Hataraku Maou-Sama Volume 11 - Chapter 1 (Part 2) Bahasa Indonesia

[Translate] Hataraku Maou-Sama Volume 11 - Chapter 1 : Raja Iblis Dan Pahlawan, Tidak Memiliki Pemikiran Yang Sama -2



Chapter 1 : Raja Iblis Dan Pahlawan, Tidak Memiliki Pemikiran Yang Sama.

Siang harinya.

Setelah sampai ke tujuannya dengan mengikuti peta yang tampil di layar Slimphone miliknya, Rika tertegun ketika melihat bangunan yang bisa dikategarikan kondominium kelas atas.

“Wah~ tinggal di tempat mewah begini.”

Kondominium yang ada di hadapannya terlihat jauh lebih bagus dibandingkan kamar yang dia sewa di Takadanobaba, dan tujuannya hari ini adalah kamar 505 apartemen kota kelas atas Eifuku.

“Jangan-jangan di atasnya ada sesuatu yang disebut 'Sky Suite' itu? Wah! Kenapa dia tinggal di apartemen yang terlihat mahal begini?”

(T/N : Sky Suite, sebut saja kamar mewah)

Setelah sedikit terkejut dengan penampilan kondominium itu, Rika seketika terpaku oleh aula besar yang hanya bisa dilihat di kondominium kelas atas.

“Sepertinya aku akan mengalami banyak hal menarik hari ini.”

Rika menyimpan kembali Slimphone-nya ke dalam tas, mengatur pegangan kotak cream puff yang dia bawa sebagai hadiah, dan berjalan memasuki beranda dengan wajah antusias.

Tentunya, Rika datang ke apartemen kota kelas atas Eifuku ini untuk bertemu Emi.

Tujuannya datang hari ini adalah mendengar penjelasan Emi tentang dunia lain Ente Isla sekaligus masa lalu Emi.

Sudah lebih dari seminggu semenjak Emi kembali dari Ente Isla. Rika yang mendengar kalau semuanya telah berakhir dan menerima undangan Emi untuk datang ke sini, menjumpai sesosok figur di beranda.

Seorang wanita yang tidak terlihat seperti penghuni berdiri di sana, dia memakai topi baret di kepalanya dan membawa sebuah tas besar yang sangat tidak cocok dengan perawakannya.

Rika tidak terlalu memperhatikannya, tapi wanita itu tiba-tiba menolehkan kepalanya dan bertanya kepada Rika yang melangkah melewati pintu otomatis.

“Permisi~ aku ingin bertanya sesuatu~”

“O-oh?”

Rika yang tidak menyangka akan diajak bicara, nampak sedikit terkejut.

“Aku punya urusan dengan salah seorang penghuni di apartemen ini~ jadi aku ingin masuk~ tapi masalahnya~ pintu ini tidak mau terbuka~~”

“Eh.....”

Pintu kaca otomatis yang menuju ke dalam apartemen berada bersebarangan dengan pintu yang baru saja Rika lewati. Wanita yang berbicara dengan cara bicara aneh itu kini sedang menunjuk ke arah pintu tersebut dengan ekspresi yang tidak terlalu gelisah.

“Meski di atas tertulis kalau ini adalah pintu otomatis~ tapi pintu ini tidak mau terbuka dengan cara otomatis maupun manual~ apa yang harus kulakukan~”

Tentu saja tidak bisa. Pintu-pintu di apartemen secara otomatis akan terkunci, dan hanya akan aktif dengan menghubungi penghuninya melalui pemanggil ataupun ketika si penghuni keluar.

“Uh.... kalau kau bisa mengoperasikan panel itu dan memanggil ke dalam kamar....”

“Memanggil~ ke dalam kamar~?”

Menanggapi penjelasan Rika yang sederhana dan mudah dipahami, wanita bertubuh kecil itu entah kenapa malah mengernyit dan terlihat bingung.

“Uh, kau harus menekan nomor kamar di keypad ini, kemudian tekan tombol panggil, dan minta orang di dalam untuk membukakanmu pintu.”

“Oh~ begitu ya~”

Usai mendengar penjelasan Rika, wanita mungil itu menatap ke arah panel satu demi satu, merasa terkejut.

“Kupikir aku harus meminta semacam password dari penghuni di sini~~”

“Uh, tak masalah asalkan kau mengerti. Kalau begitu, silakan duluan.”

Meski Rika merasa kalau orang itu adalah orang yang aneh, dia memutuskan membiarkan wanita itu untuk menggunakan pemanggil lebih dulu.

“Erhm~ permisi~”

“Hm?”

“Hanya ada angka 0 sampai 9 di sini~ apa yang harus kulakukan jika nomor yang ingin kutekan melebihi 9~~?”

“.... Eh?”

Rika yang sesaat tidak mengerti apa yang ditanyakan wanita itu, menjawab dengan linglung.

“Erhm~ kamar yang ingin kukunjungi adalah kamar 505~~ tapi nomor 505 tidak ada di sini~~”

Mana mungkin ada. Ternyata ada juga manusia modern yang tidak tahu cara menggunakan keypad, tapi sebelum dibingungkan oleh hal tersebut, Rika menatap wajah wanita itu dengan kaget.

“A-ada apa~~?”

“Apa tadi kau bilang kamar 505?”

“Yeah~”

Rika dengan cepat mengamati pakaian wanita itu.

Aura yang wanita ini berikan jelas berbeda dari orang normal.

Meski sulit menjelaskannya, Rika bisa tahu hal itu karena pakaian yang dipakai dan tas yang dibawa wanita itu semuanya terbuat dari bahan berkualitas tinggi yang berasal dari budaya luar Jepang.

Rika juga tidak tahu kenapa dia baru menyadarinya sekarang, tapi rambut yang terlihat di bawah topi baret wanita ini dan matanya yang menatap Rika, memiliki warna hijau yang tidak mungkin dimiliki orang Jepang.

Karekteristik tersebut membuat Rika teringat seseorang dalam ingatannya.

“Apa kau.... Emerada-san?”

“E-eh~~?”

Wanita mungil yang mengenakan topi baret itu melangkah mundur, merasa terkejut.

“Si-siapa kau~? Apa kita pernah bertemu sebelumnya~? K-kau orang Jepang, kan~~?”

“Ye-yeahm erhm, kita belum pernah bertemu....”

Rika sekali lagi mengamati wanita itu dengan teliti.

“Aku pernah mendengar seorang gadis yang kukenal menyebutkan hal ini sebelumnya, di antara teman lama Emi, ada seorang gadis berambut hijau yang berbicara dengan nada panjang, seingatku orang itu bernama Emerada... uh... apa ya, Emerada Etu....”

“Emerada Etuva... mengejutkan sekali~ Emi adalah nama Jepang Emilia, kan~~ itu artinya, kau pasti Suzuki Rika-san~~?”

Wanita mungil yang memanggil dirinya Emerada Etuva itu menatap Rika dengan kaget.

“Yah, itu benar. Apa Emi pernah menyebutkan namaku padamu?”

“Emilia terkadang menyebutkan hal-hal mengenai dirimu di telepon~~”

“Sebelumnya kita hanya mendengar rumor tentang satu sama lain, rasanya ini sedikit menarik.”

Rika tersenyum dan memasukkan angka 505 di panel pemanggil.

“Oh iya~ gadis yang kau kenal, mungkinkah itu~~ Sasaki Chiho.... atau Kamazuki Suzuno-san?”

“Benar sekali. Huuh, itu memalukan....”

Rika memberikan sebuah senyum kecut dan mengatakan,

“Karena berbagai alasan, aku baru tahu situasinya belakangan ini. Alasanku datang ke sini hari ini adalah untuk mendengar Emi... Emilia membicarakan soal Ente Isla dari awal, aku tidak pernah menyangka akan menemui tamu dari sana? Apa Emi memutuskan pertemuan hari ini karena dia tahu kalau Emerada-san akan datang?”

Baca Light Novel Hataraku Maou-Sama Volume 11 - Chapter 1 Bahasa Indonesia


“Tidak~ Kupikir tidak~~ alasan kenapa aku datang ke sini hari ini adalah.....”

“Selamat datang Rika! Akan kubuka pintunya sekarang, kapan kau sampai.... eh?”

Kali ini, suara ceria Emi terdengar dari panel pemanggil, tapi nampaknya dia sudah menyadari situasi di sana dari kamera.

“E-Em? Orang yang di sana itu, apa itu Em?”

“Yep~~ maaf tiba-tiba sudah datang~~”

Emerada, berdiri di samping Rika, menatap ke arah lensa kamera yang Rika tunjuk dan melambai sambil tersenyum.

“Eh? Ke-kenapa kalian berdua.....”

Dari tingkah bingung Emi, sepertinya dia tidak menyangka kalau Emerada akan datang.

Rika dan Emerada melirik satu sama lain dengan ceria, dan berbicara ke arah kamera bersamaan,

““Kami hanya kebetulan bertemu satu sama lain~~””

“........”

