Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 2 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 2 : Cacian dan Rasa Terima Kasih.



Chapter 2 : Cacian dan Rasa Terima Kasih.

-Oi, Subaru, mati disini itu akan terlihat sangat menyedihkan.

Masih terbaring dalam keadaan berantakan, Subaru menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian dia bangun dan melihat kearah sekitar.

Dia biasanya pandai bangun tidur, tapi alasan kenapa dia tidak bisa berpikir jernih setelah bangun tidur, singkatnya karena dia tidak sepenuhnya 'tertidur'. Dia berusaha keras mengingat apa yang terjadi sebelum dia pingsan, tapi hal pertama yang terpikir olehnya adalah dia sedang berada di dalam ruangan yang begitu familiar.

"Ini kamar tamu Mansion, kan?"

"Oh, Subaru, kau sudah bangun?"

Sebuah suara terdengar seolah-olah ingin memastikan, kemudian pintu kamar terbuka dan wajah Emilia terlihat berada di baliknya.

Rambut peraknya dikepang, dia memberikan ekspresi sedikit ceria di wajahnya ketika dia berjalan menuju Subaru yang meringkuk di tempat tidur, tatapan mereka pun bertemu.

Ditatap dengan seksama oleh mata besar dan bulat Emilia, Subaru pun agak menciut.

"Uhm, Emilia-tan, apa yang terjadi?"

"Segera setelah kau memasuki mansion, kami mendengarmu berteriak. Otto dan aku benar-benar terkejut. Lalu ketika kami lari kedalam untuk melihatnya..."

"Aku sudah tertidur?"

"Mengatakan hal tersebut terasa agak kurang tepat.. tapi itu tidak sepenuhnya salah, kurasa?"

Emilia meletakkan jarinya di bibirnya, dan sedikit memiringkan kepalanya kesamping. Tidak ada sedikitpun kesan terdesak dari jawabannya.

Dia begitu khawati ketika baru saja bangun, sekarang setelah melihat Emilia bersikap santai, Subaru menyadari kalau tidak ada sesuatu yang gawat. Namun meskipun begitu, dia tidak bisa menghilangkan perasaan kalau ada sesuatu yang tidak beres.

Dia yakin sebelum dia kehilangan kesadarannya, sejenis binatang dengan taring yang begitu tajam telah....

"Emilia-sama, ada waktu sebentar?"

Sebuah ketukan terdengar dari luar pintu, diikuti oleh suara wanita yang memanggil Emilia. Menengok kearah suara itu, Emilia memberikan persetujuannya dengan kata "tentu" dan pintu pun terbuka perlahan.

Melihat kearah pintu yang terbuka, Subaru hanya bisa merasa kebingungan.

... Aku tidak ingat pernah mendengar suara itu sebelumnya.

Keragu-raguannya segera menjadi pasti ketika dia melihat sosok orang yang berdiri di luar pintu.

Senyum wanita itu begitu membekas di mata Subaru.

Dia adalah seorang wanita dengan rambut panjang berwarna pirang yang hampir tembus cahaya, cara berdirinya memiliki postur yang begitu sempurna. Penampilan dan sikapnya terlihat sangat sopan, dan gerakannya sama sekali tidak menunjukan adanya pergerakan yang tidak perlu.

Dia memakai seragam yang sama dengan pelayan lainnya di mansion Roswaal... Seragam maid yang terlihat sangat manis dan praktis, tanpa ada banyak lipatan maupun kerutan yang terlihat.

Baca Light Novel Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 4 - Chapter 2 Indonesia


Piring di tangannya digunakan untuk membawa wadah air serta handuk, piring itu dengan lembut dia letakkan di atas sebuah meja yang berada ditengah-tengah ruangan tanpa membuat suara sedikitpun... Jika dia sedang berada dalam ujian, dia pasti akan lulus dengan sangat mudah.

... Itulah apa yang kau lihat, jika kau mengabaikan perawakan garang dan senyum jahatnya.

Seragamnya mungkin dipakai dengan sempurna, tapi orang yang memakainya sedikit lebih tinggi daripada Subaru dengan tubuh atletis mirip seperti dirinya. Jika dia seorang pria, mungkin dia akan terlihat sehat dan kuat, tapi karena dia adalah seorang wanita, semua kesan itupun seketika hancur.

Apalagi, senyum sempurnanya... benar-benar dirusak oleh sekumpulan taring tajam yang mengintip melalui sudut bibirnya. Dilihat lebih dekat, ada sesuatu yang tidak biasa dari ketajaman tatapannya, dan pupil hijaunya terlihat memberikan kilauan cahaya seperti karnivora yang sedang menatap mangsanya.

"Senang bertemu denganmu. Aku adalah pelayan dari mansion milik Margrave L. Mathers, Fredeica Bauman.."

"Wajah yang menakutkan.."

Perkenalan diri penuh hormat Frederica dipotong oleh kata blak-blakan yang terselip keluar dari mulut Subaru. Setelah mendengar hal ini ekspresi wanita itu langsung membeku, dan setelah mata jahatnya berkedip beberapa kali... air matanya pun mulai terbentuk.

"Hiks... hiks.."

"Wha...?"

"Subaru, kau bodoh!!"

