Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 4 (Part 1) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 3 - Chapter 4 : Raja Iblis Belajar Tentang Rasa Sakit Kehilangan Sesuatu Yang Berharga -1


Baca LN Hataraku Maou-Sama Chapter 4 translate Bahasa Indonesia zhi-end.blogspot.com




Chapter 4 : Raja Iblis Belajar Tentang Rasa Sakit Kehilangan Sesuatu Yang Berharga.

Sebuah dunia yang besar nan luas berada di tengah kegelapan di antara bintang-bintang yang tidak bersinar, didampingi oleh dua dunia berwarna biru dan merah.

Sebuah dunia berwarna biru, cerah, dan dipenuhi kehidupan, memiliki sebuah bentuk salib di atasnya.

Di sebelah dunia yang penuh kehidupan itu terdapat sebuah dunia lain dengan warna biru gelap. Tanah kosong terbentang di atasnya yang bahkan tidak ada tanda-tanda angin berhembus.

Di tengah-tengah tanah kosong tersebut, berdirilah sebuah pohon besar yang mempunyai warna serupa dengan dunia itu.

Pohon besar tersebut berdiri di dunia itu seperti tak berujung selama jutaan tahun yang bahkan tak bisa dihitung, dan akan terus bertahan selama jutaan tahun yang tak terhitung ke depan. Tapi penampilannya seperti pohon yang mati, pohon yang tidak menunjukan cahaya kehidupan.

Tidak ada daun yang akan menutupinya dari langit, tidak ada bunga yang akan mewarnainya selama musim semi, dan tidak ada buah yang menandakan kesuburannya. Hanya sebuah pohon yang berdiri tanpa semangat selamanya.

Terdapat 10 kuil kecil yang mengelilingi pohon besar tersebut. Dan di setiap pintu masuknya terdapat sebuah nama yang terpahat di atasnya.

Di kuil yang pertama terpahat nama Keter. Selanjutnya, Chachmah. Dan sisanya berdasarkan urutannya, Binah, Chesed, Gevurah, Tiferet, Netzach, Hod, Yesod, dan yang terakhir, Malchut.

Itu adalah nama-nama dari sebuah "kehidupan". Tempat yang menggunakan bahasa itu tidak diketahui oleh siapapun.

Tidak ada tiang ataupun atap yang biasanya terdapat di kuil-kuil yang ada. Tempat untuk pendetanya pun tidak ditemukan di manapun. 

Sepuluh bulatan sempurna yang terlihat seperti dipahat dari bebatuan terbaring di sekitar pohon besar itu. Hampir terlihat seolah-olah mereka adalah buah yang jatuh dari pohon tersebut.

Sesosok bayangan muncul di dunia kosong di mana pohon itu berdiri.

Sebuah bayangan besar terlihat dari batu dengan ukiran yang bisa dibaca 'Yesod' dalam bahasa yang tidak diketahui siapapun.

"Bagus kita menemukannya lebih cepat dari yang kita duga."

Itu adalah suara pria.

Ketika bayangan itu menggumam, empat pilar cahaya muncul dan sesosok yang menyerupai bentuk manusia muncul di sebelahnya.

"Aku pikir kita akan mencarinya lagi selama ratusan tahun setelah kita kehilangan jejaknya di benua Utama, tapi sepertinya kita tidak benar-benar kehilangan dia. Terdapat resonansi sinyal pada 'fragmen' itu dari tempat yang telah ditakdirkan."

Empat sosok yang muncul dari pilar cahaya tersebut terkejut mendengar berita itu..

"Itu tempat di mana Sariel menghilang akhir-akhir ini, dan...."

Sesosok bayangan pria besar mendongak, melihat ke atas pohon besar tersebut.

"Wanita yang mencuri dan menghancurkan Yesod Sefira juga ada di sana."

Pria besar itu mengangkat tangannya seperti ingin meraih langit berbintang, dan sebuah pintu masuk bersinar yang terhubung ke dunia lain muncul seketika.

"Ayo pergi, kita akan mengembalikan 'Pohon Kehidupan' ke kondisi yang seharusnya."

Lima sosok itupun menghilang di dalam gerbang tersebut.

Bekas cahaya terakhir dari gerbang tersebut menghilang, dan sekali lagi kesunyian menyelimuti dunia berwarna biru gelap itu.

Dua dunia menjadi saksi bisu kelima sosok yang muncul di mana tempat pohon besar itu berdiri. Ente Isla, dunia yang penuh dengan kehidupan dan terukir di atasnya benua yang membentuk tanda salib. Dan dunia merah yang mengelilinginya, seolah mendekat ke dunia yang penuh kehidupan itu seperti yang dunia biru gelap lakukan.


XxxxX


Sesaat sebelum Maou dan Emi turun dari gondola kincir ria di Tokyo Big Egg Town.

"Hey, Bell kau di sana?"

"Ngh.. Ad-ada apa Lucifer?"

Suzuno dikagetkan oleh Urushihara, ketika dia keluar dari dalam lemarinya dengan keras, dan menanyakan sesuatu dengan nada serius.

Suzuno yang baru saja selesai membuat Udon, dan sedang makan siang hampir saja tersedak.

Urushihara memandang ke arah nampan di mana Udon tradisional Jepang berada di atasnya, dan hal itu tidak bisa lolos dari penglihatan Suzuno.

"Tidak ada bagian untukmu."

"Aku sepertinya tidak membutuhkan Udonmu, aku sudah memesan pizza tadi... Maksudku, bukan itu yang ingin aku bicarakan."

Urushihara dengan acuh tak acuh mengatakan kata-kata yang mungkin saja bisa memicu kemarahan Ashiya sampai titik di mana dia berubah ke wujud iblisnya, dan kemudian bertanya kepada Suzuno.

"Apa kau merasakannya barusan?"

"Merasakan apa?"

Suzuno memiringkan kepalanya, tidak mengerti apa yang Urushihara bicarakan.

"Aku pikir kau tidak bisa merasakannya. Kau bisa menghubungi Emilia kan? Aku akan menelepon Maou. Katakan pada mereka untuk kembali sesegera mungkin."

"Ada apa? Ada yang terjadi?"

Ekspresi Suzuno menjadi serius ketika dia menyaksikan Urushihara yang jarang sekali terlihat seperti dalam keadaan terdesak.

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan, cepatlah!! Aku tidak tahu kenapa, tapi sebuah gate baru saja terbuka di suatu tempat di Tokyo. Mungkin akan ada masalah yang menanti kita."

Urushihara tidak berkata apa-apa lagi, lalu langsung berlari di dalam kastil Raja Iblis dan membuka Skyphone yang berada di dalam laptopnya. Suzuno merasa kalau tindakannya yang serius itu tidak mungkin hanya sebuah lelucon, dan kemudian mengambil ponselnya dan menelepon Emi.

Dan seketika itu juga, lima sesosok orang muncul di halaman Villa Rose Sasazuka.


XxxxX


"Hey, tidak ada yang bilang kalau kita punya tamu."

Maou tersenyum dengan percaya diri, tapi dia menyembunyikan Alas Ramus di belakang punggungnya.

"Jadi, siapa yang datang ke sini ini?"

"Aku minta maaf Raja Iblis... Kamu benar-benar lengah."

"Well, aku akui aku sebenarnya bisa dengan mudah mengimbangi kecepatan mereka."

Suzuno bergumam dengan nada bersalah sementara Urushihara sama sekali tidak menunjukan rasa bersalahnya ,dan menjawabnya dengan nada santai seperti yang biasa dia lakukan.

"Well, jangan salahkan mereka. Mereka bahkan sudah mencoba menghubungimu untuk memperingatkanmu."

Orang yang menyapa Maou, Emi, dan Alas Ramus ketika mereka kembali ke Villa Rose Sasazuka bukanlah Suzuno ataupun Urushihara.

"Di samping itu, kami belum menyentuh siapapun. Aku pikir itulah yang terbaik jika kita hanya berbicara dan menemukan solusi dengan damai. Jadi aku harap kita bisa melewati ini tanpa masalah apapun."

Udara di kastil Raja Iblis benar-benar terasa berbeda.

