah berubah.

Dia mendapatkan sebuah kekuatan misterius yang nyaris menyamai Sephirah dengan bergabung dengan Acies, dia bahkan juga mendapatkan kembali sihir iblisnya, tapi Maou sama sekali tidak berencana merubah tujuannya saat ini maupun metodenya. 

Dan walaupun Emi menjadi lebih sering muncul di hadapannya, karena si Emi sendiri juga tidak suka berhubungan dengan Maou, semuanya pasti akan baik-baik saja asalkan dia bisa menanganinya dengan tepat.

Saat ini, situasi di Dunia Iblis dan Ente Isla telah stabil, Surga juga sudah memutus kontak dengan Bumi, jadi secara logika, situasi yang bisa membuat Maou bertindak seharusnya tidak akan terjadi lagi.

Namun karena hari ini terjadi sebuah insiden, artinya pasti ada masalah yang tersembunyi di sekitarnya, kalau bukan itu, mungkin dia melupakan suatu resiko bahaya yang bisa saja terjadi akibat insiden sebelumnya.

Tapi meskipun dia melupakan sesuatu, Emi lah yang terlibat dalam masalah, jadi seharusnya itu tidak ada hubungannya dengan Maou.

Karena itulah, Maou tidak berpikiran untuk mencari bahaya yang dia lewatkan tersebut.

Meskipun dia melakukannya, hal itu hanya akan buang-buang waktu dan sama sekali tidak menguntungkan Maou.

Bagi Maou, hal yang terpenting saat ini adalah, menyambut bisnis baru yang akan segera dimulai bersama dengan rekan-rekan kepercayaannya.

"Ah, oiya, Maa-kun."

"Hm... wajah macam apa itu?"

Kawada yang membuka pembicaraan dengan Maou, entah kenapa terlihat sangat kesal dan membuat Maou sedikit ketakutan.

"Temanmu datang."

"Teman?"

"Gadis cantik berkimono yang selalu datang bersama Yusa-san dan Chi-chan sebagai pelanggan. Dia ada di meja 31."

Maou melirik ke arah meja 31, selain Rika yang duduk di kursi sofa dan bagian belakang kepala Suzuno yang duduk berhadapan dengan Rika, dia bahkan juga melihat Acies yang duduk dengan posisi tidak biasa.

"Oh, Suzuno. Ada apa sih? Apa dia datang untuk mencari tahu tentang kejadian barusan seperti Suzuki Rika?"

Emi dan yang lainnya seharusnya sudah sampai ke Villa Rosa Sasazuka. Itulah kenapa Suzuno datang untuk menanyai Maou soal kejadian tadi.

"Siapa sih sebenarnya orang-orang itu? Ada apa denganmu Maa-kun, padahal kau sudah punya Chi-chan, apa-apaan ini? Di sana juga ada seorang anak yang terlihat seperti berasal dari luar negeri serta wanita yang terlihat seperti seorang pekerja kantoran, hubungan macam apa yang kalian miliki?"

"Uh, meski kau tanya begitu, tidak ada apa-apa kok di antara kami. Suzuno hanya seorang tetangga biasa, kalau Acies itu lebih seperti kerabat, sementara wanita itu, dia adalah teman Emi dan Chi-chan. Oh iya, tolong jangan bawa-bawa Chi-chan dalam hal ini. Bukankah sudah kubilang kalau tidak ada apa-apa di antara kami?"

"Gitu lagi gitu lagi. Serius ini, lelucon pun harusnya ada batasnya juga. Seorang pria yang tinggal di sebuah apartemen bobrok bersebelahan dengan seorang gadis cantik berkimono, seperti cerita rakyat saja."

"Kawa-cchi, jangan sebut rumah orang lain dengan sebutan apartemen bobrok. Dan aku tidak tinggal sendiri, bukankah sudah pernah kubilang sebelumnya kalau aku tinggal bersama dua teman pria?"

"Akhir-akhir ini, aku mulai curiga kalau teman sekamarmu itu bukan pria."

"Sudah pergi sana."

Tak diketahui seberapa serius Kawada dengan apa yang dia katakan barusan, tapi dia tiba-tiba menjadi serius dan menatap ke arah Suzuno yang ada di meja 31.

“Orang itu kelihatan gelisah. Dan tumben dia datang ke sini mencarimu sendirian, apa sesuatu yang buruk terjadi pada Chi-chan atau Yusa-san?”

“....”

Kali ini, Maou benar-benar mengira kalau mungkin Kawada sudah tahu semuanya soal Ente Isla.

Alasan kedatangan Suzuno memang ada hubungannya dengan Emi dan Chiho yang mengalami sebuah insiden, tapi jika orang itu tidak seperti Rika yang tahu pergerakan Emi sebelumnya, memprediksi hal tersebut seharusnya sangatlah sulit.

