Baca Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu (WN) Arc 4 - Chapter 13 Bahasa Indonesia

[Translate] Re:Zero Arc 4 - Chapter 13 : Tujuan Roswaal

Baca Light Novel Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu Arc 4 - Chapter 13 Bahasa Indonesia




Chapter 13 : Tujuan Roswaal.

Hal pertama yang Subaru rasakan ketika dia terbangun adalah ujung jari seseorang sedang menyentuh dahinya.

"Menilai dari kelembutan dan sentuhannya, ini pasti jari Emilia-tan!"

".... Meskipun kau menebaknya dengan benar, tapi aku  merasa kalau itu sangat menyeramkan, ah, mungkin hanya imajinasiku."

Membuka matanya, pandangan Subaru ditutupi oleh telapak tangan yang menyentuhnya. Melalui sela-sela di antara jari-jarinya, Subaru mengintip wajah cantik Emilia, dan mengendurkan bibirnya, tersenyum.

"Well, karena hanya Emilia-tan lah yang mau repot-repot merawatku di saat seperti ini, jadi aku merasa kalau itu adalah kau. Itu tidak seperti siapapun bisa menebak hanya dengan sentuhan jari, kau tahu?"

"Oh, begitu ya. Aku merasa sedikit lega sekarang... tubuhmu, apa kau bisa duduk sendiri?"

"Entah bagaimana..... yeah, aku baik-baik saja."

Menjawab dengan sebuah candaan ketika terbangun, Subaru mendudukkan dirinya di ranjang. Melihat secara singkat ke sekelilingnya, dia mendapati dirinya berada di sebuah bangunan yang tidak familiar.

Seprei tempat dia berbaring dibuat dengan kasar, dan tidak bisa dibandingkan dengan seluruh ranjang yang ada di mansion Roswaal yang sudah biasa dirasakannya. Meski begitu, Subaru mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum dia pingsan.

"Sampai di mana realita berakhir, dan dari mana pandangannya berawal....

Makam..... Melangkahkan satu kakinya ke tempat itu, dan segera setelahnya merasakan sebuah sensasi jatuh; adalah hal terakhir yang dia ingat mengenai dunia nyata. Lalu setelah itu, pertemuannya dengan gadis yang bermain-main di dalam Makam.... pertemuannya dengan Penyihir Keserakahan, jika kata-kata Penyihir itu bisa dipercaya, semua kejadian itu terjadi di dalam mimpi Penyihir tersebut.

Itu semua terlalu samar. Merasakan ingatannya yang tidak pasti, Subaru menyentuh dahinya dan melihat ke arah Emilia. Di samping ranjang, terduduk di atas kursi, Emilia terlihat menunggu Subaru menata ingatannya. Melihat Emilia menunggunya, Subaru memulai dengan "Baiklah....."

"Ada begitu banyak hal yang ingin aku tanyakan dan bicarakan denganmu... tapi, hal pertama yang harus aku katakan......"

"En, apa itu?"

Sedikit memiringkan kepalanya, Emilia menunggu dengan cantik, dan mendengarkannya..... namun, matanya sama sekali tidak tersenyum.

Di bawah tatapan pupilnya yang berwarna keunguan, Subaru menyusutkan bahunya.

"Aku minta maaf karena membuatmu cemas. Aku terlalu terbawa suasana di sana."

Memikirkan apa yang seharusnya dia lakukan, setidaknya, bisa membuka jalan di depan Emilia, Subaru menilai kemampuannya sedikit berlebihan.
Dan situasinya, ternyata membuat dirinya berada di depan sebuah kegagalan.
Menerima permintaan maaf Subaru, Emilia mengeluarkan sebuah desahan kecil melalui mulutnya.

"Kau tahu, aku sangat amat cemas. Ketika kau masuk ke dalam, kau langsung menjerit dan jatuh pingsan."

"Mengesampingkan jeritannya... aku pingsan?"

"Bagian putih dari matamu membesar, dan kau terus kejang-kejang. Kami benar-benar tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Tidak ada luka apapun dan nampaknya juga tidak ada sihir aneh yang mengenaimu..."

Melihat Emilia ragu dengan kata-katanya, Subaru menyadari betapa memalukannya tampilan yang dia perlihatkan.

Jadi itu yang terjadi.... Rupanya, segera setelah memasuki makam, ketika lantainya runtuh.... atau saat dia merasakan sensasi jatuh, dia sudah dipanggil ke dalam mimpi Penyihir Keserakahan.

Dan pada kenyataannya, Subaru tertidur ketika dia masuk ke dalam dan memberikan perasaan cemas kepada Emilia saat dia melihatnya, karena tidak bisa melakukan apa-apa.

Memeriksa bahaya demi Emilia.... tekadnya pada saat itu kini benar-benar terlihat sangat bodoh.
Memikirkan hal itu, Subaru membersutkan wajahnya merasa benci dengan dirinya sendiri, ketika,

".... Oh? Dia bangun kan? Terlihat baik-baik saja, oy!"

Mengatakan hal tersebut, sambil mendorong pintu yang berderit, seorang pemuda pirang.... Garfiel, masuk ke dalam.
Melirik sebentar ke arah Subaru yang berada di ranjang, dia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Emilia.

"Sudah kubilang kan? Tidak ada yang salah dengan tubuhnya, lihat?"

".... Tapi tetap saja aku khawatir. Tidak tahu kenapa dan tiba-tiba melihat dia pingsan seperti itu. Meskipun aku sudah terbiasa sekarang, tapi terbiasa dengan hal seperti itu bukanlah hal yang bagus, iya kan?"

"Hah, ayolah, tegarlah sedikit! Panik dan berkaca-kaca setelah melihat anak ini jatuh.... itu seperti "wajahmu lebih biru dibandingkan Aomiguro" kata mereka."

"Wha.....!?"

Mendengar kata-kata kasar Garfiel, Emilia cemberut dengan wajah memerah.
Dan segera setelah Garfiel mengatakan hal itu, Emilia langsung berdiri dari kursinya sambil memekik.

"A-aku tidak berkaca-kaca! Aku memang cemas dan panik, tapi aku tidak....."

"A-ah, benarbenar. Itu rahasia, sebuah rahasia. Maaf maaf. Tapi itu tidak seburuk itu kok.... Kau tidak perlu menyembunyikannya atau semacamnya."

"Itu sangat buruk. Aku benar-benar khawatir kalau.... dia mendengar aku akan menangis...."

Mengikuti di tengah-tengah bantahannya, Emilia melirik ke arah Subaru.
Sampai sekarang, Subaru hanya diam mengamati percakapan mereka. Di depan pandangannya, apa yang akan Subaru katakan adalah...

"Hn! Ah, itu bagus, teruskan. Kumohon kumohon, ehehehe. Jadi begitu ya, ehh, jadi begitu. Emilia-tan sangat cemas denganku sampai dia menangis... jadi begitu ya, ehehehe."