Pemanggil yang ada di kondominum kelas atas tentu tidak akan melewatkan Emi yang terdiam, dan mentransmisikannya ke lantai dasar di mana Rika dan Emerada berada.

“Aku sangat terkejut. Aku tidak tahu kalau kau akan datang, dan kau tiba-tiba terlihat punya hubungan yang baik dengan Rika....”

Emi yang nampak belum bisa tenang, menyajikan teh merah kepada Rika dan Emerada.

“Kalian berdua belum pernah bertemu sebelumnya, kan?”

“Kami ini hanya teman yang tahu rumor satu sama lain~~”

Emerada, seolah benar-benar menyukai penggambaran Rika, menjelaskan hubungan mereka sambil tersenyum.

“Aku penasaran bagian mana dari diriku yang kau sebutkan pada Emerada-san.”

Rika, juga dengan sebuah senyum, menyenggol Emi dengan sikunya.

“A-aku tidak pernah bilang hal yang aneh-aneh, tahu?”

Emi dengan panik mencari konfirmasi dari Emerada, dan Emerada pun menjawab,

“Yeah~ dia bilang kalau kau adalah teman yang memiliki kepribadian berani dan tegas, perasaanmu juga mudah ditebak~~”

“Meski aku merasa tersanjung, Emerada-san, kau mungkin tidak tahu apa artinya ungkapan itu, kan?”

“Eh heh heh~ ah~ tapi aku juga penasaran~~ bagaimana Sasaki-san dan Bell-san menilaiku~~?”

“Sebenarnya, apa yang kuketahui hanya berasal dari penjelasan sederhana yang kudengar dari Maou-san dan teman-temannya sebelum mereka pergi ke Ente Isla. Seperti apa yang kubilang barusan, mengenai pengalaman Emi, aku hanya sedikit mendengarnya dari Chiho-chan di apartemen Maou-san.... uh, erhm, maksudku apartemen Raja Iblis Satan.”

“Jangan khawatir~ aku juga tahu nama mereka di Jepang~ lalu~ bagaimana Sasaki-san dan yang lainnya menggambarkanku~~?”

“Emerada-chan dan Alberto-san kan? Aku hanya tahu kalau kalian berdua adalah teman Emi di Ente Isla, Emerada-chan, seperti Emi, kau memiliki kekuatan yang besar, kau juga seorang ahli sihir yang hebat dan manis.”

“Sasaki-san~ benar-benar orang yang baik ya~~”

Emerada meminum teh hitamnya dengan puas.

“Da-dan katanya penampilanmu tidak menunjukan kalau kau adalah orang yang memiliki nafsu makan besar.”

“.... Soal itu~ aku tidak bisa berkomentar apa-apa~~”

Rika dan Emi, keduanya sadar kalau Emerada sesaat terpaku karena komentar tersebut, yang meski memang benar adanya tapi rasanya sangat kejam.

“Tapi~~ itu karena makanan di sini.... sangat sangat enak~~”

Setelah mengucapkan hal itu, Emerada mulai menatap hadiah yang dibawa oleh Rika di atas meja dengan wajah tertarik.

"Untungnya aku membawa lebih."

Menyadari tatapan Emerada, Rika membuka kotak cream puff tersebut.

"........ Apa ini~~??"

Emerada memandang cream puff yang ditutupi lapisan gula itu dengan penasaran.

"Kau tidak tahu apa itu cream puff?"

"Cream puff...?"

"Ketika dia datang ke sini sebelumnya, dia hanya sempat memakan kue biasa. Apa kau butuh garpu?"

"Tidak, memakan cream puff itu tidak perlu menggunakan garpu. Bagi para gadis, mereka seharusnya langsung menggigitnya!"

"Apa ini sesuatu seperti roti~?"

"Ini.... seharusnya bukan roti? Uh, pokoknya, coba saja dulu. Ini kudapatkan dari toko terkenal yang baru-baru ini buka di Takadanobaba, karena ini sangat populer di kalangan para gadis, mendapatkan mereka itu tidak mudah!"

"Hm~~"

Seperti kucing yang mewaspadai sebuah mainan baru, Emerada menatap cream puff di depannya, dan mengambil salah satu dari mereka.

"Ringan sekali... tapi di dalamnya berat~~??"

"Jangan diremas, atau isian di dalamnya akan keluar!"

Emerada masih menatap cream puff-nya, dan mengangguk serius menanggapi peringatan Emi.

Kemudian....

"Haah~~"

Sedikit memotivasi dirinya, Emerada menggunakan mulut kecilnya untuk mengambil satu gigitan besar dari cream puff tersebut, dan tak lama, matanya terbuka lebar.

"Enak~~~ sekali~~~!"

"Ohh?"

Di sisi lain, Rika nampak terkejut dengan Emerada yang terlihat begitu tersentuh, dan berseru dengan aura yang meluap-luap.

"Setelah mengembang~~ lembut~ manis~~ dan kemudian mengembang lagi~~"

"Mengembang?"

Emi dan Rika terlihat bingung dan tidak mengerti, kemudian Rika menepukkan tangannya seolah baru saja terpikirkan sesuatu.

"Mengembang... ah, itu mungkin rasa vanilanya."

"Oh, begitu ya."

"Apa yang Emerada makan tadi adalah rasa krim susu original, dan yang ada di kemasan kuning itu adalah rasa krim kentang manis edisi terbatas musim gugur."

Setelah mendengar penjelasan Rika, Emerada menunjukan tatapan yang terlihat semakin berbinar-binar.

"Emilia~~!"

".... Baik baik, jika kau tidak keberatan dengan toko di dekat sini yang kuketahui, aku akan membelikanmu beberapa nanti."

"Yay~~!!"

Emerada, tidak peduli dengan mulutnya yang masih dipenuhi cream puff, mengulurkan tangannya mengambil cream puff lain. Melihat hal itu, Rika pun tersenyum sambil mengangkat bahunya, dan mengatakan,

"Jika aku tidak melihatnya sendiri, takkan ada seorangpun yang percaya kalau kalian itu adalah Pahlawan, Raja Iblis, dan seorang Penyihir ya."

Emi dan Emerada menatap satu sama lain mendengar apa yang Rika katakan.

"Oh iya... aku sampai lupa bertanya karena saking terkejutnya, Em, kenapa kau tiba-tiba datang ke sini?"

"Umahum~~??"

"Karena kau datang ke sini sendiri, sesuatu yang besar pasti sudah terjadi, kan?"

"Itsu benayy~~ uueeueeoahhfwah~~"

Emerada, sibuk memakan cream puff keduanya dengan wajah ceria, menjawab dengan bahasa yang tidak diketahui siapapun.

"Fwaa~~ manisan di sini memang sangat enak~~"

Si penyihir mungil itu membersihkan gula yang tersebar di area sekitar mulutnya dan dengan santai meminum teh hitamnya.

"Ngomong-ngomong~~ aku datang hari ini untuk~~ melaporkan sesuatu pada Emilia~"

"Melapor?"

"Yep~~ aku minta maaf sudah menganggumu ketika kau punya janji dengan Rika-san~~ tapi menurutku ini pasti ada hubungannya dengan apa yang ingin Emilia beritahu pada Rika-san~~"

Setelah menjelaskan hal itu, Emerada meletakkan cangkir teh merahnya di atas nampan dan berbicara dengan nada normal,

"Olba mengakui banyak hal~"

"Eh?"

"Wah!"

Mendengarnya, Emi seketika berdiri dengan kekuatan yang cukup untuk membalik sebuah meja, Rika pun dengan cepat menahan meja tersebut.

"Aku ke sini untuk melaporkan apa yang kuketahui sejauh ini~ boleh aku langsung membicarakannya~?"

Sebelum menjelaskannya pada Emi, Emerada lebih dulu menatap ke arah Rika,

"Karena itu adalah sesuatu yang penting, maka seharusnya masalah itulah yang jadi prioritas. Dalam artian tertentu, aku datang ke sini hanya untuk bergabung ke dalam pesta."

Rika mengangguk pelan, dan meminta Emerada untuk melanjutkan.

"Terima kasih... ah hum!"

Menganggukkan kepalanya dan sedikit berdeham, Emerada memicingkan matanya dan melihat permukaan teh hitamnya yang masih sisa setengah.

Melihat tatapan itu, Rika seketika menarik napasnya.

Saat ini, orang di hadapan Rika bukan lagi gadis rakus yang terus memancarkan aura berbentuk hati dan memakan cream puff yang Rika beli dengan suapan besar.

Itu adalah wajah seorang penyihir hebat yang sangat mengenal dunia lain sana, sebuah dunia yang tidak Rika ketahui.

"Tingkat pengkhianatan itu ternyata jauh lebih dalam dari apa yang kami bayangkan."

Emerada, layaknya orang yang berbeda, berbicara dengan nada serius.

"Awalnya, Alberto dan aku mengira Olba baru memulai tindakan pengkhianatannya setelah dia menyembunyikan Lucifer.

