[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 7 - Cerita 4 : Kerja! Gadis SMA -beberapa hari yang lalu -3
Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 7 - Cerita 4 Part 2
Cerita 4 : Kerja! Gadis SMA -beberapa hari yang lalu-
"Hari ini ekspresimu agak suram ya?"
"Ah, manager...."
Kisaki berbicara pada Chiho yang berdiri di depan mesin kasir.
"Apa ada sesuatu yang tidak kau pahami?"
"Ah, ti-tidak.... uh, tapi mungkin seperti itu...."
"???"
Topik tentang rencana masa depan yang dibicarakan di sekolah, terus berputar-putar di otak Chiho dan tidak mau menghilang.
Baik itu Yoshiya, Kaori, ataupun dia sendiri, mereka pasti ingin melihat lebih jauh dan mengerti apa makna dari rencana masa depan itu, tapi pada akhirnya, mereka tidak tahu apa-apa.
".... Hari ini, aku berdiskusi dengan temanku di sekolah tentang rencana masa depan.... tapi pada akhirnya kami tetap tidak mengerti apa-apa, dan sekolah juga sudah mengatur sebuah diskusi. Kurasa sebaiknya aku punya beberapa pemikiran, jadi....."
"Oh, itu toh."
Kisaki mengangguk dengan serius.
"Maafkan aku, aku akan lebih fokus lagi dan kembali bekerja...."
"Pendapat orang dewasa atau pendapat tak bertanggung jawab, mana yang lebih dulu ingin kau dengar?"
"Eh?"
Chiho terkejut.
Awalnya Chiho pikir Kisaki akan memberitahunya untuk bekerja dengan benar, tapi Kisaki, ia tidak hanya mau membicarakan hal ini dengannya secara serius, ia bahkan mengatakan sesuatu yang aneh.
".... Kalau begitu, aku ingin mulai dengan pendapat orang dewasa."
"Hm, bagi orang dewasa, rencana masa depan seorang siswa itu bukanlah apa-apa, dan tidak ada gunanya merasa bimbang karena masalah itu."
"Eh?"
Kata-kata Kisaki terdengar sangat tidak masuk akal.
Hanya melihat bagian ini saja, sepertinya para orang dewasa yang telah Chiho lihat, adalah tipe orang yang akan melakukan apa yang mereka mau.
Namun, ekspresi Kisaki menunjukan kalau masih ada hal lain lagi setelahnya.
"Apa kau tahu alasannya? Itu karena topik tentang rencana masa depan ini, bagi kehidupan orang dewasa, ini semua sudah berakhir."
"A-apa maksudnya itu....."
Kisaki terus berbicara pada Chiho yang kebingungan.
"Setelah menjadi orang dewasa, mereka pasti akan tahu 'apa yang sebaiknya kulakukan pada waktu itu untuk menjadi lebih sukses', meski kalian menghadapi persimpangan untuk memutuskan rencana masa depanmu, para orang dewasa yang sudah pernah mengalaminya, tetap tidak akan mengerti kenapa kalian semua menjadi begitu gelisah. Kebanyakan orang dewasa itu pasti akan merasa gelisah dengan saat-saat di mana mereka masih bersemangat, kekanakan, dan jujur pada dirinya sendiri, jadi mereka sudah melupakan hal semacam ini sejak dulu. Jadi selain orang tua, guru, dan guru sekolah, pendapat orang dewasa yang tidak pernah melihat dirimu yang sebenarnya, semua itu bisa kau abaikan."
"Gu-guru sekolah?"
"Pekerjaan orang-orang ini adalah membuat masa depan para murid menjadi stabil. Jadi demi kebaikan masing-masing, dari dalam hati mereka, mereka akan memikirkan hal ini dari sudut pandang si murid itu sendiri."
"Be-begitu ya...."
"Selain itu, meski ini adalah komentar yang tak bertanggung jawab, soal masalah mengenai rencana masa depan ini, itu bisa dibagi menjadi, apa yang seharusnya kau lakukan, apa seharusnya tujuanmu, dan tidak tahu apa yang ingin kau pelajari. Itulah beberapa poinnya. Itu berarti kau tidak tahu pekerjaan apa yang akan kau lakukan nanti, dan bahkan jika kau masuk ke universitas, kau tidak akan tahu apa yang ingin kau pelajari."
"Be-benar, jadi......"
"Untuk mengungkapkan sebuah pendapat dari sudut pandang obyektif, seseorang bisa belajar hukum atau kedokteran di universitas negeri dengan biaya yang murah dan bisa menjadi hakim atau dokter nantinya. Tapi di zaman ini, bahkan pengacara pun memiliki waktu-waktu yang sulit, haha, menjadi PNS pasti akan lebih stabil."
"T-tapi...."
Chiho menjadi panik karena Kisaki membawa-bawa contoh yang ada di sekitarnya, tapi Kisaki sndiri hanya tersenyum tegas dan terus berbicara,
"Tapi, meski aku mengatakannya, kau pasti hanya akan berpikir kalau itu aneh kan?"
"Y-ya....."
"Kalau begitu, kau tidak perlu merasa gelisah dengan sesuatu yang berada begitu jauh di masa depan. Tidak ada satupun orang yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi besok, hal ini sama halnya dengan orang dewasa, dan orang-orang picik yang hanya memaksa anak-anak seperti dirimu untuk membuat sebuah pilihan yang membosankan, hal itu sangat disayangkan."
