[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 1 : Raja Iblis dan Sang Pahlawan Secara Tak Sengaja Menjadi Orang Tua -2
Kembali ke -> Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 1 (Part 1)
Chapter 1 : Raja Iblis dan Sang Pahlawan Secara Tak Sengaja Menjadi Orang Tua.
Tangis bahagia menggema di seluruh kastil Raja Iblis, di mana panas dari musim panas benar-benar sangat kuat, kipas angin pun telah melakukan yang terbaik untuk mensirkulasi udara panas nan lembab.
"Es krim?"
"Es krim?"
Tanda-tanda kehidupan baru kembali muncul dari mata Alsiel dan Lucifer. Penghuni kastil Raja Iblis dan dua iblis tertinggi yang melayani Raja Iblis Satan, saat mereka mendengar kata-kata Maou yang pulang bersama dengan Chiho.
"Ta-tapi bukankah ini kotak hadiah Haagen Desze premium? Apa kau yakin kami boleh memiliki ini?"
"Jangan khawatir, Ashiya-san, kami punya banyak seperti ini di rumah."
Chiho membalas, dan menyerahkan kotak beserta isinya pada Ashiya.
Shiro Ashiya, orang yang bertanggung jawab mengerjakan urusan rumah tangga dan finansial kastil Raja Iblis, melihat apa yang dia yakini sebagai cahaya suci di belakang Chiho dan bersujud di hadapannya.
"Bagaimana kami bisa berterima kasih padamu dan orang tuamu Sasaki-san..?"
"Ayolah.. Kau terlalu membesar-besarkannya."
Chiho terkejut ketika Ashiya yang tinggi sampai bersujud dengan kecepatan yang luar biasa.
"Whoaa!! Ada banyak rasa! Ayo cepat kita makan! Ashiya! Cepat ambilkan sendoknya!"
"Urushihara... Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu kepada Chiho-chan sebelum itu?"
Kata Maou kepada Urushihara, yang tidak memperhatikan apapun selain es krim.
Lucifer yang memanggil dirinya Hanzo Urushihara dan menghabiskan waktunya bermalas-malasan di Kastil Raja Iblis, sama sekali tidak memperhatikan omelan Maou.
"Tidak apa Maou-san, aku sudah tau kok, dia itu tipe orang seperti apa."
Chiho tertawa meskipun dia mengatakan sebuah hinaan.
Dalam insiden di mana dia tau identitas Maou dan yang lain, Chiho disandera oleh Urushihara, yang menjadi musuh mereka pada waktu itu.
Setelah dia dikalahkan dan menyerah kepada Maou, dia menghabiskan waktunya di depan laptop dan sama sekali tidak membantu urusan rumah tangga. Oleh karena itu Chiho selalu bersikap dingin di depannya.
Maou tertawa kecil dan memegang pundak Chiho dengan lembut dengan harapan agar dia merasa lebih baik.
"Well, pokoknya aku sangat menghargainya"
"...uhh.. Emm.. Tidak.. Tidak masalah.."
Dalam sekejap, wajah Chiho berubah menjadi merah karena alasan lain selain panasnya cuaca.
Chiho telah mengungkapkan perasaanya pada Maou, tapi saat dia mengatakannya, dia bilang tidak memerlukan jawaban dari Maou. Respon Maou dari penembakan itu masih menggantung.
Namun, dia mengerti kenapa Maou tidak menjawab dengan mudah. Jadi dia baik-baik saja meskipun penembakannya masih belum mendapat jawaban.
Tapi meskipun begitu, jantungnya selalu berdetak kencang saat Maou melakukan tindakan yang tidak terduga seperti sekarang ini.
"Uhh emm.. Benar. Suzuno-san. Kita juga harus memberinya juga... Huh?"
Chiho mencoba menyembunyikan wajah malunya dengan menggunakan Suzuno, yang pulang bersama mereka. Tapi dia tidak ditemukan di manapun, bahkan saat Chiho menjulurkam kepalanya dari pintu dan melihat sekeliling.
"Dia langsung pergi lagi setelah kita sampai tadi."
"Be-Benarkah?"
"Strawberry, Green Tea, Mint.... Apa ini? Labu? Luar biasa!"
