Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 11 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 11 : Kesombongan Kemalasan Kemurkaan


Baca Light Novel Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 4 Bahasa Indonesia
Minerva by Harusabin




Chapter 11 : Kesombongan Kemalasan Kemurkaan.

Di dalam sebuah dimensi dimana bahkan pijakannnya saja tidak pasti, sebelum sebuah kehampaan yang berarti kematian tak terelakkan, tidak ada satupun hal yang bisa mengalihkan perhatian Subaru dari sana.

Untuk saat ini, satu-satunya hal yang mengisi kesadaran Subaru hanyalah gadis yang ada di depan matanya.... Penyihir dengan rambut putih, kulit putih, baju hitam, dan mata hitam.

Perasaan ngeri dari keberadaannya, sosok itu, berada di tingkat yang benar-benar berbeda dengan seluruh makhluk hidup.

Seluruh eksistensi Subaru, matanya, hatinya, jiwanya, dipermainkan dan dijerat oleh ujung jari-jari yang tidak terlihat.

Di hadapan kengerian mutlak, orang-orang sering memiliki emosi semacam itu.

Tidak bisa bernapas. Tidak bisa merasakan detak jantungnya sendiri. Tidak bisa meneteskan keringat dingin atau bahkan tidak bisa berkedip, semuanya tidak bisa terjadi tanpa seizin gadis itu. Itu adalah sebuah pengasingan mutlak.

"Oh sayang, aku mungkin terlalu berlebihan mengintimidasimu. Bahkan dulu, setiap kali aku merasa tertarik terhadap sesuatu, aku selalu berakhir dengan terlalu banyak bicara. Sifat seorang Penyihir memang hal yang sangat merepotkan."

Tiba-tiba, masih terduduk di kursinya, Echidona terlihat menyadari kalau bicaranya terlalu berlebihan dan kemudian menyesalinya. Tapi tetap saja, Subaru tidak bisa pulih dari trauma kegelapan yang terpancar dari Penyihir di hadapannya.

Tidak, tekanan yang dengan sengaja Subaru abaikan sampai sekarang, setelah dia menyadarinya, hal itu sudah tidak bisa lagi menghilang dari pikirannya.

Interaksi ramah di antara mereka berdua telah menguap. Subaru tidak bisa lagi melihat gadis yang ada di depan matanya sebagai seorang gadis. Karena sifat aslinya sebagai seorang Penyihir.

"Ketika aku masih hidup, hal-hal seperti ini sering sekali terjadi. Pada waktu itu tepat seperti ini, ketika keluarga kerajaan dari berbagai negara mendatangiku berniat untuk meminjam kebijaksanaanku.... Tapi kurasa sekarang kau tidak akan bisa lagi melihatku tanpa menjadi waspada."

"Ya ampun", menggelengkan kepala seolah-olah mencoba mengatakannya, Echidona menatap Subaru dengan pupil berwarna hitamnya. Gemetar dengan bayangannya sendiri yang tanpa ekspresi di dalam mata Echidona, Subaru merasa ragu-ragu, dan di saat yang sama, Echidona pun tersenyum.

"Kalau begitu, kau mungkin akan menyukai ide ini?"

"...... Eh?"

Sebuah perubahan yang mendadak pun terjadi.

Tersenyum, Echidona membisikkan sesuatu kepada Subaru ketika dia mengernyitkan dahinya untuk menunjukan ketidakpahamannya. Lalu, melihat senyum Echidona melebur dalam kegelapan, Subaru tersentak, dan ketika dia mengedipkan matanya....

"Apa yang kau li~hat?"

".... Ha?"

"Nah, berhentilah mena~tapku~"

Mengayunkan kakinya ketika berbicara, gadis kecil yang duduk di hadapan Subaru itu menggembungkan pipinya cemberut.

Dengan rambut hijau gelap yang mencapai bahunya, dia adalah seorang gadis kecil dengan pipi semerah apel. Kulit berwarna hazel di bawah balutan gaun one-piece putihnya benar-benar terlihat menawan, dan kesan imut khas anak kecil tanpa diminta pun tersebar di sekelilingnya. Dan, terdapat sebuah jepit rambut berbentuk bunga berwarna biru di atas rambutnya.