Maou dipanggil oleh Kisaki kurang dari 10 menit. Dalam waktu sesingkat itu, Kawada mengamati Suzuno yang tidak dia kenal dengan baik dan berhasil membuat kesimpulan yang tepat.

“Kau sebaiknya mempertimbangkan kembali pilihan karirmu. Orang tuamu yang menjalankan restoran itu masih sehat, kan? Jika kau tidak ingin jadi konselor, jadilah guru, kau pasti sangat handal dalam pekerjaan yang mengharuskanmu untuk bertatap muka dengan orang lain setiap hari.”

“Menjalankan restoran itu juga pekerjaan yang mengharuskan kita berinteraksi dengan orang lain.”

Saat Kawada mengakhiri topik pembicaraan dan Maou juga bersiap menuju counter cafe di lantai dua....

“Serius.... kalau kalian ingin menunggu, tunggu saja di rumah.”

Merasakan tatapan dari meja 31, Maou sebenarnya ingin mengabaikannya dan langsung pergi ke lantai dua....

“Huuh, yang benar saja.”

Tapi pada akhirnya, dia pun berbalik dan berjalan menuju meja 31.

“.... Nona pelanggan, tolong jangan tidur di dalam restoran.”

Maou dengan formal memanggil Acies yang menyandarkan kepalanya ke kursi dan tertidur.

“Uhh.... aku.... lapar.”

Acies yang perutnya kini membuncit, nampak sedang mengalami mimpi yang aneh.

“Hey, Suzuki Rika, apa dia memakan habis 40 hamburger itu sendirian?”

“Dia berhenti makan ketika tersisa 5 hamburger, dia bilang kalau dia ingin membawanya pulang.”

“Dia sudah makan segitu banyaknya, tapi kenapa dia berhenti di angka yang aneh begitu?”

Bahu Maou merosot dengan suram.

“Aku akan sangat sibuk sampai waktu penutupan nanti, aku juga tidak bisa pulang lebih awal. Setelah kalian makan, pulang sana, atau kalian akan ketinggalan kereta.”

“Rika-dono, meskipun kamarku kecil, aku punya seluruh set kosmetik. Menginap saja di tempatku kalau hal itu terjadi.”

“Intninya...” Maou, merasa frustasi, dengan kesal mengatakan,

“Tak ada hal serius yang terjadi. Kereta bawah tanah yang Emi dan Chi-chan naiki diserang oleh orang tak dikenal, setelah Amane dan Lailah datang membantu, Lailah terluka, lalu aku menyembuhkan lukanya. Itu saja.”

“Dari sudut pandang kebanyakan orang, menyebut kejadian ini dengan sebutan 'tak ada hal serius yang terjadi', Maou-san memang aneh ya.”

Rika membaca website berita di HPnya dan mengernyitkan dahi.

Menurut laporan yang ada, penyebab rangkaian insiden tersebut termasuk pemberhentian darurat kereta di jalur Fukutoshin, masihlah belum diketahui.

Meski tidak ada korban, 3 dari 10 gerbong kereta dilaporkan keluar jalur, selain itu ada pula tanda-tanda dua pintu gerbong kereta dibuka secara paksa.

Keterkaitan antara apa yang si petugas katakan dalam siarannya yaitu 'Ada seseorang di atas rel' dan peaktifan rem darurat di stasiun Shinjuku Sanchome sangatlah tidak masuk akal. Saat ini, beberapa jam telah terlewati semenjak insiden tersebut, tapi layanan kereta masih belum juga kembali normal.

Dari hal itu saja, semua kereta yang menuju pinggiran kota melalui jalur Fukutoshin bisa dibilang sudah kacau.

"Ketika aku menerima Idea Link Chi-chan, aku langsung menuju ke sana, tapi Lailah sudah terluka parah. Lalu karena situasinya terlihat sangat serius, aku pun menggunakan barrier untuk menyegel area di sekitar stasiun Shinjuku Sanchome. Yah, meskipun rambut Lailah berubah warna setelah menerima sihir iblis, tapi itu masih lebih baik ketimbang sekarat, kan? Hanya ini yang bisa kukatakan. Setelah kalian selesai makan, sebaiknya kalian cepat pulang!"

Suzuno dan Rika memang mengakui profesionalisme kerja Maou dari bagaimana dia tidak langsung mengusir mereka, tapi keduanya tidak bisa begitu saja menerima penjelasan tersebut.

"Siapa orang asing itu? Kenapa Amane-dono sampai kewalahan menghadapinya?"

"Amane-san itu wanita berkulit gelap yang sebelumnya menyelamatkanku, kan? Jadi dia memang bukan orang biasa, ya?"

