Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 2 (Part 3) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 2 : Sang Pahlawan Membantu Raja Iblis Untuk Memperbaiki Bisnis -3


Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 4 - Chapter 2 Bahasa Indonesia



Chapter 2 : Sang Pahlawan Membantu Raja Iblis Untuk Memperbaiki Bisnis.

"Tapi kabut ini benar-benar parah ya?"

"Jika seseorang pergi keluar di saat seperti ini, pasti terasa seperti tenggelam di tengah-tengah kabut tebal."

Maou dan Ashiya sedang mengawasi situasi yang terjadi di luar dari jendela yang ada di penginapan mereka.

"Hei Maou, HPmu berbunyi."

Urushihara memanggil Maou dari belakang, dan menyerahkan HP kepada Maou.

"Oh, ada pesan dari Chi-chan... Mereka telah sampai ke hotel dengan selamat."

Maou membuka pesan dan membacanya, tapi tatapannya terhenti di kalimat terakhir dari pesan itu dengan bingung.

".... Serius ini??"

"Apa yang terjadi?"

Begitu Ashiya bertanya, Maou pun mengangkat kepalanya dan menjawab.

"Astaga, aku dengar Amane-san pergi ke suatu tempat dalam keadaan kabut seperti ini."

"Dia seharusnya kan pulang ke rumahnya. Bukankah dia itu penduduk lokal?"

"Hm, mungkin, tapi apa yang Chi-chan bilang bukanlah 'pulang' tapi 'pergi ke suatu tempat'."

Maou melipat ponsel dan menaruhnya ke dalam saku, kemudian dia melihat ke arah luar sekali lagi.

Kalau dipikir-pikir, pada akhirnya Maou masih belum mengetahui apa pekerjaan utama Amane yang sebenarnya. Mungkinkah dia pergi ke luar karena ada sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaannya? 

Kabut ini memperpendek jarak pandang hingga beberapa meter, ketika Maou berharap agar Amane tidak mengalami kecelakaan mobil.......

Worawrrrrrrrrrrrrrrom…………

Worawrrrrrrrrrrrrrromm…………

Worawrrrrrrrrrrrrrrommm…………

Suara itu terdengar lagi. Kaca jendela pun bergetar dan mengeluarkan bunyi 'tak tak tak'."

Auman dari naga kuno, mungkin suara tersebut terdengar seperti itu.

Sebuah suara yang terasa seolah-olah mampu membelah kabut dan menggetarkan udara di sekitar lautan, menyebabkan Maou yang tidak memperhatikan sekitarnya karena sedang berpikir keras, menjadi terlompat kaget. Jantungnya terasa seperti ingin meledak.

"Me-membuatku takut saja!!"

Kabut di sekitar mereka menjadi lebih tebal mengikuti alunan suara itu.

Bidang pandangan mereka berubah menjadi putih, bahkan di atas jurang Inubo di mana bangunan mercusuar berdiri pun menjadi kabur.

"Ma-Maou-sama!"

"Woah?"

Ashiya tiba-tiba berteriak di sebelah Maou dan membuat Maou yang sudah merasa ngeri menjadi terlompat kaget sekali lagi.

"Ja-ja-jangan menakutiku seperti itu, ah serius ini!"

"Ma-maafkan aku. Tapi..... di dalam kabut, ada sesuatu di sana?"

"Hm, di dalam kabut?"

Apa yang bisa mereka lihat di dalam kabut tebal ini harusnya hanyalah cahaya dari mercusuar yang terkadang lewat, pantai di hadapan mereka, bayangan mereka sendiri di jendela, dan.....

".... Ada seseorang?"

Sebuah bayangan terlihat muncul di tengah-tengah kabut. Bayangan itu nampaknya berjalan menuju ke arah mereka. Akan tetapi, pergerakan bayangan itu terlihat goyah dan terhuyung-huyung seperti sebuah jam rusak. Terlebih lagi.....