Kata Kisaki secara blak-blakan.
"Rencana masa itu depan adalah berpikir secara terus menerus apa yang bisa kau lakukan hari ini demi hari esok. Karena kau tidak tahu apa yang akan terjadi tahun depan, kau harusnya paling tidak tahu apa yang ingin kau lakukan besok, iya kan?"
"Besok dan hari ini...."
"Ini bukanlah analogi kau tahu? Tapi benar-benar merujuk pada hari ini dan besok di kalender. Rencana masa depan adalah tentang masa depan, dan masa depan adalah hal-hal yang terakumulasi hari ini dan besok. Kebanyakan orang tidak cukup pintar untuk melewati periode waktu ini di tengah-tengah dan berpikir tentang satu atau dua tahun ke depan. Jadi mereka hanya bisa bertindak dalam ruang lingkup kekuatan mereka saja, dan berulang kali bekerja menuju esok yang mana berada paling dekat dengan hari ini, Dengan begini, periode waktu satu tahun pasti akan terlewati dengan cepat."
"Bekerja, menuju esok....."
"Huuh, pokoknya...."
Kisaki tiba-tiba meletakkan tangannya di atas kepala Chiho, dan Chiho pun mendongak dengan ekspresi gelisah di wajahnya.
"Daripada terpengaruh oleh para orang dewasa yang tidak bertanggung jawab itu, sebaiknya kau fokus dengan pekerjaan yang ada di depanmu. Seperti yang kubilang tadi, untuk berjuang menuju hari esok, hari ini itu sangatlah penting."
"Ah.... baiklah."
"Hal yang paling penting dalam mengurusi uang adalah tenang. Kau harus membedakan antara 5.000 yen dan 10.000 dengan baik ya."
"A-aku mengerti."
Ketika diingatkan oleh Kisaki, meski beberapa bagian yang samar masih tertinggal di dalam hatinya, Chiho tetap bisa tersadar karena hal ini.
Chiho yang tidak fokus bekerja hari ini, telah keliru menganggap 5.000 yen yang ia terima dari pelanggan sebagai 10.000 yen, selama dua kali.
Jika bukan karena peraturan yang mengharuskan dia menyerahkan nota yang akan diberikan untuk konsumen kepada karyawan lain agar bisa diperiksa, Chiho mungkin sudah memberikan jumlah kembalian yang salah.
"Aku minta maaf, aku akan segera fokus bekerja."
Dibandingkan dengan yang tadi, kali ini, karena alasan yang tidak diketahui, Chiho akhirnya bisa menjawab hal ini dari dalam lubuk hatinya.
Meskipun kebimbangan di hatinya belum sepenuhnya terselesaikan, dia merasa kalau perasaannya sudah lebih santai dibandingkan sebelumnya.
"Bagus. Dengan begini, membicarakan semua konsep besar ini, bisa dibilang cukup sepadan. Nanti aku harus pergi ke perusahaan, dan tidak akan ada di kantor, jika ada sesuatu yang tidak kau pahami, tolong diskusikan dengan pegawai lain."
"Baik!"
"Lakukan yang terbaik, Chi-chan."
"Ya!"
Usai menyemangati Chiho dengan cara yang aneh, Kisaki pun melambai dan kembali ke dalam ruang staff, sampai saat ia menutup pintu sepenuhnya, Chiho tiba-tiba menyadari sesuatu,
"..... 'Chi-chan'????"
Chiho yang bersiap-siap pulang di malam itu, menjadi sangat terkejut ketika ia melihat Maou memakai pakaian biasa di dalam ruang staff.
"Eh? Sasaki-san akan pulang juga?"
"Terima kasih atas kerja kerasnya, Maou-san juga?"
"Yeah, karena aku berangkat pagi, jadi aku juga pulang lebih awal dari biasanya."
Restoran di depan stasiun Hatagaya, bukanlah restoran yang buka 24 jam, mereka hanya buka sampai tangah malam.
Biasanya ketika Chiho pulang, Maou akan terus bekerja sampai waktunya tutup, tapi hari ini, karena ia masuk lebih awal, dia juga pulang lebih awal.
Tapi daripada itu, Chiho lebih cemas terhadap hal lain.
"..... E erhm, Maou-san?"
"Hm?"
"K-kau akan pulang memakai pakaian itu?"
"Ya."
Jawaban tanpa ragu Maou membuat Chiho terdiam sesaat.
Meskipun sekarang ini musim semi, di periode waktu seperti saat ini ketika angin dingin masih belum menghilang, memakai kaos tipis dengan sebuah hoodie saja rasanya masih terlalu kurang.
"A-apa kau tidak merasa kedinginan?"
"Yeah."
Chiho kembali terdiam.
"Yaah, itu karena bajuku belum kering."
Chiho memang merasa kalau masalahnya ada di sana, tapi Maou tetap melanjutkan kata-katanya,
"Harga penggunaan mesin cuci koin di tempat laundry, saat ini semuanya naik, jadi aku hanya bisa mencucinya dengan tangan, tapi karena ini adalah pakaian musim dingin, aku tidak menyangka kalau dengan melakukan proses pembilasan saja, akan membutuhkan waktu yang lama agar bajunya bisa kering."
