Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 32 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 32 : Seperempat


Baca Web Novel Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 4 Bahasa Indonesia


Chapter 32 : Seperempat.

Mencondongkan cangkir teh hangat ke arah bibirnya dan menyesap isinya, Subaru membuka lebar telinganya mendengarkan kata-kata Frederica.

"Perang Demihuman... Pertama-tama, apa Subaru-sama tahu perselisihan macam apa ini?"

"Seperti yang kukatakan, aku tidak tahu detailnya. Hanya saja.... aku seperti bisa membayangkan apa yang terjadi hanya dari namanya dan latar belakang sejarah yang ada."

"Astaga, menarik sekali. Boleh aku bertanya apa yang kau bayangkan?"

Mendengar jawaban tersebut dari Subaru, Frederica menutupi sudut bibirnya dan tersenyum.
Menutupi taring-taringnya saat sedang tersenyum, nampaknya adalah kebiasaan Frederica yang sudah menancap dalam, dan Subaru sering melihatnya seperti itu.
Sepertinya, meskipun dia suka sekali tersenyum, dia tidak ingin orang lain melihatnya.
Menutup matanya dan menggaruk pipinya, dengan "Baiklah", Subaru mulai berbicara,

"Aku tidak tahu kapan perang itu terjadi, tapi aku bisa membayangkan kalau itu pasti ada hubunganya dengan Penyihir Kecemburuan. Aku telah melihat bagaimana Emilia diperlukan bak tumor di Ibukota, dan aku tahu kalau Half-Elf itu dianggap hina oleh orang-orang semacam itu."

Penyihir Kecemburuan secara universal dikenal sebagai simbol kejahatan mutlak, hal itu bahkan tercatat dalam buku bergambar.
Menjadi seorang Half-Elf berambut perak, memiliki satu persamaan saja dengan sang Penyihir, Emilia sudah diperlakukan dengan sangat tidak adil.
Jadi, dalam upaya pembangkitan Penyihir Kecemburuan.... Subaru bisa membayangkan konflik macam apa yang mungkin muncul dari masalah yang paling tidak penting.

"Seorang Half-Elf adalah anak yang terlahir dari manusia dan Elf, benar? Dari kebencian mereka terhadap Half-Elf, tidaklah terlalu berlebihan jikalau beberapa orang mempercayai bahwa para darah campuran yang terlahir antara manusia dan ras lain, juga layak mendapatkan penyiksaan."

"... Tolong lanjutkan."

"Aku hanya menyimpulkan ini dari imajinasi saja, tapi karena penyiksaan terhadap Half-Elf berhubungan dengan penyiksaan terhadap para darah campuran, jika kita membawa hal ini ke tingkat yang ekstrim, maka demihuman yang melahirkan darah campuran, pasti juga akan menjadi ancaman.... mungkin begitulah yang orang-orang itu pikirkan."

Sejauh apa yang Subaru ketahui, manusia adalah ras dengan populasi paling besar di dunia ini. 
Dia tahu soal Elf dan Beastmen seperti bawahan kembar tiga milik Anastasia, tapi berdasarkan pengamatan yang ia lakukan selama berada di Ibukota, jumlah demihuman memang jauh lebih rendah dibandingkan manusia.
Dan begitulah, karena jumlah mayoritas mereka, mereka percaya bahwa keadilan ada di pihak mereka.

"Aku ragu semua orang akan mengikuti jalan pemikiran ini, tapi tipe orang yang berisik dan menjengkelkan itu mungkin di manapun sama saja. Jadi, dibandingkan kebencian terhadap demihuman... itu mungkin lebih dekat ke rasa takut, benar? Dan ketika frustasi itu akhirnya mendidih...."

"Ketegangan antara manusia dan demihuman pun meledak. Kayu yang membara dilahap api, dan dengan momentum yang terus terkumpul, apinya pun menelan seluruh Lugunica."

Mengucapkan hal tersebut dengan suara sedih, Frederica melanjutkan kata-kata Subaru.
Menutup sebelah matanya, Subaru menatap ekspresi sayu Frederica.
Dan Frederica, dengan sebuah anggukan, mengangkat wajahnya.