"Hey! Urushihara-san, kau harus menyisakan beberapa untuk Suzuno-san juga!"
Mendengar suara yang gembira dari Urushihara, Chiho langsung masuk ke dalam dengan cepat.
"Apa? Kita harus menyisakan untuk Bell juga?"
Urushihara terlihat sangat kesal, Chiho menggembungkan pipinya dan mengambil beberapa eskrim yang dibawa oleh Urushihara di lengannya.
"Kau tidak akan dapat apapun sampai kau mendengarkanku!! Berapa banyak yang akan kau makan? Kau akan sakit perut nanti."
"Jangan memperlakukanku seperti anak kecil, aku ratusan tahun lebih tua daripada kau!"
"Aku tidak peduli berapa lama kau telah hidup, kau itu masih anak-anak Urushihara-san! Bahkan anak SD pun lebih baik daripada dirimu!"
"Hey .. bisakah kalian berhenti berkelahi? Sudah cukup panas disini."
Maou mencoba menghentikan perkelahian mereka, mengambil kotak pendinginnya, dan menyerahkannya pada Ashiya.
"Ngomong-ngomong, ambil satu-satu dan taruh sisanya di dalam freezer. Sisakan rasa Vanila atau sejenisnya untuk Suzuno."
"Sesuai perintahmu Maou-Sama."
Ashiya mengambil pendingin itu dengan penuh tanggung jawab. Dia membungkuk ke arah Chiho lagi dan mulai menaruh sisa eskrim ke freezer dengan rapi, satu demi satu.
"Apaaaaa?? Cuma satu?"
Masih memegang es krim rasa strowberry di tangannya, Urushihara menatap dengan rasa lapar ke arah es krim yang telah ditempatkan ke dalam freezer.
"Kenapa kita harus menyisakan untuk Bell?? Dia musuh kita kan?"
"U-ru-shi-ha-ra-san?"
"Ap-apa Chiho Sasaki? Dia musuhmu juga kan? Dalam hal lain sih!"
Rasa malu Chiho yang hampir menghilang, datang kembali karena mendengar kata-kata Urushihara.
"Di-dia musuhku. Tapi dia juga temanku."
Dia menjawab dengan terbata-bata.
"Huh? Apa maksudnya itu?"
"Ini ya ini, itu ya itu!! Kau bahkan tidak mengerti itu! Itulah mengapa kau masih menjadi anak-anak, Urushihara-san!"
"Humph, tentu saja! Aku memang masih anak-anak, jadi aku tidak memahaminya. Aku tidak mengerti bagaimana seorang gadis bisa cemburu pada musuhnya."
Ketika Urushihara sedang bercekcok dengan Chiho, dia mengeluarkan erangannya seolah kepalanya tiba-tiba dipukul.
"Cukup Urushihara. Jika kau meneruskan tingkah lakumu terhadap Sasaki san, orang yang banyak membantu kita, aku akan mengambil kembali es krim strowberrymu dan memutus layanan internet."
Mata berkaca-kaca Urushihara melihat ke arah Ashiya yang mempunyai ekspresi seperti iblis jahat.
"Kau hanya tidur sepanjang hari, menghabiskan budget kita, dan tidak membantu apapun dalam pekerjaan rumah. Kau lebih buruk dari Crestia yang membawakan kita masakan suci. Bahkan jika surga mengizinkannya, aku tidak akan pernah mengizinkan tingkah kurang ajarmu terhadap Sasaki-san. Tanpa melihat siapa dia dan siapa kita ini, dia telah menunjukan kebaikan yang hebat kepada Raja Iblis kita dan memberikan bantuannya kepada kastil Raja Iblis ini."
Suami rumah tangga dari kastil Raja Iblis menyebabkan petir yang dahsyat ketika dia berdiri di depan Chiho untuk melindunginya.
Ashiya awalnya tidak nyaman dengan Chiho yang menjadi dekat dengan Maou, tapi semua itu sudah diatasi oleh Chiho dan masakan Ibu Chiho, dan kini dia mempunyai keyakinan teguh bahwa keluarga Sasaki adalah penyelamat mereka.
Melihat wajah Ashiya, Urushihara memasang wajah takut dan mundur selangkah ke belakang.
