Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 1 (Part 3) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 1 : Raja Iblis dan Sang Pahlawan Secara Tak Sengaja Menjadi Orang Tua -3


LN Hataraku Maou-Sama Volume 3 Translate bahasa Indonesia


Chapter 1 : Raja Iblis dan Sang Pahlawan Secara Tak Sengaja Menjadi Orang Tua.

"Siapa orang yang suka ikut campur itu?"

Maou merasa ngeri setelah mendengar suara yang berasal dari arah belakangnya.

Dia menoleh berlahan untuk melihat suara dingin di belakangnya.

Dan yang berdiri di belakangnya adalah....

"Oh, hey Yusa-san!!"

"Oh Emilia! Oh ya, sudah waktunya ya?"

Pahlawan yang menyelamatkan Ente Isla, yang juga punya nama Emi Yusa, memberikan tatapan dingin.

Dia membawa payung di tangan kanannya, dan kantong kertas yang terlihat berat di tangan kirinya.

Mendorong Maou yang berwajah kaku ke samping dengan pegangan payungnya, Emi melihat ke arah tangga, tepatnya ke arah Urushihara.

"Lucifer!! Bagaimana kau tahu kalo aku akan datang? Apa kau menaruh alat pelacak padaku lagi?"

"Te-tentu saja tidak. Aku hanya melihatmu dengan kamera yang memperlihatkan keadaan di luar kamar. He-hey, dinginkan kepalamu, kami punya es krim. Es krim!"

"Kau tahu aku selalu bermaksud untuk melenyapkan kalian semua sekaligus kan?"

"A-aku tidak bohong, serius! Lihat ini!!"

Urushihara masuk ke dalam sebentar dan kembali keluar dengan membawa satu cup eskrim dan webcam di tangannya.

"..."

Emi lebih melihat ke arah eskrim dari pada webcamnya untuk sesaat, dan lalu mengalihkan pandangannya ke arah Chiho dan Suzuno.

"Hai, Chiho-chan, apa kau yang membawa eskrimnya?"

"Uh, yaa. Keluargaku mendapatkannya sebagai hadiah, tapi orang tuaku tidak suka yang manis-manis."

"...Sudah kuduga. Orang-orang ini tidak akan bisa membeli Haagen Dezse dengan uang mereka sendiri."

"Hey, tidakkah kau tahu, tidak baik untuk menilai orang dari kekayaannya?"

Maou menyela setelah diperlakukan dengan malang, tapi Emi mengabaikannya, dan mengeluarkan saputangan untuk mengipasi dirinya sendiri.

"Es krim Haagen Dezse rasa mint hanya ada di dalam kotak hadiah, mereka tidak akan menjualnya. Aku bisa melihat ekspresi gembiramu ketika menerima es krim itu dari Chiho-chan. Jika iblis dari dunia sana melihatmu, mereka pasti menangis. Kau miskin dan tidak berguna, sebagai iblis sekaligus sebagai manusia."

"Maafkan aku Maou-san, tidak ada yang bisa kukatakan untuk membantahnya"

Chiho menunduk merasa bersalah.

"Apa kau datang kesini hanya untuk mengejek betapa miskinnya kami? Kau terus berada di apartemen dan tempat kerja yang memiliki AC setiap hari, dasar pahlawan yang tidak mencintai lingkungan."

"Maafkan aku, tapi AC adalah fasilitas dari apartemen ku, itu akan sia-sia jika aku tidak menggunakannya. Di samping itu, AC tersebut adalah model baru, dengan mode penghemat energi, dan aku tidak pernah mengaturnya di bawah 28 derajat. Jadi kau tidak punya hak untuk mengkritikku."

"Sialan!! Menunjukan perbedaan taraf hidup di antara kita seperti itu!"

Emi mengabaikan Maou yang menghentakan kaki dengan frustasi, dan menghadap ke arah Suzuno.

"Aku kesini sedikit lebih awal. Aku harap tidak apa-apa."

"Tidak apa-apa, terima kasih sudah datang. Aku akan segera mempersiapkan diriku, jadi tunggu sebentar ya."

Suzuno segera menaiki tangga setelah menjawab, namun...

"Tunggu, ambil ini!!"

Setelah berhenti, Suzuno dihadiahi sebuah kantong kertas besar.

Di dalam kantong tersebut, terdapat botol minuman energi yang ditandai dengan gambar Jendral yang membawa Elang. Maou dan Chiho tidak tau apa itu, tapi isi dari kantong itu tak dapat diduga ternyata adalah "Holy Vitamin Beta", pemulih energi spiritual yang Emi dapatkan dari rekannya di Ente Isla.

"Oohh.. Ini, yang itu kan?"

"Ya, minum dua botol perhari. Susah untuk mendapatkannya, jadi pergunakan dengan baik."

".. Kesepakatan curang macam apa yang kalian lakukan di sana?"

Maou menyela ketika mereka berdua sedang melakukan pembicaraan yang tidak jelas tentang tas tersebut, lalu melihat kearah Maou secara bersamaan.

"Berhati-hatilah, terutama ketika berada di sekitarnya."

"Tanpa kau bilang pun."

"Hey!!"

Maou menyela memperlihatkan gigi-giginya.

"Aku tidak ingat aku telah melakukan sesuatu yang keji, yang bisa membuatmu memperlakukan ku seperti seorang pencuri."

"Apa yang kau bicarakan? Kau bertanggung jawab atas beberapa pekerjaan yang sangat sangat keji." Jawab Emi dengan dingin.

"Bagaimana bisa pekerjaan yang membuatku dipromosikan menjadi manager pengganti kurang dari setahun disebut keji?" Nada bicara Maou menjadi semakin kesal, namun...

"Maou-san, kupikir dia bukan membicarakan tentang pekerjaan itu." Tambah Chiho dengan tenang.

"Yusa-san, Suzuno-san, kalian ingin pergi ke suatu tempat?"

"Yep, kami akan pergi untuk mencari peralatan rumah tangga dan ponsel."

"Peralatan rumah tangga dan ponsel?"

"Tepat. Keberadaan ku disini ternyata lebih panjang dari yang kupersiapkan, jadi aku harus membuat persiapan yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari di sini. Lagipula, insiden sebelumnya membuatku sadar kalau metode investigasiku sudah kuno. Oleh karena itu, aku ingin Emilia menemaniku dalam hal-hal di mana kebingungan bisa terjadi."

"Oh. Begitu."

Chiho senang karena salah satu temannya tidak akan pergi dalam waktu dekat ini. Tapi disisi lain, dia tidak bisa sepenuhnya senang ketika ada wanita yang akan tinggal tepat bersebelahan dengan Maou untuk waktu yang lama. Terutama setelah wanita itu berkata kalau Maou adalah musuh besarnya.