".... Entah bagaimana, aku sudah tahu kalau Subaru akan bereaksi seperti itu."

Bahu Emilia merosot dengan sedih. Di hadapannya, Subaru masih bernapas dengan berat menggunakan lubang hidungnya yang membesar. Mengetahui kalau gadis yang disukainya cemas akan keadaannya dari dalam lubuk hatinya, meskipun terasa kurang bijaksana, namun Subaru tidak dapat menahan kegembiraannya.

Melihat kegembiraan Subaru yang tidak tahu diri dan reaksi Emilia, di samping mereka, Garfiel mengatakan "Ohh, jadi begitulah" dan kemudian, dengan perasaan yang begitu mendalam, dia menggumam,

"Kali ini adalah kesalahanku. Yikes, ini sangat langka. Melihat diriku mengakui kesalahanku dengan begitu blak-blakan, iya kan?"

Dan sambil merenung, Garfiel mengakui sesuatu yang tidak terlalu dia banggakan.


XxxxX


"Jika dilatih dengan baik, bahkan anjing pun bisa latihan menahan agak tidak makan sebelum diberi izin."

Mengerikan, itu adalah suara yang dipenuhi dengan ketajaman yang bisa membuat seseorang terpotong jika menyentuhnya.

Perlahan menggema, ada sebuah jeda di antara setiap kata-katanya, tapi jarak di antara keduanya diisi dengan sebuah kengerian yang tidak memberikan ruang untuk membantah.

"Begitulah, bahkan seekor anjing pun bisa mengikuti perintah, seharusnya paling tidak kau juga bisa melakukannya."

*Kuts* *kuts*, adalah suara langkah kaki yang melangkah di atas lantai kayu.
Ritme langkahnya terdengar konsisten, berjalan ke kanan, ke kiri, bolak balik di hadapan Subaru.

Keserasian celah di antara mereka mencerminkan ketenangan pikiran dari si pemilik langkah tersebut, sementara itu dia tahu betul kalau mereka tanpa ampun akan memotong-motong ketenangan mental dari orang satunya.

"Sekarang...."

Suara, langkah kaki, dan mata yang tidak menunjukan emosi apapun itu, semuanya mengarah ke arah Subaru...

"Makhluk yang tidak bisa mematuhi sebuah perintah yang bahkan anjing pun bisa mematuhinya, bagaimana kau memanggil makhluk seperti itu? Barusu, apa kau tahu?"

"Aku minta maaf aku tidak mengikuti saranmu....!"

Di hadapan gadis kecil yang berdiri berlawanan dengan dirinya, Subaru berlutut dan menundukan kepalanya sambil berteriak minta maaf.

Akan tetapi, menanggapi ratapan dari dasar jiwa Subaru, gadis itu hanya memiringkan kepalanya.

"'Aku minta maaf', apakah kau mendengarku meminta sebuah permintaan maaf? Tidak hanya tidak mendengar pertanyaannya, sepertinya kau juga tidak mendengarkan apa-apa sejauh ini. Kupikir saran Ram bahkan tidak masuk ke telingamu sejak awal, karena itu bukanlah sesuatu yang tidak bisa kau mengerti."

"Bisakah kau tidak menggunakan cara yang berbelit-belit untuk mengungkapkan kebencianmu? Aku menyesal, aku tahu aku salah, tapi rasanya seperti hatiku sedang dihancurkan! Omelan secara terang-terangan akan lebih mudah buatku!"

"Itu akan lebih baik kalau kau mati."

"Terlalu blak-blakan!!"

Menerima omelan tanpa ampun dari gadis itu.... Ram, Subaru memeluk kepalanya di atas lantai. Tapi sebenarnya, mengingat kelakuannya, Subaru hanya bisa menerima semua cacian Ram dengan pasrah.

Subaru secara terang-terangan melawan peringatan yang khusus disampaikan oleh Ram, dan menyebabkan masalah untuk semua orang di sekitarnya sebagai akibatnya.

"I~~tu benar. Ram sebaiknya mema~afkan dia. La~gi pula, Emilia-sama pasti sudah memberinya omelan yang sama, iya kan? Melakukan hal itu lagi ti~daklah baik, kecuali membuat sifat masokis Subaru-kun menjadi ber~semangat."

"Aku tidak punya sifat masokis. Melangkah ke dalam ladang ranjau kebetulan adalah insting alamiku."

Itu karena dia tidak bisa membaca suasananya dengan baik, pikirnya.

Melihat Subaru membusungkan dadanya dengan sombong, Ram pun menyerah dari dasar lubuk hatinya sambil mengeluarkan sebuah helaan napas, dan kemudian, tanpa sepatah katapun, dia membelakangi Subaru dan menghadap ke arah Roswaal.

"Per~tama-tama, kalian semua bisa kembali dengan selamat adalah hal yang paling penting. Kesalahan sebelum Ujian ini membuat semua ren~~cana kita menjadi kacau. Meski begitu, tindakan Subaru-kun bukanlah apa-apa melainkan sebuah blun~der."

Dilempari dengan senyum yang penuh arti, Subaru menyilangkan tangannya dan membuat dengusan kecil. Dan dengan sebuah kekecewaan, Emilia, yang berdiri di sampingnya, mencubit bagian bawah tulang iga Subaru.

"Ow, sakit Emilia-tan."

"Meskipun aku selalu membelamu, tapi hari ini adalah kesalahan Subaru.... Jika aku tahu kalau Ram mengatakan sesuatu seperti itu, aku akan....."

..... terlebih dahulu menghentikan Subaru agar tidak pergi, seolah-olah mencoba melanjutkan seperti itu, Emilia pun terdiam. Tersenyum kecut ke arahnya, Subaru menggumam 'Itulah kenapa aku tidak bisa memberitahumu...' di dalam hatinya. Jika dia tahu tentang peringatan ini sebelumnya, Emilia tidak akan pernah mengizinkan Subaru untuk mengambil tugas berbahaya seperti itu.

Tapi di sisi lain, jika itu bukan karena peringatan Ram, Subaru tidak akan memantapkan pikirannya untuk mencoba membuka jalan untuk Emilia. Jadi...

"Saranmu tidak membuat siapapun senang, Ram."

"Mengatakan kalau semua ini disebabkan oleh Ram, hanya anjinglah yang akan melakukan itu.... Tidak, aku seharusnya menggantinya dengan sesuatu yang lebih rendah daripada anjing, kalau tidak itu akan menghina para anjing."

Melihat Subaru mencoba melempar tanggung jawab, Ram menatapnya dengan tatapan hina. Subaru tidak bisa melakukan apa-apa selain mengagumi kebencian maid yang sama sekali tidak menghilang itu. Dan, di saat yang sama, orang yang ada di sisi lain mungkin juga memiliki pendapat yang sama dengan Subaru.

Mengesampingkan perdebatan tidak relevan itu, Roswaal menata kakinya di atas ranjang, dan..

"Ngomong-ngomong, Emilia-sama.... Bagaimana menurutmu Makamnya?"

