Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 7 - Cerita 4 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 7 - Cerita 4 : Kerja! Gadis SMA -beberapa hari yang lalu -2




Cerita 4 : Kerja! Gadis SMA -beberapa hari yang lalu-

"Kerja di Mags?"

"Kao-chan, jangan keras-keras!"

"Eh, Sasaki, kau ingin bekerja?"

Keesokan harinya, setelah sampai di sekolah, Chiho memberitahu Kaori dan Yoshiya kalau dia ingin melamar lowongan pekerjaan di MgRonald di depan stasiun Hatagaya.

Karena itulah, mereka berdua yang terkejut, mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Chiho dan mengatakan,

"Eh, tapi itu baru saja terjadi kemarin, kan?"

"Insiden itu kan tidak ada hubungannya dengan restoran, dan paman itu juga sudah meminta maaf beberapa kali setelahnya."

"Em~ aku takkan peduli, okay! Aku sudah memperingatkanmu! Hari di mana kau tertimpa sial, pasti akan menjadi sangat sulit!"

"Sasaki harusnya lebih mampu dibandingkan Tokairin. Jangan pedulikan hal itu, Sasaki, kalau kau diterima, aku pasti akan berkunjung ke sana sebagai pembeli."

"Uwah, Yoshiya, apa kau punya hak untuk mengatakan hal semacam itu? Apakah itu mulut ini? Apakah mulut ini yang mengatakan kalau aku tidak berguna?"

Ketika Chiho yang terjepit di antara mereka berdua mencoba menghentikan Kaori yang ingin mencengkeram Yoshiya....

"Tapi, kenapa kau tiba-tiba ingin bekerja?"

Yoshiya mencoba bertanya.

Chiho mencoba menenangkan Kaori yang sedang mengancam Yoshiya, dan menjawab di saat yang bersamaan,

"Bukankah form rencana masa depan itu sudah dibagikan kemarin? Sejujurnya, jika ini terus berlanjut, kupikir aku tidak akan bisa mengatakan sesuatu yang berguna selama konseling rencana masa depan nanti. Tapi jika aku mencoba bekerja dan mendapatkan uang, aku merasa kalau aku mungkin bisa mengerti hal-hal tentang masyarakat dan dunia kerja ini!"

"Kupikir itu tidak akan ada banyak gunanya."

Kaori yang memiliki pengalaman buruk selama bekerja, mengatakannya dengan wajah dingin. Dan Chiho pun hanya bisa memberikan senyum kecut untuk membalasnya.

"Dan masih ada motif yang sama dengan Kao-chan.... Aku juga ingin memiliki uang, baik itu digunakan untuk membeli peralatan memanah atapun hal-hal lainnya."

"Benar, aku juga ingin uang."

"Yoshiya, jika kau mulai bekerja, itu bukan lagi sesuatu yang bisa diselesaikan dengan gagalnya dua mata pelajaran."

"..... Huuh, mungkin itu benar-benar akan menjadi seperti itu."

Kata Kaori dengan kasar, namun, Yoshiya yang biasanya bisa menyangkalnya dengan santai, kali ini menjawab dengan wajah serius, membuat Chiho merasa cemas.

"Tapi terlepas dari apakah aku gagal di dua mata pelajaran ataupun 20 mata pelajaran, sebenarnya hanya kalianlah yang akan memarahiku. Sejujurnya, aku agak cemburu dengan Sasaki yang bisa menjadi sangat serius mengenai masa depan."

"..... Emura-kun?"

"Karena kau tahu kalau kami akan marah, maka bekerjalah lebih keras sedikit!"

Yoshiya menunjukan eskpresi yang agak kesepian, membuat Chiho merasa sangat cemas, sementara Kaori, dia hanya terus mengkritik Yoshiya seperti biasanya.

"Kalian berdua kan tidak ikut dalam pembicaraan tiga arahku. Huft, hari pembicaraan tiga arah itu, apa orang tuaku akan datang ya?"

"Eh? Apa maksudmu?"

SMA Sasahata memang menekankan konseling rencana masa depan, meski mereka memiliki kelonggaran mengenai tanggal kehadirannya, para wali murid tetap didesak untuk menghadiri pembicaraan itu.

"Huuh, itu karena orang tuaku terlihat tidak terlalu tertarik denganku."

"Eh?

"Ah?"

Kata Yoshiya dengan cepat, meski kedua orang yang tidak tahu situasinya itu ingin lebih tahu lagi, Yoshiya lebih dulu mengganti topiknya.

"Lupakan dulu masalah ini, Sasaki, jika kau diterima, Tokai dan aku pasti akan membawa beberapa teman kelas kita untuk makan di sana, pada saat itu, mohon bantuannya ya!"

"Eh? Apa yang kau katakan, Emura-kun!?"

"Ya ampun, jarang sekali kita bisa melihat teman bekerja, kan? Seperti Tokai, dia tidak mungkin akan memberitahuku di mana dia bekerja."

"Karena aku tahu kau akan melakukan hal semacam itu, itulah kenapa aku tidak memberitahumu. Pekerjaanku itu sudah membuatku menumpuk banyak stress, bagaimana bisa aku membiarkan Yoshiya melihatku bekerja?"

"Eh, tu-tunggu dulu, belum pasti aku akan diterima."

Chiho pun hanya bisa mulai tergagap.

Kalau dipikir-pikir, selain Chiho, siswa lain dari SMA Sasahata juga sering pergi ke MgRonald itu.

Meski dia tidak tahu alasannya, entah kenapa, membiarkan temannya melihat sisi lain dari dirinya yang biasa di sekolah pasti akan membuatnya merasa kesulitan.

"Memberitahu Yoshiya, huh~ Sasa, sepertinya keberuntunganmu sudah habis."

"A-apa itu penting, tidak akan ada yang berubah meski aku dlihat oleh orang lain. Jika aku diterima, aku pasti akan bekerja dengan baik!"

"Bagus, kalau begitu sudah diputuskan. Beritahu kami kalau kau diterima!"

Rasanya perkembangan situasi ini menjadi sedikit aneh.