Bagaimanapun, keberadaan Lucifer adalah bukti nyata bahwa malaikat dalam Alkitab itu benar ada.

Meski catatan resmi Gereja memiliki banyak catatan mengenai pendeta yang pernah berkomunikasi dengan Surga sebelumnya, tapi tak ada catatan yang membuktikan kalau malaikat itu benar-benar ada, ataupun catatan mengenai manusia yang pergi ke Surga.

Semua orang mengira kalau Jenderal Iblis dari Pasukan Raja Iblis itu hanya sekedar menggunakan gelar 'Fallen Angel' saja, tapi tak disangka, penampilannya ternyata mirip dengan manusia, dan dia adalah eksistensi abnormal yang memiliki sayap di punggungnya, tepat seperti yang digambarkan dalam Alkitab.

Bahkan aku, seorang yang bukan penganut yang taat pun, terkejut ketika melihat sosok itu.

Olba, sebagai salah satu Uskup Agung Gereja, pasti jauh lebih terkejut dibandingkan denganku.

Rika-san mungkin tidak tahu, teman sekamar Maou Sadao, Urushihara Hanzo sebenarnya adalah fallen angel pertama yang tertulis dalam Alkitab. Dia memiliki banyak nama seperti 'Sang Dosa Asal', 'Makhluk yang mencoba Menjadi Tuhan', 'Anak sang Fajar', dan lain sebagainya, dia adalah malaikat yang paling dikenal.... eh? Ada apa, Rika-san, kau bilang dia tidak terlihat seperti itu?

Hm, Alsiel sering mengeluh dengan gaya kehidupan Lucifer di Jepang? Dia tidak mau melakukan pekerjaan rumah tangga maupun bekerja? Menggunakan uang Raja Iblis tanpa izin untuk membeli berbagai barang, dan hanya menghasilkan sampah?

.... Hm~ uh~ erhm~ pokoknya~ tolong terima saja kalau Urushihara Hanzo itu adalah eksistensi yang cukup terkenal dalam Alkitab~ agar aku bisa melanjutkan ceritaku~ lupakan dulu soal gaya hidupnya yang sekarang untuk sementara~

Karena awalnya dia adalah malaikat~~ dan kemudian menjadi iblis~ dia mungkin belum pernah mengangkat sesuatu yang lebih berat daripada sendok... hm... hmmm!

Erhm, tadi aku berbicara soal bagaimana keberadaan Lucifer menyebabkan Olba sangat terkejut kan?

Setelah mengalahkan Lucifer, Olba berpura-pura tidak tahu apa-apa, dan terus bepergian bersama kami, lalu mengalahkan Adramelech di Benua Utara bersama Alberto. Setelah itu, kami mengalahkan Malacoda Benua Selatan, memaksa Alsiel di Benua Timur untuk mundur, dan melakukan pertarungan terakhir di Kastil Raja Iblis.

Dalam pertarungan di Kastil Raja Iblis di Benua Utama, Olba berpura-pura mengejar Raja Iblis Satan dan Alsiel yang kabur, membuat gate yang Emilia masuki tertutup lebih awal, dan memutus komunikasi antara dia dan kami.

Setelah Emilia terhisap dalam gate itu, Alberto dan aku yang tidak tahu apa-apa, melakukan diskusi dengan Olba. Sampai sekarang, aku masih menyesali keputusan yang kubuat pada waktu itu.

Alberto berpikiran kalau kita harus segera mengejar Emilia.

Tapi Olba dan aku berpikir, kalau kami ingin mengejar Emilia, kami harus memusnahkan dulu sisa-sisa Pasukan Raja Iblis, dan membuat persiapan sebelum pergi menyusulnya.

Bahkan jika Raja Iblis dan Alsiel bekerja sama, kekuatan Emilia pasti masih bisa melampaui mereka. Pada waktu itu, tak satupun dari kami yang menyangka kalau sisi lain dari gate itu adalah dunia seperti ini, jika kami langsung mengejar Emilia, itu mungkin akan menjatuhkan moral banyak kesatria yang berpartisipasi dalam pertarungan di Kastil Raja Iblis, dan karena kami mempercayai kekuatan Emilia, kami pun membuat keputusan itu.

Pada akhirnya, Alberto berhasil kami yakinkan, dan ikut ambil bagian dalam rencana pertarungan bersama Aliansi Kesatria Lima Benua untuk memusnahkan iblis kuat yang tersisa.

.... Itu benar, pada waktu itu, baik Alberto maupun diriku, kami sepenuhnya mempercayai Olba.

Olba adalah seorang pendeta berpangkat tinggi di Gereja, sementara aku adalah pejabat yang tidak terikat dengan aturan agama, dan pada dasarnya, kami memiliki hubungan yang kurang baik. Tapi tidak hanya dalam pertarungan, selama perjalanan kami juga menerima banyak bantuan dari Olba, entah itu kebijaksanaan, kekuatan, maupun kebaikannya.

Jadi ketika kami tahu bahwa Olba yang sangat kami percayai itu adalah seorang pengkhianat, syok yang kami terima tidak bisa hanya digambarkan dengan kata-kata semata.

Setelah menyingkirkan pasukan utama para iblis, kami pun langsung menuju 'Tangga Surga' yang paling dekat dengan perkemahan Aliansi Kesatria Benua Utama, dan berusaha menganalisa arah gate yang dibuka oleh Raja Iblis Satan dan Alsiel untuk mencari tanda-tanda Emilia.

Namun, kami berdua yang tidak menyangka kalau tujuan gate itu adalah dunia lain, membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menemukan jejak Raja Iblis dan Emilia.

Karena Olba adalah orang utama yang mencari jejak gate tersebut, informasi yang dia sampaikan pada kami mungkin adalah palsu.

Seperti yang Emilia ketahui, dia menggunakan alasan 'mencari Emilia' untuk memanggilku dan Alberto ke Saint Ignord, dan dengan licik membuat kami ditahan.

Adapun alasan kenapa Olba membawa Lucifer bersamanya dan berusaha membunuh Emilia, kau seharusnya sudah mendengar kesimpulan Raja Iblis, kan?

Dengan Olba di garis depan, pihak Gereja, Aliansi Kesatria, dan para penguasa dari berbagai negara semuanya takut jikalau Pahlawan Emilia menjadi kekuatan baru yang menarik simpati para penduduk.

Tren seperti itu memang muncul di dunia kami, dan ini juga menjadi alasan tidak langsung kenapa Crestia Bell dikirim ke Jepang.

Namun, mengabaikan apa yang orang-orang pikirkan, apakah Olba menganggap hal ini sebagai sesuatu yang penting adalah sebuah poin yang mencurigakan.

Meski pihak Gereja masih sering mengumumkan hal ini, ketika Emilia memulai perjalanannya, dia pergi dengan gelar 'Kesatria Gereja'.

Bahkan tanpa mencopot paksa posisi Emilia, dengan membuat Uskup Agung Olba menjadi asistennya, ataupun menjadikan Emilia seorang Saint, sebenarnya masih ada cara lain untuk menggunakan kekuasaan Gereja guna menyokong martabat Emilia.

Emilia mungkin terlihat seperti ini, tapi sebenarnya dia itu mudah dipengaruhi oleh sekelilingnya, asalkan kau memberitahunya kalau itu demi orang banyak, dia pasti akan bersedia ikut andil, tak masalah sih jika itu hanya untuk orang-orang di sekitarnya, tapi Olba sendiri jadi mewaspadai peningkatan kekuatan dan pengaruh Emilia. Itu sangat mencurigakan.

Bahkan, di insiden sebelumnya, cara yang Olba gunakan bukanlah menggunakan hadiah untuk membujuk Emilia, melainkan menggunakan ladang ayahnya untuk mengancam dan memaksanya.

Setelah menanyai orangnya sendiri untuk memastikan kecurigaan ini, dia langsung mengungkapkan banyak hal seolah itu adalah hal yang menarik.

Yeah, hanya dalam satu minggu, dia tambah menua sampai-sampai terlihat seperti orang yang berbeda. Bahkan, kau bisa bilang dia tiba-tiba menumbuhkan rambut putih.... hm, seperti yang kau ketahui, sebelumnya Olba sudah menggunduli kepalanya.

Tapi sekarang, kami sudah menyegel seluruh sihirnya, kami juga mengirim 45 orang elit, termasuk para penyihir untuk menjaganya setiap jam. Dan karena dia tidak bisa menyentuh pisau apapun, juga tidak bisa mencukur rambutnya, dia kini menumbuhkan beberapa rambut.

… Bagaimanapun dia tetaplah seorang Uskup Agung tak peduli seberapa rendah dia sudah jatuh~ tak disangka ternyata dia masih merawat penampilannya setiap hari~~

Hmm!