"Well, kita tidak perlu melakukan semua ini, aku hanya perlu mengalahkan raja iblis."

Emi menyeringai dan melihat ke arah Maou, seperti membaca pikiran Chiho.

Maou berkeringat dingin dan Chiho sesaat berpikir kalau Emi sedang serius saat ini.

Akan tetapi...

"Well, aku memang mengatakan itu kemarin-kemarin, tapi aku tidak bisa melakukannya. Dan disamping itu, memang lebih baik dia tinggal di sini sampai kita punya solusi yang akan memuaskan kita semua, kan?"

"Y-yaa."

Chiho menjawab dengan suara monoton ketika dia tahu Emi memang serius.

"Ahaha.. Maaf maaf, aku tidak akan melakukannya di depanmu Chiho-chan."

"Meski yang kukhawatirkan adalah saat kau tidak berada di depanku....."

Chiho akhirnya tersenyum, meskipun dengan gugup.

"Itu semua tergantung hati raja iblis."

"Huummpph.. Kau tidak akan bisa menemukan raja Iblis yang hemat, subyektif, dan pekerja keras di mana pun! Dan aku tidak bisa tidak peduli dengan transaksi kecil kalian! Jadi berhentilah khawatir dan enyah dari hadapanku!"

Maou mengusir Emi seperti anak kecil yang sedang merajuk.

"Apa kau tidak malu, diterima oleh musuh besarmu sebagai raja iblis yang hemat, subjektif, dan pekerja keras?"

"Aku bertujuan untuk menjadi raja iblis dengan karisma universal yang tidak akan mempermalukan siapapun."

"Yeah, jika Ente Isla melihatmu sekarang, mereka akan sepenuhnya merasa malu karena berjuang dengan keras melawan tentaramu."

Emi mengangkat bahunya acuh tak acuh.

"... Tapi apa yang kalian lakukan? Menyalakan api ketika sudah sepanas ini di luar."

Dia memiringkan kepalanya sambil melihat Ogara yang telah terbakar di dalam Horoku di sebelah kakinya.

"Aku melihat asap ketika dalam perjalanan ke sini, jadi kupikir ada sesuatu yang terbakar."

"Uuhhh.."

"Um..."

"Emilia, apa kau benar-benar tidak tahu apa ini?"

Kali ini, giliran Maou, Chiho, dan Suzuno yang saling melihat satu sama lain.

"Ayolah, jangan seperti itu. Inilah kenapa orang-orang bilang sesuatu seperti "anak muda zaman sekarang", kau tau?"

"Maaf, Yusa-san.. Aku tidak bisa membantahnya."

"Baiklah, aku akan mengajarimu untuk melakukannya nanti."

"Apa? .... Apa?"

Emi sama sekali tidak punya pertahanan karena pergantian posisi yang tiba-tiba ini, dan tidak mengerti apa yang telah dia lewatkan. Tidak hanya Maou, bahkan Chiho dan Suzuno memberikan reaksi yang tak terduga.

"Bagaimanapun juga Emilia, aku akan menerima ini dengan senang hati. Jika kau bersedia menungguku, aku akan siap dalam sekejap."

Suzuno mengambil kantongnya, berterima kasih kepada Emi, dan menaiki tangga.

Emi melihat Suzuno dan juga Ogara yang telah terbakar, masih tidak tahu salahnya dimana. Chiho membuat senyum ambigu untuk mencairkan suasana canggung tersebut, potongan Ogara terakhir akhirnya sepenuhnya terbakar menyebabkan asap yang keluar darinya menghilang.

Tepat pada saat itu...

"Whaa?"

"Huh?"

"Apa?"

"Kyah!!"

"Wh-who-whoa!!"

Maou, Chiho, Emi, Suzuno, dan bahkan Urushihara yang hanya terlihat kepalanya saja, terkejut melihat suatu cahaya.

Cahaya itu bukanlah sinar matahari yang bersinar dari langit layaknya sebuah pedang tajam, tapi lebih terlihat seperti cahaya ledakan dengan skala yang besar, yang tiba-tiba saja muncul entah dari mana tepat di atas Ogara yang telah terbakar habis.

"Sial!"

Orang yang langsung bergerak adalah Maou.

"Hyah!!"

Maou berteriak saat dia memegang erat Chiho, orang yang paling dekat dengan Horoku, dan berlari menjauhi sumber cahaya tersebut sambil membawa Chiho ke dekat pohon di halaman belakang.

Maou mengerang melihat cahaya tersebut lalu berteriak.

"Berpeganglah pada sesuatu, itu adalah 'gate'!"

"!!"

"Apa katamu?"

Emu dan Suzuno bereaksi dengan cepat, menjatuhkan apapun yang mereka bawa, lalu berpegang pada pegangan tangga dengan kedua tangannya.

Kantong kertas yang dibawa Suzuno jatuh dari tangga ketika Suzuno melepaskan pegangannya, dan terbentur menimbulkan suara keras.

Sebagai pintu masuk ke dunia lain, gate dan segala perlengkapannya tergantung pada kekuatan si pengguna dan tujuan mereka membuatnya.

Dan lagi, sifat dari semua gate adalah terhubung, jika kapasitas dari gerbang tersebut mengizinkannya, apapun yang disentuhnya akan terhisap ke dalamnya.

Dalam situasi yang tidak terduga ini, orang yang terancam bahaya paling besar adalah Chiho, yang mana tidak mempunyai sihir iblis ataupun sihir suci.

"Hey, gate apa itu? Masuk atau keluar?"

Maou berteriak, kedua tangannya memegangi Chiho.

"Ada sesuatu yang datang."

Suzuno menjawabnya, tapi tidak tahu pasti apa yang datang.

Sebuah gate keluar, dengan kata lain, seseorang akan datang ke Jepang entah darimana melalui gate.

Setelah menyadari bahwa gate tersebut tidak akan menghisap apapun yang ada di sekitarnya, Maou melepaskan Chiho dan berdiri di depannya. Menyipitkan matanya melihat cahaya tersebut.

".. Apa itu?"

Maou melihat bayangan besar dan bulat di tengah cahaya tersebut.

"I-itu tidak terlihat seperti manusia ataupun iblis."

Emi juga bisa melihat bayangan bulat tersebut.

Sesaat setelah bayangan itu muncul, cahaya tersebut tiba-tiba menghilang dengan cepat.

Lebih tepatnya, masih sangat silau karena matahari di tengah-tengah musim panas begini. Kilauan cahaya dari gate berhenti bersinar, dan detail dari bayangan tadi dapat terlihat.

"Itu buah....Terlebih lagi....."

"Itu sangat besar...."

