Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 6 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 6 : Sepanjang Perjalanan Menuju Sanctuary



Chapter 6 : Sepanjang Perjalanan Menuju Sanctuary.

"Aku tidak bisa menemani kalian, jadi tolong berhati-hatilah selama perjalanan. Dan kalau bisa, tolong sampaikan pada Master kalau Frederica sedang mengawasi keadaan disini."

Pagi hari saat keberangkatan, kereta naga sudah terparkir di halaman depan mansion. Datang untuk mengantar kepergian mereka, dengan kata-kata tersebut, Frederica pun sedikit membungkukkan tubuhnya.

Pose membungkuknya begitu sopan, membuat siapapun yang menerimanya pasti terintimidasi untuk meluruskan punggungnya.

Bagaimanapun, menerima hal itu, Subaru dan Emilia saling menatap satu sama lain.

"Akulah yang seharusnya meminta maaf. Aku tahu betapa sibuknya kondisi saat ini.... Roswaal tidak ada, dan aku harus bertindak menggantikan posisinya, tapi...."

"Walau bagaimanapun, Emilia dan aku benar-benar tidak tahu apa-apa jika berhubungan dengan pekerjaan mengurus mansion. Meskipun aku bisa menangani beberapa tugas rutin, tapi semua orang tahu betapa amatirnya diriku jika jumlah pekerjaannya juga terlibat. Aku sudah mencoba melempar Otto untuk mengatasi semuanya, tapi itu seperti memercikan air kedalam bara panas."

Melihat hasil yang mereka peroleh dua hari belakangan ini, Subaru hanya bisa tersenyum kecut menyaksikan betapa sia-sianya usaha mereka.

Dia dan Otto telah berkelana tanpa tujuan di dalam kantor yang berantakan itu, dan satu-satunya hal yang mereka pelajari adalah 'ini semua mustahil tanpa penjelasan dari orang yang bersangkutan'.... Satu kalimat itu sudah cukup untuk menyimpulkan sejauh mana kemajuan mereka.

Frederica tampaknya memiliki sebuah ide, tapi itu masih butuh waktu untuk menutupi kesenjangan yang ada setelah beberapa bulan ketidakhadirannya. Sebenarnya, memikirkan berapa banyak pekerjaan yang berhubungan dengan mengurus mansion, malah hanya akan menambah beban kerja Frederica.

Emilia berusaha menangani beberapa tugas sederhana, tapi selain itu, dia tidak punya pilihan lain selain membiarkannya, meskipun dia tahu kalau mereka hanya akan mulai menumpuk.

"Seperti itulah rasanya ketika kau menunda mengerjakan PR liburan musim panasmu, dan kemudian hal selanjutnya yang kau ketahui, itu sudah hari pertama semester baru... Yah, tapi aku bukanlah tipe pria yang tidak pernah mengumpulkan PRnya!"

"Aku benar-benar tidak mengerti, tapi bukankah itu hal yang bagus? Saat ini, aku merasa berlawanan dengan hal itu dan dadaku juga benar-benar sakit. Ini tidak seperti aku merasa bersalah, tapi aku tahu, tidak baik jika meninggalkan semuanya terlantar seperti ini."

"Itu tidak sepenuhnya kesalahan kita.. yah begitulah alasanku, tapi ini sulit bagi Emilia-tan, ya kan? Well, aku benar-benar paham bagaimana rasanya ketika kita hanya bisa menyaksikan sesuatu berubah menjadi semakin memburuk.."

Sangat menjengkelkan, ketika kita harus menelantarkan sesuatu yang seharusnya tidak kita tunda. Tapi, meskipun dia bersimpati pada perasaan bersalah Emilia, tidak ada banyak hal yang bisa dia lakukan untuk membantu.

Pada akhirnya, Subaru memang tidak bisa diandalkan, jadi satu-satunya hal yang bisa dia lakukan hanyalah memanggil orang yang lebih kompeten.

"Naga tanah sudah siap berangkat. Meskipun baru beberapa hari semenjak mereka bekerja begitu keras, Patrasche milik Natsuki-san terlihat seolah-olah sudah tidak sabar untuk pergi."

"Dia benar-benar gadis pekerja keras, ya kan? Pemilik sebelumnya pasti punya karakter yang menarik, tidak seperti pemiliknya yang sekarang.... Kau pikir dia bisa membawa kita kesana? Akan sangat buruk jika kita tersesat dan akhirnya terlantar."

Orang yang masuk kedalam percakapan mereka adalah seorang pria yang duduk di kursi kemudi kereta naga, dia sedang bercakap-cakap dengan dua naga tanah, Patrasche dan Furufu... Otto.

Karena Divine Protection 'Anima Whispering' hanya bisa dilakukan oleh Otto, bagi orang lain yang melihatnya, dia tampak seperti orang gila yang berbicara dengan naga tanah, meski begitu, Subaru sama sekali tidak mengomentarinya.

Tidak menyadari kalau Subaru sedang memberinya sebuah tatapan hangat, Otto pun hanya merespon dengan jujur "Uh huh", sambil mengangguk.

"Arahan Frederica sangat bagus, dan sepertinya juga tidak akan ada masalah. Aku yakin kita bisa sampai kesana kurang dari setengah hari."

"Begitu ya.... Tapi, apa kau berencana untuk ikut juga?

"Tentu saja aku ikut."

Setelah Otto memberikan persetujuan kepada arahan Patrasche, Subaru pun mengangguk dan beralih ke pertanyaan berikutnya, tapi Otto malah menghentakkan kakinya di tempat kusir dan memelototi Subaru.

"Lagipula, ini akan menjadi pertemuan pertamaku dengan Margrave. Tentu saja, aku ingin memintamu untuk mengenalkanku, tapi membayangkan perkenalan apa yang akan kau beri jika aku tidak ada disana... itu terlalu mengerikan, aku tidak bisa menyerahkannya padamu."

"Oy, oy, aku akan menjadi bingung jika kau terlalu mempercayaiku."

"Yeah, meskipun kita baru saja mengenal satu sama lain, tapi aku sudah mempercayaimu 120℅.... Aku bisa yakin kalau Natsuki-san pasti akan melakukan apa yang tidak kuinginkan."

Subaru memutar bibirnya menanggapi kata-kata tersebut, sementara Emilia yang hanya diam mendengarkan mereka sampai sekarang, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.