Ini adalah pertama kalinya Chiho berbicara mengenai topik pribadi dengan seniornya.... meski ia merasa kalau isinya terlalu remeh, dari interaksi beberapa hari ini, Chiho juga tahu kalau Maou adalah tipe orang yang akan berbicara terang-terangan.
"Di cuaca seperti ini, baju tidak akan kering, kalau kau tidak mengeringkannya selama dua hari. Jadi aku hanya bisa memakai ini."
Rasanya kondisi saat ini, dan memakai pakaian yang terlalu tipis adalah dua masalah yang berbeda.
Tapi jika ia terlalu mencampuri kehidupan pribadi orang lain, itu akan terlihat sedikit kasar.
"Be-benar, cuacanya nanti akan mulai menghangat kok, dan juga tubuh pria itu kan aneh."
Ketika Chiho menjawab dan bersiap mengganti bajunya....
"Eh? Nanti cuacanya akan menjadi lebih hangat?"
Pertanyaan yang terdengar dari arah belakangnya membuat Chiho berbalik, dan mengatakan,
"Eh.... Karena sekarang sudah bulan April.... dan musim semi akan segera tiba, kan?"
"Ah, benar. Benar sekali, setelah musim dingin ada musim semi. Aspek ini ternyata sama ya."
"Ma, Maou-san?"
Maou, membicarakan hal yang wajar diketahui oleh semua orang ini seperti sebuah pengetahuan baru, dan ketika ia menyadari tatapan Chiho,
"..... Aku sudah mengetahuinya, okay?"
"..... Kurasa juga begitu."
Chiho yang merasa tidak bisa membantah bagian ini, berjalan menuju ruang ganti wanita dengan baju ganti miliknya.
"Ka-kalau begitu, terima kasih atas kerja kerasnya."
"O-oh, terima kasih atas kerja kerasnya!"
Setelah menyelesaikan sapaan mereka, Maou pun berjalan keluar ruang staff.
Namun ketika Chiho selesai berganti baju, menyelesaikan sapaannya kepada karyawan lain yang tersisa, dan bersiap meninggalkan restoran, ia mendapati Maou masih berdiri di luar restoran sendirian karena alasan yang tidak diketahui.
"Maou-san? Ada apa?"
"Ahhhh...."
"Ah! Hujan....."
Bahkan tanpa mendengar jawaban Maou, ia bisa tahu kalau di luar saat ini sedang hujan.
Dan dari bagaimana Maou bersikap, sepertinya dia lupa membawa payung.
"Ya ampun, sungguh sebuah kesalahan. Dan dari semua hari yang ada, kenapa hari ini tidak ada payung cadangan yang bisa dipinjam...."
"Ugh, ta-tapi prakiraan cuaca pagi ini seharusnya sudah menyebutkan kalau malam ini akan turun hujan."
Chiho mengeluarkan payung lipat dari dalam tasnya.
"Ah, aku tidak punya televisi di rumah."
Maou sekali lagi menjawab dengan sikap yang tak terduga.
"Eh....?"
"Huf! Sepertinya aku hanya bisa berlari! Akan sangat bagus kalau bajuku bisa kering...."
Setelah mengatakan hal itu, Maou menarik tudung tipisnya, dan mengambil napas dalam seperti sedang menguatkan tekadnya.
"Kalau begitu, Sasaki-san, berhati-hatilah saat pulang...."
"E, erhm, boleh aku tahu ada di daerah mana rumah Maou-san?"
Ketika ia sadar, Chiho sudah menanyakan pertanyaan ini pada Maou yang bersiap untuk berlari.
"Eh? Ah, hm, aku tinggal di dekat stasiun Sasazuka...."
"A-aku juga akan berjalan ke arah situ! Jika kau tak keberatan, apa kau mau berbagi payung denganku?"
"Ya ampun, aku jadi tidak enak, aku benar-benar tertolong."
"Ah, erhm, ye-yeah, sama-sama."
Dibandingkan dengan suara terima kasih Maou yang menyegarkan, jawaban Chiho sangatlah pelan sepelan nyamuk.
Meski Chiho mengucapkan hal itu secara refleks, kalau dipikir-pikir, ia sekalipun tidak pernah berbagi payung dengan pria lain.
Satu-satunya hal yang menguntungkan bagi Chiho adalah, karena ia sering pergi dengan peralatan memanahnya, payung lipat yang dia bawa adalah payung yang lebih besar daripada payung normal, jadi ia tidak perlu khawatir mengenai kontak fisik dengan Maou.
"Erhm, Maou-san, pundakmu..."
Tapi saat ini, orang yang memegang payungnya adalah Maou, yang mana memiliki tubuh lebih tinggi.
Mungkin karena berusaha menjadi peka, Maou dengan sengaja mencondongkan payungnya lebih ke arah Chiho agar dia tidak terkena hujan, hasilnya, pundak Maou yang satunya, saat ini telah basah.
"Tidak apa-apa kok. Dibandingkan basah kuyup, ini sih tidak ada apa-apanya."
Namun, kesuraman sama sekali tidak bisa terdengar dari suara Maou.