Tidak peduli bagaimanapun kau melihatnya, dia adalah seorang gadis polos yang tidak berbahaya.... Sekarang dia duduk di tempat di mana Echidona sebelumnya berada, menatap ke arah Subaru.

"Ah, eh, uh, tu-tunggu, Echidona....? Kemana dia pergi?"

"Dona? Dona seharusnya berada di sekitar sini, tapi~ kau ini siapa?"

"A-aku? Namaku Natsuki Subaru. Aku tidak diundang kesini atau semacamnya. Aku hanyalah seseorang yang tersesat, meminum secangkir teh, dan ingin kembali..... tapi kemudian pemilik rumah ini tiba-tiba menghilang dan meninggalkanku dalam situasi yang sangat sulit..."

"Ehh~ kalau begitu~ aku akan memanggilmu Baru~"

Sulit untuk merasakan kebencian terhadap sesuatu yang begitu manis, dan meskipun hal ini tidak sesuai dengan situasinya, Subaru mengenalkan dirinya dengan terang-terangan. Mendengar hal ini, gadis itu tersenyum gembira, membuat hati Subaru terasa hangat meskipun berada dalam situasi seperti sekarang ini.

Entah bagaimana jadinya nanti, ketika Echidona menghilang, itu terasa seolah-olah tekanannya juga dilepaskan. Jika Subaru memikirkan semua ini dengan tenang, mungkin gadis kecil di hadapannya itu sama seperti dirinya, diculik dari kau-tahu-dimana.

Bagaimanapun, dia mungkin bisa pergi dari tempat ini dengan bantuan gadis itu.... Meskipun dia tidak tahu seberapa kekuatan yang bisa gadis itu pinjamkan, Subaru mengangkat wajahnya, dan....

"Ok, pokoknya, ayo kita pikirkan cara untuk keluar dari sini saat hantu jahatnya tidak ada di rumah. Tapi mengingat kalau tidak ada banyak tempat untuk berpijak... pertama-tama beritahu aku namamu, gadis kecil...."

"Hei, Baru~ apa kau orang jahat~?"

"Jika kau bisa memberitahuku maka..... Ap?"

Mengulurkan tangannya dan berniat memperlihatkan kilauan giginya, Subaru mengernyitkan dahinya. Gadis kecil di hadapannya mengayunkan kakinya yang tidak cukup panjang untuk mencapai lantai dan memaju-mundurkan tubuhnya dengan kekanakan sambil mengucapkan "ka~re~na", lalu mengerucutkan bibirnya dengan tidak sabar,

"Aku bertanya~ apahkah kau orang jahat, atau orang baik~ jadi kau ini orang yang bagiamana~?"

"Karena sifat alami mereka, manusia adalah makhluk yang akan mengorbankan hal-hal lain untuk bertahan. Oleh karena itu, mungkin, semenjak kita dilahirkan ke dunia ini, kita ini sudah menjadi pendosa. Tapi meski begitu, kita masih harus menjalani kehidupan kita. Ketahuilah, ketika kita berkorban, sesuatu yang lebih berharga bisa tercipta dari pengorbanan tersebut.... Meskipun kupikir pembicaraan filosofi semacam ini bukanlah sesuatu yang bisa dipahami oleh anak kecil, tapi apakah itu maksudmu?"

"Um~ aku mendengarnya tapi aku benar-benar tidak mengerti~ well~ ok~ jika aku memeriksanya~"

Menghadapi Subaru yang nampak bingung, gadis kecil itu bahkan lebih bingung lagi.

Mengatakan hal tersebut, gadis kecil itu menggenggam erat tangan Subaru yang dia ulurkan. Dari telapak tangan kecilnya yang dibungkus sepenuhnya oleh tangan Subaru, Subaru bisa merasakan sebuah kelembutan unik dari tangan gadis tersebut. Merasakan hal itu, memberikan Subaru tekad yang baru, tidak peduli apa yang terjadi, dia pasti akan membawa keluar gadis itu dengan selamat.