"Be-besar sekali?"

"Be-benar."

Bayangan manusia yang mendekat itu sangatlah besar. Bayangan itu sangat jauh melebihi apa yang disebut dengan tegap ataupun tinggi pada umumnya.

Ukuran bayangan tersebut dengan mudah bisa melebihi tinggi dari 'Ooguro-ya'.

"Ada apa, apa yang terjadi?"

Menyaksikan Maou dan Ashiya bertingkah seheboh itu, Urushihara pun ikut mendekat ke arah jendela dengan kaget. Dan kemudian, dengan mata kepalanya sendiri, dia memastikan apa yang Maou dan Ashiya lihat.

"Ka-karena ini di dalam kabut, bukankah seharusnya itu Brocken Spectre atau semacamnya?"

(*Brocken Spectre mengacu pada bayangan besar dari seseorang, biasanya terlihat di permukaan awan yang membelakangi matahari.) 

"It-itu bayangan salah satu dari kita. Dengan kata lain...."

"Maksudku, mungkinkah cerita yang Amane-san ceritakan pada Emilia sebelumnya...."

Cerita tentang arwah hantu yang ada di Choshi.... 'Snarling Spirit'.

"Ti-tidak mungkin, bukankah itu seharusnya hanya muncul di atas kapal? Benda itu terlihat seperti berada di atas daratan tidak peduli bagaimanapun kau melihatnya."

"Sshh... H-hey, ada suara langkah kaki..."

Adegan beberapa iblis dari dunia iblis yang berkumpul bersama dan ketakutan karena melihat bayangan besar yang berada di dalam kabut mungkin akan terlihat konyol, akan tetapi, meskipun mereka iblis, mereka masihlah takut terhadap hal-hal yang aneh.

"Di-dia datang...."

Ashiya mengerang, dan di saat yang sama, bayangan itu pun melewati kabut tebal dan menunjukkan wujudnya.

"Eh...."

Suara ini datang dari Maou, Ashiya, dan Urushihara.

Bayangan yang menembus melewati kabut tebal dan menunjukan wujudnya ini, tidak salah lagi adalah seorang raksasa. Dan ketiga orang itu tidak asing dengan sosok raksasa tersebut.

Makhluk berbentuk seperti bayangan manusia itu berlutut tidak jauh di depan mereka, menghasilkan suara yang bercampur dengan kepulan pasir.

"Itu, itu....."

"Ayo!! Maou-sama!! Lucifer!!"

"Serius ini?"

Ketika mereka melihat raksasa itu roboh di depan Ooguro-ya, mereka pun segera berlari keluar bahkan sebelum indera penglihatan mereka pulih sepenuhnya.

Tempatnya berada di dekat beranda kamar di mana mereka tinggal.

Maou, Ashiya, dan Urushihara membeku ketakutan karena raksasa yang roboh di atas pasir, dan kabut yang begitu tebal sampai-sampai mereka tidak bisa melihat jari mereka sendiri.

"Ooohh.. Arr.."

Erangan ini jelas-jelas tidak dihasilkan oleh seorang manusia, namun raksasa tersebut mempunyai penampilan seperti manusia.

Hanya saja tubuhnya dua kali lebih besar daripada ukuran manusia normal. Raksasa itu mempunyai kulit seperti armor berkarat dan tanduk seperti iblis yang tumbuh di atas kepalanya.

Hal yang paling menarik perhatian adalah adanya tato yang menutupi seluruh wajah raksasa tersebut seolah-olah membungkus mata kanan dan mata kiri si raksasa.

Bagi ketiga orang itu, tato tersebut memberi kesan bahwa ada satu mata besar di tengah-tengah wajah si raksasa.

"Ja-jangan katakan kalau dia itu...... Iblis?"

Ashiya mengatakannya pelan kepada dirinya sendiri, seolah-olah mengkonfirmasi situasi yang ada di hadapannya. 