Perbedaannya adalah batas penghuni yang benar-benar telah diabaikan, dan suhu udara yang dengan pasti terus meningkat. Kondisi yang masuk akal dari ruangan berukuran 6 tatami dan ditinggali oleh 10 orang. Lebih tepatnya yang benar-benar manusia di antara mereka bersepuluh di ruangan itu adalah Suzuno Kamazuki.

"Gabriel."

"Iyaa, itu aku!! Bagaimana kau tahu? Apa kita pernah bertemu?"

Sebuah antusias yang terasa menjengkelkan, orang berbadan besar dengan sikap yang bisa membuat orang lain ingin memukulnya tepat di wajah. Sepertinya dialah pimpinan dari tamu-tamu ini.

Dia punya rambut berwarna perak dan matanya terlihat sangat sombong. Dia tinggi seperti Ashiya dan tubuhnya berotot seperti seorang pegulat. Dia juga memakai jubah yang mirip seperti yang digunakan pada zaman Yunani kuno, tapi jubah itu sama sekali tidak cocok untuknya.

Di dalam kastil Raja Iblis terdapat 4 orang lainnya yang datang bersama dengan orang besar yang Maou panggil sebagai 'Gabriel'. Salah satu dari mereka mengarahkan sebuah pedang panjang ke tenggorokan Suzuno sementara 3 yang lainnya, duduk bersila mengelilingi Urushihara.

"Aku dengar di antara para malaikat agung ada seseorang berbadan besar yang bisa membuatmu sakit kepala hanya karena berbicara dengannya."

"Itu artinya.. Ada yang membicarakan diriku di belakangku, siapa yang mengatakan itu?"

"Lagipula, kau adalah malaikat penjaga Yesod Sefira kan?"

"Ew, aku tidak akan memberikanmu apa-apa hanya karena kau memujiku."

"Hentikan itu, kau membuatku kesal. Aku tidak ingin pertanyaan atau jawaban apapun, katakan saja untuk apa kau datang ke sini."

"Berikan padaku anak kecil di belakangmu itu, dan kalau bisa pedang suci Emilia juga. Oh kami sudah memakan pizza Lucifer yang dipesan dari Pizza Cap, maaf!"

"Apa saja yang sudah kau lakukan sampai kami tiba di sini?"

Meskipun Maou menjadi marah, dan Urushihara memundurkan tubuhnya ke belakang,

"Oh karena kami yang memakannya, kami yang akan membayarnya."

"Itu bukanlah hal yang aku khawatirkan. Tidak, aku juga khawatir mengenai hal itu, tapi bukan itu intinya."

Maou menambahkan beberapa kata pada kalimatnya agar tidak memancing kemarahan Ashiya.

"Baiklah!! Aku tarik kembali kata-kataku. Jika kau tidak menyerahkan anak itu, jangan harap kau akan melihat uang pizza itu lagi."

"Di mana kau bisa menemukan rang tua yang akan menyerahkan anaknya kepada penculik hanya karena uang pizza? Maou balik berteriak. "Kenapa kau lama sekali menunjukan dirimu? Kau pikir sudah berapa hari semenjak dia tiba di sini?"

"Well, itu mungkin hanya beberapa hari bagimu, tapi kami telah menghabiskan ratusan tahun untuk mencarinya, jadi tidak usah pikirkan kalau kami telat satu atau dua hari. Kupikir itu adalah mimpi ketika kami merasakan fragmen Yesod lagi. Ketika pecahan itu menghilang dari kastilmu di Ente Isla, kami benar-benar merasa putus asa. Kami pikir kami akan menghabiskan beberapa ratus tahun lagi untuk mencarinya." Kata Gabrial dan kemudian,

"Oh, bukankah tadi kau yang bilang kau tidak ingin bertanya apapun lagi? Ngomong-ngomong kau akan menyerahkan anak itu atau tidak?"

Dia sama sekali tidak mengikuti contoh para pedahulunya, dan tidak menunjukan secuil pun persamaan, tapi digabungkan dengan keinginnya untuk mendapatkan pedang suci Emi, tidak salah lagi dia adalah utusan dari Surga, dengan kata lain, seorang Malaikat.

Dia juga tidak membantah identitasnya sebagai Gabriel. Yang berarti dia adalah sosok yang paling dekat untuk disebut sebagai orang tua Alas Ramus.

"...."

Akan tetapi Alas Ramus menatapnya dengan penuh kecurigaan. Tidak peduli bagaimana orang melihatnya, dia sama sekali tidak menunjukan keramahan dan kasih sayang terhadap Gabriel.

"Hey, Alas Ramus, apa kau tidak suka orang tua itu? Dia ingin membawamu bersamanya?"

"Tidak!! Aku membencinya."

"Apaaaaaa?"

Gabriel memberikan reaksi yang berlebihan terhadap jawaban Alas Ramus.

"Jangan panggil aku orang tua. Kau menyakiti perasaanku."

"Itu yang membuatnya kesal?" Bahkan para pengikutnya yang berada di sekeliling Suzuno dan Urushihara menunjukan ekspresi lelah.

"Markoo, keteh, bina, ko'mah, semuanya kabur!! Aku membencimu!"

"Ugghh.. Berhenti mengatakan hal-hal seperti itu..."

Gabriel meletakkan tangannya di kepala menanggapi kata-kata Alas Ramus.

"... Aku sama sekali tidak mengerti, tapi melihat betapa Alas Ramus tidak menginginkan hal itu, aku tidak akan menyerahkannya padamu meskipun jika kau orang tua aslinya."

"Apaaaaa?? Lalu pedang sucinya....?"

"Jelas tidak. Meskipun jika Tuhan memintanya, aku tidak akan menyerahkan pedang suciku sampai aku mencapai tujuanku."

".... Ugh.. Menjengkelkan sekali. Ada apa dengan Raja Iblis dan Pahlawan ini? Menjengkelkan sekali. Aku tidak mau pakai cara paksa, tapi dengan anak itu sebagai taruhannya, aku tidak bisa membantah. Kumohon, bisakah kalian menyerahkannya padaku?"

"Aku menolak."

"Dia awalnya adalah milikku, kau tahu?"

"Aku orang tuanya sekarang."

"Tidak peduli apapun yang terjadi?"

"Tidak peduli apapun yang terjadi."

"Kau mungkin akan menjadikan seluruh Surga sebagai musuhmu lo."

"Aku lebih baik mati, daripada membuatnya menangis."

".... Sheessh, serius ini. Aku tidak ingin melakukan hal ini, kau tahu?"

Gabriel berguman seperti merasa menyesal, dan kemudian.

"!!!"

Dia mulai memancarkan aura sihir suci dari seluruh tubuhnya seperti mesin jet, mengeluarkan tekanan yang cukup kuat untuk menghantamkan seseorang ke dinding.

Itu terjadi dalam sekejap saja, Maou pun terlihat sangat terkejut.

"Aku benar-benar tidak suka kekerasan. Aku akan mendengarkannya jika kalian menyerah, jadi katakan saja jika kalian sudah ingin menyerah."

Sikap Gabriel sama sekali tidak berubah, dan dia sudah berdiri di depan Maou, sebelum Maou menyadarinya.

"Whoaaa!!"

Di sudut pandangan Maou, dia bisa melihat Gabriel menciptakan sebuah lubang di tatakan Tatami hanya dari langkah kakinya.

"Bahkan jika kau mendapatkan kembali kekuatan raja iblismu, aku mungkin masih bisa mengalahkanmu kau tahu? Jadi kumohon, maukah kau menyerahkan anak itu kepadaku?"

Sebuah tekanan kuat dan sihir suci yang mungkin bisa membuat siapapun jatuh tak berdaya.

"... Serius ini? Sialaaaaan...!!"

Maou menelan ludahnya, dia tidak pernah berhadapan dengan lawan yang kekuatannya seperti ini dari semua pertarungan yang pernah dilaluinya.

Dan itu bukan karena dia menjadi lemah.

Alasannya adalah karena ini pertama kalinya dia bertempur melawan malaikat penjaga Sefirah yang mempunyai level sangat berbeda dari malaikat lainnya.

Akan tetapi, meskipun Maou merasa terkejut, dia sama sekali tidak pernah mundur.