"O-oke.. Hmmpphh. Aku tidak percaya kau dan Maou bisa dijinakkan oleh seorang gadis SMA."
Dia menggerutu sambil memegangi kepalanya yang kena pukul, sementara tangan satunya masih memegangi es krim Strawberry dan duduk dengan kesal di tempat biasanya yaitu di depan meja laptop.
"Ke sini Sasaki-san, kau akan dapat sirkulasi udara yang bagus di sini, dan silahkan tehnya."
Ashiya menyuruh Chiho untuk duduk di depan Kotatsu. Menaruh es krim dan secangkir teh di depannya, dan mengarahkan kipas angin supaya bisa menghembuskan angin ke arahnya dengan lembut.
Kastil Raja Iblis yang baru, yang juga diketahui sebagai Villa Rosa Sasazuka, memang tidak mempunyai AC.
Dalam situasi seperti ini, penyewa seperti Maou seharusnya memutuskan untuk memasang AC, dengan persetujuan dari pemilik kontrakan, Miki Shiba. Namun dia sedang liburan di luar negeri dan belum kembali untuk waktu yang lama.
Tidak seperti tahun lalu, sejak Maou mempunyai pendapatan tetap, dia mencoba menghubungi perusahaan yang mengurusi properti. Namun ternyata perusahaan tersebut tidak mempunyai kontrak untuk melakukan pengubahan pada properti.
Karena itulah, ketika perusahaan properti itu melakukan perbaikan lampu di area umum, mereka tidak melakukan layanan secara pribadi melainkan hanya bertindak sebagai agen si pemilik kontrakan.
Dalam kasus ini, pemilik kontrakan Miki membiarkan orang-orang tersebut melakukan pembangunan antisipasi gempa dua bulan lalu.
Untuk memasang AC, diperlukan lubang di dinding untuk menghubungkan perangkat AC yang di dalam dan di luar. Hal tersebut dikelompokkan sebagai "pengubahan pada properti".
Pemilik kontrakan sama sekali tidak mencoba menyembunyikan keberadaannya dengan liburan ke luar negeri. Secara berkala dia telah mengirimkan surat yang berisi keberadaanya dan apa yang dia lakukan.
Namun suratnya tiba beberapa minggu setelah dia mengirimkannya, yang artinya dia sudah pergi ke tempat lain. Oleh karena itu, menggunakan surat untuk melacaknya sehingga mereka dapat menghubunginya adalah hal yang sia-sia.
Tapi Maou, Ashiya, dan Urushihara mengunci suratnya di dalam kotak tanpa melihatnya. "Insiden Pakaian Renang" yang terjadi sesaat setelah Urushihara tiba di kontrakan masih meninggalkan luka di hati ketiga iblis tersebut.
Sampai beberapa saat yang lalu, mereka mengabaikan setiap surat yang datang hingga Suzuno pindah di sebelah kontrakan mereka. Suzuno yang tidak tau seperti apa pemilik kontrakannya, bertanya pada mereka "bagaimana jika ada surat yang isinya penting?" Oleh karena itu mereka membuka surat-surat terbaru beberapa hari yang lalu.
Kertas suratnya nyaman untuk disentuh dan di,sulam menggunakan benang emas seperti biasanya. Tulisannya rapi seperti biasa, yang bisa diasumsikan ditulis menggunakan pena bulu ayam.
Pemilik kontrakan ternyata berada di Indonesia. Semenjak insiden pakaian renang yang dikirim saat dia berada di Hawaii, mereka takut sesuatu yang sama akan dikirim juga dari Bali. Namun suratnya menyebutkan kalau dia berpartisipasi dalam acara perayaan untuk roh leluhur dari suku Aborigin di pulau Borneo. Mereka tidak tau apa alasan dan motifnya.
Foto yang disertakan dalam surat, menunjukan sekumpulan orang yang mereka ketahui sebagai suku Aborigin memakai pakaian adat yang berwarna-warni, dengan si pemilik kontrakan di tengah-tengah mereka. Dia memakai gaun tenun dengan perhiasan perak dan emas. Dia juga memakai topi lebar yang di atasnya ada lusinan bulu yang berdiri seperti merak yang warnanya mencolok. Di wajahnya penuh dengan make up tebal dan senyuman seperti biasanya.
