Hataraku Maou-Sama Volume 12 - Final Chapter Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 12 - Final Chapter




Final Chapter

Pada akhirnya, Maou dan Emi masih tidak tahu apa-apa.

Mereka belum tahu apa yang sudah Lailah lakukan secara sembunyi-sembunyi ataupun tujuannya.

Begitupun alasan kenapa Gabriel yang tak bisa diprediksi, kini malah berada di pihak Lailah.

Anak-anak Sephirah bisa menyelamatkan Ente Isla, apa pula maksud dari kalimat tersebut?

Mereka juga belum tahu situasi Pohon Kehidupan yang berada di Surga.

Namun, adanya peluang negosiasi antara Maou dan Lailah, paling tidak telah membawa perubahan yang signifikan.

"Sempit sekali!"

"Kau berisik, Urushihara. Diamlah saat kau sedang makan!"

"Dan juga panas!"

"Kau ini bicara apa, sekarang tuh sudah November. Aku bahkan sudah berpikir kalau sekaranglah saatnya kita bergantian pakaian yang lebih tebal."

"Ashiya, Bell, kalian berdua mengaja mengabaikan apa yang ingin kukatakan, kan?"

""Apa maksudmu?""

"Kalian masih bertanya apa maksudku! Lihat, apa-apaan jumlah orang ini!?"

Kesabaran Urushihara akhirnya mencapai batasnya.

"Acies! Emerada Etuva! Lailah! Gabriel! Nord Justina! Kalian pulang sana! Kenapa kalian juga ikut makan di Kastil Iblis!? Ruangan ini sangat sempit! Kalian seharusnya tahu, kan!?"

"Urushihara-san! Kau menendang meja! Itu membuat sup miso-nya tumpah!"

"Sasaki Chiho, apa kau tak merasa kalau situasi ini sangat menyebalkan?"

"Memang sangat menyebalkan!"

"Eeehh!??"

Reaksi kuat Chiho yang tak terduga, justru membuat Urushihara mundur secara refleks.

"Tapi... tapi, mau bagaimana lagi! Aku juga... aku juga sangat cemburu! Jika memungkinkan, aku bahkan ingin bertukar tempat dengan Yusa-san! Aku tidak pernah berpikir kalau Yusa-san akan... akan menjadi seperti ini."

"Chi-Chiho-chan, erhm, maaf, bagaimana aku mengatakannya, ini tidak seperti yang kau pikirkan."

Emi yang oleh Chiho disebut 'menjadi seperti ini' pun, menjelaskan.

Setelah dengan berani membuat pernyataan kepada Maou dan Lailah, entah kenapa Emi kini malah duduk di samping Maou dan memegangi mangkoknya dengan perasaan bersalah.

"Aku tahu!"

Chiho kembali ke tempat duduknya dengan ekspresi bingung entah mau menangis atau ketawa.

"Aku juga ingin hubungan antara Maou-san dan Yusa-san berkembang! Perasaan itu benar-benar nyata kok!"

Kemudian dia memakan nasinya, tapi tak seperti biasanya, banyak butir nasi putih menempel di wajahnya, dia juga menatap tajam orang yang duduk di sebelahnya.

"Lailah-san! Lebih tepatnya mungkin orang yang seharusnya kubenci sekarang adalah kau!"

"Se-sepertinya memang iya, erhm, ma-maafkan aku......"

Itulah kata sang malaikat agung yang telah memanipulasi sejarah Ente Isla dan Dunia Iblis dari balik bayangan. Meski dia merasa takut dengan tatapan penuh kebencian dari gadis SMA itu, dia tetap mengambil acar sayuran yang ada di hadapannya dengan sumpit.

"Lupakan, bukankah makan bersama seperti ini adalah hal yang menyenangkan? Jadi jangan kita saling memelototi, ya. Agar bisa bergabung dengan kalian, aku juga membawa makanan ke sini. Lihat, ini bakso yang dibuat sendiri oleh Mi-chan."

Tak seperti Lailah yang datang dengan tangan kosong, tak disangka Gabriel mengeluarkan sebuah wadah makanan besar dari tas sulaman yang dibawanya.