"Meskipun aku sudah sering bersama Petra, aku masih saja terkejut kalau diriku ini sangat menyukai anak-anak. Aku biasanya berpikir kalau mereka itu berisik dan lain sebagainya, tapi...."

"..... Hanyamelaluirasasakitdanpenderitaansajasebuah dosabisaditebus."

"Hah?"

Tiba-tiba, gadis itu membisikkan sesuatu dengan cepat.

Tidak bisa mengerti, Subaru mengangkat satu alisnya dan merasakan sebuah dampak ringan. Ketika tangan Subaru sedikit ditarik, ada sebuah sensasi aneh, seakan-akan sebuah beban berat baru saja dilepaskan.

Penasaran dengan apa yang terjadi, Subaru menolehkan kepalanya untuk melihat sekeliling.

Segala sesuatunya sama seperti sebelumnya, dan tidak ada yang berubah di dunia ini. Di dalam dimensi yang memperbolehkan Subaru dan gadis itu saling berhadapan satu sama lain, masih saja tidak terdapat angin atau suara ataupun sensasi semacamnya.

Terduduk di atas kursi di hadapan Subaru, hanya ada gadis yang sedang mengayun-ayunkan kakinya. Hanya saja, di tangan gadis itu, dia memegang sebuah tangan manusia yang telah terputus....

".....!?"

"Tidak sakit, jadi~ kau bukan orang jahat~, aku sangat lega~"

Baca Light Novel Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 4 Translate Bahasa Indonesia


Menyadari perubahan tidak normal itu, Subaru melihat kearah tangan kanannya... Di sisi kanan tubuhnya dimana tangan kanannya seharusnya berada, Subaru melihat  sebuah potongan melintang di bahunya dimana tangannya telah terpelintir.

Rasa sakit, darah, tidak ada satupun dari hal itu yang terasa sebelum Subaru menyadarinya. Tulang dan pembuluh darah yang terbungkus daging berwarna pink, semuanya terlihat di dalam potongan itu dan mengingatkan Subaru akan daging yang terbaris di toko daging.

Kenyataan yang tidak bisa diterima itu adalah sesuatu yang terjadi pada bahu kanannya.

"Oo aaaaAAAAAA!!!!! Ta-tangan..... Tanganku aaAAA?"

"Itu tidak sakit kan~ jangan teriak terlalu keras~ jika kau terlalu banyak bergerak, kita tidak akan bisa menyatukannya kembali~"

"K-k-kau? Memutus tangan seseorang, apa, apa-apaan yang kau katakan? K-kembalikan! Kembalikan!"

Menjerit memegangi bekas potongan dari tangan kanannya, Subaru melompat tepat ke arah gadis yang mendengus itu dengan wajah seperti kerasukan setan. Merebut tangannya dari tangan gadis itu, Subaru mencoba untuk menempelkannya kembali dengan terburu-buru.

Tidak ada tangan yang telah terpotong yang bisa disatukan kembali hanya dengan menempelkannya, hal-hal seperti itu benar-benar tidak terjadi pada Subaru saat ini.

Tapi,

".... Tidakadadosayangbisalaridaripenghakimanyangadil"

Ketika Subaru mendengar sesuatu yang digumankan oleh mulut gadis itu, tubuh Subaru pun roboh. Lebih tepatnya, kaki yang seharusnya berpijak di atas lantai, telah hancur seperti kerajinan kaca, dari mulai lutut sampai ke bawah.

Kehilangan tangan kanan dan kedua lututnya, tubuh Subaru pun roboh ke depan. Dan, apa yang menangkapnya adalah pangkuan gadis yang masih duduk di kursinya.

Gadis kecil itu dengan lembut menangkap Subaru yang terjatuh, dan seperti seorang ibu yang menggendong anak tercintanya, dia membelai Subaru yang ketakutan di atas lengannya.

"Kau sama sekali bukan orang jahat~ tapi kau masih berpikir kalau dirimu itu adalah seorang pendosa. Kau adalah anak yang baik~ dan lembut~ makhluk yang malang~ kau pasti kesakitan~"

"A-apa.... ya-yang.... k-kau...."

