Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 53 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 53 : Segunung Pertanyaan



Chapter 53 : Segunung Pertanyaan.

Setelah meninggalkan Makam dan kembali ke Sanctuary, pembicaraan mereka pun berlanjut di rumah Lewes.
Dalam hal isinya, hampir tak ada perbedaan dengan pengulangan sebelumnya. Emilia menyatakan bahwa dia telah gagal dalam Ujiannya dan bermaksud akan terus mencoba.

Lebih dari itu, Emilia tidak memberikan detail lain, dan menyadari hal tersebut, Ram pun membubarkan rapat tersebut mengingat kondisi kesehatan Emilia.
Memikirkan kejadian malam ini, mereka satu persatu kembali ke tempat menginapnya masing-masing, hingga yang tersisa di kamar itu hanyalah Emilia, Subaru dan Ram.

“Ram ingin membantu Emilia-sama untuk beristirahat malam ini, tapi sepertinya Barusu tidak sadar kalau dia sudah terlalu lama ada di sini.”

“Terima kasih sudah mengatakan hal itu secara langsung. Mengingat kondisi Emilia, kurasa aku memang harus menyerahkannya padamu.... tapi aku ingin bicara sebentar. Bisakah kau membiarkanku sendiri bersama Emilia?”

“Menjijikkan.”

“Cuma kau orang di sini yang terpikir hal semacam itu!!”

Subaru membantah tatapan hina Ram, tapi maid berambut pink itu berpura-pura tidak mendengar apapun. Dia kemudian menoleh ke arah Emilia yang terduduk di ranjang,

“Bagaimana menurutmu, Emilia-sama? Jika anda tidak ingin mendengar omong kosong Barusu, Ram akan langsung mengusirnya.”

“Kau tahu apa? Bagaimana mungkin Emilia-tan yang lembut dan baik hati ini akan menolakku, benar kan?”

“Aku benar-benar lelah malam ini, jika Subaru ingin membicarakan topik-topik gaje seperti biasanya, sebaiknya kita tidak.....”

“Sudah lama tidak mendengar ada orang yang bilang gaje..... Selain itu, aku juga tidak mood melakukan hal tersebut. Menggoda Emilia-tan bisa dilakukan lain kali saja. Aku hanya ingin sedikit membahas soal Makam.”

Terlepas dari obrolan mereka yang masih seperti biasanya, Emilia tetap terlihat gelisah. Tapi, mendengar Subaru menyebut topik soal Ujian, Emilia pun menutup matanya sesaat sebelum menatap ke arah Ram dengan “Maaf”, memberinya tanda untuk meninggalkan kamar.
Mematuhi perintah Emilia, Ram membungkuk dan berjalan menuju pintu keluar. Dan saat dia melewati Subaru, dia berbisik,

“Tahan dirimu untuk tidak membahas topik apapun yang bisa menambah beban Emilia-sama.”

….memberi perintah tegas yang mungkin sudah Subaru lupakan.
Dengan suara tertutupnya pintu kamar, kini hanya tinggal Subaru dan Emilia yang berada di dalam kamar.
Di atas tempat tidur, Emilia menatap Subaru, sementara Subaru hanya mengangkat bahunya,

“Aku tidak punya kesempatan untuk memastikannya ketika kita berada di dalam Makam, tapi apa kau sungguh baik-baik saja? Mengingat bagaimana aku menemukanmu, aku sangat khawatir.”

“Tak apa. Mn, terima kasih. Tapi serius, aku tidak merasakan ada sesuatu yang aneh dengan tubuh maupun pikiranku. Selain itu, jika ada yang perlu dikhawatirkan, itu adalah kau, Subaru.”

“Ma-maksudnya?”

“Gak ada 'maksud-maksudan'. Subaru... meski aku senang kau datang mencariku di dalam Makam saat aku tak keluar-keluar, sesuatu pasti juga terjadi padamu, kan? Ram bilang, ketika kau membawaku keluar, itu sudah hampir 30 menit semenjak kau masuk ke sana.”

Di hadapan tatapan Emilia yang penuh kecurigaan, di dalam hatinya Subaru menjulurkan lidah.
Meski dia sudah mencoba menutupi kejadian di dalam Makam, sepertinya Emilia masih merasa ada sesuatu yang aneh dari kata-kata Ram.... membayangkan apa yang mungkin bisa terjadi saat Subaru masuk ke dalam Makam hingga ia keluar lagi, wajah Emilia nampak menjadi kaku.