".... Dengan apa yang terjadi pada Subaru, aku tidak punya kesempatan untuk melihat-lihat.Tapi, ada sebuah bau yang sangat busuk di udara dan aku merasakan perasaan tidak enak di kulitku."

Emilia mengernyitkan keningnya sambil mengatakan kesannya terhadap Makam.

Pada dasarnya, kesan buruk menempati hampir seluruh penilaian Emilia tentang tempat itu. Dan mendengar penilaian negatif tersebut, Roswaal mengatakan "Begitu ya...", dan sedikit tersenyum.

Lalu, matanya yang tidak sama itu tertuju ke arah pojok ruangan.... menuju ke arah Garfiel, yang bersandar ke dinding dan dari tadi mengamati percakapan mereka,

"Garfiel, apakah Kualifikasinya sudah dipastikan?"

Menanggapi kata Kualifikasi, Subaru mengangkat alisnya dan melihat ke arah Garfiel.
Pemuda pirang itu menggaruk rambut pendeknya dengan kasar dan menunjukan gigi-giginya yang tajam.

"Aku tidak pergi lebih jauh dari depan pintu masuk, tapi.... cahaya di dalam Makam menyala. Emilia-sama memiliki Kualifikasi, tidak diragukan lagi."

"Cahaya di dalam Makam?"

Mendengar sesuatu yang tidak pernah dia dengar sebelumnya, Subaru memiringkan kepalanya ketika Garfiel mengibaskan tangannya dengan jengkel.

"Ada sebuah benda seperti lilin di dalam Makam. Ketika matahari terbit, jika seseorang dengan Kualifikasi berjalan memasuki Makam, sesuatu yang ada di sana akan membuatnya menyala. Seseorang yang mendapat sambutan ini tanpa masalah akan terpilih untuk mengikuti Ujian di malam hari."

"Sebaliknya, jika seseorang tanpa Kualifikasi memaksa masuk ke dalam Makam, akibatnya akan se~perti apa yang terjadi pada Subaru dan di~riku."

Menyelesaikan kata-kata Garfiel, Roswaal membentangkan tangannya. Itu bertujuan untuk memamerkan tubuhnya yang masih dibungkus perban bersimbah darah..... Ya, untuk menunjukan hukuman bagi seseorang yang memaksa masuk ke dalam Makam.

"Aku merasa kalau kekejaman hukumannya sangat berbeda antara apa yang kau dapat dengan apa yang aku dapatkan.... Dibandingkan dengan diriku yang hanya masuk ke dalam, apa yang kau lakukan pasti lebih buruk kan?"

"Lebih buruk, seperti apa?"

"Secara ilegal kencing di sebelah pintu masuk atau semacamnya. Itu pasti akan membuat pengelola Makamnya marah."

"Kalau be~gitu, Subaru pasti sudah jatuh te~pat di mana air kencingku berada, se~pertinya."

Sarkas Subaru di balas dengan jawaban sarkas pula, Subaru memperlihatkan wajah jijik ketika dia dengan cepat menepuk-nepuk seluruh pakaiannya. Melihat reaksi Subaru, Roswaal merilekskan pipinya dan mengatakan, "Ta~pi...." sambil menggelengkan kepalanya,

"Fakta bahwa kita menderita dampak yang berbeda meskipun sama-sama ditolak.... A~ku kagum kau menyadarinya. Benar, lu~ka-lukaku lebih hebat dibandingkan luka-luka Subaru. Tapi alasannya sangatlah sederhana...."

"......Gerbang... Mana meluap."

Kata-kata Roswaal dipotong oleh jawaban tersebut. Menoleh ke asal suara tersebut, adalah Emilia yang menutupi bibirnya dengan jarinya. Dia berpikir dengan pandangan menunduk, sambil bermain-main dengan ujung rambut peraknya.

"Ketika aku memasuki Makam, aku merasakan suasana yang sangat tidak nyaman mengenai tempat itu. Rasanya seperti Gerbangku dicampuri oleh sesuatu atau semacamnya. Mungkin karena aku memenuhi persyaratannya, mereka melepaskanku... tapi jika itu adalah seseorang yang tidak bisa memenuhi persyaratannya, gangguan tersebut pasti akan memperlihatkan taringnya."

Ada sebuah perubahan dari keyakinan kata-kata Emilia, dan sedikit demi sedikit, nadanya dipenuhi dengan kekuatan. Emilia mengangkat wajahnya, dan pupil keunguannya menatap ke arah Roswaal yang nampak menyedihkan.

"Gangguan tersebut menyerang targetnya melalui Gerbang.... Yang artinya, semakin besar Gerbang seseorang, semakin besar gangguan yang akan mereka terima."

"Jawaban sempurna. De~ngan seseorang seperti diriku..... tidak meledak saja itu sudah menjadi sebuah kea~jaiban."

Dengan santai mengatakan sesuatu yang mengerikan lagi, Roswaal melirik ke arah Subaru dengan sebelah matanya, dan mengatakan "Bagus kau tidak memiliki bakat", dengan agak menjengkelkan.

"Jadi pada dasarnya, pengguna sihir atau orang yang berbakat bisa hampir mati karena hal itu. Tapi aku hanya kehilangan kesadaran, jadi adalah hal yang bagus aku tidak layak menjadi pengguna sihir huh..."

"I-itu benar tapi.... menggambarkan dirimu seperti itu, bukankah itu sedikit menyedihkan?"

"Aku sudah terbiasa mengetahui kalau ada yang tak bisa kulakukan dan tak bisa kuraih. Benar, aku hanya akan menggunakan apa yang bisa kulakukan untuk menunjukan cintaku pada Emilia-tan. Untuk sekarang, bagaimana kalau kita memulai dengan bisik-bisik cinta?"

"Setelah Pemilihan Raja selesai dan semuanya menjadi tenang, mungkin aku akan mempertimbangkannya."

"Setidaknya itu 3 tahun kemudian?"

Meskipun tidak ada jaminan kalau Emilia akan mendengarkannya.... Menanggapi Emilia yang kejam, Subaru menyusutkan bahunya. Lalu dengan "Tapi...", dia melanjutkan,

"Mengesampingkan Kualifikasi dan lain sebagainya, ruang yang bisa membunuh pengguna sihir... aku tidak tahu siapa orang yang ada di baliknya, tapi itu terdengar seperti sesuatu yang sangat bajingan.. aku tidak tahu lagi bagaimana harus mendeskripsikannya."

"Mengingat kalau itu dikelola oleh generasi keluarga Mathers, orang yang memasang mekanisme si~hir itu pasti salah satu dari le~luhurku."

"Ah, itu tidak bagus.... iya kan? Tapi, tunggu... bukankah itu artinya kau memiliki kesan yang sama persis dengan leluhurmu? Seperti bereinkarnasi melalui garis keluarga Ros-chi atau semacamnya."