Bahu kanan dan kakinya yang telah hancur, sama sekali tidak terasa sakit ataupun berdarah. Benar-benar tidak bisa dipahami. Sebuah eksistensi yang tidak bisa diterima. Eksistensi dari gadis kecil di hadapannya, orang yang beberapa saat lalu Subaru pikir adalah orang yang harus dia lindungi, saat ini benar-benar berada jauh dari kesan tersebut.

Mendengar pertanyaan Subaru, gadis itu memiringkan kepalanya.

"Typhon adalah 'Penyihir Kesombongan' kau tahu~

"Kesom....."

Penyataan yang begitu mengejutkan sekali lagi menghentikan pemikiran Subaru di jalurnya.

Merasa marah atau ngeri, adalah sebuah konsep yang sepenuhnya telah tersapu menjauh.

Beberapa saat yang lalu, Subaru berada di hadapan Penyihir Keserakahan Echidona, lalu kenapa tiba-tiba dia sekarang berhadapan dengan Penyihir Kesombongan?

Seorang Penyihir yang seharusnya telah dibunuh dan mati dari dulu....

"..... Huuu. Kurasa sekarang giliranku. Haaa, tidak bisa keluar."

Sebuah suara lesu terdengar dari atas Subaru, ketika tenggorokan Subaru yang membeku masih mencoba mengerang.

Subaru hanya bisa mengedipkan matanya. Warna dunia tidak berubah, tangan dan kakinya masih hilang, tapi meski begitu,

"Haaaa, berat sekali. Bukankah kau seharusnya lebih ringan tanpa tangan dan kaki? Huuu, begitulah pria... Pria atau wanita, bukankah eksistensi itu sendiri seharusnya lebih baik daripada sebuah gumpalan yang  tidak berguna?"

Orang yang disandari oleh tubuh Subaru telah berubah dari yang sebelumnya gadis kecil bernama Typhon menjadi wanita yang benar-benar berbeda.

Wanita kali ini memiliki rambut berwarna magenta; wanita cantik dengan ekspresi malas. Kulit dan bibirnya terlihat pucat. Matanya yang setengah tertutup memberikan kesan mengantuk, atau lebih tepatnya memberi kesan tidak bersemangat, dan seolah-olah bernapas itu adalah sebuah pekerjaan, sebuah atmosfer suram tersebar di sekelilingnya.

Meskipun dia mengenakan jubah berwarna hitam yang longgar, noda dan robekan nampak dengan jelas tersebar di seluruh kain tersebut seolah-olah ada burung yang berjalan di atasnya.

Menatap Subaru yang terdiam, wanita itu mendesah dengan lesu.

"Haaa, kau benar-benar tidak beruntung. Dipermainkan oleh Echidona, Typhon, lalu aku... Huuu bertemu dengan tiga Penyihir satu persatu, haaa, hanya si Flugel dan Reid yang suka mengayunkan tongkat itu yang pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya."

"Kau, Penyihir.... juga? Seperti gadis kecil tadi dan Echidona...?"

"Haaa, aku Sekhmet. Huuu, itu sangat menyusahkan tapi kau bisa memanggilku Penyihir Kemalasan, atau tidak kalau kau tidak menginginkannya. Haaa, ini tidak seperti aku memintamu untuk memanggilku apa saja, bagaimanapun, itu akan sangat membingungkan. Huuu, aku sangat lelah hanya dengan berbicara, jadi apakah aku bisa diam mulai dari sekarang?"

"Oh, tunggu sebentar. Aku bisa kehilangan akal sehatku di sini. Jika tidak ada yang segera memberitahuku, aku bahkan tidak lagi yakin dengan realitasku sendiri. Tolong, katakan padaku apa yang terjadi saat ini!"

Subaru menggunakan tangannya yang masih tersisa untuk memegang jubah wanita itu, dan mendongakkan kepalanya untuk menatap Sekhmet. Sekhmet menganggap tatapan itu sedikit menjengkelkan, dan mendesah, lalu menurunkan setengah kelopak matanya sama seperti sebelumnya.

"Tangan kananmu, haaa, dan kakimu telah hilang. Huuu, itu kelakuan Typhon kan? Itu terjadi karena anak itu tidak memahami rasa sakit orang lain. Haaa, dia masih anak yang polos dan tanpa belas kasihan sama seperti sebelumnya. Huu anak yang malang. Haaa."