Meski ia menyesali kata-katanya yang gegabah, tekad Chiho untuk bekerja tetap tidak berubah.

Kemarin, ketika Chiho sampai di rumah, dia langsung menelepon restoran tersebut, membuat si manager Kisaki yang mengangkat teleponnya, menjadi sedikit terkejut.

Meski itu baru terjadi kemarin, mereka berdua dengan cepat bisa memutuskan waktu interviewnya.

Sementara orang tua Chiho....

"Tidak masalah selama kau bisa mempertahankan nilai sekolahmu saat ini."

Chiho juga menerima persetujuan dengan sebuah syarat.

Chiho tanpa sadar menyentuh tasnya, di dalamnya terdapat resume yang dia beli di toko alat tulis sebelum dia menelepon kemarin, kemarin malam, untuk mengisi resume tersebut, Chiho tidak hanya berulang kali melihat beberapa contoh, dia bahkan mengerjakannya sampai larut malam.


XxxxX


Mungkin karena sebelumnya Chiho sudah tahu seperti apa orang itu, saat ia menerima interview dari si manager pada suatu sore, dia pun tidak begitu merasa gugup.

Mereka berdua saat ini sedang berada di dalam ruang staff di mana pembeli biasanya tidak diizinkan masuk untuk melakukan interview.

Manager Kisaki Mayumi memperkenalkan dirinya sekali lagi kepada Chiho dengan sikap yang sama sopannya seperti saat dengan pelanggan.

Lalu....

"Tolong biarkan aku melihat resume milikmu dulu."

Kisaki mulai membaca resume yang Chiho serahkan.

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 7 - Cerita 4 Bahasa Indonesia


Isinya seharusnya tidak berisi hal-hal yang keliru ataupun aneh, Chiho yang baru pertama kali menghadapi hal ini, merasa detak jantungnya mulai meningkat karena rasa gugup.

"..... Begitu ya."

Setelah lebih dari 10 menit, Kisaki pun mengangguk sekali dan meletakkan resume tersebut di atas meja.

"Sasaki-san."

"Y-ya?"

"Di awal, kau bilang kalau motifmu untuk ikut interview ini adalah untuk mendapatkan pengalaman sosial melalui bekerja."

"Ah, y-ya. Apa ada sesuatu yang salah?"

"Tidak, tidak ada yang salah kok."

Manager Kisaki menatap mata Chiho dan menanyakan sebuah pertanyaan yang tak terduga.

"Apa kau memiliki keperluan mendesak yang mengharuskanmu mendapatkan pengalaman sosial??"

"Eh.....? Ke-keperluan?"

Chiho merasa bingung.

Di bagian motif interview, dia memang mengatakan kalau tujuannya adalah untuk memperoleh pengalaman sosial.

Mungkin karena menyadari kebingungan di dalam diri Chiho, Kisaki pun sedikit tersenyum dan melanjutkan kata-katanya,

"Ini bukan apa-apa kok, hanya saja, SMA Sasahata itu adalah sekolah dengan kemampuan akademik yang lebih tinggi dibandingkan SMA lain di dekat-dekat sini, dan kau pun juga ikut klub olahraga. Jadi aku penasaran kenapa kau secara khusus ingin membatasi waktu luangmu di luar belajar dan sekolah, dan lebih memilih gaya hidup yang lebih sulit dengan bekerja untuk memperoleh pengalaman sosial."

"Ugh...."

"Di sini hanya ada kita. Jika kau tidak keberatan, aku ingin tahu alasannya."

"....."

Manager Kisaki menggerakkan kursi tuanya untuk menghadap Chiho lagi, menyusutkan jarak di antara mereka.

Menatap mata Kisaki, Chiho merasa kalau dia nampak bisa paham motif di balik pertanyaan Kisaki.

"Rencana masa depan...."

"Ya?"

"Aku kesulitan dengan jalan yang sebaiknya aku ambil setelah lulus."

"Rencana masa depan ya. Kau berpikir apakah harus melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau mencari pekerjaan?"

"Yeah. Sebelumnya, aku sudah berbicara dengan temanku tentang pekerjaan, dan dari dia, aku dengar banyak hal yang tidak akan bisa dialami di sekolah. Aku sudah belajar sejak SMP, tapi mengenai jalan di masa depan nanti, semakin aku memikirkannya, aku semakin tidak mengerti, lalu kemarin, manager......"

"Aku?"

"... memberitahuku kalau pekerjaanmu adalah 'menciptakan suasana', sampai sekarang aku menganggap kalau MgRonald hanyalah toko yang menjual hamburger. Mungkin, bekerja sebenarnya adalah konsep yang lebih luas dibandingkan yang biasanya kualami, meski aku tidak bisa mengungkapkannya dengan jelas...."

Chiho merasakannya sendiri, kata-kata yang barusan dia katakan, pasti lebih hancur daripada yang dia pikirkan.

Namun, manager Kisaki tidak menekan Chiho, dan hanya mengangguk pelan menyuruh Chiho untuk melanjutkannya.

"Lalu, ketika aku mulai berpikir apa itu bekerja, manager-san memberitahuku kalau aku akan bisa menukarkan produk yang sama kalau aku membawa tanda terimanya ke sini, uang yang awalnya aku gunakan untuk membeli hamburger, bisa kembali padaku dalam bentuk selain produk, jadi aku mulai berpikir tentang uang."

Chiho merasa kalau ia sedikit demi sedikit mulai kehilangan ketenangannya.

Sekolah, rencana masa depan, teman, klub, dan keluarga, berbagai hal saat ini berputar-putar di dalam kepalanya, membuat Chiho kebingungan apa yang sebenarnya lebih penting dibandingkan dengan yang lain.

"Meski aku tidak yakin dalam bentuk apa hal itu akan terlihat, jika aku bisa mengerti hal-hal itu dengan bekerja dan mendapatkan uang, setidaknya itu bisa berubah menjadi pengalaman sosial, jadi, intinya, erhm...."

Chiho yang tidak bisa tenang, dengan panik menggerakkan tangan serta kakinya, dan berbicara dengan keras,

"Aku ingin bekerja dan mendapatkan uang!"

"... Begitu ya."