Suzuno dan Emi yang berada lebih dekat dengan gate tersebut daripada Maou, perlahan bergerak mendekati cahaya itu.

Dan seperti kran air yang dimatikan, sisa-sisa cahaya dari gate menghilang seketika.

Pada saat itu, sekeliling mereka kembali menjadi seperti semula, matahari musim panas kembali menyinari halaman belakang Villa Rose Sasazuka.

Maou dan yang lainnya melihat ke arah benda yang muncul tanpa alasan yang jelas di atas abu Ogara.

"Hey, hey, hey, hey, hey"

"Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak"

"Tidak, Oh maaan...!"

Daripada melihat kemisteriusan benda itu, fakta bahwa benda itu terjatuh tepat diatas abu yang dihasilkan oleh pembakaran Ogara, mendorong ketiga rakyat menangah ke bawah itu untuk bergerak.

Maou mengambil benda itu, Emi memindahkan Horoku dengan kakinya, lalu Suzuno mengeluarkan sapu tangannya dan membersihkan bagian yang kotor terkena abu.

Untungnya, Ogara telah terbakar habis, sehingga tidak ada bekas buah itu rusak terkena suhu tinggi.

Dan ketika mereka bertiga mengeluarkan nafas lega...

"Matakuu... Matakuuuu...!"

Urushihara terlihat mendapat paparan sinar yang hebat dari cahaya tadi di matanya. Maou, Emi, dan Suzuno kembali tersadar setelah mendengar suara teriakan Urushihara.

Mereka bertiga saling menatap satu sama lain, lalu melihat ke arah benda yang dibawa Maou serta di bersihkan oleh Suzuno.

"Apa yang kau ocehkan, Urushihara?"

"Matakuuuu! Gah!!"

"Hey.. Berhenti bermalas-malasan di sana!! Sesorang pasti akan menendang dan menjatuhkanmu."

"Ja-jangan katakan itu setelah kau menendangku."

"Itu salahmu sendiri  karena berada di pintu....... Maou-sama, apa yang terjadi? Buah besar apa itu?"

Akan tetapi tiga orang yang berdiri di halaman belakang itu tidak dapat menganalisa situasi dengan tenang sampai Ashiya bertanya pada mereka dari atas tangga.

Buah itu sangatlah besar, sampai-sampai Maou yang memiliki tubuh rata-rata seorang pria, harus menggunakan kedua lengannya untuk menahannya, terlihat seperti dia memeluk buah itu.

Itu adalah buah berbentuk seperti apel, berwarna emas, dan berat.

Jika mereka mengisi surat pengajuan untuk pemecahan rekor dunia, mereka kemungkinan besar akan memecahkan rekor sebelumnya dalam sekejap,  namun mereka bahkan tidak mempunyai niatan untuk memakannya.

"Apa ini..... benar-benar sebuah Apel??"

"Bisa juga... Ini pear, akan tetapi..."

"Tidak ada apel sebesar ini bahkan di dunia iblis sana. Jangan-jangan ini iblis berbentuk apel?"

Ada beberapa iblis yang menyamarkan diri mereka menjadi seperti tanaman. Akan tetapi biasanya mereka mengambil wujud manusia dan mengubah penampilan mereka menjadi sesuatu seperti pohon, dan iblis-iblis itu mempunyai wujud raksasa. Akan tetapi wujud apel bulat seperti ini tidak pernah terdengar.

"Jika saja ini datang ke sini dengan alamat pengembalian seperti Sasuke Express."

Maou menggerutu, tidak tau apa yang harus dilakukannya terhadap buah itu.

Sebuah gate tidak mungkin bisa terbuka dengan sendirinya, jadi pasti ada seseorang yang membukanya.

Tidak mungkin untuk mengetahui dalang di balik semua ini sekarang, tapi situasi dapat berubah dengan drastis apakah buah itu dikirim kesini dengan sengaja atau tidak.

"Tunggu sebentar!"

Orang pertama yang mengubah pemikirannya adalah Emi.

"Sudah berapa kali insiden seperti ini terjadi di sekitar Pahlawan dan Raja iblis? Masalah dengan Sariel saja baru selesai satu minggu lebih yang lalu. Serius ini, tidak ada hal baik yang akan datang bila berada di dekatmu."

"Aku bisa mengatakan hal yang sama persis tentang dirimu."

Maou tidak bisa tinggal diam saja disebut seperti seorang pembuat masalah.

"Katakan itu pada dirimu sendiri!! Asal mula semua masalah kita selama ini adalah kalian, para manusia."

"Ugh..."

"Well, Um kami benar-benar menyesalinya."

Emi tidak bisa menemukan kata-kata yang bisa membalikkan perkataan Maou, sementara Suzuno menggumamkan permintaan maaf sambil menghindari kontak mata.

"Dan tidak peduli bagaimana kau melihatnya, tidak mungkin iblis bisa membuka gerbang yang mengeluarkan cahaya sebesar itu! Aku yakin itu pasti seseorang dari surga sana! Ini, ambil ini! Dinginkan di kulkasmu dan makanlah atau sejenisnya sana."

Maou menambahkan dan menyerahkan buah tersebut ke Emi yang mundur beberapa langkah karena terkejut.

"Tidak bisa!! Kami akan pergi ke kota untuk berbelanja, bagaimana mungkin kami membawa benda sebesar ini bersama kami."

"Seolah aku peduli dengan keberatanmu, kau adalah orang yang selalu menguntit kami kapanpun kau mau! Dasar pahlawan stalker!"

"Si-siapa yang kau panggil stalker? Siapa juga yang akan menghabiskan waktu mengawasimu jika kau bukan raja iblis? Dasar raja iblis miskin!"

"Di-diam, berdandan seperti itu di panas yang menyesakkan seperti ini, dasar pahlawan gadis kantoran!"

"Huummph! Setidaknya aku tidak memakai baju putih biasa, murah, dan luntur setiap hari, dasar raja iblis penggila t-shirt!"

Saling mengejek terus terjadi dan entah bagaimana itu berubah ke arah yang tidak benar ketika mereka terus mencoba menghina satu sama lain ataupun hanya sekedar mengatakan omong kosong mengenai gaya hidup masing-masing. Dan ditengah-tengah itu semua, akhirnya Maou mengucapkan kata-kata yang tidak bisa ditarik kembali.

"Bra olahraga putih biasa yang murah cukup bagus untukmu. Dasar pahlawan berbadan papan!"

Tiba tiba mata Emi yang terlihat lelah karena pertengkaran dan panasnya musim panas, bersinar memperlihatkan sebuah tatapan, tatapan niat jahat ingin bertarung.

"Ini dia! Aku akan memusnahkanmu di sini, sekarang juga!"

"Huh... Tu-tu-tunggu Emi, seseorang akan melihat kita! Tidak ada pedang suci, kita bisa membicarakannya!"