"Tangan dan kakiku.... Me-mereka bisa tumbuh kembali kan?"

"Huuu, bagiku itu sungguh..... aaaa, tapi itu benar, haaa. Itu juga sangat menjengkelkan bagiku, huu. Aku akan menyerahkannya pada anak kecil setelah diriku dan kembali tidur. Haa, bernapas memang benar-benar menyusahkan. Andai aku bisa menghirup udara untuk seumur hidup di dalam paru-paruku sekaligus, maka aku tidak perlu lagi untuk bernapas selama sisa hidupku, bukankah menurutmu begitu? Haaa."

"Jika kau melakukan itu, paru-parumu akan meledak dan kau akan mati, ya kan? Tapi dibandingkan dengan hal itu, situasiku di sini....."

Masih dengan sikapnya yang lesu, perkataan aneh Sekhmet membuat kepala Subaru dipenuhi asap. Seolah-olah mengatakan 'tolong anggap ini serius', Subaru mencoba memohon kepada wanita itu.

"..... Tadi, apa kau bilang ingin mati di hadapanku?"

Subaru mendengar sebuah suara yang kejam.

Kali ini, meskipun ini bukan pertama kalinya Subaru merasa terkejut hari ini, tapi dia masih tidak bisa memberikan reaksi lain selain diam mematung.

Lagi, orang di depan matanya berubah. Penyihir yang memamerkan rambut tebal dikepalanya telah menghilang, dan yang menggantikannya adalah...

".... Oppai?"

".... Tch! Ke arah mana kau melihat, kemana?"

Mencoba mendongak dari pangkuan lembut seseorang untuk melihat wajahnya, pandangan Subaru dihalangi oleh oleh sepasang payudara besar yang menghalangi wajah gadis itu.

Sensasi dari pangkuan yang menopang berat tubuh Subaru, tidak seperti Typhon dan Sekhmet, kini pangkuan tersebut terasa lebih berisi, dan sejujurnya nampak penuh dengan kedinamisan tubuh seorang wanita.

Ketika menikmati hal ini dengan seluruh tubuhnya, Subaru tiba-tiba diangkat oleh tangan seseorang.... Dengan satu tangan, tubuh Subaru dengan mudah diangkat ke atas, meskipun berat badannya tidak kalah dari berat badan rata-rata wanita dewasa, dan setelah kehilangan tangan dan kedua kakinya.

"Tataplah mata orang lain ketika kau berbicara dengan mereka, mata! Serius, para pria selalu saja seperti ini, tidak bisa dipercaya."

Yang mengatakan hal tersebut sambil marah-marah, adalah seorang gadis cantik dengan rambut keemasan yang bergoyang-goyang. Di awali dengan sebuah rok pendek, dia mengenakan sebuah baju longgar yang cocok sekali dengan tubuhnya, perawakannya ketika duduk terlihat agak pendek. Tapi meski begitu, payudaranya yang besar memberikan kesan gemuk, dan menciptakan atmosfer yang menggairahkan.... well, semacam kesan sehat gitu, tentu saja.

Lalu, melihat ke arah Subaru yang terangkat dengan mata yang marah, gadis itu mengusap rambutnya ke samping di hadapan Subaru yang ketakutan.

"Kehilangan tangan kananmu. Kehilangan kakimu dari lutut sampai ke bawah. Tidak berdarah ataupun kesakitan.... Sepertinya kau telah dihukum oleh Typhon. Anak itu... dia kembali melakukan sesuatu seenaknya, ini sudah terlalu berlebihan!"

Melihat ke arah luka Subaru, mata biru gadis itu diselimuti emosi yang kuat. Dengan kata-kata yang menyentuh dan sikap geram, setiap tindakan gadis itu diisi dengan keinginan kuat, dan ketika dia bertingkah seperti ini, terdapat air mata yang tercipta di dalam matanya.

"A-apa kau menangis....?"