"Aku tidak tahu soal itu. Emi sedang dalam keadaan kacau, jadi aku tidak bisa menanyainya. Ditambah lagi, Emerada hanya sekilas melihatnya, dan aku tidak punya waktu untuk mendengarkan penjelasan mereka. Serius ini, daripada bertanya padaku, sebaiknya kalian tanya saja pada Chi-chan atau Amane-san jika ingin mendapat gambaran yang lebih."

"Emi.... apa sesuatu terjadi padanya?"

"Karena kau menanyakan hal tersebut, itu artinya kau sudah dengar gambaran kasar situasinya dari Emi, kan? Ini tuh masalah keluarga. Tanpa membicarakan ayahnya, dia sepertinya tidak bisa akrab dengan ibunya. Ini bukanlah masalah yang bisa dicampuri oleh orang luar seperti kita. Baiklah kalau begitu, aku akan kembali bekerja. Kalian tahu jalan keluarnya kan, dan tolong bangunkan Acies juga."

"Ah, tunggu dulu....."

Mengabaikan Rika yang memanggilnya, setelah mengatakan hal tersebut, Maou pun berbalik dan berjalan menuju ke lantai dua tanpa menoleh sama sekali.

"Kenapa sih sikapnya dingin sekali?" Rika menggembungkan pipinya.

"...."

Suzuno sama sekali tidak berusaha mengejar Maou dan mulai memakan kentang gorengnya.

"Apa yang harus kita lakukan, Suzuno-chan? Apa kau mau menunggu sampai dia pulang bekerja? Melihat bagaimana dia bersikap, dia pasti menyembunyikan sesuatu."

"Rika-dono juga tahu?"

"Hm? Ye-yeah?"

Melihat Suzuno memakan kentang gorengnya satu persatu dan tersenyum tanpa alasan yang jelas, Rika pun menjawab dengan ragu-ragu.

"Raja Iblis melewatkan bagian pentingnya. Bagaimanapun, insiden itu dan insiden kali ini tidaklah memiliki keterkaitan langsung, dan dia malah akan menjadi semakin keras kepala jika kita mengiterogasinya, jadi aku tidak membahasnya."

"Hm? Apa maksudmu?"

"Hohoho."

Suzuno meminum kopinya dan menoleh ke arah lantai dua.

"Tadi, Raja Iblis meninggalkan restoran, kan?"

"Eh?"

"Barusan, aku mendengar Raja Iblis berbicara dengan seorang karyawan di counter."

"Ka-kau bisa mendengarnya? Obrolan di tempat sejauh itu?"

Rika menoleh ke arah counter.

Mereka memang masih berada di lantai satu, tapi kursi yang Rika dan Suzuno bisa dibilang cukup jauh dari counter.

Meskipun restoran hanya dipenuhi pelanggan sebanyak 60%, tak peduli sekeras apa Rika berkonsentrasi dan mendengarkan, dia sama sekali tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh karyawan yang bertugas di counter.

"Yah, ini hanya kebiasaan ketika bekerja sih."

Suzuno mengabaikan Rika yang terkejut dan melanjutkan penjelasannya.

"Setelah Raja Iblis bilang 'aku akan kembali dalam 30 menit', dia langsung pergi meninggalkan restoran. Yah dia memang kembali dalam 30 menit, tapi mengingat apa yang dia katakan tadi, jika dia bertindak setelah menerima permintaan tolong Chiho-dono, waktunya tidak akan sempat. Dan....."

"Dan?"

"Aku ingin tanya, di pekerjaan Rika-dono, apa perusahaan memperbolehkanmu menggunakan HP untuk kepentingan pribadi saat sedang bekerja?"

"Eh? Maksudmu apa aku bisa menggunakan HP saat sedang bekerja? Tentu saja tidak, itu kan jam kerja."

"Benar sekali. Kau tidak bisa menggunakan HPmu saat kau sedang bekerja. Lalu kapan Raja Iblis menerima Idea Link Chiho-dono?"

"Idea Link yang kau bicarakan ini, maksudnya sihir telepati yang ada di duniamu itu, kan?"

"Benar. Chiho-dono mempelajarinya dalam sebuah kursus rahasia."

"Apa itu seperti kelas kursus di mana kita harus membayar?" Tanya Rika, tapi Suzuno mengabaikannya.

"Chiho-dono bukanlah seorang yang bisa menggunakan sihir. Dia hanya bisa mengisi energi yang dia butuhkan dengan cara paksa dan menggunakan kekuatan itu, dia tidak bisa menggunakannya dengan tangan kosong seperti kami. Chiho-dono menggunakan HP sebagai alat bantu untuk menyalurkan sihirnya."

Suzuno mulai menjelaskan konsep mengenai Chiho yang menggunakan HPnya sebagai penguat mantra untuk Idea Link.

"Jika aku mendengarkan hal ini secara langsung, rasanya seolah Chiho-chan memancarkan gelombang yang berbahaya."