"Oh iya... Apa mulai sekarang akan sering hujan begini?"
"Eh? A-aku tidak yakin.... Sepertinya akan terus hujan, mungkin?"
"Begitu ya.... merepotkan sekali. Sepertinya bajuku akan semakin butuh waktu yang lebih lama untuk kering."
"Tapi mulai sekarang juga akan mulai menjadi lebih hangat. Kenapa kau tidak menggunakan kesempatan ini untuk membeli mesin cuci yang murah?"
"Eh?"
Kali ini, ekspresi Maou jelas-jelas dipenuhi dengan keterkejutan.
"Itu mustahil. Membeli dua benda besar seperti itu, tidak akan ada tempat untuk meletakkan mereka, dan tidak peduli bagaimana mau memikirkannya, mereka itu pastinya sangat mahal kan?"
"Eh, ah, benar juga...."
Chiho yang merasa sudah terlalu ikut campur dengan masalah ekonomi orang lain, tiba-tiba merasakan sesuatu yang tidak beres.
Dua benda yang sangat besar?
"Mereka memang tidak kelihatan sebesar itu saat diletakkan di tempat laundry, tapi jika kami membawa mesin cuci dan mesin pembilas sekaligus mesin pengeringnya ke rumah, benda itu pasti akan menutupi seluruh lorong."
"E-erhm, Maou-san? Aku tidak berbicara soal mesin cuci yang digunakan untuk industri besar-besaran, melainkan mesin cuci untuk rumahan...."
"Eh?"
"Eh??"
".... Rumahan?"
"Ye-yeah.."
Apa Maou berpikir kalau semua mesin cuci di dunia itu sama seperti mesin cuci yang ada di laundry?
"Kalau model rumahan, mereka menjual mesin cuci otomatis yang sedikit lebih besar dibandingkan tempat sampah yang ada di restorann, kau tahu? Jika kau ingin membeli yang lebih murah lagi, kau bisa membeli model yang memiliki dua pintu...."
"..... Benarkah?"
"Benar sekali."
Sebenarnya, orang yang ingin menanyakan pertanyaan ini adalah Chiho, tapi Maou terlihat seolah benar-benar menerima syok yang begitu besar.
"Karena kau tinggal di sebuah apartemen, harusnya ada sebuah kran di lorong kan? Kalau kau menghubungkannya ke sana...."
Chiho mencoba mencari informasi yang berhubungan dengan tempat di mana Maou tinggal berdasarkan kata-kata aneh Maou yang semakin rumit.
"Ya, memang ada! Jadi itu untuk mesin cuci?"
Kalau bukan untuk itu, apa lagi?
"Karena aku tidak tahu kegunaannya, aku menggunakannya untuk mengisi bak dengan air untuk mencuci baju."
".... Untuk mencuci baju ya."
"Begitu ya..... Jadi mesin cuci bisa dibeli..... Kupikir itu adalah bisnis yang telah dimonopoli oleh tempat laundry."
Maou berulang kali mengangguk.
Ada apa ini? Rasanya partner bicara yang ada di depan Chiho ini adalah orang yang sangat berbeda dengan Maou yang ada di restoran.
"Ne, boleh aku tanya pertanyaan lain?"
Tapi Maou, yang matanya nampak berbinar karena mendapatkan pengetahuan baru, anehnya terlihat sedikit manis.
"Yeah, silakan."
"Setelah ini kan, tidak hanya akan sering hujan, tapi cuacanya juga akan menjadi semakin hangat, benar? Bahkan jika kuletakkan di tempat yang teduh, sayuranku tetap saja rusak dengan sangat cepat, jadi bagaimana Sasaki-san biasanya....."
"Te-tempat teduh? Begini, mereka akan baik-baik saja kalau kau meletakannya di dalam kulkas...."
Karena sudah sampai ke poin ini, bahkan jika itu adalah Chiho, dia bisa dengan mudah memprediksi bagaimana Maou akan menjawabnya dua detik kemudian.
"Ah, aku tidak punya kulkas di rumah."
"Ya beli! Mengesampingkan mesin cucinya, akan sangat buruk kalau kau bahkan juga tidak punya kulkas! Jika kau memakan makanan busuk, itu akan merugikan tubuhmu sendiri kau tahu?"
".... J-jadi kau berpikir seperti itu juga?"
"Meski musim semi beberapa tahun ini memiliki periode dingin yanh lama, tapi musim panas pasti akan segera datang setelahnya! Kalau sudah begini, sayuran yang sudah rusak selangkah lebih awal, pasti akan langsung menjadi tak bisa dimakan, kau tahu!"
"Be-begitukah? Jadi sayuran punya kaki juga?"
"Itu hanya perumpamaan! Dan lagi, kenapa kau menjadi sangat terkejut, bukankah ini sama saja dengan tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya? Jika kau meletakkan bahan mentah di luar saat sedang musim panas, mereka pasti akan segera rusak!"
"A-aku paham! Aku awalnya memang ingin membeli kulkas, jadi aku akan membelinya nanti.... kalau begitu...."
"Eh?"
".... Erhm, di mana aku bisa membeli kulkas dan mesin cuci yang murah?"
"......"
Sepertinya Maou benar-benar tidak tahu mengenai fakta umum seperti pergantian musim ataupun toko peralatan rumah tangga.