"Tidak, aku tidak akan menyerah!! Aku adalah Raja Iblis yang menyukai apapun yang bisa membuat malaikat ataupun manusia sengsara. Aku akan menjadikannya sebagai penerusku ketika aku sudah menguasai dunia."

"Kau sudah kehilangan kekuatanmu, jadi setidaknya aku tidak akan terlalu keras padamu... Seperti yang aku bilang, aku akan mendengarkanmu jika kau ingin menyerah."

Dan begitulah, tanda berakhirnya negosiasi telah diberikan.

Meskipun Gabriel memberikan halangan kepada Maou, hasil dari pertarungan ini sudah jelas bahkan sebelum pertarungannya dimulai.

Tidak akan aneh jika sebuah sentuhan dari ayunan tangan yang terlihat malas itu bisa menghancurkan Maou.

Akan tetapi, ada sesuatu yang bisa menghentikan serangan malaikat yang dipenuhi dengan cahaya suci itu.

"Maou-san!!!"

Sebuah teriakan biasa. Bukan kekuatan supernatural dan bukan juga sebuah pedang. Hanya sebuah suara.

Akan tetapi, suara itu mengehentikan serangan dari malaikat tersebut.

Semua orang menengok ke arah di mana suara itu berasal.

"... Maou... San.."

Itu adalah Chiho.

Chiho berlari menaiki tangga apartemen dan melihat ke dalam, berkeringat dan terengah-engah.

"Chiho-chan!! Tidak!! Larii!!"

Emi dengan cepat memperingatkan Chiho karena kemunculannya yang tiba-tiba ini, akan tetapi Chiho menggelengkan kepalanya.

"Kupikir, aku harus meminta maaf untuk apa yang aku lakukan hari ini."

"Apa yang kau lakukan hari ini?"

"Dan... Aku tidak tahu kalau ini akan terjadi... Aku tahu aku tidak bisa melakukan apa-apa, tapi aku tidak bisa tetap diam begitu saja..."

Maou masih tidak tahu kalau dia telah diikuti oleh Chiho, Ashiya, dan Rika.

Chiho kembali ke Sasazuka lebih dulu dari yang lainnya, tapi dia tidak sanggup menahan penyesalannya karena mengkhianati kepercayaan Maou, dan dia kemudian berlari ke kastil Raja Iblis secepat yang dia bisa, meskipun seharusnya dia sudah sampai di rumah.

"... Kau sepertinya manusia dari dunia ini. Ini bukan tempat di mana seharusnya kau berada. Menelepon polisi atau semacamnya sama sekali tidak berguna. Dan kau mungkin tidak akan mempercayaiku, tapi Sadao Maou dan aku adalah...."

"Aku sudah tahu!"

Chiho berteriak menyela Gabriel.

"Aku orang Jepang! Tapi aku sudah tahu. Tentang Maou-san..... Raja Iblis Satan, sang Pahlawan Emilia dan Ente Isla. Dan kau adalah.... Mungkin kau adalah malaikat yang datang untuk mengambil Alas Ramus-chan.

Gabriel menggelengkan kepalanya terkejut, mendengar kata-kata Chiho.

"Oh? Aku terkejut, orang-orang dari dunia lain bisa begitu alaminya bersahabat satu sama lain. Tapi bagaimana kau tahu kalau aku adalah malaikat? Apa aku terlihat punya aura kedewaan?"

Chiho heran melihat Gabriel yang masih saja bercanda di situasi seperti ini, dan menjawab.

"... Semua hal-hal buruk yang terjadi pada Maou-san dan Yusa-san pasti disebabkan oleh para malaikat."

Chiho memberikan jawaban yang mungkin terlalu jujur.

Maou, Emi, dan Suzuno menelan ludahnya, Gabriel dan para bawahannya terlihat marah, sementara Urushihara tertawa sendiri mendengar hal itu.

"Aku tidak ingin mengatakan apapun mengenai apa yang Lucifer lakukan, tapi apa yang Sariel lakukan?"

Bahkan Gabriel terlihat tidak senang dengan jawaban blak-blakan tersebut.

"Memang benar aku dan Sariel sungguh tidak suka dengan apa yang dunia ini gambarkan tentang malaikat."

"Hey, pandangan masyarakat itu juga penting, jadi ayo jangan lakukan apapun yang bisa menodai teputasi kita lebih jauh lagi."

"Bukankah itu sudah telat? Image mu sudah sangat buruk. Dan orang-orang ini tidak terlihat lebih baik daripada anak buah yakuza kelas tiga."

Urushihara dengan santai memandang ke empat bawahan Gabriel yang mengelilingi dirinya dan Suzuno. Dan entah kenapa, karena suatu alasan, mereka mundur seolah-olah takut dengan Urushihara.

Urushihara pun menyeringai lebar melihat reaksi mereka, sementara Gabriel menghela nafas.

"Well, ngomong-ngomong, maaf, kita sedang berada di tengah-tengah negosiasi. Aku hanya ingin menegosiasikan hal ini dengan damai, tapi kau seharusnya keluar dari sini karena situasinya pasti memburuk."

"Heh, aku suka itu. Terdengar sepertikan gertakan kelas tiga. Aku tidak benar-benar membencinya."

Tidak ada yang mendengarkan sindiran Uruahihara lagi, karena..

"Kumohon, jangan ambil Alas Ramus-chan."

Chiho menjatuhkan diri di lantai di hadapan Gabriel.

Dia mengerti waktunya telah tiba.

Meskipun dia tahu mungkin itu hanya egonya, dan meskipun dia tidak tahu pasti apa yang akan benar-benar mendatangkan kebahagian untuk Alas Ramus, semua yang telah dia lihat sampai saat ini nampak seperti benar-benar tercurahkan dalam tindakannya kali ini.

"Alas Ramus-chan sungguh menyukai Maou-san dan Yusa-san, tolonglah, aku mohon padamu.."

Setetes air mata jatuh di sebelah kaki Chiho.

"Chii-chan..."

"Chiho-chan..."

"He-hentikan itu!! Angkat kepalamu."

Entah bagaimana, tindakan dari seorang gadis SMA biasa yang tidak punya kekuatan apapun benar-benar membuat Gabriel tak berdaya.

"Ayolah, hentikan itu!! Itu membuatku terlihat seperti orang jahat! Itu terlihat seperti aku adalah tokoh dari drama TV lama yang mengatakan sesuatu seperti 'diamlah!! Aku hanya melakukan pekerjaanku!' Dan mengabaikan air mata dari seorang gadis sambil memegang bahu beberapa pria yang patah."

"Apa-apaan yang dia bicarakan?"

Maou memiringkan kepalanya kebingungan, karena dia tidak pernah menonton TV drama sebelumnya.

"Kumohon... Kumohon..."

"Gaaah!! Aku bilang berhenti menangis! Serius ini, hentikan itu!! Ini lebih buruk daripada diserang dengan senjata mematikan. Hey kau, ayolah!!"

Gabriel sudah tidak lagi memperhatikan Maou dan Emi dan benar-benar fokus pada Chiho.

"Kumohon... Kumohon..."

Akan tetapi, Chiho tidak mengangkat kepalanya dan terus memohon kepada Gabriel.

"Arrggghhhh."

Gabriel sedikit menggerak-gerakkan tangan dan kakinya, dan dengan marah berkata..

"Kau punya waktu sampai besok."

"Gabriel-sama!?"

"Maksud anda tuan?"

Orang-orang yang mengelilingi Suzuno dan Urushihara menatap ke arah Gabriel dengan ekspresi ragu.

Akan tetapi, Gabriel tidak memperhatikan mereka dan melihat Chiho dengan wajah bimbang ketika Chiho menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Ugghh.. Aku juga punya masalahku sendiri, kau tahu? Jadi besok aku akan datang ke sini pagi sekali, okay?  Ambillah beberapa foto kenang-kenangan atau apapun yang kau inginkan! Tapi jangan pikir kau bisa lari dari kami."

"Be-benarkah??"

Wajah Chiho tiba-tiba bersinar dengan cerah.

"... Ughh."

Gabriel mengalihkan pandangannya, tidak sanggup membuat kontak mata dengan wajah seperti itu.

"Be-besok!! Aku tidak akan menunggu lagi. D-dan Raja Iblis!! Jika kau mencoba mendapatkan kembali kekuatanmu dan melakukan sesuatu yang lucu, kau pasti akan menyesalinya."