Ketika satu generasi mati, generasi selanjutnya akan dirasuki oleh kesadaran dari pendahulunya, dan seterusnya dan seterusnya seperti garis keluarga boneka... Hanya memikirkannya saja sudah terlalu mengerikan, dan Subaru dengan cepat menggelengkan kepalanya untuk mengeluarkan semua hal itu dari dalam pikirannya. Tapi mendengar kata-kata Subaru, Roswaal tertawa seolah-olah baru saja mendengar sebuah lelucon.

"Ada keluarga yang meneliti si~hir semacam itu, mes~ki begitu, mereka sudah dikalahkan dan sudah hancur dulu sekali.... Dan juga, saat kau menyebutnya "ruang yang dapat membunuh pengguna sihir", sebenarnya sudah ada nama yang lebih akurat."

"Yang mana itu....... adalah??"

"Sederhananya.... tempat itu dipenuhi dengan Racun Penyihir. Sebuah lingkungan yang mengerikan, yang menyalurkan Mana melalui Gerbang si penyusup dan membuat si penyusup gila. Itulah yang dise~but Racun."

(T/N : Witch's Miasma, gatau apa arti yang pas, jadi saya artikan Racun Penyihir.)

Racun, Subaru mengernyitkan dahinya mendengar kata-kata tersebut, seolah-olah sedang mencari memori dari sesuatu yang pernah dia dengar sebelumnya. Tepat, dia mendengar kata itu dari.....

"Cerita Penyihir Kecemburuan... Tempat di mana dia disegel, diselimuti oleh Racun itu, atau semacamnya..."

"Be~nar, kau tahu soal itu, iya kan? We~ll itu adalah cerita yang sangat terkenal. Bahkan sampai sekarang, Kuil Batu Segel di mana Penyihir Kecemburuan disegel masih dipenuhi dengan racun yang begitu tebal yang akan memutarbalikkan segala sesuatu dalam pandangan seseorang. Jika racun itu menolak mereka yang tidak memenuhi kondisi Makam, racun itu akan menyerang pikiran siapapun yang disentuhnya, menghancurkan daging mereka, dan merusak jiwa mereka, sebuah fenomena dari kebencian yang begitu nyata dan murni. Bahkan pengikut kepercayaan Pemuja Penyihir yang mencari cara untuk menghidupkan kembali Penyihir Kecemburuan, tidak bisa mendekatinya, atau begi~tulah ceritanya."

"Bahkan para Pemuja Penyihir itu tidak bisa masuk huh... Ah, tentu saja mereka tidak bisa. Jika mereka bisa berjalan masuk begitu saja dan membuka segelnya dengan disaksikan semua orang, mereka pasti sudah menang, iya kan?"

Kebangkitan Penyihir... Subaru ingat akan Petelgeuse yang meneriakkan tujuan tertingginya itu.

Bahkan orang gila yang dengan tulus meneriakkan cintanya itu, tidak bisa mengambil tindakan secara langsung untuk menyelamatkan sang Penyihir. Itu mungkin karena pertimbangan kalau wujud aslinya adalah roh dan juga karena dia tidak akan berdaya di hadapan racun tersebut.

"Bagai~manapun, karena hal itu, Segel Penyihir dibuat agar tidak bisa didekati karena adanya Racun Penyihir itu sendiri. Bahkan jika seseorang ingin mendekati Kuil, mereka harus menyelinap melewati pengawasan Sage Shaula di Menara Pe~ngawas."

"Aku pernah mendengar nama itu, Sage Shaula. Itu adalah Sage kedua yang aku ketahui... Flugel, dan kemudian ada Shaula."

Bagaimana mereka bisa dipanggil dengan julukan itu, Subaru bertanya-tanya. Mungkin ada sesuatu tentang mereka yang berbeda dari orang lain? Melihat keragu-raguan Subaru, Roswaal sedikit tersenyum,

"Flugel, maksudmu, po~hon besar Flugel itu? Mes~kipun dia juga di panggil Sage, tapi membandingkannya dengan Sage Shaula, itu akan sedikit kasar."

"Kenapa begitu? Mereka berdua kan Sage, kau seharusnya tidak bermain Sage favorit. Aku berhutang cukup banyak pada Flugel-san kau tahu, jadi jangan hina Flugel-san di hadapanku."

Apapun alasannya, Sage tersebut sudah banyak membantu saat mereka bertempur melawan Paus Putih.

Flugel-san mungkin tidak akan pernah membayangkan kalau 400 tahun kemudian, pohon yang dia tanam akan ikut andil dalam mengalahkan seekor monster. Entah dia senang atau tidak, itu sudah masalah yang berbeda.

"Dengan pohon sebesar itu, bagiannya yang patah pun mungkin bisa digunakan untuk banyak hal.... well, meskipun ada kemungkinan juga pohon itu diledakkan oleh bom waktu?"

"A~ku punya perasaan kalau bukan bagian yang patah saja yang kita hadapi. Bagaimanapun.... Emilia-sama..."

Mengalihkan pandangannya dari Subaru yang memegang dagunya, Roswaal menoleh ke arah Emilia, ketika dia memanggilnya. Mendengar hal tersebut, Emilia mengangkat wajahnya dan menjawab "En",

"Kembali ke topik sebelumnya, dibandingkan dengan apapun, ba~guslah kau berhasil terpilih. Itu artinya Emilia-sama bisa mengikuti Ujian di dalam Makam. Kalau begitu, hanya ada satu hal yang harus kutanyakan."

Serius dan pelan, nada jahil yang tadi terdengar, telah menghilang dari suara Roswaal. Menanggapi hal ini, Emilia juga menatapnya dengan tatapan serius, dia balik menatap ke arah Roswaal.

"Sederhananya.... Apa kau bersedia menerima Ujiannya?"

Ketika pertanyaan singkat tersebut terdengar di dalam ruangan, bibir Emilia mengatup erat dan terdiam.
Hal ini tentu saja sangat wajar. Apakah dia memiliki Kualifikasi atau tidak, sudah bisa dipastikan. Jadi sudah sewajarnya, hal itu akan diikuti dengan pertanyaan ini, tapi,

"Sebelum dia menjawab, aku ingin bertanya sesuatu. Ujian, apakah itu adalah sesuatu yang harus dia yang mengikutinya?"

Sebelum Emilia bisa menyuarakan jawabannya, selangkah di depannya, Subaru sudah mengangkat tangannya. Mendengar pertanyaan tersebut, di sisi Roswaal, sebuah emosi berbahaya terpancar di pupil Ram, namun Roswaal mengangkat tangannya untuk menghentikan Ram.

"Kupikir ini memang se~suatu yang akan kau tanyakan. Tanpa mengikuti Ujian, mereka yang memiliki Kualifikasi tidak akan bisa meninggalkan Sanctuary. Sejauh ini, kau pasti sudah mendengarnya dari Gar~fiel?"