Jika Chiho bercerita pada Rika kalau dia mempelajari Idea Link setelah mendengarkan orang dari dunia lain menjelaskan konsepnya secara detail, pemahaman Chiho yang melebihi akal sehat pasti akan terlihat semakin jelas.

"Pokoknya, selama Raja Iblis tidak membawa HP, dia tidak akan bisa menerima Idea Link dari Chiho-dono. Insiden itu terjadi saat jam makan malam, jadi Raja Iblis seharusnya sedang sibuk bekerja. Tapi Raja Iblis bilang kalau dia langsung menuju ke lokasi setelah menerima Idea Link Chiho-dono. Bagaimana dia melakukannya?"

"Hm? Hmmmm?"

Rika, tidak mengerti apa yang coba disampaikan oleh Suzuno, mencoba berpikir.

"Mungkin.... pas waktu istirahat? Waktu makan malam adalah jam-jam yang sangat sibuk. Tidak hanya Maou-san, rasanya semua pegawai tidak akan diam-diam menyembunyikan HP mereka di dalam saku.... Hm? Maaf, aku menyerah, bagaimana caranya?"

"Sederhana. Sebelum Raja Iblis menerima Idea Link dari Chiho-dono, dia sudah meninggalkan restoran.... Full Moon Tsukimi Burger ini ternyata lebih sulit dimakan dari yang kuperkirakan."

"Eh?"

Suzuno membuka bungkus burgernya dan nampak sedikit terkejut saat melihat burger yang agak tebal di dalamnya.

"Hm... uhmm... bisa memakan 35 burger seperti ini, perutnya terbuat dari apa sih?"

Suzuno memakan burgernya sedikit demi sedikit dan memandangi Acies dengan heran.

"Sihir suci Emilia itu berbeda dari manusia biasa. Bahkan, jika dia menambahkan kekuatan Alas Ramus, selain orang-orang seperti Shiba-dono dan Amane-dono, tidaklah berlebihan menyebut Emilia sebagai manusia terkuat di alam semesta."

"Terkuat di alam semesta, ya?"

Rika tersenyum kecut mendengar penggambaran yang terasa tidak realistis tersebut.

"Aku tidak tahu siapa yang menyerangnya, tapi Emilia pasti menggunakan sihir sucinya untuk melawan musuh. Setelah Chiho-dono mendengar suara Emilia bertarung, dia pun merasa kalau dia tidak akan bisa menangani situasi ini dan menggunakan Idea Link. Raja Iblis juga menerima Idea Link tersebut.... dengan kata lain, setelah Raja Iblis merasakan sihir suci Emilia, dia langsung pergi dari restoran. Itulah kenapa dia bisa menerima Idea Link Chiho-dono."

"... Hm? Memangnya ada yang salah dengan hal itu? Aku tidak merasa ada sesuatu yang aneh di sini?"

Maou merasakan tanda-tanda Emi sedang bertarung dan meninggalkan restoran untuk menangani situasi darurat tersebut.

Apa yang aneh dari hal itu?

"Rika-dono mungkin tidak akan menganggapnya aneh. Tapi, dari sudut pandang kami, ini adalah masalah yang sangat serius.... hm burger ini benar-benar tidak sehat, aku butuh sayur, atau setidaknya teh hijau."

Bagi Suzuno yang memiliki kebiasaan memakan makanan sehat tiga kali sehari, memakan sebuah hamburger dan kentang goreng saja menurutnya sudah sangat tidak seimbang.

Menghabiskan beberapa menit untuk menyelesaikan makan malamnya, Suzuno menyebutkan satu fakta.

"Maou Sadao adalah Raja Iblis, sementara Emilia adalah Pahlawan. Keduanya adalah musuh. Tapi meski begitu, ketika Raja Iblis merasakan sihir suci Emilia, dia langsung pergi meninggalkan restoran bahkan sebelum menerima permintaan tolong Chiho-dono. Tidakkah kau merasa ini masalah yang sangat serius?"

"Apa maksudmu dia meninggalkan restoran karena merasa Emi sedang berada dalam bahaya?"

Suzuno mengangguk pelan.

"Setidaknya bagi Raja Iblis yang dulu, ini adalah tindakan yang agak mustahil."

Jika itu adalah Maou saat Suzuno baru saja pindah ke Sasazuka, meskipun Chiho dan Suzuno mencoba membujuknya, dia pasti akan bilang 'aku tidak peduli masalah apa yang dihadapi Emi, aku sedang sibuk bekerja. Dia kan Pahlawan, minta saja dia untuk memikirkan solusinya', atau sesuatu yang mirip.

Memang dia akan bertindak seperti itu jika Chiho yang berada dalam bahaya, tapi dia baru tahu kalau Chiho juga ada di sana setelah ia meninggalkan restoran.

"Belakangan, hal ini menjadi semakin jelas."

Setelah menghabiskan burgernya, Suzuno melipat kertas bungkusan burger tersebut dan melanjutkan penjelasannya.