"Aku tidak mendengar apapun alasanmu! Kekuatan ada untuk memusnahkan kejahatan."

Sihir suci yang mempunyai perwujudan aura berwarna emas muncul dari tangan kanannya, dan pedang suci, "Better Half" pun terbentuk.

Sebuah pedang yang juga dikenal sebagai pengembangan perak surga, yang dijaga oleh Gereja sejak zaman dahulu, pedang suci pembasmi kejahatan yang bersemayam di dalam tubuh sang pahlawan. Dan hanya dia yang bisa menggunakannya.

"Wh-wh-wh-who-whoa.. Apa kau serius, Emi?"

"Maou-sama!"

Setelah Emi menghunus pedang sucinya, Ashiya tidak bisa hanya duduk diam dan menyaksikan pertengkaran mereka yang biasanya, dan mencoba berlari menuruni tangga, lalu......

"Zwhaaaaaa!"

Karena dia keluar memakai sandal, dia kehilangan keseimbangannya dan jatuh dari tangga, mengeluarkan teriakan yang keras.

"Wow, kau benar benar bodoh, Ashiya."

Sementara itu, mata Urushihara telah sembuh setelah terkena paparan cahaya, dia berbaring di pintu dan melihat semuanya. Dan lalu..

"Huh? Dimana Chiho Sasaki?"

Dia sadar Chiho sama sekali tidak ambil bagian dalam keributan tadi, dan mulai mencarinya di sekitar. Tak berapa lama dia menemukan Chiho dalam keadaan linglung di bawah pohon yang dipenuhi jangkrik. Urushihara memiringkan kepalanya dengan bingung.

"Baiklah, kau mendapatkan izinku, musnahkan dia!"

Karena alasan yang tidak diketahui, Suzuno juga menatap Maou dengan wajah penuh kemarahan.

"Hey, jangan mengatakan sesuatu yang begitu mengganggu dengan mudahnya! Bantu aku keluar dari sini! Tunggu, kau berada di pihak Emi! Sialan!!"

"Raja Iblis, persiapkan dirimu!!"

Dia tidak bisa percaya ambisinya untuk menguasai dunia akan berakhir karena bra olahraga putih.

Apa yang terlintas di pikiran Maou bukanlah kilas balik dari seluruh kehidupannya, tetapi lebih ke sesuatu yang menggelikan, nyaris seperti penyesalan yang konyol.

Tanpa adanya kesempatan untuk menghindari serangan cepat dari Emi dan tidak adanya pilihan lain, Maou melindungi dirinya dari serangan pedang suci yang meluncur dari atas menggunakan buah apel tersebut. Meskipun dia tahu itu sia-sia.

"Apa?"

Akan tetapi, tebasan pedang suci yang bisa membelah surga dan melenyapkan daratan, sama sekali tidak terasa memotong tubuh Maou menjadi dua, tak peduli berapa lama dia menunggunya.

Maou mengangkat kepalanya perlahan dengan penuh ketakutan, dan lalu.....

".... "

Dia melihat ke arah Emi, yang matanya terbuka lebar menatap pada buah apel yang ada di antara pedang sucinya dan Maou. Maou tidak tahu apa yang terjadi dan juga tidak bisa bergerak dari tempatnya.

"Ma... Maou-sama... Ugh"

Telah pulih dari jatuh bebasnya, Ashiya melihat semua yang telah terjadi.

Rajanya yang menggunakan apel untuk melindungi dirinya. Crestia Bell dengan tangan menutupi wajahnya seperti terkejut akan sesuatu. Emilia yang mengayunkan pedangnya, dan...

"... Sebuah tangan?"

Yang Ashiya lihat adalah tangan keluar dari apel tersebut.

Kaki bayi manusia dan tangan muncul dari apel besar bulat itu.

"Wha.."

"Wha.."

"Apa-apaan ini?"

Ashiya dan Suzuno terkejut, dan Emi berteriak.

Jika itu adalah tangan yang keluar dari apel, pasti akan menjadi sesuatu yang mengejutkan, akan tetapi kalau memang seperti itu, artinya benda ini adalah iblis berwujud tanaman.

Namun, masalahnya adalah tangan bayi ini menghentikan tebasan pedang Suci Emi tepat pada jalur tebasannya. Ini bukan berarti Emi menahannya atau ragu-ragu akan tebasannya.

Emi memang bermaksud membelah Maou menjadi dua dari kepala sampai ujung kaki bersamaan dengan apel tersebut dalam satu serangan. Karena dia dalam keadaan marah, dia tidak yakin dengan apa yang terjadi, tapi kekuatan pedangnya seharusnya membelah apel itu menjadi dua.

Emi mundur beberapa langkah ke belakang karena terkejut, dan di saat yang sama, Suzuno juga mengeluarkan jepit rambut yang terpasang di rambutnya.

"Materialization War Art : Iron Light!"

Dengan perintah Suzuno, Jepit rambut bening berbentuk tanda silang itu berubah menjadi palu suci raksasa. Suzuno dan Emi keduanya mempersiapkan diri mereka melawan musuh yang tidak diketahui.

Ashiya akhirnya berdiri, dan berpikir langkah apa yang sebaiknya diambil.

Namun, bahkan sebagai mantan pemimpin pasukan invasi Benua Timur Ente Isla, sekaligus sebagai pasukan Iblis paling cerdik, dia sama sekali tidak punya pengalaman yang memadai untuk mempersiapkan diri dalam situasi yang melibatkan pedang suci Sang Pahlawan, dan sebuah apel yang memiliki anggota badan, yang mana berada di atas Raja Iblis.

Suzuno mengeluarkan senjatanya, tapi dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukan, dia menahan senjatanya dan tidak bergerak sedikitpun.

"... A-apa? Apa yang terjadi?"

Maou tidak bisa melihat bagian atas apel itu, tapi dia melihat sekelilingnya dengan takut dan bingung, sementara apel tersebut masih berada di tangannya.

"Ma-Maou?"

Orang yang memecahkan keheningan adalah Urushihara yang melihat semuanya dari tangga.

"Un-untuk sekarang kenapa tidak kau turunkan apel itu?"

"Menurunkan..? Apa? Apa-apaan ini?"

Maou menurunkan apel tersebut seperti yang disarankan Urushihara, tapi setelah melihat tangan yang keluar dari apel tersebut dan bergerak-gerak seperti meminta sesuatu, Maou melemparkannya ke tanah karena terkejut.

"Whoa!"

Mengganti sikap mereka dari reaksi naluriah untuk menyerang musuh yang tidak diketahui, orang-orang itu berteriak-teriak sambil memandangi apel yang menggelinding.

"Wh-whaa??"