Pada saat itu, Maou menyerah untuk menghubungi si pemilik kontrakan dan membiarkan semua berlalu apa adanya.
Mereka bisa bertahan musim panas tahun lalu tanpa AC, sekarang mereka punya Urushihara yang menghabiskan budget mereka.
Maou meyakinkan dirinya bahwa ini adalah tanda dari Dewa supaya dia tidak menghabiskan uang hanya karena punya gaji yang lebih besar. Dia tidak peduli apa tidak masalah seorang Raja Iblis membuat keputusan berdasarkan petunjuk dewa.
"Kulikir di sini akan sangat panas, tapi ternyata apartemen ini punya sirkulasi udara yang baik." Kata Chiho
"Yeah itu adalah salah satu kualitas yang didapatkan apartemen ini. Apartemen ini berada di pojok, jadi kita punya banyak jendela."
Untuk menghindari sinar matahari secara langsung jendelanya ditutupi dengan sekat bambu yang didapatkan dari Dokki Li Quijote, tempat asal Dullahan 1. Semua jendelanya terbuka supaya kipas angin bisa mensirkulasikan udara panas. Hal ini sangat memungkinkan karena Villa Sasazuka punya halaman kecil, dan tidak tertutupi oleh bangunan lain.
"Heeey, Maou apa kita benar-benar tidak akan membeli AC?"
Urushihara bertanya dengan malas dan menyedihkan, kontras sekali dengan Chiho yang menikmati semilir musim panas.
"Kan sudah kubilang padamu, kita tidak bisa menghubungi si pemilik kontrakan dan kita tidak punya biaya untuk pemasangannya. Aku tidak mau mati karena tagihan listrik dari sebuah unit AC."
"Uuuggghhh"
"Aku juga tidak terlalu suka AC."
Chiho juga menjawab, sambil menjilat es krim rasa anggurnya.
"Di kelasku juga punya AC, tapi seseorang selalu mengaturnya dengan suhu terendah setelah pelajaran olahraga atau yang lainnya. Itu sangat dingiin!"
"Bahkan alat yang membuat hidup nyaman bisa membawa kerusakan tergantung pemakaiannya. Aku jadi merinding memikirkan berapa tagihan listrik untuk sekolah."
Ashiya berbicara sambil memakan es krim green tea nya dan merasa simpati pada sesuatu yang sama sekali tidak relevan.
Ashiya berbicara sambil memakan es krim green tea nya dan merasa simpati pada sesuatu yang sama sekali tidak relevan.
"Orang yang melakukan hal seperti itu, memang sangat mengganggu. Jika kau menaikkan thermostatnya meskipun hanya sedikit, mereka pasti akan berkata "uhh. Panas sekali, panas oi." Dan akhirnya menurunkannya kembali, iya kan?"
Maou menjawab dengan kerut di wajahnya. Sendok di mulutnya bergerak naik turun ketika dia berbicara. Dia sedang memakan es krim rasa Cookie Crunch nya.
"Yeah tepat sekali."
Chiho mengangguk tanda menyetujuinya.
"Mereka tidak berpikir ke depan. Atau lebih tepatnya mereka hanya ingin kepuasan instan tanpa peduli apa yang akan terjadi dalam jangka panjang. Dan mereka akan selalu menjadi orang yang rakus."
"Tepat sek... Tunggu? Apa?"
"Hm?"
"Maou-san bagaimana kau bisa tau hal itu?"
Chiho yang menyetujuinya dengan senyuman yang sama sebelumnya, bertanya kepada Maou dengan penasaran.
"Maou-san kau tidak pernah masuk SMA Jepang kan?"
"Yah itu benar."
"Ketika aku mendengarkanmu, aku menyetujui semua yang kau katakan, seperti kita semua menglaminya, tapi aku sadar ada sesuatu yang sedikit aneh."
"Oh yeah. Kupikir juga begitu."
Maou memakan gigitan terakhir Cookie Crunch nya, dan menikmati rasanya. Dia bangun dan membuang bungkus es krimnya ke tempat sampah. Dia lalu mengeluarkan napas panjang ketika dia bersandar di tempat cuci piring.