Kali ini, manager Kisaki terseyum puas karena alasan yang tidak diketahui.

"Ini hanya obrolan santai, pernahkah kau berpikir di mana kau akan menghabiskan uang yang kau peroleh?"

"Di-di mana? Uh, kalau aku sudah menabung uang yang cukup, aku ingin membeli busur yang bagus. Dan anak panah juga."

"Panah? Aku memang tidak terlalu paham dengan panahan, tapi apakah anak panah ini hanya bisa digunakan sekali?"

"Tidak, meski ini tidak sampai ke tingkat itu, tapi panah terkadang bisa patah atau melengkung selama latihan, dan akan menjadi tidak berguna, jadi kita perlu mengganti mereka secara berkelanjutan. Memanah sebenarnya adalah olahraga yang membutuhkan banyak uang, dan aku merasa tidak enak jika terus meminta uang pada orang tuaku setiap saat, panah yang sesuai pun bagi setiap orang juga berbeda-beda, jadi kupikir, jika aku bisa mendapat uang sendiri, meski itu adalah peralatan yang mahal, aku mungkin bisa memilihnya dengan bebas......."

Setelah itu, terdapat periode waktu di mana Kisaki berbicara dengan Chiho soal panahan, dan setelah 40 menit berlalu dari apa yang lebih terlihat seperti obrolan santai ketimban sebuah interview, waktu interview pun akhirnya berakhir.

"Kalau begitu Sasaki-san, terima kasih sudah datang hari ini. Adapun hasilnya, aku akan menghubungimu dalam dua sampai tiga hari ini."

"Orang yang seharusnya berterimakasih adalah aku. Kalau begitu, aku permisi dulu."

Ketika Chiho bangkit, membungkuk, dan bersiap-siap untuk meninggalkan ruang staff, dia sadar kalau kakinya sedikit gemetar.

Tapi saat Chiho membuka pintu dan berjalan keluar ruangan....

"Ah, hello."

Karyawan bernama Maou yang membantu menyelesaikan konflik yang baru saja terjadi di luar pintu, menyapa Chiho dengan sebuah lirikan.

"Aku benar-benar terkejut. Hal itu baru saja terjadi kemarin, dan kau sudah melamar kerja hari ini, sungguh tak disangka."

Dari senyum segar Maou, ia nampak sangat menyambut Chiho.

"Yeah, hello....."

Tapi Chiho yang benar-benar merasa lega setelah berakhirnya interview, terlihat hanya punya energi yang cukup untuk sekali sapaan.

"Akan sangat bagus kalau kau bisa diterima. Aku akan menantikan saat-saat di mana kau datang ke sini lagi."

Chiho yang diajak berbicara ketika dia bersiap-siap pulang, berhasil membuat dirinya mengangguk.

Chiho berjalan keluar restoran dengan langkah gemetar, dan ketika dia sudah tidak bisa lagi melihat restoran tersebut, dia pun berjongkok di tanah, memegangi kepalanya.

"Aku pasti gagal......"

Chiho merasa kalau alasan ingin mendapat uang, memang terlalu berlebihan.

Semenjak ia berjalan keluar dari restoran, dia terus menyesali fakta bahwa dia tidak hanya tidak mengatakan hal yang seharusnya dia katakan, dia bahkan juga mengatakan sesuatu yang rasanya tidak perlu dikatakan tidak peduli bagaimanapun dia memikirkannya.

Terutama saat dia dengan jujur mengatakan kalau dia ingin mendapat uang dan apa saja yang ingin dibelinya, hal itu membuat Chiho sangat amat menyesal.

Kali ini ia pasti memberikan kesan buruk pada si manager.

Meski pada awalnya Chiho ingin menunjukan sopan santunnya sebanyak yang dia bisa, tapi di hadapan seseorang yang sudah menjadi bagian dari masyarakat, dia masih tidak bisa keluar dari watak seorang 'remaja modern'.

"Huft.... sepertinya aku tidak akan bisa datang ke restoran ini untuk sementara."

Dia tidak punya keberanian untuk memasuki restoran di mana ia tidak lulus interview, dan datang sebagai seorang konsumen.

Besok, ia lebih baik memberikan saran pada Kaori tempat lain di mana mereka bisa jalan-jalan sepulang sekolah.

Ketika langit mulai semakin gelap, Chiho, yang otaknya dipenuhi pikiran negatif tersebut, pulang ke rumahnya dengan langkah goyah.


XxxxX


Di dalam MgRonald di depan stasiun Hatagaya, setelah seorang gadis SMA yang ingin melamar pekerjaan pergi, terlihat jelas kalau si manager Kisaki nampak sangat senang.

"Hey, Maa-kun."

Kisaki berbicara pada pegawainya, Maou.

"Ada apa?"

"Aku serahkan gadis tadi padamu."

"Cepat sekali! Kau sudah memutuskan untuk menerimanya?"

"Yeah, meski awalnya aku tidak memiliki banyak ekspektasi karena resumenya terlihat sangat biasa, tapi aku puas dengan ketidakterdugaannya."

Kisaki masih belum berhenti tersenyum.

"Tolong jangan sebut tentang resume lagi di hadapanku."

Setelah mendengar hal itu, wajah Maou menjadi dingin karena alasan yang tidak diketahui. Tapi Kisaki tidak membiarkannya, ia terus melanjutkan kata-katanya,

"Menyerahlah! Sebuah resume di mana motif nterviewnya 'ingin memakan makanan yang enak', tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku."

"Haha.... Tapi, ini artinya meski resumenya biasa saja, hasil interviewnya sangat bagus, gitu?"

Gadis SMA yang barusan keluar dari dalam ruang staff, terlihat seperti gadis biasa di mata Maou....

"Yeah, jarang sekali kita bisa menemukan siswa SMA seperti dia, dia pasti akan ada di sini untuk waktu yang lama. Jangan ajari dia terlalu keras, okay?"

"Ya Tuhan! Ini mungkin pertama kalinya aku mendengar Kisaki-san mengatakan untuk tidak terlalu keras pada seseorang "

Itu merupakan sebuah penilaian yang tak terduga, benar-benar tinggi.