"Dugaanmu hampir tak memerlukan tambahan, tidak pula memiliki ruang untuk dibantah.... Apa kau benar-benar tidak pernah mendengar tentang rincian perang ini?"

"Nah, jika pada dasarnya dugaanku tepat, itu semua berkat kemampuan imajinasiku, atau bisa dibilang membaca pengalaman.... Hal seperti ini sering sekali muncul di Light Novel, kau tahu, pertikaian antar ras dan semacamnya."

Meskipun, tentu saja, pada kenyataannya Subaru tidak pernah memikirkan masalah ini.
Bahkan di dunia asal Subaru, masalah diskriminasi ras itu ada. Tapi, bagi Subaru, mereka adalah masalah yang terjadi di dunia yang jauh. Seperti masalah yang ada di sebuah dunia paralel.
Dia ya dia, orang lain ya orang lain, Subaru memiliki pandangan dingin yang terkesan apatis. Dan meski hal itu benar adanya, pada kenyataannya, Subaru hanya mengalihkan pandangannya.

"Hanya saja, meski aku bisa membayangkan bagaimana masalah ini pecah, aku masih tidak tahu bagaimana cara untuk memperbaikinya. Tapi karena kau mengatakannya dalam bentuk waktu lampau, itu berarti setidaknya Perang Demihuman sudah selesai, kan?"

"Kurang lebih, ya. Tapi bekas luka perang tersebut sudah menancap dalam, dan tunas prasangka terhadap keturunan antara manusia dan demihuman, terus berakar bahkan sampai sekarang."

Mungkin karena dia terlahir sebagai sasaran prasangka tersebut, kata-kata Frederica membawa suatu beban yang tidak akan bisa dipahami oleh orang yang hanya mendengarkannya dari luar.
Subaru ingin bertanya apa yang terjadi selanjutnya, tapi ia merasa ragu sebelum bisa melontarkan kata-katanya pada Frederica.
Dan, merasakan hal itu di pikiran Subaru, Frederica menghela napas,

"Maafkan aku membuatmu khawatir. Ayo kita lanjutkan ceritanya."

"Aku seperti ingin bilang 'jangan paksakan dirimu', tapi hal ini berhubungan langsung dengan apa yang ingin aku tanyakan, jadi aku tidak bisa benar-benar mengatakannya. Jadi, tolong paksa dirimu."

"Ya ampun. Kau benar-benar ahli dalam mendorong orang lain maju ya, Subaru-sama."

Dengan baik menerjemahkan komentar Subaru yang agak egois, Frederica mengangkat cangkirnya dan membiarkan teh mengalir melewati lidahnya.

"Perang Demihuman dimulai sekitar lima puluh tahun yang lalu. Dari sana, perang itu berlangsung hampir selama sepuluh tahun... dan itu tercatat sudah berakhir empat puluh tahun yang lalu."

"Sepuluh tahun... itu lama sekali. Meskipun, di kampung halamanku, kupikir kami juga punya perang selama 100 dan 30 tahun atau semacamnya dalam sejarah."

Subaru tidaklah begitu baik ketika membaca novel sejarah, jadi pengetahuannya tentang kejadian ini,  tidak lebih dari melirik nama mereka di buku catatan. Tapi dengan nama seperti itu, kurang lebih dia sudah bisa menebak berapa lama perang itu berlangsung.
30 tahun, dan 100 tahun. Itu adalah pemikiran yang mengerikan, bagaimana bisa seseorang membenci orang lain hingga cukup untuk menyulut perang sebegitu lamanya? 
Bahkan Subaru baru menghabiskan waktu kira-kira dua bulan di dunia paralel ini.

"Itu pasti sangat melelahkan, siapa juga yang bisa terus bermain Bokosuka Wars selama lebih dari sepuluh tahun?"

(T/N : Bokosuka Wars, nama sebuah game)

"Terlepas dari semua itu, perang pertama awalnya hanya bermula dari pertikaian antar manusia dan sebuah perkampungan demihuman. Awalnya, itu hanya pertikaian lokal yang terjadi dalam sebuah wilayah kecil.... tapi karena insiden yang mengikutinya, dalam sekali hembusan, api perang pun menyala. Dan konflik mengerikan di mana darah demi darah membasuh setiap sudut negeri ini pun, dimulai."