Emi yang berada tepat di arah Maou melemparkan apel itu melompat dengan gerakan yang berlebihan.

Akan tetapi, Apel tersebut mulai menggelinding ke arah Emi dengan kecepatan jauh melebihi tekanan yang diberikan Maou saat melemparkannya.

"Whaaaaaa?? Apa-apaan benda ini?"

Dengan memutar tangannya seperti baling-baling, apel itu mengejar Emi yang berlari di sekitaran halaman, Maou dan Suzuno tidak tahu apa yang harus dilakukan, jadi mereka hanya berdiri di sana dan melihat situasi yang aneh itu.

Kemungkinan karena kehilangan momentumnya, apel itu berhenti di tengah halaman, seperti tikus yang telah dipojokkan oleh kucing, Emi bersandar pada dinding yang mengelilingi halaman dengan terengah-engah.

Namun, apel itu belum menyerah, kemudian dia mengulurkan kedua tangannya ke arah Emi seperti ingin menggapainya, dan melambaikan tangannya keatas dan kebawah.

"He-hey, tidak peduli bagaimana kau melihatnya, benda itu menginginkanmu Emi."

"Whezeee... Apa? Aku tidak menginkankan benda seperti itu."

Meskipun keinginannya untuk membunuh Maou telah menghilang, dia hanya bisa melihat situasi yang konyol ini dengan bingung. Dia berulang-ulang memandangi pedang suci yang berada di tangannya dan tangan yang terulur ke arahnya. 

Tangan yang keluar dari apel itu telah menghentikan pedang suci yang diayunkan dengan seluruh kekuatannya. Untuk lebih tepatnya, itu dihentikan oleh semacam kekuatan yang melindunginya, seperti ketika air menabrak telapak tangan yang terbuka.

Emi mulai berpikir, akhir-akhir ini orang ataupun benda yang tidak bisa diserang oleh pedang suci semakin bertambah. Jika pedang suci tidak berpengaruh pada apel itu, kemungkinan apel itu berkaitan dengan surga, seperti Sariel yang datang untuk mencuri pedang suci.

Setelah mencapai kesimpulan pemikirannya, Emi mengembalikan pedang suci tersebut ke dalam tubuhnya sebagai tindakan pencegahan.

Perubahan selanjutnya terjadi tepat setelahnya.

Seketika saat Emi menyembunyikan pedangnya, tangan yang melambai keatas dan kebawah tersebut menjadi lemas seperti kehilangan semua kekuatannya.

Saat melihat sesuatu seperti boneka yang tiba-tiba benangnya dipotong, Emi gemetar dan mengeluarkan teriakan kecil.

"Whaa.. Benda apa ini?"

Perubahannya mirip seperti apel yang dikupas.

Kulit kuningnya terkelupas seperti sebuah ikat pinggang.

Nampaknya kulit luarnya adalah cangkang yang mengeras, yang melindungi apapun yang berada didalamnya. Dan di bawahnya terdapat ruang kosong.

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 1 translate bahasa Indonesia


Ketika semua orang kecuali Chiho menyaksikan hal tersebut, apel tersebut kemudian...

".... Apshooo!!"

...menjadi seorang bayi perempuan dan mengeluarkan bersin yang terdengar polos dan menggema di seluruh Villa Rose Sasazuka.

"..."

"..."

"..."

"....."

"...."

Semua orang hanya berdiri diam di sana sambil melihat pemandangan yang aneh itu, sebuah perkembangan situasi yang tidak terduga. Mereka bahkan tidak melihat satu sama lain, saat mata mereka terpaku pada bayi yang keluar dari apel tersebut.

".... Apshoo!"

Sebagai respon dari bersin yang kedua kalinya, kulit yang telah terkelupas itu melayang di udara sekali lagi, perlahan bentuknya mulai berubah, dan akhirnya berubah menjadi gaun one-piece berwarna kuning yang nampak seperti memang itulah wujud aslinya.

"Huh?"

Dalam waktu yang singkat saat terbentuknya gaun itu, sebuah tanda muncul pada dahi gadis kecil tersebut, tapi hanya Maou yang melihatnya, tanda tersebut berwarna ungu berbentuk bulan sabit.

"Ooh"

Namun, tanda itu menghilang seketika.

Untuk sesaat gadis kecil itu menepuk dahinya di tempat di mana tanda tadi muncul, dia lalu mengepalkan tangan yang ia gunakan untuk mengehentikan tebasan pedang suci, mengerutkan dahinya dan mengusap-usap matanya dengan lelah.

Setelah membuat sedikit jarak, dia menyandarkan posisinya di tanah.

"...spuuuu.."

Dan tertidur.

Penguasa dunia iblis, sang raja Iblis. Sang pahlawan yang mempunyai darah malaikat yang mengalir di nadinya. Jendral pasukan iblis yang perkasa. Anggota kependataan dari gereja Divine Creed. Dan malaikat jatuh.

Tidak ada dari orang-orang ini yang tanah kelahirannya adalah dunia lain sana, dapat bereaksi dengan apa yang barusan terjadi di depan mereka.

"H-hey!"

Orang yang pertama sadar adalah Maou.

"A-a-ap-appp-apaa in...?"

Namun, dia tidak bisa menghilangkan kebingungannya, dan tidak bisa bicara dengan jelas.

"Bag-bagaimana a-aku bisa tau?"

Hal yang serupa dikatakan oleh Emi.

"Maou!"

Suara peringatan datang dari Urushihara, yang mempunyai sudut penglihatan paling tinggi.

Suzuno dan Ashiya terhentak dan melihat ke arah Urushihara layaknya suaranya adalah sebuah sambaran petir.

Urushihara melihat ke arah jalan yang menuju stasiun Sasazuka.

"Ini buruk! Ada orang yang datang."

Kata-katanya seketika membuat semuanya tersadar.

Dengan kata lain, tanpa menghiraukan siapa gadis kecil ini atau apakah cahaya dari gate tadi terlihat atau tidak, mereka tidak boleh menarik lebih banyak perhatian lagi.

"H-hey Emi!!"

"Ap-apa?"

"G-ga-gadis ini? Dia gadis kan? Jadi bawa dia menuju tangga."

"Ke-kenapa harus aku?"

"D-dia adalah seorang gadis, jadi seorang gadis seperti kau yang seharusnya membawanya! Aku tidak pernah menggendong bayi manusia."

"A-aku juga tidak pernah! Well, aku memang pernah menggondang bayi sebelumnya, tapi tidak pernah menggendong bayi yang tertidur seperti ini."

"Ugh! Kalian berdua sangat menyedihkan! Raja Iblis bahkan sang Pahlawan."

Satu-satunya orang yang bertindak adalah Suzuno.