"Te-terima kasih banyak!"

Gabriel mencoba mengucapkan kata-kata perpisahan, tapi ucapan terima kasih Chiho benar-benar mengungguli kekuatannya.

"Ka-kami pergi!"

Sihir suci terpancar kemudian menghilang tanpa jejak sebelum seorangpun menyadarinya, saat Gabriel menghentakkan kakinya.

"... Bahkan kata-kata perpisahanku terdengar seperti penjahat kelas tiga."

Gabriel mencerca dirinya sendiri, mengangkat bahunya seolah-olah mempunyai maksud tersendiri. Dia dan para bawahannya kemudian mulai berjalan meninggalkan apartemen.

Seperti telah diperintah oleh induk bebeknya, para bawahan Gabriel mulai berjalan keluar, menghantamkan bahu mereka dengan bahu Maou, satu persatu dengan perasaan marah. Benar-benar sesuai dengan arti dari penjahat kelas tiga yang ada di buku.

"Ogh, ugh, ufh, hey!!"

Maou menyuarakan komplainnya pada musuh yang tidak bisa dia kalahkan dalam pertarungan, dan menatap punggung mereka dengan perasaan geram. Ketika Gabriel yang pertama kali berjalan keluar sampai di tangga,

"Wah!!"

Suara dari sesuatu yang berat terjatuh dapat terdengar dari luar.

"Gabriel-sama!!"

"Gabriel-sama!!"

Dilihat dari reaksi mereka, sepertinya Gabriel jatuh dari tangga.

"Ahh!"

"Wah!!"

"Whoa!!"

"Ngh!?"

Suara dari teriakan empat pria dan suara dari empat orang yang bergerak menuruni tangga dapat terdengar.

"Tunggu sebentar, beri aku ruang!!"

Suara teriakan Gabriel pada para bawahannya terdengar dari luar, tapi kemudian mereka secara berangsur-angsur menghilang.

Seolah-olah menggantikan tempat mereka.

"Aku pulang... Uhhh, panasnya.."

Ashiya telah kembali, dan dengan lesu menyeka keringat di wajahnya, dia tidak tahu kejadian apa yang baru saja terjadi, dan bahkan tersenyum lebar melihat Maou dan Alas Ramus kembali ke rumah dengan selamat.

"Aku berpapasan dengan beberapa orang di depan. Apa mereka penarik tagihan dari MHK lagi?"

"... Kau... Bagaimana mengatakannya ya... Kau bisa tenang-tenang saja ya... Darimana saja kau di saat seperti ini, dasar bodoh?"

"Huh? Huh? Apa?"

Ashiya akhirnya menyadari atmosfer dingin di dalam ruangan benar-benar kontras dengan panasnya udara di luar.

".. Ngomong-ngomong kesampingkan Ashiya yang tidak tahu apa-apa itu."

Orang yang memecah atmosfer dingin dan hening setelah keributan tadi menghilang adalah Urushihara.

"Apa yang akan kita lakukan?"


XxxxX


Matahari telah terbenam dan malam pun tiba menyelimuti kastil Raja Iblis.

"Oyuuuu.."

Di dalam kastil Raja Iblis berdirilah dua sosok, Raja Iblis Satan, yang mempunyai tujuan untuk menguasai Ente Isla dan memberikan perasaan ngeri di hati siapapun yang hidup di sana, serta Sang Pahlawan Emilia Justina, yang harus menghentikan ambisi itu. Mereka berdua kini telah berhenti memainkan peran itu untuk sementara.

"Dauuuuu.."

Kastil Raja Iblis dipenuhi dengan atmosfer ketegangan dan permusuhan, dimana jatuhnya peniti saja mungkin bisa menyebabkan pecahnya pertarungan.

"Nyaaauu.."

Hembusan angin yang lembut, setetes air hujan, ataupun batu di jalanan saja sudah cukup untuk merubah atmosfer ketegangan menjadi sebuah kekacauan.

"Maaaaaammeeee maaaaammeeee.."

Dan ketika atmosfer ketegangan dan permusuhan itu hendak mencapai puncaknya..

"Wapu!!"

Sesosok gadis kecil yang berlarian di sekitar sang Raja Iblis dan sang Pahlawan, tersandung kakinya sendiri dan hampir membentur sudut meja yang berada di tengah-tengah ruangan.

"!!!"

Sang Raja Iblis dan Sang Pahlawan keduanya bereaksi dengan mengulurkan tangan mereka.

Penyelamatan mereka berhasil, tapi karena mereka bereaksi di saat yang bersamaan, tangan sang Raja Iblis pun menyentuh tangan sang Pahlawan.

"Ja-jangan sentuh aku!!"

"Ow, ku-kukumu...."

Sang Pahlawan yang gelagapan menepis tangan si Raja Iblis, dan memar merah pun terukir di tangan si Raja Iblis. Tidak ada darah, hanya sebuah garis merah di atas kulitnya.

"Apa yang kau lakukan tiba-tiba begini?"

"Kau sendiri yang ingin menyerahkan masalah ini pada orang lain dan tidak ingin terlibat dalam masalah apapun. Pikirkan saja urusanmu sendiri."

"I-itu harusnya kata-kataku."

"Tidak!! Aku tidak suka bertengkar Tidak!!"

Sesosok yang jauh lebih kecil dari si Raja Iblis dan Pahlawan menyela di tengah-tengah percekcokan mereka.

"Oh, um, kami tidak sedang bertengkar, Alas Ramus."

"I-itu benar, jadi jangan menangis, ya?"

"... Benalkah??"

Seperti mencoba untuk memastikan kata-kata orang dewasa yang terlihat setengah hati dan mencurigakan itu, Alas Ramus menatap ke arah mereka dengan tatapan paling khawatir yang pernah mereka lihat.

"B-benar, tentu saja!!"

"Benarr!!"

"Ehe."

Gadis kecil itu seperti biasa percaya dengan kebohongan yang dikatakan oleh sang Raja Iblis dan Pahlawan, lalu memberikan senyum lega dan menempel pada mommy nya, Emi.

"Mommy, apa kau akan selalu bersamaku?"

"Uh, um..."

"...! ....!"

Maou memberikan sinyal panik menggunakan tangannya dari sudut yang tidak bisa dilihat Alas Ramus, akan tetapi Emi mengabaikannya dan bertanya.

"Apa yang kamu inginkan, Alas Ramus? Apa kamu ingin aku.... Apa kamu ingin mommy mu terus bersama denganmu?"

"Yeah,, mommy, kita akan telus belsama.."

"Uhh.."

Emi dari dasar lubuk hatinya merasa sakit, tapi dia berusaha keras agar hal itu tidak terlihat di wajahnya dan bersembunyi di balik senyumnya.

"Daddy juga!!"

"Yeah..."

Maou tidak punya kesempatan untuk membantah pernyataan gadis kecil itu.

Dan keheningan yang canggung pun tercipta kembali.

Sementara itu, Alas Ramus mengabaikan keheningan yang tercipta dan mencoba naik di atas tubuh Emi.


XxxxX


Dengan kemunculan Chiho yang tiba-tiba, skenario terburuk Alas Ramus direbut setelah membuat Maou dan Emi terluka dan dikalahkan pun dapat dihindari.

Akan tetapi itu sepertinya hanya sebuah penundaan dari hal-hal tersebut.

Tidak peduli bagaimana Alas Ramus menolaknya, juga Maou ataupun Suzuno yang ahli dalam bidang theology (ilmu agama), tidak bisa memungkiri fakta bahwa Yesod Sefirah memang berasal dari surga sejak awal.

Lagi pula tidak ada dari orang-orang yang berhubungan dengan Alas Ramus ini mempunyai maksud untuk melawan Gabriel.

Kemampuan khusus Sariel adalah hal yang berbeda, Emi dan Suzuno memang punya kemampuan bertarung.

Akan tetapi, l tidak ada satupun dari mereka punya alasan untuk bertarung.

Setelah Gabriel pergi, Chiho mengungkapkan keragu-raguannya mengenai "Pohon Kehidupan".