Seperti yang dia katakan, di dalamnya penuh dengan bakso-bakso besar, menambahkan bau lembut saus dan merica ke atas meja makan.

Tapi karena orang yang membawa hidangan itu memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan siapapun yang ada di sana, Urushihara tanpa ampun langsung menendang lutut Gabriel, yang mana sedang duduk bersila.

"Tubuhmu terlalu besar dan bisa merusak! Sebelum kau dan pemilik kontrakan berdiskusi mau membawa makanan atau tidak, hanya nasi dan sup miso milik kita saja sudah memenuhi meja. Dan jangan bawa makanan yang dibuat sendiri oleh pemilik kontrakan ke sini! Apa kau mau nyawa dan rambutku berubah menjadi putih?"

"Jangan mengatakan hal-hal yang kasar begitu! Ini adalah makanan yang secara khusus ingin Mi-chan bawa ke sini setelah tahu bahwa semua orang sedang berkumpul. Dan kau tahu, daging yang dia gunakan adalah daging babi hitam dari perfektur Kagoshima."

"Urushihara, cepat minta maaf kepada pemilik kontrakan dan Gabriel!"

Begitu mendengar kata 'babi hitam', Ashiya langsung mengambil wadah makanan itu dari tangan Gabriel, memindahkan isinya ke dalam piring dan meletakkannya ke dalam microwave.

"Hey, Maou! Hanya demi bahan makanan premium, Ashiya telah mengkhianati semangat dari Jenderal Iblis! Pengadilan militer harus segera dilakukan untuk itu, kan?"

"Jangan khawatir, Lucifer! Jika ada yang tersisa, Em dan aku akan bertanggung jawab menangani mereka."

Acies bahkan mengatakan hal yang lebih gila, Urushihara pun memegangi kepalanya dan mengatakan, "Aku tidak khawatir soal itu! Dan lagi, kalian berdua makan terlalu banyak! Hey, Maou! Kau harusnya lebih tegas sebagai tuan rumah, pikirkanlah cara untuk menghadapi orang-orang bebal ini! Emilia juga! Karena kau tidak mengasah tekadmu dalam menghadapi sesuatu lah, kau membuat ruangan ini jadi seperti medan perang!"

"..... Aku tak bisa bilang apa-apa."

"..... Maaf. Tapi....."

Maou hanya diam memakan makanannya dengan ekspresi suram. Sementara Emi yang duduk meringkuk di sebelah Maou, nampak ingin mengatakan sesuatu meskipun langsung berhenti dengan bibir memanyun.

"Tak apa, Emilia."

Nord kemudian memberi nasihat kepada Emi dengan suara yang tenang.

"Tidak dikendalikan oleh siapapun dan memutuskan semuanya sendiri. Aku pasti akan menghormati keinginanmu dan Lailah."

"Ayah...."

"Daripada keinginannya, harusnya kau lebih dulu menghormati keinginan penghuni ruangan ini!"

Seolah mengisi celah di antara orang-orang yang ada di sana, sesosok figur kecil datang ke samping Urushihara yang terus saja berteriak.

"Lucifer. Kau harus duduk saat sedang makan! Dasar nakal!"

"Cukup sudaaaaaaaaah!!"

Karena dia tidak tega meneriaki Alas Ramus, kali ini Urushihara hanya bisa memegangi kepalanya.

Lima hari telah terlewati semenjak Iron dibawa ke kamar 101, dan selama waktu itu, Emi hanya pulang ke apartemennya di Eifuku sekali, sementara sisanya, dia menginap di kamar Suzuno.

Meskipun Lailah juga ikut pergi bersama Emi ke Eifuku, menurut kesaksian Emerada, interaksi keduanya sangatlah kaku, dan sepertinya mereka bahkan tidak pernah sekalipun berhasil melakukan sebuah obrolan.