"Raja Iblis selalu mengeluh soal Emilia, tapi dia tetap memperlakukan Emilia sebagai rekan yang berharga. Dulu dia pernah terbawa suasana mengangkat Emilia menjadi Jenderal Iblis, tapi sekarang hal itu mungkin sudah menjadi kenyataan di hati Raja Iblis."

"Hm, hmm? Hmmm??"

Rika berusaha mencerna penjelasan Suzuno di dalam kepalanya....

“Eh, berarti.....”

Dan pada akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan.

“Berarti, eh, tidak mungkin, ehh?”

“Mengingat hubungan antara Raja Iblis dan Pahlawan, hal ini sangat mengejutkan, bukan?”

Suzuno yang mengira alasan keterkejutan Rika sama dengannya, beranggapan kalau dia sudah menyelesaikan penjelasannya dengan baik.

“Yah tentu saja aku akan terkejut. Dengan kata lain, maksudnya itu, kan?”

“Yeah.”

“Bagi Maou-san, Emi adalah gadis yang perlu dilindungi, benar?”

“...... Hm?”

Kata-kata Rika tidak hanya menyebabkan senyum Suzuno menjadi beku, bahkan dia juga mengangkat alisnya dengan sudut yang aneh.

“Tidak, eh, tunggu, dengan kata lain, kya~ ini yang itu kan, yang itu, kan? Cinta terlarang yang melewati batas-batas permusuhan? Kya~ manis sekali!”

“Ci.... cinta?”

“Aku benar, kan? Meskipun mereka musuh, setelah bersama sekian lama, perasaan selain benci pun tumbuh, dan pada akhirnya Maou-san mulai menyadarinya, benar?”

“Hmmm? Tunggu, tunggu Rika-dono? Sepertinya itu sedikit salah. Malahan, itu salah sekali!”

Suzuno mau tidak mau harus mengatakannya dua kali.

“Apa yang salah dengan itu? Hubungan mereka sudah sangat dalam sampai-sampai Maou-san mengkhawatirkan Emi yang sebenarnya adalah musuhnya, iya kan?”

“Mu... mungkin... bilang begitu memang tidak sepenuhnya salah, tapi meski tidak salah.....”

“Tak apa, tenanglah. Aku tak serius beranggapan Maou-san akan tertarik pada Emi, kau tahu?”

“Lalu kenapa kau tersenyum aneh begitu?”

“Itu karena~”

Seakan ekspresi tegangnya tadi hanyalah pura-pura, Rika kini menunjukan senyum berseri-seri.

“Hubungan antar manusia akan lebih mudah dimengerti jika diungkapkan dengan cara yang sederahana, dengan cara itu pula, semua orang juga akan jadi lebih santai.”

“Huh?”

“Sementara dalam kasus Emi dan Maou-san, antara Pahlawan dan Raja Iblis, pasti akan selalu ada faktor permusuhan kan, faktor balas dendam karena Raja Iblis membunuh ayah si Pahlawan, dan karena si Pahlawan menjadi penghalang dalam rencana penaklulan si Raja Iblis, benar?”

“Y-ya benar.”

“Dalam situasi normal, halangan-halangan itu seharusnya sulit diatasi, kan? Tapi Maou-san, dia sudah mengatasi hal-hal tersebut. Karena itulah, dia langsung meninggalkan restoran setelah ia mengira kalau Emi berada dalam bahaya, benar?”

Rika memang benar, meskipun arah yang ingin ia diskusikan sedikit berbeda dari Suzuno. Tapi entah kenapa, ketika Suzuno mencoba mengakui hal tersebut, mentalnya malah menjadi kacau, jadi dia menggelengkan kepalanya.

“Tidak tidak, mungkin memang begitu jika dilihat dari sudut pandang Raja Iblis, tapi dari sisi Emilia, dia masih belum menerima Raja Iblis.....”

“Suzuno-chan? Kenapa kau jadi gugup?”

“Gu-gugup.... dari mana?”

“Uh, tapi wajahmu terlihat sangat merah.”

“Huh?”

Suzuno dengan panik menyentuh wajahnya, tapi tentu saja dia tidak akan bisa mengetahui ekspresi wajahnya dengan cara itu.

“Ti-tidak, ini....”

"Ah, itu masuk akal, Suzuno-chan kan berbeda dengan Chiho-chan, kau pasti berada di pihak manusia Ente Isla. Kau tidak akan merasa senang Raja Iblis dan Pahlawan menjadi semakin dekat."

"I-tu benar. Be-benar....."

Benarkah?

Suzuno hampir setuju dengan penjelasan Rika, tapi satu bagian dari dirinya memberikan peringatan bahwa dia tidak berpikir seperti itu.

Sebab, dia baru memikirkan kemungkinan itu setelah ia mendengar penjelasan Rika, itu artinya dia tidak berpikir demikian sejak awal.