"Pohon Kehidupan adalah pohon yang tumbuh di surga sana dan membentuk dunia ini, dan siapapun yang memakan buah dari pohon kehidupan dikatakan akan punya hidup yang abadi dan kebijaksaan tanpa batas. Diduga manusia pertama yang diciptakan oleh Tuhan, memakan buah itu dan diusir dari surga."

"Bumi juga punya cerita yang mirip dengan itu, kisah Adam dan Hawa dari Alkitab."

Suzuno mengangguk, dan lanjut berbicara.

"Kesepuluh buah dari pohon itu disebut "Sefirot", dikatakan mereka mempunyai hubungan dengan berbagai elemen kehidupan yang ada di dunia ini seperti planet, warna, logam, dan permata... Sebagai contoh Sefirah yang pertama 'Keter' melambangkan jiwa, pikiran, dan imajinasi. Nomornya adalah satu, permatanya adalah berlian, warnanya putih, planetnya adalah planet Raja Hades, dan malaikat penjaganya adalah Metatron. Sementara itu, Sefirah keempat 'Chesed' melambangkan kebaikan Tuhan, nomornya empat, logamnya adalah timah, warnanya biru, planetnya adalah planet Dewa Petir, malaikat penjaganya adalah Zadkiel, dan begitulah seterusnya. Masing-masing sepuluh Sefirot mempunyai karakteristik masing-masing yang berhubungan dengan elemen yang ada di dunia ini, dan alasan kenapa Alas Ramus tertarik dengan benda-benda yang berwarna cerah pasti karena pengaruh warna Sefirot pada dirinya. Ngomong-ngomong, Sefirah ke sembilan 'Yesod' melambangkan apa yang disebut tubuh tak terlihat, ingatan, dan diri sendiri. Nomornya adalah sembilan, logamnya adalah perak, warnanya ungu, planetnya adalah planet Surga Biru, dan malaikat penjaganya adalah Gabriel."

Yang lainnya tidak bisa berkata apa-apa mendengarkan penjelasan dari Suzuno.

"... Kau... Hapal semua itu?"

Maou bertanya dengan usil.

"Itu adalah pelajaran dasar dari ilmu Theology."

"Aku tidak mengerti, jelaskan saja pada kami ringkasannya."

"Memangnya kau ini bukan mantan malaikat agung?"

Suzuno terkejut mendengar kata-kata malas Urushihara.

"Ayolah... Urushihara-san hanya akan terus jadi Urushihara-san."

Kata-kata Chiho sama sekali tidak membuat Suzuno puas, tapi dia mengerti maksud dari perkataannya.

"Tapi kenapa dia memanggil dirinya sendiri "Alas Ramus" dan bukan "Yesod"?

Pertanyaan tersebut datang dari Emi.

"Kita tidak tahu apakah anak ini benar sebuah fragmen atau bukan dan kita juga tidak tahu siapa yang melakukannya dan bagaimana, tapi ini tidak seperti Gabriel adalah orang tua yang memberikannya nama itu. Dia tidak menggunakan nama "Alas Ramus" sekalipun sejauh ini. Tapi jika kita mengikuti cerita legenda dan menganggap Alas Ramus adalah fragmen dari Yesod Sefirah atau bagian darinya, itu akan membuat apa yang dikatakan Gabriel menjadi masuk akal. Dengan kata lain, elemen yang dilambangkan Yesod Sefirah kini berada dalam bahaya. Dunia saat ini berada dalam bahaya. Bagi Gabriel yang bertugas menjaga keseimbangan dunia sebagai malaikat penjaga, dia membutuhkan Alas Ramus."

"Tidak... Jadi pada akhirnya Alas Ramus harus kembali padanya?" Chiho bertanya dengan sedih, namun,

"Tapi, itu mungkin saja salah."

Chiho terkejut mendengar Suzuno menyangkal penjelasannya sendiri dengan begitu mudahnya.

"Pohon Kehidupan dan Sefirot dikatakan menjadi sumber dari apa yang menciptakan dunia ini, dan malaikat penjaga bertugas mengawasi mereka semua, tapi itu semua berdasarkan pada kitab-kitab suci dan legenda, tidak ada orang yang pernah melihat mereka, jadi tidak ada bukti kalau ini semua benar."

"Bukti?"

"Sebagai contoh sefirah kesepuluh, Malchut adalah...."

Tepat ketika Suzuno mengatakan itu,

"Malkoo."

Alas Ramus merespon kata tersebut.

"... Kalau dipikir-pikir, Alas Ramus bilang kalau Malchut adalah sahabatnya atau sesuatu seperti itu ketika berada di kincir ria. Apakah itu berarti Malchut atau Sefirot lainnya mempunyai penampilan seperti Alas Ramus?"

Suzuno berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Maou.

"Aku tidak pernah dengar sesuatu yang seperti itu... Tapi itu mungkin ada hubungannya dengan apa akan aku katakan."

"Oh, maaf karena sudah menyela, lanjutkan."

Maou mendesak Suzuno, yang mengangguk dan melanjutkan penjelasannya.

"Malchut berada di bagian bawah dari Pohon Kehidupan, dan melambangkan unsur pembentuk dunia, nomornya sepuluh, permata berharganya adalah kristal, warnanya kuning cerah, atau seperti buah zaitun, atau sesuatu yang seperti itu, planetnya adalah planet kehidupan... dengan kata lain Ente Isla. Jika kita percaya legenda itu, dan jika Malchut benar-benar menghilang karena suatu alasan, kristal, warna kuning, dan keberadaan Ente Isla mungkin berada dalam bahaya."

Suzuno berhenti berbicara dan melihat ke arah yang lainnya.

"Akan tetapi coba pikir logisnya saja. Bisakah kau membayangkan setiap kristal di seluruh dunia menghilang sekaligus hanya karena buah dari pohon yang berada di dunia lain menghilang?  Fenomena fisika macam apa yang bisa menjelaskan buah bisa mengancam seluruh keberadaan dari lautan dan benua? Bahkan cerita dari kitab-kitab suci tersebut masih diperdebatkan sampai hari ini, apakah manusia pertama yang memakan buah terlarang ada hubungannya dengan Sefirot atau tidak, dan pada akhirnya, tidak ada kesimpulan yang tercapai. Seperti yang Raja Iblis katakan, masing-masing Sefirah mungkin punya wujud inkarnasi yang mirip dengan manusia. Dengan kata lain, asumsi bahwa Pohon Kehidupan adalah hal dasar yang membentuk dunia ini hanyalah sebuah legenda belaka, dan tidak ada yang bisa membuktikannya. Ada banyak orang yang bisa berkomunikasi dengan dunia surga tapi tidak ada yang pernah ke sana secara fisik. Oleh karena itu, aku tidak percaya dunia akan berada dalam bahaya jika Alas Ramus menghilang."

"Kau benar-benar blak-blakan mengenai hal ini ya."

"Akan tetapi kita juga tidak bisa menyangkal begitu saja keberadaan dari surga dan para malaikat berdasarkan apa yang kita pikirkan, jika mereka ingin mendapatkan kembali pecahan Yesod, maka tidak mungkin kita bisa melawan. Tidak ada yang bisa kita lakukan."

Setiap orang yang berada di dalam ruangan tersebut menatap ke arah Alas Ramus yang duduk di pangkuan Maou.

"... Man, kita terjebak di antara sebuah batu dan tempat yang keras."

Maou mengorek-ngorek telinganya ketika semua orang di ruangan itu menatap ke arahnya.

"Hey, Alas Ramus."

"Apa daddy?"

"Orang tua yang tadi ingin membawamu bersamanya. Apa kamu ingin pergi bersamanya?"

"Tidak!!"

Sebuah penolakan yang tegas.

"Aku paham."

Maou menepuk lututnya sendiri yang sedang duduk bersila.

"Baiklah, itulah akhir dari diskusi ini. Jika mereka melakukan sesuatu yang menganggu Alas Ramus sedikit saja, aku pasti akan melawan sampai titik darah penghabisan."

"Tu-tunggu sebentar!"

Seperti yang diduga, Emi pun merasa keberatan.

"Apa kau tidak mengerti situasi saat ini? Aku dan Bell tidak bisa melawan Gabriel secara terbuka, Alsiel dan Lucifer juga belum mendapatkan kekuatan mereka kembali."