Kedua pria itu menoleh untuk melihat asal tawa tersebut disaat yang bersamaan, Emilia pun dengan malu-malu mengangkat tangannya.

"Serius, kalian berdua sudah seperti seorang sahabat. Kapanpun aku melihat kalian bersama, kalian selalu saja bertengkar mesra, itu membuatku sedikit cemburu."

"Jika kau mau, aku juga bisa kok mesra dengan Emilia-tan, hanya saja itu bukan bertengkar melainkan bercumbu. Aku akan memindahkan waktu bertengkar dengan Emilia-tan untuk waktu Otto, dan menggantinya dengan waktu kemesraan dari waktu Otto."

"Jika kau melakukannya, tidak akan ada hal lain diantara kita selain caci maki dan adu tinju."

Subaru sangat percaya diri akan kemampuannya dengan kata-kata dan cacian, tapi jika berkelahi dengan Otto dalam sebuah perkelahian, dia tidak sepenuhnya yakin bisa menang. Otto mungkin terlihat sangat sopan, tapi Subaru tahu sendiri seberapa kuatnya dia.

Di pengulangan sebelumnya, setelah berdebat, Otto mendorong Subaru jatuh dari kereta. Mengetahui bahwa lawannya bukan hanya orang lemah, Subaru pun menyadari peluang menangnya sangat tipis jika mereka harus berkelahi satu lawan satu.

"Memikirkannya, kemampuan bertarungku memang benar-benar sangat lemah... Aku sudah tahu hal itu, tapi tetap saja, itu masih terasa sangat menyedihkan."

Seperti yang dia sebutkan sebelumnya, Subaru kalah melawan Otto, dan tanpa perlu penjelasan pun dia pasti tidak akan bisa mengalahkan Emilia yang tahu mengenai sihir. Dia sudah dihancurkan oleh Frederica, dan tidak perlu mengikutsertakan Rem yang tertidur ataupun Beatrice yang sedang mengurung diri. Kalau begitu, satu-satunya orang di mansion yang kemungkinan bisa dikalahkan oleh Subaru adalah....

"Kalau dipikir-pikir, satu-satunya orang yang mungkin bisa kukalahkan adalah Petra, dan aku tidak melihat dia di sekitar sini. Dimana dia?"

"Aku takut untuk menanyakannya..... Tapi bagaimana bisa pemikiranmu berubah kearah orang yang bisa kau kalahkan? Ngomong-ngomong, Petra ada di dalam mansion... ah, itu dia."

Sedikit terkejut oleh usaha sia-sia Subaru untuk memperoleh kemenangan dengan cara eliminasi, Emilia pun menoleh ke arah mansion, mata ungunya sedikit berbinar. Terpengaruh oleh sikap Emilia dan melihat kearah yang sama, Subaru melihat seorang gadis mengayun-ayunkan lengan baju dari seragam maid barunya ketika dia berlari kearah mereka berdiri.

"Tunggu, tunggu sebentar, Suba- Subaru-sama....."

"Kau tidak perlu terburu-buru. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang kejam seperti pergi tiba-tiba, hanya Otto yang akan melakukan hal seperti itu. Benar kan Otto?"

"Tidakkah kau ingat apa yang kau katakan 3 detik yang lalu?"

Tersenyum kearah gadis yang sedang terengah-engah sambil meletakkan tangannya diatas lututnya, Subaru pun menarik Otto masuk kedalam percakapannya dengan sebuah ejekan sambil menunggu gadis itu mengatur napasnya. Kemudian, setelah mengusap dahinya dengan lembut, Petra pun mendongak untuk melihat kearah Subaru.

Pipinya memerah, mata besar dan bulatnya terlihat begitu menawan. Dia mengeluarkan napas panjang, melepaskan kelelahannya, dan menyunggingkan sebuah senyum di wajah malaikatnya.

"Aku ingin memberikan ini kepadamu sebelum kau pergi. Tolong bawa ini bersamamu."

Dan dengan itu, dia mengulurkan sebuah saputangan sederhana yang terlihat sangat biasa.

Pada tepi kain berwarna putih itu terdapat renda berwarna emas, dan ujung jari Subaru bisa mengatakan kalau saputangan itu dibuat dengan pengerjaan yang teliti. Menerima benda itu, Subaru pun membaliknya untuk melihat sisi lainnya.

"Oh, ini...... dibordir. Ini benar-benar bagus."

Terjahit pada permukaan kain putih itu, adalah sebuah bordiran yang kemungkinan besar dikerjakan oleh Petra sendiri. Bordiran itu dikerjakan dengan benang berwarna hitam, pink, dan abu-abu, sementara desainnya adalah sesuatu yang sangat akrab dengan Subaru. Emilia yang mengintip dari balik pundak Subaru, mengeluarkan sebuah tawa kecil, "Aha".

"Itu sama seperti Puck yang kau gambar, Subaru. Oh, wow, ini benar-benar dikerjakan dengan baik."

"Gambar Puck ku, yeah ini benar-benar dikerjakan dengan bagus. Pasti tidak butuh waktu lama untuk mempelajarinya."

"Aku mendapatkan stempel setelah melakukan senam radio setiap pagi."

Lupa untuk berbicara dengan sopan, Petra pun mengeluarkan sesuatu dari sekitar lehernya. Itu adalah kartu stempel yang Subaru buat dan dia berikan untuk anak-anak desa... Setiap pagi setelah mereka berpartisipasi dalam senam radio pagi, Subaru menyetempel kartu-kartu mereka dengan sebuah gambar yang terukir diatas kentang manis, itu benar-benar mirip seperti sebuah stempel betulan.

Di tangannya, dia memegang stempel yang paling baru, stempel dengan gambar puck "Gloomy Monday". Dia pasti bekerja sangat keras dan melukai jarinya ketika dia menjahit desainnya.

(*Baca Arc 3 Chapter 1)

"Ini benar-benar sangat bagus, sebagai seorang master penjahit, aku tidak boleh kalah disini."

"Apa kau mau membawanya.... ah, tidak, apakah anda akan membawanya?"

"Yang benar itu "maukah kau menerima ini?".... Tentu saja, aku akan dengan senang hati menerimanya. Kelihatannya akan sangat memalukan jika ini digunakan untuk mengelap darah, keringat, ataupun air mata, jadi aku hanya akan terus membawanya seperti sebuah jimat."