"Insiden yang mengikutinya?"

"Tak lama setelah konflik pertama pecah, raja Lugunica pada waktu itu pun melihat keseriusan situasi ini dan mengirim pelayannya sebagai utusan untuk menghadiri konferensi perdamaian. Di sisi demihuman, pemimpin dari berbagai ras berkumpul untuk menyambut utusan itu dan untuk menegosiasikan penyelesaian, tapi....."

Mendengar kata-kata Frederica menjadi semakin lemah, Subaru memiringkan kepalanya, meminta Frederica untuk terus melanjutkan. Melihat isyarat dari Subaru, Frederica menutup matanya,

"Mereka yang menghadiri konferensi itu.... entah utusan dari istana ataupun pemimpin demihuman, semuanya dibantai tanpa pandang bulu di tempat kejadian."

"Dibantai tanpa pandang bulu....? Oleh siapa? Dan untuk apa?"

"Pelakunya masih belum diketahui bahkan sampai hari ini. Tapi pada waktu itu, baik manusia maupun demihuman, keduanya yakin kalau pihak lain lah yang bertanggung jawab. Dan akibatnya, bara api kecil menjadi api yang melahap semuanya, dan tidak akan bisa dipadamkan selama 10 tahun.... begitulah yang terjadi."

"Apa-apaan yang sudah mereka lakukan? Jika mereka membicarakannya dengan baik.... apa benar itu terlalu idealistis?"

Mempertimbangkan emosi yang dirasakan orang-orang pada waktu itu, ini mungkin sudah seperti sudut pandang yang dimiliki oleh seorang dewa.

Utusan yang dikirim oleh istana adalah pelayan pribadi Raja. 
Mempertimbangkan martabat si utusan yang dibunuh di tempat negosiasi, mundur dari masalah tanpa membawa keadilan kepada si penjahat, tentunya akan menodai martabat kerajaan. 
Dan, dari pihak demihuman, faktanya adalah pemimpin mereka dikumpulkan di satu tempat dan dibantai. 
Meskipun agak tidak pantas menghitung nyawa dengan cara seperti ini, dalam hal jumlah, pihak demihuman lah yang lebih merugi. Ditambah lagi, keberadaan Penyihir Kecemburuan yang lebih dulu meletakkan pondasi perselisihan di antara kedua ras.
Untuk mulai memperbaiki hubungan mereka saja sudah cukup sulit, dan dalam keadaan buntu ini, waktu untuk mengurusi masalah yang mengikutinya pun tak ada... dan semakin jauh ke belakang, tak bisa membendung naiknya permukaan air, tidaklah sulit untuk membayangkan bagaimana masalah ini mengundang tragedi.

"Pada akhirnya.... Perang Demihuman berakhir dengan menyerahnya pihak demihuman. Meski begitu, pihak demihuman menolak untuk bertanggung jawab atas pembunuhan yang terjadi di tempat konferensi, dan hanya mengakui kalau tak ada gunanya terus melanjutkan perang ini lebih jauh lagi."

"Secara pribadi, ketika terjebak di rawa seperti ini, menurutku pihak yang mundur lebih dulu adalah pihak yang lebih cerdas. Juga, ini sudah seperti perang sipil, ya kan? Sama sekali tak ada untungnya untuk negera."

"Kenyataanya memang tepat seperti itu. Kekuatan Lugunica jauh merosot selama Perang Demihuman berlangsung. Untungnya pada waktu itu, semua negara tetangga juga sedang menghadapi kekacauan, kalau tidak, Lugunica mungkin sudah digantikan oleh kerajaan lain."

Adalah sebuah keberuntungan di tengah-tengah malapetaka, ketika tiga negara lain juga berkutat dengan pertikaian internal mereka masing-masing, sehingga bisa menyelamatkan Lugunica dari pukulan maut.
Namun, sebuah krisis yang tak kalah berbahaya dari era itu sedang menghantui kerajaan ini sekarang.