"Aku tahu, itulah kenapa aku bilang kalau aku akan melakukannya."

"Kau? Sendirian? Apa kau bodoh?? Apa yang mungkin bisa kau lakukan sendirian?"

"Hey, berhenti menggangguku! Apa kau akan merasa kehilangan jika aku pergi sendirian dan dihancurkan menjadi seperti bubur?"

"... Um.. We-well...."

"Aku hanya bersikap egois dan tidak ingin menyerahkan Alas Ramus. Dan alasanku karena Alas Ramus memang tidak ingin pergi. Kalian manusia akhirnya bisa merayakan kematian Raja Iblis dan pecahan Yesod akan kembali ke surga di mana seharusnya dia berada. Apa kalian keberatan dengan hal itu?"

"Ta- tapi..."

"Raja Iblis, apa benar-benar itu yang kau inginkan?"

"Maou-san?"

Emi tidak puas dengan ide seperti itu, Suzuno serta Chiho tidak bisa hanya diam saja. Mereka bertiga mendekat ke arah Maou sehingga membuat matanya terbelalak.

"He-hey, Ashiya, Urushihara katakan sesuatu."

"... Bagaimanapun, aku tidak bisa setuju dengan ide anda Maou-sama."

".. Aku.. Well, aku tidak terlalu peduli apa yang terjadi padamu, tapi aku mulai suka tinggal di dalam lemari, dan aku juga tidak yakin apa yang harus kupikirkan."

"A-apa?? Bahkan kalian berdua.."

"Dasar bodoh!! Apa kau masih tidak mengerti?"

Suzuno berteriak ke arah Maou.

Alas Ramus pun terkejut dengan nada bicara Suzuno yang keras dan bangkit dari pangkuan Maou.

"Suzu-neecha, tidak!! Jangan sakiti daddy."

Alas Ramus berdiri sekuat yang dia bisa di depan Suzuno dengan tangan terbentang lebar untuk melindungi daddy nya dari bahaya. Suzuno dengan tenang memindahkan Alas Ramus ke samping dan sekali lagi mencengkram kerah baju Maou

"Tidaklah penting apakah kau raja iblis atau bukan! Tidak satupun dari kita... bahkan Lucifer ingin melihat Alas Ramus dibawa oleh seseorang yang tidak dia inginkan!! Jika memang dia akan dibawa ke suatu tempat yang tidak diinginkannya, maka berada di tempatmu akan jadi pilihan yang lebih baik!!"

"... Aku tidak tahu kalau seorang pendeta bisa berbicara seperti itu..."

"Ya, aku memang seorang pendeta, tapi aku juga seorang politikus. Mereka pikir mereka siapa muncul seenaknya dan bertindak seolah-olah mereka punya hak penuh terhadap sesuatu yang sudah hilang selama ratusan tahun. Pohon Kehidupan hanyalah kebohongan belaka."

Suzuno mengambil kesimpulannya sendiri sebagai seorang pendeta tanpa ada logika dan bukti apapun.

".... Dengan kata lain..."

"Apa?"

"Apa yang kau inginkan?"

".... Ada apa??"

"Ada apa Maou-sama?"

"Apaa....?"

Maou tersenyum, memperlihatkan giginya dengan ekspresi seolah dia telah memahami sesuatu.

"Kalian semua sangat menyayangi Alas Ramus ya?"

"..."

Suzuno menelan ludahnya.

".... Terima kasih.."

Kata-kata yang seharusnya tidak keluar dari mulut sang Raja Iblis. Akan tetapi kata-kata tersebut sudah terucap berulang kali.

"Tapi berhadapan dengan orang yang punya sihir suci adalah tugas Raja Iblis. Ini bukanlah beban yang harus kalian tanggung. Aku hanya bertindak menuruti keegoisanku demi mempertahankan sesuatu seperti anak kecil yang harusnya milik Tuhan, untuk diriku sendiri. Jadi intinya aku akan melakukan sesuatu terhadap Gabriel, kalian tidak perlu melakukan apapun."

Suzuno tidak bisa berkata apa-apa dan melonggarkan cengkramanannya pada kerah baju Maou.

"... Jika semuanya berjalan lancar, maka akan sangat hebat sekali. Ini akan jadi seperti pergi keluar dengan sebuah 'bang'."

"Hey!!"

"Hentikan!!"

"Maou-san!!"

"Maou-sama!!"

"... Serius ini?"

"Diamlah!!"

Maou melambaikan tangannya dengan marah ketika dia dikelilingi oleh respon lemah tersebut.

"Ini bukanlah sebuah cerita di komik anak-anak. Musuh kita bukanlah seseorang yang bisa kukalahkan dengan kekuatan semangat ataupun sejenisnya. Adalah hal yang sangat alami jika aku bersiap-siap untuk kemungkinan terburuknya dan melakukan manajemen resiko. Hey Emi!!"

"Apa yang kau inginkan?"

"Menginaplah di sini untuk malam ini."

Tepat pada saat itu, setiap orang di ruangan itu mencoba mengingat-ingat apa arti dari manajemen resiko.

".... Apaaaaaaaa?"


XxxxX


"Jadi, bagaimana manajemen resiko ini?"

Emi duduk menatap Maou, sambil membawa Alas Ramus dalam pangkuannya. Sementara itu Alas Ramus dengan gembira menggerakkan kakinya keatas dan kebawah ketika berada dalam pangkuan ibunya.

"Well, jika pada akhirnya aku memang harus bertarung melawan Gabriel, strategis jeniusku adalah ikut menyeretmu dalam masalah ini, itu sebagai balasan karena kau selalu menyeretku untuk ikut campur ke dalam masalahmu."

"... Kau tidak serius kan?"

"Aku 70% serius. Kurasa aku pernah mengatakan ini sebelumnya, tapi menurutku kau tidak akan tiba-tiba tersambar petir hanya karena menuntaskan masalah sesekali."

"Aku bisa mendengar suara sambaran petir ketika kau menyarankan aku untuk menyelasaikan masalah Raja Iblis."

"Sambaran?"

Mungkin karena kebetulan, Alas Ramus menepuk tangannya ketika dia mengulangi kata-kata Emi, dan untuk sejenak atmosfer di sekitar mereka menjadi lebih santai.

"Yah, aku memang 70% serius, tapi aku juga harus memikirkan apa yang harus kulakukan dengan 30% sisanya. Aku tidak memintamu untuk berada di sampingku, tapi jika pertarungan memang harus pecah, setidaknya lindungilah Alas Ramus dari bahaya."

"Well, um... Jika hanya itu saja, maka.... Tapi tunggu, apa maksudmu dengan "harus memikirkan apa yang harus kulakukan dengan 30% sisanya?" Jika kau memang belum mengetahuinya, kau mungkin tidak akan sanggup melindungi sesuatu yang coba kau lindungi. Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Apa kau hanya mencoba untuk membuat kenangan bersamanya?"

Berdasarkan apa yang dikatakan Maou, dia tidak berencana mengalah begitu saja tanpa bertarung, akan tetapi dia juga tidak serius berpikiran kalau dia bisa menang. Oleh karena itu, dia sepertinya sudah berencana untuk membuat kenangan yang indah sebanyak mungkin dengan Alas Ramus, sehingga Alas Ramus bisa menjalani hidupnya dengan bahagia ketika dia sudah berhasil direbut oleh Gabriel nanti.

Dan kesimpulan yang dia dapat adalah dengan tidur bersama sebagai sebuah keluarga, tanpa orang lain.

Alas Ramus sudah menjadi anak yang pintar sampai saat ini, tapi kadang-kadang dia juga merasa kesepian dan rindu dengan mommy nya. Oleh karena itu, sangat wajar bagi orang tua membiarkan dia tidur bersama ibunya, meskipun jika itu hanya untuk satu malam.

Chiho menyetujui rencana ini dengan sepenuh hati, dan Suzuno pun menyuarakan kesetujuannya meskipun dibarengi dengan ekspresi cemberut. Ashiya sepenuhnya menentangnya, namun akhirnya dia menyetujuinya dengan syarat dia akan berada di sebelah pintu apartemen Suzuno, agar bisa segera mengambil tindakan bila terjadi sesuatu. Urushihara tidak peduli di mana dia akan tidur, selama dia bersama laptopnya.