Tentu saja~ kami tidak akan mempercayai semua yang dia katakan begitu saja~ bagaimanapun, konfirmasi kebenaran dari apa yang dia akui tidak bisa langsung dilakukan~ yang mana itulah alasan kenapa aku tiba-tiba datang ke sini~~ yaitu untuk menanyakan saran dari Emilia dan Raja Iblis yang telah membuat kontak dengan Surga dan para malaikat~~”

“Em, kau kembali ke nada normalmu.”

“Em... ah.... karena isinya sangat serius~ awalnya aku memotivasi diriku untuk menjelaskannya dengan baik~ tapi ternyata sangat melelahkan.... huuh~~”

“Bu-bukankah perbedaannya terlalu jauh...?”

Emerada merilekskan tulang punggunya yang berdiri tegak dan merosot ke meja dengan malas, membuat Rika tidak bisa memuji perubahan besarnya ini.

“Lalu, kau kan bilang kalau pengkhianatan Olba sudah mengakar, apa itu ada hubungannya dengan apa yang katakan selanjutnya?”

“Benar sekali~”

Tanpa mengangkat kepalanya, Emerada terus berbicara.

“Sebelum penyerangan Pasukan Raja Iblis~ Olba sudah punya bukti kalau para malaikat dan Surga itu ada~ keyakinannya tidak datang dari identitasnya sebagai pendeta~ dia benar-benar memastikan keberadaan Surga~~”

“Memastikan?”

“Dengan kata lain~ dia tahu bahwa Surga bukanlah tempat bagi para roh ataupun tempat para manusia pergi setelah mati, tempat dengan konsep metafisika semacam itu~ melainkan sebuah tempat yang bisa didatangi~ sebuah tempat yang benar-benar ada~~”

“....Em.”

“Hm~~?”

“Aku akan memberikan cream puff-ku padamu, jadi tolong berusahalah sedikit lagi....”

“Tapi identitasnya sebagai pendeta, *nom nom* Alkitab, dan ajaran Gereja adalah suatu halangan baginya, pada waktu itu dia *nom nom* tidak punya riset ataupun cara untuk membuktikan kalau Surga itu benar-benar ada *nom nom*”

Tak ada kata yang lebih cocok untuk menggambarkan fenomena saat ini selain istilah 'hidup kembali'.

Emerada memegang kedua cream puff Emi, satu di masing-masing tangannya, dan setelah memakan cream puff itu gigit demi gigit, dia perlahan memicingkan matanya dan mendapatkan kembali ekspresi seriusnya....

“Emerada-chan, ada krim dan gula di pipimu.”

Rika yang sedari tadi kagum dengan aura Emerada, mengambil satu tisu basah dan mulai mengusap wajah serius Emerada dari samping, mengabaikan apakah orang itu adalah orang yang pantas dihormati atau tidak. Martabat seorang penyihir hebat ini ternyata lebih rendah dibandingkan cream puff yang meleleh ke dalam perut Emerada.

“Tadi aku bilang soal Olba yang dengan teguh mempercayai bahwa Surga itu benar ada, kan?

Alasan kenapa dia mempercayainya dengan teguh adalah karena inti Pedang Suci yang Emilia miliki, yaitu Perak Surga.

Rika-san, terima kasih. Izinkan aku meminum teh hitam ini.... fuu.

Seperti yang kau ketahui, Olba adalah bagian dari Departemen Penyebaran Ajaran Luar Organisasi di Gereja, dan semenjak dia masih muda, dia sudah mengunjungi berbagai negara untuk menyebarkan kepercayaannya.

Karena itulah dia tahu  betul bahwa Tuhan yang dia puja bukanlah suatu entitas yang berbeda.

Jika Tuhan merupakan entitas yang berbeda, kenapa ada banyak orang di dunia ini yang tidak tahu mengenai Tuhan? Kenapa orang-orang bisa membangun sebuah negara besar tanpa tahu siapa Tuhan sebenarnya?

Alkitab menyebutkan bahwa, membuat orang yang memuja berhala untuk membela ajaran Tuhan adalah jalan yang benar, lalu kenapa Gereja harus membuat negara-negara ini berulang kali bermandikan darah, memulai perang yang dalam sejarah dikenal sebagai perang propoganda?

Ketika Olba sedang dalam proses menyebarkan kepercayaannya, dia melihat begitu banyak negara, dia juga tahu bahwa ada beberapa orang yang tidak bisa menerima ajaran Tuhan yang seharusnya disampaikan pada semua orang. Dia sepertinya bimbang dengan penggunaan pedang dan darah untuk mengajari mereka yang tidak mau menerima ajaran tersebut, dan kebenaran melakukan hal demikian.

Kemudian dia menemukan sebuah kontradiksi besar.

Ada sebuah kontradiksi besar antara sejarah Gereja dan kata-kata 'Sayangi Sesama' yang bahkan diketahui oleh seorang anak kecil.

Tuhan mana yang bilang bahwa orang yang tak mau menerima ajarannya adalah orang jahat, dan bahwa tak masalah membunuh mereka yang tak mau bertobat setelah menerima pencerahan?

Sebelum Olba, ada banyak Uskup Agung dalam sejarah yang menjelaskan kemutlakan Tuhan, dan atas nama Tuhan membunuh para sesama yang seharusnya mereka sayangi.

Pada waktu itu para uskup menyebutnya 'Pembersihan', dan bilang bahwa selama mereka menggunakan tangan para penganut suci untuk membersihkan jiwa mereka, Tuhan akan menyelematkan mereka dari kebencian dan rasa sakit.

Namun, Olba pernah melihatnya sebelumnya.

Dia pernah melihat sekumpulan orang yang tidak bisa melupakan tindakan pembunuhan dan penjarahan pihak Gereja yang berdasarkan pada logika konyol beberapa ratus tahun yang lalu, mereka menyampaikan kejadian itu kepada para keturunan mereka dan melihat Tuhan yang Olba puja sebagai makhluk jahat.

Bahkan di dunia di mana pertarungan tak lagi dibutuhkan, melainkan bergantung pada kata-kata untuk meleburkan kebencian, suara Olba yang menjelaskan ajaran Tuhan pun tetap tidak bisa menggerakkan hati mereka.

Karena itulah, Olba merasa bimbang.

Dengan kata lain, dia mulai meragukan keberadaan Tuhan.

Kalau dipikir-pikir, Tuhan dalam Alkitab itu telah gagal sejak awal.

Satu-satunya hal yang benar-benar sesuai dengan kehendak Tuhan adalah penciptaan dunia dan kehidupan.

Setelah itu, kejahatan mulai memasuki Surga, manusia pun tergoda dan mengkhianati-Nya, para rekan yang diciptakan oleh Tuhan juga mulai menyalakan perang di berbagai belahan dunia, dan pada akhirnya bahkan dewa-dewa selain Tuhan pun muncul.

Namun, Gereja menyebutkan bahwa Tuhan adalah keberadaan yang mutlak.

Alkitab menyebut keberadaan mutlak ini terus gagal, namun menginginkan manusia memujanya sebagai keberadaan yang mutlak.

Yang bisa membuat kontradiksi semacam itu, apa benar dia adalah Tuhan?

Selain manusia, Olba tidak bisa memikirkan eksistensi lain yang bisa menyebabkan kontradiksi seperti ini.

Setelah memiliki pemikiran semacam itu, Olba pun memutuskan ingin menjadi orang yang melebihi siapapun di Gereja.

Jika semua pergerakan dalam Gereja berasal dari manusia, maka dia bisa menganggapnya sebagai tindakan manusia dan bergerak sesuai dengan itu.

Tentu, dia belum menyerah terhadap tugasnya sebagai pendeta, tapi lebih tepatnya, dia tidak bisa dianggap sebagai penganut yang taat.

Wilayah negara besar yang disebut Gereja ini secara fisik tidak ada, tapi mereka mengakar dalam di hati manusia, karena itulah Olba bisa dikategorikan sebagai seorang ahli strategi yang ahli dalam politik negara, hukum dan ekonomi, serta hebat dalam memahami hati manusia.

Bagi orang seperti dia, ada sesuatu yang baru pertama kali dia temui setelah memperoleh posisi Uskup Agung.

Dan itu adalah Perak Surga.

Sebuah peralatan suci yang disimpan di Saint Ignord, konon dianugerahkan oleh Surga melalui malaikat.

Legenda mengatakan, ketika di masa depan nanti dunia diselimuti kejahatan, seorang Pahlawan akan muncul menghunuskan pedang suci yang terlahir dari Perak Surga. Dan berinteraksi dengan Perak Surga itu, Olba yakin kalau Surga dan malaikat itu ada.

Dengan kata lain, entah itu Gereja, Alkitab, atau bahkan Perak Surga, mereka semua diciptakan oleh eksistensi yang berada di dimensi dan keadaan metafisika yang sama dengan manusia.

Pada waktu itu, Olba berpikir begini.

“Aku juga bisa menjadi Tuhan.”


Seolah Olba sendiri yang berkata seperti itu di hadapannya dengan suara serak, Emi tersentak dengan wajah yang memucat.