Tanpa sepatah katapun, wanita itu mengalihkan pandangannya, dan bahkan itu membuat Subaru terkejut. Segera setelahnya, Subaru langsung diserang oleh sebuah suara marah dan sensasi sakit karena telinganya dijewer. "Ow! Ow!" sambil mengeluarkan teriakan itu dan menoleh untuk melihatnya, Subaru menyaksikan Emilia dengan alis khas miliknya yang berkedut karena marah.

"Itu adalah hal terburuk yang kau katakan pada seorang wanita!! Frederica melakukan banyak hal untuk merawatmu, dan kau malah..."

"A-aku ingin anda menghentikannya, Emilia-sama. Itu memang benar. Lagipula, Aku... Aku lah yang salah disini. Aku sangat senang karena dipanggil kembali ke mansion, aku menjadi terlalu bersemangat karenanya... dan melupakan penampilanku yang biasanya membuat banyak orang merasa tidak senang..."

Sambil menarik lengan baju Emilia, dia... wanita yang dipanggil Frederica itu menggelengkan kepalanya. Dan dengan tangannya yang lain dia pun menutupi mulutnya.

"Aku minta maaf karena telah mengejutkanmu. Daripada itu, aku telah melakukan sesuatu yang sangat tidak pantas beberapa saat lalu. Aku tidak percaya aku bisa salah mengira Natsuki Subaru-sama sebagai seorang penyusup.

"Penyusup..... Ah, tunggu sebentar. Kurasa aku paham apa yang baru saja terjadi."

Setelah lepas dari hukuman Emilia, Subaru memijat-mijat telinganya sambil mencerna kata-kata Frederica. Sepertinya dia telah mengetahui apa yang baru saja terjadi.

Pada dasarnya, sosok misterius yang berlari kearahnya tepat setelah Subaru memasuki mansion adalah...

"Ketika aku kembali ke mansion, Frederica-san mengira aku adalah penyusup, dan mencoba untuk mengusirku. Kemudian Emilia-tan masuk ke dalam mansion, dan menjelaskan semua kesalahpahaman ini. Itulah yang membawa kita sampai pada situasi ini, benar??"

"Itu tepat sekali... Kau benar-benar bisa mencerna hal-hal tersebut dengan cepat."

"Tapi ada beberapa hal yang tidak bisa kupahami hanya dari situasi ini... tidak, sebelum itu."

Pernyataan Frederica memastikan kalau pemikirannya benar, Subaru kemudian mengalihkan pandangannya kearah Emilia yang kini berdiri di belakang Frederica, dan sedang mengarahkan dagunya kearah Frederica. Subaru sangat tahu apa maksud dibalik tindakan Emilia. Jadi Subaru berdiri dari tempat tidurnya dan menghadap Frederica, dia pun berbicara,

"Senang bertemu denganmu, aku sungguh minta maaf karena tiba-tiba mengatakan sesuatu yang sangat tidak pantas seperti tadi. Aku tahu aku tidak bisa membuat alasan seperti baru saja bangun tidur ataupun, itu tadi cuma bercanda dan meminta untuk dimaafkan. Kau bisa memutuskan apakah mau merebusku atau menggorengku.... Dan aku akan sangat berterima kasih kalau hukuman ini tidak akan terlalu menyakitkan."

Daripada mengatakan kalau dia telah bertindak selayaknya seorang pria sejati, hal ini lebih seperti Subaru sedang menundukan kepalanya sambil mengatakan permintaan maaf yang entah bagaimana terdengar lemas.

Mereka memulai hal ini dengan cara yang benar-benar salah, tapi tidak seperti Frederica yang hanya berniat menyerang seorang penyusup yang mencurigakan, kata-kata Subaru tadi benar-benar sangat kasar. Jadi, seperti yang dikatakannya, jika ini bisa meredakan amarah Frederica, Subaru akan dengan senang hati menerima hukuman apapun.

Meski begitu, Subaru akan lebih senang kalau hukuman itu tidak disertai rasa sakit secara fisik dan justru berharap kalau itu hanyalah sebuah makian semata.

Seperti itulah komitmen dari permintaan maaf Subaru.

"... Haha, kau benar-benar pria yang sangat lucu."

Dengan kata-kata tersebut, senyumnya yang selama ini tersembunyi dibalik tangan yang menutupi mulutnya, langsung lepas begitu saja.

Menaggapi tanda tanya besar yang melayang di atas kepala Subaru, Frederica pun membungkuk, rambut pirangnya melambai di sekitaran wajahnya.

"Akulah yang seharusnya meminta maaf. Atas permintaan Emilia-sama, aku tadi sedang mengujimu."

"Menguji??"

Mendengar kata-kata Frederica, baik Subaru maupun Emilia, keduanya kini memiringkan kepalanya. Mereka tidak tahu apa yang baru saja dikatakannya.

Itu akan sangat wajar kalau Subaru merasa bingung, tapi jika dia mempercayai kata-kata Frederica, maka itu akan sangat aneh jika melihat Emilia juga menunjukkan kebingungan yang sama. Melihat tanggapan mereka berdua, senyum Frederica pun menjadi semakin lebar.

"Meskipun aku hanya bertindak berdasarkan tugasku melindungi mansion, tetap saja apa yang kulakukan pada Subaru-sama masihlah sangat kasar. Aku sudah siap, atau lebih tepatnya tidak ada pilihan selain dibebas tugaskan dari posisiku setelah melakukan hal seperti itu."