Mengabaikan orang-orang yang masih terkejut itu, yang memperlakukan gadis yang sedang tertidur dengan nyenyak itu seperti sebuah benda aneh, Suzuno menggendongnya dengan lembut tanpa membangunkannya, sepertinya dia sudah sering melakukannya.

"Ohh.. Mengagumkan."

"Kami para pendeta belajar bagaimana mengurusi bayi-bayi dalam upacara pembaptisan! Alsiel! Aku akan membawanya ke kastil raja iblis, siapkan Futonnya! Futon!"

"Ja-jangan memerintahku Crestia! Owwwwwww..."

Meski membantah, Ashiya tetap mengangkat tubuhnya yang kesakitan dan berjalan menuju tangga.

Suzuno mengikutinya, kemudian melepaskan sandal tradisionalnya dan lalu menaiki tangga yang berdebu hanya menggunakan kaos kaki putih tradisionalnya.

"Hey Emi, kau kesini juga! Suzuno, kenapa kau melepas sandalmu? bawa mereka bersamamu!"

"Jadi begitu, dia tidak ingin tersandung! Hey tunggu! Bell!! Ini, tasnya!!"

Emi memunguti barang-barang miliknya dan milik Suzuno yang mereka jatuhkan saat gate terbuka dan lalu mengikuti yang lainnya menaiki tangga, menuju ke pintu.

"Tunggu dulu! Chii-chan? Dimana Chii-chan? Aku tidak melih..... Huh?"

Maou sadar dia tidak melihat Chiho di manapun di tengah-tengah kejadian supranatural tadi. Perasaan tak menyenangkan kalau saja Chiho terpengaruh oleh semburan cahaya dari gate tadi, sebab dia tidak mempunyai kekuatan menghadapi sihir iblis, ataupun sihir suci terlintas di pikiran Maou.

Namun, setelah melihat lebih dekat, pipinya tersipu dan senyum bahagia terbentuk di wajahnya, dengan sebuah ekspresi seolah dia telah mengalami mimpi yang indah.

"He-hey Chii-chan!"

"....melukku..."

Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Chiho, jadi dia mendekat.

"....memelukku, Maou-san memelukku. Ehehe, memelukku."

Chiho membisikan kata-kata tersebut dengan senyum bahagia tergambar di wajahnya dan menutupi mulutnya dengan tangan.

"....uhhhhh..."

Maou mengeluarkan desahan kecil sambil mengerutkan dahinya sedikit, dan kemudian...

"Hoi!"

"Kyah!"

Maou membuat teriakan pendek sambil menepukkan tangannya tepat di depan wajah Chiho.

Suara tersebut membawa Chiho kembali ke dirinya semula, dan dia melihat ke sekelilingnya dengan cepat.

"Ada orang disana? Chii-chan!"

"Hyah!! Ma-Maou san! Anu, a-akuu..."

"Tidak apa-apa! Maaf, tapi sekarang bukan waktunya, kita harus segera kembali ke kastil raja iblis."

"Huh? Wha-wha-wha! Ma-Maou-san! Tangan! Tanganku..."

Tanpa memberi waktu yang cukup bagi Chiho agar pulih dari kebingungannya, dia menarik tangan Chiho menuju tangga.

Ketika semua kejadian tadi sudah mereka ceritakan dan kembali ke kastil raja iblis, mereka kemudian merasa sangat lelah karena suatu alasan.

XxxxX

Sekelompok orang dari dunia lain dan seorang gadis remaja SMA, wajahnya terpaku pada eskrim dengan hening, di samping gadis apel yang tidur dengan nyenyak di atas tempat tidur yang Ashiya siapkan.

Untuk lebih detailnya lagi, Chiho tidak terlalu banyak makan es krimnya, tapi lima orang lainnya terus memakan es krimnya seperti ingin lari dari kenyataan.

Emi lah yang pertama kali menghabiskan es krimnya, dan,

"... Oke, kami akan pergi sekarang."

"Heii, berhenti disana!"

Emi berdiri dan mencoba melarikan diri, tapi Maou menghentikannya dengan memegangi kakinya.

"Heiii! Jangan pegang kakiku!"

Emi mencoba melepaskannya, tetapi....

"Sshhhhhhhhhh!! Kau akan membangunkannya Emilia!"

Suzuno meletakkan jari telunjuknya di bibir dan berbisik!

Emi memasang ekapresi masam dan merendahkan kakinya, kemudian..

"Bell dan aku, tidak ada yang bisa kami lakukan mengenai ini! Kau lakukanlah sesuatu!"

"Yang benar saja! Bagaimanapun kau melihatnya, dia ini datang untuk mencarimu."

Merang saling beradu argumen dengan bisik-bisik.

Apel tersebut tak diragukan lagi mengejar Emi, dan mengulurkan tangannya kearah Emi sebelum berubah menjadi sesosok bayi perempuan. Apakah itu karena benda tersebut bereaksi terhadap pedang sucinya ataukah karena hanya kebetulan Emi berada di arah yang sama dengan saat bayi tersebut mengulurkan tangannya, masihlah belum jelas. Akan tetapi melihat dari waktu kemunculannya yaitu tepat saat Emi mengeluarkan pedangnya, kemungkinan yang pertamalah yang paling masuk akal.

"Kau bawalah dia, atau setidaknya tetaplah di sini sampai kita tahu apa yang terjadi."

"Tidak bisa! Jika aku melakukan hal seperti ini, maka tidak diragukan lagi aku tidak akan mendapat apa-apa kecuali masalah! Aku akan pergi dari sini saat aku masih bisa!"

"... Genggam... Tanganku....."

Di samping Maou dan Emi yang berdabat, Chiho masih melamun.

"Seharusnya aku mengatakan ini dari dulu, tapi aku lelah selalu terlibat dalam semua masalahmu."

"Apa? Jadi kau ingin bilang kalau kau yang menyelesaikan semua masalahku?"

"Yeah benar! Aku bilang seharusnya kau belajar cara menyelesaikan masalahmu."

"Ew! Jika aku bisa, aku akan melakukannya! Tapi aku tidak ada hubungannya dengan ini semua. Ini bukan tanggung jawabku."

"Ayolah!! Kau...."

"Tenanglah!! Dia bisa terbangun nanti!"

Ashiya mencoba memperingati mereka dengan bisik-bisik, tapi suara mereka masih tetap tinggi saat mereka saling melempar tanggung jawab.

"Meng-menggenggamku... Tangan Maou-san.. Sangat besar.."

"Apa yang terjadi pada Chiho-dono?"

"Dia sudah menjadi seperti ini sejak tadi."

"Diam Lucifer! Aku tidak bertanya padamu.