"Ya, aku dengar begitu. Tapi, itu bukan alasan kalau Emilia-tan yang harus mengikutinya kan? Situs makam Penyihir Keserakan itu adalah tempat yang curang, tidak ada yang tahu bahaya jenis apa yang bisa terjadi di sana. Mengirim seorang kandidat penting Pemilihan Raja, Emilia-tan, ke tempat semacam itu, apa memangnya yang kau pikirkan?"

"O~mu, we~ll, itu adalah sanggahan yang wa~jar. Jika kita hanya perlu seseorang untuk mengikuti Ujian itu, ma~ka, ada orang lain lagi yang juga terpilih.... Jika hanya itu saja, tidak masalah kalau Garfiel yang akan mengi~kutinya."

"Hah? Aku? Aku tidak masalah. Aku akan menantang Ujiannya dan melewatinya, itu akan jadi seperti 'Barubarumoa-kanan-kanan-kiri' dan aku lulus yeah?"

Seperti mengaduk air, Garfiel menunjuk ke arah dirinya sendiri menggunakan ibu jarinya, dibarengi dengan sebuah senyum yang memperlihatkan gigi-giginya. Melihat bagaimana Garfiel seperti hanya mendengar bagian kedua dari kata-kata tersebut, Subaru mengabaikan jawaban bodoh itu dan mencoba fokus pada aspek yang lebih reliabel dalam pernyataan Roswaal.

Sebenarnya, akan sangat bagus kalau Ujian itu adalah sesuatu yang bisa diikuti oleh siapapun, karena tidak mesti Emilia yang harus mengikutinya. Lalu, akan lebih bagus lagi kalau seseorang yang terpilih dan juga lebih bisa diandalkanlah yang mengikutinya.

..... Skenario terburuknya, dianugerahi Kualifikasi untuk mengikuti Ujian itu, itu juga tidak masalah kalau Subaru yang harus mengikutinya.

"..... Nyaa, itu akan jadi sedikit sulit."

Itu adalah sebuah suara yang berasal dari pintu masuk rumah, sebuah suara yang bukan milik siapapun yang ada di ruangan tersebut.

Dengan memunggungi pintu, Subaru menyentak kepalanya kaget ketika mendengar suara yang tidak familiar itu. Saat ini berada dalam pandangan Subaru, Garfiel, yang bersandar di dinding sebelah pintu, melambaikan tangannya di depan wajah.

"Bukan aku, itu adalah nenek sihir di sana."

Mengatakan hal tersebut, Garfiel memberi isyarat dengan melambaikan tangan ke sampingnya. Menghentikan pandangannya di sana, Subaru melihat di samping tubuh kurus Garfiel, terdapat bayangan yang bahkan lebih kecil lagi.

"Siapa yang kau sebut nenek sihir? Tidak pernah kehilangan kata-kata, betapa busuknya bocah yang aku besarkan ini!"

Dengan rambut panjang berwarna pink yang terurai, seorang gadis kecil mengatakan hal tersebut dengan sikap seperti orang dewasa.

Dengan karakteristik yang terbentuk dengan sempurna, dia adalah seorang gadis kecil dengan wajah yang manis. Usianya kira-kira seumuran Petra, sekitar 11 atau 12 tahun. Rambut pinknya sedikit bergelombang, dan tekstur lembutnya memberikan kesan ringan dan halus. Mengenakan jubah 'hitam' longgar yang tumbuh lebih besar dibandingkan orangnya, dengan lengan baju panjang menggantung yang tidak menyisakan tempat untuk tangannya terlihat, dia memiliki sebuah kesan nakal.
Terlebih lagi, menilai dari bagaimana dia memanggil Garfiel...

(T/N : di Raw bahasa Inggrisnya dia memakai jubah putih, tapi diilustrasinya dia memakai jubah hitam, jadi saya pikir ada kesalahan di Raw nya, dan saya ubah jadi hitam.)

"Meskipun aku selalu berpikir kalau kau akan muncul suatu hari nanti, aku tidak pernah berpikir kalau kau akan muncul di sini, nenek-Loli...."

"Apa-apaan itu? Aku merasa seperti baru dipanggil dengan sesuatu yang bertentangan dengan keinginanku, atau hanya perasaanku saja?"

"Umm, aku sering mendengar Subaru menggunakan kata Loli ketika memanggil Beatrice.... jadi itu artinya kecil, iya kan?"

Melihat keheranan Subaru, gadis kecil itu melihat ke arahnya dengan ekspresi tidak senang.
Hanya dari gumaman Emilia, pengetahuan modernnya adalah sebuah bukti betapa tingginya poin pengalaman dalam interaksinya dengan Subaru, mendengar hal itu, Subaru mengangkat satu jarinya.

"Yep, benar sekali Emilia-tan. Lebih spesifik lagi itu berarti anak kecil yang berada di luar jangkauan penaklukanku. Mengkombinasikan Loli dengan nenek-nenek, kita mempunyai apa yang dari luarnya terlihat seperti anak kecil tapi berisi seorang nenek-nenek di dalamnya, menciptakan sebuah KOLABORASI ajaib. Meskipun sejak awal aku tidak tertarik dengan Loli, aku benar-benar mengerti kelicikan dari Gap-Moe!"

"Gyappumoe?"

"Gadis yang biasanya terlihat seperti tipe Onee-san yang mengagumkan, tapi di beberapa tempat benar-benar kekanakan dan kurang dalam hal pengetahuan umum ataupun jujur sehingga mudah ditipu, juga bisa dianggap sebagai Gap-Moe."

Mendengarkan rangkaian kata-kata Subaru dengan cepat, Emilia dengan "Jadi ada juga gadis seperti itu....", membawa satu jarinya ke bibir seolah-olah menanggapinya dengan serius.

Saat Emilia tidak sadar kalau ciri-ciri itu mengacu kepada dirinya, sehingga membuat dirinya terlihat begitu menawan, orang lain yang dipanggil dengan kata itu juga terlihat jengkel,

"Lalu? Aku tidak tahu apa Loli itu, dan apa-apaan kau terus memanggilku nenek nenek nenek? Untuk pertemuan pertama, kau adalah pria yang bahkan lebih kasar dibandingkan Ros-bo."

"Oooo, maafkan aku yang kasar ini, nona. Namaku Natsuki Subaru! Saat ini aku adalah seorang pemburu Mabeast yang berdebar-debar. Well, meskipun biasanya bukan aku yang melakukan serangan terakhir."

Mengatakan namanya dengan semangat tinggi dan sebuah acungan jempol, perkenalan diri itu sedikit meruncing di bagian akhir. Dan kemudian, mengulurkan tangannya ke arah gadis itu dengan wajah curiga, "Dan kau?", tanya Subaru,

"Nah, karena aku sudah memberitahu namaku, aku berharap kau juga memperkenalkan dirimu. Sebuah PROFILE yang sederhana, ketertarikan x kemampuan khusus. Menyebutkan beberapa CHARM-POINTs mu juga tidak apa-apa."

"..... Lewes Meyer. Kurang lebih aku adalah perwakilan dari Sanctuary ini."