Setelah melipat saputangan itu dengan teliti, Subaru pun menaruhnya kedalam saku dadanya sebelum melihat kembali kearah Petra. Kemudian, selembut yang dia bisa..... dia melihat kearah sepasang mata galak dan sipit, serta taring tajam yang menghiasi senyumnya, yang mana saat ini sedang menatap kearah Petra. Mendengar kata-kata Subaru, Petra pun meletakkan kedua tangan pada wajahnya yang tersipu sambil mengalihkan pandangannya.

"Aku akan menunggu kepulanganmu. Oh, Onee-chan, dan pria berisik itu juga."

"Sepertinya aku hanya sebuah tambahan...."

"Tunggu, bukankah panggilanku itu sedikit terlalu kasar!?"

Emilia dan Otto membalas kata-kata Petra secara bergantian, sebuah senyum kecut terlihat di wajah mereka. Subaru hanya bisa tersenyum, ketika Petra tampak mengabaikan tekanan yang berasal dari Frederica di belakangnya.

Tidak diragukan lagi, ketika mereka pergi, Petra pasti akan menerima pelajaran keras dari Frederica, bertahanlah Petra!!

"Baiklah, meskipun berat meninggalkan kalian semua, tapi kami harus segera berangkat."

"Jika kita menghabiskan terlalu banyak waktu berbicara disini, semuanya akan menjadi sia-sia meskipun kita mencoba berangkat sangat awal."

Subaru menyela, dan mengakhiri percakapan itu sebelum melompat masuk kedalam kereta. Setelah itu, dia mengulurkan tangannya.

"Jika kau bersedia, Emilia-tan. Pegang tanganku.."

"Aku yakin akan lebih menyenangkan melihat pemandangan dari kursi kemudi sekali-sekali?"

"Ahh! Kejam!! E.M.K!!.... Oh wah!!"

(*T/N : Emilia Major Koakuma) (*Koakuma = Iblis kecil)

Diperlakukan dengan begitu kejam, Subaru hampir saja menarik kembali tangannya, tapi sebelum itu, tangannya tiba-tiba di tarik dengan begitu kuat sehingga dia hampir terjatuh dari kereta ketika Emilia lewat di sampingnya dengan santai.

Rambut peraknya menyapu hidung Subaru ketika dia lewat, hingga dia mencapai bagian dalam kereta naga dengan suara yang sangat pelan. Duduk dengan lembut di sisi yang berlawanan dengan Subaru, dia pun memiringkan kepalanya dan melihat kearah Subaru.

"Ada yang salah?"

"Tidak... Tidak ada?"

Dengan kata-kata itu, Subaru menapakkan kakinya dengan keras menuju tempat Emilia berada, dan duduk di sebelahnya. Mengingat kalau bagian dalam kereta itu cukup luas, Emilia tersenyum menanggapi tingkah Subaru.

Otto, yang meyaksikan interaksi diantara mereka, menggerutu "aku tidak bisa tahan jika terlibat denganmu" sambil duduk di kursi kemudi, dia memegang tali kemudi dan melihat kearah jalan yang ada di hadapannya.

"Baiklah, kita berangkat! Berhati-hatilah agar tidak menggigit lidah kalian sendiri."

"Tepat di belakangmu, ah, jangan membuat keretanya berguncang terlalu keras. Dan jika kau ingin mengerem tiba-tiba... Tolong gunakan sinyal yang sudah kita bicarakan sebelumnya. Tanpa itu, akan sulit bagiku menemukan waktu yang tepat untuk berdesak-desakan dengan Emilia."

"Kau memikirkan sesuatu seperti itu?"

"Aku tidak pernah mendengar rencana licik itu dalam hidupku!! Tunggu, sejak kapan aku menjadi kaki tanganmu?"

Emilia memberikan tatapan remeh kepada Subaru dan Otto, dia sepertinya tidak mempercayai protes Otto terhadap tuduhan palsu tersebut. Memikirkan ratapan Otto karena ketidakadilan yang sangat sesuai dengannya, meskipun tidak ada hubungannya dengan Subaru, dia pun mengangkat tangannya.

"Baiklah. Tujuan : Sanctuary. Ayo berangkat.....!"

"Siapa kau berkata seperti itu?"

Melihat Otto merajuk di kursi kemudi, Subaru pun menjawab "kau tidak mengerti soal hype, ya kan?", sebelum menjulurkan kepalanya keluar jendela untuk melihat dua orang yang mengantar kepergian mereka.

"Baiklah, kami serahkan tempat ini kepada kalian. Juga.... Aku mengandalkanmu.... untuk merawat Rem."

"Serahkan saja padaku. Sebagai gantinya, aku serahkan Emilia-sama dan Roswaal-sama."

"Hati-hati, dan kembalilah dengan selamat!"

Suara Subaru tidak terdengar main-main seperti biasanya, dan ketika mereka bersiap-siap berangkat, Petra dan Frederica pun membungkukan badan mereka sebagai ucapan selamat tinggal.

Setelah interaksi formal yang konyol itu, kali ini Subaru secara meyakinkan.... well, dengan beberapa keraguan, menghilangkan mansion dari daftar pikirannya.

"Oy, kita masih belum berangkat, Otto? Kau, lam-bat..."

"Aku tidak paham dengan perlakuan ini!"

Interaksi ini meniup semua ketegangan yang tersisa, mereka pun berangkat menuju Sanctuary.



XxxxX


"Sepertinya aku harus mengajarimu bagaimana cara berbicara lebih sopan dan membungkuk lebih baik lagi."

"Maafkan aku. Itu hanya...... aku ingin menjadi lebih manja, meskipun hanya sedikit."

Petra dengan cepat menundukan kepalanya, gestur-nya hampir sempurna seperti ajaran Frederica. Dia adalah murid yang cepat tanggap, dia bisa paham dengan cepat, dan tentu saja dia adalah murid yang layak untuk diberi bimbingan.

Interaksi beberapa saat yang lalu bisa dimaklumi untuk gadis seusianya, jadi tidak ada alasan untuk memarahi dia karena hal sepele seperti ini.

"Aku tahu kau menjadi semakin dekat dengan Subaru-sama dan Emilia-sama beberapa hari ini. Tapi tetap saja, tidak baik melupakan hubungan kalian sebagai pelayan dan tuan."

".... Ya bu, aku benar-benar minta maaf."