"Iblis sedikit lebih ekstrim ketika mereka ingin mendapatkan apa yang mereka mau, tapi iblis dan manusia tidaklah jauh berbeda jika menyangkut hal-hal seperti ini."
"......"
"Uhh.. Maaann.. Satu tidaklah cukup...."
Ashiya hanya diam dan mendengarkan Maou, tapi apakah Urushihara mendengarkannya atau tidak, sama sekali tidak jelas. Dia menaruh cup es krip di sebelah meja laptopnya dan menatap freezer dengan rasa ingin tambah.
Dan tepat dimomen itu....
"Oh? Suzuno, dari mana kau? Chii-chan membawakanmu beberapa eskrim."
Maou melihat keluar melalui jendela yang terbuka untuk melihat Suzuno yang berjalan melewatinya, membawa sesuatu yang besar.
"Aku mengerti, kau mendapat rasa terimakasihku. Setelah aku menyelesaikan urusanku, aku dengan senang hati akan menerima hadiahnya."
Mereka berbicara melalui lubang jendela. Suzuno terlihat membawa seikat kayu kecil.
"Hey untuk apa itu?"
"Hm? Ini hanya kayu kecil."
"Tidak, aku bisa melihatnya, maksudnya itu akan kau gunakan untuk apa?"
Alasan kenapa Maou bertanya bertubi-tubi adalah karena Suzuno membawa seukuran besar Ogara di tangan satunya.
"Sebagai anggota dari Gereja, aku tertarik dengan Obon, oleh karena itu aku ingin merasakannya sendiri."
"..... Dan??"
"Itu termasuk membuat ini..... Api kedatangan, kan? Aku dengar arwah para leluhur kembali lewat asap dari api kedatangan ini."
Melihat kalau dugaannya benar, Maou menundukan kepalanya perlahan dan lalu memberikan tanda kepada Suzuno untuk masuk.
Suzuno mengerutkan dahinyanamunu tetap membuka pintu kastil raja iblis tanpa salam.
"Apa yang kau inginkan? Aku diberi tahu kalau lebih baik melakukannya sebelum matahari terbenam. Jadi aku harus- owww"
Maou memukul kepala Suzuno untuk mencegahnya menyelesaikan perkataannya.
"Un-untuk apa kau memukulku?"
"Apa kau ingin mencoba membakar apartemen ini? Dilihat dari manapun, kau terlalu banyak membawa bahan bakarnya."
"Ke-kenapa kau? Kau pikir aku bodoh hanya karena aku dari Ente Isla kan?"
Suzuno, melepaskan diri dari pukulan Maou, mundur ke belakang dengan marah saat dirinya merasa seperti terhina.
"Kau pikir aku akan membuat api dari semua ini? Kayu ini untuk membuat api unggun di halaman belakang. Satu-satunya benda yang akan terbakar hanya seikat ogara ini -ow Ha-hanya karena tanganku sedang repot semua, beraninya kau!"
Maou memukul Suzuno untuk yang kedua kalinya.
"Itu bahkan lebih buruk. Tidakkah kau lihat Chii-chan hanya membeli satu ikat? Dan api unggun di halaman belakang? Berapa besar api kedatangan yang ingin kau buat? Ini bukanlah perkemahan."
Di belakang Villa Rose Sasazuka, dibangun area kecil yang terapit oleh tembok pembatas. Dilihat dari area terbukanya itu cukup besar untuk disebut halaman belakang.
Sebuah pohon besar tumbuh di halaman, yang mana jangkrik yang jumlahnya tidak dapat dipercaya datang bersamaan setiap musim panas dan melantunkan paduan suara sepanjang musim, meskipun mereka berada di tengah-tengah daerah perkotaan.
"Ayolah teman-teman, tenanglah! Suzuno-san, aku punya es krim vanilla untukmu."
"Aku akan menerimanya dengan senang hati."
Dilihat dari kastil raja iblis yang tidak punya AC, kamar Suzuno pun juga tidak memilikinya. Suzuno menerima es krim itu sebagai cara untuk menengahi konflik meskipun untuk alasan yang berbeda. Dia membawa gula sirup dan perisa kedelai dari kamarnya dan menambahkannya ke dalam es krimnya. Setelah memakannya perlahan dan menikmati rasanya, Suzuno bertanya untuk mengkonfirmasi sesuatu yang masih belum dia mengerti.