“Hal seperti itu, apa dia serius...”

“Sepertinya iya. Alasan kenapa berbagai negara dan Gereja takut dengan Emi adalah karena mereka khawatir jikalau Emilia akan mengambil kekuasaan di dunia pasca perang. Tapi, apa yang Olba takutkan adalah....”

“Dia takut kalau aku.... akan menjadi Tuhan....? Melalui Perak Surga.... melalui kekuatan fragmen Yesod?”

“Aku takut begitu.”

“Apa... yang dia pikirkan...”

Emi memeluk dirinya sendiri untuk menekan rasa gemetarnya, Rika pun bersandar ke arah Emi dan mulai mengelus punggungnya.

“Semenjak Olba membuat kontak dengan Perak Surga untuk pertama kalinya, dia terus mencari eksistensi abnormal lain di berbagai belahan dunia. Seminari dan para Uskup Agung terus melanjutkan penelitian mereka untuk waktu yang sangat lama, dan kesimpulan yang mereka dapat adalah, Perak Surga bukan sesuatu yang berasal dari dunia ini. Namun, Olba meyakini bahwa tak ada sesuatu yang tidak berasal dari dunia ini. Itu karena, bukankah Perak Surga memiliki wujud yang bisa disentuh dan terlihat di hadapannya? Selain kesempatan untuk membuat kontak dengan Perak Surga, Olba juga tidak kekurangan pengetahuan, kekuasaan, dan uang yang diperlukan untuk penelitian. Setelah menjadi seorang Uskup Agung, dia terus meneliti Perak Surga. Namun, dia tidak bisa menemukan peralatan suci apapun di sekitarnya yang bisa menjadi subjek penelitian. Olba menjadi cemas. Saat dia perlahan mulai menua, dan waktu membuatnya sadar akan batas sisa hidupnya.... insiden itu terjadi.”

Emi tiba-tiba mengangkat kepalanya.

“Penyerangan Pasukan Raja Iblis....”

“Di saat yang sama, dunia juga mulai membicarakan tentang Pahlawan yang akan menggunakan Perak Surga seperti yang ada di dalam ramalan. Olba begitu senang. Jika Pahlawan dalam ramalan muncul, orang itu pasti adalah seseorang yang bisa memajukan penelitian Perak Surga. Dia tidak melihat ramalan sebagai sebuah ramalan. Keberadaan Pahlawan pasti merupakan bagian dari rencana suatu makhluk tertentu. Dia meyakini hal itu tanpa keraguan sedikitpun. Setelah itu, Pahlawan dalam ramalan pun muncul. Pahlawan yang mewarisi darah Surga, Emilia Justina.”

“.....”

“Emi... apa kau baik-baik saja?”

“Ye-yeah... maaf Rika, tapi bisakah kau tetap berada di sampingku sementara ini?”

“Yeah, jangan khawatir, aku akan mendengarkannya bersamamu.”

Emi sedikit bersandar pada Rika, tapi dia tetap meminta Emerada untuk melanjutkan.

“Kudengar menemukan Emilia itu tidak sulit. Karena Gereja sudah mewariskan 'ritual yang harus dilakukan pada Perak Surga ketika dunia diselimuti kegelapan' dari generasi ke generasi. Dan ritual itu sendiri juga sangat sederhana, yang diperlukan hanyalah seseorang yang sesuai dengan kriteria.... dalam situasi ini adalah pendeta tinggi Gereja, untuk menyuntikkan sihir suci dengan kekuatan yang sesuai ke dalam Perak Surga. Dengan begitu, Perak Surga akan memancarkan cahaya yang akan menunjuk lokasi sang Pahlawan.”

Emi pernah melihat cahaya pemandu itu berkali-kali. Dan beberapa dari mereka bahkan dihasilkan oleh keinginannya sendiri.

Cahaya pemandu itu sebenarnya adalah fragmen Yesod yang saling menarik satu lain.

Dan cerita itu menyebar di dalam Gereja sebagai legenda yang terkenal.

Lantas, siapa yang memberitahu hal-hal itu pada Gereja? Siapa sumber legenda ini? Jawaban untuk hal ini bahkan bisa diketahui tanpa berpikir.

“Lailah.....”

Semuanya sudah direncanakan oleh ibunya.

Pertunjukan besar yang berpusat pada fragmen Yesod, sebuah pertunjukan yang melibatkan dua dunia.

“Setelah Gereja menemukan Emilia, mereka pun membawamu ke markas pusat Saint Ignord. Pada waktu itu, Olba hanya berpikir tentang mengamati Emilia serta Perak Surga, dan cara menggunakan mereka untuk penelitian masa depannya. Pemikiran Olba kemudian berubah saat kau membuat kontak dengan Perak Surga.”

"..... Apa maksudnya itu...?"

"Coba pikir lagi. Pahlawan dalam ramalan adalah 'Pahlawan dari Pedang Suci'."

".... Eh?"

"Namun, gadis yang dijadikan sebagai Pahlawan dalam ramalan, selain pedang suci, dia juga membuat peralatan suci lain muncul."

Kalimat tersebut membuat Emilia menahan napasnya.

Karena Emilia sadar, fakta yang didapat dari kata-kata Emerada barusan, adalah pertanyaan yang ada hubungannya dengan asal muasal keberadaannya.

"Armor.... Pengusir Kejahatan.... Ugh!"

"E-Emi! Te-tenanglah!"

Emi memeluk tubuhnya dengan erat, dan karena tindakannya ini terlalu kuat, Rika juga memeluk tubuh Emi, mencoba membuatnya tenang.

"Haruskah kita istirahat dulu? Bahkan aku yang sebelumnya tak mengerti apa-apa pun, tahu kalau ini sangat serius. Mendengarkan banyak hal sekaligus pasti membuat otak sangat lelah. Jadi...."

"Tidak.... aku tak apa, aku baik-baik saja.... Aku harus mendengar semuanya, tolong lanjutkan."

"..... Baik."

Meski khawatir dengan kondisi temannya, Emerada memutuskan untuk menjawab tekad Emi dan menjelaskan semuanya.

"Tidak seperti para Uskup Agung yang bahagia karena Pahlawan pedang suci itu benar-benar ada, dan salah mengira kalau Armor Pengusir Kejahatan adalah bagian dari pedang suci, meski Olba juga terkejut dengan keberadaan Armor Pengusir Kejahatan tersebut, dia tetap mengamati semuanya dengan tenang. Hal yang sangat dia inginkan tiba-tiba muncul di hadapannya. Bagi Olba, pedang suci dan Armor Pengusir Kejahatan adalah sampel dari Perak Surga. Dia beranggapan bahwa cahaya pemandu itu adalah sesuatu yang menggabungkan Perak Surga dan Armor Pengusir Kejahatan."

Setelah itu, Olba merekomendasikan dirinya menjadi penjaga Emi, dan ketika Emi memulai perjalanannya memerangi Raja Iblis, Olba menggunakan pengalamannya di Departemen Penyebaran Ajaran Luar Organisasi untuk melangkah maju dan menjadi asisten Emi.

"Setelah melihat kedua peralatan suci itu, Olba pun semakin mempercayai keberadaan malaikat dan Surga. Setelah itu, di hari pertarungan untuk membebaskan Saint Ignord, dia bertemu dengan seseorang yang, dalam kehidupan nyata, bisa membuktikan bahwa malaikat itu benar-benar ada, Jenderal Iblis Lucifer."

"Sesuatu seperti itu.... benar-benar terjadi...."

"Karena itulah Olba memutuskan untuk berjalan di jalan menjadi Tuhan yang berwujud, dia berpura-pura memberikan serangan terakhir kepada Lucifer yang hampir mati setelah bertarung dengan Emilia, dan menyembunyikannya. Penyerangan Pasukan Raja Iblis tak disangka membuktikan bahwa deduksi Olba selama bertahun-tahun itu benar. Tapi, apa yang membuat Olba menyesal adalah ternyata Lucifer tidak tahu apapun soal Perak Surga maupun pedang suci Emilia."

Dulu, Emi juga terganggu oleh hal ini.

Lucifer.... Urushihara tidak tahu apapun mengenai asal usul pedang suci Emi.

Urushihara terlihat berada di level yang sama dengan Sariel dan Gabriel, atau bahkan merupakan malailat yang lebih tua, tapi kenapa dia tidak tahu apapun soal fragmen Yesod?

"Meski begitu, bagi Olba, Lucifer tetaplah pion penting di jalannya untuk menjadi Tuhan. Dia membantu Emilia selama dalam perjalanan dan melindungi Lucifer di saat yang sama, dan ketika akhirnya dia akan menyerang Kastil Raja Iblis, Olba melihat cahaya pemandu itu sekali lagi. Itu adalah...."

"Cahaya yang terbentuk akibat saling tarik menariknya pedang suci.... dan inti dari Alas Ramus yang dimiliki Raja Iblis....."