"Tidak, kupikir kau terlalu cepat sampai pada kesimpulan itu. Aku ini tipe seorang pria yang akan mengerti jika kita membicarakannya dengan baik-baik, ya kan?"

"Kalau begitu, berarti Emilia-sama terlalu memaksakan dirinya. Dia benar-benar berusaha dengan sangat keras, kurasa bahkan wajahku pun pasti akan memerah setelah mendengar hal-hal yang dia katakan tentang Subaru..."

"Wha?"

Terkejut oleh apa yang baru saja dikatakan Frederica, Subaru pun mengeluarkan sebuah teriakan yang seperti tercekat di tenggorokannya, sambil melihat Emilia. Sementara Emilia berdiri disana dan mencoba sekuat tenaga menyembunyikan raut wajahnya.

"Fre-de-ri-ca!!"

Dengan tangan di pinggangnya, Emilia mengeluarkan suara histeris yang terdengar tidak seperti dirinya yang biasanya sambil menatap tajam pada maid tersebut. Menerima itu semua, Frederica pun dengan tenang menjawab.

"Oh ya ampun, menakutkan sekali... Sepertinya Emilia-sama masih tidak berubah, tidak manis sama sekali. Biasanya, entah yang kukatakan itu benar atau tidak, wajah tersipu dan gugup seharusnya bisa menjadi respon paling manis."

"Eh, benarkah..?? Tunggu, aku tidak akan tertipu kali ini. Bahkan orang sepertiku yang selalu tertipu, pasti akan belajar agar lebih banyak tahu. Itu benar, aku tahu ketika kau berbohong, salah satu matamu pasti akan terlihat malas!"

"Aku tidak tahu hal-hal seperti itu. Ngomong-ngomong Emilia-sama, apa kau tahu kalau kapanpun kau berbohong telingamu akan sedikit memanjang."

"Tidak mungkin?"

Ekspresi kemenangan yang ditunjukan Emilia dengan tangan terulur dan jari yang menunjuk kearah Frederica, seketika langsung lenyap ketika dia melesatkan tangannya untuk memegang kedua telinganya. Mendapatkan respon ini, tepat pada saat itu, kemenangan Frederica sudah bisa dipastikan.

Masih dalam keadaan gugup, Emilia sepertinya tidak menyadari kalau dia telah kalah, tapi Subaru yang menyaksikan Emilia dengan seksama, mengeluarkan sebuah desahan dan mengangkat kedua bahunya.

"Sepertinya aku telah benar-benar dikalahkan... Namaku Natsuki Subauru dan.... Apakah aku perlu melakukan perkenalan?"

"Ya, tentu saja. Aku akan senang mendengarnya. Mari kita mulai dari awal dan mengenal satu sama lain dengan benar kali ini."

Dengan kata-kata tersebut, Frederica pun menyingkirkan tangan yang menutupi mulutnya, menunjukan sebuah senyum yang diikuti dengan taring-taring yang begitu tajam. Kali ini, melihat senyum berbahayanya itu, segenap udara yang berada di paru-paru Subaru seketika menghilang.


XxxxX


"Kalau tidak salah, kurasa tadi aku dengar kalau kau adalah.... Maid yang keluar sebelum sesaat sebelum aku tiba disini kan? Aku datang ke mansion sekitar satu bulan yang lalu... dan itu sudah 3 bulan setelah kau pergi?"

"Sepertinya benar begitu. Aku mengundurkan diri dari pekerjaanku karena alasan pribadi dan aku masih ingat betapa sakitnya kesepian meninggalkan tempat ini... Tapi nampaknya aku bisa kembali ke mansion ini lebih cepat dari yang kuduga."

Sambil menutupi mulutnya dengan lengan bajunya, Frederica pun tersenyum. Selama dia menutupi mulutnya, rambut pirang dan mata dinginnya akan berkombinasi membentuk sesuatu yang memperlihatkab kecantikan seorang gadis. Tapi kepribadian usil serta mulut penuh taringnya selalu meniadakan kesan itu.

Di dalam kamar tamu mansion Roswaal, Subaru dan Frederica baru saja saling bertukar informasi dasar mengenai mereka selain nama mereka. Mendengarkan perkenalan diri Frederica, Subaru merasa seperti pernah mendengar nama itu sebelumnya.

"Tiga bulan yang lalu, itu artinya kau sudah kenal dengan Emilia-tan, benar?"

"Hrmph!! Sepertinya benar begitu!"

"Mengatakan 'Hrmph' di zaman seperti sekarang ini? Dan juga merajuk seperti itu sangatlah manis, gezzz."

Menanggapi pertanyaan serta tatapan Subaru, Emilia duduk di atas tempat tidur. Dia mengalihkan pandanganya seolah-olah menahan diri untuk tidak bergabung kedalam percakapan tersebut, meski begitu dia masih mendengarkan dengan seksama. Dia telah bertingkah seperti ini bahkan sebelum dia menyadarinya, tapi semua itu sudah terlambat Frederica telah berhasil menipunya. Tapi selain itu..