"Tidak! Hanya marah! Benar, aku hanya marah! Marah kepada Typhon yang menyebabkan semua luka ini dan meninggalkanmu di sini! Marah kepada dunia yang membuat anak itu melakukan hal-hal yang tidak pantas tersebut! Dan marah kepada seluruh manusia yang bertarung dan melukai satu sama lain dan membuat dunia ini seperti neraka, marah terhadap semua kesia-siaan itu!"

Suaranya yang begitu marah terdengar, dengan segenap kekuatannya, dia mengacak-ngacak rambutnya ketika megucapkan hal tersebut. Lalu, mengangkat tangannya, dia tiba-tiba melempar Subaru ke udara.

"Eeh?"

"Jadi aku tidak akan mengizinkannya! Rasa sakit! Konflik! Luka! Bagaimana aku bisa tetap diam di hadapan hal seperti itu...!"

Di momen berikutnya, dengan kecepatan yang bisa memecah angin, gadis itu berlari dan melayangkan tinjunya lurus ke arah tubuh Subaru. Wajah Subaru tiba-tiba di hadapkan dengan kekuatan dan kecepatan yang begitu luar biasa, tubuh Subaru secara harfiah terlempar seperti daun, namun...

"Pffuu...!?"

Menduga akan terus terlempar selama beberapa saat, Subaru tiba-tiba mencapai ujung dunia ini.

Echidona benar-benar menjebak Subaru di dalam dunia dengan ruang yang begitu terbatas. Setelah diterbangkan oleh pukulan itu, Subaru hanya bisa terbang dalam jarak yang tidak terlalu jauh. Dampak terbentur dinding yang tidak terlihat menjalar ke seluruh tubuh Subaru, terlempar di tengah-tengah udara, Subaru menolehkan matanya, dan disana....

".... Semuanya akan baik-baik saja! Jangan pernah berpikir untuk menoleh!"

Melompat, seolah-olah sedang dalam pengejaran, gadis itu menghujani tubuh Subaru dengan pukulan ketika itu masih berada di tengah-tengah rangkaian animasinya.

Hujan pukulan tanpa henti menerjang setiap inchi tubuh Subaru, daging Subaru terjepit di antara dinding dan tinju gadis itu. Suara dari pukulan tersebut tak henti-hentinya menerjang tubuh Subaru, kekuatannya menembus tubuh Subaru dan ke dalam dinding, dan mulai mengguncang dunia ini hingga mencapai intinya.

Baca Light Novel Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 4 - Chapter 11 Bahasa Indonesia


Diremas oleh kekuatan tersebut, dipukul dari atas, bawah, kanan, dan kiri, Subaru tidak tahu apa-apa lagi karena pikirannya terasa kosong. Di dalam bidang penglihatan Subaru, melewati tarian tinju-tinju tersebut, mungkin karena gadis itu tidak menyembunyikannya, terlihat wajah yang dipenuhi dengan air mata. Tetesannya berkilau ketika air mata tersebut tersebar di udara, ketika Subaru ingin mengeluh 'Akulah yang seharusnya menangis di sini....', wajahnya sudah dibuat berpaling oleh salah satu pukulan tersebut.

Tidak tahu kapan neraka ini akan berakhir... Secara tak terduga hujan tinju tersebut tiba-tiba berhenti.

"Biarkan tinjuku memulihkn dunua! Biarkan kemarahanku menyucikan dunia! Kemurkaanku dan tinju penyembuhku adalah jawabanku....."

Di momen berikutnya, dunia pun hancur.

Dinding yang menjebak Subaru, di bawah hujan tinju gadis tersebut..... setelah merasakan sensasi tidak bisa dibendung melalui bajunya, Subaru merasa dinding di belakangnya hancur menjadi debu.

Seketika, Subaru merasakan kebebasan.

Ketika hujan pukulan itu berhenti, Subaru merasakan sesuatu yang lembut. Subaru menyadari kalau dia telah terbaring di atas tanah padang rumput di mana mereka meminum teh tadi.

Mendudukkan dirinya, Subaru melihat sekelilingnya dengan setengah sadar. Mendarat dengan gagah di sampingnya, gadis itu mengusap rambut pirangnya sambil menatap Subaru.

"Tangan kanan!"

"Eh! O-ok!"