Suzuno melihat semuanya dari samping Ashiya yang mencoba menenangkan mereka, meski itu adalah hal yang sia-sia. Dia lalu mengerang sambil menaruh tangannya di kening.

"Bukankah ini terjadi karena kau membuat api unggun yang aneh? Kau pasti telah memanggilnya. Sama seperti saat Tanabata dulu"

"Mana mungkin aku tahu? Dan di samping itu, apa maksudmu saat Tanabata dulu? Jangan mengkritikku ketika kau bahkan tak tahu apa itu api selamat datang! Itu adalah ritual khas Jepang dan tidak ada hubungannya dengan kami."

"Lihat!! Itu kau yang memanggilnya! Sisa-sisa sihir iblismu pasti tercampur dengan ritual Jepang lagi! Jika kau yang memanggilnya, maka kau yang harus bertanggung jawab!"

"Apa maksudmu dengan "sisa-sisa"? Sebut itu "strategi cadangan"! Kau berhentilah mengeluh dan bantu untuk memecahkan masalah sekali-kali."

"Apa? Kau membuatnya terdengar seperti aku tidak pernah melakukan apa-apa!"

"Tapi kau memang selalu saja mengikuti arus dan tidak pernah melakukan apapun!"

"Apa kau bilang?"

"Ayolahh!!"

"Sudah kukatakan pada kalian berdua, tenanglah!"

Mengarahkannya kepada kepala Raja Iblis dan sang Pahlawan, yang telah kehilangan akal sehatnya karena debat kekanakan mereka, Suzuno menjatuhkan palu yang dikeluarkannya.

Ashiya maupun Urushihara, keduanya tidak mencoba menghentikannya.

"Uh.. Um.. Maaf!"

"Tidak! Tunggu! Kau pasti bercan- ow!"

Palu tersebut hanya mengenai Maou yang lebih tinggi daripada Emi.

Suzuno sedikit menahannya dan tidak memberikan kekuatan apapun dalam pukulan itu! Akan tetapi bahkan palu biasa yang dipukulkan ke kepala pun bisa menyebabkan luka. Maou hampir menangis karena kesakitan dan menatap tajam ke arah Suzuno, akan tetapi...

"Ouuu.. Afu.."

Sebuah uapan kecil dengan suara yang putus-putus, menghentikan semua orang dari kesibukan mereka.

Gadis apel itu terduduk dan menggosok-gosok matanya sambil menguap. Setelah menggosok-gosok matanya dia melihat ke sekitar dan berhenti ketika melihat Maou.

"He-hey!"

Maou mencoba berbicara dengan gadis bermata bosan itu.

"Ouu?"

Maou tidak tau apakah dia bisa mengerti perkatannya atau tidak. Tapi sepertinya, setidaknya gadis itu tahu kalau Maou mencoba berbicara dengannya.

".... Celamah pagii.."

Akan tetapi, di luar dugaan, dia berbicara tidak dengan menggunakan idea link, seperti saat Maou dan Emi baru sampai di Jepang. Tetapi menggunakan bahasa Jepang biasa.

"Ka-kau bisa bicara bahasa Jepang?"

Maou tidak tahu bagaimana bisa gadis misterius yang datang melewati gate bisa berbicara bahasa Jepang. Maou bergerak perlahan agar tidak menakutinya, dan menanyakan pertanyaan tadi ke gadis itu.

"... Cedikit.."

"Sedikit?? Oke, begitu ya?"

Maou mengangguk dengan canggung dan melihat ke sekitar untuk mencari bantuan dari yang lain, akan tetapi Emi, Suzuno, Ashiya dan Urushihara hanya mempertahankan ekspresi diam mereka, yang seolah mengatakan kepada Maou untuk melanjutkan.

"Um.. Sebenarnya kau ini apa?

"Fu?"

Gadis itu menatap balik Maou dengan mata yang besar dan kosong, sepertinya dia tidak paham dengan pertanyaan Maou.

Maou mencoba menenangkan dirinya kembali setelah menyadari kesalahannya.

"Maksudku, um, nama, yeah, siapa namamu?"

Maou memberikan ekspresi seperti saat dia bekerja dan bertanya seolah-olah gadis itu adalah pelanggannya.

Kali ini gadis itu mengeluarkan ekspresi yang menunjukan kalau dia paham dengan pertanyaannya, lalu kembali menguap kecil, dan menjawab.

"Alas Ramus."

"Alas Ramus?"

"Mmh.. Alas Ramus.. Apshoo!!"

Kali ini, sebuah bersin. Seolah hal tersebut membangunkannya sepenuhnya, gadis itu membuka matanya yang setengah tertutup dan mulai mengamati sekelilingnya dengan cepat.

"Wah!!"

Urushihara melompat karena perubahan tiba-tiba gadis itu. Tapi Maou yang terbiasa dengan perubahan tingkah secara tiba-tiba dari anak kecil, dapat mempertahankan ketenangannya.

Karena hal tersebut, Maou mempunyai kekuatan mental sehingga dia bisa mengamati gadis kecil yang memanggil dirinya Alas Ramus tersebut.

Dari sudut pandang manusia, dia sepertinya berusia satu atau dua tahun. Rambut berwarna silver indah yang dimilikinya hampir bisa memantulkan sinar matahari, tapi sedikit bagian rambutnya berwarna ungu, sama seperti matanya.

Maou yang merasa terganggu oleh sesuatu, melihat ke arah dahi gadis tersebut untuk sesaat, tapi tidak ada apa-apa di sana. Mengesampingkan hal tersebut Maou melanjutkan pertanyaannya.

"Alas Ramus, dari mana kamu berasal?"

"Ah, yaa... Od?"

Setelah mengalami sedikit kesulitan untuk mencerna pertanyaannya, gadis itu memberi jawaban tidak pasti yang terdengar seperti sebuah kata.

"Ya..? Bukan, aku tidak bertanya ya atau tidak, aku bertanya dimana rumahmu?"

"Rumah.. Rumah? Aku tidak tahu.."

"Be-begitu ya..."

Maou memikirkan pertanyaan selanjutnya yang akan dia tanyakan dengan hati-hati.

"... Apa kau punya ayah dan ibu?"

"Ma? Fa?"

Mungkin kata-katanya terlalu panjang, atau mungkin dia tidak memahami kata-katanya. Alas Ramus menggelengkan kepalanya seperti dia sedang kebingungan.

"Aku hanya ingin kau cerita padaku tentang ayah dan ibumu, Alas Ramus."

Dia memang misterius, tapi penampilannya masihlah anak kecil. Jadi masuk akal saja jika menanyainya tentang kedua orang tuanya, selama jawabannya.....

"Daddy adalah..... Satan"

Bukan sesuatu yang seperti itu.

Mata setiap orang tertuju pada Maou.