Maou pun menelan ludahnya.

"Apa..... Apa dia anggota dari 'Iblis Bertato Mata Satu'? Kenapa dia tiba-tiba datang ke sini?"

"Aku tidak bisa... melihat apa-apa, bagaimana mungkin.... seorang manusia... mempunyai kekuatan seperti ini?"

Apa yang dikatakan oleh 'Iblis Bertato Mata Satu' itu sepertinya mengandung beberapa arti, dan tidak diragukan lagi itu adalah bahasa Dunia Iblis. Kalimat tersebut tiba-tiba menyadarkan Maou dan yang lainnya atas kejadian yang ada di depan mereka, dan membuat Ashiya mendekati raksasa itu.

"H-hey!! Kau yang di sana, Iblis Bertato Mata Satu!! Sebenarnya apa yang....."

"Ashiya!! Mundur!"

Sebuah gelombang kabut tebal berputar-putar di atas Iblis Bertato Mata Satu itu.

Maou mencengkram leher Ashiya dan dengan paksa mendorongnya ke tanah. Sekumpulan kabut berbentuk sekrup lewat di atas mereka berdua seperti seekor ular dan menyerang si Iblis Bertato Mata Satu.

Ketiga orang itu hanya bisa menyaksikan semuanya terkejut. Kemudian seberkas cahaya yang begitu menusuk bersinar di depan mata mereka, mereka pun seketika langsung menolehkan pandangannya. Iblis Bertato Mata Satu yang seharusnya tidak terlihat di Jepang, terbungkus ke dalam kabut itu dan menghilang.

Setelahnya, auman naga raksasa kembali terdengar.

"Dia, dia menghilang..."

Setelah kabut berbentuk sekrup itu menghilang, yang tersisa di sana hanyalah cekungan pasir. Akan tetapi...

"Itu tadi Iblis Bertato Mata Satu kan....? Dia benar-benar di sini tadi. Dan dia terluka."

Beberapa saat yang lalu, sesosok makhluk raksasa jatuh di atas pasir dan meninggalkan jejak sesuatu yang berwarna merah.

Berbeda dengan Maou yang menganalisa situasinya dengan tenang, Ashiya malah berseru kaget.

"Tapi, i-ini kan Kimigahama di Chiba!! Kenapa Iblis dari Dunia Iblis bisa datang ke sini?"

"Benar, jangan lupakan juga kalau ada Raja Iblis dan malaikat di Sasazuka, Tokyo. Mungkin suatu hari nanti Uskup Agung dari gereja akan muncul di Sapporo dan Orochimaru akan muncul di Ente Isla."

"Ini bukan waktunya untuk bercanda!!"

Ashiya menghentikan Maou agar tidak membuat lebih banyak lagi lelucon.

"Masalahnya adalah... Di sini hanya ada kita!!"

"Aku... Aku benar-benar berharap kalau itu tadi hanya sebuah kebetulan."

"Meski ini hanya kebetulan, bukankah ini terlalu konyol?"

Sepertinya bahkan Urushihara pun terguncang dengan situasi ini, dan melihat sekelilingnya dengan gelisah.

"Mungkin orang-orang dari Dunia Iblis telah mengetahui lokasi kita dan datang untuk menjemput kita...."

Ashiya tiba-tiba memikirkan kemungkinan ini, akan tetapi, kesimpulan ini benar-benar terlalu optimis.

"Kupikir tidak demikian. Jika memang benar begitu, lalu kenapa Iblis Bertato Mata Satu itu terluka?"

"Itu, itu karena...."

Pendapat Urushihara membuat Ashiya tak bisa berkata apa-apa. Meskipun mereka tidak sepenuhnya yakin, tapi sepertinya luka itu disebabkan oleh sebuah pertarungan.