"Gadis itu terlihat sudah memikirkan banyak hal dengan serius. Dan karena dia bisa menjawab begitu, aku merasa kalau kita terlalu keras padanya, itu tidak akan ada artinya."

"Kau berencana membiarkannya berkembang sendiri ya."

"Yeah, aku suka caranya yang tidak menggunakan kata-kata yang manis untuk menutupi harapannya. Ya begitulah situasinya, aku akan mengandalkanmu mulai besok."

Melihat punggung supervisornya yang sedang senang, Maou menggumam pelan,

"Harapan ya..... jika aku menulis menaklulan dunia, itu pasti dianggap lelucon dan aku tidak akan dipekerjakan."

Selain sebuah mesin kasir tua, tidak ada seorangpun yang mendengarkan gumaman yang Maou katakan dengan aura berbahaya.


XxxxX


"Jadi, bagaimana hari keduamu bekerja?"

"Hmm.... Rasanya kakiku seperti akan mati.... Ugh...."

Meski Chiho sedang telponan dengan Kaori, Chiho yang berbaring di ranjang di dalam kamarnya, tetap saja mengerang kesakitan.

Kakinya, yang dia pikir sudah terlatih di kegiatan klub, saat ini telah membengkak, baik itu telapak kaki, betis, atapun pahanya, semuanya dipenuhi dengan kelelahan yang tidak pernah dia alami sebelumnya. Meski dia sudah merendamnya ke dalam air hangat dan memijatinya, rasanya kelelahan itu tidak menghilang sedikitpun.

"Biar bagaimanapun, kau telah berdiri sepanjang waktu. Apa tidak ada waktu istirahatnya?"

"Tidak, karena jam kerjanya tidak terlalu lama."

"Ah, benar juga, kupikir jika jam kerjanya tidak lebih dari 8 jam, maka tidak akan ada waktu istirahatnya."

"Yeah, penjelasan mengenai hal ini memang sudah disebutkan di hari pertama...."

Karena undang-undang menyebutkan kalau murid SMA hanya bisa bekerja sampai jam 10 malam, hasil dari diskusi mereka adalah, saat hari kerja normal, jam kerja Chiho hanya bisa diatur mulai dari waktu pulang sekolah atau berakhirnya kegiatan klub sampai jam 10 malam, yang artinya hanya sekitar 4 jam.

Sementara untuk akhir pekan, jam kerjanya bisa 4-6 jam.

Ketika mereka sedang berbicara, Chiho mulai mengingat hal yang terjadi di hari pertamanya bekerja.

Chiho tidak pernah menyangka kalau setelah menjawab seperti itu, dia tetap diterima.

Sebelumnya ia diberitahu untuk memotong kukunya, setelah Chiho memotong kukunya dengan lebih teliti dibandingkan biasanya, pada waktu yang sudah ditentukan, Chiho pun menuju ke restoran itu dengan perasan yang jauh lebih gugup dibandingkan saat interview. Setelah itu, ia menerima kontrak dan seragam yang ukurannya sesuai dengannya dari manager Kisaki.

Desain yang longgar menyebabkan dadanya terlihat tidak begitu jelas, membuat Chiho bernapas lega.

Melihat dirinya berganti menggunakan seragam MgRonald yang biasanya hanya dia lihat sebagai seorang pelanggan, sekaligus gambaran dirinya yang ada di dalam cermin di ruang staff, membuat Chiho merasakan sebuah perasaan aneh.

"Kalau begitu, selanjutnya, ikuti aku mengelilingi restoran, aku akan menjelaskan padamu kegunaan berbagai fasilitas yang ada di sini dengan sederhana, sekaligus pekerjaan apa saja yang harus dilakukan di masing-masing area."

Setelah Kisaki mengatakan itu, Chiho pun langsung berdiri tegak.

"Meski restoran ini tidak terlalu besar, tapi apa yang perlu kau ingat, tetap saja lumayan banyak..."

Chiho yang ingat pengalaman kerja Kaori, merasa gelisah karena khawatir kalau dia akan dimarahi jika tidak bisa mengingat semuanya sekaligus, namun....

"Karena mustahil untuk mengingat semuanya karena terlalu banyaknya informasi, kau hanya perlu tahu seperti apa bisnis ini secara kasarnya. Jika kau merasa memerlukannya, kau bisa mencatatnya. Pekerjaan Sasaki-san yang pertama adalah mempelajari berbagai hal dulu."

"Y-ya."

"Selain itu, kau harus mencuci tanganmu sebelum keluar aula, aku akan mengajarimu bagaimana cara mencuci tangan, jadi kita akan mulai dari keran di mana kau mencuci tanganmu...."

Setelah itu, Kisaki membawa Chiho mengelilingi restoran, dan menjelaskan secara berurutan nama mesin, nama tempat, tata letak ruang, pekerjaan di masing-masing area dan tempat di mana barang-barang diletakkan.

Buku catatan yang ada di tangan Chiho dengan cepat dipenuhi dengan tulisan yang berantakan.

Meski itu adalah restoran yang sudah sering dia kunjungi, di tempat ini ada banyak istilah dan kebiasaan baru di mana-mana, mesin yang tidak pernah dia lihat, dan area yang tidak pernah dia masuki.

Hanya menjelaskan tentang bagian dalam restoran saja sudah membutuhkan waktu satu setengah jam, setelah itu masih ada latihan pengenalan dasar, dan hasilnya, tiga jam terlewati begitu saja.

Akhirnya....

"Hey, Maa-kun."

Kisaki tiba-tiba melambai ke arah seorang karyawan (bagi Chiho, memanggil seorang karyawan restoran dengan sebutan karyawan, rasanya masih begitu baru).

Apa yang paling mengejutkan adalah, pegawai yang menuju ke arah mereka merupakan pria bernama Maou yang sebelumnya sudah membantu Chiho.

"Ah, kau yang sebelumnya......."

Sepertinya Maou masih mengingat Chiho, dia melepas topi kerjanya, dan menyapa Chiho dengan sebuah senyum ceria.