Karena tidak ada jaminan kalau di sana akan aman, dan dengan kondisi Chiho yang sudah pulang ke rumah, Emi dengan enggan setuju untuk menginap di kastil Raja Iblis.

Ashiya mengantar Chiho pulang, lalu pindah ke kamar Suzuno bersama dengan Urushihara. Kelompok-kelompok ini dengan aneh dibagi ke ruangan yang berbeda dengan teman dan musuh bersama di bawah satu atap.

Maou menjawab pertanyaan Emi dengan ekspresi yang santai.

"Aku hanya mempertaruhkan hidupku seperti orang tua yang melindungi anaknya. Dan jangan terlalu mengkhawatirkannya, jika situasinya memburuk, aku mungkin tidak akan memberimu masalah apapun."

"... Darimana datangnya kepercayaan dirimu itu?"

"Aku tidak punya dasar untuk mengatakannya. Tapi ini aneh, aku merasa bisa melakukan apapun jika ini untuk Alas Ramus."

"Kau, Raja Iblis, mau bilang kalau kau merasa bertanggung jawab terhadap orang lain? Apa kau orang yang sama yang mengatakan tidak ingin melakukan apapun dengan emosi yang meledak-ledak?"

"Mungkin saja, inilah kenapa hal ini terjadi padaku, ini adalah balasan untukku. Setiap orang yang mati karena serangan pasukanku mungkin juga mempertaruhkan nyawa mereka dan tidak pernah menyerah sampai akhir hanya untuk anak-anak mereka? Lalu kenapa aku tidak melakukan hal yang sama dan mempertatuhkan nyawa demi anakku?"

Meskipun Emi bertanya kepada Maou dikuti dengan sebuah sindiran, mengetahui pertanyaannya dijawab dengan nada yang tenang, malah membuatnya merasa gelagapan.

"... A-apa yang kau bicarakan?.. Kau Raja Iblis, kenapa kau berbicara seolah-olah kau mengerti semuanya?" Emi menggerutu ketika dia merasa seolah-olah dialah orang yang menyakiti Maou dan hanya bisa memutus kontak mata dengannya.

Kata-kata Maou mengingatkan Emi akan memorinya ketika dia dipisahkan dari ayahnya.

Seperti yang Maou katakan barusan, ini adalah pembalasan. Ini adalah sesuatu yang pantas dia dapatkan karena menjadi Raja Iblis yang membunuh ribuan orang dan memisahkannya dari ayahnya.

Tapi karena suatu alasan yang tidak diketahui, Emi tidak bisa menekan perasaan yang terasa sesak di dalam dadanya.

Si Raja Iblis sedang merasakan rasa sakit yang sama yang pernah dia alami sebelumnya. Tapi kenapa Emi merasakan perasaan sesakit ini di dadanya?

"Mommy?"

Alas Ramus menatap Emi dengan cemas.

Maou melihat mereka berdua dan tersenyum lembut.

"Baiklah!! Waktunya tidur!!"

"Ap-apaaa?"

Maou mengatakannya dengan nada ceria ketika dia melihat ke arah jam, mengusir seluruh perasaan campur aduk yang Emi rasakan.

"Ti-tidakkah.. Tidakkah ini terlalu awal? Ini baru jam 10:30."

"Meskipun kita dalam kondisi baik-baik saja, Alas Ramus harus tidur sekarang. Bahkan jika kau begadang semalaman, itu tidak akan merubah fakta bahwa Gabriel akan datang besok."

".. T-tapi.. Tapi.."

"Mommy, tidur!! Kita semua tidur bareng!!"

"Uuhhh..."

Tidak ada futon di kastil Raja Iblis. Hanya ada beberapa sprei, jadi meskipun mereka tidur bersama, mereka hanya akan tidur saling bersebelahan satu sama lain layaknya sarden. Mereka tidak akan tidur di bawah selimut yang sama.

Bagi Emi, tidak seperti sebelumnya, ketika dia tidak punya pilihan lain selain menginap, kini dia harus tidur berdekatan dengan Maou, dengan Alas Ramus di tengah-tengah mereka, dan dengan itu saja sudah cukup bagi Emi untuk menentang ide tersebut.

Akan tetapi Maou juga berada di situasi yang sama. Dia mungkin tidak akan sanggup tidur membelakangi Emi, karena takut jika saja Emi membunuhnya ketika dia sedang tertidur.

Di sisi lain Alas Ramus merasa sangat gembira karena bisa tidur dengan mommy dan daddy nya, orang mungkin ragu dia akan bisa tertidur, lalu Alas Ramus mulai menarik sprei dari dalam lemari, dan menggumpalkan mereka saat dia mencoba membawanya.

"Oh, hey! Kau bisa tersandung lagi nanti!"

"Alas Ramus, sini ikut mommy, biar daddy yang tidak berguna itu yang melakukannya."

Emi hanya diam menyaksikan Maou ketika dia menyiapkan spreinya.

"... Setidaknya biarkan satu lampu menyala." Kata Emi hanya untuk memastikan.

"Well, jika gelap gulita, Alas Ramus pasti juga akan ketakutan."

Itu bukan alasan yang Emi punya di dalam kepalanya, tapi itu memang masuk akal. Kegelapan pasti akan terasa menakutkan bagi anak kecil.

"Oh.. Apa Alas Ramus punya piyama?"

"Piyama?? Oh benar... Kalau dipikir-pikir, itu saja baju yang dia punya."

Maou meregangkan tangannya setelah mengeluarkan tiga sprei.

"Tunggu... Kau mencuci bajunya kan? Dan memandikannya juga?"

Beberapa hari telah berlalu sejak kedatangan Alas Ramus, Emi tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika mengetahui fakta bahwa Alas Ramus hanya punya satu setel baju di musim panas begini.

"Aku membawanya ke pemandian umum dan mencuci bajunya. Jangan anggap aku ini orang bodoh. Karena ini di tengah-tengah musim panas, bajunya bisa kering dengan cepat dan dia berlarian di ruangan ini hanya menggunakan popok saja ketika bajunya sedang dikeringkan."

"... Tidak bisa dipercaya."

Maou mengabaikan ekspresi tidak percaya dari Emi dan memandang topi Alas Ramus yang tergantung di dinding.

"Pada akhirnya, topi itu adalah satu-satunya benda yang kubelikan untuknya. Aku penasaran apa Unixlo di Sasazuka punya baju untuk anak-anak?"

"Yoonieslo?"

"Sudah kubilang kan, jangan menjadikan Unixlo satu-satunya baju yang kau butuhkan. Dia itu perempuan, kenapa kau tidak coba cari sesuatu yang terlihat imut untuknya?"

"Meskipun kau bilang begitu, aku masih tidak tahu dari mana harus memulai."

"Inilah kenapa pria...."

"Well, ngomong-ngomong,"

Maou berdiri dengan pelan dan menarik kawat lampu.

"Aku harus melakukan yang terbaik untuk esok yang akan datang."

"... Uh, um yeah."

Emi mengangguk dengan natural dan percakapan yang rumit itu berlalu tepat di atas kepala Alas Ramus.

"Mommy, mommy, sini!"

Alas Ramus memukul-mukul tatami di sebelahnya berulang-ulang.

"Ye-yep, yep."

Emi mencoba berbaring berlahan dan seperti merasa kurang nyaman, sambil terus bersikap waspada terhadap Maou.

Begitu Emi berbaring sepenuhnya, Maou memberikan saran kepada Alas Ramus dengan mengatakan,

"Sini, pegangi mommy, jadi dia tidak akan pergi lagi."

"Ya, pegang!"

"Wah..."

Alas Ramus menempel kepada Emi dengan senyum yang terlihat jelas di wajahnya, dan Emi balik memeluknya yang entah kenapa terlihat enggan.

"Huh? Alas Ramus.. Apa yang kau bawa ini?"

Emi merasakan sesuatu yang keras dan tipis di antara dirinya dan Alas Ramus yang sedang memeluknya erat.

"Foto!"

Itu adalah sebuah bingkai dengan foto di dalamnya yang mereka beli di kincir ria.