"Tapi, hebat sekali mereka bisa mengakhiri sebuah perang yang sudah berlangsung sebegitu lamanya. Itu pasti membutuhkan banyak sekali keberanian, dan perlawanan dari para garis keras tentunya tidak akan mudah untuk diatasi."

"..... Itu karena umat manusia memiliki eksistensi hebat yang bisa membengkokan keinginan faksi pendukung perang. Karena ilmu pedang yang tak tertandingi dari Sword Saint Generasi tersebut yaitu Thearesia Van Astrea-sama, semua demihuman menundukan kepala mereka... apa ada masalah?"

"Tidak, aku hanya terkejut mendengar nama yang kukenal... dunia sangat sempit ya."

Pernah mendengar nama itu sebelumnya, Subaru ingat kalau nama istri Wilhelm adalah Thearesia.
Sword Saint di era itu, dia pasti generasi sebelum Reinhard. Mendengar seorang wanita mengakhiri sebuah perang yang sudah berkecamuk selama sepuluh tahun, Subaru benar-benar merasakan ketidaklaziman dari eksistensi yang disebut Sword Saint.

"Well, sekarang aku mengerti bagaimana Perang Demihuman terjadi. Dan aku kurang lebih bisa membayangkan masalah apa yang mungkin mencuat dari sana."

"Kenyataannya hampir tepat seperti apa yang Subaru-sama duga. Sepertinya pemikiranmu jauh lebih tajam dari yang kuperkirakan. Aku terkejut aku telah salah menilaimu."

"Aku akan... berpura-pura kalau itu tadi adalah pujian. Jadi, meskipun Perang Demihuman telah berakhir, prasangka terhadap demihuman tak akan bisa hilang dengan begitu mudah. Memang, orang-orang tidak akan terang-terangan menunjukan kebencian mereka di depan publik, tapi....."

Di Ibukota, di sepanjang jalan-jalan di mana kios buah berdiri berjajar, manusia dan demihuman nampak hidup berdampingan dengan damai dan normal. Tapi, siapa yang tahu ssberapa besar rasa sakit dan perjuangan yang harus dilalui sebelum pemandangan seperti itu bisa menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang normal?
Dan, berbanding terbalik dengan tempat-tempat seperti itu, pasti ada juga tempat di mana kedamaian bukanlah kejadian yang normal, tempat di mana cahaya belum bisa mencapainya.

"Di tempat-tempat seperti desa yang terpencil dengan populasi yang sedikit dan terisolir dari dunia luar... jika seorang pria begitu menonjol sebagai sebuah masalah, aku merasa kalau keseluruhan tempat itu akan terfokus padanya."

"Kau bisa bilang kalau aku dan adikku hidup di lingkungan semacam itu."

Mengernyitkan dahinya mengingat beberapa kenangan menyakitkan, untuk pertama kalinya dalam percakapan ini, Frederica langsung menyebut adik laki-lakinya... Garfiel. Dan, mengalihkan pandangannya ke suatu tempat yang jauh,

"Adikku adalah saudara beda ayah. Nama belakang kami berbeda karena hal ini.... Aku memakai nama belakang ayahku, sementara adikku memakai nama belakang ibu kami."

"Nama lengkapmu Frederica... Bauman, kan?"

"Ya. Dan nama belakang adikku adalah Tinsel. Ibu kami adalah... orang yang kikuk dan kurang beruntung."

Hal itu terdengar seolah Frederica sedang mencoba mencari kata-kata yang tepat, namun pada akhirnya gagal.
Mendengarnya mengatakan hal tersebut, Subaru memperlihatkan ekspresi kurang paham, ketika Frederica memulai kembali dengan, "Ini sedikit memalukan, tapi..."

"Nampaknya, dulu, ibu kami dijual karena memiliki banyak hutang, dan ketika para pedagang budak dicegat oleh sekumpulan bandit demihuman dan ibu kami ditangkap.... di sanalah dia bertemu dengan ayahku."

"Wha!? Tu-tu-tunggu! Aku punya firasat kalau aku harus mempersiapkan hatiku sebelum mendengar hal ini!"