"Uh, ah, a-aku mulai bekerja di sini mulai hari ini! Aku Sasaki Chiho! Mohon bantuannya!"

Chiho menggigit lidahnya sejak awal.

Meski wajah Chiho memerah karena malu, Maou sama sekali tidak mempermasalahkannya....

"Aku Maou Sadao. Sasaki-san, mohon bantuannya juga mulai dari sekarang."

Bahkan dia menjawab Chiho dengan sopan.

Dari cara Maou berbicara bahasa Inggris dan bagaimana dia memperlakukan orang lain, Chiho berpikir kalau Maou harusnya jauh lebih tua daripada dirinya, tapi setelah saling menyapa secara langsung, rasanya dia masih sangat muda.

Tapi sepertinya dia bukan mahasiswa di universitas, ya kan?

"Karena besok aku tidak akan ada di kantor, aku akan meminta dia untuk membantu Sasaki-san."

Kisaki meletakkan tangannya di atas pundak Maou yang mana adalah senior Chiho....

"Sehubungan dengan restoran ini, dia itu tahu semuanya, jadi tes saja dia sesukamu."

Ketika sampai di bagian kedua kalimatnya, Kisaki berbicara dengan dibarengi sebuah tawa.

"Dengan senang hati."

Maou kembali memakai topi kerjanya dan tersenyum kecut.

"Tapi jika kau mengajari hal yang tidak benar, aku tidak akan pernah melepaskanmu!"

Meski tidak diketahui seberapa seriusnya dia, Kisaki tetap memberikan tekanan pada si mentor.

Tapi meski sambil tersenyum kecut, Maou tetap bebicara dengan ekspresi penuh percaya diri,

"Jangan khawatir. Dibandingkan mengomandoi 500.000 orang, ini tuh tidak ada apa-apanya."

"Eh?"

Chiho merasa bingung karena mendengar kata 500.000.

Kisaki pun mengangkat pundaknya dan mengatakan,

"Jika bukan karena fakta bahwa Maa-kun terkadang melebih-lebihkan sesuatu seperti ini, dia pasti tidak akan punya kesalahan apapun."

Tapi karena alasan yang tidak diketahui, Chiho merasa seolah Maou tidak sedang melebih-lebihkannya.

"Haha... mengingat Sasaki-san akan bekerja di sini untuk jangka waktu yang lama, jika ada sesuatu yang tidak kau ketahui, kau bisa bertanya padaku, Kisaki-san, atau yang lainnya secara langsung. Jika kau tidak bisa menguasai sebuah skill setelah mempelajarinya sekali, maka pelajarilah dua kali, jika dua kali tidak cukup, maka pelajarilah tiga kali, pokoknya ingatlah untuk berkonsultasi dengan yang lainnya. Dan di restoran kita tidak akan ada orang yang memarahimu karena kau tidak bisa mempelajari sesuatu dengan baik."

"Ba-baik...."

"Jika ada seseorang memarahimu karena hal itu, bilang saja padaku. Aku pasti akan...."

Ekspresi Kisaki tiba-tiba berubah menjadi senyum iblis.

"... membuat orang itu melihat Neraka."

"Wah!"

Senyum menakutkan itu membuat Chiho berteriak.

"Menjelaskan apa yang barusan dikatakan Kisaki-san dengan cara yang lebih mudah dimengerti, itu artinya, daripada menyebabkan masalah untuk pelanggan dengan membuat kesalahan yang disebabkan kurangnya pengalaman, tidak peduli seberapa banyak pekerjaan yang akan dilakukan, kau sebaiknya berkonsultasi dulu dengan mereka yang lebih tahu. Dengan begitu, tingkat kerugiannya akan menjadi semakin berkurang, jadi tolong jangan menahan diri, dan bertanyalah pada seniormu."

Maou membantu menterjemahkannya pada Chiho yang merinding karena melihat senyum Kisaki.

"Semua orang di restoran ini belajar seperti itu, tidak peduli apapun yang kau tanyakan, semuanya pasti akan dengan senang hati menjawab pertanyaanmu."

"....Aku mengerti. Aku pasti akan bekerja keras."

Performa kerja dari Kisaki dan Maou sebagai karyawan, Chiho sudah pernah mengalaminya sendiri sebagai seorang konsumen.

Karena mereka berdua bilang begitu, maka karyawan lain pastinya juga sangat mampu.

Meski Chiho tidak merasa cemas karena hal ini, ia tetap berharap agar bisa berkembang sampai ke titik di mana ia tidak akan merepotkan orang lain.

"Uwah...... Apa-apaan itu? Apa itu surga?"

Usai mendengar pengalaman Chiho di hari pertamanya, Kaori langsung merasa iri dari dalam lubuk hatinya.

"Kalau aku, setiap kali aku bertanya, aku pasti diberitahu oleh mereka kalau seseorang harusnya sudah mengajariku."

"Ahahaha...."

"Karena hari pertamanya saja sudah seperti itu, bagaimana dengan hari ini?"

"Ugh...."

Selama hari pertama, selain perkenalan, Chiho hanya ditugaskan untuk mempelajari berbagai hal.

Baru hari ini, ketika dia bekerja untuk yang kedua kalinya, dia akhirnya diberikan pekerjaan yang lebih pantas.

"Karena aku masih tidak boleh menyentuh produknya, hari ini, aku kebanyakan hanya bersih-bersih."

"Bersih-bersih?"

"Yeah, seperti mengelap nampan dengan kain yang disterilkan, membersihkan meja sambil mengingat nomornya, mengambil sedotan, tisu, dan kantong bungkusan khusus dari dalam gudang untuk mengisi rak-rak dengan suku cadang, dan lain sebagainya. Selain itu, aku juga menggunakan kesempatan itu untuk membersihkan rak yang berisi barang-barang tersebut...."

"Kalau begitu, apa kau juga membuang sampah atau semacamnya?"

"Mereka tidak mengizinkanku untuk membuang sampah."

"Eh?"

"Karena pembagian sampah di sana sangat ketat, mereka hanya membiarkan orang yang bisa memisahkan sampah dengan benar untuk melakukannya, dan bukankah di dekat pintu masuk Mags terdapat sebuah tempat sampah? Karena aku tidak bisa memandu pelanggan ke kursi mereka dengan baik dan menjawab pertanyaan mereka, jadi aku masih belum bisa melakukan pekerjaan ini."