"Kali ini, Olba sepertinya merasakan tanda bahaya. Meski sampel lain berada di dekatnya, jika benda itu jatuh ke tangan Emilia yang mengalahkan Raja Iblis, Emilia pasti akan mendapatkan sebuah kekuatan baru.... kalau sudah begitu, eksistensi yang menyebut diri mereka sebagai Tuhan ataupun malaikat itu, mungkin akan datang dan mengambil kembali benda-benda tersebut."

Tak masalah jika sang Pahlawan menggunakan kekuatan itu demi dunia manusia. Tapi begitu para iblis dikalahkan, dan orang-orang tidak lagi membutuhkan kekuatan sang Pahlawan, kekuatan itu mungkin akan menjadi alasan dunia jatuh sekali lagi ke dalam kekacauan.

Makhluk yang memberikan Pedang Suci dan Armor Pengusir Kejahatan kepada manusia, apakah mereka akan senang melihatnya? Apakah makhluk itu akan senang melihat semakin banyak orang yang mendekati rahasia kekuatan tersebut?

Olba akhirnya menemukan jalan menuju Surga setelah bersusah payah, dan tentu saja berharap bisa menyingkirkan semua halangan dari jalannya, bagi dia, kaburnya Raja Iblis dan Alsiel adalah sebuah keberuntungan.

Meski inti Alas Ramus tertinggal di Kastil Raja Iblis, Olba berpikiran, selama Raja Iblis yang memiliki benda yang bisa menarik pedang suci dan Emilia yang memiliki pedang suci, menghilang dari dunia di saat yang sama, maka dia bisa mengulur waktu untuk melakukan penelitiannya.

Olba berpura-pura mengejar Raja Iblis, dan saat Emilia memasuki gate, dia pun menyegel gate tersebut, yang sebenarnya masih punya sedikit waktu sebelum tertutup.

Dia berhasil menipu mata dan telinga Emerada, Alberto dan para pemimpin Aliansi Kesatria Lima Benua.

Tapi pada waktu itu, Olba tidak menyangka kalau mereka akan terdampar  ke suatu dunia lain, jadi dia menghabiskan banyak waktu untuk mencari Emilia.

"Apa yang terjadi selanjutnya.... semuanya sama seperti yang Emilia ketahui. Olba dan Lucifer membuat masalah di Jepang dan berusaha mengubur Raja Iblis dan Pahlawan demi keinginan mereka masing-masing. Tapi masalah yang paling mempengaruhi Olba dalam banyak salah perhitungannya adalah.... Pahlawan dan Raja Iblis ternyata berada di tempat yang berdekatan satu sama lain di Jepang dan saling akrab."

"Sampai sekarang.... kalimat itu masih terdengar tidak enak di telinga."

Meski wajahnya masih pucat, Emi dapat kembali pulih ke titik di mana dia bisa menunjukan senyum mengejek.

"Pada akhirnya, rencana Olba untuk membunuh Emilia gagal, dia juga kehilangan kendali atas Lucifer, dan dia yang tidak bisa kembali ke Ente Isla, logikanya tidak akan bisa melanjutkan jalan untuk menjadi Tuhan...."

"..... Jadi, apakah itu Gabriel, Sariel, atau Raguel?"

Tanya Emi kepada Emerada, Emerada pun tersenyum kecut dan menjawab,

"Sepertinya yang pertama adalah Sariel. Olba yang ditahan di Jepang, mendapatkan bantuan dari Sariel, dia kemudian berada di bawah pengawasan Surga dan membantu mereka untuk mengumpulkan fragmen Yesod. Katanya, setelah dia melihat malaikat lain selain Lucifer, Olba juga mengubah pemikirannya sekali lagi."

Para malaikat, dengan diawali oleh Sariel, memiliki kekuatan yang tidak hanya melampaui Raja Iblis, tapi juga melebihi kekuatan Emilia.

Para malaikat itu memiliki tubuh yang kuat, merupakan eksistensi yang sangat misterius, mempunyai kapasitas sihir suci yang tidak mungkin dimiliki oleh manusia, dan memiliki intelegensi yang tinggi, Olba mempunyai rasa hormat yang mendalam terhadap mereka.

Kesombongan yang dia rasakan setelah mendapatkan pengakuan dari makhluk hebat seperti itu juga merupakan salah satu alasannya, dia kemudian tanpa sadar menjadi boneka malaikat dan mulai melakukan tindakan untuk menjadi salah satu dari mereka.

Dia belum menyerah di jalan untuk menjadi Tuhan karena hal ini, tapi setelah pertarungan yang terjadi di Sasazuka, apa yang Olba harapkan bukan lagi menjadi Tuhan yang mutlak, melainkan mendapatkan kekuatan yang sama seperti yang dimiliki Sariel dan Gabriel, menjadi simbol kepercayaan orang-orang di Ente Isla.... Malaikat.

Namun, dengan kegagalan rencana besar itu dan kekalahan mereka dari Maou, Emi, Suzuno, dan yang lainnya, hasrat Olba untuk menjadi Tuhan pun hancur, dan bahkan semangat hidupnya memudar bersama cahaya ambisinya, karena itulah dia kini menjadi seperti orang cacat.

"Mendengar semua itu, rasanya sudah bisa diduga kalau situasinya akan jadi seperti ini, meski dia terlihat seperti orang yang sudah kehilangan harapan... orang yang bernama Olba ini, apa yang akan terjadi padanya nanti? Akankah dia dihukum mati oleh hukum di sana?"

Emerada menggelengkan kepalanya dengan wajah gelisah, lantas menjawab pertanyaan Rika.

"Hm... masalah pertama yang harus dihadapi adalah, hukum negara mana yang akan digunakan, faktanya, di mana hukum normal bisa mengadili tindak kejahatan Olba pun juga meragukan.... ditambah lagi, tak peduli seberapa rendah dia sudah jatuh, dia tetaplah seorang Uskup Agung dan rekan Pahlawan, asumsikan saja dia dijatuhi hukuman mati, itu pasti akan menyebabkan banyak dampak di masyarakat."

Dari dalamnya kerut yang terbentuk di antara alis Emerada, bisa dilihat betapa bingungnya dia.

"Kurasa tidak akan ada kesimpulan apapun sementara. Jujur saja, kami tidak menyangka Olba akan mengakui semua itu secepat ini. Sepertinya, Raja Iblis yang ikut campur ke dalam masalah di Afashan, kegagalan rencananya, dan kekalahan para malaikat, memberinya syok yang sangat besar. Bahkan, tujuan para malaikat membuat Emilia dan Alsiel bertarung di Afashan juga masih belum jelas... Emilia, apa kau baik-baik saja?"

Emerada menghela napas lega dan menatap wajah Emi.

"Meskipun aku tidak baik-baik saja.... berkatmu, aku jadi tahu beberapa hal sekarang. Chiho-chan juga menyebutkan hal itu sebelumnya."

"Sasaki-san?"

"Yeah. Dan baru-baru ini ayah juga memberitahuku."

Emi tanpa sadar menggenggam tangan Rika yang sedang menyangganya, membuka mulutnya, dan mengatakan,

"Evolving Holy Sword, One Wing (Better Half), sejak awal.... semenjak aku lahir, mungkin sudah ada bersamaku. Menurutku Perak Surga yang dimiliki Gereja itu bukanlah pedang suci, melainkan inti Armor Pengusir Kejahatan. Menurut Lailah, dia mempercayakan kunci yang dia diperlukan untuk mencapai tujuannya kepadaku dan ayah. Ayah selalu bersama dengan Acies Ara. Dan perwujudan pedang suci lain, bersama dengan Acies...... Rika, permisi."

Mengucapkan hal itu, Emi pun menatap Rika, dia kemudian melepas tangan Rika, berdiri dari tempat duduknya, dan mengambil satu langkah mundur,

"Kalau dipikir-pikir, semenjak bergabung dengan anak itu, Armor Pengusir Kejahatan juga ikut berevolusi."

Emi berkonsentrasi.

"Wah!"

Rika pun berteriak melihat fenomena yang terjadi pada Emi.

Diikuti seberkas cahaya terang, seorang gadis kecil muncul di lengan Emi.

Rika menatap gadis kecil berambut unik yang sedang tertidur lelap tersebut.

"Alas Ramus-chan?"

Ini adalah pertama kalinya Rika bertemu dengan Alas Ramus dalam jarak sedekat ini, tapi apa yang membuatnya benar-benar terkejut tentu saja adalah fakta bahwa seseorang benar-benar muncul dari udara yang tipis .

Di saat yang sama....

".... Uh, E-Emi? Penampilanmu....?"

Perubahan pada Emi membuat Rika terduduk di kursi merasa begitu kaget.

"Jadi ini.... Pahlawan, Emilia...."

Rika, melihat penampilan temannya, terpaku.

Rambut perak seperti sutra, dan mata merah tajam yang seolah sanggup menusuk para iblis.

Gaun one-piece di atas baju santainya, armor yang menutupi tubuh Emi memancarkan sinar misterius yang nampak berwarna perak dan pelangi.