"Tapi tak lama setelahnya ayahku mati, dan ibuku membawaku pergi berkeliaran tanpa rumah sebagai seorang bayi. Kemudian dia ditangkap lagi oleh gerombolan demihuman lain. Itulah tempat di mana dia bertemu ayah Garfiel...."

"Tunggutunggutunggu, aku salah! Aku tak menyangka kalau akan jadi seberat ini!"

"Dan karena itulah, aku tidak akan membahas hal ini terlalu mendalam. Pokoknya, Garfiel terlahir, dan sekali lagi, kami tidak bisa tinggal dengan ayah Garfiel. Jadi ibu kami, sambil membawa kami berdua, sekali lagi berkelana tanpa rumah, dan saat kami berada di ujung tanduk, kami ditolong oleh keluarga Mathers."

Mengungkapkan masa lalunya dengan singkat, sebuah perasaan nostalgia nampak di mata Frederica saat ia menghela napas. Kemudian, mengusap pegangan kursi dengan telapak tangannya,

"Pada waktu itu, Master.... Roswaal-sama yang masih berusia remaja, sudah mewarisi gelar sebagai Kepala Keluarga Mathers. Bagiku dan adikku, Master adalah penyelamat kami yang sebenar-benarnya. Dan bisa melayani di sisinya seperti ini, aku sudah menganggapnya sebagai sebuah kehormatan."

"Jadi kalian berdua dibawa ke Sanctuary dan tinggal di sana ya.... ngomong-ngomong, meski sedikit sulit membahas hal ini tapi, apa yang terjadi pada ibumu?"

Dari apa yang bisa Subaru kumpulkan sejauh ini, ibu mereka pasti adalah seorang manusia berdarah murni. Yang artinya dia bisa keluar masuk Sanctuary dengan leluasa. 
Tapi baik itu di mansion maupun Sanctuary, Subaru tidak pernah melihat seorang pun yang mungkin adalah ibu mereka.
Namun, saat Subaru membayangkan kemungkinan terburuk, Frederica menggelengkan kepalanya,

"Sepertinya aku membuatmu khawatir, tapi tolong tenanglah. Setelah menyerahkan aku dan adikku pada Roswaal-sama, ibu kamu meninggalkan mansion tanpa sepatah katapun. Kami juga tidak pernah mendengarnya sejak saat itu. Tapi dia pasti masih hidup dan selamat di suatu tempat di luar sana, aku yakin."

"......."

Mendengar Frederica dengan enteng mengatakan hal tersebut, Subaru tak bisa mengucapkan sepatah kata pun dan terdiam. 
Meskipun kemungkinan terburuk yang Subaru siapkan adalah mereka dipisahkan oleh kematian, tapi kenyataan yang lebih kejam adalah dia mengabaikan Frederica dan Garfiel.
Tapi mendengar hal ini malah menciptakan lebih banyak lagi pertanyaan,

"Walaupun ibumu meninggalkan kalian seperti ini, tapi Garfiel masih menggunakan nama belakangnya, sementara kau menggunakan nama ayahmu. Kenapa?"

"Karena tak ada catatan yang tertinggal mengenai dirinya, ingatan kami soal ibu kami hanyalah apa yang diceritakan oleh orang lain... Dan dalam keadaan yang tak bisa diandalkan ini, aku memilih nama belakang ayahku. Sementara alasan kenapa adikku memilih nama belakang ibu kami... itu karena dia tak tahu apapun soal ibu kami. Sebesar bagaimana dia berpura-pura bersikap kasar, anak itu sebenarnya memiliki hati yang lembut dan keras."

"Lembut dan keras...."

Mengingat kembali kesannya terhadap Garfiel di pikirannya, hal itu akan menjelaskan banyak hal.
Meskipun dia terkesan lebih banyak bertindak daripada berpikir, bermulut kotor serta kasar, Garfiel tak diragukan lagi adalah seorang yang masuk akal dan bisa dipahami. Dia menganggap dirinya bodoh, tapi dia tidak sepenuhnya melakukan sesuatu tanpa berpikir, ataupun bertindak tanpa alasan. 
Segala sesuatu tentangnya mengingatkan Subaru pada remaja nakal dari masa lalu.
Dalam hal kepekaan, Subaru tidak bisa menyangkal kalau Garfiel adalah orang yang tulus dan berpikiran mulia dengan caranya tersendiri.