".... Sepertinya setiap restoran memang sedikit berbeda."

"Berdiri selama 4 jam penuh itu sangat melelahkan. Ah, seperti yang Kaori katakan, aku juga ditanyai pertanyaan yang sangat sulit. Meskipun aku memakai nametag 'dalam pelatihan' yang sangat besar."

"Cepat sekali kau mengalaminya! Jadi, apa hasilnya?"

"Yeah, kalau tidak benar-benar sibuk, senior Maou akan selalu ada di sampingku dan mengajariku, jadi intinya, masalah tersebut diselesaikan oleh senior itu."

"Sasa, gantian denganku!"

Nada Kaori terdengar sangat serius.

"Tapi kedengarannya cukup bagus. Meski aku tidak ingin mempelajarinya dari Yoshiya, tapi aku pasti akan menyempatkan waktu untuk melihat penampilan Sasa saat bekerja, yang mana sekarang sudah menjadi Mags-nee chan."

".... Tolong jangan terlalu keras padaku."

Chiho yang menutup teleponnya setelah membicarakan beberapa hal tidak penting, ingat 'pertanyaan sulit' yang Kaori sebutkan sebelumnya.

Seorang pria berusia sekitar 50-an, datang untuk bertanya apakah restoran di depan stasiun Hatagaya ini, menjual kue ulang tahun.

Chiho tidak pernah mendengar kalau MgRonald, sebagai toko franchise hamburger, menjual kue dalam bentuk apapun.

Meski tidak ada yang mengajarinya sebelumnya, Chiho tetap tidak begitu memikirkannya, dan bersiap menjawab pertanyaan orang itu dengan berdasarkan pengalamannya sendiri....

"Maafkan kami, restoran kami tidak menyediakan layanan pesta ulang tahun, jadi kami juga tidak menjual kue."

Mendengar Maou yang ada di sebelahya tiba-tiba menjawab seperti itu, membuat Chiho merasa begitu kaget,

Chiho yang tidak bisa menenemukan keterkaitan antara MgRonald dengan pesta serta kue ulang tahun, tiba-tiba merasa sulit mempercayainya,

Maou, berada di sebelah Chiho yang kaget, terus berbicara,

"Tapi di distrik 23, di distrik Meguro dan distrik Suginami, keduanya memiliki restoran cabang di mana pesta ulang tahun bisa dipesan. Karena restoran di Suginami letaknya lebih dekat dibandingkan sepanjang jalur Keio, izinkan aku kembali dan mengambilkan nomor restorannya untukmu."

Setelah mengatakan hal tersebut, Maou dengan cepat berjalan menuju ruang staff, dan mengambil sebuah pamflet yang tidak pernah Chiho lihat ketika menjadi pelanggan, kemudian Maou pun memberikannya pada pria itu.

Chiho yang terdiam, menyaksikan konsumen tersebut mengucapkan rasa terima kasihnya dan pergi.

"Huuh, hal-hal seperti ini memang tidak biasa."

Usai mengatakakan itu, Maou menyerahkan pamflet yang sama kepada Chiho agar ia bisa membacanya.

"Beberapa cabang MgRonald memang menyediakan pemesanan untuk pesta ulang tahun, tapi dibandingkan restoran di kota yang kecil, ada lebih banyak cabang yang seperti ini di pinggiran kota."

Di atas pamflet, tercetak sebuah foto di mana beberapa anak kecil yang baru masuk SD, menyelenggarakan sebuah pesta ulang tahun bersama dengan karyawan MgRonald.

"Anak kecil sepertinya akan merasa kagum dengan orang dewasa yang bekerja di sekitar mereka, mereka juga akan merasa senang saat mereka melihat seragam dan topi ini. Memang ada banyak orang akan menanyakan pertanyaan seperti tadi, jadi kau tidak perlu terlalu memikirkannya."

"......"

Chiho, memandang ke arah pamflet, mulai merasa malu dengan sifat gegabahnya.

Karena si pelanggan tadi menanyakan hal ini, ia pasti berpikir ingin mengadakan ulang tahun cucunya di MgRonald.

Jika Chiho tidak berhati-hati dan memberikan jawaban yang salah, itu mungkin akan menyebabkan pelanggan seperti orang tadi merasa kecewa.

"... Jadi ini ya alasan kenapa kau bilang untuk bertanya pada orang lain ketika aku berhadapan dengan sesuatu yang tidak kuketahui?"

"Hm?"

"Karena aku tidak pernah melihat MgRonald menjual kue, kupikir di sini memang tidak ada......"

"Ah, yeah, sebenarnya, aku juga belum pernah melihatnya sendiri....."

"Maaf, aku akan lebih berhati-hati lagi lain kali."

"Bagus."

Maou mengangguk pelan.

"Tapi karena kau bisa merefleksikan kesalahanmu seperti ini, maka sebaliknya, kau juga harus berhati-hati agar tidak membuat dirimu sendiri terlalu depresi. Jika kau benar-benar merasa bersalah dari dalam lubuk hatimu, maka kau harus bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama."

"..... Ya."

"Meski aku mengatakan hal ini, lebih baik kau tidak berpikir kalau kau akan bisa melakukan semuanya dengan sempurna secepatnya."

"Eh?"

"Jika Sasaki-san melakukan semuanya dengan sempurna selama pelatihan, maka aku pun tidak akan punya posisi kan? Entah itu aku, Kisaki-san, ataupun yang lainnya. semua orang itu mempelajari pekerjaan mereka dengan menyebabkan masalah untuk orang lain, membuat kesalahan di awal dan kemudian merefleksikannya adalah bagian dari pekerjaan juga. Tidak masalah kok selama nanti ada perkembangannya."

Meskipun hal itu dikatakan dengan sikap yang sedikit terang-terangan, tapi apa yang Maou katakan sambil memberikan perhatiannya pada Chiho, tetap membuat Chiho merasa sedikit tenang.