Gadis ini sadar tingkah lakunya menjadi sedikit egois.

Dia bisa berperilaku tepat seperti yang sudah diajarkan dan mengantar kepergian Subaru dan yang lainnya dengan benar, tapi dia dengan sengaja meninggalkan tugasnya sebagai pelayan dan memilih untuk mengantar kepergian Subaru dan yang lainnya sebagai seorang gadis biasa... Pasti ada alasan dibalik semua itu, dan meskipun alasannya sepele, tetap saja itu tidak bisa dipisahkan.

"Tidak ada untungnya mendiskusikan hal ini semakin jauh. Sebagai hukuman atas apa yang telah kau lakukan, kau harus menyalin tulisan extra siang ini."

"Uh.... Akankah topiknya juga akan bertambah?"

"Paling tidak kau harus bersiap-siap. Selain itu, jika kau sudah memperkirakan kalau hal ini akan menjadi hukuman untuk menutupi kesalahanmu, maka aku akan sangat menantikan masa depanmu sebagai muridku."

Setelah mengatakan hal itu, Frederica pun menepukkan tangannya, dan dengan kata "baiklah sekarang," dia melanjutkan...

"Meskipun Emilia-sama dan yang lainnya sudah pergi sekarang, Beatrice-sama masih ada di dalam mansion. Kita tidak boleh santai-santai saja dalam hal menyiapkan makanan dan bersih-bersih. Jika kita tidak cepat menyelesaikannya, maka kita tidak akan punya cukup waktu untuk belajar. Jadi Petra, cepat dan selesaikan tugasmu."

"Ya bu. Aku akan menyelesaikannya dalam sekejap."

Melihat gadis kecil itu berlari pergi dengan baju yang melambai-lambai, bibir Frederica sedikit melembut dan menampakkan taring-taringnya. Dengan gerakan yang sudah terlatih dia menutupi senyum tersebut dengan menggunakan tangannya dan melihat kearah dimana kereta naga yang sudah tidak terlihat lagi itu pergi... kearah dimana Emilia dan yang lainnya pergi meninggalkan mansion.

"Tepat seperti yang kau katakan, Master. Entah mereka bisa mangatasi 'Sanctuary' atau tidak, itu semua tergantung pada Emilia-sama dan Subaru-sama sekarang."

Dengan menutup matanya, Frederica membiarkan hembusan angin lembut menerpa tubuhnya.

"Akankah Emilia-sama bisa mengatasinya? Terikat dengan darah Sang Penyihir, jalan buntu yang tidak bisa dihindarinya adalah taman surga..."


XxxxX


"Jadi pada akhirnya, Puck belum menunjukan wajahnya juga ya?"

"Belum. Aku sudah memanggilnya, dan aku masih bisa merasakan keberadaannya di dalam kristal, tapi..... ini pertama kalinya dia menghilang untuk waktu yang lama, aku jadi sedikit khawatir."

Di dalam kereta naga yang berderap dengan halus, duduk bersama, hanya suara Subaru dan Emilia yang bergema di dalam kereta.

Dibawah Divine Protection 'Wind Evasion', suara angin dan berbagai suara berisik diluar hampir sepenuhnya tidak bisa didengar dari dalam kereta. Bahkan ketika berlari dengan kecepatan tinggi, suara ataupun keributan yang dihasilkan oleh kereta naga pun hampir tidak ada, sehingga membuat semua ini terasa seperti sesuatu yang ada di dalam mimpi.

Mungkin, ini rasanya sama seperti saat menaiki kursi premium dari kereta express Shinkansen, tapi Subaru tidak pernah punya kesempatan untuk merasakan kursi itu, tidak juga dengan kursi umum, untuk alasan apapun.

Bagaimanapun, di dalam kereta yang begitu tenang, pembicaraan mereka bisa terdengar dengan sangat jelas. Dan disini, topik pembicaraan mereka beralih pada perubahan yang sangat mengganggu mereka beberapa hari belakangan ini, yaitu ketidakhadiran seseorang yang biasanya berada di samping Emilia, sosok seorang ayah kucing yang selalu menggagalkan usaha Subaru untuk mendekati Emilia.... Puck.

"Kalau dipikir-pikir lagi, dia sudah tidak kelihatan bahkan sebelum kita kembali ke mansion.... terakhir kali kita melihatnya adalah.. "

"Buatku sih ketika masih ada di Ibukota, ketika kita berada di mansion Crusch. Kupikir semuanya sangat normal, tapi aku tidak bertemu dengannya semenjak pagi itu. Bahkan ketika aku memanggilnya, dia juga tidak muncul.... aku khawatir kalau aku sudah membuatnya marah atau semacamnya."

Sambil menunduk, Emilia bermain-main dengan ujung rambutnya mencoba untuk tidak menunjukan wajahnya pada Subaru. Beberapa hari ini rambut peraknya selalu saja dikepang.

Melihat Subaru menatap kearahnya, seolah mengerti maksud dibalik tatapan itu, Emilia pun mengangguk "Ya"

"Kontrak yang aku buat dengan Puck ketika terakhir kali aku melihatnya adalah 'selalu mengepang rambutku'. Setelah itu, aku tidak diberitahu apa yang harus kulakukan, jadi aku terus membiarkannya seperti ini."

"Gaya rambutmu adalah kontrakmu dengan Puck? Serius? Itu sangat mudah, ya kan? Meski begitu, katanya rambut adalah nyawa bagi seorang wanita, jadi itu seolah-olah kontrak Puck adalah memegang sebuah kehidupan ya..."

"Aku pikir itu juga harga yang sangat murah. Aku tidak tahu hal ini sampai aku keluar dari hutan, tapi mempunyai kontrak dengan seorang roh seperti Puck, keadaan seperti ini memang terlalu mudah. Roswaal juga sangat terkejut. Pada kenyataannya, jika ingin membuat kontrak, kau sepertinya harus memiliki jumlah Mana yang sangat besar ataupun syarat-syarat rumit lainnya."

Melihat Emilia mengendurkan sudut bibirnya ketika mengatakan ini, Subaru pun mengangguk seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Tapi kemudian, dia dengan cepat mengangkat rahangnya untuk menghilangkan senyum lemah Emilia.

"Well, bisa membatasi sedikit saja waktu Emilia-tan, bagiku, aku bisa bilang kalau itu adalah harga yang sangat mahal."