"Subaru-sama.... Apa kau tahu bagaimana barrier Sanctuary membedakan targetnya?"

Ketika Subaru memenuhi kepalanya dengan pemikiran-pemikiran semacam itu, Frederica memberinya pertanyaan yang agak mendadak.
Tidak mengerti maksud di belakangnya, Subaru sedikit lambat dalam merespon. Dia menatap Frederica dengan kurang percaya diri, dan dengan "Ummm",

"Jujur saja, tidak. Meskipun tak diragukan lagi kalau barrier itu ada, aku tak bisa merasakannnya sama sekali. Itu mungkin menggunakan semacam sihir untuk memeriksa semua orang yang melewatinya, kurasa...."

"Barrier melakukannya dengan cara memverifikasi darah yang ada di dalam nadi orang-orang yang melewatinya. Jika barrier dapat dengan jelas membedakan darah manusia dan demihuman, orang itu tak akan mungkin bisa melewatinya. Singkatnya, itulah sifat dari barrier."

".... Apa yang ingin kau katakan?"

Tidak yakin kenapa Frederica mengungkap cara kerja barrier pada dirinya, Subaru balik menanyakan hal ini padanya. Menerima tanggapan tersebut, Frederica dengan enteng mengangguk,

"Apa sekarang kau sudah paham bagaimana aku bisa melewati barrier dan keluar dari Sanctuary?"

"... Tidak. Aku malah semakin tidak mengerti setelah kau memberitahuku bagaimana barrier bekerja. Dalam perjalanan ke sini, aku melihat Lewes-san hampir pingsan ketika dia mendekati barrier, jadi aku yakin kalau pengaruh barrier itu nyata. Hal itu juga sama ketika kami memasuki Sanctuary."

Tepat sebelum perkenalan dramatis Garfiel, Emilia pingsan ketika dia melewati barrier. Menyaksikan sendiri kekuatan hebat dari barrier tersebut, hanya orang bodoh yang akan meragukan keberadaannya....

"..... Huh? Bagaimana bisa..........."

Kali ini, sebuah keterkejutan terlintas di kepala Subaru.
Dalam perjalanan pulang, dia ditemani oleh Lewes. Setelah mengucapkan selamat tinggal padanya, ketika mereka keluar dari hutan dan melewati barrier, Subaru merasakan sebuah keganjilan.
Sekarang dia punya jawaban untuk kegelisahan tersebut. Subaru sebenarnya sudah menyadari hal ini ketika dia melihat reaksi Lewes saat mereka mendekat pada barrier,

"Mereka memiliki kondisi yang sama.... tapi bagaimana bisa ketika dia sedekat itu dengan barrier, si berengsek Garfiel itu masih sehat dan baik-baik saja?"

Menyergap mereka tepat setelah melewati barrier, Garfiel melempar Patrasche dan kereta naganya ke udara seolah mereka bukan apa-apa.
Dia pasti tidak menggunakan kekuatan penuhnya pada waktu itu, tapi dibandingkan Emilia yang pingsan saat dia melewati barrier, dan Lewes yang hampir pingsan hanya dengan mendekatinya saja, tingkah laku Garfiel sangatlah berbeda.

..... Seolah-olah tubuhnya sama sekali tidak terpengaruh oleh barrier.

"Berkat karakteristik specialnya, Atavisme, dalam sekali lihat, adikku mungkin terlihat lebih mirip dengan garis keturunan demihuman, tapi kenyataannya bukan begitu.... Sama halnya denganku."

(T/N : Atavisme, sejenis kelahiran khusus, kelahiran yang tidak pernah ditemui dalam beberapa generasi.)

"Jika deteksi darah adalah kriteria barrier untuk membedakan manusia dari darah campuran.... untuk melewati kriteria ini, darah dari salah satu pihak tersebut harus sangat tipis untuk dideteksi?"

"Meskipun aku dan adikku memiliki ayah yang berbeda, tak satupun dari mereka yang merupakan demihuman berdarah murni. Keduanya adalah darah campuran, dan bercampur dengan ibu manusia kami, kami pun terlahir hanya dengan mewarisi 1/4 darah demihuman, yang mana telah diencerkan dua kali."