'Ujian' terlintas di dalam pikirannya begitu saja.
Dalam Ujian pertamanya, Emilia harus menghadapi masa lalunya, dan di pengulangan yang paling awal, hanya pemikiran bahwa Subaru tahu apa yang terjadi di Ujian itu saja sudah membuat Emilia merasa tertekan.
Meskipun hingga sejauh ini dia masih terlihat tenang, sangat mudah membayangkan kalau dia akan kehilangan ketenangannya ketika dia mencapai kesimpulan yang sama. Jadi,

“Subaru, mungkinkah.... kau juga mengikuti Ujian itu....?”

“Tidak, bukan begitu. Maksudku, tidak mungkin mereka membiarkan siapa saja mengikuti Ujian itu. Di samping itu, aku lama berada di sana karena aku mencoba membangunkanmu.”

“Karena aku?”

“Yeah. Kau terlihat seperti mengalami mimpi buruk jadi aku mencoba membangunkanmu, tapu kau tertidur sangat lelap, seperti terperangkap di dalam mimpi. Aku terpikir untuk langsung membawamu keluar, tapi aku punya firasat kalau sesuatu yang sangat buruk akan terjadi jika aku melakukannya.”

Ucap Subaru dengan gerakan yang berlebihan untuk menutupi kebohongannya.
Emilia tidak mengatakan apapun untuk menyangkalnya. Tentu saja, dia tidak memiliki cara untuk memastikan apakah Subaru jujur atau tidak. Karena Subaru sudah bilang begitu, meskipun ia merasa ragu, tidak ada cara untuk membuktikannya.

“Begitu ya.... Maaf, sudah terpikir hal aneh semacam itu.”

“Tidak, jangan begitu. Jika aku juga bisa mengikuti Ujian itu, mungkin aku dapat berada di sisi Emilia dan kita bisa melewati Ujiannya bersama.”

“..... Entahlah. Subaru dan aku mungkin tidak akan melihat hal yang sama.......”

Kata-kata Emilia menjadi semakin lemah, tapi dia tidak menggali lebih dalam lagi kebohongan Subaru.
Dia tidak ingin siapapun tahu soal kebenaran masa lalu yang gagal dia atasi,  keadaan mentalnya saat ini mungkin membuatnya ingin mempercayai Subaru saat dia bilang kalau dia tidak tahu apa-apa soal isi Ujian itu.
Bahkan saat ini, Subaru masih terus memainkan hati Emilia di atas telapak tangannya.

“Jadi, apa yang ingin kau bicarakan? Itu tadi bukan hal utama yang ingin kau tanyakan, kan?”

“Yeah. Bukan itu intinya. Ada hal lain yang ingin kutanyakan?”

“Sesuatu yang ingin kau tanyakan?”

Emilia memiringkan kepalanya.
Melihat rambut perak yang jatuh dari bahu Emilia, Subaru melanjutkan “Yeah, sesuatu yang ingin kutanyakan.”,

“Akhir-akhir ini aku tidak melihat Puck.... apa dia masih tidak merespon?”

“Uh, mn.... yeah. Puck masih tidak merespon. Aku terus memanggilnya, tapi dia seperti tertidur di dalam kristalnya.”

Tiba-tiba mendengar nama Puck, Emilia merendahkan pandangannya dan menjawab.
Jari putihnya bergerak menuju dadanya dan menggenggam kristal hijau yang berada di sana.
Tapi kristal yang menjadi tempat tinggal sang Roh Agung Puck itu nampak telah kehilangan semua cahayanya.

“..... Tahu alasannya?”

“Meski pernah ada saat seperti ini di mana panggilanku tidak sampai padanya, tapi dia selalu kembali setelah dua atau tiga hari. Tapi kali ini sudah hampir seminggu.... bahkan aku pun mulai khawatir.”

Dia adalah kucing abu-abu kecil yang sama yang dulu pernah bilang kalau dia akan melindungi Emilia.
Saat sosok kecil itu terlintas di kepala Subaru, pikirannya seketika beralih ke bencana yang menimpa Sanctuary dan pada Emilia.

Saat Kelinci Raksasa menyerang Sanctuary, kemungkinan besar semua orang yang ada saat ini telah menjadi makanannya... paling tidak itulah yang ada di pikiran Subaru. 
Garfiel, Ram, Roswaal, dan yang lainnya telah menjadi korban. Dan tentu saja, Emilia juga menjadi salah satunya.

Sensasi saat di cabik-cabik, dimakan dan saat dirimu menjadi daging yang berada di dalam perut makhluk lain.... memikirkan apa yang telah dialami oleh Emilia dan yang lainnya, seketika mengisi paru-paru Subaru dengan amarah dan kesedihan.
Tapi, mengesampingkan amarah tersebut, pikiran Subaru berhenti pada Roh tidak berguna yang hanya diam membiarkan bencana menimpa Emilia.