Meskipun dia sangat cakap ketika berada di restoran.....
Menghadapi celah yang tak terduga ini, Chiho benar-benar tidak tahu apa dia harus merasa senang atau bingung....
"Maou-san, apa kau baru saja kembali dari luar negeri? Bahasa Inggrismu sangat fasih..... Apa selama ini kau tinggal di luar negeri?"
Chiho mencoba bertanya.
Dari apa yang Maou katakan tadi, meskipun dia hebat dalam bahasa Inggris, ketidaktahuannya mengenai kehidupan orang Jepang itu sudah sedikit berlebihan, tapi jika dia tinggal di luar negeri sampai akhir-akhir ini, itu semua masih bisa dijelaskan.
"Hmm~ ini sedikit berbeda. Aku tidak bisa dianggap sebagai orang yang pulang kampung. Untuk bahasa Inggris pun, aku mempelajarinya karena kebutuhan pekerjaan."
Sayangnya jawaban Maou adalah sebuah penyangkalan.
Meski Chiho merasa terkejut dengan apa yang Maou katakan tanpa ragu mengenai 'belajar' bahasa Inggris....
"..... Untuk peralatan rumah tangga, kurasa mereka ada di toko Peralatan Rumah Tangga Yodogawa Bridge yang ada di Shinjuku Nishiguchi, di sana tidak hanya murah, tapi juga banyak pilihan. Masih ada juga Don Quijote di daerah Honancho.... tempat di mana ada banyak sepeda terparkir di pintu masuk toko."
Dia tetap kembali ke topik awal mereka.
Biar bagaimanapun, terus membantahnya mungkin akan membuat Maou merasa tidak senang, dan Chiho rasa, jika ia terus membantahnya, itu mungkin malah hanya akan menambah hal-hal yang tidak Maou ketahui.
Maou sama sekali tidak mempermasalahkan Chiho yang bersikap seperti itu, dan mengangguk dengan mata yang terbuka lebar,
"Ah, aku tahu kedua toko itu. Karena beranda tokonya terlihat sangat besar, kupikir mereka hanya menjual barang-barang yang mewah di dalamnya."
"Barang-barang yang dijual di Don Quijote, pada dasarnya sangatlah murah. Terutama sepeda, jika kau tidak terlalu pilih-pilih, kau bisa membelinya hanya dengan beberapa ribu yen."
"Eh? Beberapa ribu yen bisa..... Sasaki-san benar-benar tahu banyak ya...."
Nampaknya Maou sungguh-sungguh merasa kagum.
Chiho merasa kebanyakan apa yang dikatakannya adalah pengetahuan umum, namun sebelum ia bisa membalasnya, Maou sudah berbicara,
"Tidak heran Kisaki-san memberimu nama panggilan secepat ini."
"Eh?"
"Bukankah dia mulai memanggilmu 'Chi-chan'?"
Jantung Chiho berdebar sekali.
"Y-ya. Kau tahu tentang hal itu?"
"Tidak hanya aku, semua orang sudah tahu. Mulai besok sampai seterusnya, semua orang mungkin akan memanggilmu seperti itu. Ketika Kisaki-san mulai menggunakan nama panggilan untuk memanggil seseorang, itu artinya sama saja dengan menyatakan kalau orang itu sudah lulus pelatihannya. Perusahaan memang mengamanatkan kalau gaji para trainee hanya bisa naik setelah paling tidak satu bulan terlewati, tapi karena dia sudah menggunakan nama panggilan untuk memanggilmu secepat ini, maka bayaran perjam setelah berakhirnya masa pelatihan, mungkin akan sedikit lebih banyak daripada apa yang disebutkan di awal."
"Eh? Be-benarkah?"
Chio yang tidak bisa menemukan koneksi antara nama panggilan dan masa pelatihan, membuka lebar matanya kaget.
"Meski kami tidak tahu alasannya, tapi menghormati anak baru yang sudah Kisaki panggil dengan sebuah nama panggilan sebagai aset yang bisa menjadi bergerak secara bebas, adalah peraturan tidak tertulis di restoran kami."
Chiho mendadak ingat pengalaman yang Kaori bagi dengan dirinya.
Mungkinkah ini artinya masa pelatihan itu hanyalah sebuah nama, dan jika ia tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya sendiri nanti, dia akan dimarahi?
Maou mungkin melihat kegelisahan Chiho, ia kemudian menambahkan,
"Ah, meski begitu, kami tidak akan mengabaikanmu begitu saja, kau bisa tenang. Sebelum kau bisa melakukan semuanya sendirian, aku akan selalu ada di sampingmu."
"Te-terima kasih."
Saat ia merasa lega, Chiho juga merasa agak malu karena kalimat 'aku akan selalu ada di sampingmu'.
"Tapi apa yang sudah bisa dipastikan adalah, Kisaki-san mungkin telah mengakui kalau kau punya karakter special, dan berpikir kalau kau harusnya menjadi pekerja penuh dalam hal pekerjaan. Mungkin ini akan membuatmu sedikit stress, tapi jangan sampai kau merasa down karena hal ini, jadi lakukanlah yang terbaik."
"Ba-baik....."