Akan tetapi, Rika tidak menyadari perasaan rumit Suzuno dan malah tersenyum puas, "Begitu ya, Maou-san jadi semakin dekat dengan Emi."

"Uh, ye-yeah, mungkin memang begitu, tapi...."

"Itu sangat hebat, ya?"

"..... Hm?"

Rika menyangga dagunya dengan kedua tangan.

"Meskipun aku tidak berencana memasangkan Maou-san dan Emi....."

"Ye-yeah...."

"Tapi melihat teman-teman kita saling bertarung itu bukan pengalaman yang bagus, kan? Rasanya kini aku paham perasaan Chiho-chan. Perasaan yang menginginkan iblis dan manusia tidak perlu saling membunuh."

"Rika-dono...."

"Heh heh."

Rika tersenyum kaku.

"Selain itu, aku juga...."

"Hm?"

".... Ah bukan apa-apa. Sekarang aku benar-benar mengerti perasaan Chiho-chan. Aku memahaminya. Aku juga tahu kenapa dia bisa bersikap setegas itu. Yah meskipun aku sendiri juga terkejut karena tak lagi peduli kalau orang-orang itu adalah iblis. Hanya saja..... dibandingkan Chiho-chan, sepertinya aku tidak punya harapan."

Setelah mengatakan hal tersebut, Rika meminggirkan nampan makanannya dan bersandar di atas meja.

"Tak peduli sebarapa lama waktu berlalu, rasanya dia tetap tidak akan membeli HP."

"HP?"

Suzuno merasa sedikit bingung dengan perubahan topik yang tiba-tiba ini....

"Bukan apa-apa kok." Namun Rika segera menjawab dengan suara yang agak kaku.

"Kalau begitu, aku akan pulang lebih dulu. Aku baru saja mendengar sesuatu yang bagus, aku juga sudah paham dengan situasinya. Tapi karena Emi masih belum tenang, lebih baik aku tidak ikut campur dulu, tahu hal ini saja sudah bagus..... eh?"

Seolah sudah menerima sesuatu yang ada di dalam pikirannya, Rika pun mendongak, dan setelah melihat kursi yang ada di seberangnya, dia lantas berkedip,

"Ke mana Acies-chan pergi?"

"Hm?"

Suzuno menoleh ke samping, dan Acies yang sebelumnya tidur dan bermimpi aneh, tiba-tiba menghilang tanpa mereka sadari.

"Ini masih hangat. Dia seharusnya masih belum pergi terlalu jauh."

Suzuno menyentuh kursi tempat Acies duduk, dan jejak suhu tubuh manusia masih dapat dirasakan di sana.

"Apa dia pergi ke toilet?"

".... Tidak, aku punya perasaan buruk.... Ah!"

Kali ini, Suzuno secara refleks menoleh ketika mendengar suara seseorang menuruni tangga MgRonalds.

Kemudian, dengan amarah yang tersembunyi di balik senyum kakunya, Maou Sadao berjalan ke arah mereka.

Maou yang sampai di lantai pertama, langsung menuju tempat Suzuno dan Rika, lalu dengan suara yang terdengar seolah berasal dari neraka dan dibarengi dengan sebuah senyum, dia berbicara,

"Apa yang kalian katakan pada Acies?"

"".... Eh?""

"Mengenai diriku dan Emi? Apa?"

"Yaah..."

"Uh~"

Rika mengerang dengan sangat berlebihan. Sementara Suzuno, dia memegangi dahinya dan menunduk.

Mereka berdua jadi lengah karena terlalu larut dalam pembicaraan, dan sepertinya pada saat itulah Acies terbangun. Tapi kenapa mereka tidak sadar saat Acies terbangun, itu mungkin karena Acies sengaja melakukannya.

Kemudian, dia pergi menuju ke lantai dua ketika Suzuno dan Rika tidak memperhatikannya dan meringkas pembicaraan tersebut kepada Maou dengan caranya sendiri.

"Bu-bukan begitu, erhm, itu mungkin hanya salah penyampaian...."

"Aku tak peduli apakah itu salah penyampaian, raket nyamuk, ataupun tutup pelindung. Sialan, kalian tidak seharusnya membuat candaan seperti itu!"

(T/N : Dalam bahasa Jepang, salah penyampaian, raket nyamuk, dan tutup pelindung memiliki pengucapan yang mirip.)

"Be-begitulah! Maou-san yang bahkan mau membantu musuhnya, benar-benar seorang Raja Iblis teladan. Sangat keren!"

"Kalau kau ingin memujiku, tataplah mataku!!"

"Ra-Raja Iblis memang luar biasa! Te-tepuk tangan!"

"Suzuno, kalau kau melakukan sesuatu yang tidak cocok dengan gayamu, kau pasti akan menyesalinya nanti."