Hal itu juga terjadi di pengulangan sebelumnya ketika tubuh Emilia diambil alih oleh sang Penyihir.
Bayangan menutupi seluruh dunia, dan Emilia terjebak di dalam selubung mengerikan tersebut.
Tubuhnya diambil alih sang Penyihir sementara Roh Agung yang katanya hebat itu tidak melakukan apa-apa.
Banyak mulut dan tanpa aksi, hanya sekedar omong kosong.

"Selama ini, kontribusi orang itu hanyalah saat pertarungan melawan Elsa dan saat Festival Salju Sapporo yang melibatkanku.... kalau sudah begini, mau tidak mau aku akan berpikir kalau dia itu sangat tak bisa diandalkan."

(T/N : Festival Salju Sapporo, memang ada festival itu di Jepang, dan maksud Subaru bilang begitu adalah merujuk saat Pemuja Penyihir menyerang mansion Roswaal, saat Puck jadi raksasa.)

Sambil memegangi dagunya dan mengeluh soal Puck, Subaru memaksa otaknya untuk berpikir.
Bencana yang akan menimpa Sanctuary, yang mana itu berarti Emilia berada dalam bahaya. Karena Garfiel dan Roswaal tidak bisa menghentikannya, Subaru harus mencari suatu peluang, dan Puck adalah apa yang dia butuhkan.

"Kau benar-benar tidak tahu cara lain untuk menghubungi Puck? Kalau dia ada di sini, semua pembicaraan ini pasti bisa berkembang."

"......aku tidak.... tahu."

Subaru tidak berharap banyak dari pertanyaan ini, dan Emilia memberikan jawaban yang sudah dia duga. Tapi, ada keraguan singkat dalam jawaban Emilia yang membuat Subaru berpikir. Namun sebelum dia bisa menanyakannya,

"Apa ada sesuatu yang ingin kau tanyakan pada Puck?"

"Hm? Ah, yeah. Ini kan Makam Penyihir, dan sudah ada semenjak 400 tahun lalu, jadi kupikir kita seharusnya bertanya pada orang yang sudah ada pada waktu itu. Dengan begitu mungkin kita bisa menemukan jalan."

Mendengar alasan yang sudah disiapkan Subaru, Emilia mengangguk setuju. Kemudian, seolah benar-benar mempertimbangkan usulan tersebut,

"Itu.... benar. Puck mungkin tahu sesuatu... mn, aku mengerti. Akan kucoba lebih keras lagi untuk memanggilnya."

"OK. Kutunggu keberhasilanmu kalau begitu."

Emilia bertekad untuk menyelesaikan Ujiannya. Dia tidak tahu bahwa Subaru sudah menyelesaikan Ujian tersebut. 
Dan sejauh ini, motivasinya masih tidak menyusut.
Puck masih mendekam di dalam kristalnya dan tidak mau keluar, jadi mungkin dia tidak bisa diharapkan untuk muncul di pengulangan ini. Memikirkan bagaimana dia tidak memberikan bantuan apapun pada Subaru untuk membuat semuanya jadi lebih mudah, dan juga mengingat bagaimana akhir dari percakapan mereka sebelumnya, opini Subaru terhadap Puck semakin lama pun semakin memburuk.

"Baiklah, aku tidak seharusnya berada di sini terlalu lama. Ram pasti akan curiga yang tidak-tidak, dan itu akan memberinya lebih banyak lagi alasan untuk membully-ku, jadi sebaiknya aku pergi. Tapi, jika Emilia-tan ingin ada orang yang menenaminya tidur, aku tidak keberatan....."

"Meski aku tidak ingin tidur dengan siapapun?"

"Oooog, blak-blakan sekali.... tak bisa membantah aku."

Tersenyum kecut pada Emilia yang terlihat bingung, Subaru berjalan menuju pintu.
Bagaimanapun juga, hanya sampai sejauh inilah percakapan mereka malam ini. Untuk sekarang, tidak mungkin Subaru akan menggali masalah pribadi Emilia lebih dalam lagi.
Yang bisa Subaru lakukan hanyalah menciptakan lingkungan di mana Emilia bisa fokus dengan Ujiannya, sementara ia sendiri akan mencoba memecahkan keadaan mengerikan yang akan mengepung mereka.

Emilia akan menantang Makam, dan Subaru akan menantang Sanctuary.
Sementara itu, dia tidak boleh membiarkan Emilia tahu soal usahanya di belakang layar. Bagi Emilia, itu hanya akan menjadi beban lain lagi.

“Baiklah, selamat malam, Emilia-tan. Kalau kau mimpi buruk, kau bebas lari ke tempatku kapan saja.”

“Jika aku sampai segitunya merepotkan Subaru, warga desa pasti akan sangat kaget, benar?.......... Hey, Subaru.”

“Hm?”