Chiho terus merasa kalau ia takkan sanggup memandang wajah Maou secara langsung, mereka berdua pun masuk ke dalam keheningan singkat begitu saja.
Tanpa mereka sadari, Maou dan Chiho sudah sampai di persimpangan di depan stasiun Sasazuka.
"Aku akan ke arah sini, bagaimana denganmu Sasaki-san?"
"Ah, aku ke arah sebaliknya, tapi, aku bisa menemanimu?"
Jika dia berpisah dengan Maou di sini, pada akhirnya Maou mungkin akan tetap basah kuyup karena hujan.
"Tidak usah. Jika aku membiarkanmu berjalan sampai ke rumahku, akan sangat gawat kalau sesuatu yang buruk terjadi saat kau kembali nanti."
"Tapi...."
Melihat Chiho belum mau menyerah, Maou pun tersenyum, melihat kotak surat yang ada di sebelahnya, dan mengatakan,
"Lihat, aku juga punya payung di sini. Terima kasih sudah menemaniku sampai ke tempat ini, itu sangat membantu."
Maou memegang sebuah payung plastik yang sudah tua dan lecek.
Ujung payung itu jelas-jelas sudah berkarat, bahkan jika payung itu belum terbuka, bisa terlihat jelas kalau bingkainya sudah bengkok di banyak tempat.
Mungkin seseorang menggantungnya di kotak surat dan lupa mengambilnya kembali, atau mungkin mereka memang sengaja membuangnya di sini.
Payung yang nampak sudah lama diletakkan di sana itu, saat ini telah dipenuhi dengan air, tapi Maou tetap mengembalikan payung milik Chiho, dan membuka payung tersebut.
"Lumayan, lumayan."
Maou mengangguk puas.
"Aku sangat berterima kasih, berhati-hatilah saat pulang, okay? Ah, dan juga...."
"Ya?"
"Hm, meskipun sedikit aneh mengucapkan ini......."
"Ya.... ada apa?"
Maou terbatuk sekali, dan mengatakan,
"Mulai besok, teruslah bekerja keras, Chi-chan."
".... Uh?"
"Kalau begitu, sampai jumpa di shift berikutnya."
"Ah, ba-baik, terima kasih atas kerja kerasnya."
Ini adalah serangan yang tak terduga.
Chiho memandang punggung Maou saat ia melambai dengan bingung, dan tanpa sadar meletakkan tangannya di pipi.
Kapan terakhir kali ia dipanggil 'Chi-chan' oleh pria lain?
Hingga ia dipanggil begitu oleh Kisaki, bahkan Chiho pun lupa kalau ia pernah dipanggil seperti itu saat masih kecil.
Dan semua orang yang memanggilnya 'Chi-chan', adalah orang dewasa yang mentalnya lebih kuat dan lebih dewasa daripada Chiho.
".... Ugh!"
Chiho merasa hingga barusan tadi, pundaknya yang bersentuhan dengan Maou ketika mereka berada di bawah payung yang sama, tiba-tiba mulai memanas, membuat Chiho menahan napasnya.
Ketika Chiho masih kecil, dia memiliki sedikit kekaguman pada seorang sepupu pria yang lebih tua, tapi saat ini, ia sudah menikah dan punya anak.
Bagi Chiho, yang baru saja menyadari dunia di sekitarnya, sepupu itu terlihat sangat dewasa, dan seperti Maou saat ini, sepupunya itu mengajarinya banyak hal yang tidak ia ketahui.
Karena alasan yang tidak diketahui, sosok sepupu itu seperti saling tumpang tindih dengan Maou.
Dapat diandalkan, tahu banyak hal yang tidak Chiho ketahui, dan meski dia sangat dewasa, dia tetap saja sedikit bodoh dalam beberapa aspek....
"Eh? E-eh?"
Chiho yang merasa wajahnya mulai memanas, tidak bisa mengalihkan pandangannya dari arah ke mana Maou pergi untuk waktu yang cukup lama.
XxxxX
"..... Tidak mirip sedikitpun."
Setelah pulang ke rumah dan mencoba melihat album foto, Chiho mendapati kalau Maou dan sepupunya yang sudah menikah itu sama sekali tidak memiliki kemiripan.
Meski Chiho merasa tidak enak mengatakan hal ini, tapi Maou memang jauh lebih tampan dibandingkan sepupunya itu....
"A-apa yang kupikirkan!! O-ow!"
Chiho yang menutup album foto tebal itu dengan kuat, tidak sengaja menjepit jarinya yang membuatnya sangat kesakitan, sampai tidak bisa berbicara untuk beberapa saat.
Usai mengembalikan album foto itu pada ibunya yang merasa bingung karena Chiho tiba-tiba ingin melihat foto yang ada di dalamnya, Chiho pun memandangi kukunya yang sedikit berubah warna dan kembali ke kamarnya.
Chiho dengan malas melompat ke atas ranjang, menyembunyikan wajahnya ke dalam bantal, mendesah, dan kemudian mengayun-ayunkan kakinya.
".... Ada apa denganku..."
Chiho meningkatkan kecepatan ayunan kakinya.
"Ada apa denganku ada apa denganku ada apa denganku!"
Per yang ada di dalam ranjangnya mulai membuat suara 'kriek kriek kriek'....
"Ow!"