"Kata-kata seperti itu, jika kau terus mengatakannya dengan begitu enteng, itu hanya akan menjadi kata-kata yang dangkal. Jika itu adalah sesuatu yang penting, maka lebih baik mengungkapkan mereka di waktu yang penting juga, kurasa."

Emilia menyuarakan keberatannya melihat bagaimana Subaru yang selalu saja menemukan cara untuk menggodanya. Pada akhirnya, Subaru mengangkat kedua tangannya dan menggelengkan kepalanya.

"Rahasia yang perlu dikatakan kepada Emilia-tan sudah tersimpan secara terpisah hanya untuk saat-saat yang penting. Yang satu ini untuk kebutuhan sehari-hari, satu dari beberapa hal yang mudah untuk dikatakan kepada Emilia-tan."

"Serius, Subaru, kau punya lidah perak.... Oh tidak, mungkin wajahku saat ini sedang memerah, jangan lihat aku!!"

(T/N : Lidah perak : Pandai berkata-kata)

Melihat Emilia yang tiba-tiba menggunakan telapak tangannya untuk menutupi wajahnya, Subaru pun tertawa, memastikan dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan, mencoba membawa percakapannya kembali ke topik, Subaru pun melanjutkan dengan "Well...."

"Karena Puck tidak ada, ada beberapa masalah serius dalam aspek pertarungan pada perjalanan kali ini. Kita tidak bisa mengandalkan Otto untuk bertarung, dan aku juga tidak hebat sama sekali. Emilia-tan juga tidak terlalu tangguh tanpa Puck, benar kan?"

"Oh, kau mengatakan hal seperti itu ya.. Tapi, akan kuberitahu kau, aku masih bisa menggunakan sihir bahkan ketika Puck tidak ada disini. Tidak hanya Puck, aku punya kontrak dengan roh-roh yang sangat kecil juga. Aku tidak punya masalah berkomunukasi dengan mereka, jadi aku bisa bertarung. Aku pasti akan melindungimu tidak peduli apapun yang terjadi."

"Oh tidak, sangat jantan.... !! Itu berarti aku terlalu menyedihkan, ya kan? .... Kata-kata itu, suatu hari nanti, aku sendiri pasti akan mengatakannya kepada Emilia-tan, jadi tunggu saja!!"

"Aku akan menunggunya tanpa ekspektasi apapun."

Seolah-olah membuktikan kata-kata Emilia, roh-roh yang sangat kecil pun muncul, datang mendekat, dan berkumpul di ujung jari Emilia, mereka melayang-layang dan terlihat bercahaya. Mereka terlihat seperti roh-demi milik Julius, tapi keberadaan mereka terlihat lebih lemah jika dibandingkan... dan meskipun kekuatan mereka sangat jauh dari Puck, setidaknya mereka tidak menjadi kumpulan makhluk yang tidak berdaya.

Satu-satunya gadis dalam rombongan mereka dan orang yang Subaru sukai... Mengandalkan perlindungannya pasti akan sangat memalukan.

"Begitulah, ketergantunganku pada orang lain tidak berubah banyak semenjak pertarungan melawan Paus Putih. Saat itu, aku benar-benar bergantung pada Rem, dan bahkan sebelum itu.... tunggu, tidak pernahkah ada saat dimana aku melakukan semuanya sendiri?"

Tentu saja, itu adalah cerita dari sudut pandang Subaru, dan mungkin semua itu juga kurang dihargai oleh dirinya sendiri.

Tapi bagaimanapun, karena tidak ada orang yang punya cukup informasi untuk menemukan kesalahan dalam kesimpulan ini, reaksi mengerikan Subaru saat menyadari semua ini pun lewat begitu saja.

"Well, Sanctuary huh.. Sebenarnya, tempat seperti apa itu....?"

Setelah sedikit menginstropeksi diri, Subaru melihat pemandangan di luar kereta melalui sebuah jendela kecil sambil menggumamkan hal tersebut di sela-sela napasnya.

Saat ini, bagi Subaru, Sanctuary adalah tempat yang sama sekali tidak diketahui. Dari namanya saja sudah tidak memberikan kesan berbahaya, tapi peringatan Frederica ketika dia membicarakan tentang Sanctuary benar-benar membekas dalam otak Subaru. Salah satu dari kata-kata itu...

"Hati-hati terhadap Garfiel huh..."

"Kau juga tidak pernah bertemu dengan dia kan Subaru? Aku hanya mendengar namanya, dan Frederica juga sama sekali tidak memberitahukan detailnya."

Seolah-olah mengikuti kata-kata Subaru, alis rapi Emilia pun juga memicing dengan cemas. Kejadian yang muncul di pikirannya mungkin sama dengan apa yang ada di pikiran Subaru.

Kejadian saat Frederica memberikan peringatan untuk berhati-hati terhadap pria bernama Garfiel, namun menolak untuk menjelaskannya lebih detail.

Meskipun ketika Subaru menyuarakan ketidakpuasannya terhadap minimnya informasi yang dia dapatkan, Frederica tetap saja menolak dengan keras kepala, mengatakan "itu karena Sumpahku" dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Emilia dan Subaru yang tidak tahu harus melakukan apa, memutuskan untuk tidak menekannya lebih jauh.

"Aku seharusnya mendapatkan informasi yang lebih banyak darinya... Dia tahu sepenuhnya kalau Garfiel adalah sosok yang berbahaya, tapi dia hanya memberitahu kita namanya, itu sangat keterlaluan."

"Yah, mau bagaimana lagi, itu adalah sebuah Sumpah. 'Kesepakatan itu suci dan tidak bisa diganggu gugat, sama sekali tidak boleh dilanggar. Kontrak, Sumpah, dan Perjanjian, meskipun pada dasarnya mereka berbeda, mereka semua tetaplah setara'."

Sambil mengayunkan jarinya yang terangkat, Emilia mengatakan hal itu seolah-olah sedang mengajari Subaru.

Kontrak, Sumpah, dan Perjanjian, seperti sebuah permainan kata-kata, mereka semua melayang ke telinga Subaru. Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul dipikiran Subaru, dia pun segera mengutarakannya..

"Jadi, antara Emilia-tan dan Puck adalah Kontrak. Antara Frederica dan Roswaal adalah Sumpah wajib. Dan kemudian, kesepakatan antara Sang Naga dan Kerajaan adalah sebuah perjanjian.... Benar kan? Atau aku salah?"