"Emilia, perisai di tangan kirimu...."

Emerada yang mengetahui wujud Pahlawan Emilia di masa lalu, bertanya demikian setelah melihat perlengkapan Armor Pengusir Kejahatan yang ada di tangan kiri Emi.

"Sebelumnya memang tak ada perisai. Perisai ini baru muncul setelah aku bergabung dengan anak itu, inilah wujud Armor Pengusir Kejahatan yang telah berevolusi."

Emilia menatap Alas Ramus yang perlahan bangun dari tidur siangnya dan perisai yang ada di tangan kirinya, lantas sedikit merendahkan pandangannya,

"Pedang suci bisa berubah bentuk tergantung jumlah sihir suci yang diberikan. Setelah Armor Pengusir Kejahatan membuat kontak dengan fragmen Yesod, armornya berubah dari Perak Surga menjadi baju, dan karena bergabung dengan Alas Ramus, perisai ini pun muncul. Selain itu, Alas Ramus dan Acies Ara..... anak-anak ini.... akan terus tumbuh."

Kali ini, Emilia tiba-tiba menenangkan kekuatan dalam tubuhnya, Armor Pengusir Kejahatan pun berubah menjadi bola-bola cahaya di depan mata kepala Rika dan kembali ke dalam tubuh Emilia.

Dengan mata dan rambut kembali ke penampilan Yusa Emi normal, Rika yang akhirnya terlepas dari rasa kaget pun, diam menatap Emi dengan mulut terbuka saat Emi membungkuk dan menggendong Alas Ramus.

"Meski kemungkinan mereka berbeda-beda, fragmen Yesod tetap akan tumbuh dan berkembang. Jika ini adalah tujuan Lailah.... ketika semua fragmen terkumpul, apa yang akan terjadi?"

Emerada dan Rika tentu tidak tahu jawaban untuk pertanyaan ini.

"Aku tidak tahu apa tujuan Lailah, aku juga tidak tahu apa yang Gabriel dan Surga inginkan dengan mengumpulkan anak-anak ini. Tapi... jika ada sesuatu yang membuat anak-anak ini menemui kemalangan, aku tidak akan pernah membiarkannya."

Usai mengucapkan hal tersebut dengan tegas, Emi sekali menatap ke arah Emerada.

"Em, terima kasih sudah datang hari ini. Dengan begini, aku bisa tahu alasan untuk melangkah menuju tujuan baruku."

"Apa maksudnya itu?"

"Setelah ini, aku tetap akan mencari Lailah. Tapi kali ini bukan demi mengetahui apa yang ingin dia lakukan, tapi demi kebahagian Alas Ramus ke depannya. Entah itu pedang suci maupun Armor Pengusir Kejahatan, mereka adalah rekan-rekanku yang berharga. Aku tidak akan membiarkan Lailah melakukan apapun semaunya."

"Ya ampun... setelah melihatnya sendiri, itu benar-benar hebat....."

Rika akhirnya pulih dari rasa syok akibat perubahan Emi, dia menekankan tangannya ke lantai dan bangkit.

"Apa kau merasa..... tidak nyaman?"

Tanya Emi dengan gelisah.

Rika menggelengkan kepalanya sambil terus mempertahankan ekspresi kakunya.

"Uh, aku hanya terkejut. Aku tidak menyangka kalau temanku adalah orang yang benar-benar luar biasa."

Dan kemudian, masih dalam posisi duduk, Rika dengan gemetar mendekati Emi, dan menatap wajah Alas Ramus saat dia menggeliat di lengan Emi seperti hendak bangun.

"Astaga, melihatnya sedekat ini.... sepertinya dia hanya bisa digambarkan  semanis malaikat. Meskipun Acies juga manis, anak kecil itu memiliki poin tambahan. Mereka unggul dalam berbagai hal."

Rika berulang kali menatap wajah tertidur Alas Ramus, kemudian dia mengangkat pandangannya menatap wajah Emi.

Emerada hanya diam dan memperhatikan kelucuan Rika.

"Aku tidak yakin apa ini hanya imajinasiku saja, tapi rasanya kalian memiliki beberapa kemiripan. Seperti mata dan mulut."

"Benarkah? Meski itu sama sekali tidak masuk akal, tapi... dibilang seperti itu oleh Rika, aku merasa sedikit senang...."

Emi tersipu malu, lantas menatap wajah Alas Ramus.

"Yeah, tapi rasanya, area dahi dan alisnya sedikit mirip dengan Maou-san... ah, sepertinya kau masih belum menerima bagian ini ya?"

Meski Rika tidak bercanda dan benar-benar mengekspresikan pemikirannya dengan jujur, Emi yang awalnya tersipu seketika merubah ekspresinya dan mulai mengintimidasi Rika seolah-olah siap menyemburkan racun.

"Aku memang berterima kasih untuk apa yang dia lakukan sebelumnya, tapi daripada disebut tidak bisa menerimanya, ini lebih seperti aku tidak bisa memaafkannya.... Jadi perasaanku soal ini benar-benar rumit."

Bagi Alas Ramus, Maou adalah ayahnya yang tak tergantikan. Emi tidak sebegitu kekanakannya untuk menyangkal fakta tersebut.

Tapi, walau dia berhasil berkumpul kembali dengan Nord, Maou tak diragukan lagi tetaplah salah satu alasan utama yang mengacaukan kehidupan Emi.

Meski bayangan semu Lailah bisa dilihat di belakang Maou, selama dia masih menyebut dirinya sebagai raja para iblis, Emi tak akan merubah pandangannya kalau Maou harus mempertanggungjawabkan tindakannya di masa lalu.

Meski begitu, Emi sadar, kalau hanya dengan kekuatannya saja, dia tidak akan bisa membunuh Maou.

Tidak hanya itu, dari bagaimana Emi mengejar suasana makan malam hangat yang Maou ciptakan di dalam mimpinya, tanpa sadar, Emi sepertinya sudah punya sedikit kepercayaan terhadap Maou.

Menghadapi lawan seperti itu, apa Emi perlu terus mencari alasan untuk membencinya? Emi bahkan berpikiran, meskipun Maou berdosa, mungkin dia tak perlu menjadi orang yang menghakiminya.

"Pokoknya, ini sangat rumit."

Ucap Emi seolah mengatakan hal itu pada dirinya sendiri.

"Selamat pagi, Alas Ramus, apa kau sudah bangun?"

"Uhm.... fagi... fwah."

Alas Ramus menggosok-gosok matanya yang masih mengantuk dan menguap lebar, kemudian dia melihat sekelilingnya dengan bingung.

"!!"

Begitu melihat Rika, dia tiba-tiba mengangkat kepalanya.

"Ah? A-ada apa?"

Dengan gesit, Alas Ramus berpindah dari lengan Emi menuju ke belakang punggungnya.

"Oh, ya ampun? Apa aku menakutinya?"

"Ah, aku tahu. Ini pertemuan pertama Alas Ramus dan Rika, kan?"

"Uuuu...."

Alas Ramus, bersembunyi di belakang punggung mamanya, menatap Rika dengan gugup.

"Hello!"

Mungkin karena tidak terbiasa dengan anak-anak, Rika mencoba menunjukan sebuah senyum kaku dan melambai ke arah Alas Ramus yang bertingkah seolah melihat sesuatu yang menakutkan.

Namun, Alas Ramus yang nampak ketakutan dengan senyum itu, dengan cepat menyembunyikan wajahnya di belakang punggung Emi.

"Hey Alas Ramus, kau harus menyapa orang lain dengan baik, kau tahu? Kau harus menjawab 'Hello juga', okay?"

"Uu...."

Dengan bujukan dari Emi, Alas Ramus dengan gugup mendongak, tapi rasa terkejut akibat melihat orang asing setelah baru saja terbangun nampaknya masih belum hilang, dan dia masih terlihat ketakutan.

Dan kemudian....

"Apa Alas Ramus-chan~~ biasanya malu-malu~~"

"Kya!"

Mendengar suara yang tiba-tiba datang dari belakangnya, Alas Ramus pun melompat.

"A-A-Alas Ramus?"

"Oh, ah, wah?"

Seperti seekor kelinci yang melarikan diri, Alas Ramus meninggalkan punggung Emi, dan kali ini bersembunyi di belakang punggung Rika.

"Oh, ya ampun?"

Rika dengan canggung berbalik menatap makhluk kecil yang bersembunyi di belakangnya, dan memegangi blusnya.

"..... nee-chan... ada di sini?"

"Hm? Hmm?"

Rika yang merasa kalau Alas Ramus sedang mengucapkan sesuatu, membungkuk dan mendekatkan telinganya.

Setelah itu, tak diketahui apa yang dia dengar, sebuah senyum kecut tiba-tiba tersungging di wajah Rika, dia pun menatap Emerada.

"Dia bilang kenapa Em nee-chan ada di sini?"

"Ah."