"Akan kuingat baik-baik! Lebih tepatnya, aku sudah menyesalinya."

Ucap Suzuno dengan wajah memerah.

"Er-erhm, apa yang terjadi pada Acies?"

"Aku menguncinya!"

Jawab Maou sambil menunjuk kepalanya.

"Jika aku tidak mengikatnya dengan tali, siapa yang tahu keributan apa yang akan dia buat atau hal bodoh yang akan dia katakan seenaknya? Dalam hal ini, si bodoh ini memang lebih merepotkan dari Emi."

Nampaknya Acies kini diperlakukan seperti anjing.

Saat Maou mengatakan 'si bodoh ini', entah kenapa wajahnya terlihat kesal.

Mungkin itu karena Acies sedang melakukan protes di dalam kepalanya.

".... Kalian berdua sangat beruntung. Hari ini Kisaki-san ada di restoran, anggap saja dia sudah menyelamatkan nyawa kalian. Dan apa kalian sudah selesai bicara?"

"Y-ya....."

Suzuno dan Rika menunjukan ekspresi patuh.

"Biarkan aku yang membereskan nampan kalian... silakan datang kembali!"

Begitu mereka merasakan aura ketegasan milik seorang Raja Iblis dari ekspresi Maou, mereka berdua pun langsung meninggalkan restoran.

"Apa ekspresi itu menunjukan tanda jarak yang sudah semakin memendek....."

"Aku juga tidak yakin."

Mereka berdua kemudian berjalan menuju stasiun Hatagaya dengan lesu.

"Ah, oh tidak."

"Ada apa?"

Ketika Rika sedang mencari kartu kereta bulanan miliknya di dalam tas, Suzuno tiba-tiba mengernyit kaget.

"Uh, aku lupa memberitahu Raja Iblis sesuatu. Tapi yasudah lah, karena dia harus bekerja sampai larut malam, mau bagaimana lagi....."

“Aku tidak tahu apa itu, tapi kita hanya akan diusir kalau kita kembali sekarang, kenapa kau tidak kirim pesan saja?”

“Kurasa memang hanya itu yang bisa kulakukan.”

Suzuno mengeluarkan HPnya dan mulai mengetik pesan dengan kikuk.

“Baiklah.....”

Suzuno yang telah selesai menulis pesan dan memastikan tak ada yang aneh, menghentikan jarinya ketika ia hendak menekan tombol kirim.

“.....”

“Ke-kenapa kau tiba-tiba berhenti?”

Melihat ekspresi Suzuno yang membeku bagaikan sebuah robot yang gearnya berhenti, Rika pun bertanya.

“Benar juga, ini pertama kalinya ya?”

Suzuno menggumam sendiri dan kembali menggerakkan gear yang ada di dalam tubuhnya.

“Ada apa?”

“Tidak, bukan apa-apa kok. Hanya saja, aku baru sadar, meski kami sudah bertetangga cukup lama, ini adalah pertama kalinya aku mengirim pesan pada Raja Iblis.”

Lebih tepatnya, dia bahkan tidak tahu alamat email Maou sampai beberapa waktu lalu.

Suzuno memang sudah mencatat nomor teleponnya untuk jaga-jaga, tapi karena mereka berdua tinggal bersebelahan yang mana hampir setiap hari bertemu, berkomunikasi lewat jendela tentu akan lebih cepat, jadi tidak perlu saling berkirim pesan.

Dan Suzuno baru tahu alamat email Maou belakangan ini.

Itu adalah saat mereka pergi ke Ente Isla untuk mencari Emi.

“A-ada apa? Apakah hal yang lupa kau sampaikan itu sangat penting?”

“Tidak, tidak terlalu penting kok.”

Tanya Rika dengan gelisah ketika melihat keragu-raguan Suzuno.

Suzuno menggelengkan kepalanya dengan ekspresi agak suram.

“Aku hanya merasa, untuk pesan pertama, isinya sedikit membosankan.”

Suzuno sekali lagi mengoperasikan menu pesan di HPnya, dia kemudian membuka fungsi yang biasanya tidak dia gunakan ketika mengirim pesan kepada Emi ataupun Chiho dan menambahkannya ke dalam isi pesan yang ingin dia kirim.

“Serius, ini terlalu membosankan.”

Setelah mengucapkan hal tersebut, dia pun menekan tombol kirim.

Usai memastikan pesan itu terkirim, Suzuno menutup HPnya dan menoleh ke arah Rika.

“Jujur saja, aku juga tidak yakin apa yang terjadi hari ini. Tapi setelah aku tahu detailnya, aku pasti akan menghubungimu, Rika-dono. Bisakah kau menunggu sedikit lebih lama lagi?”

“Yeah. Aku mungkin tidak akan banyak membantu, tapi jika diperlukan sebuah acara untuk membuat Emi ceria, maka izinkan aku jadi panitianya. Kalau begitu, aku pulang dulu ya. Titip salam sama yang lain.”