"Begitu ya... Jadi ayahmu adalah Satan.. Huh?"

Sadar akan maksud dari jawaban Alas Ramus, Maou menoleh dan melihat ke semuanya.

"Tunggu... Aku?"

"Dia...."

"Sepenuhnya bilang...."

"Ayahnya adalah Satan...."

"Benar kan...???"

"Ma-Maou san..."

Chiho, yang dari tadi seperti berada dalam mimpi yang indah, setelah mendengar hal tersebut langsung tersadar dan mulai menginterogasi Maou.

"Ma-Ma-Maou san kau punya anak?"

"Tu-tu-tunggu sebentar Chii-chan!"

"Ap-Apa kau benar-benar punya istri atau anak ketika kau menjadi raja Iblis?"

"Tidak! Tenanglah!! Aku tidak punya satupun!"

"Maou-sama, apa yang kau katakan itu benar?"

"Hey, Ashiya, kenapa kau berada di pihaknya?"

"Jika kau punya anak, berita ini pasti akan mengguncang dunia iblis! Sebagai pewarias masa depan dia membutuhkan pembelajaran khusus. Pembelajaran terbaik yang bisa kita berikan! Kenapa kau terus menyembunyikannya selama ini, sampai dia tumbuh sebesar ini, Maou-sama?"

"Tunggu! Kenapa kau sudah menganggap dia sebagai anaku?"

"Be-benar juga!! Siapa iblis yang menjadi istri rahasiamu? Kebanyakan dari pasukan iblis kita adalah iblis laki-laki. Apakah ini sebelum kita menginvasi Ente Isla?"

"Sudah kubilang, dia bukan anakku? ... Huh?"

Ketika Maou terjepit oleh interogasi dari Chiho dan Ashiya, Alas Ramus mencoba keluar dari tempat tidurnya.

"Oof, umf!"

Meletakkan tangan kecilnya di Tatami, mengambil sebuah pijakan dengan tidak mudah, dan membuat ekspresi penuh tekad di wajah polosnya ketika dia mencoba perlahan berdiri.

Dari kejadian tersebut, mereka menganggap kalau gadis itu berada di usia di mana dia sudah bisa berdiri, tapi tentu saja ada sedikit kekhawatiran dari mereka untuk sesaat.

Alas Ramus mencoba sekuat tenaga, mengayunkan tangan dan kakinya untuk mempersempit  jarak setengah tatakan tatami agar bisa mencapai Maou.

Melihat pemandangan yang sangat manis tersebut, wajah semua orang seperti melembut untuk sesaat, tetapi di tengah-tengah situasi yang yang menegangkan tersebut, Alas Ramus meraih tangan Maou dan kemudian menghembuskan napas melalui lubang hidungnya seperti sedang mengendus.

".... Daddy!!"

Dengan senyum yang terbentuk di seluruh wajahnya, Alas Ramus memeluk Maou.

Atmosfer udara pada saat momen tersebut, sangat sulit untuk dijelaskan.

Wajah Chiho dan Ashiya berkedut dan mulut mereka terbuka tutup dengan hening seperti ikan emas sedang mencoba menghirup oksigen. Urushihara mundur ke pojok ruangan untuk melarikan diri dari segala kemungkinan yang bisa menyebabkan dia terluka. Emi dan  Suzuno hanya berdiri diam, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dan tentu saja, yang lebih mengkhawatirkan dari mereka semua adalah Maou, yang baru saja menjadi seorang ayah.

"Tu-tunggu!! Bagaimana bisa kau memutuskan kalau aku adalah ayahmu?"

"Daddy!!"

"Ayolah, berhenti berkata hal-hal yang bisa memperburuk keadaan?"

Gear di dalam kepala Maou mulai berputar dengan kecepatan yang luar biasa ketika dia mencoba memikirkan apapun yang bisa menenangkan Ashiya dan Chiho yang berwajah pucat. Alhasil terpikirlah satu pertanyaan.

"Be-benar juga!! Ibu!! Siapa ibumu?"

Alas Ramus memberi tatapan kosong kepada Maou.

Maou mencoba membuktikan ketidakbersalahannya dengan menunjukan kalau ibunya adalah orang yang tidak Maou kenal.

Penampilan Alas Ramus nampak seperti seorang anak berusia satu sampai dua tahun. Dengan jangka waktu tersebut, artinya menempatkan kelahirannya tepat di saat pertarungan Maou dengan sang pahlawan Emilia. Ashiya seharusnya mengerti kalau Maou tidak punya waktu untuk melakukan hal-hal bodoh seperti itu.

"Mommy!!"

Tapi Alas Ramus menjawab pertanyaan Maou, bahkan tanpa mengulangi pertanyaannya.

Di saat yang sama ketika dia menjawab "Mommy!" Alas Ramus juga menunjuk seseorang dengan jari telunjuk kecilnya tanpa sedikitpun keraguan.

Semuanya menyadari kalau dia telah menunjuk ke arah seseorang dengan dengan jarinya, yang mana hal tersebut bisa saja menyelesaikan masalah mereka, dan sekumpulan orang tersebut menoleh kearah yang ditunjuk oleh Alas Ramus.

"...Huh?"

Arah yang ditunjuk oleh Alas Ramus adalah tempat Emi berada.

"A-a-a-a-a-aku??"

Wajah Emi menjadi sangat pucat melebihi siapapun di ruangan itu.

Udara di dalam kastil raja iblis menjadi beku, meskipun ini berada ditengah-tengah musim panas.

Seperti memukul paku terakhir di peti mati....

"Daddy!! Mommy!!"

Alas Ramus menunjuk Maou dan Emi secara berurutan.

Maou dan Emi terlihat linglung tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan kemudian....

"...huuurrgghh.."

"Whaaaa!! Ashiya, bangunlah!! Apa kau baik-baik saja?"

Tepat pada saat itu, Ashiya rubuh, menyebabkan Urushihara berlari untuk membantunya.

Yu-yu-yu-yu-yusasasasasa-yusa-san?"

Chiho menghancurkan cup eskrim yang masih belum habis di tangannya.

"Ayahnya adalah Raja Iblis, dan Ibunya adalah Sang Pahlawan? Ini bahkan melebihi kehancuran dunia..."

Kata-kata Suzuno benar-benar menggambarkan kekacauan yang sedang terjadi.

Dan ketika para orang dewasa sedang berada dalam kekacauan tersebut, Alas Ramus, si gadis apel, sedang berbahagia berada di dekat sosok "ayah" dan "ibu" nya.


---End Of Chapter 1---






Translated by : Me [Zhi-End]



Previous
Next Post »
2 Komentar
avatar

Keren, makasih banyak min. Eem tapi inikan light novel, emang gada gambarnya yah min?

Balas