Tiba-tiba dipanggil, Subaru mengangkat tangannya, dan disitulah saat dia menyadarinya.

Tangan yang telah putus dari bahunya, kini kembali dengan sempurna, sampai ke ujung jarinya.

"Kaki!!"

"Oooo, semuanya jadi lebih baik. Aku bisa berdiri dan berjalan! Aku bisa melakukan moonwalk sekarang!"

Hanya untuk meyakinkan, Subaru pun melompat dan melakukan moonwalk dengan irama yang bagus. Melihat Subaru meluncur melewati rerumputan, gadis itu memegang sikunya dan mengangguk dengan puas. Dan di momen itu, payudara besar gadis itu yang bergoyang, mengukir dirinya sendiri di dalam ingatan Subaru.

"K-kau menyelamatkanku, terima kasih. Tapi mengingat alur situasinya, kau adalah.....?"

"Aku adalah Penyihir Kemurkaan, Minerva. Tapi aku tidak menyebut diriku seperti itu."

"Kau baru saja menyebut dirimu seperti itu."

"Tidak. Itu bukan masalah besar. Aku tidak akan membiarkan orang lain tersakiti di depan mataku, ataupun diam melihat orang yang terluka! Itu bukanlah kelakuan yang pantas untuk diwariskan kepada anak cucu atau semacamnya!"

"Kau itu hanya menilai tindakanmu sebagai prestasi yang luar biasa di sana! Kau adalah tipe orang yang tidak mau mendengarkan orang lain kan? Sangat sulit untuk berkomunikasi dengan orang seperti itu."

Subaru memukul-mukul tangannya yang baru sembuh untuk menunjukan kebingunannya, melihat hal ini, Minerva dengan cepat menoleh ke arah Subaru.

"Bagaimanapun, luka-luka itu sudah sembuh, tidak ada hal lain lagi yang bisa kulakukan di sini. Sekarang, jangan bertindak berlebihan seperti gigitan serangga! Itu adalah janji dengan seorang Penyihir."

"Meskipun aku hidup di dalam ruang yang disterilkan, itu tidak mungkin terjadi kan? Dan jangan membuat janji demi kepentingan orang lain! Janji dengan Penyihir atau semacamnya, bukankah melanggarnya itu berarti sebuah hukuman yang kejam?"

"Tidak ada hal semacam itu. Tapi jika situasinya menjadi seperti itu..... Aku akan menyembuhkan semua orang."

"Jangan berbicara seolah-olah kau akan membunuh setiap orang! Itu benar-benar menakutkan!!"

Tapi faktanya, tubuh Subaru sudah benar-benar pulih.

Cara penyembuhannya yang kasar..... Bagaimanapun, tepat seperti gambarannya, Subaru memang telah disembuhkan saat akhir seluruh kejadian tadi. Mengalahkan seseorang agar bisa menyembuhkan mereka, memikirkan fenomena yang tak bisa dipahami semacam itu bisa ada, hampir mirip seperti di dalam serial tv tua.

"...... Baiklah."

Lalu, gadis yang berjalan menjauh itu berbalik.

Rambut putihnya bergoyang bersamaan dengan gerakannya, gaun hitamnya terbentang dengan mempesona, semua hal itu mengisi pandangan Subaru. Gadis itu memiringkan kepalanya, terlihat sedikit gembira ketika menatap Subaru.

"Untuk menunjukan kalau aku benar-benar tidak berbahaya, aku membiarkanmu bertemu dengan Penyihir lainnya. Jadi bagaimana menurutmu? Jika sikapmu sekarang bisa sedikit lebih hangat kepadaku, maka membangunkan mereka dari tidur mereka akan sangat pantas."

Yang meyimpulkan semua pengalaman menyakitkan Subaru adalah Penyihir Echidona. 

Melihat wanita itu di hadapannya, Subaru menarik napas panjang sebelum mengangkat kepalanya.

"Kau, benar-benar seorang Penyihir... Tidak ada manusia yang akan berpikir seperti itu."

Dan, hanya menggumamkan kata-kata itu saja sudah menghabiskan seluruh kekuatan Subaru.



---End of Chapter 11---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Me..

Previous
Next Post »
2 Komentar