"Ini baru saja 2 atau 3 hari semenjak kau kembali kesini kan? Kami meninggalkan desa sekitar 3 hari yang lalu, ah 4 hari kalau kau menghitung perjalanannya juga. Ini terlihat sangat kebetulan."

"Aku juga sangat terkejut ketika kembali ke mansion dan mengetahui ternyata mansion sudah kosong. Untungnya, aku menemukan surat yang menjelaskan semuanya di kantor Roswaal-sama, jadi aku bisa menghindari kebingunganku."

"Surat?"

"Ya, dari Ram, dialah orang yang memanggilku kembali ke mansion, meskipun dia adalah orang yang agak serampangan ketika berbicara... Aku tahu ini akan sangat memanjakannya karena ini memang sudah kepribadiannya, tapi itulah yang kurasakan."

Melihat senyum canggung Frederica, Subaru bisa melihat ikatan yang telah mereka jalin sekian lama, dan hari-hari indah yang telah mereka lewati bersama. Di saat yang sama, meskipun telah dihapus dari ingatannya, waktu yang dia habiskan bersama Rem seharusnya juga begitu.

"Bisakan kau menceritakan padaku kenapa Ram memanggilmu kembali?"

"Aku juga tidak mengerti apa alasannya. Tapi Emilia-sama juga ada disini pada waktu itu, aku yakin dia tahu alasannya."

Seketika, kedua tatapan mereka langsung tertuju kearah Emilia dengan dipenuhi rasa penasaran. Bahkan sekarang pun, Emilia masih mempertahankan sikap 'Aku masih marah, benar-benar marah' nya dan memalingkan mukanya. Akan tetapi, karena dia perlahan menjadi tidak sanggup lagi menahan tatapan yang terfokus kearahnya, Emilia pun mencoba mencuri pandang kearah mereka. Hanya saja, lirikan itu berubah menjadi tatapan yang terlihat jelas.

"Emilia-tan, cerialah... Eh, sebenarnya bukan aku yang membuatmu marah kali ini. Frederica, maukah kau meminta maaf kepadanya?"

"Maafkan aku Emilia-sama. Apa yang aku lakukan tadi sangatlah tidak baik dan aku minta maaf. Aku sangat senang karena kita bisa bertemu lagi setelah sekian lama, sisi jahatku secara tidak sengaja keluar begitu saja."

".... Kau tidak akan menggodaku seperti itu lagi?"

"Tidak, aku akan menahan diri untuk tidak melakukan hal itu. Demi seluruh dunia aku tidak akan pernah menggoda Emilia-sama dengan tingkah seperti itu lagi."

Subaru tidak bisa menyingkirkan perasaan kalau permintaan maaf Frederica menyisakan beberapa ruang untuk menafsirkannya dengan arti yang berbeda. Akan tetapi, dewi kita Emilia sepertinya mempercayai kata-kata itu begitu saja tanpa pikir panjang, dan ekspresi merajuknya seketika berubah menjadi lebih santai seolah mengatakan 'yah mau bagaimana lagi.'

"Aku mengerti, aku sudah tidak marah. Apa itu cukup?"

"Ya, aku minta maaf atas kelakuanku yang sebelumnya Emilia sama........... Terlalu mudah."

Entah bagaimana, hanya Subaru yang bisa mendengar bagian terakhir dari kata-katanya, dia seketika langsung melihat kearah Frederica, tapi dia berpura-pura bodoh. Emilia yang tidak tahu kalau dia dianggap terlalu mudah, meletakkan jarinya di pipinya dan berbicara.

"Jadi mari kita lihat. Alasan Frederica dipanggil kembali ke mansion adalah... Ummm."

"Yeah yeah, terburu-buru memanggil seseorang yang sudah kau pecat, itu hanya berarti ada sebuah keadaan darurat.... Sebenarnya, kurasa aku tahu kenapa."

Sebenarnya memang ada keadaan darurat, beberapa hari yang lalu mansion Roswaal dan desa Arlam ditargerkan oleh para Pemuja Penyihir. Melihat kemampuannya yang sanggup membuat Subaru tidak sadar dalam sekejap, Frederica pastinya adalah Maid lain dari mansion Roswaal dengan kemampuan bertarung yang gila. Singkatnya, Ram memanggilnya kembali untuk memperkuat pertahanan mansion selama keadaan.....

"Itu karena ketangkasan Ram dalam mengurusi pekerjaan rumah tangga sangat menyedihkan dan juga karena mansion sedang berada dalam keadaan kacau. Itu hanya berlangsung beberapa hari, tapi tinggal disini menjadi semakin lebih sulit dan lebih sulit lagi."

"Itu benar-benar alasan yang dipaksakan!!  Dia hanya bisa bicara dan tidak.... tunggu, Ram tahu kalau dia tidak berguna, dia bahkan mengatakannya sendiri!! Setidaknya dia benar mengenai hal itu, akan tetapi, kalau begitu seharusnya dia berusaha keras untuk meningkatkan kemampuannya, iya kan?"

Jantung Subaru terasa seperti akan meledak karena mengetahui betapa dipaksakannya kenyataan ini dibandingkan dengan situasinya yang sebenarnya.

Emilia memperlihatkan senyum kecut dan mengalihkan pandangannya keseluruh kamar tamu... atau lebih tepatnya keseluruh mansion seolah-olah dia bisa melihat tembus dinding.