Kedua belah pihak menerima tamparan keras dari kesempatan pertama yang mereka dapatkan ini, karena itulah, lupakan soal berbicara, Emi dan Lailah bahkan tidak bisa menemukan satupun kesempatan untuk bertengkar ataupun berselisih, dan ketika ia tersadar, Lailah sudah kehilangan momen di mana Emi tidak berada di sisi Maou. Dan untuk berjaga-jaga terjadinya konflik fisik antara Maou, Emi, dan Lailah, semua orang terpaksa menjadi sangat waspada, dan menghasilkan keributan di Kastil Iblis ini.

Dari sudut pandang Maou, ketika dia nanti mendengarkan cerita Lailah, Emi pokoknya tidak boleh ada bersamanya, dan alasan kenapa dia memberikan syarat tersebut adalah untuk mencegah Emi mengalami 'kerusakan' parah karena menghadapi Lailah dan melakukan tindakan yang bisa membuat orang lain salah paham.

Jika Emi dan Lailah bisa menghadapi satu sama lain dan berbicara, meskipun itu tidak sampai tahap berdamai, paling tidak itu bisa menghilangkan beberapa luka. Maou kira Emi akan kembali seperti biasanya dan tidak menyangka kalau akan berakhir seperti ini.

Bisa dibilang kalau Emi sama sekali tidak siap menghadapi Lailah sendirian.

Kalau hanya itu mungkin tak masalah, akan tetapi, dia bahkan sampai bersembunyi di belakang syarat yang Maou berikan kepada Lailah, setiap harinya, selain bekerja, dia selalu menempel pada Maou.

Jika Maou tahu kalau situasinya akan jadi seperti ini, Emi yang selalu menyebutkan hal-hal tentang bertarung melawan Raja Iblis, atau membunuh Raja Iblis dan menyebabkan masalah, ataupun datang untuk memata-matai, itu malah jauh lebih baik.

Terus berada di sisinya selama 24 jam, Maou sama sekali tidak tahu bagaimana harus menghadapi hal tersebut.

Meski dia ingin menggunakan cara paksa untuk mengusir Emi, karena dia tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya, dia bahkan tidak tahu bagaimana caranya menggunakan paksaan.

Karena itulah, Kastil Iblis akhir-akhir ini selalu penuh. Selain itu, Maou juga harus menghadapi tatapan tajam dari Kawada dan Akiko yang punya insting kuat.

Tatapan penuh kecemburuan Chiho, tatapan dingin Suzuno, mata putih Ashiya saat dia melihat nasi yang dengan cepat habis, serta keluhan Urushihara, semua itu membuat emosi Maou menjadi sangat berat.

"Emi, kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau katakan. Apa kau pengecut? Apa kau sedang mengalami kerusakan seperti kemarin? Hah?"

"Bu-bukan begitu! Aku pasti akan.... berbicara.... dengannya! Su-suatu hari nanti......"

Dan jika Maou secara langsung menegur Emi, dia selalu saja menjawab dengan 'suatu hari nanti'.

"La-lagipula, kau sendiri juga belum siap bernegosiasi dengan Lailah, kan? Setelah bekerja kau selalu pulang bersamaku, itu artinya kau juga belum siap membicarakan syarat yang ingin kau berikan pada Lailah, kan......!?"

"Soal pulang bersama dari restoran, aku tidak akan menyangkal kalau akupun punya pertimbangan seperti itu! Tapi, aku tidak menyangka kalau Pahlawan yang hebat itu akan terus bergaul dengan para iblis di hari kerja maupun hari libur seperti ini! Sudah pulang sana!"

Maou yang tidak menyangka kalau akan ada orang yang mencari-cari kesalahannya dari alasan tak terduga itu, dengan sengaja memilih kata-kata yang bisa membuat Emi marah dan meneriakinya, tapi reaksi Emi malah semakin melampaui ekspektasi Maou.

"Ugh! Apaan sih, i-ini tidak seperti aku ingin bersama denganmu! Hanya saja.... kebetulan sekarang, erhm, pulang itu agak merepotkan."

Tidak, bukannya tidak terduga, reaksi Emi yang terdengar tidak tegas itu, justru membuat suasana menjadi dingin.

"""Merepotkan dari mananya.....??""""

"Tu-tunggu dulu? Apa kalian tadi serentak mengatakan hal yang sama?"

"""Tidak tuh."""