"Lalu bagaimana caranya aku membuat api kedatangan? Menurut penelitianku, para pendeta akan membuat tumpukan kayu atau menyalakan api unggun yang besar di kuil dan dikelilingi oleh jerami di pinggirnya."
Entah bagaimana dia bisa melakukan semua penelitian itu di waktu yang sangat pendek dari saat mereka membeli sepeda, tapi yang dia jelaskan hanyalah upacara kuil Budha.
"Ashiya."
"Ya, Maou-sama."
Maou menggerakkan jarinya, dan membuat Ashiya segera melakukan tugasnya. Dia membawa piring yang terbuat dari tanah liat, lilin, dan sebuah untaian koran yang dililit untuk Maou.
"Kau bisa mendapatkan ini semua dari toko dengan harga 100-yen. Ada juga toko yang menjual barang pecah-belah yang bisa memberimu koran dengan gratis. Dan piring ini disebut Horoku."
Setelah mengatakan itu semua, Maou mengambil satu ikat Ogara yang dibawa Suzuno dan pergi keluar.
"Dan Ogara ini harganya hanya 90 yen jika kau membelinya di tempat Chii-chan membelinya. Meskipun kau membeli yang lebih mahal, harganya tidak akan lebih dari 200 yen."
Chiho dan Suzuno mengikuti Maou keluar ketika Maou berjalan menuruni tangga. Lalu dia menaruh Horoku di bawah pintu apartemen yang menghadap kejalan.
Lalu dia mulai mengambil Ogara dan mematahkan batang panjangnya menjadi batang yang lebih kecil.
Dari semua itu, ternyata hanya butuh 2-3 ikat Ogara untuk memenuhi Horoku. Maou menyerahkan sisa Ogara kepada Suzuno dan menyalakan api pada untaian koran dengan lilin.
Ketika dia menaruh koran yang terbakar di bawah Ogara, api menyebar dengan cepat dan asap mulai muncul.
"Begitulah!! Ini adalah cara paling sederhana untuk membuat api kedatangan?"
"..Apa?"
"Dan ngomong-ngomong kau akan menyalakan pendeteksi asap jika kau melakukannya di dalam apartemen, jadi lakukan di luar. Ada pertanyaan?"
Mata Suzuno penuh dengan keraguan dan kecurigaan ketika dia melihat dari belakang api kedatangan tersebut dan Maou.
"Jangan konyol, api kedatangan dibuat untuk menuntun arwah para leluhur kan? Itu adalah upacara tahunan yang penting kan? Bagaimana bisa upacara seperti itu menjadi begitu sederhana dan biasa?"
"Kau boleh berkata apapun yang kau inginkan, tapi memang begitulah kenyataannya, ya kan?"
Maou tidak melihat ke Suzuno tapi ke Chiho untuk meminta konfirmasinya. Suzuno juga melihat ke Chiho berharap dia bilang kalau Maou salah. Namun....
"Itu memang terlihat biasa, tapi Maou-san tidak salah. Sebenarnya lebih baik jika mendapatkan api dari lentera kertas Bon atau dari kuil keluargamu sendiri, tapi itu sulit dilakukan di area perkotaan. Juga kau dapat melakukan ini."
Chiho berjalan ke depan Horoku.
"Letakkan tanganmu bersamaan dan berdoalah agar para roh leluhur bisa kembali ke sini dengan selamat."
"Ha-hanya begitu saja?"
"Dan beberapa rumah yang punya altar Budha, membuat kuda dari timun, sepertinya."
"Oh yaa, keluargaku melakukannya juga."
"Kuda yang terbuat dari timun? Apa-apaan itu?"
Suzuno menjadi panik dan bingung. Maou dan Chiho saling menatap satu sama lain dan tertawa sebelum melanjutkan.
"Ketika Obon telah selesai, kau juga harus membuat api untuk menuntun para roh itu kembali. Ketika mereka dalam perjalanan ke sini dengan api kedatangan, kau membuat timun yang dibentuk seperti kuda agar mereka bisa ke sini dengan cepat. Dan ketika kau ingin menuntun mereka kembali dengan api penghantaran, kau membuat terung yang dibentuk seperti sapi agar mereka kembali ke sana secara perlahan."