Setelah itu, Chiho melompat kesakitan karena kakinya yang berayun membentur dinding, dan setelah menekan-nekan jari kakinya selama beberapa saat dengan mata yang berkaca-kaca, ia berbicara,
"A-apa yang kulakukan.....hm?"
Saat Chiho merasa bingung dengan tindakannya yang tak berguna, dia pun mendengar suara dering HPnya.
"Pesan, dari siapa ya."
Chiho memegangi bagian depan jarinya yang terbentur dan mengambil HPnya yang dia letakkan di meja kamarnya.
"Eh, Emura-kun?"
Isi dari pesan tersebut sangatlah sederhana.
'Aku akan pergi ke Mags dengan Tokai besok untuk makan-makan.'
"Eh, tunggu....."
Balas Chiho secara refleks.
'Aku masih belum terbiasa dengan pekerjaannya, jangan datang dulu....'
Meski Kisaki dan Maou nampak menyukai dirinya, sejujurnya Chiho sendiri tidak tahu apa yang mereka lihat dari dalam dirinya.
Chiho sudah tahu sebelumnya kalau teman ataupun keluarganya, mungkin akan datang ke tempatnya bekerja sebagai konsumen, tapi karena pemilihan harinya adalah besok dari sekian banyak hari, pemilihan waktu ini benar-benar sangat buruk.
Kali ini, dia pasti akan gagal karena ia memikirkan hal-hal yang tidak perlu.
"Eh? Kao-chan?"
Tepat saat Chiho memikirkan hal tersebut, kali ini adalah giliran Kaori yang mengirimkan pesan padanya.
'Yoshiya mengirim pesan, katanya dia ingin pergi ke tempat di mana Sasa bekerja. Kalau kau tidak membalasnya, dia tidak akan tahu kalau kau punya shift besok, apa yang kau lakukan?'
".... Ah!"
Chiho mulai mengutuk kecerobohannya.
Besok adalah pertama kalinya Chiho bekerja di hari Minggu semenjak dia mulai bekerja. Sampai hari ini, dia tidak pernah berada di restoran selama lebih dari 6 jam.
Sekarang, bahkan jika dia memberitahu Yoshiya dan yang lainnya untuk tidak datang, mereka pasti tidak akan mendengarkannya....
"A-apa yang harus kulakukan.... apa yang harus kulakukan kalau teman-temanku datang...."
Meski mereka berdua adalah temannya, karena dia masih bekerja, dan ada pelanggan lain di sekitarnya, sebaiknya dia memang harus memperlakukan mereka sebagai pelanggan.
Tapi di drama-drama TV, jika seorang konsumen yang dikenal oleh si karyawan datang, si karyawan biasanya akan bersikap lebih akrab....
"Ta-tapi kan restoran-restoran itu dijalankan oleh orang itu sendiri, tapi untuk franchise seperti MgRonald, mereka tidak bekerja seperti itu kan?"
Jika orang yang datang adalah orang tuanya, semuanya mungkin akan lebih sederhana.
Meski dia juga akan merasa gelisah, tapi seorang ibu yang datang untuk menyapa manager Kisaki yang mana sudah mengurus anaknya, adalah perkembangan yang sangat normal.
Tapi bagaimana jika mereka adalah teman dari sekolahnya?
Orang-orang yang dekat dengannya datang ke tempat kerjanya sebagai pembeli.
Apapun alasannya, Chiho tidak bisa membayangkan kejadian semacam itu terjadi di franchise seperti MgRonald.
"Be-benar! Kalau aku tanya Maou-san...."
Dalam sekejap, ketika wajah Maou terlintas dalam pikirannya, Chiho pun langsung mengambil HPnya secara refleks.
"Ah.... aku tidak tahu rincian kontaknya."
Meskipun Maou hampir selalu mengajari Chiho selama masa pelatihannya, mereka berdua sama sekali tidak pernah bertukar nomor telepon ataupun alamat email, jadi secara otomatis Chiho tidak punya satupun cara untuk menghubungi Maou. Tapi sebenarnya....
"Ke-kenapa aku kepikiran bertanya pada Maou-san.... padahal masih ada orang lain....."
Kenapa dia tidak memikirkan kemungkinan bertanya pada orang lain, sebelum menyadari kalau dia tidak punya cara untuk menghubungi Maou?
"Menelepon langsung restoran.... rasanya sangat tidak baik ya."
Meskipun Chiho tidak mencatat nomor telepon restoran ke dalam HPnya.....
"Teman-temanku akan datang besok, apa yang harus kulakukan?"
Rasanya pertanyaan ini benar-benar tidak dewasa.
"Ba-bagaimanapun, belum pasti juga mereka akan datang besok, aku akan menunggu sampai besok dan diam-diam bertanya pada pekerja lain apa yang harus..... kulakukan......"
Chiho dengan santainya melihat daftar shift yang berada di dalam buku catatannya, dan ingat kalau ada sepotong kertas lain di belakang daftar shift tersebut.
"No-nomor telepon....."
Kertas itu berisi catatan kontak dari para karyawan.
Ketika mereka tiba-tiba tidak bisa masuk bekerja karena suatu alasan, selain melapor pada manager Kisaki, mereka juga perlu meminta orang lain untuk menggantikannya.