Ketika dia hendak pergi dengan lelucon tersebut, Subaru tiba-tiba dihentikan oleh panggilan Emilia.
Menoleh dengan tangan di atas pintu, dia melihat bibir Emilia gemetar, dan tanda-tanda keraguan di matanya.

“Tidak, bukan apa-apa kok. Selamat malam.”

“Yang terakhir tadi itu itu bukan lelucon lo.... selamat malam.”

Dengan lambaian tangannya, Subaru menanamkan betul-betul senyum Emilia ke dalam kepalanya saat dia pergi meninggalkan kamar.

Menutup pintu kamar di belakangnya, Subaru melihat Ram duduk di kursi yang ada di dekat ruang tamu, sembari menyesap secangkir teh hitam hangat.
Rumah ini dikosongkan karena kebaikan Lewes si pemiliknya, tapi hal itu sepertinya tidak menghalangi kesombongan dari maid ini. Melihat hal itu, Subaru tersenyum kecut.

“Seharusnya sih aku minta maaf karena membuatmu menunggu.... tapi melihat sikap santaimu, aku jadi tidak mau lagi.”

“Aku lebih mengharapkan pujian karena aku tidak menyentuh manisan itu..... kau tidak melakukan sesuatu yang tidak sopan pada Emilia-sama, kan?”

“Kau tahu, aku selalu mendahulukan Emilia di atas segalanya, jadi pertanyaan macam apa itu? Kaulah yang seharusnya berhati-hati agar tidak membuat Emiilia mengkhawatirkan hal-hal aneh......yah meskipun kurasa aku bisa mempercayaimu.”

Sikap maid ini terhadap Subaru benar-benar berbeda dengan sikapnya terhadap Emilia.
Tingkah laku Ram bisa dikategorikan keras tergantung siapa yang kau tanyai, tapi karena diskriminasinya yang sangat jelas inilah, Subaru menganggapnya layak dipercaya.
Mendengar dengusan Subaru, Ram menghabiskan isi cangkirnya dan berdiri. Kemudian, melihat ia berjalan menuju kamar tidur,

“Hey, kau punya waktu sebentar?”

“Menjijikkan.”

“Kau pikir aku ini binatang macam apa!?”

Memeluk tubuhnya sendiri, Ram dengan cepat membuat jarak antara dirinya dan Subaru.
Subaru tentu tahu kalau Ram tidaklah serius, tapi jauh di dalam lubuk hatinya, melihat seorang gadis bereaksi seperti itu tetaplah menyakitkan.

“Entah kenapa aku merasa harus mengatakan hal ini, tapi kau tahu, aku tidak pernah melihatmu dengan pandangan mesum.”

“Fakta bahwa kau mengatakannya dengan nafsu binatang seperti itu benar-benar sudah menghancurkan kredibilitasmu. Selain itu, aku merasakan sesuatu yang aneh dengan tatapanmu semenjak kau datang ke Sanctuary.”

“Apa maksudnya itu? Benar-benar kecurigaan tanpa dasar! Kau yakin itu bukan kau yang terlalu percaya diri?”

“Kalau begitu, kaulah yang tidak sadar. Entah kenapa, setiap kali melihatku, pandanganmu terlihat aneh dan jauh. Aku tidak tahu siapa, tapi rasanya kau seolah melihat orang lain melalui Ram.”

… Apa yang Ram katakan adalah benar, dan fakta bahwa Subaru sendiri tidak menyadarinya hanya membuat semua ini terasa semakin mengejutkan.

Seolah menerima pukulan di kepalanya, Subaru bisa merasakan pikirannya berhenti. Wajahnya menjadi kaku dan matanya berkaca-kaca. Akan tetapi, tidak suka dengan fakta bahwa dia bereaksi demikian, Subaru dengan cepat memulihkan diri dan mengangkat bahunya.

“A-aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan.”

“Sangat aneh kau baru menyadari hal itu setelah aku membahasnya. Tapi tatapan itu tidak sepenuhnya menggangguku... itulah kenapa aku tidak mengatakannya sampai sekarang.”

Melihat Subaru yang terguncang, Ram pun menghela napas.
Sikapnya berbeda dengan bagaimana biasanya dia menggoda Subaru, hampir seolah-olah dia mengkhawatirkan rasa sakit yang dialami Subaru.
Penampilan mereka hampir sama, tapi di dalamnya, mereka benar-benar berbeda. Meski Subaru sudah mengetahuinya, kapanpun Ram bersikap lembut kepadanya, rasanya seolah-olah Ram dan gadis yang tertidur itu mulai saling tumpang tindih.
Apa yang Ram katakan adalah benar. Dia tidak salah. Lewat Ram, Subaru melihat gadis yang terlihat sangat mirip dengannya. Dan dia tidak bisa menyangkalnya.
Ram juga lah yang membuat Subaru menyadari hal ini.