Maou menjelaskan dengan serius, sementara Chiho mengangguk tanda setuju. Melihat mereka berdua, Suzuno menaruh tangan di keningnya dan mengerang.
"... Aku sudah melihat banyak sekali ritual keagamaan, tapi tidak pernah menemui upacara yang sederhana sekaligus rumit seperti ini."
"Well, dalam perayaan sesunggahnya, kau bisa melihat lilin yang berbaris di pinggir jalan dan api unggun besar seperti yang kau ingin lakukan tadi, tapi kebanyakan orang di area pedesaan yang melakukan ini. Bagi para pengikut Budha, mereka tidak melakukan ini, kau tidak bisa langsung menyalakan api dimana saja. Jika kau ingin melihat festival yang sebenarnya, kenapa kau tidak pergi ke area pedesaan pada bulan Agustus.?"
"Maou-san, kau tau banyak ya?"
Chiho melebarkan matanya dan mematung.
"Aku mencoba segala sesuatu yang kemungkinan bisa memulihkan kekuatanku tahun lalu. Kupikir beberapa iblis akan melihat api kedatangan dan menjemputku."
Maou mengatakan kata-kata yang terkesan keliru mengenai upacara suci yang dimaksudkan untuk memanggil pulang arwah para leluhur.
"Tapi sepertinya arwah para leluhurku tidak ada di bumi, jadi, kupikir api kedatangan hanya akan terbuang sia-sia."
"Kau membuatnya terdengar seperti kau punya leluhur jika kau kembali ke dunia sana."
Maou merasa kesal dengan kata-kata Suzuno
"Kau pikir kami iblis lahir dari pohon atau semacamnya? Kami punya leluhur dan orang tua juga."
"Orang tua Maou-san...?"
Chiho tahu identitas sebenarnya Maou, tapi sulit untuk membayangkan seperti apa orang tua dari raja iblis.
"Well, orang tua dan leluhurku sudah menjadi debu sejak dulu. Sejujurnya aku tidak benar-benar peduli apakah mereka akan mengikuti api kedatangan yang kubuat dan kembali?"
Namun, Chiho merasa sedih karena betapa santainya Maou mengeluarkan kata-kata itu.
"Tolong... Jangan mengatakan sesuatu yang begitu menyedihkan."
"Maksudku, meski kau bilang begitu, tidak ada satupun iblis yang baik, yang akan berduka cita atas leluhurnya, kita juga tidak tahu apa-apa mengenai mereka. Di samping itu, aku bahkan tidak ingat orang tuaku."
"O-oh begitu?? Maaf.. Aku tidak bermaksud berkata seperti itu."
"Tidak, tidak... Akulah orang yang memulai membicarakan ini. Pokoknya..."
Maou melambaikan tangan di depan wajahnya ketika Chiho menjadi sedih seperti bilang "jangan mengkhawatirkannya", lalu berjalan menuju Horoku dan api kedatangan yang nampak mulai mengecil.
"Jangan lupa untuk mematikan api setelahnya. Secara tradisional kau mematikan api dengan cara menyiramkan air dari daun teratai basah dan menaruh seember air hanya untuk jaga-jaga. Lalu abunya bisa kau pakai untuk pupuk tanaman atau buang di tempat sampah yang mudah terbakar."
"...Tidak ada sedikitpun rasa hormat dan semangat dalam hal ini. Ini adalah puncak dari ketidakmampuan secara spiritual di Jepang modern."
"Kau seharusnya menghargai adat kemanapun kau pergi. Berpikirlah dengan pikiran terbuka. Dan cepat ambil seember air, Suzuno."
Dan tepat setelah Maou mengatakan itu..
"Hey, Maou!!"
Urushihara menjulurkan kepalanya dari pintu dan memanggil Maou.
"Orang yang suka ikut campur datang!"
"Orang yang suka ikut campur?"
Maou menghadap ke arah lantai dua dan lalu.....
1 Komentar
Thanks translate y', ganbatte..
Balas