Mendengar gurauan Subaru, nenek-Loli.... Orang yang menyebut dirinya Lewes itu, mengulurkan jarinya melalui lengan baju dan menggaruk dahinya.

"Aku tidak menyadarinya ketika kau sedang tertidur, tapi lebih dari kasar, kau itu lebih seperti bajingan kecil. Aku merasa kalau aku tidak seharusnya repot-repot meminjamimu ranjang."

"Ranjang, ranjang di mana aku tertidur tadi?"

"Ya, itu adalah rumah Lewes-san. Rumahnya ada di dekat Makam, jadi Garfiel membawamu ke sana.... Terima kasih banyak untuk yang sebelumnya."

Lalu, melihat Emilia menundukan kepalanya, Lewes menggelengkan kepalanya perlahan. Menilai dari interaksi itu, mereka berdua sepertinya sudah bertemu ketika Subaru sedang pingsan.

Bagaimanapun, memang benar kalau Lewes telah membantunya.

"Aku tidak tahu hal semacam itu, maaf atas kata-kata kasar yang aku ucapkan. Ranjang itu, meminjamkannya padaku untuk membantuku adalah hal yang sangat hebat. Aku memang telat mengatakannya, aku benar-benar minta maaf!"

"... Itu, benar-benar membuatku takut. Gar-bo tidak pernah minta maaf sejujur itu. Natsuki..... Subaru kan? Kalau begitu itu akan menjadi Su-bo."

"Itu terdengar sedikit seperti permulaan dari sebuah acara ramalan cuaca, tapi tidak masalah. Sebagai gantinya, izinkan aku memanggilmu Lewes-san."

Setelah Subaru menyampaikan rasa terima kasihnya, ekspresi jengkel milik Lewes pun menghilang. Karena mereka dengan damai sudah memutuskan bagaimana harus memanggil satu sama lain, Subaru melanjutkan dengan "Jadi...."

"Nah, Lewes-san, tadi kau bilang akan ada masalah, apa maksudnya itu? Kalau Garfiel mengambil Ujiannya apakah akan jadi masalah?"

"Kau mengubah nadamu dengan cepat. Ahh, itu, itu akan jadi masalah, masalah yang cukup besar. Sebenarnya, jika mereka yang berasal dari Sanctuary menantang Ujian itu, itu bisa merusak Kontraknya."

"Kontrak lagi...."

Dengan semua Kontrak dan Perjanjian yang terus bermunculan, membatasi ini itu, Subaru memberikan tatapan muak ke arah Roswaal. Dan, menerima tatapan itu, Roswaal mengangkat bahunya,

"Sa~yangnya Kontrak ini tidak ada hubungannya dengan keluarga Mathers... Well, aku seharusnya tidak bilang ti~dak ada hubungannya, tapi kami bukan pemain utamanya di sini. Mak~sudku, keluargaku hanya punya peran pen~dukung di dalamnya."

"Kata-kata pembelaanmu sangat bagus, sekarang cepat katakan! Isi detail dari Kontrak tersebut, dalam 3 kalimat!"

"Ka~sar sekali. We~ll, sederhananya, syarat untuk kebebasan para penghuni Sanctuary adalah lulus dari Ujian, tapi Ujian itu sendiri hanya bisa ditantang oleh seseorang dari luar yang memiliki Ku~alifikasi. Artinya, situasi saat ini...."

"Aku adalah satu-satunya orang yang bisa melakukannya, apa itu benar?"

Memahami akhir dari penjelasan Roswaal, Emilia menyelesaikan kata-kata yang diucapkan Roswaal. Roswaal mengangguk sebagai bentuk konfirmasinya, dan menoleh ke arah Lewes.

"Bah~kan, inilah yang dipahami dari para penghuni Sanctuary. Mereka mengharapkan Emilia-sama menantang Ujian ini dan berharap kalau Emilia-sama bisa menga~tasinya."

"Aku tidak ingin kalian berpikir kalau aku ragu-ragu ketika menanyakan hal ini, tapi kesimpulannya, jika seseorang selain diriku menantang Ujian itu, apa yang akan terjadi?"

Pupil keungunan Emilia beralih menatap Garfiel, menanyakan hal tersebut. Dan, Lewes yang menjawabnya, mengatakan, "Kalau untuk itu...",

"Sampai sekarang, setidaknya selama aku hidup, tidak ada seorangpun yang pernah menantang Ujian ini. Jadi tidak ada yang tahu. Entah penghuni atau orang luar, tidak ada seorangpun yang pernah menantangnya."

"Tidak seorangpun, sampai sekarang? Aku takut untuk menanyakannya tapi, Lewes-san... Berapa usiamu?"

Menilai dari keadaan nenek-Loli ini, jawaban untuk pertanyaan Subaru tadi mungkin adalah sesuatu yang benar-benar mengerikan. Tapi, Lewes mengatakan, "Bukan seperti itu", dan kemudian, seolah-olah memandang sesuatu yang begitu jauh,

"Setidaknya aku tidak tahu kapan tempat ini pertama dibangun. Tapi paling banyak, kupikir, adalah 110 tahun."

"Terlalu banyak!! Paling tidak itu adalah yang tertua dari sekian banyak orang yang kutemui sejauh ini."

Well, itu jika kau mengesampingkan Roh dan tubuh spiritual Penyihir. Mencatat hal ini, Subaru menoleh ke arah Emilia dengan tatapan cemas. Tapi bahkan setelah ditatap oleh tatapan itu, semburat kegelapan di ekspresi Emilia sama sekali tidak hilang dari wajahnya.

"Setidaknya aku paham sekarang. Bagaimanapun, jika aku tidak lulus Ujian itu, maka aku tidak bisa meninggalkan Sanctuary. Jadi aku akan menerimanya."

"Wajah heroik Emilia-tan ketika membuat keputusan memang benar-benar menawan, tapi mungkin akan lebih baik kalau kita memikirkan beberapa strategi untuk jaga-jaga? Temukan jalan pintas atau jalan keluar terlebih dahulu, dan itu tidak akan terlambat untuk melakukan tantangannya, kurasa."

"Kau seharusnya tidak melemahkan antusiasme seseorang ketika mereka sudah begitu bersemangat, itu sungguh tidak pantas, kurasa."

Tapi, ketika Subaru mencoba menjauhkan Emilia dari kemungkinan bahaya, Emilia pun cemberut dengan ekspresi tidak setuju. Dan menerima tatapan penuh celaan itu,

"Coba pikir, bukankah ada sesuatu yang mencurigakan tentang bagaimana kita dibawa untuk mengikuti semua ini? Sebenarnya, aku tidak bisa menyingkirkan perasaan kalau ada sesuatu yang salah. Seluruh situasi ini terlihat seperti sudah terencana, seperti semua yang ada di sepanjang jalan kita sudah disusun sebelumnya, dan bahkan sekarang apa polisi lalu lintas di dalamnya."