“.... Jadi, apa ada sesuatu yang ingin kau tanyakan padaku?”

“Uegh?”

“Aku tidak bermaksud menekanmu. Faktanya, membuat Barusu tertekan itu ada di peringkat cukup rendah di daftar prioritasku. Sekarang, Ram mau menunggu Emilia-sama dan kembali ke sisi Roswaal-sama. Jika kau tidak mulai bicara, kau tidak keberatan kan kalau aku mengabaikanmu?”

“Tidak, tunggu.... uhh, benar. Aku ingin bertanya soal Garfiel.”

Dipaksa oleh kesabaran Ram yang jarang sekali muncul, Subaru memeras keluar pertanyaan yang ingin dia tanyakan.
Mendengar hal itu, alis Ram sedikit terangkat, menghancurkan ekspresi datarnya.

“Apa ada sesuatu yang terjadi antara kau dan Garf?”

“Belum, tapi aku tidak bisa menjamin apa yang mungkin akan terjadi nanti. Di Sanctuary ini, aku pasti akan sering berinteraksi dengannya, dan kau sepertinya sudah mengenalnya cukup lama, jadi kurasa aku harus bertanya padamu.”

“Begitu ya.... baiklah, aku percaya padamu.”

Mengatakan hal itu seolah sudah melihat apa yang ada di pikiran Subaru, Ram menyentuh dagunya.

“Jadi, apa yang ingin kau tanyakan soal Garf?”

“Aku tahu kalau orang itu sangat amat kuat, tapi, uh....... menurutmu apa yang bisa membuat Garfiel meninggalkan Sanctuary?”

“.... Itu benar-benar pertanyaan yang aneh.”

“Kurasa tak ada gunanya berbelit-belit di sini. Rasanya tak penting apakah menurutmu aku ini aneh atau tidak.”

Tidak seperti Emilia yang tak dia inginkan untuk tahu soal tindakan liciknya, bagi Subaru, bukanlah sebuah masalah jika Ram terlibat dalam rencana rahasianya. Bahkan, baik pembebasan para sandera maupun kejadian tak terelakkan yang akan terjadi di luar Sanctuary, semuanya akan lebih mudah jika Ram tahu mengenai hal tersebut.

“Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan, dan aku tidak tertarik, tapi jika kau ingin membuat Garf meninggalkan Sanctuary..... yah, mungkin bukan hal yang mustahil jika Ram memintanya.”

“Cinta adalah titik lemahnya ya. Kupikir juga begitu, tapi agak sulit mengatakannya.”

Jika Ram yang berurusan dengan Garfiel, tak diragukan lagi dia pasti jauh lebih bisa membujuknya dibandingkan Subaru. Tapi kemudian Subaru ingat apa yang terjadi setelah Garfiel berubah menjadi harimau raksasa untuk mengejarnya saat mencoba meninggalkan Sanctuary.
Pada waktu itu, Garfiel bahkan tega melayangkan cakarnya pada Ram, orang yang dia cintai, hanya agar bisa terus memburu Subaru. Bagi Garfiel, Sanctuary ternyata lebih penting dibandingkan Ram.

“Tapi Ram.... itu mungkin.....”

“Benar. Itu mungkin tidak ada gunanya.”

Ketika Subaru bingung dengan bagaimana cara ia merespon tanpa terdengar seolah sudah tahu semuanya, Ram dengan santainya mengkonfirmasi isi kepala Subaru.
Melihat mata Subaru yang terbuka lebar, Ram pun mengelus rambut berwarna peach-nya.

“Meskipun Garf terpesona oleh Ram, dia pasti sudah memutuskan semuanya berdasarkan prioritas di hatinya. Seperti bagaimana Roswaal-sama bagi Ram.”

“Jadi ada hal lain yang lebih penting bagi Garfiel ya....? Kau tahu apa itu?”

“Ya. Tapi aku tidak akan memberitahumu.”

Tiba-tiba mengalihkan pandangannya, Ram tidak menjawab pertanyaan Subaru. Subaru terus menatapnya, seolah meminta ia untuk menjawab. Tapi, tak bergeming, Ram hanya menghela napas.

“Menduga-duga apa yang ada di hati orang lain secara sepihak itu benar-benar tindakan yang sombong. Hati Garfiel ya milik Garfiel. Kalau kau ingin tahu, kau bisa bertanya padanya secara langsung.”

“Hey, memangnya siapa dari kita yang merupakan bukti hidup dari sebuah kesombongan?.... Oh iya, apa kau tahu soal buku Roswaal?”

“.... Di mana kau mendengar hal itu?”