Di manakah 'gate' itu, siapa yang membukanya, dan apa iblis yang terluka itu belum memasuki gate ataukah sudah keluar dari gate? Memikirkan perbedaan waktu dan kejadiannya, situasinya mungkin akan berubah secara signifikan.

Jika benar dia adalah seorang Iblis Bertato Mata Satu dari Dunia Iblis seperti yang Maou dan lainnya ketahui, maka hal itu memunculkan satu pertanyaan besar.

Kenapa Iblis itu mampu mempertahankan wujud iblisnya setelah datang ke Jepang?

Akan tetapi, situasi tersebut tidak membiarkan Maou dan yang lainnya untuk terus memikirkannya.

"Ugh! Hey! Ashiya! Di belakangmu!!"

Di belakang Ashiya yang sedang berpikir keras, sesosok iblis lain pun muncul.

Dengan tubuh bagian bawah berwujud binatang karnivora dan wajah iblis untuk bagian atas tubuhnya, makhluk itu adalah iblis berwujud manusia yang biasa ditemui di Dunia Iblis. Makhluk yang dikenal dengan nama 'Beast Demon'.

"Ooooohhhh...."

Namun, iblis ini juga terluka seperti Iblis Bertato Mata Satu sebelumnya, dan mengerang kesakitan.

Sepertinya makhluk itu adalah iblis level menengah yang cukup hebat untuk menjadi pemimpin pasukan di Pasukan Iblis. Namun armor yang dia gunakan telah retak di beberapa tempat. Pedang di tangannya juga terkena serangan berkali-kali sehingga sulit dipercaya kalau pedang itu masih belum patah.

"Beast Demon? Apa dia penduduk dari Demon Capital Satanasarc?"

Ada banyak tipe iblis yang terlahir seperti setengah binatang buas dan setengah iblis. Bahkan di tempat yang dikenal sebagai ibukota Dunia Iblis, Demon Capital Satanasarc, terdapat lebih banyak lagi sub klan iblis yang tinggal di sana.

"Ma-manusia dari dunia ini.... Apa kalian akan menentangku juga?"

Itu adalah bahasa Iblis yang sudah lama tidak mereka dengar. Meski suara itu terasa tidak nyaman untuk didengar, bahkan jika mereka menggunakan telinga manusia, Maou dan Ashiya masih bisa menerima dan memahami isi dari kalimat itu tanpa harus menggunakan komunikasi mental.

"Ma-manusia?"

Entah itu Maou, Ashiya, ataupun Urushihara tentu saja mereka mengerti bahasa dari Dunia Iblis. Namun Ashiya yang tidak punya kesempatan untuk memikirkan situasinya dengan tenang, berbicara menggunakan bahasa Jepang yang sudah biasa digunakannya.

"Makhluk kurang ajar!! Aku ini pemimpin dari Pasukan Iblis, Jenderal Iblis Alsi...."

"Jangan mengatakan sesuatu yang tidak dipahami orang lain. Rasakan pedangku dan renungkan kehebatan dari pedangku!!"

"Apa kau bilang?"

Ashiya terbakar amarah karena kata-kata yang diucapkan oleh makhluk itu, namun dari sudut pandang makhluk tersebut, dia hanya sedang melihat seorang manusia dari dunia lain yang berdiri di hadapannya dan berteriak-teriak.

Seketika, bilah pedang kembar yang telah rusak milik makhluk itu berayun ke arah Ashiya.

"Ashiya!"

Maou berteriak dengan keras dan menggunakan tubuhnya untuk menjatuhkan Ashiya ke pasir. Mereka berdua bahkan bisa merasakan bilah pedang yang berayun melewati kepala mereka.

"Letakkan pedangmu!! Kami bukan musuhmu!!"

Maou berteriak ke arah Beast Demon yang telah jatuh ke tanah setelah mengayunkan pedangnya. Ekspresi makhluk itu pun terlihat sangat bingung.

"Ashiya, tenanglah!! Jika kau berbicara padanya menggunakan bahasa Jepang, tidak mungkin kalian bisa berkomunikasi."