"Hal itu tidak dibedakan sebegitu jelasnya, tapi dari apa yang kupahami, Kontrak itu antar individu, Sumpah dibuat ketika satu pihak bersumpah pada pihak lainnya, dan Perjanjian adalah sebuah kesepakatan yang melampui batas-batas individu, dan bahkan melebihi batas-batas waktu.... Setidaknya, itulah yang sudah kupelajari."

"Begitu ya. Itu sangat cocok dengan pengertiannya..."

Mengangguk menanggapi penjelasan Emilia, Subaru pun menggaruk-garuk kepalanya dengan kasar dan dengan kata-kata "tapi, tetap saja" dia melanjutkan

"Itu juga dihiasi dengan kata-kata yang indah.... 'Kesepakatan itu suci dan tidak bisa diganggu gugat', ya kan?"

"Perjanjian..... Janji adalah sesuatu yang sangat penting. Tentu saja, Sumpah dan bahkan Kontrak pun tidak memaksa untuk melindungi mereka. Sama sekali bukan seperti itu, tapi tetap saja kita harus menepati janji. Kita berusaha keras untuk menepatinya, ya kan? Meskipun tidak ada orang yang melihat, ataupun tidak ada orang yang menyadarinya, janji haruslah dijaga. Entah itu orang lain ataupun diriku sendiri, kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk menepatinya."

Sambil menempatkan tangan di depan dadanya, Emilia pun mengunci pandangannya kearah Subaru yang bertanya dengan begitu enteng. Nada bicaranya lembut dan tidak ada maksud untuk menyalahkan Subaru.... Tapi, hati Subaru terasa begitu sakit ketika mendengar hal itu.


XxxxX


"Karena kami mempercayai hal ini, kami memberikan kata-kata kami dan bekerja keras untuk memenuhinya. Karena janji itu dijaga untuk melindungi kepercayaan orang lain, kan?"

"Mengenai itu.... Aku benar-benar minta maaf!"

Di dalam kereta tanpa ada sedikitpun keributan, tiba-tiba Subaru menjatuhkan diri ke lantai dan menjatuhkan kepalanya lurus di depannya.

Melihat Subaru meletakkan dahinya di lantai dengan pose DOGEZA penuh, untuk beberapa saat, Emilia terbelalak  heran. Beberapa detik kemudian, setelah merenungkan apa yang baru saja dia katakan ditambah dengan pose Subaru saat ini, Emilia tampak mulai mengerti.

(T/N : Dogeza : intinya adalah bersujud)

"Oh, aku tidak menyalahkanmu atau semacamnya. Well, memang benar kau tidak menjaga janjimu, dan bahkan tidak meminta maaf, ditambah lagi kau malah berbalik memarahiku, jadi memang benar kalau aku merasa seperti 'Apa-apaan ini!'"

"Ow ow ow telingaku sakit!"

"Tapi kemudian, setelah memikirkannya, aku sadar kalau aku juga tidak adil dan hanya melihat sesuatu dari sudut pandangku. Aku seharusnya berdamai dengan Subaru tepat setelahnya, tapi aku begitu keras kepala, aku tidak melakukannya, jadi ini juga kesalahanku. Maafkan aku!"

"Ow ow ow dadaku sakit!"

"Perjanjian dan hal-hal semacam itu, mungkin mereka lebih mendalam dan berat untukku, karena aku adalah seorang pengguna roh, kontrak itu lebih penting bagiku daripada orang-orang normal pada umumnya. Seorang pengguna roh harus menghormati kontrak mereka diatas segalanya, dan itulah kenapa aku sangat over sensitif ketika itu terjadi.... Yeah, janji adalah masalah yang sangaaat besar bagiku. Sekarang, kalau kupikir-pikir lagi, Subaru, renungkan juga apa yang telah kau lakukan!"

"Ow  ow ow hatiku sakit!"

Ketika dia mengatakan itu semua, seolah-olah mengingat kalau Subaru telah membuatnya tidak nyaman, Emilia pun mulai cemberut. Merasakan hal ini, Subaru pun menekan kepalanya lebih keras kearah lantai.

Sudah jelas sekarang kenapa Emilia begitu marah dengan Subaru ketika berada di Istana Kerajaan.

Itu bukan hanya amarah karena janjinya telah diingkari. Bagi Emilia, janji itu sendiri adalah sesuatu yang lebih jauh dan lebih berat. Ketika Subaru mengingkari janji itu dengan begitu mudahnya, bahkan seseorang berhati lembut seperti dirinya pun, tidak akan bisa tetap tenang.

Karena, tanpa disadari, Subaru telah menginjak-injak sesuatu yang sangat penting di hati Emilia.

"Apa kau sudah menyadari tindakanmu sekarang ?"

"Aku menyesal. Lebih dalam dari lautan, lebih tinggi dari pegunungan, lebih luas daripada langit dan jauh lebih luas dari alam semesta."

"Baiklah,aku memaafkan mu!"

Setelah dengan lembut menyentuh dahi Subaru ketika dia sedang mendongak, Emilia pun menyentuhkan jarinya ke bibirnya dan tersenyum kecil. Lega karena tidak ada tanda-tanda kemarahan dari Emilia, dan juga karena kelakuannya yang begitu menawan, Subaru pun tidak bisa berkata-kata.

Mengabaikan Subaru yang menggerakkan mulutnya seperti ikan sedang bernafas, Emilia pun menoleh untuk melihat jalan di depan, dan,

"Sanctuary, Garfiel, Roswaal dan semua orang dari desa.... ada begitu banyak hal yang harus dibicarakan, saat ini jantungku sudah berdebar-debar."

"Jangan khawatir, aku tidak  akan membuat Emilia-tan berada dalam bahaya. Tolong percayalah pada pelindung keduamu, diriku."

"Kau yang kedua ? Lalu, siapa yang pertama?"

"Saat ini, dia sedang mengemudi kereta naga dan bercumbu dengan Patrasche ku."

Melihat kearah Subaru, yang baru saja menyebut Otto sebagai perisai daging tanpa persetujuannya, kali ini, Emilia tidak bisa menahannya dan tertawa. Melihatnya tertawa terbahak-bahak, Subaru pun merasa puas dan dipikirannya, dia bertanya-tanya berapa banyak rintangan yang akan menanti mereka di depan sana?