Dan begitulah, mereka saling bertukar argumen.
Meskipun dia tahu kalau kata-kata Ram adalah benar, semangat memberontak Subaru tetap mendorongnya untuk membantah. 
Dan mendengar pertanyaan itu, Ram bereaksi keras, ia memicingkan matanya seolah ingin menusuk Subaru dengan tatapannya.

“Tergantung apa yang akan kau katakan selanjutnya, aku mungkin akan melukaimu.”

“Dan itu berarti menyalahi keinginan Roswaal, kan? Hentikan Ram. Kau tidak bisa melakukan hal semacam itu.”

Setidaknya, Ram belum pernah melukai Subaru semenjak ia datang ke Sanctuary. Tidak hanya itu, bahkan dia pernah mengungkapkan maksudnya untuk membantu Subaru tanpa ada perintah dari Roswaal.
Dengan pemikiran seperti itu dan setelah mengetahui fakta bahwa dia tidak akan menyerang Subaru secara fisik, Subaru memprovokasinya. Mendengar hal itu, ekspresi Ram menjadi gelap,

“Matamu jadi menjijikkan Barusu.”

“Huh?”

“Aku tidak tahu apa yang kau lihat di dalam Makam, tapi itu pasti bukan hal yang bagus. Barusu yang sekarang benar-benar menjijikkan sampai-sampai aku kehilangan minat untuk bicara denganmu.”

“....Apa yang kulihat di dalam Makam... itu seperti harapan bagiku. Jangan menyebutnya tidak berguna.”

Mengingat pertemuannya dengan si penyihir berambut putih Echidona, Subaru mengkerutkan bibirnya menanggapi penolakan Ram.
Meskipun diskusinya dengan Echidona berujung tragedi di pengulangan sebelumnya, Subaru percaya kalau dia sudah menerima lebih dari apa yang dia bayar. Ada seseorang yang bisa dia ajak bicara soal Return by Death saja sudah merupakan imbalan yang cukup besar.

“......”

Untuk sesaat, Subaru dan Ram saling bertatapan.
Kira-kira apa yang menempati kedalaman mata yang nampak sedikit gemetar itu? Subaru memaksa kesadarannya untuk melihatnya, tapi sebelum gambaran itu terbentuk, seketika hal itu langsung pudar ketika Ram mengalihkan pandangannya.

“Sebaiknya kau pergi sekarang. Tidak baik membuat Emilia-sama menunggu lebih lama lagi.”

“.... Maaf sudah menahanmu. Aku tahu.... apa yang kau katakan itu tidak salah.”

Akhirnya, Subaru meminta maaf atas kekurangajarannya, dan Ram, menerima permintaan maaf Subaru, langsung berbalik dan berjalan menuju kamar.
Melihat gaun maid itu menghilang di balik pintu, Subaru menghembuskan napas panjang dan meninggalkan rumah Lewes.

Angin dingin yang menyapu melewati Sanctuary membelai rambut Subaru begitu ia keluar rumah. Mencium bau rumput yang dibawa oleh angin, Subaru berjalan menyusuri kegelapan malam Sanctuary dan menuju tempat tidurnya di Katedral.

Berjalan menyusuri rerumputan dan mengikuti jalan dengan diterangi cahaya rembulan, Subaru mulai berpikir bagaimana dia harus memanfaatkan waktunya di pengulangan ini.
Dibuat tenang oleh fakta bahwa Return by Death tidak memilki batas, Subaru sekarang bisa melakukan apa yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya..... yakni, mengorbankan seluruh pengulangan hanya untuk mengumpulkan informasi.
Dia sudah bertekad untuk membuang kehidupannya, dan tak ada cara lain yang lebih efisien lagi untuk memanfaatkan Return by Death.

“Kalau aku mencoba sesuatu yang berbeda di setiap pengulangan, solusi untuk semua rintangan ini pasti akan mulai muncul satu persatu....”

Dan kemudian, apa yang perlu dia lakukan hanyalah menghubungkan mereka dan menyelesaikan semuanya di satu pengulangan.
Mengatasi rintangan yang menghalangi jalannya dan menggenggam masa depan semua orang; itu akan menjadi kemenangan yang sempurna baginya.
Meskipun, siapa yang termasuk ke dalam kemenangan sempurna itu adalah sesuatu yang masih mengganggu Subaru.

“.......”

Tiba-tiba, Subaru berhenti......
…...ketika ia mencium sesuatu yang terbawa oleh angin selain bau rumput di bawah kakinya.

Subaru mendongak. Dan di hadapannya, berdiri seorang pemuda di tengah jalan yang diterangi cahaya bintang.
Dengan tangan terlipat dan rambut jabrik melambai tertiup angin, Garfiel mengkeletakkan taring-taringnya.

“Kau benar-benar bajingan yang tepat waktu ya.”

“Apa-apaan itu, kau tidak terlihat kaget melihatku ada di sini. Yah, memang sedikit aneh sih, tapi itu akan membantu jalannya obrolan kita.”