"Aku tidak bisa memahaminya. Subaru terkadang mengatakan hal-hal yang saaaaaangat membingungkan."

"Aku tidak mendengar siapapun mengatakan sesuatu yang membingungkan saat ini..."

Melihat Emilia menajamkan tatapannya pada interaksi mereka yang biasanya, Subaru dengan cepat menepukkan tangannya dan mengatakan, "Tidak tidak tidak",

"Lupakan bagian itu, maksudku, aku benar-benar merasa kalau seluruh situasi ini entah kenapa seperti sudah diatur sebelumnya. Darah campuran tidak bisa pergi, kemudian menominasikan Emilia-tan untuk maju dan lain sebagainya. Dan kemudian bilang kalau semuanya sudah dipahami dan menyetujuinya."

"Diatur, oleh siapa?"

"Siapa, mungkin hanya ada satu orang."

Menanggapi pertanyaan Emilia, tepat di sana, Subaru mendadak berputar. Dan di ujung jarinya yang berputar, mengarah kepada....

"Kau, ya kan?"

"Huh? Aku?"

"Ah salah, maaf berputarnya terlalu jauh. Ini dia ini dia..... Kau, kan Roswaal?"

"Tidak adakah yang bisa lebih cero~boh lagi."

Tersenyum pahit, Roswaal memberikan penilaiannya terhadap pergerakan Subaru. Namun segera setelahnya dia menutup sebelah matanya, dan menatap Subaru dengan pupil kuningnya.

"Bagai~manapun juga, pengamatanmu sangat baik seperti biasanya. Memang benar, aku meng~harapkan situasi ini dan memba~wanya. Meski tentu saja, aku tidak ikut campur pada ta~hapan itu sendiri."

"Aku rasa, aku paham sekarang."

Menaikkan alisnya menanggapi kata-kata Roswaal, Subaru nampak memahami maksud Roswaal. Tidak ikut ke dalam percakapan itu, Emilia terlihat bingung dan mencoba mendengarkan apa yang akan terjadi di balik semua itu.

"Pertama, kupikir sangat aneh Roswaal bisa terluka. Dari awal, kau pasti sudah tahu kalau kau tidak terpilih untuk mengikuti Ujian. Hal ini seharusnya sudah sangat jelas mengingat tempat ini dikelola oleh keluarga Mathers, dan kau kenal dengan Garfiel,

"Itu... benar. En tepat sekali."

"Jika memang benar begitu, Roswaal seharusnya tahu apa yang akan terjadi padanya setelah ditolak oleh Makam. Meski begitu, kenapa dia masuk ke dalam? Apakah itu karena kemarahannya terhadap dunia untuk alasan yang tidak masuk akal? Ataukah karena dia sudah mencapai batasan dalam menahan sifat masokisnya? Meskipun keduanya sangat memungkinkan, aku tidak berpikir kalau itu adalah salah satu di antara mereka."

"O~~y, O~~y. Apakah itu ke~san yang kumi~liki di mata Subaru-kun?"

Melihat Roswaal dengan sengaja mengabaikan poin utamanya dengan reaksi tersebut, Subaru mengangkat satu jarinya, "Dengan kata lain..",

"Terluka seperti ini memang sesuai dengan tujuan Roswaal, dan juga memiliki beberapa makna. Dan makna tersebut kemungkinan... berhubungan dengan Pemilihan Raja, kupikir."

"....."

"Tapi aku ingin bertanya... Penduduk desa Arlam, saat ini mereka berkumpul di Katedral kan?"

Subaru tiba-tiba mengganti topiknya, dan menoleh ke arah Ram yang berdiri di sebelah Roswaal. Masih terdiam, dia sedikit mengangguk menarik dagunya ke dalam, dan kemudian,

"En, ya. Para penduduk desa berkumpul di Katedral... ditahan oleh para penghuni Sanctuary."

"Jadi begitu, ditahan. Sebelumnya, pembicaraan kita terpotong karena kami harus mengunjungi Makam, tapi... Seperti apa penahanan itu? Kenapa orang-orang dari Sanctuary merasa perlu menjadikan Roswaal sekaligus seluruh penduduk desa sebagai tahanan rumah?"

Orang berikutnya yang Subaru pandang adalah Garfiel, yang masih bersandar di dinding. Matanya menyipit, dan menajam menanggapi pertanyaan Subaru, kemudian mengikutinya dengan "Itu sudah jelas kan?",

"Kuberitahu kau, di sini kami mengalami waktu-waktu yang sulit untuk keluar. Tapi kami tidak berada dalam mood yang bagus ketika Lord-sama dan para rombongannya datang seolah-olah tidak masalah untuk mengesampingkan masalah kami, dan menggunakan tempat ini sesuka mereka, kau tahu?"

"Masalahmu, maksudmu tentu saja adalah...."

"Mustahil bagi kami untuk meninggalkan Sanctuary ini menuju dunia luar."

Melanjutkan kata-kata Subaru, Lewes menyelesaikan kalimat tersebut. Ekspresi suram dan terbebani yang tidak cocok dengan wajahnya yang masih muda, nampak di wajahnya ketika dia menundukan matanya dan melanjutkan dengan suara yang pelan,

"Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku sudah hidup selama 100 tahun ditambah beberapa dekade. Tapi, aku tidak pernah sekalipun keluar dari Sanctuary ini. Bagaimanapun, mengikuti Kontrak ini semenjak aku dilahirkan, aku memang sudah terikat dengan tempat ini. Dan untuk alasan itu, aku setengah menyerah.... dan setengah menolak melepas harapan itu."

"Nenek ingin melihat dunia luar. Yang lainnya pun juga begitu. Untuk mendapat kesempatan keluar, hal itu adalah sesuatu yang layak untuk dicoba yeah? Memiliki Lord-sama yang melemah dan penduduk desa yang bisa kita jadikan sebagai sandera di tangan kita, adalah sesuatu yang sangat cocok."

Dengan kata-kata Lewes dan Garfiel, suasana di dalam ruangan tiba-tiba berubah.

Singkatnya, mereka baru saja memberitahu Subaru alasan penahanan tersebut... ya, mereka mengakui motif di balik tindak kriminal mereka. Aspek yang tidak disadari oleh Subaru sampai saat ini, adalah hubungan di antara dia dan mereka, sudah berubah menjadi seperti tahanan dan sipir penjara. Sebuah hubungan antara korban dan pelaku kejahatan.

"Jadi, seperti itu. Kalian menjadikan para penduduk desa sebagai sandera.... agar bisa membebaskan kalian dari Sanctuary ini."

"Kau bisa memikirkannya sesukamu. Dan kemudian, orang yang bisa memenuhi kondisi itu adalah...."

Seketika, kata-kata Lewes menjadi suram, ketika dia melihat ke arah Emilia.

Memahami maksud dari tatapan itu, Emilia sekali lagi menyadari posisinya,

"Aku... Maksudmu itu kan?"