"Tapi semenjak Frederica kembali, mansionnya benar-benar menjadi lebih rapi. Aku pikir Ram telah membuat keputusan yang benar dengan menyerahkan hal ini kepada orang yang lebih mampu daripada membuatnya lebih buruk dengan mengabaikannya."

"Emilia-tan, meskipun kau tidak bermaksud mengatakannya, tapi kata-katamu itu tadi seperti sebuah tamparan!! Dan well, aku pikir itu masih bukanlah alasan yang cukup bagus untuk dia menyerah semudah itu."

"Mengesampingkan tentang Rem, ini sebenarnya sudah sangat lama semenjak aku diberikan kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang bermanfaat. Untungnya karena tidak ada orang disini, aku bisa menghabiskan waktu lebih banyak untuk membersihkan mansion ini."

Mendengarkan Frederica membicarakan tentang pekerjaannya mengurus mansion ini, Subaru menahan napasnya tidak sanggup menahan rasa sakit yang entah bagaimana terasa di dalam hatinya.

Hal ini adalah cara dunia menghapus keberadaan Rem yang di sebabkan oleh kemampuan 'Dosa Kerakusan'.

"Aku rasa karena Ram tidak bisa mengurus mansion sendirian, pilihan terbaiknya adalah mengandalkan orang lain.."

Jadi Ram menghubungi Frederica yang sudah mengundurkan diri untuk kembali ke mansion. Tanpa Rem, mansion Roswaal tidak akan bisa terus berjalan, dan begitulah pengganti Rem, Frederica pun tiba.

Namun, satu-satunya orang di dunia yang tahu akan kebenaran menyedihkan ini hanyalah Subaru. Ram hanya melakukan apa yang dirasa perlu tanpa memikirkan kenapa dia tiba-tiba perlu bantuan Frederica ataupun bagaimana dia bisa mengurusi mansion sampai sekarang. Itu semua sama sekali tidak terpikirkan oleh mereka.

Tapi,

"Maaf karena tiba-tiba aku menjadi serius, tapi.... Apakah syarat untuk semua Maid di mansion Roswaal harus menjadi sangat unik?"

".....? Mempertimbangkan siapa tuan kita, apa untungnya menanyakan hal itu?"

"Itu hal yang agak mengganggu."

Saat ini, semua keragu-raguan Subaru telah terjawab. Melihat responnya, Frederica pun menganggukkan kepalanya dengan puas, dan melanjutkan sikap sempurnanya sambil menatap Subaru. Dan kemudian dengan suara yang pelan,

"Ngomong-ngomong, kusir kereta naga yang berada di luar mansion sana, sudah kita abaikan selama lebih dari satu jam... apa itu tidak apa-apa?"

"Hmm? Oh, maksudmu Otto. Jadi ini sudah satu jam ya.... Well, aku rasa itu bukan masalah besar. Aku ingin segera membiarkan Patrasche beristirahat di kandang, tapi kau tidak perlu terlalu memperhatikan si Otto itu."

"Untuk seorang rekan yang berbagi pengalaman mengahadapi kematian bersama, hal itu sangat kejam Natsuki-san!! Aku tidak pernah berpikir kalau prioritasku lebih rendah daripada seekor naga tanah."

Tepat di saat itu, Otto secara dramatis membuka pintu kamar tamu. Bahunya membungkuk karena marah, dia menatap tajam kearah Subaru sambil bernapas keras melalui hidungnya. Melihat hal ini, Subaru pun berdiri, menggelengkan kepalanya dan mendesah.

"Tidak Otto, kau salah paham!"

"Bagaimana mungkin aku salah paham? Sudah terlambat untuk menarik kembali kata-katamu tadi..."

"Itu tidak seperti prioritasmu lebih rendah daripada seekor naga tanah. Tapi prioritasmu jauh lebih rendah daripada seekor naga tanah."

"Itu dua kali lipatnya!! Itu bahkan lebih buruk."

Puas dengan reaksi Otto dan gerakan menghentakan kakinya, Subaru pun mengalihkan pandangannya kearah jendela. Dia melihat kearah halaman depan dimana kereta naga yang ditarik oleh Patrasche terparkir.

Otto mengikuti pandangannya dan terlihat mengerti apa maksudnya. Masih dengan wajah yang terlihat kesal, dia berbicara.

"Aku sudah menaruh Patrasche di kandang. Dia adalah naga yang sombong dan sulit dikendalikan, tapi dia tidak ingin menyebabkan masalah apapun untuk Natsuki-san, maka dari itu dia menjadi sangat jinak."

"Mendengarkan hal itu dari dirimu, membuatku ragu akan kemampuan Divine Protection 'Bisikan Binatang' milikmu. Jika dia adalah seorang wanita, dia pastinya adalah seorang Kuudere, meskipun hatinya sangat lembut. Dan kapan perubahan ini terjadi?"

"Bagaimana mungkin aku bisa tahu hal itu. Terlebih lagi...."

Ketika Subaru masih berusaha memahami apa yang membuat Patrasche begitu menurut padanya, Otto mengalihkan pembicaraan kearah masalah lain yang berhubungan dengan kereta naga. Itu adalah.....