Tepat setelah tadi ia membicarakannya dengan Ram, Garfiel tiba-tiba menunjukan batang hidungnya di sini. Subaru pun menggaruk pipinya dan mengomentari timing yang sangat pas ini.
Garfiel kemudian memberikan isyarat dengan kepalanya, seolah memberi tanda pada Subaru untuk melakukan sesuatu.

Sosok kecil itu berjalan, meninggalkan jalan setapak dan menuju hutan.
Melihat sosok itu pergi semakin menjauh menuju semak belukar hutan yang lebat, Subaru melakukan sedikit peregangan dan berbalik menuju Katedral....

“Tadi sudah kubilang padamu untuk mengikutiku, kan? Oy!!”

Garfiel berlari mendekat dan meneriaki Subaru yang mencoba pergi, sementara Subaru hanya mengangkat bahunya,

“Hanya sedikit candaan. Aku paham kok, jangan khawatir.”

“Membuatku kesal saja. Ikuti aku atau kumakan kau!”

“Biasanya, bukankah mengatakan sesuatu seperti 'aku tidak akan memakanmu' lebih punya efek menenangkan di sini?”

Kembali melangkahkan kakinya dengan kasar, Garfiel tidak merespon kata-kata Subaru. Subaru punya perasaan buruk soal bagaimana Garfiel terdengar seolah ingin mengatakan sesuatu tapi tidak bisa, namun apa yang harus dia lakukan sekarang hanyalah mengikuti Garfiel di belakangnya.

Meninggalkan jalan utama dan memasuki hutan, setelah berjalan beberapa saat, Garfiel pun mendengus.
Mereka sampai di sebuah tanah lapang kecil di tengah-tengah barisan pepohonan, tanah lapang tersebut kira-kira berukuran seperti sebuah meja bundar yang bisa menampung 4 sampai 5 orang. Dan di sana, Garfiel berbalik,

“Jadi.... apa yang kau lihat di dalam Makam?”

“.... kau juga?”

Setelah Emilia dan Ram, Garfiel adalah orang ketiga yang menanyakan hal tersebut.
Tidak seperti dua orang sebelumnya, Subaru-harus berhati-hati memberikan jawabannya pada Garfiel, karena dia mungkin tidak akan menyerah bertanya sebelum mendapatkan jawabannya.

Tak menghiraukan pemikiran yang ada di dalam kepala Subaru, Garfiel mengatakan, “Aku juga ya?” dan mengkeletakkan giginya saat mata emasnya menyipit tajam,

“Aku tidak tahu siapa yang mengatakan hal itu padamu, tapi aku takkan bisa kau abaikan begitu saja. Seperti yang mereka bilang, 'Berube dan keluarganya itu sama-sama mencurigakan'.”

“Maaf, aku butuh sedikit waktu untuk membangunkan Emilia ketika berada di dalam Makam. Apapun yang menurutmu sudah kulihat di sana, itu hanya imajinasimu saja.”

“Kau punya nyali ya bilang begitu. Seluruh tubuhmu mengeluarkan bau Penyihir, kau pikir kau bisa membodohiku? Hah?”

“.....”

Mengkerutkan hidungnya saat mengatakan hal tersebut, kata-kata Garfiel benar-benar penuh dengan kebencian.
Mendengarnya, Subaru tak bisa menjawab apa-apa. Namun, di saat yang sama dia juga merasakan ada sesuatu yang aneh.

Alasan kebencian Garfiel.... adalah bau sang Penyihir.
Itulah kesimpulan yang Subaru miliki di semua pengulangannya sejauh ini, dan apa yang barusan Garfiel katakan juga mengkonfirmasi hal tersebut. Masalahnya adalah timing ketika ia membahas masalah itu di pengulangan ini, di situlah keanehannya.

Subaru sangat gugup ketika ia keluar dari Makam, dia kira dia akan langsung mendapatkan serangan dari Garfiel.
Subaru baru saja kembali dari kematian, setelah mati tepat di hadapan sang Penyihir. Jadi bau sang Penyihir pasti jauh lebih parah dari yang sebelum-sebelumnya.

Tapi tak disangka, Garfiel sama sekali tidak menyerangnya. Malahan, dia kelihatan sangat lega melihat Subaru dan Emilia kembali.
Tapi saat diskusi di rumah Lewes dan saat Subaru melihat Garfiel meninggalkan ruangan, di sinilah yang membuat Subaru terganggu.

Sampai mereka berpisah, semuanya masih terlihat sangat normal, tapi ketika mereka bertemu kembali hanya setelah 10 menitan berpisah, sikap Garfiel sudah berubah drastis, dan Subaru sama sekali tak bisa membayangkan alasannya.
Mungkinkah bau itu jadi sangat tajam sehingga hidungnya kehilangan kemampuannya dan baru pulih setelah beberapa saat berlalu?