Semenjak dia datang di dunia ini, dia selalu disuguhi dengan masalah demi masalah tanpa henti.

Bahkan di sepanjang perjalanan menuju sanctuary, kekhawatiran dan ekspektasi terhadap apa yang ada di tempat itu pun muncul di dalam hati Subaru. Bagaimanapun, Frederica hanya memberi tahu sedikit tentang tempat itu, kemudian Roswaal, serta fakta bahwa penduduk desa yang belum juga kembali hanya menambah keragu-raguan Subaru. Ada pula masalah ketidakmampuannya untuk membuat Puck menunjukan dirinya dan.... apa yang dia tinggalkan di mansion.... membuatnya terus saja khawatir.

"Apa kau sedang memikirkan Rem-san ?"

"..... Kau mengetahuinya?"

Subaru tiba-tiba terdiam. Sambil menatap sisi wajah Subaru, Emilia pun memiringkan kepalanya.

Rambut peraknya meluncur pada bahunya ketika dia melakukan hal itu. Sambil mengangkat ujung rambut kepang dengan jari-jarinya dan mengayunkannya dari sisi ke sisi, dia pun mengatakan "Ya, aku tahu", dan....

"Hanya dari caramu melihatku, sebenarnys aku juga akan memikirkan Subaru dengan cara yang sama."

"Itu artinya, Emilia-tan, kau selalu memikirkanku sepanjang waktu kan?"

"Oh, sebenarnya anggap saja itu setengah dari setengah dari setengah nya."

"Itu artinya 3 jam ..!"

"Setengah dari setengah dari setengah dari...."

"Aku pasti akan terluka jika mendengar jumlah sebenarnya, jadi tolong hentikan!"

Berteriak untuk mengehentikan Emilia yang sedang mencoba menghitung jumlah sebenarnya, Subaru pun mendesah pelan, menggaruk pipinya, dan...

"Aku sudah mempercayakannya pada Frederica dan Petra, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Seharusnya sih tidak ada.... tapi tetap saja, kecemasan yang ada pada diriku ini, aku tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata."

"Kau khawatir karena kau gelisah, yah mau bagaimana lagi. Itu menandakan betapa berartinya dia untukmu. Terus dipikirkan sampai seperti itu, aku sebenarnya sedikit iri."

"Biar kukatakan ini sekarang, aku merasakan hal yang sama kuatnya dengan Emilia-tan juga..... Tunggu, kau baru saja menipuku untuk berkata seperti itu kan?"

"Ya, aku memang bermaksud begitu. Maaf!"

Emilia menjulurkan lidahnya, dengan satu tingkah itu, dia pasti sudah memaafkan semuanya.

Di depan Subaru, yang tidak bisa melakukan apa-apa selain membuat suara berkumur dalam tenggorokannya, Emilia pun mengatakan "Tapi...." dan menatap kearah Subaru..

"Orang yang lebih kau khawatirkan lagi adalah Beatrice, kan?

"..... Mungkin. Emilia-tan, apakah hati kita ini saling terhubung satu sama lain? "GOOD END" sudah ada di depan mata!"

"Biasanya kau akan mengatakan 'mana mungkin aku khawatir!' meskipun itu kau, tapi hari ini kau bahkan tidak mengatakan hal semacam itu. Itu artinya kau benar-benar khawatir kan?"

Terkena pukulan telak, Subaru hampir saja mengucapkam "Guu!", dia menggigit bibirnya dengan ekspresi jengkel di wajahnya... 

Tapi dia dengan cepat segera menghentikan hal itu, dan...

"Khawatir? Aku tidak khawatir ataupun semacamnya. Hanya saja, mengakhiri semuanya dengan pertengkaran seperti itu, aku merasa seperti tidak akan bisa bertemu dengan dia lagi setelahnya. Pergi dari mansion tanpa bisa melihatnya lagi, meninggalkan sedikit perasaan tidak enak untukku, itu saja. Yeah, hanya sedikit. Hanya sedikiiit saja, cuma seujung."

"Itu terdengar sedikit kotor bagiku, yag mungkin aku terlalu memikirkannya...."

"Kau tidak perlu membayangkannya, itu hanya aku."

Menyembunyikan kebahagiaannya ketika mendapatkan reaksi yang dia inginkan, Subaru pun menatap kearah Emilia yang memiringkan kepalanya dan tersenyum seolah tidak mengerti apa-apa, dan....

"Jika masalah hikikomori Beako semakin parah, sebagai seorang hikikomori, aku juga merasa bertanggung jawab."

"Hikikomori..... Subaru, kau tau banyak tentang hal itu, kan? Beatrice, apakah dia mau keluar?"

"Sebenarnya, itu sangat sulit. Tanpa menemukan kesempatan yang pas dan hanya menariknya keluar secara paksa bukanlah hal yang baik, tapi menghabiskan terlalu banyak waktu juga malah hanya akan terlalu memanjakannya. Hikikomori itu seperti 'sakit pantat'... Tunggu! Aku salah satunya!"

(T/N : Sakit pantat / pain in the ass : gatau gimana mengatakannya dalam bahasa Indonesia :v jadi saya pas-pasin aja.. :v Arti sebenarnya sih 'sesuatu yang sulit dihilangkan/disembuhkan')

Dengan akhir yang konyol, Subaru mencoba untuk memperbaiki arah dari percakapannya kembali.

Lagipula, karena sekarang mereka sedang menuju Sanctuary, itu bukanlah sesuatu yang akan mereka urusi sampai kepulangan mereka.

"Setelah aku kembali, aku pasti akan membicarakan banyak hal dengan Beako. Terakhir kali, aku tidak bisa membuatnya mengatakan apa yang ingin aku ketahui."

"Beatrice dan Puck, mereka sepertinya tahu banyak hal, dan menyembunyikannya dari kita."

"Aku juga merasa begitu. Bahkan dengan Frederica, tapi kemudian, semua orang yang berhubungan dengan mansion itu mempunyai kebiasaan mengatakan sesuatu secara samar-samar dan membiarkankannya terjawab belakangan. Itu sudah seperti penyakit. Bukan penyakit yang baik juga. Dan si Beako itu, dia mengembalikan 'Kitab' seperti itu dan mengatakan hal-hal yang masih tidak bisa ku hilangkan dari pikiranku..."