"Ah, ak-aku mengerti."

Dengan kata-kata Urushihara, Ashiya akhirnya menyadari kesalahannya, dan terburu-buru beralih dari bahasa Jepang ke bahasa Dunia Iblis.

"Bahasa dari Dunia Iblis.... Kekuatan dari Dunia Iblis... Siapa sebenarnya...."

"!!"

"Apa itu?"

Pada akhirnya, kata-kata beast demon itu tidak sanggup mencapai telinga Maou dan yang lainnya.

Persis seperti yang terjadi pada Iblis Bertato Mata Satu, sekumpulan kabut ular tiba-tiba menyapu beast demon itu dengan cepat, dan segera setelahnya, cahaya terang terlihat di dalam kabut dan beast demon itu pun menghilang tepat di hadapan mereka.

Setelahnya, auman naga raksasa terdengar kembali.

"Apa yang terjadi? Jangan katakan kalau Gereja sedang menyerang?"

"T-tapi aku tidak pernah melihat kekuatan seperti ini."

Iblis dari Dunia Iblis yang terluka itu, dalam sekejap menghilang di antara kabut tepat di hadapan mereka.

Akan tetapi, tidak ada bekas dari sihir Iblis yang tertinggal, dan di saat yang sama mereka juga tidak bisa merasakan sisa-sisa kekuatan yang telah menyapu kedua iblis itu.

Tidak. Masih ada sihir Iblis yang tersisa.

"Di atas!! Dia datang lagi!!"

Kali ini, Maou, Ashiya, dan Urushihara bisa merasakan sebuah sihir iblis sebelum pemiliknya datang mendekat.

"??"

Sebuah suara keras seperti tembakan meriam mengguncang langit yang diselimuti kabut.

Di saat seperti itu, sebuah objek jatuh menuju pantai di mana Maou dan Ashiya berada.

"Ayo minggir!!!"

Ketiga orang itu dengan cepat berpindah dari tempat di mana mereka berdiri.

Seolah-olah terlempar oleh suara keras tadi, iblis itu pun membentangkan sayap besarnya tepat sebelum menyentuh tanah dan perlahan mendarat di tempat di mana mereka bertiga tadi berdiri.

Dilihat dari ukurannya, Iblis ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan Iblis Bertato Mata Satu ataupun Beast Demon tadi. Iblis yang kira-kira setinggi Ashiya itu adalah iblis burung yang mengenakan armor berwarna hitam pekat.

Meskipun dia masih bisa menggunakan sayapnya untuk memperlambat kejatuhannya, iblis burung itu juga terluka parah dan berlutut di tempat yang sama dengan beast demon tadi.

"Ugh, kami terlalu ceroboh....!! Siapa sangka ada makhluk sekuat itu di sini."

Tidak seperti dua iblis sebelumnya, meski armor dan helm dari iblis burung ini juga terkena serangan berkali-kali, tapi pedang dan sarung pedang yang ada di pinggangnya sama sekali tidak rusak. Pedang itu dihiasi dengan permata indah yang memancarkan kilauan yang terlihat sangat elegan.

Pedang itu terlihat seperti pedang yang sudah sangat mereka kenali, tapi dibandingkan dengan pedang itu, perhatian Maou dan Ashiya lebih tertarik pada wajah Prajurit Iblis Burung itu.

"Mu-mungkinkah ini....."

"Ca-Camio?"

"Camio-sama?"

Prajurit Iblis Burung yang mempunyai mata bundar besar meskipun dia adalah seorang iblis, mengangkat kepalanya karena dipanggil oleh seseorang yang tidak dia ketahui.

"Manusia... Siapa kau... Kenapa kau tahu namaku.... Ugh!!"

Prajurit Iblis Burung itu memuntahkan darah dari mulutnya, dan menatap Maou dan Ashiya dengan tatapan tajam.