Subaru mengangkat lengannya untuk mencium tubuhnya, tapi dia hanya bisa mencium jejak kelelahan yang terkumpul selama hari ini. Bertekad untuk mandi begitu ia punya kesempatan, dia pun menoleh ke arah Garfiel.

“Soal bau Penyihir ini..... sebelumnya sudah ada beberapa orang yang menunjukannya padaku.”

“.... Heh, begitukah? Mereka pasti sangat sabar sampai tidak berbuat apa-apa mengenai hal tersebut. Soal bau menjijikkan itu juga, kenapa ya mereka membiarkannya?”

“Mereka mungkin memilih untuk mengabaikan bauku dan menilai diriku berdasarkan tindakan. Akan sangat membantu jika kau juga bisa melakukan hal itu. Paling tidak, kau sudah melepaskanku ketika aku baru keluar Makam, kan?”

“......”

“Loyalitasku pada Emilia itu tak perlu ditanyakan lagi, dan aku tidak berencana melakukan sesuatu yang bisa membahayakan Sanctuary. Aku harap kau bisa mempercayaiku. Jadi, jika kau bisa melepaskanku kali ini, itu sungguh bantuan yang sangat besar.”

Dilihat dari sudut pandang optimistis, fakta bahwa Garfiel tidak langsung menyerang ketika Subaru membuka mulutnya telah membuktikan bahwa dia masih punya akal sehat. Jadi mungkin mereka bisa berkompromi lewat kata-kata.
Bahkan, Subaru hampir bisa melihat sedikit kegoyahan di mata Garfiel. Bagaimanapun juga, Garfiel bukanlah tipe orang yang akan langsung menghabisi Subaru hanya karena dia merasakan bau Penyihir dari dirinya. Dan ketika bau itu bercampur dengan masalah lain, barulah dia mulai mengambil tindakan.
Apapun itu, di pengulangan ini sepertinya hal tersebut masih belum terpicu. Jadi semuanya tergantung pada Subaru untuk menemukan apa pemicunya.

“..... Kau belum menjawab pertanyan pertamaku.”

“Mm?”

“Apa yang kau lihat di dalam Makam? Apakah aku akan melepaskanmu atau tidak semuanya tergantung jawabanmu.”

Menatap Subaru, Garfiel kembali bertanya, meskipun kekuatan di dalam suaranya sedikit berkurang di bandingkan sebelumnya.
Hanya ada dua jawaban yang bisa Subaru berikan... kebenaran, atau kebohongan yang dia beritahu pada Emilia. Yang mana yang akan menjadi solusi terbaik? Dia perlu memastikannya,

“Kalau begitu, izinkan aku untuk bertanya juga.”

“Jangan salah sangka. Aku tanya, kau jawab. Kau mau kumakan?”

“Jangan marah! Tenangkan bahumu, santai saja dan jawablah.”

Garfiel memamerkan gigi-giginya, sementara Subaru menggoyangkan bahunya dan menarik napas dalam.
Menyimpan pertanyaan itu di dalam tenggorokannya, dia menatap mata Garfiel, dan,

….. Sekaranglah saatnya.

Dia menyemangati dirinya pemikiran tersebut,

“..... Aku melihat sekumpulan anak kecil yang terlihat seperti Lewes-san, kau tahu sesuatu soal itu?”

---End---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Zhi End Translation...
Previous
Next Post »
24 Komentar
avatar

Kapan update nya lgi Min....??

Balas
avatar

tiap gri aku check kgk update2. aku pikir dah kgk aktif lagi. tpi akhirnya di update juga
TQ A LOT MIN

Balas
avatar

semangat trus min jangan sampai goyah :)

di tunggu next nya

sankyuu

Balas
avatar

Ceritanya makin seru.
Semoga cpet update lagi.

Semangat terus min...

Balas
avatar

Ceritanya makin seru.
Semoga cpet update lagi.

Semangat

Balas
avatar

Ceritanya makin seru.
Semoga cpet update lagi.

Semangat terus min...

Balas
avatar

gan kapan keluarnya yg chapter ke 54 nya gan?

Balas
avatar

gan kapan yg chapter 54 nya keluar gan?

Balas
avatar

Min ditunggu lanjutannya
#SEMANGAT#

Balas
avatar

Terima kasih atas terjemahannya, sangat membantu :D . Ngomong2 kenapa sekarang jarang update? Kira2 kapan mau update lagi?

Balas
avatar

Akhirnya update jg ... Ditunggu kelanjutannya)😄😄

Balas
avatar

Semangat ya min ^^ ,translate nya the best 👍

Balas