"Apa yang harus kita lakukan terhadap gadis yang tertidur di dalam kereta? Aku rasa ini agak menyedihkan meninggalkan dia terus berada di sana. Jika kau sibuk aku bisa membawanya ke kamar....."

"... Jangan sentuh Rem!!"

Sama sekali tidak ada maksud jahat dari kata-kata Otto. Tapi suara Subaru menjadi sedingin es.... Dia sendiri juga terkejut dengan ketajaman suaranya, ketika dia melihat Otto tersentak.

Itu hampir terdengar seperti bisikan, kata-katanya pelan dan gelap, sebuah gambaran dari beban berat yang melekat dalam pikirannya. Untungnya hal ini tidak mencapai telinga para gadis, tapi tetap saja, Subaru merasa begitu terganggu dengan ketidaknormalan dari suara yang baru saja meluncur dari tenggorokannya.


XxxxX


"... Aku akan membawanya masuk, jadi kau tidak perlu melakukan apa-apa. Punggungmu pasti akan berteriak keras jika kau menggendong seorang gadis."

"Kau tahu, pedagang selalu mengangkat benda-benda yang lebih berat lagi selama bekerja. Kami tidak selemah seperti yang pikirkan, Natsuki-san."

Subaru mencoba menutupi kata-katanya dengan sebuah ejekan, dan berkat jawaban Otto yang datang setelah keragu-raguan tadi, Subaru pun menghela napas.

Tidak peduli apapun yang terjadi, reaksinya tadi sudah terlalu berlebihan. Meskipun itu bukan maksudnya... atau lebih tepatnya, justru karena hal itu tidak sengaja lah yang membuat masalah. Kegelisahan Subaru telah berakhir, dan siapapun yang mencoba mencampuri urusan Rem, tidak peduli apapun tujuannya, nampaknya akan menjadi musuh baginya.

"Ini sama sekali bukan hal yang bagus... Sial!! aku merasa sangat menyedihkan. Kenapa aku selalu...."

Subaru mengira dia sudah bisa mengatasi hal ini, akan tetapi, disini dia langsung tersandung kerikil pertama yang berada di jalannya. Kenapa dia tidak pernah punya kekuatan untuk terus berdiri tegak?

Jika Rem ada disini, jika Emilia menyaksikannya.... Jika mereka berdua ada disini bersamanya, pasti dia akan punya kekuatan untuk terus berdiri tegak.

"Aku menanggungnya sendiri.... Tidak, aku memaksa Rem untuk menanggungnya. Diriku ini benar-benar seorang pecundang."

Seharusnya ada jalan yang lebih baik, jalan yang lebih sempurna.

Dia percaya kalau dia telah melakukan yang terbaik, sampai akhir dari pengulangannya beberapa hari lalu, dia sangat amat mempercayainya. Seharusnya ada hasil yang lebih baik, mulus, dan sempurna entah dimana. Tapi Subaru telah melewatkan kesempatan untuk menemukannya. Di dalam rasa puasnya, di dalam sifat pengecutnya, dia telah masuk ke dalam masa depan yang tidak sempurna. Dan pengorbanan Rem lah bayarannya.

Jika saja dia lebih kompeten, dia pasti akan menyadarinya.

Sebelum mengevakuasi Emilia dan Ram dari mansion, surat yang dia berikan kepada pembawa pesan dari pihak Crusch telah menjadi kosong. Dia pikir  Pemuja Penyihir yang membuntuti si pembawa pesan itu telah mengganti surat tersebut untuk membuat mereka kebingungan, tapi hal itu sangat menggelikan.

Saat itu sama sekali tidak ada kesempatan bagi para Pemuja Penyihir untuk bisa menyadari ancaman mereka, dan bagaimana mungkin dia percaya bahwa Pemuja Penyihir akan mengambil jalan memutar dengan menabur benih-benih ketidakpercayaan diantara dua pihak seperti itu? Terlebih lagi, jika memang mereka ingin membuat masalah, dibandingkan dengan sebuah surat kosong, bukankah akan lebih efektif jika mereka mengubah isinya?

Lalu kenapa, kenapa surat itu bisa berubah menjadi kosong?? Jika ini bukan perbuatan para Pemuja Penyihir, maka hanya ada satu jawabannya.

"Rem menulis surat itu. Kemudian aku meminta surat itu untuk diantarkan dan Crusch, adalah orang yang menyerahkannya kepada si pembawa pesan. Kenyataan itu tidak banyak berubah dan hanya isinya lah yang terhapus."

Itu adalah kemampuan dari 'Dosa Kerakusan', dan takdir bagi mereka yang 'nama' dan 'ingatan'nya telah dimakan. Sebuah kehidupan dihapus begitu saja dari dunia ini, dan hanya meninggalkan jaring-jaring keganjilan di belakang. Jika kau tidak mengetahuinya, kau tidak akan pernah merasa ada yang aneh, kau tidak akan pernah menyadari kalau ada sesuatu yang hilang.

Jika sudah begitu, untuk siapa, atau untuk apa tujuan dari kehidupan itu....

Melihat lebih dalam pada fakta bahwa surat itu telah kosong, menyelidikinya secara mendalam, memahami dan menggali kebenerannya, mungkin dia akan bisa melakukannya.