"Kau benar-benar menyukainya ya? .... Tapi jika kau memegangnya ketika sedang tidur, kau mungkin malah akan merusaknya, jadi letakkan saja di samping tempat tidur ya?"

"Au...."

Emi dengan lembut mengambil foto itu, dan meletakkannya di sebelah tempat tidur mereka, sementara Alas Ramus terus menatapnya. Maou menyaksikan mereka berdua, tersenyum kecil lalu berkata.

"Aku akan mematikan lampunya."

Maou mematikan lampunya setelah memberi peringatan kepada mereka, tapi dia membiarkan lampu yang menyala redup untuk terus menyala seperti yang telah mereka sepakati sebelumnya.

"Ummh.."

Ketika mata Emi belum terbiasa dengan kegelapan, dia merasa rambutnya berdiri ketika dia mendengar suara Maou dari jarak yang sangat dekat, lebih dari yang dia kira.

"Ka-kau terlalu dekat!"

"Aku juga tidak ingin sedekat ini denganmu. Tapi apa yang bisa kulakukan jika Alas Ramus memegangiku?"

Setelah dilihat lebih dekat, Alas Ramus yang sudah mengantuk memegangi kedua baju Maou dan Emi dengan masing-masing tangannya di tengah kegelapan.

".. Jika kau mencoba melakukan sesuatu yang tidak-tidak, aku pasti akan membunuhmu."

"Kan sudah pernah kubilang, jangan mengatakan sesuatu yang punya pengaruh buruk terhadap anak-anak."

"Apa maksudmu? Kaulah perwujudan pengaruh buruk itu sendiri."

"Meskipun aku begitu, kau masih tetap mencintai daddy mu kan Alas Ramus?"

"Mm.. Nehehehe.."

"Bukankah dia tidak setuju denganmu?"

"Nah, dia hanya merasa malu."

"Daddy.. Daddy.. Celitakan sebuah celita..."

Alas Ramus menginginkan cerita pengantar tidur, dengan rasa kantuk yang tercampur di dalam suaranya.

"Hm? Sebuah cerita? Kau tidak ingin mendengarkan cerita dari mommy?"

"Mommy Besok.."

"...."

Emi merasakan hatinya terasa tertusuk ketika mendengar rencana polos Alas Ramus.

Maou juga tersenyum getir, menyentuh perut Alas Ramus dengan lembut dan mencoba memikirkan sesuatu ketika dia menatap ke arah langit-langit.

"Hmm, bagaimana kalau kita melanjutkan cerita kemarin!"

"Kay!!"

"Oke, sampai mana kemarin ya...? Hmm??"

"Si pengembara beltemu dengan malaikat."

"Oh benar, bagus, kau mengingatnya, aku bangga padamu."

"Nihehe."

Emi menyaksikan percakapan antara Maou dan Alas Ramus dengan rasa penasaran, dan kemudian merasa terkejut ketika tiba-tiba Maou melihat ke arahnya.

"Ketika dia tidak bisa tidur ataupun menangis karena kesepian, aku menceritakannya sebuah cerita. Well, pada hari pertama aku memang tidak sadar kalau itu karena popoknya."

"Tidak ada yang bertanya."

Emi menjawab dengan kasar, tapi Maou mengabaikannya dan perlahan mulai menceritakan ceritanya.

"Umm.. Oke, um si pengembara yang terluka dan lemah itu diselamatkan oleh seorang malaikat."

Si pengembara yang di lukai oleh iblis jahat itu diselamatkan oleh malaikat yang baik hati.

Malaikat itu menceritakan banyak kisah yang belum pernah didengar oleh si pengembara.

Cerita tentang pegunungan yang tinggi, cerita tentang samudera yang dalam, cerita tentang hutan yang lebat, cerita tentang raja, cerita tentang putri, cerita tentang toko dan uang, cerita tentang sayuran dan ikan, cerita tentang tentara, cerita tentang dewa, cerita tentang bintang....

Dengan sangat bersemangat, si pengembara itu mendengarkan semua cerita itu.

Suatu hari, malaikat itu memberi si pengembara itu sebuah jimat sebagai hadiah.

Si pengembara itu begitu menyukai cerita-cerita dan jimatnya itu, dia pun memulai perjalananya lagi.

Dengan cerita dan jimat itu, si pengembara itu akhirnya menjadi raja dan hidup bahagia selamanya.

"... Spuuuu.."

"... Dan tamat... Okay, selamat tidur."

Ketika Alas Ramus sudah tertidur, Maou menyelesaikan ceritanya dan dengan cepat membelakangi Emi.

Suara dari serangga khas musim panas memenuhi setiap sudut ruangan.

".... Hey!!"

".... Apa?"

Emi bertanya kepada Maou sambil membelai rambut Alas Ramus yang sedang tertidur.

"Apa yang terjadi dengan pengembara itu setelah menjadi raja?"

Maou memalingkan wajahnya ke arah Emi, meskipun dengan cahaya yang redup, Emi bisa melihat kalau Maou mengangkat alisnya tanda ragu.

"Kau seharusnya tahu kan kalau itu adalah sesuatu yang aku buat sendiri untuk cerita pengantar tidur anak kecil? Bagaimana aku bisa tahu? Dia hidup bahagia setelahnya, dan tamat, itu saja. Apalagi yang kau inginkan?"

"Apa si pengembara itu tidak pernah kembali ke tempat di mana dia tumbuh besar ataupun mencari malaikat itu?"

".... Kan sudah kubilang..."

"Tidak apa-apa kan? Aku harus melanjutkan ceritanya besok. Beri aku sedikit ide."

"..."

Maou tidak paham apa yang Emi maksud dengan 'besok'. Dengan ekspresi lelah, Maou memalingkan pandangannya dari Emi lagi.

"Jika kau membuat ceritanya terlalu berat, anak kecil tidak akan memahaminya. Kau hanya perlu membuatnya simple seperti yang aku lakukan."

Maou menolak untuk menjawab pertanyaan Emi, dan mengabaikan Emi yang mana mengerutkan dahinya tanda tidak puas.

"Ceritanya akan berubah."

"Sudah, cepat tidur sana, jika aku terus berbicara denganmu, kita mungkin akan terlibat percekcokan dan Alas Ramus bisa terbangun nanti."

"Kenapa si pengembara itu menginginkan negeri orang lain untuk dirinya sendiri padahal dia sudah menjadi raja? Bukankah dia hidup bahagia setelahnya?"

"...."

".. Apa?"

Jawaban yang keluar hanyalah berupa sebuah gumaman yang hampir tidak bisa terdengar.

"Dia pasti menjadi serakah setelah menjadi raja."

"Huh?"

"... Jika Alas Ramus ingin mendengar kelanjutan dari cerita itu, karang saja ketika kau menceritakannya." Kata Maou dengan cepat dan mulai mendengkur dengan keras seolah-olah itu adalah hal yang disengaja.

Maou tidak mungkin bisa langsung tidur seketika itu juga seperti Alas Ramus, jadi itu pasti lebih seperti sebuah tanda kalau dia tidak ingin menjawab pertanyaan apapun lagi.

Dan seolah merespon dengkuran itu, Alas Ramus melepaskan genggamannya pada baju Emi dan kemudian memeluk perut Maou.

"..."

Emi memandang Alas Ramus dan menyentuhnya untuk  yang terakhir kalinya. Kemudian dia menarik selimutnya sampai pada ke bahunya dan berbalik membelakangi mereka berdua.

Dia menatap dinding yang memisahkan mereka dengan apartemen unit 202.

"... Sejujurnya.. Aku khawatir, aku tidak bisa menyerahkan semua ini padanya." Kata Emi kepada dirinya sendiri tanpa berpikir.


---End of Part 1---





Translated by : Me [Zhi End]
Previous
Next Post »
6 Komentar
avatar

Halo gan...
Ini ane, yang sudah pernah menghubungi agan lewat kolom "contact us"...
Apa agan punya semacam fp di fb atau akun fb sendiri supaya bisa tahu update-an sekaligus media untuk berkomunikasi...?

Balas
This comment has been removed by the author. - Hapus
avatar

Oke gan, sudah ane add...
Thanks gan... Semangat ya nerjemahkannya... Ane dukung...

Balas
avatar

Wkwk.. Iya gan lagi proses tl, stay tune aja.. XD

Balas