Memahami alur situasinya, Emilia menutup matanya sekali lagi. Dan ketika, setelah beberapa detik, dia membukanya kembali, tidak ada lagi kilau kebingunan di matanya. Yang ada hanya ketetapan hati, dia telah membuat keputusannya.

"Penduduk desa, kau tidak melakukan sesuatu yang buruk kepada mereka, kan?"

"Tentu saja tidak. Jika aku memperlakukan mereka dengan kasar aku akan membuat mereka marah. Aku lebih baik mati dari sebelum aku melakukan sesuatu seperti itu, maaf."

Seperti itulah, kemampuan Emilia untuk menempatkan orang lain sebelum dirinya benar-benar di luar perkiraan. Bahkan setelah dia memutuskan untuk mengahadapi bahaya Ujian yang tidak diketahui, dia sudah khawatir dengan para penduduk desa dan yang lainnya.
Itu adalah kekuatan, sekaligus kerentanannya, saat dia seperti ini, itulah yang membuat Subaru tertarik padanya.

"Kau terlihat tidak puas, i~ya kan?"

".... Itu sudah jelas kan? Pada akhirnya, kami masih ikut ke dalam rencanamu. Karena kami tidak menyadarinya saat kami terbawa, sekerang setelah kami menyadarinya, kami masih tidak punya pilihan lain selain terus mengikutinya."

Menggertakkan giginya dengan kesal, Subaru memasang wajah tersenyum untuk mendebat Roswaal. Tapi kemudian dia mengingat sesuatu, dia kembali berbalik.

"Aku lupa mengatakan alasan kau terluka."

"En en, silakan. Aku tidak akan menghalangimu."

"PERTUNJUKAN. Atau setidaknya, itu adalah langkah pembuka."

Melihat Subaru menggaruk lehernya sembari mengatakan hal tersebut, ekspresi Roswaal terlihat sedikit membeku. Reaksi ini tertangkap sepenuhnya oleh sebelah mata Subaru yang terbuka.

"Berada dalam posisi penahanan, orang-orang dari desa Arlam mungkin tidak memahaminya dengan baik. Seharusnya mereka menentangnya. Jadi kupikir kau menunjukan kalau ada sesuatu yang telah kau lakukan. Menjadi Raja, akan sangat hebat kalau kau bisa menggila dan mengusir Garfiel atau semacamnya.... tapi orang-orang di Sanctuary juga adalah orang-orangmu. Jadi kau tidak bisa melakukan itu."

"Fumu, kalau begitu, a~pa yang akan terjadi?"

"Kau hanya bisa menerima syarat dari Garfiel dan para penghuni Sanctuary. Itu adalah, membebaskan para darah campuran Sanctuary. Tapi ini tidak bisa dilakukan tanpa bantuan Emilia-tan. Namun, para penduduk desa dan para penghuni Sanctuary tidak akan mau menerima hal itu. Jadi sederhana saja.... Kau menantang Ujiannya, menunjukan kalau kau menerima permintaan mereka dan bermaksud membebaskan mereka dari penahanan mereka."

"........."

"Aku tidak tahu bagaimana kau bisa memperkirakan seberapa besar dampak yang akan kau terima dari racunnya, tapi jika kau sudah memperkirakan kalau itu tidak akan membunuhmu, maka itu bukan lagi perjudian yang begitu besar. Semakin parah dampak yang kau terima, semakin serius kelihatannya dan semakin banyak simpati yang akan kau dapatkan. Dan, hal itu bisa mempersiapkan ekpektasi untuk tindakan selanjutnya yang akan datang kepadamu."

Jadi pada akhirnya, segala sesuatu mengenai Roswaal yang terluka hanyalah akal-akalan untuk menjalankan tujuannya.

Sebagai Raja mereka, besarnya kekuatan Roswaal sudah diketahui dengan baik oleh para bahawan dan penduduk desa Arlam. Jika Ujian itu bisa melukai orang seperti dia separah itu, apa yang akan mereka pikirkan jika ada seseorang muncul dan mengalahkan Ujian itu untuk menyelamatkan mereka?

"Itu adalah apa yang aku bayangkan bisa terjadi menilai dari kesanku terhadap sifat oportunismu yang jahat, jadi bagaimana dengan jawabannya?"

".... Ee~yaa~~, aku terkejut. Ini, sungguh a~mat mengagumkan. Ini baru beberapa hari, ta~pi apa-apaan yang sudah terjadi pa~damu?"

Roswaal tertawa dari dalam tenggorokannya menanggapi kata-kata Subaru dan menghujaninya dengan pujian.

Dan menepukkan tangannya, dengan sebuah senyum yang setiap hari melekat di wajahnya,

"Sa~ngat mengagumkan. Jawaban yang hampir sempurna. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kau bisa membacanya sejauh ini. Bagai~manapun juga, aku memang tepat me~ngambilmu."

"Langitnya~~. Aku mau muntah."

Melihat wajah Roswaal yang nampak seperti bersyukur, menandakan kalau kesimpulannya sudah dikonfirmasi, Subaru berpaling tidak bisa menyembunyikan rasa muak di dadanya.

Melihat tujuan Roswaal, melihat dirinya yang bisa membaca tujuan itu, melihat fakta bahwa tujuan itu adalah untuk keuntungan Emilia.... dan, memikirkannya, jauh di dalam hatinya, Subaru mengakui kalau itu semua terlalu menjijikkan.

Tidak sadar akan Subaru dan tindak kejahatan Roswaal, Emilia masih sibuk dengan Lewes dan Garfiel membicarakan topik tentang Ujian.

Menatapnya dari belakang, Subaru bertekad tidak akan membiarkannya mendengar kata-kata itu, apapun alasannya.

Sudah cukup kalau dia bisa terus melihat ke depan.
Murni dan mulia, Subaru tidak ingin Emilia tahu tujuan gelap yang ada di belakangnya.

Jika Subaru harus menutupi dirinya dengan lumpur sehingga Emilia bisa dihujani dengan pujian, itu semua sangat layak.

Dalam Pemilihan Raja, Emilia belum melakukan apapun yang dianggap penting sejauh ini, dan juga tidak memiliki pijakan yang kokoh untuk berdiri.

Jika Pemilihan Raja bagi dirinya dimulai di Sanctuary ini, Subaru akan melakukan apapun untuk membantunya.

Dengan tekad yang baru dan ketetapan hati yang kuat, Subaru telah memutuskan.

Lalu, ketika Subaru mengepalkan tangannya, di belakangnya, mempercayakan seluruh berat tubuhnya pada ranjang,

"..... Hampir, benar. Meskipun tidak hanya ada satu alasan aku me~masuki Makam."


Diam-diam berbisik, itu adalah suara yang hanya bisa didengar oleh maid berambut peach yang berada di sebelah ranjang, dan, mendengarnya, gadis itu hanya bereaksi dengan merendahkan tatapannya.


---End of Chapter 13---



Baca Semua Chapter -> Index Re:Zero Arc 4


Translator : Me..

Previous
Next Post »
6 Komentar