Apa yang Emilia katakan pada waktu itu, kalau diingat-ingat, surat tersebut tiba ketika sore hari sebelum hari terakhir. Pada saat itu isi dari surat itu telah menghilang dan Rem pasti telah diserang. Jika benar begitu, maka hampir tidak ada waktu yang telah berlalu semenjak Subaru dan Rem berpisah. Kesempatan untuk menyusul mereka sangatlah kecil, tapi setidaknya masih ada sebuah kesempatan.

Hanya saja, Subaru melewatkan kesempatan itu. Kenapa kesempatan itu bisa terlewatkan? Subaru tidak sanggup lagi untuk menjawabnya. Apakah dia benar-benar tidak merasa ada yang aneh?

Ram dengan 'siscon'nya, dan juga Emilia yang sadar kalau mereka meninggalkan Rem bersama dengan Subaru di ibukota, tapi mereka sama sekali tidak menyebutkan namanya, jadi kenapa hal ini.....

"... Ah!!"

Subaru akhirnya menyadarinya.

Seketika Subaru mengeluarkan teriakan yang terdengar bodoh dan meletakkan tangannya pada dahinya. Dengan gerakan yang goyah dia menuju kearah dinding dan membenturkan kepalanya sekeras yang dia bisa.

Terkejut dan terasa sakit. Tapi sekali saja tidak cukup, lagi, lagi, lagi, dan dia mengulanginya lagi.

"Wh, Subaru??"

Melihat tingkahnya yang tak terduga, mereka bertiga pun menjadi sangat terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa. Tapi Emilia lah yang pertama sadar dan memanggilnya dengan cemas. Dia memegang bahu Subaru dari belakang dan memutar tubuhnya.

"Ada apa tiba-tiba begini? Ini bukan pertama kalinya kau melakukan sesuatu yang aneh, tapi ini....  Oh, lihat dahimu jadi merah begini!"

"Melihat tingkat kebodohanku, dari dalam lubuk hatiku aku merasa begitu takjub, serius."

Merasakan sensasi dingin dari sentuhan jari-jari Emilia di dahinya, Subaru menggeleng-gelengkan kepalanya. Seperti yang dia bilang, dia tidak tahan lagi melihat kebodohannya sendiri.

Kemudian, tiba-tiba dia mendekat ke arah Emilia, Subaru memfokuskan tatapannya pada Emilia.

"Emilia-tan, aku ingin meminta sesuatu padamu."

"Ap- apa? Tahan dulu Subaru, wajahmu terlalu dekat, dan matamu membuatku takut..."

"Kebodohanku.... Maukah kau sedikit mencaciku?"

"Huh?"

Merasa terkejut, Emilia pun membelalakkan matanya. Melihat ada tanda-tanda penolakan dari reaksinya, Subaru pun meletakkan kedua tangannya pada bahu Emilia, memegangnya dengan erat seolah mencegahnya untuk melarikan diri dan kemudian mendekatkan wajahnya lebih jauh lagi.

"Kumohon. Jangan maafkan aku, caci maki saja diriku."

"I-itu, aku tidak bisa melakukannya. Aku merasa kau tidak melakukan sesuatu yang salah ataupun semacamnya...."

"SUDAH CARI SAJA!!"

"Meskipun kau memintaku...."

"Kumohon!! Jika kau melakukan hal ini untukku, aku akan menyerahkan seluruh jiwaku...!"

"Mengatakan sesuatu seperti itu hanya akan membuatku merasa tidak nyaman!! Gezz, kurasa aku tidak punya pilihan lain."

Emilia merasa ragu-ragu menghadapi keputusasaan Subaru, menghadapi permohonan tidak masuk akalnya. Tapi pada akhirnya dia pun mengangguk setuju. Dia berdeham dan melihat kearah Subaru.

"Subaru, kau bodoh!!!"

"Uuuu....."

"Kau nakal, hiperaktif, keras kepala, egois, berandal, tidak tahu kapan harus menyerah, terlalu sombong!!"

"Gu.. gu.. gu..."

"Tidak ada yang memintamu, tapi kau terus mengkhawatirkan orang lain, dan kau juga tidak tahu batasmu. Kau adalah orang lemah yang mendukung seorang half-elf. Ketika aku dicaci dan merasa depresi, kau selalu mengambil tempatku, bertindak gegabah, mendapat siksaan, dan melakukan hal-hal yang sembrono."

"Gu....... Eh?"

"Kau mendengarkan tapi tidak merespon dengan benar, seorang pengecut yang hanya main-main dan kemudian kabur begitu saja. Orang bodoh yang datang untuk membantu seseorang ketika dalam masalah, bahkan setelah mereka bertengkar hebat. Ketika semuanya tidak berjalan sesuai rencana, dan ketika kau menginginkan sesuatu, kau langsung saja mengatakan kalau itu sangat tidak adil. Lalu ketika semuanya telah berakhir dan semua orang mengurusi sisanya, kau malah tidur dan tidak melakukan apa-apa. Subaru, kau idiot!"

"Idiot?? Itu adalah kata-kata yang tidak akan sering kau dengar.... Kau tahu Emilia-tan..."

Dia mengharapkan sebuah celaan, tapi apa yang dia terima jauh dari hal itu. Kata-kata tersebut tidak menggores hatinya dan meninggalkan luka malahan kata-kata tersebut begitu ramah, dan memberikan bekas yang mirip di hatinya dan hati Emilia.