“Yeah. Berhati-hatilah.”

Melambaikan tangannya, Rika pun menghilang di dalam stasiun Hatagaya, Suzuno juga berbalik dan mulai berjalan ke arah apartemen.

“Jika aku mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan gayaku, aku pasti akan menyesal. Aku tahu itu.”

Suzuno kembali mengeluarkan HPnya dan membuka pesan yang telah dia kirim.

Penerima pesan Suzuno sebagian besar adalah Emi dan Chiho, tapi di bagian paling atas pesan terkirimnya kini nampak dua kata 'Raja Iblis'.

“Tapi anehnya, aku sama sekali tidak menyesal.”

Usai membaca pesan yang barusan dia kirim kepada Maou, Suzuno pun mulai berjalan menuju rumahnya melewati jalanan malam Sasazuka.


XxxxX


“Hey, Maa-kun.”

Setelah Suzuno dan Rika pulang, Acies yang bergabung dengan Maou pun juga tertidur karena kekenyangan. Dan dengan berakhirnya puncak waktu makan malam, sekarang sudah lebih jam 9 malam.

“Ya?”

“Ada suara benda jatuh dari lokermu, mungkin HP atau dompetmu jatuh?”

“Eh, benarkah?”

“Karena suaranya sangat keras, aku sampai kaget, aku tidak mau tanggung jawab lo kalau itu rusak. Cepat lihat sana!”

“Eh, ah, maafkan aku.”

Maou dengan panik membuka lokernya dan mendapati HP baru yang dibelikan oleh Emi kini berada di bawah.

LED yang ada di belakang HP tersebut nampak berkedip, memberitahu pemiliknya kalau ada sebuah pesan masuk. HP Maou mungkin jatuh karena bergetar ketika menerima pesan itu.

Setelah membuka HPnya, ternyata ada sebuah pesan yang dikirim oleh Suzuno.

“Apa sih yang ingin dia lakukan..... hm?”

Maou ingat kalau ini masih jam kerja, jadi dia segera menyimpan HPnya dan menutup pintu loker sebelum kembali bekerja.

“.... Kisaki-san, ini sudah kususun laporan pendapatan untuk jam 9 malam.”

“Hm? Ah, yeah, terima kasih.”

Maou pun keluar dari ruang karyawan dan hendak secepatnya kembali bekerja.

“Maa-kun, ada apa, wajahmu terlihat sedikit pucat.”

Tapi di tengah jalan, dia dihentikan oleh Kawada.

Maou sendiri sebenarnya sadar, tapi apakah perubahan rona wajahnya memang sebesar itu?

“Tidak.... erhm....”

Dia tidak tahu apa yang Suzuno pikirkan. Tidak hanya mengatakan hal-hal aneh pada Acies, Suzuno bahkan juga mengirim pesan seperti itu.

Setelah Acies bangun nanti, dia mungkin harus bersiap-siap menghadapi sebuah bencana besar.

“Aku...... benar-benar tidak ingin pulang hari ini.”

“Huh?”

“Jika memungkinkan, kuharap aku bisa menghabiskan malam di tempat lain.....”

“Hal menjijikkan apa sih yang kau katakan? Apa kepalamu terbentur?” Ucap Kawada dengan kasar.

“Kenapa kau tidak serahkan tugas menutup restoran padaku dan pulang lebih awal? Teman sekamarmu dan tetanggamu yang cantik itu sedang menunggu, kan?”

Pertanyaan setengah bercanda dari Kawada membuat Maou bereaksi kuat.

"Lebih dari itu, bahkan orang yang lebih merepotkan lagi sedang menunggukuuu! Aku tidak ingin pulang, pasti ada sesuatu yang menjengkelkan yang menungguku di rumah!! Padahal aku hanya ingin melakukan pekerjaanku, tapi kenapa semua orang selalu menggangguku, apa-apaan ini, sialan! Yang benar saja, selesaikan masalah kalian sendiri!"

"M-Maa-kun?"

"Suzuno juga, apa-apaan pesan itu? Padahal baru saja aku memberitahunya agar tidak melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan gayanya!!"

Dalam kesempatan yang sangat langka, Maou menunjukan emosinya yang sebenarnya saat sedang bekerja dan berlari menuju ke lantai dua.

"Apa aku.... mengatakan sesuatu yang salah?"

Kawada menatap ke arah lantai dua.

Akan tetapi, tidaklah aneh jika Maou jadi sepanik itu.

Sebab, pesan yang Suzuno kirim, isinya adalah....

'Setelah pekerjaanmu selesai, cepatlah pulang ♥ Emilia menunggumu ♥ '

---End of Part 1---





Translator : Zhi End Translation...

Previous
Next Post »
0 Komentar