"Ehh~~"

Mendengar hal itu, Emi juga menatap Emerada dengan ekspresi yang sama seperti Rika, Emerada yang telah kembali ke nada bicaranya yang biasa pun, cemberut merasa tidak senang.

"Oh iya, Alas Ramus itu tidak akrab dengan Em."

"Bagaimana mungkin~~ apa memang separah itu sampai-sampai dia mau bersembunyi di belakang punggung Rika-san yang baru pertama kali dia temui~~?"

"Itu karena kemarin kau berbicara terlalu keras dan menakutinya."

"Tapi~~ melihat anak semanis ini~ sudah pasti kau ingin berteriak kan~"

Ucap Emerada dengan tidak senang, setelah menunggu tangan kecil itu menenang, Rika pun mengalihkan pandangannya ke arah Alas Ramus.

"Hello?"

"....lo."

Baru sekaranglah Alas Ramus sadar kalau dia sudah menempel pada orang yang tidak dia kenal.

Namun, karena Emi tidak mengatakan apa-apa, dia pun menjawabnya dengan pelan dan kelihatan ketakutan.

"Senang bertemu denganmu Alas Ramus-chan."

"...... bertemu denganmu."

"Aku teman Emi... uh teman mama, Suzuki Rika."

"Zuzuki...?"

"Alas Ramus, kau harus menyapa Rika nee-san dengan benar, ya?"

"Uh, Rika nee-chan, senang bertemu denganmu, hello."

Mungkin karena gugup, suara Alas Ramus terdengar pelan dan lesu, tapi dia tetap berusaha menyapa Rika.

"Yeah, senang bertemu denganmu. Emi, makhluk manis macam apa ini?!"

Mulut Rika tak kuasa menunjukan sebuah senyum.

"Tak heran semua orang sangat menyukainya. Tangannya begitu kecil."

"Auu."

Rika dengan lembut memegang tangan Alas Ramus, dan meski dia menunjukan ekspresi seperti meminta bantuan Emi, Alas Ramus tetap membiarkan Rika memegang tangannya.

"Entah itu sebelum atau sesudahnya, rasanya Emi mengalami masa-masa yang sulit ya."

Rika memegang kedua tangan Alas Ramus dengan hangat, lantas mengucapkan hal tersebut pada Emi sembari terus menatap Alas Ramus.

"Jika kau butuh seseorang untuk mengeluh nantinya, hubungi saja aku. Tak penting apa ada sesuatu yang terjadi atau tidak. Aku akan terus mencari restoran baru dengan makanan yang enak."

".... Rika."

"Rika-san...."

"Karena itu kesempatan yang cukup langka, kenapa kau tidak membawa Alas Ramus-chan juga ketika waktunya tiba? Alas Ramus-chan, apa makanan kesukaanmu?"

"Sup jagung dan kare."

"Oh, lumayan, itu sesuai dengan kesukaan anak-anak."

"Dan, karaage Chi nee-chan."

"Chi-chan? Ah, apa itu maksudnya Chiho? Apa dia bisa membuat makanan yang sesuai dengan selera anak-anak? Luar biasa. Tapi ada juga restoran dengan karaage, sup jagung, dan kare yang enak lo. Meski aku kepikiran beberapa restoran barat, jika makanannya enak-enak, itu pasti akan sedikit sulit. Oh iya, kau kan masih kecil, apa kau bisa makan sebanyak itu?"

Setelah itu, Rika tidak banyak bicara pada Emi.

Namun, bagi Emi, itu sudah cukup. Entah Emi itu Yusa Emi, ataukah Emilia Justina, Rika tetap bersedia makan bersamanya seperti sebelumnya.

Tidak hanya itu, Rika bahkan bilang kalau dia bersedia berbicara dengan Emi mengenai berbagai topik. Kalau temannya bisa memberikan hal-hal semacam itu, apa lagi yang bisa Emi minta?

"Emilia, kau punya teman yang baik."

Ucap Emerada dengan pelan. Emi pun mengangguk, matanya sedikit memerah.

"Ah, meski makan juga penting, apa yang akan kau lakukan soal pekerjaanmu? Kau masih akan tinggal di Jepang untuk sementara ini, kan? Soal uang... huuh, dengan gaya hidup Emi, kau mungkin masih memiliki tabungan meski kau tidak bekerja, tapi sewa apartemen ini tidak murah, kan?"

Emi benar-benar menyukai sifat Rika yang bisa langsung membicarakan masalah yang ada saat ini.

"Kau pasti akan sangat terkejut setelah mendengar ini, biaya sewa kamar di sini adalah 50.000 yen perbulan."

"Eh?"

Mendengar jumlah tersebut, Rika malah mengernyit.

"Apa kau tidak merasa kalau itu aneh? Dari fakta bahwa tempat ini ada di dekat stasiun, lokasinya, ukurannya, kupikir harganya paling tidak sampai 100.000 yen...."

Ketika Emi menyebutkan hal ini pada Suzuno sebelumnya, Suzuno juga kaget dengan biaya sewanya yang murah. Tapi seperti yang bisa diharapkan dari Rika, dia langsung sadar betapa tidak normalnya harga tersebut.

"Yeah, jujur saja.... sebuah insiden terjadi di kamar ini sebelumnya."

"Eh? Benarkah?"

Berbeda dengan Rika yang terkejut, Emi melambaikan tangannya santai dan mengatakan,

"Tapi jika bukan karena fakta bahwa kamar ini punya sedikit kekurangan, aku tidak akan bisa bekerja di Docodemo, dan bahkan, apakah aku bisa hidup dengan nyaman di Jepang pun tak bisa dipastikan."

"Eh?"

"Aku punya banyak kenangan di kamar ini. Meski pada akhirnya aku akan tinggal bersama ayahku, pindah rumah itu juga perlu uang, jadi mungkin akan butuh beberapa waktu sebelum aku pindah dari sini."

Rika mengalihkan pandangannya ke arah Emerada yang mungkin tahu sesuatu, tapi Emerada menggelengkan kepalanya perlahan, tak tahu apa-apa.

"Huuh, pokoknya, biaya sewa tidak akan menyebabkan masalah apapun. Meski saat ini aku sedikit kekurangan dana, aku sudah punya beberapa ide tentang pekejaan baruku. Setelah kemarin menelepon, aku jadi tahu kalau mereka sangat kekurangan tenaga, jadi tanggal interview-nya langsung diatur. Aku hanya perlu beberapa foto untuk resume-ku."

"Oh! Begitu ya, Pahlawan memang hebat. Kau akan melakukan semuanya dengan baik kalau memang sudah waktunya bertindak!"

Prospek cerah Emi membuat Rika tersenyum.

"Tapi kenapa kau kekurangan dana?"

Rika, sebagai seorang rekan kerja, secara kasar tentu bisa meraba-raba kondisi pemasukan Emi, dan mengingat gaya hidup Emi dan biaya sewanya, sulit baginya membayangkan kalau Emi akan kekurangan uang.

"Yeah, sebenarnya...."

Emi memberitahu Rika soal Maou yang memintanya membayar hutang dan memberikannya hadiah tanpa meninggalkan detail apapun.

"Uwahh...."

"Wargh~~"

Seperti yang bisa diduga, Rika dan Emerada juga mengernyit.

"Bahkan jika dia itu Raja Iblis, dia tidak seharusnya melakukan hal semacam itu di situasi seperti ini, kan?"

"Itu agak disayangkan~~ tapi Raja Iblis pada waktu itu~ tidak terlihat seperti orang yang akan melakukan hal semacam ini~"

Keduanya memberikan pendapat yang tegas, tapi Emi malah tersenyum kecut, dan tak disangka, tak ada kemarahan ataupun kekecewaan yang terasa darinya.

"Kalian berdua juga berpikir begitu, kan? Aku juga merasakan hal yang sama. Ini sama sekali tidak cocok dengan gaya orang itu."

""Ehh??""

"Dia pasti berpikir kalau aku akan menolak permintaan konyolnya itu."

Emi bangkit dan mengambil sebuah majalah yang ada di rak sebelah televisi.

"Tapi aku juga punya harga diriku sendiri, jadi aku akan membalas hutang yang kumiliki dengan kekuatanku sendiri, ditambah lagi....."

Sembari berbicara, Emi membalik halaman di majalah tersebut yang di atasnya terpasang penanda halaman, dan menyerahkannya pada Rika dan Emerada.

"Jika aku terbawa oleh kata-katanya begitu saja, bukankah aku akan berhutang lagi padanya? Karena itulah...."

"E-Emi, i-ini....."

Setelah melihat iklan yang ada di halaman tadi, mata Rika membelalak kaget.

Emi yang sudah mengira kalau Rika akan bereaksi demikian, mengangguk dengan percaya diri dan menjawab pertanyaan temannya,

"Alasan kenapa aku melamar kerja di sini, akulah yang memutuskan semuanya."

---End---





Translator : Zhi End Translation..

Previous
Next Post »
0 Komentar