Menanggapi panggilan Subaru, Emilia terus menatap kearah Subaru sambil mengerutkan bibirnya.

"Apa?"

"Bagaimana aku mengatakannya ya... Mm, apakah itu semua yang kau rasakan mengenai diriku?"

"Aku tahu, itu semua terdengar seperti perasaanku keluar begitu saja. Aku seperti melakukannya begitu saja dan setelah beberapa saat aku tidak tahu apa yang baru saja kukatakan... Subaru, apa kau berpikir kalau itu adalah apa yang sebenarnya kurasakan?"

"Aku juga ingin tahu. Ketika kau berada di situasi seperti ini, apakah benar mereka perasaanmu yang sesungguhnya... Aku tidak tahu lagi apakah itu benar atau tidak."

Paling tidak, Subaru telah mengalami penyesalan karena mengatakan sesuatu secara tiba-tiba.

Apakah itu perasaan yang sudah terpendam begitu lama dan akhirnya ingin lepas dari dalam hati Emilia ataukah hanya emosi tanpa pikir panjang keluar secara tiba-tiba? Subaru merasa tidak akan ada orang yang bisa menjawab pertanyaan itu.

"Terima kasih Emilia-tan!"

"Yang kulakukan hanyalah mengatakan hal-hal buruk tentangmu. Mendapatkan kata terima kasih karena mengatakan hal-hal seperti itu.... Kau benar-benar abnormal Subaru."

"'Abnormal' itu hanya bagi Emilia-tan. Jika aku mendengarnya darimu, entah itu cacian, pelecehan, ataupun puisi keselamatan lalu lintas, itu semua pasti akan membuatku merasa bahagia."

"Yang terakhir itu aku tidak mengerti apa maksudnya, tapi tampaknya itu adalah sesuatu yang tidak perlu kuketahui, jadi aku akan melupakan kalau aku pernah mendengarnya..... Jadi apa kau puas sekarang?"

Emilia mencoba merespon sambil menahan tawanya, tapi pada akhirnya, matanya masih saja terlihat diwarnai dengan begitu banyak kesedihan.

Itu sangat tidak adil, ekspresi yang beberapa kali dia tunjukan pada Subaru, dan itulah kenapa Subaru tidak bisa membiarkan dia sendiri.

Untuk menjawab bahasa tubuh Emilia, Subaru pun tersenyum lebar yang memperlihatkan barisan giginya.

"Yeah, aku baik-baik saja sekarang. Sebenarnya, mungkin aku masih belum sehat. Tapi jika aku mendapatkan ciuman dari Emilia-tan untuk menghapus kutukanku, aku mungkin akan bisa menemukan keberanian yang kubutuhkan, jika saja...."

"Sayang sekali, karena permintaannya telah ditutup untuk hari ini."

"Sialan!! Aku gagal!! Kenapa aku selalu.... terlambat... Ah!"

Seolah-olah sangat menyesalinya, Subaru pun menjatuhkan dirinya sendiri. Melihat hal ini, Emilia hanya menunjukan sebuah senyum kecut. Setelah menghabiskan beberapa saat untuk meratapinya, Subaru akhirnya berdiri dan melihat kesekeliling ruangan.

"Well, aku takut ada beberapa urusan yang harus ku urus. Aku merasa tidak enak meninggalkan kalian semua dan Emilia-tan seperti ini, tapi aku butuh sedikit waktu. Aku pikir itu tidak butuh waktu lama tapi..... Apa-apaan dengan wajahmu itu Otto?"

"Aku merasa seperti aku harus meminta pertanggungjawabanmu setelah menyaksikan kejadian menggelikan tadi, tapi aku akan melakukan negosiasi harganya nanti.... Apa yang akan kau lakukan sekarang?"

Otto yang sampai sekarang terlupakan menyuarakan ketidakpuasannya kepada Subaru yang sedang menyilangkan kedua tangannya dan mengangkat kepalanya sambil berpikir. Kalau dipikir-pikir Otto tidak tahu tentang orang terakhir di mansion ini yang belum Subaru kenalkan padanya.

Jika begitu, untuk memberitahu Otto kemana dia berencana untuk pergi selanjutnya, hanya kata inilah yang paling pantas.

Setelah memikirkan hal itu sebentar, Subaru pun meluruskan tangannya kembali dan mengatakan,

"Well, aku akan pergi menemui seorang loli dengan rambut keriting seperti bor yang berlubang di dalam ruangan yang mirip seperti sarang tikus mondok."


Dengan kata-kata itu, Subaru mengabaikan semua tanggung jawabnya untuk menjelaskan situasi saat ini dan meninggalkan Otto dalam keadaan bingungnya.


---End of Chapter 2---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translated by : Me [Zhi End]


Previous
Next Post »
6 Komentar
avatar

lanjut terus gan!! mantyap!!

Balas
avatar

Ferederica emng ada di amimenya ya min?

Balas
avatar

Ferederica emng ada di amimenya ya min?

Balas
avatar

Belum saatnya Frederica muncul, jadi di animenya gak ada.. :3

Balas
avatar

Tapi ferederica pernah muncul sekilas pas episode masalalu rem dan ram di animenya

Balas