Meski Maou sudah mengatakan hal itu, bukan berarti Chiho bisa santai-santai.

"Ya, tapi agar tidak merasa tidak enak saat menerima gaji, aku pasti akan mengandalkan orang lain tanpa bertingkah layaknya anak manja, dan bekerja keras."

Setelah Chiho membuat dirinya menjadi lebih waspada, Maou pun mengernyitkan alisnya merasa agak terkejut, dan mengatakan,

"Sepertinya aku sedikit mengerti, alasan kenapa Kisaki-san bilang kalau Sasaki-san akan tetap berada di sini untuk waktu yang lama."

"Eh?"

Chiho pun balik bertanya merasa bingung.

Meski ia tidak tahu, tapi jika manager Kisaki memujinya seperti itu, itu pastinya adalah sesuatu yang patut dibanggakan.

Buah dari menggunakan mata, telinga, dan tubuhnya untuk merasakan semuanya sedikit demi sedikit.....

Inilah yang disebut bekerja.

Berpikir dan berpikir, kesadaran Chiho pun mulai diselimuti oleh dunia mimpi....

".... Aku harus menyikat gigiku dulu."

Chiho yang hampir menjatuhkan HPnya, berusaha keras mendorong tubuhnya untuk bangun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.


XxxxX


Sejak Chiho mulai bekerja, kurang lebih 2 minggu telah terlewati.

Meskipun dia tidak bekerja setiap hari, ketika dia berhasil sampai di hari ketujuh kerja, Chiho merasa seolah dirinya sudah berhasil melewati kesulitan di awal-awal pekerjaannya.

Meski itu sangat melelahkan dan tidak hanya diisi dengan hal-hal yang menyenangkan, paling tidak Chiho tidak merasa depresi ketika berpikir kalau besok dia harus bekerja.

"Tapi ekspresimu kok suram begini."

Berlawanan dengan pikirannya, ekspresi Chiho terlihat sedikit suram, Kaori pun mengatakan hal itu dengan penuh perhatian.

"Yeah... manager dan para senior semuanya adalah orang yang baik, tapi aku tidak gelisah karena hal itu."

"Apa maksudmu?"

"Hm.... aku menjadi gemuk."

"Ah?"

Selain di hari pertama, enam hari sisanya saat ia bekerja, Chiho selalu diberi aturan untuk memakan makanan reguler MgRonald sebagai makan malam.

Chiho memang menyukai makanan di MgRonald, dan dia juga tidak perlu membayarnya karena dia adalah karyawan MgRonald, tapi selalu memakan makanan cepat saji, membuat dia cemas dengan jumlah kalorinya.

"Ditraktir seseorang memang sangat bagus, tapi memakannya setiap hari itu rasanya terlalu menyakitkan. Kenapa kau harus melakukan hal semacam itu?"

"Kelihatannya, jika aku tidak tahu rasa produk yang aku jual, aku tidak akan bisa merekomendasikannya pada konsumen. Seperti aku ini, meski aku sering pergi ke sana, ternyata masih ada banyak makanan yang belum pernah kumakan sebelumnya..."

"Ah... benar juga, aku juga tidak pernah memakan makanan yang terlalu mahal dan menu sarapan."

Kaori sepenuhnya setuju dengan hal itu.

"Tapi tentu saja selamanya tidak akan seperti ini, nampaknya setelah masa pelatihanku selesai, hal ini akan diganti menggunakan harga karyawan. Jadi kau harus membayarnya sendiri setelahnya."

Dia tidak berencana melakukan hal seperti itu, tapi untuk menghindari agar dia tidak telihat terlalu membanggakan tempat kerjanya, Chiho menambahkan hal tersebut.

Harga karyawan yang Chiho sebutkan, maksudnya adalah para karyawan bisa membeli berbagai produk dengan diskon 30%.

"Tapi itu bagus sekali, seperti memenangkan lotere. Manager dan para seniornya sangat baik dan cakap, bahkan sampai mentraktirmu makanan. Ah, kalau aku bekerja di sana, aku mungkin akan menetap lebih lama."

Kata Kaori dengan rasa iri dari hatinya....

"Lalu? Setelah mencoba bekerja, apa kau sudah mendapatkan inspirasi yang berkaitan dengan rencana masa depan?"

Seolah tiba-tiba mengingat sesuatu, Kaori memulai sebuah topik obrolan yang merepotkan.

".... Masih belum ada banyak perkembangan di bagian itu...."

Biar bagaimanapun, alasan kenapa Chiho mulai bekerja, adalah karena itu merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan form survey rencana masa depannya.

Kalau dipikir-pikir, dia tidak pernah punya waktu luang untuk memikirkan rencana masa depan itu saat bekerja.

Bahkan jika dia menjalani hari-hari yang begitu memuaskan, sehubungan dengan motif awal ia mulai bekerja, yang mana adalah untuk mencari tahu rencananya di masa yang akan datang, Chiho masih belum melangkah sedikitpun.

Dengan semakin dekatnya batas pengumpulan form survey, yaitu akhir bulan saat pembicaraan tiga arah itu dilaksanakan, sekarang ini sudah tidak ada banyak waktu yang tersisa.

"Hey, Sasaki!"

Kemudian, Yoshiya pun juga ikut bergabung dalam obrolan mereka.

"Berapa bayaranmu perjam?"

"Bayaran perjam? Ugh, karena aku masih dalam tahap pelatihan, dan karena aku masih SMA, saat ini bayaranku sih 800 yen, aku penasaran apa ada kemungkinan bayaranku bisa naik 50 yen ketika masa pelatihannya selesai."

Menurut manager Kisaki, bayaran perjam setelah masa pelatihan akan meningkat berdasarkan performa kerja, dan senior Chiho yaitu Maou, menciptakan sebuah legenda dengan membuat bayaran perjamnya naik 100 yen hanya berselang dua bulan setelah ia dipekerjakan.... yang mana hanya satu bulan setelah masa pelatihannya selesai.

Bahkan jika tidak ada seorangpun yang memberitahunya, Chiho sendiri sudah sering melihat kinerja Maou dengan mata kepalanya sendiri, jadi Chiho merasa kalau dia masih perlu menghabiskan banyak waktu untuk sampai ke tingkatan itu.