"Tidak penting kami ini siapa! Camio, apa yang terjadi? Lukamu...."

"Maou-sama!! Kabut itu datang lagi!"

Maou ingin mendekati Prajurit Iblis Burung itu, akan tetapi kabut ular lagi-lagi muncul dan mengelilingi tubuh si Prajurit Iblis Burung.

Selain tidak tahu kekuatan apa yang digunakan kabut itu untuk melenyapkan para iblis tadi, mereka juga tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka terhisap ke dalamnya. Maou pun terpaksa berhenti.

"Sialan!! Sepertinya kita harus ambil resiko!"

Urushihara berteriak tajam dan sebuah angin kuat tiba-tiba berhembus.

Dengan Maou dan Ashiya sebagai pusatnya, kabut yang mengelilingi mereka pun langsung terdorong dalam sekali hembusan.

"Urushihara?"

Sepasang sayap tumbuh di punggung Urushihara, akan tetapi, itu bukan sayap hitam milik seorang malaikat jatuh, melainkan sayap putih yang diisi dengan sihir suci.

Urushihara mengepakkan sayapnya, menghasilkan angin kuat dan meniup semua kabut yang berada di antara tempat Maou berdiri dan Ooguro-ya.

"Sa-sayapmu.. kenapa mereka berwarna putih...."

"Kabut ini sangat tidak normal bagaimanapun kau melihatnya kan? Lupakan tentang hal-hal kecil ini, dan cepat bawa Camio masuk ke dalam!"

"Y-yeah! Serius ini, apa yang sebenarnya terjadi? Ashiya, topang sisi satunya!!"

"Me-mengerti!!"

Kedua orang itu menggunakan bahunya untuk membopong Prajurit Iblis Burung tersebut dan membawanya menuju Ooguro-ya.

Urushihara yang bertugas melindungi mereka, mengepakkan sayapnya pelan untuk menghentikan kabut yang mendekat dan menutup pintunya setelah menunggu semua orang masuk.

Worawrrrrrrrrrrrrrrom…………

Worawrrrrrrrrrrrrrromm…………

Worawrrrrrrrrrrrrrrommm…………

Suara keras yang menggema di seluruh Kimigahama itu, terdengar seperti auman binatang buas yang gagal dalam perburuannya.

"Maou-sama, kabutnya!!"

Ashiya melihat keluar jendela setelah mendudukan iblis tadi, dan kabut tebal yang ada di luar pun menghilang seolah-olah dihamburkan oleh auman itu.

Setelah beberapa saat, Kimigahama pun mendapatkan kembali pemandangan malamnya yang biasa. Bulan, bintang, cahaya dari kapal nelayan, cahaya di kota, dan juga mercusuar.

Kejadian yang tadi terjadi, seolah hanya sebuah mimpi, mereka bahkan bisa mendengar suara gelombang yang menghantam pantai jika mereka mendengarkannya dengan seksama.

"Camio, Camio, bertahanlah!!"

Ketiga orang itu menatap Prajurit Iblis Burung yang terluka itu dengan ekspresi serius.

"Aku memang tidak mengetahui siapa kalian..... Tapi jika kalian terlibat denganku, kalian mungkin akan menghadapi bahaya yang bisa mengancam nyawa kalian.... Jangan berlebihan menilai dirimu sendiri, manusia...."

Karena suatu alasan, bahasa yang digunakan Prajurit Iblis Burung ini sangat berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh Iblis Bertato Mata Satu ataupun Beast Demon tadi. Dari awal, Iblis ini sudah menggunakan bahasa yang tidak cocok dengan penampilannya, yaitu bahasa Jepang.

"Huuh, yah mau bagaimana lagi. Lagian, penampilan Satan dan Alsiel benar-benar berbeda dari sebelumnya."

Iblis Burung itu langsung berhenti berbicara ketika mendengar suara Urushihara.