Ditambah lagi, meski namanya adalah daftar kontak darurat untuk kecelakaan dan bencana, tapi daftar kontak yang ia terima di hari pertamanya bekerja, masih belum mencatat nomor Chiho.
Chiho dengan sendirinya mencari catatan kontak Maou dan menemukan sebuah nomor telepon di atasnya.
Selain itu, hidup seperti apa yang biasanya Maou jalani?
Karena dia tidak punya TV, mesin cuci, dan kulkas, dia pasti menjalani kehidupan yang keras.
Tapi dari daftar shiftnya, Maou nampak punya pengaturan shift yang ketat setiap harinya, pagi dan malam, jadi bisa dilihat kalau dia bukanlah seorang mahasiswa.
Karena dia bukan seorang mahasiswa, dan menjalani hidup yang sederhana, dia mungkin adalah seorang musisi atau aktor, tipe orang yang mengejar mimpinya.
"T-tidak, aku sama sekali tidak ingin tahu hal-hal ini! Apa yang ingin kuketahui adalah, jika temanku datang ke restoran, akankah aku bisa berbicara dengan mereka, dan jika hal itu berpengaruh pada suasana di dalam restoran...."
Dari bagaimana ia bekerja dan tingkah lakunya, mungkin Maou, yang sifatnya sama seperti kepribadiannya, dan juga rendah hati, sebenarnya sedang menabung untuk universitas ataupun biaya sekolah....
"Aku sudah bilang bukan seperti itu!"
Meskipun dia menjalani kehidupan yang sederhana di dalam apartemen sendirian, kehidupan normal Maou tetap terlihat sangat teratur.
Jujur saja, baik itu rambut, tas, maupun pakaian sehari-harinya, selera Maou sama sekali tidak fashionable. Tapi dia selalu merawat dirinya dengan baik, seragamnya pun juga dicuci dengan bersih. Mungkin ada seseorang di dekatnya yang merawat dia.
"...Uu."
Ketika memikirkan bagian ini, Chiho mendadak merasa tidak senang karena alasan yang tidak diketahui.
Tapi, ia tidak tahu kenapa moodnya menjadi semakin buruk.
Tapi, kalau dipikir-pikir, hal ini tidaklah mustahil.
Tapi, entah Maou punya pasangan atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan dia....
"Tidak tidak tidak tidak! Ini tidak seperti itu!!"
"Chiho! Kenapa kau berisik sekali?"
Suara ibunya yang terdengar dari bawah membuat Chiho kembali tersadar, wajahnya memerah.
Benar, dia seharusnya mencoba bertanya pada ibunya dengan cara yang berbelit-belit. Lagipula, kesulitan menelepon secara mendadak itu terlalu tinggi, dan Chiho tidak ingin Maou berpikir kalau ia adalah orang yang cengeng, karena menelepon dan menanyakan hal-hal yang tidak penting.
"Aku tidak ingin dia....berpikir seperti itu."
Setelah meletakkan kembali daftar shift tersebut ke dalam buku catatannya, Chiho pun mematikan lampu kamarnya dan pergi ke bawah untuk membicarakan masalah tersebut dengan ibunya.
Tapi setelah kamar menjadi gelap, bayangan pasangan yang ada di sebelah Maou terus mendiami sudut pikirannya.
Dia pasti orang yang berusaha keras untuk mendukungnya dari belakang, sehingga Maou bisa fokus bekerja. (T/N : Ashiya. lol)
Ataukah, sebenarnya Maou terjebak dengan seseorang yang suka menghabiskan uang dan bermalas-malasan? (T/N : Urushihara.)
Ataukah, orang yang berbeda dengan kesan yang biasanya Maou tunjukan pada orang lain, seorang wanita yang memakai kimono setiap hari? (T/N : Suzuno.)
Ataukah, orang yang benar-benar cocok dengan Maou si pekerja keras, seorang wanita pekerja dengan pekerjaan yang lebih baik..... (T/N : Emi. lol)
"I-ini tidak ada hubungannya denganku! Tidak penting, tidak penting!"
Chiho menggelengkan kepalanya dengan keras, mencoba menghilangkan imajinasi yang anehnya bisa terlihat sangat jelas di dalam pikirannya.
"Apanya yang tidak penting?"
Tak disangka, kata-kata yang ia ucapkan saat dia sedang berpikir, terdengar jelas oleh ibunya di bawah.
"Bu-bukan apa-apa kok. Oh iya, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu....."
Chiho mengganti topik dan berjalan menuju ruang tamu untuk berkonsultasi dengan ibunya tentang pertanyaan yang sebenarnya ingin ia tanyakan.
"Itu tidak penting, tapi bukankah sebelumnya kau sangat gelisah dengan konseling rencana masa depan itu? Memangnya apa yang terjadi dengan masalah itu?"
Ibu Chiho bertanya pada Chiho yang ingin duduk di sofa ruang tamu.
"..... Ah!!"
Chiho mengeluarkan suara konyol.
Chiho benar-benar lupa, Senin depan adalah batas pengumpulan surveynya.
---End of Part 3---
Lanjut ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 7 - Cerita 4 Part 4
Baca Semua Volume -> Index Hataraku Maou-Sama All Volume
Translator : Zhi End Translation..
0 Komentar