"Dengan kata lain, hanya bekerja 6 jam sehari saja, sudah bisa mendapatkan hampir 5000 yen, hebat sekali."

"Tapi syaratnya kita harus bekerja, Yoshiya, jangan memikirkan hal-hal yang tidak perlu, kau sebaiknya lebih khawatir dengan form rencana masa depanmu daripada khawatir dengan Sasa, iya kan? Bukankah orang tuamu sudah sangat ketat sejak dulu?"

Chiho memang baru mengenal mereka berdua setelah masuk SMA, tapi Kaori dan Yoshiya, sepertinya sudah saling mengenal sejak SD, jadi mereka terkadang membicarakan topik yang sama sekali tidak Chiho ketahui.

Cara bicara Kaori pada Yoshiya memang terlihat sedikit kasar sejak dulu, tapi menurut Chiho, karena hubungan di antara mereka berdua selalu baik-baik saja, itu berarti mereka sudah terbiasa dengan interaksi semacam ini, jadi ia tidak terlalu memikirkannya.

Tapi ini terlihat berbeda dari yang biasanya.

"Ketat ya.... Memang benar sih, tapi sebagian besar aku juga telah diabaikan sepanjang waktu. Jadi orang tuaku mungkin tidak akan datang di hari pembicaraan tiga arah itu."

"Eh?"

"Yoshiya, apa yang kau bicarakan?"

"Tokai, kau harusnya tahu soal kakakku kan?"

"Ah."

Kaori mengangguk seolah tiba-tiba menyadarinya.

"Emura-kun, kau punya kakak?"

Ini adalah fakta yang baru pertama kali Chiho dengar di kelas 2 setelah ia mengenal mereka. Meski Chiho tertarik ingin mengetahui tentang kakak temannya, tapi karena alasan yang kurang jelas, Yoshiya menjawabnya dengan sebuah ekspresi jijik,

"Sejujurnya, aku benar-benar tidak ingin Sasaki tahu soal masalah ini."

"Eh? Kenapa?"

"Jika Sasaki tahu soal kakakku, aku takut kalau Sasaki akan meremehkanku..... Uwah!"

Seketika, Kaori melempar kotak pensil yang berisi alat tulis, dan dengan cantiknya, mengenai wajah Yoshiya.

Dari sensasi saat kotak itu melayang melewati telinganya, Chiho merasa kalau kekuatan kotak itu tidaklah kecil.

"Orang-orang meremehkanmu karena kau itu tak berguna! Sasa bukanlah orang seperti itu!"

".... Gigiku terkena resletingnya...."

"Cepat pergi dan basuh sana, jangan lupa gunakan alkohol untuk mensterilkannya."

"Tokai! Kau!!"

"Tu-tunggu dulu, kalian berdua tenanglah sedikit!"

Setelah itu, Chiho terpaksa mendengar mereka berdua saling bercekcok selama sekitar 5 menit.

"Yoshiya punya dua kakak, mereka berdua sangat hebat."

Topik obrolannya akhirnya kembali pada topik saudara Yoshiya, Kaori pun mulai membicarakan apa yang tidak ingin Yoshiya katakan.

"Si kakak tertua adalah seorang hakim, semantara kakak keduanya adalah dokter, iya kan?"

"Eh?"

Karena itu adalah sebuah pencapaian yang jauh lebih tinggi dari yang ia bayangkan, Chiho pun berteriak.

Namun, Yoshiya menggelengkan kepalanya dengan wajah dingin, dan mengatakan,

"Jangan melebih-lebihkannya. Meski kakak tertuaku ingin menjadi hakim, tapi saat ini dia masih dalam tahap pelatihan. Sedangkan kakak keduaku baru berhasil mendapatkan gelar dokternya tahun ini, jadi dia belum menjadi dokter yang baik."

"Dan karena kedua kakaknya terlalu hebat, bagi orang yang berada di urutan terakhir, yaitu si anak gagal dari Sasahata Utara, dia sudah tidak punya muka lagi."

"Jangan mengatakannya blak-blakan gitu...."

Yoshiya membalas ucapan blak-blakan Kaori dengan ekspresi jijik,

"Memang ada saat di mana orang tuaku ingin aku mencontoh kakak-kakakku dan bekerja keras, tapi belakangan ini, mereka tidak mengatakannya lagi, sepertinya mereka sudah menyerah. Bahkan saat aku gagal di ujian sebelumnya, mereka hanya mendesah sekali dan membiarkannya begitu saja. Dan selain belajar, aku tidak punya keahlian lain yang pantas diharapkan, jadi akhir-akhir ini, aku berpikir untuk meninggalkan rumah."

"Emura-kun...."

"Karena Tokai dan Sasaki sudah mulai bekerja, maka aku juga akan mencari pekerjaan, menabung uang, dan pergi dari rumah."

Setelah mengucapkan hal tersebut dengan sederhana, Yoshiya pun mengakhiri topik ini.

Karena Yoshiya terlihat tidak ingin membicarakan tentang kakaknya lagi, Chiho pun tidak melanjutkan pertanyaannya. Dan untuk alasan yang tidak diketahui, ia merasa kalau Yoshiya saat ini terlihat sangat berbahaya.

".... Jika kau mulai bekerja sekarang, kau mungkin tidak akan naik kelas dan segera dikeluarkan."

Mungkin karena dia merasakan atmosfer ini, Kaori pun mengucapkan hal tersebut dengan nada agak serius.

"Tidak masalah kok selama aku bisa mendapat uang dari pekerjaanku, iya kan? Akhir-akhir ini, bukankah ada orang yang sering mengatakan kalau pencapaian di sekolah pun bahkan tidak berguna untuk mengikuti ujian masuk unversitas? Sehubungan dengan form survey rencana masa depanku, aku mungkin akan mengisinya dengan 'menjadi tenaga kerja'."


Jawab Yoshiya dengan nadanya yang biasa. Tapi tentu saja, Chiho tidak tahu seberapa serius temannya itu.

---End of Part 2---





Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
0 Komentar