"Tapi kau masih bisa mengenaliku kan? Menteri Iblis Camio."

Prajurit Iblis Burung itu pun mengangkat kepalanya dengan cepat.

Meski Urushihara mengenakan t-shirt kusut dan celana olahraga pendek, namun dengan sayap putih yang masih ada di punggunganya, dia berdiri di hadapan Prajurit Iblis Burung tersebut.

Begitu Iblis Burung itu melihat wajah Urushihara, dia pun langsung terkejut dan menghirup napas tajam.

"Lucifer.... Apa kau Lucifer??"

"Benar, Camio. Seperti biasa, kau selalu meninggalkan sebutan hormat ketika memanggilku."

Mengabaikan Urushihara yang mengerutkan dahinya dengan tidak senang, Prajurit Iblis Burung yang diketahui bernama Camio itu, mengalihkan pandangannya pada kedua pria yang saat ini sedang menatapnya.

"Alsiel? Satan? Mu-mungkinkah kalian...."

Camio mengatakannya dengan suara yang bergetar.

"Jenderal Timur-sama......"

".... Meski sekarang penampilanku seperti ini, tapi Camio-sama, benar, aku adalah Alsiel."

Ashiya pun berlutut agar bisa menatap tepat pada mata Camio.

"La-lalu? K-kau.... mungkinkah......"

"Camio, cepat katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?"

Tatapan Maou dan Camio pun bertemu.

"Satan-sama..... Maou Satan-sama.... Kau masih hidup.... Ta-takdir macam apakah ini?"

"Maafkan aku karena telah membiarkanmu mengurusi Dunia Iblis untuk waktu yang sangat lama. Tapi aku tidak pernah menyangka kalau kau akan datang ke Jepang, ke dunia ini. Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Ma-Maou-sama, aku telah membiarkanmu kalah!"

Prajurit Iblis BurungCamioi menyeret tubuh terlukanya,  dan berusaha untuk berlutut kepada Maou. Meskipun Maou mencoba menghentikannya, Camio menggelengkan kepalanya dan berbicara.

"Aku... aku tidak sanggup.... untuk menyelesaikan misi mengurusi Dunia Iblis menggantikan posisi anda Maou-sama. Aku tidak bisa menghadap keempat Jenderal Iblis Agung... Aku tidak akan sanggup menghadap Jenderal Utara dan Jenderal Selatan yang telah mati...."

"Apa maksudnya itu?"

"Maou-sama.... Dunia Iblis... dan Ente Isla, telah jatuh ke dalam perselisihan sekali lagi. Aku terlalu lemah..... Aku benar-benar minta maaf!"

"H-hey, Camio!! Bertahanlah!! Hey!!"

Mata Camio sedikit demi sedikit kehilangan tanda-tanda kehidupannya.

Pada saat yang sama, tubuh Camio mulai bersinar lemah dan juga mulai menyusut.

"Maou-sama, ini??"

Mungkin karena dia telah kehilangan sihir iblisnya atau lebih tepatnya, karena dia telah menggunakan seluruh sihir iblisnya, Camio pun mulai menunjukan tanda-tanda berubah menjadi manusia.

Ketiga orang itu menyaksikan Camio dengan cemas, dan perubahan itu pun berakhir dalam beberapa detik.

"Ap-apa ini?"

Urushihara menggumam kaget.

".... Ap-apa yang harus kita lakukan mengenai hal ini?"

Maou pun berdiri mematung karena tidak tahu bagaimana harus meresponnya.

Setelah cahaya itu menghilang, apa yang tersisa di sana hanyalah sebuah armor hitam rusak, sebuah jubah hitam kotor, pedang yang masih berada di dalam sarung pedangnya, dan......

"Ini terlihat sedikit lucu."

Seekor burung hitam tidak terluka yang ambruk di atas lantai.

---End Of Chapter 3---





Translated : Me..
Previous
Next Post »
0 Komentar