Ashiya, Urushihara, dan Suzuno menatap ke arah lain dan menjawab dengan dingin, sementara Chiho....

"Aku memang berharap hubungan Maou-san dan Yusa-san bisa membaik, saat ini, keinginanku itu bisa dianggap sudah setengah terpenuhi, ta-tapi, kenapa hal itu sangat menggangguku..... meskipun, aku tidak ingin jadi orang yang menjengkelkan, kenapa aku tidak bisa bahagia dengan situasi ini.... ini sangat aneh, Lailah-san."

Dia sedang menggigit sumpitnya dan terus mengeluh pada Lailah yang ada di sampingnya dengan suara yang tidak bisa didengar oleh yang lain.

Maou yang hampir mencapai batasnya.....

"Aku sama sekali tidak bisa tenang...."

Dia tanpa sadar menggumamkan hal tersebut, dan seolah menimpali kalimat itu.....

"Aku juga, Maou-sama."

"Maou-san, aku juga tidak bisa tenang!"

"Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya, kau tahu? Jadi cepat pikirkan cara untuk menangani situasi ini!"

"Serius, apapun ini, harusnya ada batasnya."

Entah tertuju pada siapa, Ashiya, Chiho, Urushihara, dan Suzuno secara bergantian mengucapkan kalimat-kalimat tersebut, sampai pada akhirnya seseorang memberikan sebuah pukulan telak yang terduga.

"Aku benar-benar minta maaf.... tapi tolong, biarkan aku terus seperti ini untuk sementara....."

Kata-kata lembut dan tulus dari Emi yang sedang bersandar pada Maou, dalam sekejap menghantam meja makan bak sebuah petir.

"YuYuYuYuYuYuYuYusa-san? Erhm? Mak-maksdumu?"

"Oh, Emi sangat berani ya! Shuuuu......"

"Emilia.... bilang begitu itu~ terlalu berlebihan~"

"Tolong, anggap ini sebagai permintaan dariku, tolong jangan bawa masalah lagi untuk Kastil Iblis..... kumohon."

Chiho berteriak dan hampir pingsan, Acies ingin bersiul meskipun gagal, wajah Emerada jadi datar tanpa ekspresi, sedangkan Maou, dia hampir menjatuhkan sumpitnya dan menggumam dengan wajah pucat.

"Papa dan mama, baikan!"

Alas Ramus adalah satu-satunya orang yang senang dengan situasi ini, tapi sayangnya, bahkan keimutannya pun tidak sanggup menyingkirkan atmosfer berat di dalam ruangan.

Sementara itu, di kamar 101....

"Apa langit-langit ini mau runtuh, ya."

Amane yang bertugas menjaga Iron, menatap ke arah langit-langit dengan serius saat suara-suara yang tidak seperti suara kehidupan terdengar dari atas.

"Daripada memikirkan kedamaian di masa depan nanti, kenapa aku tidak makan malam saja? Hmm, mau makan apa ya? Aku ini tipe orang yang tidak akan sungkan membuka kulkas milik orang lain asalkan sudah punya izin, lo."

Menggosok-gosok tangannya, Amane tanpa ampun membuka kulkas Nord dan mulai mencari bahan untuk makan malamnya.

Iron sedang mengerang di belakang Amane. Tak diketahui apakah dia sedang mimpi buruk atau hanya sekedar bereaksi terhadap keributan di atas, jawabannya mungkin baru akan terungkap begitu ia bangun. 
---End---





Translator : Zhi End Translation...

Previous
Next Post »
5 Komentar
avatar

Hahaha.. jadi drama begini perkembangannya

Balas
avatar

Mantap gan ceritanya, makin seru aja, tpi ini sepertinya seperti awal baru sja krna kita belum lihat seluruh klan iblis termasuk iblis wanitanya, kayanya nnti ada wanita lain yg masuk dlm cerita ini yg bikin bikin tmbah seru dan rame.

Btw update trus min

Balas
avatar

udah nebak kyk gini, dri percakapan urushihara sebelumnyya :v smgt trs minn...

Balas
avatar

Semangat terus min ngetranslate in nya!!!

Balas