"Seperempat.... jadi itu alasannya kenapa kau tidak ditolak oleh barrier?"

Barrier yang menolak darah campuran, tidak menolak seperempat darah campuran. Itu terdengar sedikit lucu, tapi kecurigaan Subaru memberitahunya kalau itulah kenyataannya.
Dalam topik pembicaraan kenapa Frederica bisa melewati barrier, Lewes hanya memberikan penjelasan ambigu kalau dia adalah sebuah pengecualian. Tapi sekarang, Subaru bisa mengerti jawabannya.
Namun, hal ini mencuatkan pertanyaan lain,

"Tunggu! Apa itu artinya Garfiel juga bisa dengan bebas keluar dari Sanctuary? Dan jika dia mau, sebenarnya dia bisa keluar dari sana entah Ujian sudah selesai atau belum, gitu?"

Andai itu benar, maka itu akan menjadi berita yang mengejutkan sekaligus menggembirakan.
Jika dia bisa membawa Garfiel keluar tanpa terhalang oleh barrier, maka akan ada kemungkinan menggunakan kekuatannya untuk mengysir Elsa ketika dia menyerang mansion.
Awalnya, Subaru sudah menyerah untuk memukul mundur Elsa di pengulangan ini, dan sedang bersiap mengevakuasi semua penghuni mansion, tapi sekarang....

"Jika dia bisa keluar, maka....."

"Itu benar, serupa dengan diriku, adikku juga bisa keluar dari Sanctuary. Pada saat aku akan meninggalkan Sanctuary, dia seharusnya ikut denganku, dia juga sudah pergi sampai ujung barrier. Tapi....."

Memotong kata-katanya di sana, Frederica menatap Subaru yang terlihat menemukan secercah harapan. Tapi matanya dipenuhi dengan emosi yang begitu dalam dan suram sehingga Subaru merasa harapannya padam seketika. Melihat Subaru seperti itu, Frederica melanjutkan,

"Adikku memilih untuk tetap tinggal. Dan selama Sanctuary belum terbebas, menurutku Garfiel tidak akan menginjakkan kakinya keluar dari sana. Dia adalah anak yang keras dan berhati lembut."

"Lembut.... maksudmu......"

Melihat Subaru mengernyit ketika pemikirannya sampai ke titik ini, seakan mengkonfirmasi kegelisahan Subaru, Frederica mengangguk sembari menutupi sudut bibirnya menggunakan lengan baju.

"Anak itu tidak bisa meninggalkan penghuni Sanctuary sementara dia pergi keluar sendirian. Dia bukan anak yang baik maupun jahat, melainkan hanya seorang yang jujur.... dan adik yang merepotkan."

---End---


Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Zhi End Translation..
Previous
Next Post »
19 Komentar
avatar

Ok lanjut chapters nya min di tunggu secepatnya

Balas
avatar

Min..!! Lagi kerjasama garap grimgar sama baka tsuki ya ? Kalo bener di post sekalian disini min !!

Balas
avatar

Tengkyu minn
Lanjutkannnnnnnn

Balas
avatar

Akhirnya ada lanjutannya, aku tunggu 4 hari lagi ya untuk kelanjutannya

Balas
avatar

Ah, iya lupa, besok ane bikinin..

Balas
avatar

Syangnya, gabisa, krena ane masih ngerjain projek grimgar :3

Balas
avatar

Oh my, u r so cute min update re-zero lagi xD

Balas
avatar

Lanjuttin la min dah nunggu lma ni mna lanjutanya

Balas
avatar

Thanks min uda translete, Ayo min dilanjutin ..

Balas
avatar

Min kok belum di update ? Pada nunggu ni hehe

Balas
avatar

Yg nunggu update an, harap tenang dilarang rusuh, ane lgi sibuk, jadi belum bisa garap :3

Balas
avatar

Weww kirain ngak ada yang Translate,Thanks Gan.Kebut dari awal ni.

Balas
avatar

masih setia menunggu

Balas
avatar

Admin pensiun translate kah?

Balas