'Kitab', yang Beatrice lemparkan kepada Subaru bersamaan dengan kata-kata misteriusnya, saat ini sudah aman berada di tangan Subaru. Jika kitab ini hanya akan menjadi halangan, maka dia bisa meninggalkannya, tapi bagian terburuknya, dia bisa menginterogasi Roswaal hal ini, sehingga dia harus membawanya.

Tapi karena benda ini begitu mengerikan, dia menyimpannya di bagian paling bawah tasnya, seolah-olah menyembunyikannya dari pandangan mata.

".... Aku pikir kita sudah memasuki hutan."

Emilia, tiba-tiba mengangkat wajahnya dan menyapu rambut yang ada dahinya, dia mangatakan hal ini sambil melihat sekeliling. Mengikutinya, Subaru juga mengangkat kepalanya, tapi dari bagian dalam kereta dia tidak bisa melihat apa-apa. Melangkah menuju jendela dan mengintip keluar, memang benar kalau warna di luar sana telah dipenuhi dengan warna hijau.

"Kau bahkan tidak melihat keluar, tapi kau bisa tahu, ya.."

"Meskipun campuran, aku ini masih memiliki darah Elf. Mereka bilang Elf adalah ras yang berasal dari hutan, jadi Elf dan hutan itu mempunyai ikatan tak terpisah......"

Ketika Emilia mengatakannya dengan senyum sekilas...

Tiba-tiba, sebuah sensasi lembut mengejutkan kulit Subaru, dia melihat kesekelilingnya untuk melihat apa itu. Tapi tentu saja, kekuatan yang tadi melewatinya, bukanlah sesuatu yang bisa dilihat oleh matanya.

Di dalam kereta, Divine Protection 'Wind Evasion' masih memisahkan mereka dari dunia luar.

Tapi,

".... Hey, hey!!"

"......."

Tubuh ramping Emilia terhuyung-huyung tanpa daya, dan mulai jatuh, Subaru pun langsung bergerak dan berhasil menangkapnya tepat waktu.

Momentumnya berhenti saat berada di pelukan Subaru, dia terbaring lemah di lengannya, mata Emilia tertutup, di wajahnya tergambar kesakitan ketika dia berbaring sambil terengah-engah.

"Tunggu, Emilia-tan!? Apa yang terjadi, Emilia!?"

Emilia tampaknya tidak bisa menjawab. Dia terlihat seolah-olah sedang kesakitan, tapi selain napas pendek terengah-engah dan ekspresi menyiksanya,  tidak ada tanda-tanda demam ataupun keringat dingin.

Mengangkat tubuh Emilia di lengannya, Subaru segera menyadari kalau dia tidak bisa menangani hal ini sendirian. Dia segera bergegas ke depan, dan menjulurkan kepalanya melalui jendela kecil yang terhubung ke kursi kemudi, dan...

"Otto! Ini gawat, Emilia tiba-tiba pingsan! Apa kau punya obat atau...."

"Oh..... Natsuki-san,maaf!"

Kata-kata ketidaksabaran Subaru terhenti. Otto, yang dia tanyai, terlihat begitu berkeringat di dahinya. Menoleh kearah Subaru, dia pun membalas dengan suara yang terdengar sangat lemah.

Subaru menyadari dua hal..... Yang pertama, kereta telah berhenti. Patrasche dan Furufu menghentikan langkah mereka, dan berdiri di antara pepohonan. Karena meluapnya emosi Subaru sebelumnya, dia bahkan tidak menyadari kalau kereta telah berhenti, tapi sekarang, ada hal lain, masalah yang bahkan lebih serius.

Itu adalah hal kedua yang dia sadari..

"Langsung masuk lurus dari depan, kau benar-bnar punya nyali, ya rang asing!!"

Seolah meludahkan kata-katanya, tidak seperti isi dari apa yang dia katakan, tidak ada sedikitpun tanda-tanda keramahan dari ucapannya. 

Hanya dengan satu kalimat ini, orang-orang pasti hampir bisa memahami karakter dari orang yang mengucapkan kata-kata tersebut.

Seolah membenarkan kesan tersebut, pria yang memamerkan dirinya di depan kereta naga itu, terlihat tepat seperti kedengarannya.

Dengan rambut jabrik berwarna pirang, bekas luka putih di keningnya terlihat begitu mencolok, lirikan tajam dari matanya terlihat tidak kalah dengan lirikan Subaru dalam hal keganasan, dan seperti seekor binatang buas, gigi taring di dalan rahangnya mengintip keluar, terlihat begitu putih. Punggungnya yang membungkuk, membuat dia terlihat agak pendek untuk ukuran seorang pria, tapi aura gelap nan kejam dari seluruh tubuhnya menghapus semua keinginan untuk meremehkannya karena perawakannya yang kecil.

Baca Light Novel Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Bahasa Indonesia


"Aku tdak tahu dari mana kau berasal, tapi kau terlihat seperti tipe pria 'yang bertaruh dengan sebuah poin yang lemah'."

"Huh, apa?"

Mendengar logat aneh yang belum pernah dia dengar sebelumnya, Subaru hanya mengerang kebingungan. Tapi lawannya yang mendengar hal itu, menganggapnya sebagai sebuah bentuk ketakutan, dan dengan tawa "Hah"....

"Oh? Kau takut ya? Tapi memang benar, kau sedang tertimpa kesialan, tempat yang coba kau masuki adalah 'sebuah tempat', dan terlebih lagi, kau bertemu dengan KU."

Pria itu tertawa jahat, dia menggertakan taringnya ketika tertawa, dia mengepalkan kedua tangannya, merendahkan posisinya, dan siap untuk bertarung. Dan dengan postur itu, dia mendongak dengan sebuah tatapan tajam ke arah musuhnya yang terdiam.

"Bertemu dengan GARFIEL adalah akhir dari keberuntunganmu. Sekarang HANCURLAH, seperti PAZO MAZO KANAN KIRI!!!!"

Seorang berandalan yang menyebutkan namanya sendiri itu, memaki-maki dengan sesuatu yang tidak bisa dipahami sambil menghentak-hentakan kakinya ke tanah.

Dan sesaat setelahnya, sebuah kekuatan luar biasa yang seolah-olah bisa membalikkan dunia, menghantam Subaru.

---End of Chapter 6---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translated by : Me..
Previous
Next Post »
2 Komentar